Luas lahan optimum untuk usaha tani bawang merah di desa Kemukten berdasarkan perhitungan produktivitas dan biaya produksi total

LUAS LAHAN OPTIMUM
UNTUK USAHATANI BAWANG MERAH
DI DESA KEMUKTEN BERDASARKAN PERHITUNGAN
PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PRODUKSI TOTAL

Oieh
ARNIE ANGGRAINI
A24102053

PROGRAM STUD1 ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
ARNIE ANGGRAINI, Luas Lahan Optinrrrn? Unfuk Usahatani Bawang Merah
di Desn Kentukten Berdasarkan Perhifungun Prodtrkiivifas dun B i q a Produksi
Total. Vibawah bimbingan SUPIANDI SABIHAM dan SYAIFUL ANWAR
Desa Kemukten merupakan salah satu desa sentra produksi bawang
merah di Kabupaten Brebes. Sebagian besar lahan di Desa Kemukten difbngsikan
untuk lahan pertanian. Sumberdaya manusia yang tersedia sangat menunjang

dilakukannya usahatani bawang merah, karena pada umumnya penduduk di Desa
Kemukten memiliki mata pencaharian dibidang pertanian. Produksi bawang
merah di desa ini dihasilkan oleh petani-petani berlahan sempit, berkisar antara
800 - 5.000 m2, dengan waktu pola tanam tertentu.
Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis usahatani, Revenue-Cost
Ratio (RIG ratio), dan luas lahan optimum untuk petani bawang merah di Desa
Kemukten serta menganalisis sejauh mana faktor-faktor usahatani mempengaruhi
tingkat pendapatan petani bawang merah. Metode yang digunakan adalah simple

random sampling yang diharapkan dapat mencerminkan populasi petani di
seluruh daerah penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2005 - Januari
2006. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
Rendahnya kualitas dan produktivitas hasil pertanian bawang merah
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu usahatani dan keadaan sosial ekonomi
masyarakat. Dalam ha1 usahatani, yang paling berpengaruh adalah penguasaan
lahan pertanian yang sempit dan teknologi yang masih tergolong tradisional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan yang dikuasai oleh
petani di Desa Kemukten paling banyak adalah lebih kecil dari 0,25 bektar dan
lebih dari 50 persen petani bawang merah di Desa Kemukten menyewa lahall


untuk budidaya bawang merah. Perbedaan pendapatan antara petani pemilik dan
petani penyewa disebabkan oleh produktivitas petani pemilik lebih tinggi
dibandingkan petani penyewa, serta biaya yang dikeluarkan oleh petani pemilik
lebih sedikit dibandingkan petani penyewa. Usahatani bawang merah di Desa
Kemukten musim tanam Juli

-

Agustus cukup menguntungkan karena

mempunyai R/Cratio yang lebih besar dari satu. Untuk memperoleh produktivitas
maksimum maka luas lahan garapan yang diusahakan petani sekitar 0,3 ha (3.000
m2). Sedangkan untuk memperoleh produktivitas optimum berdasarkan biaya total
yang dikeluarkan oleh petani maka luas lahan yang diusahakan sekitar 0,l ha
(1.000 m2).

ABSTRAK
ARNE ANGGRAINI, Optimum Land Area For Shallot Fanning in Village of
Kemukten Based on Calculation of Productivity and Total Production Cost. Under
supervision of SUPIANDI SABIHAM and SYAIFUL ANWAR.

Village of Kemukten is one of shallot producers in the welllcnown Subprovince of Brebes as central shallot producer. Most of land in this village is used
for agriculture, in particular shallot. Human resource in this village is in line with
shallot cultivation. Most of shallot producer in this village is managing small land
area, ranged from 800

-

5,000 m2, and having certain seasonal pattern of

cultivation.
The research objectives were to analyse farming system, Revenue-Cost
Ratio (R/C Ratio), and optimum land area for shallot farming in village of
Kemukten, and to analyse the influence of farming factors on farmer's income.
The method used was simple random sampling which was expected expressing all
farmers character in the area. This research is conducted fiom July 2005 -January
2006. The collected data included primary and secondary data
The result indicated that lower quality and productivity of shallot
cultivation was due to farming system and social economic of the people. In the
case of farming system, the most affecting factors were the small manage land
area and the traditional technology.

In general, the manage land area for shallot cultivation was smaller than
0.25 ha, and more than 50 percent of farmer rent the manage land. Difference of
income between farmers as land owner and farmers as land renter was due to a
higher productivity of farmers as land owner, and because of the cost of
cultivation of farmers as land owner was less than that of farmers as land renter.