Pengaruh sosio-demografi terhadap perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu keluarga Penentu sikap anak terhadap makan ikan laut. Penentu frekuensi anak mengonsumsi ikan laut per minggu Penentu konsumsi ikan laut per hari pada anak

terhadap mitos makan ikan laut di wilayah pesisir walaupun dengan pendidikan ibu yang secara nyata lebih rendah. Karakteristik responden anak Pengaruh wilayah pesisir sangat besar pada berbagai atribut anak. Hampir seluruh peubah anak di wilayah pesisir lebih baik, kecuali norma subyektif internal yang anak rasakan tidak berbeda nyata di kedua wilayah. Ikan laut sebagai bahan pangan untuk lauk diposisikan anak di kedua wilayah sebagai pilihan kedua setelah daging ayam. Di antara berbagai jenis produk ikan laut, ikan segar lebih banyak dipilih pada urutan pertama oleh anak di wilayah pesisir sedang anak di wilayah pedalaman lebih banyak yang memilih ikan kaleng. Produk ikan asin paling sedikit dipilih anak, terutama di wilayah pesisir. Guna meningkatkan asupan ikan laut pada anak, produk ikan kaleng yang lebih banyak dipilih anak di wilayah pedalaman dapat membuka peluang untuk meningkatkan kuantitas asupan ikan laut pada anak di wilayah pedalaman.

2. Pengaruh sosio-demografi terhadap perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu keluarga

Wilayah pesisir, pendapatan per kapita, pendidikan ibu, sikap afektif ibu, besar keluarga dan persepsi ibu tentang ikan laut memberi kontribusi nyata pada perilaku ibu menyediakan ikan laut dalam menu keluarga. Sikap kognitif ibu tidak berpengaruh nyata. Hal ini menunjukkan bahwa seberapapun positifnya sikap kognitif ibu terhadap ikan laut tidak mempengaruhi ketersediaan ikan laut dalam menu keluarga, kecuali bila sikap afektif ibu terhadap ikan laut positif.

3. Penentu sikap anak terhadap makan ikan laut.

Wilayah pesisir, pola makan keluarga, sikap afektif ibu, ketidakpercayaan ibu terhadap mitos makan ikan laut, besar keluarga dan pendidikan ibu memberi kontribusi signifikan pada sikap anak terhadap makan ikan laut. Tersedianya ikan laut dalam menu keluarga tidak berpengaruh nyata pada sikap anak. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan ikan laut dalam menu keluarga tidak membuat sikap anak positif terhadap makan ikan laut, kecuali bila sikap afektif ibu terhadap ikan laut dapat dirasakan anak.

4. Penentu frekuensi anak mengonsumsi ikan laut per minggu

Wilayah pesisir memberikan kontribusi nyata terbesar ke frekuensi anak mengonsumsi ikan laut, kemudian sikap afektif ibu dan sikap anak terhadap makan ikan laut. Sikap afektif ibu terhadap ikan laut menjadi peubah penting setelah peubah wilayah pesisir karena selain memberi kontribusi nyata pada peubah terikat, juga 1 memberi jalan tersedianya ikan laut dalam menu keluarga, dan 2 mempengaruhi sikap anak terhadap makan ikan laut menjadi lebih positif yang kemudian mempengaruhi kecenderungan dan frekuensi anak mengonsumsi ikan laut.

5. Penentu konsumsi ikan laut per hari pada anak

Wilayah pesisir memberikan kontribusi terbesar pada konsumsi ikan laut per hari, kemudian kecenderungan anak makan ikan laut. Dalam pendekatan TPB, kecenderungan anak makan ikan laut membuktikan menjadi penentu utama konsumsi ikan laut pada anak. Tidak adanya kontribusi nyata kontrol perilaku yang anak rasakan terhadap konsumsi ikan laut anak membuktikan bahwa konsumsi ikan laut pada anak merupakan perilaku tidak di bawah kontrol anak, namun merupakan perilaku yang tergantung pada berbagai peubah lainnya, seperti persepsi dan sikap afektif ibu, serta sikap anak.

6. Pengaruh ibu pada sikap dan perilaku anak makan ikan laut