Konsep Pendidikan Akhlak: Studi Pemikiran Buya Hamka
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK (Studi Pemikiran Buya Hamka)
SKRIPSI
Oleh:
IBNU AL QOYYIM NIM. 07110005
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH 2014
(2)
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK (Studi Pemikiran Buya Hamka)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang untuk memenuhi sala satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)
Oleh:
IBNU AL QOYYIM NIM. 07110005
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH 2014
(3)
LEMBAR PERSETUJUAN
KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK (Studi Pemikiran Buya Hamka)
SKRIPSI
Oleh:
IBNU AL QOYYIM NIM. 07110005
Disetujui oleh:
Pembimbing I
Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si
(4)
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang
dan diterima untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Pada Tanggal: 26 April 2014
Mengesahkan, Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Malang Dekan,
(5)
MOTO:
Orang yang tulus beramal tidak membayangkan bagaimana orang-orang akan ramai memuji ketika ia sukses menyudahi suatu pekerjaan, tetapi bagaimana amal
(6)
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
1. Ayahanda (Alm) Abd. Mu’ari dan Ibunda Siti Ngatiqoh 2. Adikku Sukainah Al Husaini
(7)
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:Nama : Ibnu Al Qoyyim
NIM : 07110005
Tempat/ Tgl. Lahir : Malang, 18 Oktober 1987
Fak./Jurusan : Agama Islam / Pendidikan Agama (Tarbiyah) Menyatakan bawah Tugas Akhir / Skripsi dengan jurnal :
Konsep Pendidikan Akhlak (Studi Pemikiran Buya Hamka)
adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebaian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapat saksi akademis.
Malang, 22 April 2014 Mahasiswa Ybs,
(8)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah. Kami memuji, memohon pertolongan, dan ampunan kepada-Nya. Kami berlindung kapada Allah dari kejahatan diri kami dan keburukan amal-amal kami. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya. Barangsiapa yang disesatkan Allah, tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada
Illah selain Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba dan Rasul-Nya, amma ba’d.
Begitu besar rasa syukur yang kami sampaikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’alla yang menolong kami dalam menghadapi setiap ujian hidup kami, termasuk terselesaikannya skripsi ini. Skripsi ini kami ajukan untuk memenuhi persyaratan lulus dari jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas Muhammadiyah Malang. Semoga Allah Subhanahu wa ta’alla menambah kemuliaan kepada lembaga pendidikan yang telah membangun bangsa dan menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar ini, menambah kemudahan bagi peserta didik yang ingin mencari ilmu, dan segala sarana didalamnya menjadi berkah untuk setiap generasi.
Kehadiran nasi di atas piring makan bukan saja karena usaha orang yang akan makan. Demikian pula skripsi ini, terselesaikan bukan karena usaha penulis saja, melainkan banyak pendukung yang ikut berpartisipasi membantu terselesaikannya skripsi ini. Kami sampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
(9)
1. Allah Subhanahu wa ta’alla yang telah memberikan akal, perasaan, dan tubuh ini sehingga terbentuk pada satu tempat yaitu: fitrah manusia. 2. Keluarga yang selalu memberikan sarana yang tidak terhitung jumlahnya
sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan hingga jenjang universitas. Semoga Allah membalas segala pengorbanan yang diberikan khususnya kedua orang tua peneliti. Semoga Allah meridhai mereka, menjadikan jiwa mereka tenteram, dan kembali dengan keridhaan Allah
Subhanahu wa ta’alla.
3. Bapak dan Ibu dosen yang sabar, tulus, dan ikhlas berjuang mencerdaskan peserta didik. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’alla membalas dengan kelapangan dada, jiwa besar, memiliki tambahan ilmu yang luas, bermanfaat dunia akhirat, bangsa dan negara, serta seluruh alam.
4. Teman sejawat yang senantiasa menghiasi hidup penulis, canda tawa, duka sengsara, suka ceria, entah apalagi yang bisa penulis ungkapkan. Semoga saja Allah Subhanahu wa ta’alla memberikan petunjuk dan menjaga semuanya.
5. Teman seperjuangan, yaitu teman organisasi penulis. Semoga mereka tetap pada perjuangan kebenaran bukan kebohongan, kejujuran bukan pengkhianatan.
Berkat dukungan dan partisipasi mereka semua secara tidak langsung telah membentuk sikap dan mungkin pikiran penulis. Penulis juga menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, segala bentuk saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan penulis harapkan.
(10)
Semoga Allah Subhanahu wa ta’alla meridhai apa yang aku kerjakan. Mengampuni dosa dan khilaf diriku yang banyak berbuat dosa. Baik nyata atau tidak, baik sadar atau tidak. Dan semoga Allah memberikan petunjuk kepada makhluk-Nya yang ingin mencari jalan pulang. Amin.!
(11)
DAFTAR ISI
ABSTRAK …….. ... i
ABSTRACT …….. ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Definisi Operasional ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10
2.2 Pengertian dan Tujuan Pendidikan ... 11
2.3 Pengertian Moral dan Etika ... 16
2.4 Pengertian Akhlak ... 18
2.4.1 Ruang Lingkup Akhlak... 21
2.4.2 Ciri-ciri Akhlak Dalam Islam ... 22
2.4.3 Macam-macam Akhlak ... 24
2.4.3 Urgensi Penanaman Akhlak ... 25
2.5 Pengertian Insan Kamil ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31
3.2 Pendekatan Penelitian ... 31
3.3 Sumber Data ... 32
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.5 Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Biografi Buya Hamka ………. ... 36
(12)
4.1.1 Kehidupan ... 36
4.1.2 Karir ... 38
4.1.3 Daftar Karya ... 42
4.2 Pemikiran Hamka Tentang Akhlak ... 47
4.1.1 Penelusuran Istilah Etika, Akhlak dan Padanannya ... 49
4.1.2 Pengertian Akhlak Menurut Hamka ... 51
4.1.3 Sumber Akhlak Pada Diri ... 53
4.1.4 Pengertian Adab ……….. 56
4.1.5 Pembagian Adab ……….. 57
4.1.6 Tauhid Sebagai Sumber Moral ……… 61
4.1.7 Etika (Akhlak) dalam Struktur Ajaran Islam ……….. . 62
4.2 Manusia Menurut Hamka ... 63
4.2.1 Hakikat Manusia ... 63
4.2.2 Tubuh Manusia ... 66
4.2.3 Potensi dan Daya-Daya Jiwa Manusia ... 69
4.2.4 Harga Hidup Manusia ... 80
4.2.5 Perbuatan manusia ………... 83
4.3 Manusia Sempurna ……….. 86
4.3.1 Pokok-Pokok dan Syarat Manjadi Manusia Sempurna. 90 4.3.2 Kesempurnaan Diri Pribadi ………. 95
4.3.3 Sebab-Sebab dan Kerusakan Diri Pribadi ……… 103
4.4 Pendidikan Pembentuk Akhlak ……… 110
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 116
5.2 Saran ... 117
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
(14)
DAFTAR PUSTAKA
Ali. Yunasril, (1997). Manusia Cinta Ilahi: Pengembangan Konsep Insan Kamil Ibn ‘Arabi oleh al-Jilli, cet. petama. Jakarta: Paramadina Bertens, K. (1994). ETIKA, cet. kedua. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Bungin, Burhan, (2001). Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kutitatif dan Kualitatif. Cet. pertama. Surabaya: Airlangga University Press.
_______ (2012). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. ed. Kedua. Cet. keenam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
_______ (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya.
ed. Kedua. cet. ketujuh. Jakarta, Kencana Presada Media Group.
Buya Hamka dan Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Pahlawan Nasional,
Diakses pada 20 Desember 2011 dari http:// www.al-azhar.ac.id. Cukup Allah sebagai Pelindung: Kisah Hamka di Penjara Sukabumi, 26
November 2011. Diakses pada tanggal 20 Desember 2011 dari http:// www.republika.co.id.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. cet. Ketujuh. Jakarta: Balai Pustaka.
Dirdjosisworo, Soedjono. (1984). Filsafat Hukum Dalam Konsepsi dan Analisa, Bandung: Alumni.
HAMKA, (1982). Prinsip Dan Kebijaksanaan Da’wah Islam, Cet. pertama. Jakarta: UMMINDA.
________ (1960). Pelajaran Agama Islam. cet, kedua. Jakarta: Bulan Bintang.
________ (1984). Falsafah Hidup. cet. kesebelas. Jakarta: Pustaka Panjimas.
________ (1961). Tasawuf Moderen. cet. kesebelas. Jakarta: Jayamurni. ________ (1991). Lembaga Hidup. cet. kesepuluh Jakarta: Pustaka
Panjimas.
________ (1985). Lembaga budi. cet. sembilan. Jakarta: Pustaka Panjimas.
___________ (1992). Pandangan Hidup Muslim. cet.empat. Jakarta: Bulan Bintang.
__________ (1982). Pribadi. cet. XI. Jakarta: Bulan Bintang.
(15)
__________ Tafsir Al-Azhar I-XXX, Jakarta: Pustaka Panjimas.
Haris, Abd, (2010). Etika Hamka: Kontruksi Etik Berbasis Rasional- Religius. Cet: pertama. Yogyakarta: LKiS.
Ilyas, Yunahar. (2001). Kuliah Akhlaq. cet. 4, Yogyakarta: Lembaga Pengajian dan Pengembangan Islam (LPPI).
Jazairi, Syeikh Abu Bakar Jabir. (2001). Pedoman Hidup Seorang Muslim. Jakarta: PT Megatama Sofwa Pressindo.
Jauziyah, Ibnu Qoyyim. (2011). Hikmah al-Ibtila’. (terj. Ahmad Anis dan Fauzi Bahreisy.) Jakarta: Zaman.
__________ (2002). Talbis Iblis. (Terj. Kathur Suhardi). cet. Keenam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
__________ (2012). Roh. (Terj. Kathur Suhardi.) cet. Keduapuluh Sembilan. Jakarta Timur: Pustaka Kautsar.
Maktabah Kobro, Inkelopedi Muslim, 2008
Mujianto, Gigit, et. al. (2005). Bahasa Indonesia untuk Karangan Ilmiah Makalah-Skripsi-Tesis-Disertasi. cet. Kedua. Malang: UMM Press.
Munawwir, A.W. (1997). Kamus Al-Munawwir: Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif.
Muthahhari, Murtadha, (1994). Manusia Sempurna: Pandangan Islam Tentang Hakikat Manusia. cet. kedua. Jakarta: Lentera.
Nawawi, Imam Yahya bin Syarif ad-Diin. matan arba’in an-Nawawiyah. Mesir: Ngisa al-bab al-khalab wa Syirkah.
Nizar, Samsul, (2008). Memperbincangkan Dinamika Imtelektual dan Pemikiran HAMKA Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
P.Gwinn, Robert et. al. (1990). The New Encyclopaedia Britannica/III.
Chicago: Encyclopaedia Britanica. Inc
Peter G. Riddell, (2001). Islam and the Malay-Indonesian World. C. Hurst & Co.
Purwanto, M. Ngalim, (2007). Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis. cet. 18 ed. Kedua. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. ketiga. Ed. 3. Jakarta: Balai Pustaka Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Cet. ketujuh. Jakarta: Balai Pustaka. Qarni, Aidh, (2010). Jangan Takut, Cet. pertama. Jogjakarta: Bening.
(16)
Salaim, Peter, Dan Yenny Salaim (1991). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. ed. 1. Jakarta: Modern English Press.
Shadily, Hasan et al. (1983). Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Gramedia-Printing Division.
Shiddiqy, T.M. Hasbi, (1964). Al-Islam. cet. ketiga. Jakarta:PT. Bulan Bintang.
Solomon. Robert C. (1987). Etika Suatu Pengantar. Jakarta Erlangga Sukardjo, dan Ukim Komarudin, (2010). Landasan Pendidikan Konsep
dan Aplikasinya. cet. ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suwarno, (1988). Pengantar Umum Pendidikan. cet. ketiga. Jakarta: Bina
Aksara.
Yamani, Syeh Yahya bin Hamzah.. (2012). Tashfiyat al-Qulub min Daran al-Awzar wa al-Dzunub, (terj. Maman Abdurrahman Assegaf). cet. Kesatu. Jakarta:Zaman.
Yunus, H. Mahmud. (1961). Pokok- Pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta: PT. Hidakarya Agung.
Zainuddin, et al. (1991). Seluk-Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. Cet. pertama. Jakarta: Bumi Aksara.
Zubair, Achmad Charris, (1990). Kuliah Etika. cet. Kedua. Jakarta, Rajawali Press.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Masa ini merupakan masa terjadinya berbagai peristiwa dan fitnah. Banyak ilmu sedikit manfaatnya, banyak orang tahu sesuatu tetapi sedikit yang mengamalkannya. Hanya sebatas menilai tak mampu merubah apa yang salah, terasa kesombongan melekat pada diri makhluk yang diciptakan sebaik-baik bentuk. Sedikit akan nasehat dan memberi manfaat kepada yang lainnya/sesamanya. Banyak teman dan hubungan sosial yang memberatkan tanggungan hidup dan sedikit orang yang rela dan ikhlas untuk meringankan beban hidup saudaranya, seperti pada perayaan khitan atau walimahan di lingkungan desa. Biasanya orang yang diundang dalam perayaan hajat memiliki niat untuk menabung. Tabungan ini akan dimanfaatkan pada kebutuhan yang sama, seperti meminta timbal-balik dari yang diundang kepada yang mengundang. Masuklah orang yang masuk, banyaklah percampuran, diabaikan janji-janji dan berkurangnya agama. Banyak orang yang tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya. Setiap orang bisa ikut andil dalam segala hal, yang penting bisa bicara walaupun sedikit pengetahuannya terutama pada agama yang akan membahayakan pada kerusakan keyakinan bukan menunjukkan kepada kebenaran (Q.S. al-„Ashr: 3). Bid‟ah, keraguan, dan akan melahirkan subhat dan waham.
Seperti pada realita yang ada, sedikit masyarakat/umat Islam yang mau merespon belajar agama. Mereka merasa agama sudah cukup dipelajari oleh satu
(18)
2 orang saja. Kemudian yang lainnya mencari kebutuhan dunia atau mengutamakan dunia untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya sendiri. Bila sudah kaya, segala kebutuhan hidup dunia terpenuhi, banyak yang lupa untuk kembali belajar agama. Bobroknya masyarakat atau umat dari peradabannya, dikarenakan rusaknya diri dari nilai pribadi sendiri, yaitu tidak ada lagi orang yang mau menghargai ilmu dan pengetahuan. Moh. Athiyah Al Abrasyi yang dikutip Zainuddin terhadap pemikiran Imam al-Ghazali mengatakan, “di antara prinsip- prinsip pendidikan Islam yang mesti ada bagi masyarakat Islam yang paling mengagumkan adalah pengagungan ilmu dan pengetahuan, pengagungan ulama‟ (sarjana-sarjana) dan guru-guru.”1
Sebab manusia hidup karena Allah SWT yaitu yang menjadikan manusia ada dan hidup di dunia ini karena Allah SWT hidup-matipun karena kehendak Allah saja. Ketika ulama diambil dari muka bumi ini, baru masyarakat/umat Islam resah, berkeluh-kesah karena tidak ada lagi orang yang dapat menggantikan kedudukan ulama dalam mengarahkan/menjelaskan agama Islam dalam kemurniannya di dalam masjid. Berkat masyarakat (umat Islam) miskin ilmu agamanya sendiri, masjid yang seharusnya dekat dengan petunjuk maka berubah menjadi jauh dari petunjuk. Isi dalam masjid hanya orang yang menghancurkan pondasi iman bukan membangun iman lagi.
Jauh umat dari belajar agama, jauh pula umat memperhatikan dirinya dan sikap/akhlaknya. Kalau tersinggung karena sebab ucapan orang atau kekuasaan pemerintahan dalam wilayah (desa), menjauhlah mereka dari urusan itu dengan
1 Zainuddin. dkk., Seluk-Beluk Pendidikan dari al-Ghazali (Jakarta: Bumi Aksara,1991),
(19)
3 membawa prasangka buruk. Dahulu dekat dengan masjid sekarang menjadi jauh dari masjid.
Setelah masyarakat jauh dari ilmu agama, ketika datang suatu pemikiran agama banyak masyarakat yang adu mulut, tiada lagi yang mampu menjelaskan kemurnian agama Islam. Golongan-golongan (firqah) keagamaan saling bermunculan, agama Islam ikut pula terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan satu golongan tetap pada agama Islam yang murni. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan Abu Daud di dalam Sunan-nya, dari Mu‟awiyah bin Abu Sufyan, bahwa dia berdiri seraya berkata,”Ketahuilah bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah berdiri di tempat kami ini, seraya bersabda,
.
“Ketahuilah, bahwa di antara orang-orang sebelum kalian dari Ahli Kitab terbagi-bagi menjadi tujuh puluh dua golongan, dan sesungguhnya agama ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Tujuh puluh dua di dalam neraka dan satu golongan di dalam surga, yaitu Al-Jama‟ah. Sesungguhnya dari umatku ini akan muncul segolongan orang yang berjalan beriringan dengan berbagai nafsu, sebagai anjing yang berjalan beriringan dengan rekannya.”2
Hal seperti ini terjadi karena iman yang lemah, aqidah tidak kuat bersama ilmu yang minim akan sedikit melahirkan hakikat dan mengantarkan manusia pada petunjuk agama. Ilmu yang minim, intelektual yang rendah bermula dari pendidikan yang kurang dari kesempurnaannya, tidak ada ketetapan dari
2 Ibnu-Jauzy, Talbis Iblis, tej. Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2002), cet.
(20)
4 cita/ideologi yang didambakan. Mungkin ada tetapi kurang dalam keyakinan yang melahirkan kecintaan (mencintai ideologi tersebut), kurang mengetahui cara menerapkan cita-cita/ideologi tersebut. Kurang dalam berusaha meraihnya melalui cara tersebut dan bersabar dalam hal itu.
Kurangnya kesempurnaan pendidikan tidak terlepas dari segala faktor pendukung. Pendidik yang kurang mampu atau kurang ahli dalam bidangnya tidak bisa menghantarkan peserta didik pada cita-cita/ideologi yang didambakan sehingga melahirkan akhlak yang buruk, perkelahian antar pelajar, peserta didik yang merokok, peserta didik berbohong kepada pendidik atau tidak serius dalam belajar. Pendidik yang seharusnya ahli dalam bidangnya pandai menghantarkan peserta didik pada keteguhan iman/pendirian hidup (humanis). Semua mata pelajaran akan tertuju pada agama sehingga menimbulkan akhlak mulia.
Selain itu, peserta didik dari berbagai lingkungan memiliki corak perbedaan baik akhlak/perilaku keseharian maupun intelektual dalam setiap memahami kehidupan (suka dan duka hidup). Segi keturunan ikut mempengaruhi diri peserta didik. Baik-buruknya dan cara perlakuan orang tua terhadap anak akan memberi corak kepada anak tersebut yang akan dibawa ke lingkungan sekolah.
Pemerintah yang seharusnya mendukung kelangsungan pendidikan ternyata kurang mampu dalam pelaksanaannya. Biasanya pemimpin yang memiliki ideologi dalam penerapannya akan tertuang atau nampak pada dunia pendidikan. Selain itu, sedikit ilmuwan yang termanfaatkan di Indonesia ini yang semuanya terlalu banyak berada di luar negeri. Salah satu dari kurangnya menghargai ilmu yang berdampak kurangnya kesejahteraan pendidik atau ilmuwan. Sedangkan masyarakat ikut terpengaruh dengan pandangan bahwa
(21)
5 pendidikan (sekolah) hanya untuk mencari pekerjaan (menjadi pekerja) bukan menjadi orang berilmu dan berpendirian.
Berbeda dengan masa lampau yang memiliki watak keras dalam berpendirian, berjiwa tegas terhadap hidup, berfikir keras dalam menghadapi kenyataan hidup, bersusah payah dalam hidup. Menghasilkan generasi berwatak teguh, berpikir luas sampai dihargai/disegani dalam pandangan masyarakat luas. Salah satunya adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang biasa disebut dengan HAMKA atau Buya HAMKA. Seorang yang mendapatkan pendidikan masa lampau dan berfikiran luas memiliki kejelian dalam mengoreksi segala permasalahan. Dari beliau terdapat contoh pendidikan masa lampau yang menghasilkan pendirian hidup dan memiliki pemikiran yang jeli dalam mengoreksi setiap permasalahan hidup. Baik dari diri beliau atau dari yang sudah digariskan dalam tinta buku beliau.
Sudah banyak intelektual yang mengakui akan keilmuan beliau baik dari dalam atau luar negeri. Dari penelitian yang mereka lakukan, mereka memberikan penilaiannya terhadap beliau dengan menyebut beliau sebagai seorang ulama, aktivis, politikus, jurnalis, editor dan sastrawan. Ia juga seorang pendidik yang otodidak.3 Selain itu dengan pemikirannya, Hamka juga dikenal sebagai seorang yang mampu dalam beberapa bidang keilmuan antara lain tafsir, tasawuf, fiqh, sejarah, filsafat, dan sastra.4
Dari penelitian mereka pula, Buya Hamka juga disebut sebagai seorang mufasir melalui Tafsir al-Azharnya, sastrawan melalui roman-romannya,
3 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Imtelektual dan Pemikiran HAMKA
Tentang Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana,2008),, hal: v
4 Abd. Haris, Etika Hamka Kontruksi Etik Berbasis Rasional- Religius (Yogyakarta:
(22)
6 sejarawan melalui sejarah Islamnya, “sufi” melalui Tasawuf Modern-nya, atau da‟i dengan kemampuan retorikanya yang baik5 atau dengan bukunya Prinsip Dan Kebijaksanaan Da‟wah Islam6, ataupun seorang pioner modernisasi Islam di Indonesia yang dinilai/beri predikat oleh Fachri Ali kepada beliau maupun predikat seorang antropolog, ahli politik, jurnalis, dan islamolog oleh James Rush, Karel A. Stenbrink, dan Gerard Moussay.7
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Adakah BUYA HAMKA membuat atau mempunyai konsep pendidikan akhlak yang membentuk moral manusia menuju kepribadian paripurna ( al-insan al-kamil)?
2. Bila ada konsep pendidikan akhlak yang membentuk moral manusia menuju kepribadian paripurna (al-insan al-kamil), bagaimana konsep atau karakter konsep tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini agar dapat memahami konsep pemikiran Hamka mengenai pendidikan akhlak yang membentuk kepribadian paripurna (al-insan
5 Samsul Nizar, Memperbincangkan . . . .Hal: 1
6 Buku ini sebenarnya merupakan artikel panjang yang pernah ditulis Almarhum Prof. Dr.
Hamka secara bersambung di dalam majalah Panji Masyarakat terbitan tahun 1978- 1979, ketika itu berjudul “Dakwah Islam”. Ternyata banyak permintaan artikel tersebut di susun kembali menjadi sebuah buku. Ide yang baik itu Alhamdulillah di terima oleh pangarangnya dan atas persetujuannya tersusunlah naskah berupa buku dengan judul “PRINSIP DAN KEBIJAKANSANAAN DA‟WAH ISLAM”. HAMKA, Prinsip Dan Kebijaksanaan Da’wah Islam, (Jakarta: UMMINDA, 1982), Cet: pertama.
7 Abd. Haris, Etika Hamka Kontruksi Etik Berbasis Rasional- Religius (Yogyakarta:
(23)
7 al-kamil) sehingga bisa diterapkan pada diri peneliti atau pada masyarakat (umat Islam) atau semua orang yang ingin mengetahui pemikiran HAMKA kelak akan bermanfaat membangun umat.
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam lingkup tiga hal. Lingkup umat Islam, lingkup pendidikan, dan lingkup diri sendiri.
1. Lingkup umat Islam
Banyak umat Islam yang kenal agamanya, tetapi sedikit umat Islam mengenal akan hakikat agama Islam. Sedikit umat Islam yang masuk rumah Allah SWT (masjid). Sedikit umat Islam berakhlak al-karimah, yaitu baik dari lisan maupun dari perbuatan. Sedikit umat Islam yang mengamalkan as-Sunnah Rasulullah SAW dan dianggap hal yang tidak ada manfaatnya atau ketinggalan zaman, usang tidak layak dipakai. Sedikit umat Islam yang mempelajari agama Islam, kalaupun ada hanya sebatas mencari pengetahuan (ilmu) saja tidak mencari jalan untuk mencari ridha Allah SWT. Terlalu banyak umat Islam suka terhadap hal-hal yang menggembirakan dengan dampak kepada kemaksiatan dan kedhaliman yang sedikit umat Islam sadar akan bencana yang datang. Oleh karena itu, dengan penelitian ini diharapkan agar bisa bermanfaat untuk umat Islam menjadi umat yang berwatak as-sunnah Rasulullah SAW. Menjadikan umat Islam tidak tertinggal ditelan zaman dan menunjukkan agama Islam adalah agama rahmatan lil-alamin.
(24)
8 2. Lingkup pendidikan
Dilihat dari permasalahan umum (global) dalam umat Islam, maka manfaat dari menelitian ini dalam lingkup pendidikan berupa arah dan tujuan bagaimana menjadi seorang pendidik berjiwa keislaman dan bagaimana akan menjadikan peserta didik berkepribadian paripurna (insan kamil). Bermoral Islam (al-akhlaq al-karimah) melalui ucapan, perbuatan, dan niat atau cita-cita dalam hati. Mengikuti dan mengambil contoh pada teladan baik (uswatun khasanah) serta menjadi pribadi berkarismatik yang memberi penghias lingkungan (umat Islam). 3. Lingkup diri sendiri
Pada lingkup diri sendiri ini, merupakan lingkup yang khusus untuk nasihat dan memperbaiki diri sendiri. Menjadikan diri menjadi muslim yang paham tentang agama Islam yang bisa dijadikan pedoman hidup. Serta menjadikan diri menjadi pendidik yang benar-benar pendidik, baik dalam lingkungan lembaga sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat (umat).
1.5Definisi Operasional
(1) Konsep adalah rancangan dasar dari suatu pemikiran dalam memahami suatu obyek. Maksud konsep pada penelitian ini yaitu langkah-langkah yang mengarah kepada terciptanya tujuan hidup.
(2) Pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir sampai terciptanya kedewasaan, dalam arti jasmani dan rohani. Maksud pendidikan pada penelitian ini yaitu suatu gambaran/wawasan yang dapat diterapkan pada pribadi manusia.
(25)
9 (3) Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Maksud akhlak pada penelitian ini ialah perilaku/sikap mulia akan melekat pada diri manusia yang nantinya akan menjadi kesempurnaan dalam hidup.
(4) Pemikiran merupakan corak manusia dalam menggunakan akalnya dalam menggambarka obyek. Maksud pemikiran dalam penelitian ini adalah memahami cara berfikirnya seseorang (tokoh) dalam memahami dan menggambarkan suatu obyek.
(5) Buya Hamka adalah tokoh Islam kelahiran Sumatera Barat, 17 Februari 1908. Hamka merupakan sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik. Ia dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia setelah dikeluarkannya Keppres No. 113/TK/Tahun 2011 pada tanggal 9 November 2011.
(1)
cita/ideologi yang didambakan. Mungkin ada tetapi kurang dalam keyakinan yang melahirkan kecintaan (mencintai ideologi tersebut), kurang mengetahui cara menerapkan cita-cita/ideologi tersebut. Kurang dalam berusaha meraihnya melalui cara tersebut dan bersabar dalam hal itu.
Kurangnya kesempurnaan pendidikan tidak terlepas dari segala faktor pendukung. Pendidik yang kurang mampu atau kurang ahli dalam bidangnya tidak bisa menghantarkan peserta didik pada cita-cita/ideologi yang didambakan sehingga melahirkan akhlak yang buruk, perkelahian antar pelajar, peserta didik yang merokok, peserta didik berbohong kepada pendidik atau tidak serius dalam belajar. Pendidik yang seharusnya ahli dalam bidangnya pandai menghantarkan peserta didik pada keteguhan iman/pendirian hidup (humanis). Semua mata pelajaran akan tertuju pada agama sehingga menimbulkan akhlak mulia.
Selain itu, peserta didik dari berbagai lingkungan memiliki corak perbedaan baik akhlak/perilaku keseharian maupun intelektual dalam setiap memahami kehidupan (suka dan duka hidup). Segi keturunan ikut mempengaruhi diri peserta didik. Baik-buruknya dan cara perlakuan orang tua terhadap anak akan memberi corak kepada anak tersebut yang akan dibawa ke lingkungan sekolah.
Pemerintah yang seharusnya mendukung kelangsungan pendidikan ternyata kurang mampu dalam pelaksanaannya. Biasanya pemimpin yang memiliki ideologi dalam penerapannya akan tertuang atau nampak pada dunia pendidikan. Selain itu, sedikit ilmuwan yang termanfaatkan di Indonesia ini yang semuanya terlalu banyak berada di luar negeri. Salah satu dari kurangnya menghargai ilmu yang berdampak kurangnya kesejahteraan pendidik atau ilmuwan. Sedangkan masyarakat ikut terpengaruh dengan pandangan bahwa
(2)
pendidikan (sekolah) hanya untuk mencari pekerjaan (menjadi pekerja) bukan menjadi orang berilmu dan berpendirian.
Berbeda dengan masa lampau yang memiliki watak keras dalam berpendirian, berjiwa tegas terhadap hidup, berfikir keras dalam menghadapi kenyataan hidup, bersusah payah dalam hidup. Menghasilkan generasi berwatak teguh, berpikir luas sampai dihargai/disegani dalam pandangan masyarakat luas. Salah satunya adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang biasa
disebut dengan HAMKA atau Buya HAMKA. Seorang yang mendapatkan
pendidikan masa lampau dan berfikiran luas memiliki kejelian dalam mengoreksi segala permasalahan. Dari beliau terdapat contoh pendidikan masa lampau yang menghasilkan pendirian hidup dan memiliki pemikiran yang jeli dalam mengoreksi setiap permasalahan hidup. Baik dari diri beliau atau dari yang sudah digariskan dalam tinta buku beliau.
Sudah banyak intelektual yang mengakui akan keilmuan beliau baik dari dalam atau luar negeri. Dari penelitian yang mereka lakukan, mereka memberikan penilaiannya terhadap beliau dengan menyebut beliau sebagai seorang ulama, aktivis, politikus, jurnalis, editor dan sastrawan. Ia juga seorang pendidik yang otodidak.3 Selain itu dengan pemikirannya, Hamka juga dikenal sebagai seorang yang mampu dalam beberapa bidang keilmuan antara lain tafsir, tasawuf, fiqh, sejarah, filsafat, dan sastra.4
Dari penelitian mereka pula, Buya Hamka juga disebut sebagai seorang mufasir melalui Tafsir al-Azharnya, sastrawan melalui roman-romannya,
3 Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Imtelektual dan Pemikiran HAMKA
Tentang Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana,2008),, hal: v
4 Abd. Haris, Etika Hamka Kontruksi Etik Berbasis Rasional- Religius (Yogyakarta:
(3)
sejarawan melalui sejarah Islamnya, “sufi” melalui Tasawuf Modern-nya, atau da‟i dengan kemampuan retorikanya yang baik5 atau dengan bukunya Prinsip
Dan Kebijaksanaan Da‟wah Islam6, ataupun seorang pioner modernisasi Islam di
Indonesia yang dinilai/beri predikat oleh Fachri Ali kepada beliau maupun predikat seorang antropolog, ahli politik, jurnalis, dan islamolog oleh James Rush, Karel A. Stenbrink, dan Gerard Moussay.7
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Adakah BUYA HAMKA membuat atau mempunyai konsep pendidikan akhlak yang membentuk moral manusia menuju kepribadian paripurna ( al-insan al-kamil)?
2. Bila ada konsep pendidikan akhlak yang membentuk moral manusia menuju kepribadian paripurna (al-insan al-kamil), bagaimana konsep atau karakter konsep tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini agar dapat memahami konsep pemikiran Hamka mengenai pendidikan akhlak yang membentuk kepribadian paripurna (al-insan
5 Samsul Nizar, Memperbincangkan . . . .Hal: 1
6 Buku ini sebenarnya merupakan artikel panjang yang pernah ditulis Almarhum Prof. Dr.
Hamka secara bersambung di dalam majalah Panji Masyarakat terbitan tahun 1978- 1979, ketika itu berjudul “Dakwah Islam”. Ternyata banyak permintaan artikel tersebut di susun kembali menjadi sebuah buku. Ide yang baik itu Alhamdulillah di terima oleh pangarangnya dan atas persetujuannya tersusunlah naskah berupa buku dengan judul “PRINSIP DAN
KEBIJAKANSANAAN DA‟WAH ISLAM”. HAMKA, Prinsip Dan Kebijaksanaan Da’wah
Islam, (Jakarta: UMMINDA, 1982), Cet: pertama.
7 Abd. Haris, Etika Hamka Kontruksi Etik Berbasis Rasional- Religius (Yogyakarta:
(4)
al-kamil) sehingga bisa diterapkan pada diri peneliti atau pada masyarakat (umat Islam) atau semua orang yang ingin mengetahui pemikiran HAMKA kelak akan bermanfaat membangun umat.
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam lingkup tiga hal. Lingkup umat Islam, lingkup pendidikan, dan lingkup diri sendiri.
1. Lingkup umat Islam
Banyak umat Islam yang kenal agamanya, tetapi sedikit umat Islam mengenal akan hakikat agama Islam. Sedikit umat Islam yang masuk rumah Allah SWT (masjid). Sedikit umat Islam berakhlak al-karimah, yaitu baik dari lisan maupun dari perbuatan. Sedikit umat Islam yang mengamalkan as-Sunnah Rasulullah SAW dan dianggap hal yang tidak ada manfaatnya atau ketinggalan zaman, usang tidak layak dipakai. Sedikit umat Islam yang mempelajari agama Islam, kalaupun ada hanya sebatas mencari pengetahuan (ilmu) saja tidak mencari jalan untuk mencari ridha Allah SWT. Terlalu banyak umat Islam suka terhadap hal-hal yang menggembirakan dengan dampak kepada kemaksiatan dan kedhaliman yang sedikit umat Islam sadar akan bencana yang datang. Oleh karena itu, dengan penelitian ini diharapkan agar bisa bermanfaat untuk umat Islam menjadi umat yang berwatak as-sunnah Rasulullah SAW. Menjadikan umat Islam tidak tertinggal ditelan zaman dan menunjukkan agama Islam adalah agama rahmatan lil-alamin.
(5)
2. Lingkup pendidikan
Dilihat dari permasalahan umum (global) dalam umat Islam, maka manfaat dari menelitian ini dalam lingkup pendidikan berupa arah dan tujuan bagaimana menjadi seorang pendidik berjiwa keislaman dan bagaimana akan menjadikan peserta didik berkepribadian paripurna (insan kamil). Bermoral Islam (al-akhlaq al-karimah) melalui ucapan, perbuatan, dan niat atau cita-cita dalam hati. Mengikuti dan mengambil contoh pada teladan baik (uswatun khasanah) serta menjadi pribadi berkarismatik yang memberi penghias lingkungan (umat Islam). 3. Lingkup diri sendiri
Pada lingkup diri sendiri ini, merupakan lingkup yang khusus untuk nasihat dan memperbaiki diri sendiri. Menjadikan diri menjadi muslim yang paham tentang agama Islam yang bisa dijadikan pedoman hidup. Serta menjadikan diri menjadi pendidik yang benar-benar pendidik, baik dalam lingkungan lembaga sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat (umat).
1.5Definisi Operasional
(1) Konsep adalah rancangan dasar dari suatu pemikiran dalam memahami suatu obyek. Maksud konsep pada penelitian ini yaitu langkah-langkah yang mengarah kepada terciptanya tujuan hidup.
(2) Pendidikan adalah tuntunan kepada pertumbuhan manusia mulai lahir sampai terciptanya kedewasaan, dalam arti jasmani dan rohani. Maksud pendidikan pada penelitian ini yaitu suatu gambaran/wawasan yang dapat diterapkan pada pribadi manusia.
(6)
(3) Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Maksud akhlak pada penelitian ini ialah perilaku/sikap mulia akan melekat pada diri manusia yang nantinya akan menjadi kesempurnaan dalam hidup.
(4) Pemikiran merupakan corak manusia dalam menggunakan akalnya dalam menggambarka obyek. Maksud pemikiran dalam penelitian ini adalah memahami cara berfikirnya seseorang (tokoh) dalam memahami dan menggambarkan suatu obyek.
(5) Buya Hamka adalah tokoh Islam kelahiran Sumatera Barat, 17 Februari 1908. Hamka merupakan sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik. Ia dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia setelah dikeluarkannya Keppres No. 113/TK/Tahun 2011 pada tanggal 9 November 2011.