Analisis Rasio Kredit Bermasalah Pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung
PADA
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
ANALISIS
PADA PT. BANK
The Analysis Of Non Performing Loan
On P
Diajukan
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
ANALISIS RASIO KREDIT BERMASALAH
PT. BANK BJB KANTOR
The Analysis Of Non Performing Loan
PT. Bank
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk M
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Program Studi Keuangan dan Perbankan
PUSPA W. SUHAERLIN
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
RASIO KREDIT BERMASALAH
KANTOR
The Analysis Of Non Performing Loan
BJB Branch
TUGAS AKHIR
Memenuhi Salah Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Program Studi Keuangan dan Perbankan
Oleh :
PUSPA W. SUHAERLIN 2150801
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2011
RASIO KREDIT BERMASALAH
KANTOR CABANG
The Analysis Of Non Performing Loan
Branch
Suci Bandung
TUGAS AKHIR
alah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi
Program Studi Keuangan dan Perbankan
Oleh :
PUSPA W. SUHAERLIN 21508010
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2011
RASIO KREDIT BERMASALAH
CABANG SUCI BANDUNG
The Analysis Of Non Performing Loan
Ratio
Suci Bandung
yaratSidang Ekonomi Program Studi Keuangan dan Perbankan
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
RASIO KREDIT BERMASALAH
BANDUNG
Ratio
Suci Bandung
PROGRAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
(2)
iv
ABSTRAK
Puspa W.Suhaerlin dengan judul analisis rasio kredit bermasalah pada PT.Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung . Dibawah bimbingan Lita Wulantika, SE., M. Si
Kredit bermasalah adalah kredit yang didalamnya terdapat hambatan yang disebabkan oleh 2 unsur yakni dari pihak perbankan maupun dari pihak nasabah yang dengan sengaja atau tidak sengaja tidak melakukan pembayaran. Kredit bermasalah pada PT. Bank BJB disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dari pihak perbankan dan dari pihak nasabah.
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah Untuk mengetahui
perkembangan kredit yang bermasalah, faktor yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah, menganalisis penanganan kredit bermasalah pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung.
Metode yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Sementara teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan menggunakan teknik studi kepustakaan dan studi lapangan.
Perkembangan kredit bermasalah yang terjadi pada PT. Bank BJB rata-rata mengalami kenaikan, maka fenomena yang diangkat dalam penelitian ini yaitu pada tahun 2009 semester II dikarenakan pada semester II tersebut terjadi jumlah persentase non performing loan yang sangat tinggi yaitu sebesar 2.24% disebabkan karena nasabah banyak yang meminjam kredit pada Bank BJB tetapi bank tidak melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap calon debitur yang akan menerima kredit sehingga kredit bermasalah meningkat.
Bank BJB perlu membuat kebijakan untuk menangani kredit bermasalah dan sebelum kredit diberikan pihak bank harus memperhatikan kriteria calon nasabah dan pihak bank sebaiknya harus mempunyai system manajemen yang baik, agar menghindari terjadinya kredit bermasalah dan penanganan kredit bermasalah harus secara hati-hati agar kredit yang ditangani bejalan dengan lancar.
(3)
D yang telah penulis da
ANALISIS KANTOR
Da hasil usaha laporan in sifatnya m
peningkatan penulis Pen
memberika
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapakan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak
Indonesia. 2. Ibu Pro
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. 3. Ibu Lin
Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Dengan men
ah memberik dapat menye ANALISIS RASIO
KANTOR CABANG SUCI BANDUNG alam penyus
aha yang mak ini masih ba membangun
peningkatan penulisdalam penulisan laporan ini enulis meng
ikan semang
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapakan banyak terima kasih kepada : Bapak Dr. Ir. Edd
Indonesia.
Prof. Dr. Hj.
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. inna Ismawa
erbankan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia KATA PENGANTAR
engucapkan s rikan segala
yelesaikan p RASIO KREDIT
CABANG SUCI BANDUNG usunan penulisan
aksimal dari banyak keku un yang dap
dalam penulisan laporan ini ngucapkan te
ngat, doron
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapakan banyak terima kasih kepada : ddy Soeryanto
j. Umi Narim
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. wati, SE., M.
erbankan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
v
KATA PENGANTAR
n segala puji a nikmat dan penyusunan
KREDIT BERMASALAH
CABANG SUCI BANDUNG .
penulisan ini pe ri penulis. N kurangan. Ol dapat membe dalam penulisan laporan ini
terima kasih ongan dan
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapakan banyak terima kasih kepada : oeryanto Soegoto.
rimawati, Dra Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
M.Si. Selaku
erbankan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia KATA PENGANTAR
ji dan rasa s an karuniaNy n tugas akh BERMASALAH
.
pembahasan Namun penu Oleh karena
berikan man
dalam penulisan laporan ini dimasa yang akan datang sih kepada b
pengarahan
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapakan banyak terima kasih kepada :
. Selaku Re
ra., SE., M.S Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
u Ketua Pro
erbankan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia a syukur kepa
Nya. Sehingg
khir yang m
PADA PT.
n yang di saji nulis menyad a itu, kritik
anfaat dan
dimasa yang akan datang berbagai pi
an kepada
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapakan banyak terima kasih kepada : ektor Univer
.Si. Selaku
rogram Studi erbankan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
pada Allah S gga atas izin mengambil j PT. BANK
ajikan merup adari sepenu k dan saran n kemajuan dimasa yang akan datang.
pihak yang a penulis. kesempatan kali ini penulis ingin mengucapakan banyak terima kasih kepada :
versitas Komp
elaku Dekan Fak
di Keuangan h SWT
zinNya l judul BJB
upakan nuhnya n yang n bagi
g telah Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapakan banyak terima kasih kepada :
mputer
akultas
(4)
vi
4. Ibu Lita Wulantika, SE., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing dan Sekertaris Program Studi Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Ibu Windi Novianti, SE.,M. Si. Selaku Dosen Wali KP-1 2008 Universitas Komputer Indonesia.
6. Ibu Dra. Rahma Wahdiniwaty, M.Si. Selaku Dosen Penguji.
7. Seluruh Dosen dan Staf yang ada di Universitas Komputer Indonesia.
8. Seluruh Staf dan Karyawan PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung.
9. Ibunda dan Ayah tersayang, yang memberikan dukungan baik dalam bentuk moril, materil serta do a yang tiada henti hentinya.
10.Buat adik-adiku tersayang Vina dan Veni yang banyak memberi dukungan. 11.Buat teman - teman Kosn Kapau yang selalu memotivasi dan memberi
masukan pada penulis.
12.Temen - temen KP_1 angkatan 2008 yang telah memberikan dorongan
semangat kepada penulis dimanapun berada yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
13.Buat Ade Muslih yang selalu memberi motivasi dan semangat.
Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan karunia Nya atas segala perhatian dan bantuan yang di berikan. Sekali lagi penulis banyak mengucapkan terima kasih buat semuanya, atas segala bantuan dan dukungannya selama ini kepada penulis.
Bandung, Juli 2011 Penulis
(5)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Bank merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat. Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan menyebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang berupa tabungan, giro, deposito dan menyalurkan dalam bentuk kredit.
Dewasa ini kehidupan perekonomian bangsa Indonesia banyak mengalami cobaan, cobaan yang terberat dan terbesar dan masih dirasakan dampaknya sampai sekarang adalah krisis moneter. Pada masa tersebut banyak perusahaan yang gulung tikar karena tidak dapat menyesuaikan diri dengan situasi ekonomi, terutama perbankan. Hal ini dikarenakan rendahnya kegiatan investasi usaha. Kegiatan investasi usaha dapat berkembang tergantung dukungan dari lembaga keuangan bank, yang salah satu fungsinya menumbuh kembangkan pergerakan investasi usaha dengan bentuk penyaluran kredit yang terbesar dan atau bentuk lainnya kepada pihak pengusaha yang berkepentingan.
Kredit menurut Pasal 1 angka 12 UU Perbankan Tahun 1992 kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak
(6)
2
lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan. Pentingnya kredit yaitu untuk melayani masyarakat yang membutuhkan pinjaman dana dari bank, misalnya untuk keperluan modal usaha, keperluan pembangunan, dan keperluan keperluan lainnya. Salah satu jenis bank yang memainkan peranan dalam kegiatan investasi usaha yaitu Bank Jabar Banten.
Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung merupakan salah satu bank yang memberikan kredit atau pinjaman, dan berbagai macam kredit telah diluncurkan oleh bank guna menarik minat nasabah. Bank Jabar Banten adalah badan usaha yang memberikan konstribusi yang cukup besar dalam menunjang perekonomian karena memegang peranan strategis dalam menjalankan lalu lintas dan pendistribusian dana. Bank BJB memberikan pelayanan jasa perbankan dan pemberian pinjaman kredit kepada masyarakat. Dengan adanya pemberian pinjaman kredit tersebut diharapkan masyarakat ekonomi menengah dapat memanfaatkannya untuk mendapatkan kredit guna menjalankan usahanya. Pelayanan tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan sehingga taraf hidup masyarakat dapat meningkat.
Kredit yang diberikan Bank Jabar Banten mengalami permasalahan dari tahun ke tahun yaitu kredit macet. Pemberian kredit mengandung suatu tingkat risiko dimana ada kemungkinan kredit yang tidak dapat ditagih. Hampir semua bank mengalami kredit macet.
(7)
3
Menurut data perkembangan kredit yang diperoleh pada Bank BJB adalah sebagai berikut :
Berdasarkan survey awal diperoleh data kredit bermasalah yang terjadi, yaitu :
Tabel 1.1
Rasio Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung
(dalam jutaan rupiah)
Tahun Semester Kredit Bermasalah
DPK+KL+D+M
Total Kredit yang Diberikan
Non Performing Loan
(%)
2006 I 211.227 10.856.350 1.94
II 110.841 11.760.151 0.94
2007 I 128.373 12.852.614 0.99
II 150.766 13.033.919 1.15
2008 I 208.388 14.618.252 1.42
II 202.079 16.400.005 1.23
2009 I 364.124 18.497.109 1.96
II 438.535 19.562.011 2.24
Sumber : Laporan Keuangan PT. Bank Jabar Banten diolah kembali.
Berdasarkan tabel 1.1 diatas yang memperlihatkan adanya kredit bermasalah di PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung dari tahun ke tahun, maka fenomena yang diangkat dalam penelitian ini yaitu pada tahun 2009 semester II dikarenakan pada semester II tersebut terjadi jumlah persentase non performing loan yang sangat tinggi yaitu sebesar 2.24% disebabkan karena nasabah banyak yang meminjam kredit pada Bank Jabar tetapi bank tidak melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap calon debitur yang akan menerima kredit sehingga kredit bermasalah meningkat. Untuk itu Bank Jabar Banten perlu membuat kebijakan untuk menangani kredit bermasalah untuk menghindari kerugian yang besar yang akan mengakibatakan bank menjadi bangkrut.
(8)
4
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin membahas lebih lanjut dengan mengambil judul Analisis Rasio Kredit Bermasalah Pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung .
(9)
5
1.2Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian, diperoleh masalah yang dihadapi oleh PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung yang berkaitan dengan kredit bermasalah. Secara umum kredit bermasalah yang terjadi dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 cenderung berfluktuasi dan permasalahan yang menonjol terlihat pada tahun 2009 semester II adanya peningkatan kredit bermasalah yang sangat tinggi yaitu 2.24%. Keadaan ini disebabkan karena nasabah banyak yang meminjam kredit pada Bank BJB tetapi bank tidak melakukan penilaian terlebih dahulu terhadap calon debitur yang akan menerima kredit sehingga kredit bermasalah meningkat.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan kredit bermasalah pada PT. Bank BJB
Kantor Cabang Suci Bandung.
2. Bagaimana analisis kredit bermasalah pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung.
3. Faktor faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kredit
(10)
6
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud diadakannya penelitian ini adalah memperoleh data dan informasi mengenai perkembangan kredit, faktor yang menyebabkan kredit bermasalah serta analisis kredit bermasalah pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung.
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perkembangan kredit yang bermasalah pada PT
Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung.
2. Untuk menganalisis perkembangan kredit bermasalah pada PT. Bank Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung.
3. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya kredit
bermasalah pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung.
1.4Kegunaan Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini, penulis mengharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kredit bermasalah di Bank Jabar Banten bagi berbagi pihak adapun kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
(11)
7
1.4.1 Kegunaan Akademis
1. Bagi Perusahaan :
a. Sebagai bahan masukan terhadap informasi informasi atas
Penelitian mengenai penyelesaian kredit bermasalah dan tanggapan atau saran saran yang akan penulis kemukakan.
b. Memperoleh gambaran mengenai kualitas SDM.
2. Bagi penulis :
a. Dapat mengaplikasikan dan membandingkan pengetahuan yang
diperoleh selama kuliah dengan mengetahui praktek dengan menganalisis perkembangan kredit bermasalah di PT. Bank Jabar Banten.
b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis baik secara teoritis maupun secara praktek mengenai analisis perkembangan kredit bermasalah.
3. Bagi pembaca khususnya :
Bisa menjadi tambahan yang berguna, baik untuk penelitian maupun sebagai pengetahuan umum.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memberikan masukan-masukan bagi perusahaan mengenai cara-cara penyelesaian kredit bermasalah serta memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pertumbuhan kredit bermasalah dan dapat digunakan sebagai masukan dalam
(12)
8
penentuan kebijakan kredit dalam rangka menyelesaikan masalah kredit. Masukan ini akan sangat penting dalam rangka menanggulangi kredit bermasalah yang sangat merugikan bank.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung yang berlokasi di Jl. P.H.H Mustofa No.66 Bandung. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dari Maret 2011 s/d Juni 2011.
Tabel 1.2 Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Survei ke perusahaan
2 Pengambilan Data
3 Pengolahan Data
4 Bimbingan
5 Penyusunan Laporan
(13)
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit
2.1.1.1Pengertian Kredit
Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu Credare yang berarti kepercayaan. Oleh Karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan yang 15 diberikan seseorang (kreditor) kepada orang lain dan percaya bahwa si penerima kredit tersebut (debitur) akan melunasi segala sesuatu yang telah disepakati bersama. Kredit menurut UU No. 10 Tahun 1999 Kredit adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Pengertian kredit menurut Suhardjono (2003:11) :
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak dalam hal, pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang ditetapkan .
Kredit menurut Hasibuan (2001:87), Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati .
Dari pengertian kredit diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kredit adalah suatu pemberian pinjaman uang (barang atau jasa) kepada pihak lain
(14)
10
dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah imbalan (bunga) yang telah ditetapkan.
2.1.1.2Unsur Unsur Kredit
Pemberian kredit kepada pihak lain oleh suatu lembaga perkreditan didasarkan atas kepercayaan. Dengan demikian kredit merupakan pemberian kepercayaan kepada pihak lain (debitur). Ini berarti lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau betul-betul yakin bahwa penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Kredit mengandung unsur-unsur dalam pemberian kredit menurut Kasmir (2006:74) adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa barang, uang atau jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit berani di kucurkan. Oleh karena itu sebelum kredit dikucurkan harus dilakukan penelitian dan penyelidikan lebih dulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etikat baik nasabah terhadap bank.
(15)
11
2. Kesepakatan
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya. Kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (di bawah 1 tahun), jangka menengah (1 sampai 3 tahun) atau jangka panjang diatas (3 tahun). Jangka waktu merupakan batas pengembalian angsuran kredit yang telah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.
4. Resiko
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar resikonya. Resiko ini menjadi tanggungan bank.
5. Balas Jasa
Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa kita kenal dengan nama bunga. Selain itu juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan
(16)
12
bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
2.1.1.3Fungsi dan Tujuan Kredit
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pemberian kredit juga tidak akan terlepas dari misi bank itu sendiri.
Fungsi kredit bagi masyarakat menurut Malayu Hasibuan
(2008:88) antara lain dapat :
1. Menjadi motivator dan dinamisor peningkatan kegiatan perdagangan dan perekonomian.
2. Memperluas lapangan kerja bagi masyarakat.
3. Memperlancar arus barang dan arus uang.
4. Meningkatkan hubungan internasional (L/C, CGI, dan lain lain). 5. Meningkatkan produktifitas dana yang ada.
6. Meningkatkan daya guna (utility) barang.
7. Meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat.
8. Memperbesar modal kerja perusahaan.
9. Meningkatkan income per capita (IPC) masyarakat.
10.Mengubah cara berfikir atau bertindak masyarakat untuk lebih ekonomis.
(17)
13
Tujuan penyaluran kredit, antara lain adalah untuk :
1. Memperoleh pendapatan bank dari bunga kredit.
2. Memanfaatkan dan memproduktifkan dana dana yang ada.
3. Melaksanakan kegiatan operasional bank.
4. Memenuhi permintaan kredit dari masyarakat.
5. Memperlancar lalu lintas pembayaran.
6. Menambah modal kerja perusahaan.
7. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
2.1.1.4Jenis Jenis Kredit
Menurut Malayu Hasibuan (2008:88) jenis jenis kredit yang disalurkan oleh bank dilihat dari berbagai segi, yaitu :
1. Dilihat dari Tujuan atau Kegunaan, kredit dibedakan atas : a. Kredit Investasi
Kredit investasi yaitu kredit yang dipergunakan untuk infestasi produktif, tetapi baru akan menghasilkan dalam jangka waktu yang relative lama. Biasanya kredit ini diberikan grace period, misalnya kredit untuk perkebunan kelapa sawit, dan lain- lain.
b. Kredit Modal Kerja (Kredit Perdagangan)
Kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan untuk menambah modal usaha debitur. Kredit ini produktif.
(18)
14
c. Kredit Konsumtif
Kredit konsumtif adalah kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan sendiri bersama keluarganya, seperti kredit rumah atau mobil yang akan dipergunakan sendiri bersama keluarganya. Kredit ini tidak produktif.
2. Dilihat dari Jangka Waktu, kredit dibedakan atas :
a. Kredit Jangka Pendek
Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya : untuk menutupi biaya operasional, perdagangan, maupun produksi.
b. Kredit Jangka Menengah
Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk
melakukan investasi. Contohnya : kredit untuk
pertanianseperti jeruk atau peternakan kambing.
c. Kredit Jangka Panjang
Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5 tahun. Contohnya : kredit perumahan.
(19)
15
3. Dilihat dari Macamnya
a. Kredit Aksep
Kredit aksep adalah kredit yang diberikan bank yang pada hakikatnya hanya merupakan pinjaman uang biasa sebanyak plafon kredit.
b. Kredit Penjual
Kredit Penjual adalah kredit yang diberikan penjual kepada pembeli, artinya barang telah diterima pembayaran kemudian. Misalnya usanceL/C.
c. Kredit pembeli
Kredit pembeli adalah kredit yang pembayarannya telah dilakukan kepada penjual, tetapi barangnya diterima belakangan atau pembelian dengan uang muka, misalnya red clause LC.
4. Dilihat dari Agunan atau Jaminannya, dibedakan atas :
a. Kredit dengan Jaminan
Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Contohnya : Harta tetap (tanah, rumah, gedung, dll), tidak tetap (sepeda motor, mobil, emas, mesin, barang dagangan, surat-surat berharga).
(20)
16
b. Kredit tanpa Jaminan
Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan menilai dan melihat prospek usaha, character serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.
5. Dilihat dari Sektor Usahanya, yaitu :
a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian.
b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang panjang kambing atau sapi.
c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar.
d. Kredit pertambangan, Kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang seperti tambang emas, minyak atau timah.
e. Kredit pendidikan, Kredit yang diberikan untuk
membangun sarana dan prasarana pendidikan atau pula berupa kredit untuk para mahasiswa.
f. Kredit profesi, diberiakn kepada para professional seperti, dosen, dokter, atau pengacara.
(21)
17
g. Kredit perumahan, kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.
h. Dan sektor sektor lain.
6. Dilihat dari golongan ekonominya, yaitu :
a. Golongan ekonomi lemah
Golongan ekonomi lemahialah kredit yang disalurkan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, seperti KUK, KUT, dan lain-lain. Golongan ekonomi lemah adalah pengusaha yang kekayaan maksimumnya sebesar RP 600 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan.
b. Golongan ekonomi menengah dan konglomerat
Golongan ekonomi menengah dan konglomerat adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha menengah dan besar.
2.1.1.5Jenis Jenis Jaminan
Menurut H. Budi Untung (2005:56) yang dimaksud dengan
jaminan adalah tanggungan yang diberikan oleh debitur kepada pihak kreditur karena pihak kreditur mempunyai suatu kepentingan, yaitu bahwa debitur harus memenuhi suatu kewajibannya dalam suatu perjanjian.
(22)
18
Menurut Siswanto Sutojo (2000:214), jaminan kredit terdiri dari dua macam, yaitu :
1. Jaminan Kebendaan
Yaitu jaminan yang diberikan debitur kepada krediturnya, ataupun dengan kreditur kepada pihak ketiga yang menjamin terpenuhinya kewajiban kewajiban si debiturnya. Jaminan kebendaan dijadikan dua golongan, yaitu :
a. Jaminan benda bergerak, contoh : kendaraan bermotor, perhiasan, surat wesel, deposito berjangka, dsb.
b. Jaminan benda tak bergerak, contoh : tanah, bangunan, dan lain lain.
2. Jaminan Pihak Ketiga
Yaitu jaminan yang diberikan debitur kepada krediturnya, dimana jaminan berupa pihak ketiga untuk melunasi kewajiban kewajiban debitur tersebut. Jaminan pihak ketiga digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :
a. Jaminan perorangan (personal guarantee), yaitu jaminan berupa seseorang yang bertindak sebagai pihak ketiga untuk menjamin dipenuhinya kewajiban debitur.
b. Jaminan badan usaha (corporate guarantee), yaitu jaminan berupa badan usaha yang bertindak sebagai pihak ketiga untuk menjamin dipenuhinya kewajiban kewajiban si debitur.
(23)
19
c. Jaminan bank (bank guarantee), yaitu jaminan yang berupa suatu
bank yang bertindak sebagai pihak ketiga untuk menjamin dipenuhinya kewajiban kewajiban si debitur.
2.1.1.6Penggolongan Kredit
Untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu kredit perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu. Bank Indonesia menggolongkan kualitas kredit berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/267/KEP/DIK/1998 tentang kualitas aktiva produktif pasal 4 menyatakan bahwa pembiayaan ditetapkan menjadi 5 golongan kolektibilitas. Menurut Dahlan Siamat (2004:135), disebutkan bahwa Kolektibilitas adalah keadaan pembayaran pokok dan bunga oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat surat berharga atau penanaman lainnya .
1. Lancar
Dikatakan dalam lancar apabila memenuhi kriteria antara lain :
a) Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu.
b) Memiliki mutasi rekening yang aktif.
c) Bagian kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral).
2. Dalam perhatian khusus
Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain :
(24)
20
a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan bunga yang belum melampaui 90 hari.
b. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan. c. Mutasi rekening relative aktif.
d. Didukung dengan pinjaman baru.
3. Kurang Lancar
Ada kelambatan sebentar dalam pembayaran angsuran pokok, bunga atau cerukan, tetapi debitur masih membayar dan dapat ditolirer. Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria antara lain :
a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 90 hari.
b. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi oleh debitur.
c. Dokumen pinjaman yang lemah.
d. Frekuensi Mutasi rekening relative rendah.
4. Diragukan
Terlambat cukup lama dalam pembayaran angsuran pokok, bunga atau cerukan, tetapi debitur masih membayar dan sulit ditolirer.
Kolektibilitas adalah ketertiban pembayaran bunga oleh nasabah.
Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria antara lain :
a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 180 hari.
(25)
21
c. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun
pengikatan jaminan.
5. Macet
Menunggak dan tidak dapat membayar angsuran pokok, bunga atau cerukan.
Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain :
a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 270 hari.
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.
c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar.
Apabila kredit dikaitkan dalam tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas: dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.
Bentuk tabel dibawah ini adalah kriteria pengelompokan kredit berdasarkan kalancaran atau keadaan.
(26)
22
Tabel 2.1
Pengelompokan Kredit Berdasarkan Kelancaran dan Keadaan
No Kolektibilitas Jangka Waktu Kredit Kelancaran Pengembalian
1. Lancar 1 Bulan <1 Bulan
1 3 Bulan <3 Bulan
4 Bulan / Lebih <6 Bulan
Tanpa Angsuran Sebelum Jatuh Tempo
2. Kurang Lancar < 1 Bulan >1 Bulan <3 Bulan
4 Bulan / Lebih >1 Bulan <6 Bulan
< 3 Bulan Tanpa Angsuran Pokok
3.. Diragukan Tidak Termasuk Lancar dan
Kurang Lancar
75% dari saldo kredit + bunga
Masih dapat Diselamatkan
Agunan minimum 100% dari kewajiban debitur
Kredit Tidak dapat Diselamatkan
4. Macet Tidak termasuk kriteria lancar,
kurang lancar, diragukan
>21 bulan sejak kredit digolingkan
Belum ada pelunasan / penyelamatan
Penyelesaian kredit diserahkan ke pengadilan negeri, badan urusan Negara dank e perusahaan asuransi kredit
Sumber : PT. Bank BJB, 2011
Prinsip Prinsip Pemberian Kredit yang Sehat menurut Agus Basuki
(2007) adalah :
1. Keputusan kredit hendaknya didasarkan pada pertimbangan dan
analisis yang matang (tidak dibuat tergesa-gesa).
2. Bank tidak boleh memberikan kredit kepada calon debitur yang tidak
(27)
23
3. Risiko pemberian kredit harus dapat diukur secara tepat, berdasarkan informasi yang lengkap, relevan dan dapat dipercaya.
4. Pemberian kredit yang berisiko tinggi hanya diberikan pada
perusahaan yang memiliki prestasi yang baik.
5. Setiap kredit sebaiknya mempunyai dua sumber pembayaran yang terpisah yaitu dari hasil opersional/usaha debitur dan dari sumber lainnya.
6. Kredit yang dijamin dengan jaminan tambahan (agunan) cukup tinggi,
tidak selalu berarti baik.
7. Apabila kredit dijamin dengan garansi (personal guarantee) maka orang yang memberikan garansi harus diperlakukan sama dengan calon debitur.
8. Pejabat kredit tidak boleh merasa sanksi terhadap karakter calon nasabahnya (selektif).
9. Pejabat kredit harus lebih waspada terhadap nasabah yang pindah dari bank lain.
10. Persyaratan kredit harus lebih realistis.
11. Jumlah kredit yang diberikan pada suatu nasabah, tidak boleh melebihi kebutuhannya.
2.1.1.7Prosedur Pemberian Kredit
Prosedur kredit adalah tahapan yang harus dilalui sebelum kredit
(28)
24
memberikan/menyalurkan kredit hendaknya mengacu pada prinsip pemberian kredit yang sehat sesuai prosedur :
1. Permohonan Kredit
a. Melakukan register agenda surat.
b. Melakukan cek ulang terhadap persyaratan yang ada.
c. Permohonan yang harus dilengkapi dengan foto copy KTP
pemohon, foto copy KTP suami / istri, foto copy agunan, foto
copy SIUP / TDP bagi badan usaha, serta data data pendukung
lainnya.
2. Informasi Bank
a. Meneliti daftar kredit macet. b. Meneliti daftar hitam. c. Surat informasi bank.
3. On The Spot (Meninjau Lapangan)
a. Lokasi usaha dan rumah tinggal.
b. Barang dagangan / produksi / stock barang. c. Sarana dan prasarana.
d. Tenaga kerja dan fasilitas.
e. Administrasi dan laporan keuangan. f. Lokasi jaminan.
g. Dan memperhatikan faktor 5C (Character, Capacity, Capital, Condition of economic, Collateral) serta faktor resiko.
(29)
25
4. Analisis / Penilaian Kredit
a. Aspek manajemen
b. Aspek teknis
c. Aspek keuangan
d. Aspek pemasaran
e. Aspek legalitas
f. Aspek social ekonomi / lingkungan
5. Perjanjian Kredit / Pengikatan Agunan
a. Pengikatan secara notaries / dibawah tangan. b. Asuransi kredit / kerugian.
6. Pencairan Kredit
a. Proporsi dan administrasi. b. Bukti nota pencairan kredit.
2.1.1.8Penilaian Risiko Kredit
Dengan dilaksanakannya pemberian kredit, tidak terlepas terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada nasabah sehingga perlu melakukan seleksi kepada nasabah.
Dalam pemberian kredit, pihak kreditur memberikan prestasi berupa uang, barang, jasa kepada debitur sesuai persetujuan yang telah disepakati.
(30)
26
Maka sebelum memberikan kredit bank perlu melakukan hal-hal : 1. Penilaian pendahuluan atas diri pemohon.
2. Mengadakan wawancara dengan pemohon.
3. Pemeriksaan ke tempat usaha pemohon.
4. Meminta informasi tentang pemohon dari bank lain. 5. Penilaian atas permohonan nasabah.
Ada beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5 C, analisis 7 P pada studi kelayakan. Prinsip-prinsip pemberian kredit menurut Kasmir dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (2002:104) adalah sebagai berikut :
1. Prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C adalah sebagai berikut : a. Character (Watak)
Pengertian Character adalah sifat atau watak dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberi kredit benar-benar dapat dipercaya. Character
merupakan ukuran untuk menilai kemampuan nasabah
membayar kreditnya. Orang yang berkarakter baik, akan berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara. b. Capacity (Kemampuan)
Untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada
(31)
27
akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit
c. Capital (Modal)
Biasanya bank tidak bersedia untuk membiayai suatu usaha 100% artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri. Dengan kata lain, capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.
d. Colleteral (Jaminan)
Collateral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipakan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.
e. Condition of Econimic (Kondisi Ekonomi)
Dalam menilai kredit hendaknya juga menilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang
(32)
28
stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan walupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut dimasa akan datang.
2. Prinsip pemberian kredit dengan analisis 7P adalah sebagai berikut : a. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Personality hampir sama dengan 5 C.
b. Party
Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakter. Sehingga nasabah dapat 22 digolongkan kegolongan tertentu dan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.
c. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah tujuan untuk komsutif atau tujuan untuk perdagangan.
(33)
29
d. Prospect
Yaitu menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini pentingnya mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya yang rugi, akan tetapi juga nasabah.
e. Payment
Yaitu bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian
kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber
penghasilan debitur maka akan semakin baik. f. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank.23 g. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
(34)
30
2.1.2 Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) 2.1.2.1Pengertian Kredit Bermasalah
Setiap bank pasti mengalami masalah kredit macet. Bank tidak mungkin terhindar dari kredit macet. Kemacetan kredit suatu hal yang akan merupakan penyebab kesulitan terhadap bank itu sendiri yaitu berupa kesulitan yang menyangkut tingkat kesehatan bank, karenanya bank wajib menghindarkan diri dari kredit macet.
Kredit bermasalah menurut Kasmir (2000:155) :
kredit bermasalah atau kredit macet adalah kredit yang didalamnya terdapat hambatan yang disebabkan oleh 2 unsur yakni dari pihak perbankan dalam menganalisis maupun dari pihak nasabah yang dengan sengaja atau tidak sengaja dalam kewajibannya tidak melakukan pembayaran .
Pengertian kredit macet menurut Moh.Tjoekam (2000:264) :
kredit bermasalah timbul tidak secara tiba-tiba atau mendadak, tetapi secara perlahan didahului oleh tanda-tanda penyimpangan yaitu mutunya kualitas beberapa variable dan aspek penentu mutu kredit .
Dari pengertian kredit diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kredit bermasalah adalah kredit yang diberikan kepada masyarakat yang
dalam pengembaliannya mengalami hambatan hambatan tertentu yang
terjadi dikarenakan pihak nasabah dengan sengaja atau tidak sengaja tidak mengembalikan kreditnya.
(35)
31
2.1.2.2Faktor faktor yang Menyebabkan Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah dapat terjadi karena sulit diperkirakannya dan
adanya ketidakpastian masa yang akan datang. Menurut Kasmir
(2002:128) sebab-sebab terjadinya kredit bermasalah adalah sebagai berikut:
1. Dari Pihak Perbankan
a. Pihak analis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya atau mungkin salah dalam perhitungan.
b. Terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subyektif.
2. Dari Pihak Nasabah
a. Adanya unsur kesengajaan, tidak adanya unsur kemauan untuk membayar walaupun sebenarnya nasabah tersebut mampu membayar.
b. Adanya unsur ketidak sengajaan, artinya debitur ingin membayar akan tetapi tidak mampu, nasabah lagi terkena musibah.
Jika tidak ditangani secara baik, maka kredit bermasalah merupakan sumber kerugian yang sangat berpotensi bagi bank. Akibatnya kredit bermasalah menimbulkan biaya yang menjadi beban dan kerugian
(36)
32
bagi bank. Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana kepada masyarakat , maka bank sebagai lembaga perkreditan, harus melakukan analisis melalui prinsip 5C, guna meminimal risiko bermasalahnya atau tidak kembalinya kredit.
2.1.2.3Standar Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, NPL dihitung dengan rumus :
NPL = Kredit Bermasalah X 100% Total Kredit Yang Diberikan
Keberadaan NPL dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan masalah bagi bank, oleh karena itu bank dituntut untuk selalu menjaga kredit tidak dalam posisi NPL yang tinggi. Agar dapat menentukan tingkat wajar atau sehat maka ditentukan ukuran standar yang tepat untuk NPL. Dalam hal ini Bank Indonesia menetapkan bahwa tingkat NPL yang wajar atau sehat adalah 5%.
2.2Kerangka Pemikiran
Bank adalah suatu lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Selain dari pada itu bank, juga dikenal oleh masyarakat sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala bentuk pembayaran dan
(37)
33
setoran lainnya. Bank merupakan sebuah badan usaha yang, mempunyai fungsi pendapatan dan biaya sama halnya dengan perusahaan lainnya.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan :
"Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan mcnyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak .
Pengertian kredit menurut UU No. 10 Tahun 1998 :
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan .
Kredit merupakan sumber pendapatan dan keuntungan terbesar bagi bank. Disamping itu kredit juga merupakan kegiatan menanamkan dana yang sering menjadi penyebab utama dalam menghadapi masalah dalam pemberian kredit. Oleh karena itu tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa stabilitas usaha bank dipengaruhi oleh keberhasilan mereka dalam mengelola kredit.
Usaha bank yang berhasil mengelola kreditnya dengan baik akan berkembang, sedangkan usaha bank yang selalu dihadapi oleh kredit bermasalah akan mengalami kemunduran cepat atau lambat. Maka bank harus menganalisis kredit terlebih dahulu sebelum kredit diberikan, analisis kredit merupakan peralatan yang sangat penting untuk pengambilan keputusan yang tepat apakah kredit diberikan atau tidak.
(38)
34
Semakin baik analisa kredit maka semakin berkurang resiko kredit bermasalah atau kredit macet.
Menurut Kasmir (2000:155) Kredit bermasalah adalah :
Kredit bermasalah atau kredit macet adalah kredit yang didalamnya terdapat hambatan yang disebabkan oleh 2 unsur yakni dari pihak perbankan dalam menganalisis maupun dari pihak nasabah yang dengan sengaja atau tidak sengaja dalam kewajibannya tidak melakukan pembayaran .
Kredit macet adalah kredit yang mengalami ketidaklancaran dalam proses pelunasannya. Hal ini disebabkan karena nasabah tidak tepat waktu dalam membayar dan mengembalikan kewajibannya membayar kredit.
Non Performing Loan (NPL) adalah permasalahan yang muncul dari beberapa nasabah dalam melakukan pengembalian kredit terhadap kualitas kredit atau penggolongan kredit berdasarkan ketidak lancaran :
1. Dalam Perhatian Khusus
Kredit dalam perhatian khusus (DPK) yaitu kredit yang selama 1-2 bulan mutasinya mulai tidak lancar, debitur mulai menunggak.
2. Kurang Lancar
Kriteria dikatakan kurang lancar (KL) adalah adanya tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah dilampaui 90 hari, frekuensi rekening yang lemah, dan terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur.
3. Diragukan
Kriteria dikatakan diragukan (D) yaitu tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 180 hari, dan terjadi kapitalisasi bunga.
(39)
35
4. Macet
Kriteria dikatakan macet (M) adalah terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah melampaui 270 hari, dan jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.
Perhitungan kolektibilitas ini menggunakan indicator rasio NPL sesuai dengan peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004. Penurunan kolektibilitas akan berpengaruh kepada penilaian debitur di neraca yang mencerminkan semakin besar pula penyisihan debitur yang diragukan yang harus diperhirungkan. Tujuan dari penyisihan debitur ini adalah untuk menyajikan informasi kepada manajemen mengenai besarnya debitur yang kurang lancer dan diragukan, yang akan bermanfaat dalam menunjang keputusan yang akan diambil.
(40)
36
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran BANK
KREDIT
FAKTOR FAKTOR PENYEBAB :
1. Dari Pihak Perbankan
a. Pihak analis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya atau mungkin salah dalam perhitungan.
b. Terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subyektif.
2. Dari Pihak Nasabah
a. Adanya unsure kesengajaan, tidak adanya unsur kemauan untuk membayar walaupun sebenarnya nasabah tersebut mampu membayar. b. Adanya unsur ketidak sengajaan, artinya debitur ingin membayar akan
tetapi tidak mampu, nasabah lagi terkena musibah.
KREDIT BERMASALAH
KREDIT LANCAR
KREDIT DALAM PERHATIAN
KHUSUS
KREDIT KURANG LANCAR
KREDIT DIRAGUKAN PENGGOLONGAN
KREDIT
(41)
37
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kredit bermasalah pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung. Melalui penelitian ini penulis akan mengumpulkan data sebagai mana objek yang akan diteliti, sedangkan ruang lingkup penelitian mencakup tinjauan secara umum dan keseluruhan mengenai kredit bermasalah.
Objek penelitian menurut Husein Umar (2005:303)
mengemukakan bahwa: Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu .
Penulis melakukan penelitian ini untuk mengumpulkan data yang dijadikan bahan dalam penelitian yang berjudul analisis rasio kredit bermasalah pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung. Dalam melakukan penelitian ini objek penelitian ini adalah kredit bermasalah pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung.
(42)
38
3.2Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif artinya penelitian yang dilakukan adalah menekankan analisanya pada data-data numeric (angka), yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai suatu keadaan berdasarkan data yang diperoleh dengan cara menyajikan, mengumpulkan dan menganalisis data tersebut sehingga menjadi informasi baru yang dapat digunakan untuk menganalisa mengenai masalah yang sedang diteliti.
Menurut Sugiono (2005:21) metode deskriftif adalah : Metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas .
Penggunaan penelitian ini dimaksudkan untuk mengambarkan secara lengkap mengenai kondisi kredit bermasalah (non performing loan) pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung, menjelaskan faktor faktor penyebab kredit bermasalah, dan memaparkan penangan yang dilakukan bank untuk mengatasi kredit bermasalah.
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Moh. Nazir (2003:84),
(43)
39
mengemukakan bahwa Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian .
Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2011:30) adalah :
1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dan fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian;
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi; 3. Menetapkan rumusan masalah;
4. Menetapkan tujuan penelitian;
5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori;
6. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data;
7. Melakukan analisis data.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang maupun objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. (Sugiono 2002:20).
Berdasarkan topik yang dibahas pada penyusunan penelitian yaitu Analisis Rasio Kredit Bermasalah pada PT. Bank BJB Kantor Cabang
(44)
40
Suci Bandung. penulis akan menjelaskan mengenai tinjauan umum secara keseluruhan tentang analisis kredit bermasalah.
Berdasarkan judul yang penulis tuangkan dalam tugas akhir ini yaitu Analisis Rasio Kredit Bermasalah pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung , maka dapat ditentukan 1 (satu) variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Kredit Bermasalah (X).
Dalam penelitian ini operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Table 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel / Sub variabel
Konsep Variabel Indikator Skala
Kredit Bermasalah
(X)
Kredit macet adalah kredit yang didalamnya terdapat hambatan yang disebabkan oleh 2 unsur
yakni dari pihak
perbankan dalam
menganalisis maupun
dari pihak nasabah yang dengan dengaja atau tidak sengaja dalam
kewajibannya tidak
melakukan
pembayaran. Kasmir
(2000 : 155)
Kredit Bermasalah:
Kredit Kurang
Lancar
Kredit Diragukan Kredit Macet
Dengan Menggunakan Rumus :
NPL= Kredit Bermasalah x 100% Total Kredit yg diberikan
Rasio
(45)
41
3.2.3 Sumber dan Teknis Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data
Penentuan sumber data penelitian dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Data Primer (primary data)
Pengertian data primer menurut Sugiono (2009:137) Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data .
Menggunakan data primer karena peneliti mengumpulkan sendiri data data yang dibutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti.
2. Data Sekunder (secondary data)
Data yang diperoleh secara tidak langsung baik dari buku literatur, arsip-arsip dan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh instansi bersangkutan ataupun media lain mengenai analisis rasio kredit bermasalah (non performing loan) pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung.
Pengertian data sekunder menurut Sugiono (2009:137)
adalah : Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data . Menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi mengenai data data terkait dengan PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung.
(46)
42
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data 3.2.3.2.1 Populasi
Pengertian populasi menurut Umi Narimawati (2008:161)
adalah sebagai berikut :
Objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian .
Berdasarkan pengertian populasi diatas, maka yang akan dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah jumlah kredit yang diberikan periode tahun 2006 sampai 2009.
3.2.3.2.2 Sampel
Pengertian sampel menurut Umi Narimawati (2008:73)
adalah sebagai berikut : Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi unit pengamatan sebuah penelitian . Sesuai dengan pengertian ini maka, pengambilan sampel harus diperhatikan agar pemilihan sample tersebut dapat benar- benar sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian dan dapat mewakili populasi. Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi unit pengamatan sebuah penelitian.
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah data kredit bermasalah periode tahun 2006 sampai 2009.
(47)
43
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan sebagai berikut:
1. Studi Lapangan
Penelitian dilakukan dengan cara terjun langsung ke objek yang akan diteliti :
a. Observasi, yaitu pengumpulan data secara langsung dari objek penelitian melalui pengamatan, dicatat dan direduksi kemudian disajikan secara sistematis untuk menggambarkan obyek yang diteliti.
b. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan melalui tanya jawab secara lisan dengan sumber data yang bersangkutan secara langsung dan tanpa dengan daftar pertanyaan.
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan membaca, mempelajari dan menganalisa buku-buku, peraturan-peraturan, surat kabar, majalah dan laporan penelitian, dokumen-dokumen perjanjian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
(48)
44
3.2.5 Rancangan Analisis
Dalam menganalisis data ini, metode yang penulis gunakam dalam menyusun tugas akhir ini adalah analisis deskriptif, yaitu metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian sebagai suatu upaya untuk memecahkan masalah atau menjawab permasalahan yang dihadapi dalam situasi tertentu.
Penggunaan penelitian ini dimaksud untuk menggambarkan secara lengkap mengenai kondisi tingkat kredit bermasalah pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung. Dan menjelaskan faktor faktor yang menyebabkan kredit bermasalah semakin meningkat.
Untuk mengetahui perkembangan Non Performing Loan dari tahun
ke tahun dapat dianalisa dengan rumus :
NPL = Kredit Bermasalah X 100% Total Kredit Yang Diberikan
(49)
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Pendirian PT. Bank BJB
Pendirian Bank BJB tahun - 1961
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat adalah Bank milik Pemerintah Jawa Barat bersama-sama Pemerintah Kota/Kabupaten se- Jawa Barat dan Banten. Pendiriannya dilatarbelakangi oleh peraturan pemerintah RI Nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang di Nasionalisasi salah satu perusahaan Belanda yang ada di Bandung yaitu NV Denis ( De Erste NederlandchIndische Shareloding ) yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang bank hipotek, sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris Noezar Nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan Nomor 184 tanggal 13 Mei 1961 dan dikukuhkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat Nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PT. Bank Karya Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali dari Kas Daerah Rp. 2.500.000,-.
Perubahan Badan usaha - 1978
Untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya
Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor II/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juli 1972, tentang kedudukan Bank Karya
(50)
46
Pembangunan Jawa Barat sebagai perusahaan yang berusaha dibidang Perbankan. Selanjutnya Peraturan melalui Daerah Propinsi Jawa Barat nomor I/PD/-040/PD//1978 tanggal 27 Juni 1978, nama Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat serta meningkatkan modal bank dari Rp. 2.500.000,- menjadi Rp. 1.000.000.000,-.
Untuk mendukung perkembangan operasional Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dengan Peraturan Daerah Nomor 23/1981 tanggal 12
Desember 1981 modal dasar bank kembali ditingkatkan dari
Rp.1.000.000.000,- menjadi Rp.10.000.000.000,-.
Peningkatan Aktivitas - 1992
Pada tahun 1992 aktivitas BPD Jawa Barat ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 serta Berdasarkan PERDA Nomor II tahun 1995 mempunyai sebutan Bank Jabar dengan logo baru.
Perubahan Bentuk Hukum - 1998
Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan maka berdasarkan PERDA Nomor 22 tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor 4 tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8 tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan Mentri Kehakiman RI tanggal 16 April 1999, bentuk Hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Persroan Terbatas (PT).
(51)
47
VISI DAN MISI PERUSAHAAN
1. VISI
Menjadi 10 Bank terbesar dan sehat di Indonesia. 2. MISI
a. Pendorong terciptanya tingkat pertumbuhan perekonomian dan
pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
b. Pemegang kas daerah dan atau penyimpan uang daerah.
c. Salah satu sumber pendapatan asli daerah.
PILAR BUDAYA PERUSAHAAN
a. Orientasi kepada pasar.
b. Pengelolaan dan pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia.
c. Pemenuhan kepentingan semua pihak (stakeholder).
d. Peningkatan kualitas kerja.
4.1.2 Struktur Organisasi PT. Bank BJB
Dalam menjalankan kegiatan usaha dibutuhkan suatu struktur organisasi yang baik untuk menunjang kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, dengan maksud agar perusahaan dapat bekerja dengan lebih efektif dan efisien, suatu struktur organisasi yang baik memiliki bagian bagian pelaksanaan , pengawasan, dan pimpinan guna memperlancar tugas tugas manajemen dan misi organisasi.
(52)
48
Organisasi dapat dipandang sebagai segi, tetapi bagaimana pun juga pada umumnya organisasi dikembangkan sebagai instrumen bagi pencapaian tujuan. Muncul dimana orang menyadari organisasi sebagai jalan bagi pelaksanaan kegiatan suatu badan atau perusahaan. Struktur organisasi merupakan suatu yang telah ditetapkan yang telah memberikan petunjuk terang terhadap pola hubungan kerja, wewenang dan tanggung jawab. Disamping itu pula struktur organisasi dapat memperjelas kedudukan ataupun posisi seseorang dalam organisasi sehingga dengan demikian setiap anggota yang berhubungan dengan organisasi tersebut dapat mengetahui kepada siapa ia harus mempertanggung jawabkan pekerjaan tersebut. Dengan demikian untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1 struktur organisasi PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung :
(53)
50
4.1.3 Deskripsi Tugas
Adapun struktur organisasi dan tanggung jawab masing masing bagian
PT. Bank Jabar Banten Cabang Bandung adalah sebagai berikut :
1. Pimpinan Cabang
Tugas Pemimpin Cabang adalah :
a. Bertugas memimpin kantor cabang ditempat kedudukannya
dan bertindak atas nama direksi baik di dalam maupun di luar pengadilan dalam hubungannya dalam kegiatan usaha bank.
b. Memegang rahasia bank dan kode lalulintas keuangan.
c. Melaksanakan misi kantor cabang secara keseluruhan. d. Mengelola pelaksanaan sistem dan prosedur.
e. Merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, serta
mengelola bisnis di wilayah kerja kantor cabang.
f. Merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, serta
mengelola layanan unggul kepada nasabah.
g. Mengelola Kas Daerah.
h. Memberikan kontribusi laba yang nyata terhadap upaya
pencapaian laba bank secara keseluruhan.
i. Memberikan kontribusi yang nyata untuk mendorong
(54)
51
j. Melaksanakan kepatuhan terhadap sistem dan prosedur,
peraturan Bank Indonesia serta peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.
k. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok serta
fungsi kegiatannya.
2. Pemimpin Seksi Pemasaran Kredit, Dana Jasa, dan Supervisi Kredit Tugas Pemimpin Seksi Pemasaran Kredit, Dana Jasa, dan Supervisi Kredit adalah :
a. Mengelola pelaksanan sistem dan prosedur bidang pemasaran,
perkreditan, dan dana jasa bank.
b. Mengelola pemasaran produk dan jasa.
c. Melakukan penelitian potensi pemasaran produk dan jasa di daerah kerja kantor cabang.
d. Memasarkan kredit kepada nasabah/bukan nasabah.
e. Memproses permohonan dan mengelola kredit berikut kredit standar, garansi bank, dan dukungan bank.
f. Melakukan penjualan silang (cross selling) produk dan jasa bank.
g. Melakukan pembagian dan pemantauan kepada eksisting
debitur.
h. Memasarkan dana dan jasa bank kepada nasabah/bukan
nasabah.
(55)
52
j. Mengelola pembinaan kepada nasabah prima.
k. Melaksanakan kepatuhan terhadap sistem prosedur, peraturan BI, serta peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.
l. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok, fungsi,
dan kegiatannya.
3. Pemimpin Seksi Pelayanan
Tugas Pemimpin Seksi Pelayanan adalah :
a. Mengelola pelaksanaan sistem dan prosedur di bidang
pelayanan nasabah dan operasional bank.
b. Merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, mengelola
pelayanan produk dan jasa bank.
c. Menyediakan informasi produk dan jasa bank.
d. Mengelola pelayanan kartu ATM.
e. Mengelola pelayanan transaksi kas.
f. Mengelola kas ATM.
g. Mengelolaan pendayagunaan kas dan alat liquid secara
optimal.
h. Melaksanakan kepatuhan terhadap sistem dan prosedur
peraturan BI serta peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.
i. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok, fungsi,
(56)
53
4. Pemimpin Seksi Administrasi dan Umum
Tugas Pemimpin Seksi Administrasi dan Umum adalah :
a. Mengelola pelaksanaan sistem dan prosedur bidang pelayanan
dan operasi.
b. Mengelola transaksi jasa bank dan transaksi kliring. c. Mengelola administrasi kredit serta laporan perkreditan.
d. Mengelola entry data/voucher transaksi kliring dan
pemindahbukuan ke dalam sistem.
e. Memeriksa kebenaran atau akurasi transaksi keuangan.
f. Memantau dan mengendalikan transaksi pembukuan.
g. Mengelola analisa keuangan.
h. Mengelola laporan keuangan kantor cabang.
i. Mengelola sumber daya manusia.
j. Mengelola teknik dan informasi.
k. Mengelola logistik kerumahtanggaan, kearsipan, dan
administrasi umum lainnya.
l. Melaksanakan kepatuhan terhadap sistem dan prosedur
peraturan BI serta peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.
m. Mempertanggangjawabkan pelaksanaan tugas pokok, fungsi,
(57)
54
5. Pemimpin Kantor Intern Cabang (KIC)
Tugas Pemimpin Kantor Intern Cabang (KIC) adalah :
a. Mengelola pelaksanaan sistem dan prosedur bidang kontrol intern cabang.
b. Membantu Pemimpin Cabang dalam merencanakan dan
melaksanakan pengendalian dan pengawasan atas proses kegiatan harian serta manajemen cabang.
c. Membantu Pemimpin Cabang dalam merencanakan dan
melaksanakan serta monitoring rencana kerja dan anggaran.
d. Mengelola seluruh buku pedoman perusahaan (sistem dan
prosedur) dan bertindak sebagai sentral BPP.
e. Membantu Pemimpin Cabang dalam mengendalikan
kepatuhan terhadap sistem dan prosedur peraturan BI serta perundang-undandgan lainnya yang berlaku.
f. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok, fungsi,
dan kegiatannya.
6. Pemimpin Kantor Cabang Pembantu
Tugas Pemimpin Kantor Cabang Pembantu adalah :
a. Mengelola pelaksanan sistem dan prosedur bidang pemasaran,
perkreditan, dan dana jasa bank.
b. Memasarkan kredit kepada nasabah/bukan nasabah.
c. Melakukan penjualan silang (cross selling) produk dan jasa bank.
(58)
55
d. Memasarkan dana dan jasa bank kepada nasabah/bukan
nasabah.
e. Mengelola pelayanan produk dan jasa.
f. Mengelola pembinaan kepada nasabah prima.
g. Mengelola pelaksanaan sistem dan prosedur di bidang
pelayanan nasabah dan operasional bank.
h. Merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, mengelola
pelayanan produk dan jasa bank.
i. Mengelola pelayanan kartu ATM.
j. Mengelola pelayanan transaksi kas.
k. Mengelola kas ATM.
l. Melaksanakan kepatuhan terhadap sistem prosedur, peraturan BI, serta peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.
m. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok, fungsi,
dan kegiatannya.
7. Pemimpin Kantor Kas
Tugas Pemimpin Kantor Kas adalah :
a. Mengelola pelaksanaan sistem dan prosedur di bidang
pelayanan nasabah dan operasional bank.
b. Merencanakan, mengembangkan, melaksanakan, mengelola
pelayanan produk dan jasa bank.
c. Menyediakan informasi produk dan jasa bank.
(59)
56
e. Mengelola pelayanan transaksi kas.
f. Mengelola kas ATM.
g. Mengelolaan pendayagunaan kas dan alat liquid secara
optimal.
h. Melaksanakan kepatuhan terhadap sistem dan prosedur
peraturan BI serta peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.
i. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok, fungsi,
dan kegiatannya.
4.1.4 Kegiatan Usaha PT. Bank BJB
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh penulis di Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung mengenai aktivitas operasional Bank Jabar Banten adalah sebagai berikut :
a. Menyalurkan dana dalam aktivitas produktif baik dalam bentuk kredit maupun penempatan (placement) yang dilakukan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian (prudencial banking).
b. Sejalan dengan strategi pengembangan usaha, rencana dan
pelaksanaan operasional dilaksanakan dengan lebih menitikberatkan kepada penerapan penghematan biaya, pengembangan jaringan kantor serta penyempurnaan organisasi dalam rangka menunjang keberhasilan pengembangan usaha.
(60)
57
c. Peningkatan pelaksanaan pengawasan melekat diseluruh unit kerja, guna menghindari tindakan-tindakan yang menimbulkan inefesiensi.
d. Berorientasi pada pasar yang diarahkan pada keinginan dan
kebutuhan masyarakat pengguna jasa pengguna perbankan dengan lebih menitikberatkan kepada pemberian layanan yang lebih baik
lagi dan unggul sehingga dapat meningkatkan competitive
adventage.
e. Medukung program Pemerintah Daerah Jawa Barat dan Banten
dalam Program Pemberdayaan Ekonomi Kerayatan Dengan Penyaluran Kredit kepada masyarakat.
f. Valas, dalam hal ini Bank Jabar menyediakan jasa lainnya dengan mata uang asing artinya produk tabungan maupun pinjaman bisa dalam bentuk mata uang asing.
g. Menyediakan jasa layanan pembayaran BPIH (Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji).
h. Menjaga kepercayaan masyarakat dan menjaga kerahasiaan nasabah.
4.2 Analisis Deskriptif
4.2.1 Perkembangan Rasio Kredit Bermasalah pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung
Dalam memberikan kredit pihak bank sering mengalami kendala seperti nasabah yang diberikan pinjaman tidak membayar kewajibannya, sehingga terjadi kredit bermasalah. Dari data yang diperoleh dapat dilihat
(61)
perkem
2006 sampai 2009
Tahun Semester
2006 2007 2008 2009
Sumber : Laporan Keuangan PT. Bank
berma berikut : N P L ( % )
embangan kr 2006 sampai 2009
Perkembangan PT. Bank Semester I II I II I II I II
Sumber : Laporan Keuangan PT. Bank
Dari ta asalah yang berikut : Grafik Perkembangan 1,94 0 0,5 1 1,5 2 2,5 2006
kredit berma 2006 sampai 2009 pada tabel
PerkembanganKredit Bermasalah ( PT. Bank BJB
Periode Tahun 2006 s/d 2009 (dalam jutaan rupiah) Kredit Bermasalah DPK+KL+D+ M 211.227 110.841 128.373 150.766 208.388 202.079 364.124 438.535
Sumber : Laporan Keuangan PT. Bank
tabel di atas ng terjadi pad
Perkembangan
1,94 0,94 2006
asalah yang pada tabel 4.1 :
Tabel 4.1 Kredit Bermasalah (
BJB Kantor Cabang Periode Tahun 2006 s/d 2009
(dalam jutaan rupiah) Kredit Bermasalah DPK+KL+D+ Total Kredit yang Diberikan 211.227 10.856.350 110.841 11.760.151 128.373 12.852.614 150.766 13.033.919 208.388 14.618.252 202.079 16.400.005 364.124 18.497.109 438.535 19.562.011
Sumber : Laporan Keuangan PT. Bank BJB diolah kembali.
as dapat diga ada Bank BJB
Gambar 4.2 PerkembanganKredit Bermasalah (
0,99 1,15
2007 TAHUN
g terjadi pad
Tabel 4.1
Kredit Bermasalah (Non Performing Loan
CabangSuci Periode Tahun 2006 s/d 2009
(dalam jutaan rupiah) Total Kredit yang Diberikan Performing 10.856.350 11.760.151 12.852.614 13.033.919 14.618.252 16.400.005 18.497.109 19.562.011 diolah kembali.
gambarkan g BJB periode
Gambar 4.2 Kredit Bermasalah (
1,42 1,23 2008 TAHUN
ada Bank BJB
Non Performing Loan
SuciBandung Periode Tahun 2006 s/d 2009
(dalam jutaan rupiah)
Non Performing Loan (%) 1.94 0.94 0.99 1.15 1.42 1.23 1.96 2.24
grafik perke e 2006 samp
Kredit Bermasalah (Non Performing Loan 1,96
1,23
2008 2009
BJB periode t
Non Performing Loan) Bandung
Perkembangan (%)
- ( 1 ) 0.05 0.16 0.27 ( 0.19 )
0.73 0.28
kembangan k pai 2009 seb
Non Performing Loan)
1,96 2,24 2009
58
e tahun
Perkembangan
( 0.19 )
kredit sebagai
Semester 1 Semester 2
(62)
59
Dari perkembangan NPL pada tabel 4.1 dan gambar 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah NPL Bank BJB Cabang Suci Bandung periode 2006 sampai 2009 mengalami fluktuasi, namun keadaan NPL tersebut cenderung meningkat. Pada keadaan ini Bank BJB Cabang Suci Bandung dinyatakan sehat, karena kondisi kredit bermasalah dapat dilihat dari rasio non performing loan (NPL) yang tidak melampaui batas toleransi kredit yaitu 5% yang merupakan batas kredit yang tidak tertagih setelah dinyatakan macet, standar ini ditetapkan oleh Bank Indonesia selaku pemegang otoritas pengaturan perbankan di Indonesia.
4.2.2 Analisis Rasio Perkembangan Kredit Bermasalah pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung
Dari tabel 4.1 dan grafik 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dalam kegiatan pemberian kredit, Bank BJB seringkali mengalami kredit
bermasalah. Kredit Bank BJB rata rata mengalami kenaikan.
1. Pada tahun 2006 semester II kredit bermasalah pada Bank BJB
mengalami penurunan dari 1.94% menjadi 0.94% yaitu sebesar 1%. Hal ini disebabkan karena ada pengawasan kredit yang cukup baik.
2. Pada tahun 2006 semester II ke tahun 2007 semester I kredit bermasalah pada Bank BJB mengalami kenaikan sebesar 0.05% dari 0.94% menjadi 0.99%. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran nasabah untuk mengembalikan kredit yang telah diberikan.
(63)
60
3. Pada tahun 2007 dari semester I ke semester II kredit bermasalah Bank BJB mengalami kenaikan lagi sebesar 0.16% dari 0.99% menjadi 1.15%. Pada bulan ini banyak nasabah yang menunggak sehingga kredit bermasalah meningkat lagi.
4. Pada tahun 2007 semester II mengalami kenaikan di tahun 2008 semester I sebesar 0.27% dari 1.15% menjadi 1.42%. Hal ini disebabkan pihak perbankan harus lebih teliti lagi dalam menganalisis calon nasabah terlebih dahulu dengan 5C yaitu character, capacity, capital, collateral, condition of economic.
5. Pada tahun 2008 dari semester I ke semester II kredit bermasalah Bank BJB mengalami penurunan sebesar 0.19% dari 1.42% menjadi 1.23%. Pada bulan ini bank mampu mengatasi kredit bermasalah.
6. Pada tahun 2008 semester II kredit bermasalah mengalami kenaikan yang sangat tinggi di tahun 2009 semester I sebesar 0.73% dari 1.23% menjadi 1.96%. Karena nasabah banyak yang meminjam kredit pada Bank Jabar tetapi bank kurang melakukan penilaian terhadap calon debitur yang akan menerima kredit sehingga kredit bermasalah meningkat.
7. Dan pada tahun 2009 dari semester I ke semester II kredit bermasalah Bank Jabar mengalami kenaikan sebesar 0.28% dari 1.96% menjadi 2.24%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat menghambat kelancaran pengembalian kredit yaitu dari pihak perbankan dan dari pihak nasabah. Kenaikan ini karena bank tidak dapat menanggulangi
(64)
61
masalah kredit macet yang ada. Sehingga dari tahun ke tahun kredit bermasalah selalu terjadi.
Dari analisis rasio NPL diatas dapat diketahui bahwa jumlah NPL Bank BJB Cabang Suci Bandung mengalami fluktuasi, namun keadaan NPL tersebut cenderung meningkat. Pada keadaan ini Bank BJB Cabang Suci Bandung dinyatakan sehat, karena kondisi kredit bermasalah dapat dilihat dari rasio non performing loan (NPL) yang tidak melampaui batas toleransi kredit yaitu 5% dari standar ketentuan Bank Indonesia.
4.2.3 Faktor faktor yang Menyebabkan Kredit Bermasalah dan Penanganannya pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung
Berdasarkan hasil observasi pada Bank BJB, penyebab terjadinya kredit bermasalah adalah sebagai berikut.
1. Faktor Internal Bank
a. Kebijaksanaan kredit yang kurang menunjang.
b. Adanya kelemahan dalam pengawasan kredit.
c. Adanya kelalaian dari petugas bank. 2. Faktor Eksternal
a. Peraturan Pemerintah, seperti : Debitur mengalami resiko politik atau pemerintah, yaitu adanya kebijakan impor atau ekspor sehingga hasil produksi debitur kalah bersaing dengan produk impor .
(1)
63
d) Penambahan jangka waktu kredit. e) Penambahan fasilitas kredit. f) Pengambilalihan asset debitur.
3. Keringanan dan pembebasan sebagian suku bunga dalam rangka pelunasan.
4. Penjualan barang jaminan. 5. Diserahkan ke pengadilan.
6. Dihapus secara administrative dan secara efektif.
Tindak lanjut yang dilakukan oleh Bank BJB jika tidak ada respon baik debitur, yaitu :
1. Mengadakan rundingan secara damai dan menambah denda tunggakan.
2. Melakukan penagihan melalui pengacara. 3. Menyerahkan perkara melalui pengadilan. 4. Melakukan penyitaan jaminan.
(2)
64 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perkembangan kredit bermasalah (Non Performing Loan) pada PT.Bank BJB Cabang Suci Bandung mengalami fluktuasi. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2009 semester II. Kenaikan yang terjadi disebabkan karena bank tidak mampu mengawasi kredit bermasalah. Sedangkan penurunannya disebabkan bank mampu mengawasi jumlah kredit yang diberikan pada nasabah.
2. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka analisis perkembangan kredit bermasalah pada PT. Bank Bank BJB Cabang Suci Bandung secara umum dapat dikatakan cenderung meningkat. Peningkatan kredit bermasalah yang paling tinggi terjadi pada tahun 2008 semester II ke tahun 2009 semester I. Hal ini disebabkan oleh keadaan ekonomi yang tidak stabil yang akhirnya menyebabkan pendapatan masyarakat dan perusahaan berkurang sehingga nasabah menunggak sampai akhirnya tidak dapat membayar hutang kreditnya pada bank sampai waktu yang telah ditentukan.
3. Kredit bermasalah (Non Performing Loan) di PT. Bank Jabar Banten Cabang Bandung disebabkan oleh dua faktor yaitu pihak perbankan dan pihak debitur.
(3)
65
5.2Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan yang telah penulis lakukan, maka penulis ingin memberikan sedikit saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya dalam pengambilan keputusan layak atau tidaknya nasabah mendapatkan kredit maka pihak bank wajib bersikap hati hati dan menganalisis nasabah terlebih dahulu sehingga tidak menimbulkan permasalahan dalam hal pengembalian kredit.
2. Pemberian kredit dalam proses perbankan selain memberikan banyak keuntungan, juga mengakibatkan banyak resiko yang dapat mempengaruhi laba bank dan kelangsungan usaha perbankan. menyalurkan dana tersebut pihak bank wajib melakukan prinsip kehati hatian karena pemberian fasilitas kredit ini beresiko tinggi yang dapat berpengaruh pada kelangsungan usaha bank.
3. Penanganan kredit bermasalah yang sudah ada hendaknya memberikan surat peringatan 1 sampai 3 kali yang masing masing berlaku satu bulan, sehingga dapat memberikan kesempatan pada debitur untuk melunasi pembayaran angsuran kredit yang telah jatuh tempo.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Bank BJB. (2006-2009). Laporan Keuangan Publikasi Bank, (http//www.bankjabar.co.id).
Bank Indonesia. (2006-2009). Laporan Keuangan Publikasi Bank. (http//www.bi.co.id).
Basuki, Agus. (2007). Modul Service Exellent Karyawan, Yogyakarta : PTP Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. (2001). Dasar Dasar Perbankan, Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Hasibuan, Malayu S.P. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Kasmir. (2000). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. (2002). Dasar-Dasar Perbanka, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Kasmir. (2003). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
Kasmir. (2006). Manajemen Perbankan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Narimawati, Umi. (2008). Analisis Multifariat Untuk Penelitian Ekonomi,
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Narimawati, Umi. (2011). Riset Manajemen Sumber Daya Manusia Aplikasi Contoh dan Perhitungannya. Jakarta : Agung Media.
Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Siamat, Dahlan. (2004). Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum.
Sugiono. (2002). Metodologi Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta. Sugiono. (2005). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta.
Sugiono. (2009). Metode Penenlitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung : Alfabetis.
Suhardjono. (2003). Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta : UPP AMP YKPN Ikut Mencerdaskan Bangsa.
Sutojo, Siswanto. (2002). Mengenali Arti dan Penggunaan Neraca Perusahaan, Jakarta : PT. Damar Mulia Pustaka.
(5)
Tjoekam, H. Moh. (2000). Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial Konsep, Teknik dan Kasus, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Umar, Husein. (2005). Metodologi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo. Untung, budi. (2005). Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta : Andi. Pasal 1 angka 12 Undang Undang Perbankan Tahun 1992.
Undang Undang No. 7 Tahun 1992. Undang Undang No. 10 Tahun 1998. Undang Undang No. 10 Tahun 1999.
www.bi.co.id www.google.com
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Puspa W.Suhaerlin
NIM : 21508010
Tempat Tanggal Lahir : Karawang, 27 Januari 1990
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Telp/Hp : 085721237966
Email : puspasuhaerlin@yahoo.com
Judul Laporan : Analisis Rasio Kredit Bermasalah Pada PT. Bank BJB Kantor Cabang Suci Bandung.
DATA PENDIDIKAN
1. SDN Juanda Sarimulya V Cikampek 1996 2002 Berijazah
2. SMP Negeri 2 Cikampek 2002 2005 Berijazah
3. SMA Negeri 1 Cikampek 2005 2008 Berijazah