g. Kredit perumahan, kredit untuk membiayai pembangunan
atau pembelian perumahan. h.
Dan sektor sektor lain.
6. Dilihat dari golongan ekonominya, yaitu :
a. Golongan ekonomi lemah
Golongan ekonomi lemahialah kredit yang disalurkan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, seperti KUK,
KUT, dan lain-lain. Golongan ekonomi lemah adalah pengusaha yang kekayaan maksimumnya sebesar RP 600
juta, tidak termasuk tanah dan bangunan. b.
Golongan ekonomi menengah dan konglomerat Golongan ekonomi menengah dan konglomerat adalah
kredit yang diberikan kepada pengusaha menengah dan besar.
2.1.1.5 Jenis
Jenis Jaminan Menurut H. Budi Untung 2005:56 yang dimaksud dengan
jaminan adalah tanggungan yang diberikan oleh debitur kepada pihak kreditur karena pihak kreditur mempunyai suatu kepentingan, yaitu bahwa
debitur harus memenuhi suatu kewajibannya dalam suatu perjanjian.
Menurut Siswanto Sutojo 2000:214, jaminan kredit terdiri dari
dua macam, yaitu : 1.
Jaminan Kebendaan Yaitu jaminan yang diberikan debitur kepada krediturnya, ataupun
dengan kreditur kepada pihak ketiga yang menjamin terpenuhinya kewajiban
kewajiban si debiturnya. Jaminan kebendaan dijadikan dua golongan, yaitu :
a. Jaminan benda bergerak, contoh : kendaraan bermotor, perhiasan,
surat wesel, deposito berjangka, dsb. b.
Jaminan benda tak bergerak, contoh : tanah, bangunan, dan lain lain.
2. Jaminan Pihak Ketiga
Yaitu jaminan yang diberikan debitur kepada krediturnya, dimana jaminan berupa pihak ketiga untuk melunasi kewajiban
kewajiban debitur tersebut. Jaminan pihak ketiga digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu : a.
Jaminan perorangan personal guarantee, yaitu jaminan berupa seseorang yang bertindak sebagai pihak ketiga untuk menjamin
dipenuhinya kewajiban debitur. b.
Jaminan badan usaha corporate guarantee, yaitu jaminan berupa badan usaha yang bertindak sebagai pihak ketiga untuk menjamin
dipenuhinya kewajiban kewajiban si debitur.
c. Jaminan bank bank guarantee, yaitu jaminan yang berupa suatu
bank yang bertindak sebagai pihak ketiga untuk menjamin dipenuhinya kewajiban
kewajiban si debitur.
2.1.1.6 Penggolongan Kredit
Untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas
kredit berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30267KEPDIK1998 tentang kualitas aktiva produktif pasal 4
menyatakan bahwa pembiayaan ditetapkan menjadi 5 golongan
kolektibilitas. Menurut Dahlan Siamat 2004:135, disebutkan bahwa
Kolektibilitas adalah keadaan pembayaran pokok dan bunga oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan
dalam surat surat berharga atau penanaman lainnya .
1. Lancar
Dikatakan dalam lancar apabila memenuhi kriteria antara lain : a
Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu. b
Memiliki mutasi rekening yang aktif. c
Bagian kredit yang dijamin dengan agunan tunai cash collateral. 2.
Dalam perhatian khusus Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara
lain :
a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan bunga yang
belum melampaui 90 hari. b.
Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan. c.
Mutasi rekening relative aktif. d.
Didukung dengan pinjaman baru. 3.
Kurang Lancar Ada kelambatan sebentar dalam pembayaran angsuran pokok, bunga
atau cerukan, tetapi debitur masih membayar dan dapat ditolirer. Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria antara lain :
a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan bunga yang
telah melampaui 90 hari. b.
Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi oleh debitur. c.
Dokumen pinjaman yang lemah. d.
Frekuensi Mutasi rekening relative rendah. 4.
Diragukan Terlambat cukup lama dalam pembayaran angsuran pokok, bunga atau
cerukan, tetapi debitur masih membayar dan sulit ditolirer. Kolektibilitas adalah ketertiban pembayaran bunga oleh nasabah.
Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria antara lain : a.
Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 180 hari.
b. Terjadi kapitalisasi bunga.
c. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun
pengikatan jaminan. 5.
Macet Menunggak dan tidak dapat membayar angsuran pokok, bunga atau
cerukan. Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain :
a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan bunga yang
telah melampaui 270 hari. b.
Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru. c.
Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar.
Apabila kredit dikaitkan dalam tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas:
dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Bentuk tabel dibawah ini adalah kriteria pengelompokan kredit
berdasarkan kalancaran atau keadaan.
Tabel 2.1 Pengelompokan Kredit Berdasarkan Kelancaran dan Keadaan
No Kolektibilitas
Jangka Waktu Kredit Kelancaran Pengembalian
1. Lancar
1 Bulan 1 Bulan
1 3 Bulan
3 Bulan 4 Bulan Lebih
6 Bulan Tanpa Angsuran
Sebelum Jatuh Tempo 2.
Kurang Lancar 1 Bulan
1 Bulan 3 Bulan 4 Bulan Lebih
1 Bulan 6 Bulan 3 Bulan
Tanpa Angsuran Pokok 3.. Diragukan
Tidak Termasuk Lancar dan Kurang Lancar
75 dari saldo kredit + bunga
Masih dapat Diselamatkan Agunan minimum
100 dari kewajiban debitur
Kredit Tidak dapat Diselamatkan
4. Macet
Tidak termasuk kriteria lancar, kurang lancar, diragukan
21 bulan sejak kredit digolingkan
Belum ada pelunasan penyelamatan
Penyelesaian kredit diserahkan ke pengadilan negeri, badan
urusan Negara dank e perusahaan asuransi kredit
Sumber : PT. Bank BJB, 2011
Prinsip Prinsip Pemberian Kredit yang Sehat menurut Agus Basuki
2007 adalah :
1. Keputusan kredit hendaknya didasarkan pada pertimbangan dan
analisis yang matang tidak dibuat tergesa-gesa. 2.
Bank tidak boleh memberikan kredit kepada calon debitur yang tidak diketahuidipahami secara benar.
3. Risiko pemberian kredit harus dapat diukur secara tepat, berdasarkan
informasi yang lengkap, relevan dan dapat dipercaya. 4.
Pemberian kredit yang berisiko tinggi hanya diberikan pada perusahaan yang memiliki prestasi yang baik.
5. Setiap kredit sebaiknya mempunyai dua sumber pembayaran yang
terpisah yaitu dari hasil opersionalusaha debitur dan dari sumber lainnya.
6. Kredit yang dijamin dengan jaminan tambahan agunan cukup tinggi,
tidak selalu berarti baik. 7.
Apabila kredit dijamin dengan garansi personal guarantee maka orang yang memberikan garansi harus diperlakukan sama dengan
calon debitur. 8.
Pejabat kredit tidak boleh merasa sanksi terhadap karakter calon nasabahnya selektif.
9. Pejabat kredit harus lebih waspada terhadap nasabah yang pindah dari
bank lain. 10.
Persyaratan kredit harus lebih realistis. 11.
Jumlah kredit yang diberikan pada suatu nasabah, tidak boleh melebihi kebutuhannya.
2.1.1.7 Prosedur Pemberian Kredit