KAJIAN EMPIRIS KAJIAN PUSTAKA

2.2 KAJIAN EMPIRIS

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian sebelumnya tentang musik, kesenian daerah, apresiasi. Adapun penelitian tersebut dilakukan oleh : M. Mukhsin Jamil dengan penelitiannya yang berjudul Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Lunturnya Kesenian Semarang pada tahun 2011 mengatakan bahwa lunturnya kesenian tradisional Semarang disebabkan karena kurangnya dukungan dari masyarakat, terutama dari pemerintah, masyarakat luas terutama generasi muda, karena perkembangan teknologi dan perubahan sistem sosial masyarakat. Gambang Semarang juga mengalami kemandegan regenerasi. Kemandegan terjadi karena tidak adanya transformasi ilmu pengetahuan dari generasi tua ke generasi penerus, sehingga mereka tidak tertarik untuk mempelajari dan mengembangkannya. Mereka beranggapan bahwa permainan gambang membutuhkan pengetahuan sulit, dan sudah kuno. Jadi dapat disimpulkan bahwa lunturnya kesenian daerah karena masyarakat tidak memiliki apresiasi terhadap kesenian daerah, dan dikarenakan tidak adanya generasi tua yang memperkenalkan kesenian daerah Semarang kepada generasi muda. Kemudian pada penelitian Cabedo Mas dengan penelitiannya yang berjudul Positive Musical Experiences In Education: Music As A Social Praxis pada tahun 2013 mengatakan bahwa pengalaman musik dapat mengembangkan keterampilan musik siswa. Jadi dengan adanya pengalaman bermusik mengembangkan keterampilan musik siswa. Pengalaman bermusik di dapatkan melalui pembelajaran seni musik, seperti hasil penelitian Danny Ivano Ritonga pada tahun 2013 yang berjudul Suatu Upaya Dalam Pelaksanaan Pengajaran Dan Pembelajaran Pendidikan Seni Musik Berbasis Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Di Sekolah - Sekolah Maupun Lembaga - Lembaga Pendidikan Di Indonesia yang mengatakan bahwa kurikulum yang diadakan saat ini dinyatakan bahwa pembelajaran seni musik pada dasarnya adalah pemberian bentuk-bentuk pengalaman musik dalam rangka penanaman sikap apresiasi dan ekspresi peserta didik. Hal ini juga mendukung penelitian peneliti, bahwa pembelajaran lagu daerah yang masuk ke dalam pembelajaran seni musik menanamkan apresiasi siswa dan mengembangkan ekspresi siswa terutama pada saat menyanyikan lagu daerah. Akan tetapi pembelajaran seni musik yang menyenangkan dan memotivasi yang dapat mengembangkan apresiasi siswa, seperti yang terdapat dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Vulfia Novi Yeska. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 oleh Vulfia Novi Yeska, Ardipal, Jagar L. Toruan dengan judul Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Musik Tradisional Di Smp Negeri 27 Padang menghasilkan bahwa segi pemahaman siswa telah dapat memahami pembelajaran musik tradisional dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik dalam persentase persepsi tentang pemahaman siswa terhadap pembelajaran musik tradisional. Namun, dari segi reaksi masih ada siswa yang tidak merespon materi pembelajaran musik tradisional yang telah diajarkan oleh guru. Oleh sebab itu, musik tradisional belum bisa diterima oleh siswa itu sendiri dikarenakan masih ada siswa yang menganggap musik tradisional itu sangat membosankan, tidak asyik dan membuat mengantuk, bahkan musik tradisional hanya diperuntukan bagi orang tua saja, bahkan metode yang digunakan oleh guru hanya menggunakan metode ceramah saja tanpa adanya praktek sehingga membuat suasana belajar menjadi membosankan. Sedangkan siswa lebih tertarik pada musik modern atau musik K-POP Korea dimana musik modern tersebut mencerminkan kehidupan sehari-hari setiap individu atau siswa itu sendiri. Jadi dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang kurang menarik, membuat siswa kurang mengapresiasi lagu daerah. Didukung oleh penelitian Grace Annamal Piragasam pada tahun 2013 melakukan sebuah penelitian yang berjudul Music Apreciation and Sel- Actualization of Gifted Students. Penelitian tersebut mengatakan bahwa apresiasi musik terjadi ketika ada pengalaman yang menyenangkan dan kepuasan yang besar kepada individu yang terlibat dalam kegiatan bermusik. Sehingga pembelajaran seni musik dapat mempertajam kemampuan apresiasi siswa seperti hasil penelitian Hartini pada tahun 2015 melakukan penelitian yang berjudul Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Dasar Melalui Pembelajaran Seni Budaya tertulis bahwa salah satu manfaat belajar nilai-nilai mempelajari seni budaya di sekolah dasar adalah memperkokoh rasa cinta kepada kesenian dan kebudayaan bangsa pada umumnya serta mempertajam kemampuan mengapresiasi menghargai kesenian dan kebudayaan bangsa lain. Hartono pada tahun 2012 telah melakukan penelitian yang berjudul Seni Tari sebagai Aktualisasi Diri dan Apresiasi mengatakan bahwa Melalui pendidikan seni anak dilatih untuk memperoleh keterampilan dan pengalaman mencipta yang disesuaikan dengan lingkungan alam dan budaya setempat serta untuk memahami, menganalisis, dan menghargai karya seni. Ispahani pada tahun 2011 dengan penelitian yang berjudul Apresiasi sebagai Salah Satu Pendidikan Dalam Pembelajaran Seni Tari di SMP menyebutkan bahwa pelajaran seni sebagai salah satu sarana untuk memberikan pengalaman kepada peserta didik dapat mengembangkan kreatifitas, ekspresi, ketrampilan dan apresiasi. Pada tahun 2012, Setiawan melakukan penelitian yang berjudul Kepunahan Lagu Ilir-Ilir, dan di dalam penelitian tersebut, Setiawan menuliskan bahwa pendidikan di sekolah khususnya pembelajaran seni budaya ini diusahakan untuk lebih mengenalkan lagu daerah kepada anak didiknya. Penelitian ini juga mendukung judul penelitian peneliti bahwa dengan adanya pembelajaran lagu daerah, siswa menjadi lebih mengenal lagu-lagu daerah.

2.3 KERANGKA BERPIKIR