Perilaku Diet Ibu Nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

(1)

PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

OLEH :

M A R S I N I NIM. 071000214

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI ANAK PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) KELOMPOK BERMAIN

GENERASI SEJAHTERA DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN MEDAN BARU

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : NETTY RAPHITA MAICHEL SITOMPUL

NIM : 061000219

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 05 Juli 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua penguji

Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes NIP. 19620529 198903 2 001

Penguji I

Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi NIP. 19670613 199303 1 400 Penguji II

Ernawati Nasution, SKM, MKes NIP. 19700212 199501 2 001

Penguji III

Dra. Jumirah, Apt, MKes NIP. 19580315 198811 2 001 Medan, Juli 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP.19531018 198203 2 001


(3)

ABSTRAK

Di beberapa pelayanan kesehatan masih ditemukan ibu-ibu yang kurang memiliki pengetahuan tentang kebutuhan gizi pada masa nifas. Ibu-ibu kadang menunjukkan perilaku negatif seperti pantangan minum susu dan makan ikan, sehingga kepercayaan ibu nifas pantang mengonsumsi makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu kekurangan zat gizi yang berkualitas.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran perilaku diet ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi adalah seluruh ibu nifas yang berjumlah 30 orang dengan jumlah sampel adalah total sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari karakteristik ibu nifas, pengetahuan, sikap dan tindakan ibu nifas. Jumlah konsumsi energi dan protein diperoleh melalui survei konsumsi makanan dengan metoda Food Recall 24 jam. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 13,33% ibu nifas memiliki pengetahuan baik, bahkan ditemukan 3,33% tingkat pengetahuan kurang. Demikian juga dalam hal sikap dan tindakan ibu nifas, hanya 26,67% dan 16,67% ibu nifas memiliki sikap dan tindakan baik, sementara kategori kurang hanya ditemukan pada tindakan ibu nifas yaitu 3,33%. Dalam hal konsumsi energi ibu nifas yang paling banyak pada kategori baik (63,33%), dan yang paling sedikit berada pada kategori kurang (3,33%), sementara tingkat konsumsi protein paling banyak pada kategori kurang (43,33%) dan defisit (36,67%).

Disarankan kepada petugas gizi puskesmas agar melakukan pendekatan kepada bidan desa untuk melakukan penyuluhan gizi kepada ibu hamil dan ibu menyusui.


(4)

ABSTRACT

In some health services there are several mothers with the lack of knowing knowledge about dietary of the post-partum mothers. The mothers sometime show negative behaviors such as taboo for drinking milk and eating fishes so that their belief of taboo of eating some certain foods lead to their condition with lack of quality nutrition.

The objective of the study is to know the description of the dietary behaviors of the post partum mothers at Tanjung Sari Village of Batang Kuis of Deli Serdang Regency. The study is a descriptive one. The population included 30 post partum mothers in which the samples were taken by total sampling method. The data collection was conducted by using questionnaire consisting of the characteristics of the post partum mothers, their knowledge, attitude and action. The total consumed energy and protein was found by consumption survey of the food by using 24-hours Food Recall method. The collected data were then analyzed descriptively.

The result of the study showed that there were only 13.33% of the post partum mothers who adequate categorized knowledge, and even there were 3.33% of those with inadequate knowledge. Similarly, in the case of attitude and action of the post partum mothers, there were only 26.67% and 16.67% of the post partum mothers who have adequate attitude and action, whereas the inadequate categorized knowledge was found in the case of their action (3.33%). In the case of the consumed energy, majority of them belonged to those with adequate knowledge (63.33%) and the most least belonged to inadequate category ( 3.33%). Whereas majority of the protein consumption belonged to inadequate (43.33%) and deficit (36,67%).

It is suggested that the nutritional providers of the primary health center (Puskesmas) to midwive to increase guidance to pregnant mothers and lactating mothers.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Marsini

Tempat / Tanggal Lahir : Sel Alian, 11 September 1967

Agama : Islam

Satus Perkawinan : Menikah

Alamat : Jln. Swadaya No. 90 Marindal Medan Alamat kantor : Jln. Pancasila No. 23 Batang Kuis

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 0100042 Air Batu Asahan : Tahun 1975 - 1981 2. SMP Swasta Yapendak Air Batu Asahan : Tahun 1981 – 1984 3. SMU Swasta PKB Helvetia Medan : Tahun 1984 – 1987 4. Akademi Keperawatan Darma Agung Medan : Tahun 1989 – 1992 4. Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU : Tahun 2007 – 2010

Riwayat Pekerjaan

1. Perawat RS Permata Bunda : Tahun 1992 – 1996 2. PNS di Puskesmas Batang Kuis : Tahun 1997 - Sekarang


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan RahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun yang bermanfaat bagi skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah : “Perilaku Diet Ibu Nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku dosen pembimbing I dan Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiranya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis dengan rasa hormat menyampaikan terimakasih kepada :

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Seluruh Dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

4. Ibu Fitri Ardiani, SKM, MPH selaku dosen penguji II dan Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku dosen penguji III.

5. Bapak Kepala Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang yang telah memberi izin untuk memperoleh data dalam penelitian ini.

6. Kepada kedua orang tuaku tercinta, adik- adikku tersayang yang telah banyak memberikan doa dan dukungan moril kepada penulis.


(7)

7. Kepada suamiku Drs. Helmi S. Putra yang telah banyak memberikan dukuan moril dan materi selama penulis mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan ini.

8. Buat anak-anakku tersayang yang selalu memberikan keceriaan di rumah dan memberikan semangat dalam menyelesaikan studi ini.

9. Kepada teman-teman terbaikku seperti Yunita, Darwin, Riris, Jojon, Jefri Sukmawati yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya pada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak, Ibu dan teman-teman sekalian. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, Juli 2010 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Abstrak... Abstrac ... Riwayat Hidup...

Kata Pengantar ... Daftar Isi ... Daftar Tabel ... Daftar Gambar ... BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.3.1. Tujuan Umum ... 1.3.2. Tujuan Khusus ... 1.4. Manfaat Penelitian ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku ... 2.2.1. Perilaku Konsumsi Makanan ... 2.2.2. Pengetahuan ... 2.2.3. Sikap... 2.2.4. Tindakan... 2.3. Masa Nifas ... 2.3.1. Perubahan Fisiologis Masa Nifas... 2.3.2. Diet Ibu Nifas... 2.4. Kerangka Konsep Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 3.2.1. Lokasi Penelitian... 3.2.2. Waktu Penelitian ... 3.3. Populasi dan Sampel ... . 3.4. Metode Pengumpulan Data... .

3.4.1. Data Primer ... 3.4.2. Data Sekunder ... 3.5. Definisi Operasional... 3.6. Aspek Pengukuran ... 3.7. Analisa Data ...


(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 4.1.1. Geografi ... 4.1.2. Demografi ... 4.1.3. Agama ... 4.1.4. Sarana Pendidikan... 4.1.5. Sarana Kesehatan ... 4.2. Karakteristik Responden ... 4.4.1. Umur ... 4.4.2. Pendidikan... 4.3. Pengetahuan Diet Ibu Nifas ... 4.4. Sikap Responden Tentang Diet Ibu Nifas... 4.4. Tindakan Diet Ibu Nifas... 4.6. Konsumsi Energi dan Protein Ibu Nifas... 4.6.1. Konsumsi Energi Ibu Nifas... 4.6.2. Konsumsi Protein Ibu Nifas ... 4.7. Frekuensi Makan Ibu Nifas... BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Ibu Nifas tentang Diet Ibu Nifas... 5.2. Sikap Ibu Nifas tentang Diet Ibu Nifas ... 5.3. Tindakan Ibu Nifas dalam Diet Ibu Nifas ... 5.4. Konsumsi Energi dan Protein Ibu Nifas... BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 6.2. Saran... DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tambahan Kecukupan Energi dan Protein Wanita Menyusui per Orang per Hari ... Tabel 3.1. Angka kecukupan Gizi Wanita ... Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Rumah Tangga Dan

Jumlah Penduduk Di Setiap Dusun di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Tahun 2009... . Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Tahun 2008 dan 2009 ... . Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut di Desa

Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Tahun 2009... . Tabel 4.4. Jenis Sarana Pendidikan di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang

Kuis Tahun 2009 ... . Tabel 4.5. Jenis Sarana Kesehatan di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang

Kuis Tahun 2009 ... . Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur... Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Diet

Ibu Nifas... . Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Diet Ibu Nifas ... Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan dalam Melaksanakan

Diet Ibu Nifas... . Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Energi Ibu Nifas ... Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Energi Ibu Nifas ... . Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan ...


(11)

DAFTAR GAMBAR


(12)

ABSTRAK

Di beberapa pelayanan kesehatan masih ditemukan ibu-ibu yang kurang memiliki pengetahuan tentang kebutuhan gizi pada masa nifas. Ibu-ibu kadang menunjukkan perilaku negatif seperti pantangan minum susu dan makan ikan, sehingga kepercayaan ibu nifas pantang mengonsumsi makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu kekurangan zat gizi yang berkualitas.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran perilaku diet ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi adalah seluruh ibu nifas yang berjumlah 30 orang dengan jumlah sampel adalah total sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari karakteristik ibu nifas, pengetahuan, sikap dan tindakan ibu nifas. Jumlah konsumsi energi dan protein diperoleh melalui survei konsumsi makanan dengan metoda Food Recall 24 jam. Data yang sudah dikumpulkan dianalisa secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 13,33% ibu nifas memiliki pengetahuan baik, bahkan ditemukan 3,33% tingkat pengetahuan kurang. Demikian juga dalam hal sikap dan tindakan ibu nifas, hanya 26,67% dan 16,67% ibu nifas memiliki sikap dan tindakan baik, sementara kategori kurang hanya ditemukan pada tindakan ibu nifas yaitu 3,33%. Dalam hal konsumsi energi ibu nifas yang paling banyak pada kategori baik (63,33%), dan yang paling sedikit berada pada kategori kurang (3,33%), sementara tingkat konsumsi protein paling banyak pada kategori kurang (43,33%) dan defisit (36,67%).

Disarankan kepada petugas gizi puskesmas agar melakukan pendekatan kepada bidan desa untuk melakukan penyuluhan gizi kepada ibu hamil dan ibu menyusui.


(13)

ABSTRACT

In some health services there are several mothers with the lack of knowing knowledge about dietary of the post-partum mothers. The mothers sometime show negative behaviors such as taboo for drinking milk and eating fishes so that their belief of taboo of eating some certain foods lead to their condition with lack of quality nutrition.

The objective of the study is to know the description of the dietary behaviors of the post partum mothers at Tanjung Sari Village of Batang Kuis of Deli Serdang Regency. The study is a descriptive one. The population included 30 post partum mothers in which the samples were taken by total sampling method. The data collection was conducted by using questionnaire consisting of the characteristics of the post partum mothers, their knowledge, attitude and action. The total consumed energy and protein was found by consumption survey of the food by using 24-hours Food Recall method. The collected data were then analyzed descriptively.

The result of the study showed that there were only 13.33% of the post partum mothers who adequate categorized knowledge, and even there were 3.33% of those with inadequate knowledge. Similarly, in the case of attitude and action of the post partum mothers, there were only 26.67% and 16.67% of the post partum mothers who have adequate attitude and action, whereas the inadequate categorized knowledge was found in the case of their action (3.33%). In the case of the consumed energy, majority of them belonged to those with adequate knowledge (63.33%) and the most least belonged to inadequate category ( 3.33%). Whereas majority of the protein consumption belonged to inadequate (43.33%) and deficit (36,67%).

It is suggested that the nutritional providers of the primary health center (Puskesmas) to midwive to increase guidance to pregnant mothers and lactating mothers.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan dalam rangka tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pengelolaan berbagai sumber daya pemerintah maupun masyarakat dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga dapat disediakan pelayanan kesehatan yang efisien, bermutu dan terjangkau. Komitmen yang tinggi terhadap kemauan, etika dan dilaksanakan dengan semangat pemberdayaan yang tinggi dengan prioritas kepada upaya kesehatan dan pengendalian penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan sangat mendukung bagi tercapainya tujuan tersebut (Depkes, RI, 2004).

Upaya mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah untuk meningkatkan keadaan kesehatan yang lebih baik dari sebelumnya. Derajat kesehatan yang optimal adalah tingkat kesehatan yang tinggi dan mungkin dapat dicapai suatu saat sesuai dengan kondisi dan situasi serta kemampuan yang nyata dari setiap orang atau masyarakat dan harus diusahakan peningkatannya secara terus-menerus (Depkes, RI, 2004).

Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi membawa perubahan terhadap pengetahuan dan sikap ibu terhadap gizi yang mengalami perubahan positif, namun perubahan tersebut belum maksimal sebagaimana yang diharapkan. Dibeberapa pelayanan kesehatan masih ditemukan ibu-ibu yang kurang memiliki


(15)

pengetahuan tentang kebutuhan gizi pada masa nifas. Ibu-ibu kadang menunjukkan perilaku negatif seperti pantangan minum susu dan makan ikan, sehingga kepercayaan ibu nifas pantang mengonsumsi makanan tertentu menyebabkan kondisi ibu kehilangan zat gizi yang berkualitas (Eslimah, 2009).

Fakta yang ada di masyarakat selain budaya yang mempengaruhi pantang makan ada pula faktor karakteristik keluarga diantaranya kondisi sosial ekonomi yang akan berpengaruh pada perilaku pantang makan. Semakin rendah kondisi sosial ekonomi seseorang semakin banyak dalam menjalankan berpantang terhadap makanan. Notoatmodjo, (2003) mengartikan kondisi sosial ekonomi berpengaruh terhadap budaya pantang makan, dimana status sosial ekonomi ditentukan oleh pendidikan, pekerjaan, pendapatan, lingkungan tempat tinggal, dan jumlah anggota keluarga.

Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu yang baru melahirkan adalah makanan yang diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kulitas dan jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya, ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk mengonsumsi makanan tertentu; ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan bagian yang lebih baik daripada anggota keluarga yang lain; atau anak laki-laki diberi makan lebih dulu daripada anak perempuan (Haryono, 2006).


(16)

Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital. Ibu nifas memerlukan diet dengan gizi yang baik dan lengkap untuk membantu tubuhnya pulih kembali setelah memenuhi kebutuhan saat kehamilan dan persalinan. Diet yang baik dapat mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi dan memenuhi proses laktasi. Ibu nifas dianjurkan untuk banyak mengonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, kalsium, vitamin serta serat makanan dan harus mencakup 3000 ml cairan yang 1000 ml diantaranya mengandung susu. Adapun kalori perhari harus ditingkatkan sampai 2700 kalori (Saifudin, 2002). Asuhan masa nifas juga diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa kritis bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawirohardjo, 2005).

Di Indonesia, berdasarkan perhitungan oleh BPS diperoleh angka kematian ibu (AKI) tahun 2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup (KH). Jika dibandingkan dengan AKI tahun 2002 sebesar 307/100.000 KH, AKI tersebut sudah jauh menurun, namun masih jauh dari target MDGs (Millenium Development Goals) 2015 (102/100.000 KH) sehingga masih memerlukan kerja keras dari semua komponen untuk mencapai target tersebut (Depkes, RI, 2004).

Kebutuhan akan asupan gizi seringkali bertentangan dengan budaya masyarakat khususnya pada ibu nifas yang tinggal di Desa Tanjung Sari Kecamatan


(17)

Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Ibu nifas harus berpantang makanan daging, telur dan sebagainya yang justru sangat diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan gizi pada ibu nifas, karena ibu dalam keadaan yang lemah setelah proses persalinan dan harus menyusui bayinya

Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang, diperoleh data jumlah penduduk pada bulan Desember 2009 sebanyak 12.008 orang, dengan jumlah kelompok wanita usia subur (WUS) sebanyak 2.608 (21,7%) orang. Dari data Puskesmas Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang diperoleh jumlah ibu nifas pada bulan Maret 2010 sebanyak 31 orang.

Melalui pengamatan penulis terhadap ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang beberapa ibu nifas memiliki kebiasaan makan yang belum sesuai dengan diet ibu nifas, antara lain : mengurangi makan telur dan ikan laut karena dikhawatirkan dapat menyebabkan gatal-gatal, tidak diperbolehkan mengonsumsi cabai karena dapat menyebabkan pedih pada luka dan bayi yang menyusui bisa mencret, tidak mengonsumsi daging terlalu banyak karena dikhawatirkan susah buang air besar, serta tidak diperbolehkan makan sayur-sayuran sejenis kubis karena dikhawatirkan kembung pada perut ibu serta bayinya.

Berdasarkan beberapa permasalahan di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti perilaku diet ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.


(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana perilaku diet ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang perilaku diet ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu nifas tentang diet ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk mengetahui sikap ibu nifas tentang diet ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui tindakan ibu nifas tentang diet ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

4. Untuk mengetahui jumlah konsumsi energi dan protein ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi petugas gizi puskesmas dalam pengembangan ilmu pengetahuan tentang perilaku diet ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.2.1. Perilaku Konsumsi Makanan

Perilaku konsumsi makan seperti halnya perilaku lainnya pada diri seseorang, satu keluarga atau masyarakat dipengaruhi oleh wawasan dan cara pandang dan faktor lain yang berkaitan dengan tindakan yang tepat. Jika ditelusuri lebih lanjut, sistem nilai tindakan itu dipengaruhi oleh pengalaman pada masa lalu berkaitan dengan informasi tentang makanan dan gizi yang pernah diterimanya dari berbagai sumber. Di sisi lain, perilaku konsumsi makan dipengaruhi pula oleh wawasan atau cara pandang seseorang terhadap masalah gizi. Wawasan ini berkaitan erat dengan pengetahuan dan sikap-sikap mental, baik berasal dari proses sosialisasi dalam sistem sosial keluarga maupun melalui proses pendidikan.

Perilaku makan pada dasarnya merupakan bentuk penerapan kebiasaan makan. Kebiasaan makan merupakan sebagai cara-cara individu atau kelompok masyarakat dalam memilih, mengonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasari pada latar belakang sosial budaya tempat mereka hidup (Arifin, 2005).

Dari sudut pandang ilmu antropologi dan ilmu sosiologi mengenai perilaku konsumsi makan individu dan sistem sosial keluarga menunjukkan, bahwa faktor umum yang mempengaruhi perubahan tersebut adalah karena adanya perubahan sosial (Arifin, 2005).


(20)

2.2.2. Pengetahuan

Pengetahuan gizi mempunyai peranan penting di dalam menggunakan pangan yang tepat, sehingga dapat tercapai keadaan dan status gizi yang baik. Tingkat pengetahuan menentukan perilaku konsumsi pangan, salah satunya melalui pendidikan gizi. Pendidikan gizi berusaha menambah pengetahuan dan perbaikan kebiasaan konsumsi pangan (Suhardjo, 2003).

Masalah gizi selain merupakan sindroma kemiskinan yang serta kaitannya dengan masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga juga menyangkut aspek pengetahuan dan perilaku yang kurang mendukung pola hidup sehat. Pengetahuan sangat penting dalam menentukan bertindak atau tidaknya seseorang yang pada akhirnya sangat akan mempengaruhi status kesehatannya (Depkes RI, 2004).

Menurut Suhardjo (2003) seorang ibu banyak tidak memanfaatkan bahan makanan yang bergizi, hal ini disebabkan salah satunya karena kurangnya pengetahuan akan bahan makanan yang bergizi. Semakin banyak pengetahuan gizinya, semakin diperhitungkan jenis dan kualitas makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Ibu yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling menarik pancaindera, dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang gizi makanan tersebut (Sediaoetama, 2000).

Dalam masa nifas ibu membutuhkan gizi yang cukup. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu sangat


(21)

berpengaruh pada jumlah ASI yang dihasilkan, ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan 700 kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktifitas ibu itu sendiri.

Sebuah teori, maternal depletion syndrome menyatakan bahwa status gizi ibu setelah peristiwa kehamilan dan persalinan, kemudian diikuti masa laktasi, tidak segera pulih dan ditambah lagi pemenuhan gizi yang kurang, jumlah paritas yang banyak dengan jarak kehamilan yang pendek, akan menyebabkan ibu mengalami drainage gizi. Akibatnya ibu akan berada dalam status gizi yang kurang dengan akibat lebih lanjut pada ibu dan anaknya. Oleh karena itu, ibu yang menyusui anaknya harus diberikan pengetahuan tentang gizi (Mochtar, R., 1998).

Soal gizi ibu hamil maupun nifas, di mana bila gizi yang dibutuhkan, hampir mirip, tetap berpedoman pada 4 sehat 5 sempurna dengan menu seimbang. Kuantitas dan kualitas makanan ibu yang baik pada saat hamil maupun masa nifas akan mempengaruhi produksi ASI. Jika keadaan gizi ibu baik secara kuantitas, akan terproduksi ASI lebih banyak daripada ibu dengan gizi kurang. Sedangkan secara kualitas tidak banyak dipengaruhi kecuali lemak, vitamin dan mineral (Mochtar, R., 1998).

2.2.3. Sikap

Berkowitz tahun 1972 pernah mendaftarkan lebih dari tiga puluh definisi tentang sikap (Azwar (2000), namun secara garis besarnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok pemikiran, yaitu:

1). Kelompok pertama yang diwakili oleh Louis Thurstone (1928), Rensis Likert (1932), Charles Osgood (1975), mengatakan bahwa “sikap adalah suatu bentuk


(22)

evaluasi atau reaksi perasaan, baik perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung dan tidak memihak (unfavorable) terhadap objek sikap tertentu”.

2). Kelompok kedua yang diwakili oleh Chave (1928), Bogardus (1931), LaPiere (1934), Mead (1934) dan Girdon Allport (1935), mengatakan bahwa “sikap adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons”.

3). Kelompok ketiga adalah yang mengatakan bahwa “sikap merupakan konstalasi komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif”. Termasuk dalam kelompok ini Secord dan Backman (1964) mengatakan bahwa “sikap adalah sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (efeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.”

Sikap terjadi karena adanya rangsangan (stimuli) sebagai objek sikap yang harus diberi respon, baik responnya positif ataupun negatif, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, dan sebagainya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap mempunyai dua kemungkinan, yaitu sikap positif dan sikap negatif terhadap suatu objek sikap. Sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui, mendukung, memihak (favorable) atau tidak menyetujui, tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) suatu objek sikap. Bila seseorang mempunyai sikap mendukung objek sikap, berarti mempunyai sikap positif terhadap objek tersebut.


(23)

Sebaliknya jika seseorang tidak mendukung terhadap objek sikap, berarti mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap objek yang bersangkutan (Fishbein, 1987).

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dalam pemilihan serta penyelenggaraan makanan. Selanjutnya akan berpengaruh terhadap gizi seseorang (Depkes. RI, 1994). Selain pengetahuan gizi yang dimilikinya, seseorang diharapkan dapat memenuhi akseptabilitas pangan, yaitu suatu sikap seseorang terhadap pangan (pangan yang sudah dikenal atau belum dikenal) dan mengonsumsinya dengan keadaan jumlah yang tidak biasa, dengan perhatian konsumsi pada rasa, mudahnya disiapkan dan cocoknya dengan kebiasaan wajar yang sudah ada (Suhardjo, 1986).

2.2.4. Tindakan

Tindakan merupakan aturan yang dilakukan, melakukan/mengadakan aturan atau mengatasi sesuatu atau perbuatan. Adanya hubungan yang erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengetahuan. Sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak dan nampak jadi lebih konsisten, serasi, sesuai dengan sikap. Bila sikap individu sama dengan sikap sekelompok dimana ia berada adalah bagian atau anggotanya (Notoatmodjo, 2003).

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan dia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinnya (dinilai baik). Oleh sebab itu indikator praktek kesehatan ini juga mencakup (Notoatmodjo, 2003).


(24)

a. Tindakan sehubungan dengan penyakit

b. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan c. Tindakan kesehatan lingkungan

2.3. Masa Nifas

Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, R., 1998).

Nifas dibagi menjadi 3 periode yaitu (Mochtar, R., 1998) :

1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri atau berjalan dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2. Puerpurium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu

3. Remote puerpurium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selain hamil/waktu mengalami komplikasi.

2.3.1. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Perubahan fisiologis pada masa nifas menurut Suherni, dkk (2009), meliputi : 1. Perubahan Uterus

Perubahan uterus adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterius dan jalan lahir setelah bayi lahir hingga mencapai keadaan sebelum hamil, jika sampai 2 minggu postpartum, uterus belum masuk panggul, curiga ada subinvolusi yang disebabkan infeksi atau perdarahan lanjut. Setelah persalinan bekas implikasi plasenta berupa luka kasar dan menonjol ke dalam cavum


(25)

uteri. Setelah minggu keenam akhirnya luka akan pulih tetapi masih mengeluarkan cairan sekret disebut lochia. Ada beberapa jenis lochia yaitu :

a. Lochia Rubra

Lochia Rubra berwarna merah segar seperti darah haid karena banyak mengandung darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel decidua, vernix caseosa, lanugo meconium. Pengeluarannya segera setelah persalinan sampai 2 hari postpartum jumlah makin sedikit.

b. Lochia Sanguinolenta

Lochia Sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-7 hari postpartum.

c. Lochia Serosa

Lochia Serosa berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pascapersalinan.

d. Lochia Alba

Lochia Alba berupa cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu. e. Lochia Purulenta

Lochia Purulenta terjadi karena infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

f. Lochiolosis


(26)

2. Perubahan Vagina dan Perineum

Perubahan vagina akan mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan), sedangkan perubahan perineum yaitu terjadi robekan pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin terlalu cepat.

3. Perubahan pada Sistem Pencernaan

Perubahan sistem pencernaan disebabkan karena makanan padat dan kurang berserat selama persalinan, disamping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubungan dengan jahitan pada perineum. BAB harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan.

4. Perubahan Perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung pada : a. Keadaan/status sebelum persalinan.

b. Lamanya partus kala 2 dilalui.

c. Besarnya tekanan kepala yang menekan saat persalinan.

5. Perubahan Sistem Muskuloskeletal atau Diatesis Rectie Abdominis

Setiap wanita nifas memiliki diatesis yaitu keadaan tubuh yang membuat jaringan-jaringan tubuh bereaksi secara luar biasa terhadap rangsangan-rangsangan luar tertentu, sehingga membuat orang itu lebih peka terhadap penyakit-penyakit tertentu.


(27)

6. Perubahan Tanda-Tanda Vital pada Masa Nifas

Perubahan Tanda-Tanda Vital pada Masa Nifas, antara lain : a. Suhu badan

Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara 37,2-37,50C, disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara. Bila suhu naik menjadi 380C pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.

b. Denyut nadi

Denyut nadi akan melambat sampai sekitar 60 x/menit, yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh, terjadi pada minggu pertama postpartum. Jika denyut nadi cepat 110 x/menit, bisa terjadi gejala shock karena infeksi, khususnya disertai peningkatan suhu tubuh. c. Tekanan darah

Tekanan darah <140/90 mmHg, tekanan bisa meningkat dari prapersalinan pada 1-3 hari postpartum. Bila tekanan rendah menunjukkan adanya perdarahan postpartum, sebaliknya jika rekanan tinggi merupakan petunjuk adanya pre-eklamsi yang bisa timbul pada masa nifas.

d. Respirasi

Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat postpartum (30 x/menit), mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda syok.


(28)

7. Perubahan Psikologi pada Masa Nifas

Perubahan seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalanim sebagai berikut :

a. Phase taking in atau tahap tergantung

Phase taking in terjadi pada hari 1-2 postpartum, perhatian ibu terhadap kebutuhan dirinya pasif dan tergantung. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam phase ini yang diperlukan ibu adalah infromasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi. b. Phase taking hold

Phase taking hold berlangsung sampai kira-kira 19 hari. Ibu berusaha mandiri dan berinisiatif, peratian dirinya mengatasi tubuhnya kelancaran miksi dan defikasi, melakukan aktifitas duduk, jalan, belajar tentang perawatan diri dan bayinya, timbul kurang percaya diri sehingga mudah mengatakan tidak mampu melakukan perawatan. Pada saat ini sangat dibutuhkan sistem pendukung terutama bagi ibu muda atau primipara karena pada phase ini sering dengan terjadinya postpartum blues.

c. Phase letting go atau saling ketergantungan

Phase letting go dimulai minggu ke 5-6 pasca kelahiran. Tubuh ibu telah sembuh. Secara fisik ibu mampu menerima tanggung jawab normal dan tidak lagi menerima peran sakit, kegiatan seksualitasnya telah dilakukan kembali.


(29)

2.3.2. Diet Ibu Nifas

Diet atau pengaturan pola makan adalah pengaturan makan yang sehat dan seimbang meliputi kecukupan nutrisi makro dan mikro yang disesuaikan dengan berat dan tinggi badan serta kadar lemak seseorang (Anonim, 2010).

Salah satu keberhasilan ibu menyusui sangat ditentukan oleh pola makan, baik di masa hamil maupun setelah melahirkan. Agar ASI ibu terjamin kualitas maupun kuantitasnya, makanan bergizi tinggi dan seimbang perlu dikonsumsi setiap harinya. Artinya, ibu harus menambah konsumsi karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh selama menyusui. Bila kebutuhan ini tidak terpenuhi, selain mutu ASI dan kesehatan ibu terganggu, juga akan mempengaruhi jangka waktu ibu dalam memproduksi ASI (Anonim, 2010).

Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa ibu dengan gizi yang baik, umumnya mampu menyusui bayinya selama minimal 6 bulan. Sebaliknya pada ibu yang gizinya kurang baik, biasanya tidak mampu menyusui bayinya dalam jangka waktu selama itu, bahkan tak jarang air susunya tidak keluar. Mengingat pentingnya ASI pada tumbuh kembang bayi di masa awal kehidupannya, ada baiknya bila ibu mengupayakan agar ASI yang bermutu baik dapat diberikan pada bayi seoptimal mungkin (Anonim, 2010).

Kebutuhan makanan bagi ibu nifas lebih banyak daripada makanan Ibu hamil. Kegunaan makanan tersebut adalah :

a. Memulihkan kondisi fisik setelah melahirkan.


(30)

Menurut Almatsier (2004) pengaturan makanan pada ibu nifas sebagai berikut:

a. Susunan hidangan sehari-hari harus seimbang, yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah serta susu.

b. Makanan pokok tidak hanya nasi, gunakanlah beraneka bahan makanan pengganti seperti mie, jagung, kentang, ubi, roti dan sebagainya.

c. Lauk-pauk gunakanlah dari jenis hewani dan jenis nabati, seperti telur, daging, ayam, ikan segar, hati, ikan asin, tempe, tahu, kacang-kacangan dan sebagainya. d. Sayuran lebih baik yang berwarna seperti bayam, kangkung, sawi, daun katuk,

wortel, buncis dan sebagainya, karena sayuran tersebut dapat membantu merangsang pengeluaran/produksi ASI.

e. Pilihlah buah-buahan yang berwarna seperti pepaya, jeruk, apel, tomat dan sebagainya yang banyak mengandung vitamin dan mineral.

f. Perlu minum dalam jumlah lebih banyak + 6 gelas dalam satu hari, akan lebih bermanfaat bila ibu menyusui minum cairan "bergizi" seperti : susu, air kacang-kacangan, sari buah-buahan, air sayuran daun hijau dan sebagainya.

g. Tidak disarankan minum jamu setelah melahirkan. Yang terpenting tidak ada pantangan makanan untuk ibu menyusui.


(31)

Tabel 2.1. Tambahan Kecukupan Energi dan Protein Wanita Menyusui per Orang per Hari

Golongan Umur

Berat Badan

Tinggi Badan

Energi

( Kkal ) Protein (gr) Wanita

16-18 tahun 50,0 155 2200 55

19-29 tahun 52,0 156 1900 50

30-49 tahun 55,0 156 1800 50

50-64 tahun 55,0 156 1750 50

65+ tahun 55,0 156 1600 45

Menyusui

6 bln pertama +500 +17

6 bln kedua +550 +17

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VII, Jakarta, 2004 2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik ibu nifas : − Umur − Pendidikan

Pengetahuan ibu nifas tentang

diet ibu nifas

Jumlah konsumsi energi dan protein

ibu nifas Tindakan

ibu nifas terhadap diet ibu nifas Sikap

ibu nifas tentang diet ibu nifas

Keterangan :

Sikap ibu nifas bisa dilihat dari pengetahuan ibu nifas tentang diet ibu nifas. Begitu juga dalam menggambarkan tindakan ibu nifas dalam diet ibu nifas bisa dilihat dari tingkat pengetahuan dan sikap ibu nifas, sehingga jumlah konsumsi energi dan protein ibu nifas bisa digambarkan dari perilaku diet ibu nifas.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui gambaran perilaku diet ibu nifas di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan survei awal yang dilakukan penulis di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang beberapa ibu nifas memiliki kebiasaan makan yang belum sesuai dengan kebutuhan gizi atau diet ibu nifas, antara lain : mengurangi makan telur dan ikan laut karena dikhawatirkan dapat menyebabkan gatal-gatal, tidak mengonsumsi daging terlalu banyak karena dikhawatirkan susah buang air besar, dan tidak diperbolehkan makan sayur-sayuran sejenis kubis karena dikhawatirkan kembung pada perut ibu serta bayinya.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan November tahun 2009 sampai dengan Juni tahun 2010.


(33)

3.3. Populasi dan Sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas yang tinggal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang dan yang terdaftar di Puskesmas Batang Kuis pada bulan Maret 2010 yaitu sebanyak 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

3.4. Metode Pengumpulan Data. 3.4.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu nifas yang terdiri dari umur dan pendidikan. Pengetahuan, sikap dan tindakan yang diperoleh melalui kuesioner. Jumlah konsumsi energi dan protein diperoleh melalui survei konsumsi makanan dengan metoda Food Recall 24 jam.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder terdiri atas nama-nama ibu nifas yang diperoleh dari Puskesmas Tanjung Sari. Gambaran demografi dan letak geografis diperoleh dari kantor kepala desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

3.5. Definisi Operasional

1. Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan 7 hari sampai dengan 42 hari pascapersalinan.

2. Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah diikuti responden yaitu : Tamat SD, SMP, SMA dan DIII/PT

3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu nifas tentang kebutuhan diet ibu nifas.


(34)

4. Sikap adalah tanggapan atau respon dari ibu nifas tentang pelaksanaan diet ibu nifas.

5. Tindakan adalah segala perbuatan yang telah dilakukan ibu nifas dalam diet ibu nifas.

6. Jumlah konsumsi energi dan protein adalah kuantitas energi dan protein yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi ibu nifas dalam sehari.

3.6. Aspek Pengukuran a. Pengetahuan

Pengetahuan responden diukur melalui 10 pertanyaan. Bila responden menjawab benar diberi nilai 2, jawaban yang hampir benar diberi nilai 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 20. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari yaitu (Arikunto, S, 2002) :

− Baik : Jika > 75 % dijawab dengan benar dengan total nilai >15. − Sedang : Jika 45-75 % dijawab dengan benar dengan total nilai 9-15 − Kurang : Jika < 45 % dijawab dengan benar dengan total nilai < 9 b. Sikap

Pengukuran sikap dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuan terhadap suatu kejadian atau gejala sosial. Pernyataan dalam item yang mengandung item-item

favorabel (sikap yang menunjukkan apakah seseorang menyetujui, mendukung, atau memihak) mengandung nilai-nilai yang positif (1, 2, 4, 7, 8, 10, 12), sedangkan


(35)

item-item yang unfavorabel (tidak menyetujui, tidak mendukung atau tidak memihak) mengandung nilai-nilai yang negatif (3, 5, 6, 9, 11, 13, 14), maka nilai yang diberikan ialah :

Favorabel Unfavorabel

- Sangat setuju = 5 - Setuju = 4 - Kurang Setuju = 3 - Tidak setuju = 2 - Sangat tidak setuju = 1

- Sangat setuju = 1 - Setuju = 2 - Kurang Setuju = 3 - Tidak setuju = 4 - Sangat tidak setuju = 5

Diperoleh nilai tertinggi 70 dan terendah 14. Berdasarkan jumlah nilai yang ada, sehingga sikap dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari (Arikunto, S, 2002) : − Baik : Jika > 75 % dijawab dengan benar dengan total nilai > 52

− Sedang : Jika 45-75 % dijawab dengan benar dengan total nilai 33-52 − Kurang : Jika < 45 % dijawab dengan benar dengan total nilai < 33 c. Tindakan

Tindakan diukur melalui 10 pertanyaan. Bila responden menjawab a diberi nilai 2, menjawab b diberi nilai 1 dan menjawab c diberi nilai 0. Jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 20 dan yang terendah 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari (Arikunto, S, 2002) :

− Baik : Jika > 75 % dijawab dengan benar dengan total nilai >15. − Sedang : Jika 45-75 % dijawab dengan benar dengan total nilai 9-15 − Kurang : Jika < 45 % dijawab dengan benar dengan total nilai < 9


(36)

d. Jumlah Konsumsi Energi dan Protein Ibu Nifas

Jumlah konsumsi energi dan protein ibu nifas diperoleh dari hasil formulir

food recall.

Tabel 3.1. Angka kecukupan Gizi Wanita

No Umur (tahun) Energi (kkal) Protein (gr)

1. 16-18 2200 55

2. 19-29 1900 50

3. 30-49 1800 50

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VII, Jakarta, 2004 Menyusui :

0-6 bulan : Energi + 500 kkal Protein + 17 gr

Berdasarkan Buku Pedoman Petugas Gizi Puskesmas, Depkes, RI, (1990) dalam Supariasa, N, dkk., (2002), maka pengkategorian konsumsi energi dan protein ibu nifas dibagi menjadi :

− Baik : apabila asupan energi dan protein ≥ 100% AKG − Sedang : apabila asupan energi dan protein 80 – 99% AKG − Kurang : apabila asupan energi dan protein 70 – 79% AKG − Defisit : apabila asupan energi dan protein < 70% AKG

3.7. Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan, dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografi

Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis memiliki luas wilayah ± 734 Ha. Terletak pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut dan beriklim tropis. Adapun batas wilayah Desa Tanjung Sari kecamatan Batang Kuis sebagai berikut : − Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Paya Gambar Kecamatan Batang Kuis. − Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sena dan Desa Tumpatan Nibung

Kecamatan Batang Kuis.

− Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Baru Kecamatan Batang Kuis.

− Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bakaran Batu dan Batang Kuis Pekan Kecamatan Batang Kuis.

4.1.2. Demografi

Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis memiliki penduduk sebanyak 8.931 Jiwa dengan 2.208 rumah tangga. Jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk di setiap dusun dapat dilihat melalui tabel berikut :


(38)

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Rumah Tangga Dan Jumlah Penduduk Di Setiap Dusun di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Tahun 2009.

No Dusun Jumlah

KK Laki-Laki Perempuan

Jumlah L + P

1. Dusun I 173 364 381 741

2. Dusun II 232 466 518 980

3. Dusun IIA 96 184 223 403

4. Dusun III 267 504 551 1.051

5. Dusun IV 218 453 400 849

6. Dusun V 215 445 474 915

7. Dusun VI 117 210 207 413

8. Dusun VII 127 252 229 477

9. Dusun VIII 415 815 831 1.641

10. Dusun IX 208 458 435 889

11. Dusun X 140 267 259 522

Jumlah 2.208 4.423 4.508 8.931

Sumber : ProfilDesa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 Jumlah penduduk yang paling banyak (415 KK) berada di dusun VIII, sedangkan yang paling sedikit (96 KK) berada di dusun IIA.

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Tahun 2008 dan 2009.

Jumlah

Tahun 2008 Tahun 2009 No Golongan Umur

(Tahun)

n % n %

1. 0 – 5 1.295 15,20 1.365 15,28 2. 6 – 15 1.698 19,92 1.757 19,67 3. 16 – 25 1.287 15,10 1.340 15,00 4. 26 – 35 1.210 14,20 1.279 14,32 5. 36 – 45 1.130 13,26 1.191 13,34 6. 46 – 56 1.011 11,86 1.053 11,79 8. > 56 891 10,46 946 10,59

Jumlah 8.522 100,00 8.931 100,00

Sumber : ProfilDesa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 Jumlah penduduk bertambah dari tahun 2008 sampai 2009. Jumlah penduduk yang paling banyak di tahun 2009 terdapat pada kelompok umur 6-15 tahun sebesar 1.757 (19,67%) dan jumlah penduduk paling sedikit terdapat pada kelompok umur > 56 tahun sebesar 946 (10,59%)


(39)

4.1.3. Agama

Jumlah penduduk Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis berdasarkan agama yang dianut, dapat digambarkan sebagai berikut

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Tahun 2009.

No. Agama Yang Dianut n %

1. Islam 8.597 96,26

2. Protestan 19 0,21

3. Katolik 6 0,07

4. Budha 38 0,43

5. Hindu 271 3,03

Total 8.931 100,00

Sumber : ProfilDesa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 Agama yang paling banyak adalah Islam yaitu 8.597 orang (96,26%), sedangkan agama yang paling sedikit adalah Katolik yaitu 6 orang (0,07%).

4.1.4. Sarana Pendidikan

Berdasarkan data dari kantor Kepala Desa Tanjung Sari diperoleh data tentang sarana pendidikan, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4. Jenis Sarana Pendidikan di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Tahun 2009.

No. Sarana Pendidikan Jumlah

( Unit )

Jlh Pengajar ( Orang )

1. TK/ TPA 7 42

2. SD Negeri 2 39

3. SD Swasta 1 12

4. SLTP Swasta 3 47

5. SLTA Swasta 2 30

6. Perg Tinggi Swasta 1 23

7. Pesantren 1 -

Total 17 193

Sumber : ProfilDesa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis memiliki sarana pendidikan yaitu 7 TK, 3 SD, 3 SLTP, 2 SLTA, 1 Perguruan Tinggi dan 1 Pesantren.


(40)

4.1.5. Sarana Kesehatan

Jumlah sarana kesehatan yang diperoleh dari hasil penelitian sebanyak 9 unit yang dilengkapi dengan tenaga medis, sarana kesehatan yang ada di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5. Jenis Sarana Kesehatan di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Tahun 2009.

No.

Sarana Kesehatan Jumlah ( Unit )

Jlh Tenaga Medis ( Orang )

1. Poliklinik 1 5

2. Puskesmas Pembantu 1 2

3. Balai Pengobatan 7 12

Total 9 19

Sumber : ProfilDesa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009 Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis memiliki sarana kesehatan yaitu 1 poliklinik, 1 puskesmas pembantu dan 7 balai pengobatan yang masing-masing dilengkapi dengan tenaga medis.

4.2. Karakteristik Responden

Karakteritik responden yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu umur dan pendidikan yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang disusun sebelumnya.

4.4.1. Umur

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik, karena usia yang semakin tua, maka semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya.


(41)

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Umur Jumlah Persentase (%)

1 < 20 tahun 1 3,33

2 20 – 24 tahun 5 16,67

2 25 – 29 tahun 13 43,33

3. 30 - 34 tahun 9 30,00

4. ≥ 35 tahun 2 6,67

Total 30 100,00

Jumlah responden yang paling banyak adalah berumur 25-29 tahun yaitu sebanyak 13 responden (43,33%), dan yang paling sedikit adalah responden yang berumur < 20 tahun sebanyak 1 responden (3,33%).

4.4.2. Pendidikan

Pendidikan formal sangat penting karena dapat membentuk pribadi dengan wawasan berfikir yang lebih baik.

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. SD 4 13,33

2. SMP 7 23,33

3. SMA 16 53,33

4. D-III 2 6,67

5. S-1 1 3,33

Total 30 100,00

Pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA sebanyak 16 responden (53,33%), sedangkan pendidikan responden yang paling sedikit adalah S-1 yaitu 1 responden (3,33%).


(42)

4.3. Pengetahuan Diet Ibu Nifas

Melalui wawancara dengan 30 responden diperoleh gambaran pengetahuan responden tentang diet ibu nifas yang dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Diet Ibu Nifas.

No Pengetahun Jumlah Persentase (%)

1 Baik 4 13,33

2 Sedang 25 83,33

3. Kurang 1 3,33

Total 30 100,00

Ternyata hanya 13,33% ibu nifas yang memiliki tingkat pengetahun baik tentang diet ibu nifas, sementara ditemukan 3,33% yang memiliki tingkat pengetahuan kurang.

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Diet Ibu Nifas

No Pengetahuan Kategori Jumlah %

a. Nasi, lauk-pauk, sayuran dan buah serta susu b.Nasi, lauk-pauk, sayuran

dan buah

c. Nasi, lauk-pauk, sayuran

4 23 3 13,33 76,67 10,00 1. Makanan lengkap

Total 30 100,00

a. Menyusui b.Hamil

c. Sebelum hamil

18 12 0 60,00 40,00 0,00 2. Kondisi ibu saat

membutuhkan asupan makanan paling banyak

Total 30 100,00

a. Memulihkan kondisi tubuh setelah persalinan dan menjaga kecukupan ASI

b.Memulihkan kondisi tubuh setelah persalinan/ menjaga kecukupan ASI saja

c. Tidak tahu

1 20 9 3,30 66,70 30,00 3. Tujuan mengatur

konsumsi makanan setelah melahirkan


(43)

No Pengetahuan Kategori Jumlah % a. Protein dan Karbohidrat

b.Protein saja / Karbohidrat saja

c. Tidak tahu

2 24 4 6,70 80,00 13,30 4. Sumber yang utama

harus dikonsumsi secara cukup

Total 30 100,00

a. Tablet Fe dan Vitamin A b.Tablet Fe/ Vitamin A saja c. Tidak Tahu

22 8 0 73,30 26,70 0,00 5. Suplemen yang

diterima dari puskesmas

Total 30 100,00

a. Air putih dan susu/buah b.Air putih

c. Tidak tahu

8 22 0 26,70 73,30 0,00 6. Cairan yang dianjurkan

untuk diminum

Total 30 100,00

a. Daun katuk dan sayuran hijau lainnya

b.Sayuran hijau (bayam, daun singkong, sawi, dll) c. Tidak tahu

18 12 0 60,00 40,00 0,00 7. Sayur yang

memperlancar dan meningkatkan produksi ASI

Total 30 100,00

a. 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari b.8 jam pada malam hari c. ≤ 7 jam pada malam hari

4 24 2 13,30 80,00 6,70 8. Kebutuhan waktu

istirahat yang cukup

Total 30 100,00

a. Protein

b.Vitamin dan Mineral c. Vitamin/ Mineral saja

24 1 5 80,00 3,30 16,70 9. Zat gizi utama dari

daging, telur dan ikan laut

Total 30 100,00

a. Meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kualitas ASI

b.Meningkatkan daya tahan tubuh/ meningkatkan kualitas ASI saja c. Tidak tahu

3 19 8 10,00 63,30 26,70 10. Manfaat mengonsumsi

suplemen vitamin A


(44)

Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu nifas kategori sedang tentang diet ibu nifas, hal ini dikarenakan dari hasil pemberian jawaban ibu nifas setiap item pertanyaan hampir menjawab dengan benar seperti makanan lengkap, sebanyak 76,67% ibu nifas yang mengatakan makanan lengkap terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayuran dan buah, sementara hanya 13,33% yang menambahkan susu. Dalam hal tujuan mengatur makanan setelah melahirkan, sebanyak 66,70% ibu nifas hanya mengetahui salah satu dari tujuan tersebut. Sedangkan dalam hal sumber yang utama harus dikonsumsi secara cukup, sebanyak 80,00% ibu nifas yang mengetahui salah satu dari protein dan karbohidrat. Demikian juga dengan beberapa pertanyaan tentang diet ibu nifas, dimana sebagian besar ibu nifas menjawab hampir benar seperti pertanyaan tentang cairan yang dianjurkan untuk diminum, kebutuhan waktu istirahat yang cukup, dan pertanyaan tentang manfaat mengonsumsi suplemen vitamin A.

4.4. Sikap Responden Tentang Diet Ibu Nifas

Melalui wawancara dengan 30 responden diperoleh gambaran sikap responden tentang diet ibu nifas yang dapat dilihat dilihat pada tabel 4.10 berikut. Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap tentang Diet Ibu

Nifas

No Sikap Jumlah Persentase

(%)

1. Baik 8 26,67

2. Sedang 22 73,33

3. Kurang 0 0,00

Total 30 100,00

Meskipun tidak ada ditemukan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tentang diet ibu nifas pada kategori kurang, tetapi hanya sebanyak 8 orang (26,67%) yang memiliki tingkat pengetahuan kategori baik.


(45)

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Diet Ibu Nifas

No Sikap Kategori Jumlah %

− Sangat Setuju − Setuju

− Kurang Setuju − Tidak Setuju

2 23 3 2 6,67 76,67 10,00 6,67 1. Konsumsi makanan

harus lebih banyak pada saat menyusui

Total 30 100,00

− Sangat Setuju − Setuju

4 26

13,33 86,67 2. Memenuhi kebutuhan

zat gizi, seharusnya ibu memakan makanan

yang lengkap Total 30 100,00

− Sangat Setuju − Setuju

− Kurang Setuju − Tidak Setuju

1 22 3 4 3,33 73,33 10,00 13,33 3. Adanya makanan

pantangan

setelah melahirkan

Total 30 100,00

− Setuju

− Kurang Setuju − Tidak Setuju

22 7 1 73,33 23,33 3,33 4. Mengonsumsi

suplemen tablet Fe dan vitamin A

Total 30 100,00

− Setuju

− Kurang Setuju − Tidak Setuju

17 12 1 56,67 40,00 3,33 5. Tidak mengonsumsi

daging

Total 30 100,00

− Sangat Setuju − Setuju

− Kurang Setuju − Tidak Setuju

− Sangat Tidak Setuju

2 17 7 7 2 6,67 56,67 23,33 23,33 6,67 6. Menghindari mengonsumsi jenis hewani

Total 30 100,00

− Sangat Setuju − Setuju

6 24

20,00 80,00 7. Pengganti makanan

hewani, dapat menggunakan jenis

nabati Total 30 100,00

− Sangat Setuju − Setuju

23 7

76,67 23,33 8. Minum air putih ≥8

gelas per hari

Total 30 100,00

− Setuju

− Kurang Setuju − Tidak Setuju

20 8 2 66,66 26,67 6,67 9. Pihak laki-laki lebih

diutamakan dalam pembagian makanan di


(46)

No Pengetahuan Kategori Jumlah % − Sangat Setuju

− Setuju

− Kurang Setuju

9 18 3 30,00 60,00 10,00 10. Istirahat yang cukup

Total 30 100,00

− Setuju

− Kurang Setuju − Tidak Setuju

− Sangat Tidak Setuju

18 6 5 1 60,00 20,00 16,67 3,33 11. Mengurangi makan

telur dan ikan laut

Total 30 100,00

− Sangat Setuju − Setuju

8 22

26,67 73,33 12. Memilih sayuran yang

berwarna

Total 30 100,00

− Kurang Setuju − Tidak Setuju

9 21

30,00 70,00 13. Hanya mengkonsumsi

nasi sebagai makanan

pokok Total 30 100,00

− Setuju

− Kurang Setuju − Tidak Setuju

1 14 15 3,33 46,67 50,00 14. Minum jamu setelah

melahirkan

Total 30 100,00

Pengkategorian sikap ibu nifas tentang diet ibu nifas sebagian besar dalam kategori sedang. Hal ini dikarenakan budaya masyarakat yang seringkali bertentangan dengan masyarakat khususnya pada ibu nifas yang tinggal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Ibu nifas harus berpantang makanan daging, telur dan sebagainya. Sehingga banyak ibu nifas yang memiliki sikap positif di pernyataan dalam hal adanya makanan pantangan setelah melahirkan, tidak mengonsumsi daging, dan menghindari mengonsumsi jenis hewani


(47)

4.5. Tindakan Diet Ibu Nifas

Melalui wawancara dengan 30 responden diperoleh gambaran tindakan responden tentang diet ibu nifas.

Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan dalam Melaksanakan Diet Ibu Nifas.

No Tindakan Jumlah Persentase

(%)

1. Baik 5 16,67

2. Sedang 24 80,00

3. Kurang 1 3,33

Total 30 100,00

Kebanyakan tindakan responden dalam hal diet ibu nifas berada pada kategori sedang (80,00%), namun masih ada ditemukan 1 orang (3,33%) tindakan responden pada kategori kurang.

Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan dalam Melaksanakan Diet Ibu Nifas.

No Tindakan Kategori Jumlah %

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 24 6 0 80,00 20,00 0,00 1. Minum air putih 8

gelas per hari

Total 30 100,00

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 0 30 0 0,00 100,00 0,00 2. Makan dengan Menu

yang lengkap setiap hari

Total 30 100,00

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 11 19 0 36,67 63,33 0,00 3. Setiap hari ibu makan

sayur yang berwarna

Total 30 100,00

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 0 8 22 0,00 26,67 73,33 4. Minum jamu

Total 30 100,00

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 0 17 13 0,00 56,67 43,33 5. Minum susu


(48)

No Tindakan Kategori Jumlah % a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 22 8 0 73,33 26,67 0,00 6. Memakan buah-buahan

Total 30 100,00

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 22 8 0 73,33 26,67 0,00 7. Sering memakan

makanan pokok pengganti lainnya

Total 30 100,00

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 5 19 6 16,67 63,33 20,00 8. Sering mengonsumsi

suplemen tablet fe dan vitamin a

Total 30 100,00

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 27 3 0 90,00 10,00 0,00 9. Setiap hari istirahat

selama 8 jam pada malam hari dan 1 jam

pada siang hari Total 30 100,00

a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak 0 23 7 0,00 76,67 23,33 10. Sering makan daging,

telur dan ikan laut

Total 30 100,00

Sebagian besar ibu nifas memiliki tindakan sedang tentang diet ibu nifas, hal ini dikarenakan ibu nifas masih tetap mematuhi budaya pantang makan karena beberapa dari ibu nifas dalam hal pengaturan makan masih diatur oleh orang tua, sehingga ibu nifas mencoba untuk menghargai dan menyenangkan hati orang tua dengan cara mematuhi anjuran makan dari orang tua. Pada umumnya, orang tua menganjurkan supaya memantangkan ikan, karena mereka beranggapan bahwa bau amis ikan akan menyebabkan ASI menjadi amis, sehingga bayi menjadi tidak mau menyusu. Demikian juga dalam hal mengkonsumsi telur, dikhawatirkan dapat menyebabkan gatal-gatal. Orang tua juga melarang mengkonsumsi daging pada masa nifas karena dikhawatirkan susah buang air besar.


(49)

4.6. Pendidikan Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Diet Ibu Nifas Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh orang yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari luar sekolah

Tabel 4.14. Distribusi Pendidikan Responden Berdasarkan Pengetahuan tentang Diet Ibu Nifas

Pengetahuan

Kurang Sedang Baik Jumlah

No. Pendidikan

n % n % n % n %

1. SD 1 12,50 3 37,50 0 0,00 4 100,00

2. SMP 0 0,00 7 50,00 0 0,00 7 100,00

3. SMA 0 0,00 14 43,75 2 6,25 16 100,00

4. DIII 0 0,00 1 25,00 1 25,00 2 100,00

5. S-1 0 0,00 0 0,00 1 50,00 1 100,00

Dari tabel di atas diketahui bahwa semakin tinggi pendidikan responden, maka pengetahuan tentang diet ibu nifas juga semakin baik..

4.7. Pengetahuan Responden Berdasarkan Sikap tentang Diet Ibu Nifas

Sikap merupakan kecenderungan dan kesediaan untuk bertindak dan disertai dengan perasaan-perasaan yang dimiliki oleh individu tersebut. Dengan dasar pengetahuan dan pengalaman masa lalu maka timbul sikap dalam diri manusia dengan perasaan-perasaan tertentu.

Tabel 4.15. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Sikap tentang Diet Ibu Nifas

Sikap

Sedang Baik Jumlah

No. Pengetahuan

n % n % n % 1. Kurang 1 100,00 0 0,00 1 100,00 2. Sedang 20 80,00 5 20,00 25 100,00 3. Baik 1 25,00 3 75,00 4 100,00


(50)

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 responden yang memiliki pengetahuan sedang tentang diet ibu nifas, sebanyak 80,00% memilki sikap yang sedang. Sementara dari 4 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik, sebanyak 75,00% responden memiliki sikap yang baik.

4.8. Pengetahuan Responden Berdasarkan Tindakan tentang Diet Ibu Nifas Perubahan perilaku atau tindakan baru itu terjadi melalui tahap-tahap atau proses perubahan yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Artinya apabila pengetahuan sudah baik dan sikapnya positif secara otomatis tindakan seseorang tersebut pasti akan baik.

Tabel 4.16. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Tindakan tentang Diet Ibu Nifas

Tindakan

Kurang Sedang Baik Jumlah

No. Pengetahuan

n % n % n % n % 1. Kurang 0 0,00 1 100,00 0 0,00 1 100,00 2. Sedang 1 4,00 21 84,00 3 12,00 25 100,00 3. Baik 0 0,00 2 50,00 2 50,00 4 100,00 Dari 25 responden yang memiliki tingkat pengetahuan pada sedang, 84,00% responden memiliki tindakan sedang. Sementara dari 4 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik, masing-masing sebanyak 50,00% responden memiliki tindakan sedang dan baik.


(51)

4.9. Sikap Responden Berdasarkan Tindakan tentang Diet Ibu Nifas

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Tabel 4.17. Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Tindakan tentang Diet Ibu Nifas

Tindakan

Kurang Sedang Baik Jumlah

No. Sikap

n % n % n % n % 1. Sedang 1 4,55 20 90,91 1 4,55 22 100,00 2. Baik 0 0,00 4 50,00 4 50,00 8 100,00

Dilihat dari sikap, menunjukkan bahwa dari 22 responden dengan sikap kategori sedang, sebanyak 90,91 responden memiliki tindakan sedang Sementara dari 8 responden dengan sikap baik, masing-masing sebanyak 50,00% responden memiliki tindakan sedang dan baik.

4.10. Konsumsi Energi dan Protein Ibu Nifas

Pola makan responden dilihat dari konsumsi energi dan protein yang diperoleh dengan metode food recall 24 jam.

4.10.1. Konsumsi Energi Ibu Nifas

Selama masa nifas, ibu harus dapat mencukupi kebutuhan energi yang lebih banyak dibanding saat hamil.

Tabel 4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Energi Ibu Nifas

No Tindakan Jumlah Persentase

(%)

1. Baik 18 60,00

2. Sedang 11 36,67

3. Kurang 1 3,33

4. Defisit 0 0,00


(52)

Dari hasil penelitian ditemukan masih ada juga responden (3,33%) yang tingkat konsumsi energinya pada kategori kurang.

4.10.2. Konsumsi Protein Ibu Nifas

Ibu nifas dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, karena pada saat ini merupakan masa pemulihan setelah persalinan.

Tabel 4.19. Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Energi Ibu Nifas.

No Tindakan Jumlah Persentase

(%)

1. Baik 0 0,00

2. Sedang 6 20,00

3. Kurang 13 43,33

4. Defisit 11 36,67

Total 30 100,00

Ternyata dalam hal tingkat konsumsi protein, sebagian besar dari responden (43,33%) memiliki tingkat konsumsi protein pada kategori kurang, bahkan ada juga responden yang tingkat konsumsi proteinnya pada kategori defisit (36,67%).

4.11. Frekuensi Makan Ibu Nifas

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh frekuensi makan ibu nifas seperti yang tersaji dalam tabel berikut.


(53)

Tabel 4.20. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan

Frekuensi Konsumsi

1x/hr 2-5 x/mggu 1 x/bln Tdk prnh Jumlah

Nama Bahan

Makanan n % n % n % n % n %

Makanan Pokok :

− Beras − Mi − Roti 30 7 15 100 23.3 50,0 0 17 11 0 56,7 36,7 0 6 4 0 20,0 13,3 0 0 0 0 0 0 30 30 30 100 100 100 Lauk-pauk : − Daging − Telur

− Ikan laut

− Tempe − Tahu 0 0 0 4 2 0,0 0,0 0,0 13,3 6,7 2 7 3 18 17 6,7 23,3 10,0 60,0 56,7 22 18 20 4 6 73,3 60,0 66,7 13,3 20,0 6 5 7 4 5 20,0 16,7 23,3 13,3 16,7 30 30 30 30 30 100 100 100 100 100 Sayuran :

− Daun Katuk

− Bayam

− Daun singkong

− Kangkung − Sawi 4 0 5 3 0 13,3 0,0 16,7 10,0 0,0 21 11 16 9 0 70,0 36,7 53,3 30,0 0,00 5 19 9 18 8 16,7 63,3 30,0 60,0 26,7 0 0 0 0 22 0,0 0,0 0,0 0,0 73,3 30 30 30 30 30 100 100 100 100 100 Buah-buahan − Jeruk − Pisang − Pepaya − Semangka 5 6 6 3 16,7 20,0 20,0 10,0 17 17 14 8 56,7 56,7 56,7 10,0 8 7 10 11 26,7 23,3 33,3 36,7 0 0 0 0 0,0 0,0 0,0 0,0 30 30 30 30 100 100 100 100

Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa pola konsumsi makanan ibu nifas berdasarkan konsumsi makanan pokok sudah cukup bervariasi, karena selain mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok, ibu nifas juga mengonsumsi mi dan roti setiap harinya. Namun, dalam hal lauk-pauk sebagian besar ibu nifas mengonsumsi sumber protein dari pangan nabati, yaitu tempe (13,3%) dan tahu (6,7% yang mereka konsumsi setiap hari. Sementara pangan hewani jarang mereka konsumsi, hal ini terlihat dari konsumsi pangan hewani ibu nifas mayoritas dengan frekuensi 1 x/bln, bahkan ada responden yang tidak pernah mengonsumsi pangan hewani, seperti daging (20,0%), telur (16,7%) dan ikan laut (23,3%).


(54)

Dalam hal mengonsumsi sayuran, ternyata hanya 13,3% responden mengonsumsi daun katuk setiap hari, begitu juga dengan daun singkong (16,7%) dan daun kangkung (10,0%). Sebagian besar dari ibu nifas mengonsumsi daun katuk (70,0%), dan daun singkong (53,3%) dengan frekuensi 2-5 x/mggu, sementara bayam (63,3%), kangkung (60,0%), dan sawi (26,7%) dengan frekuensi 1x /bln. Sama juga dalam mengonsumsi buah-buahan, hanya 16,7% buah jeruk, 20,0% buah pisang, 20,0% buah pepaya dan 10,0% buah semangka yang mereka konsumsi setiap hari. Namun, tidak ada ditemukan ibu nifas yang tidak pernah mengonsumsi buah-buahan.


(55)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Ibu Nifas tentang Diet Ibu Nifas

Pada umumnya pengetahuan merupakan modal yang sangat penting untuk memperoleh suatu perilaku yang baik dan diharapkan dari pengetahuan yang baik akan timbul suatu perilaku yang baik pula. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmojdo, (2003) bahwa perilaku yang didasari dengan pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Hasil penelitian menunjukkan hanya 13,33% ibu nifas memiliki pengetahuan yang baik tentang diet ibu nifas, namun 3,33% kurang.

Meskipun ibu nifas memiliki pengetahuan yang cukup tentang diet ibu nifas, namun ibu nifas masih tetap mematuhi budaya pantang makan karena beberapa dari ibu nifas dalam hal pengaturan makan masih diatur oleh orang tua (Ibu), sehingga ibu nifas mencoba untuk menghargai dan menyenangkan hati orang tua dengan cara mematuhi anjuran makan dari orang tua. Pada umumnya, orang tua menganjurkan supaya memantangkan ikan, karena mereka beranggapan bahwa bau amis ikan akan menyebabkan ASI menjadi amis, sehingga bayi menjadi tidak mau menyusu. Demikian juga dalam hal mengkonsumsi telur, dikhawatirkan dapat menyebabkan gatal-gatal. Orang tua juga melarang mengkonsumsi daging pada masa nifas karena dikhawatirkan susah buang air besar. Hasil penelitian Maas (2004) di Indonesia, beberapa suku juga memberlakukan larangan atau pantangan makanan yang dikonsumsi kepada ibu setelah melahirkan. Diantaranya seperti pada masyarakat


(56)

Kerinci Provinsi Jambi, ibu yang sedang menyusui pantang untuk mengkonsumsi bayam, ikan laut atau sayur nangka. Di beberapa daerah lain, ada juga ibu yang menyusui memantangkan untuk memakan telur. Pada masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.

Disadari bahwa mengubah suatu kebiasaan bukanlah suatu hal yang mudah apalagi kebiasaan-kebiasaan yang erat kaitaanya dengan kehidupan manusia seperti melahirkan, menyusui, dan sebagainya, karena untuk melanggar kebiasaan tersebut perlu keberanian menanggung akibatnya, terutama reaksi dari lingkungan. Sedangkan kebiasaan makan ibu menyusui yang salah mungkin akan berakibat buruk terhadap bayinya karena produksi ASInya menjadi kurang, sementara makanan pengganti ASI yang diberikan kepada bayi belum tentu sebanding nilainya dengan ASI yang dibutuhkan, akibatnya anak akan menderita kurang gizi. Namun, dengan memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tersebut, sehingga ibu nifas diharapkan secara bertahap dapat memperbaiki aturan-aturan budaya pantang makan yang pada akhirnya dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat khususnya ibu nifas. Masih adanya ibu nfas yang ditemukan memiliki pengetahuan kurang tentang diet ibu nifas disebabkan karena kebiasaan ibu nifas yang memiliki banyak pantangan dalam mengkonsumsi makanan tertentu, sehingga masih ada ditemukan ibu nifas yang kurang mengetahui tentang aturan makan ibu nifas misalnya pengetahuan ibu nifas tentang makanan lengkap. Ibu nifas yang mengatakan bahwa makanan lengkap terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayuran dan buah serta susu hanya 13,33%. Sebagian


(57)

besar dari ibu nifas tidak mengetahui bahwa susu juga termasuk salah satu makan lengkap yang sangat dibutuhkan oleh ibu nifas dalam memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral yang meningkat selama menyusui. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa sebagian besar (60,00%) ibu nifas mengatakan kebutuhan asupan makanan yang paling banyak pada saat menyusui, sementara 40,00% responden mengatakan pada saat hamil.

Hanya 6,70% ibu nifas mengatakan bahwa protein dan karbohidrat merupakan zat gizi yang paling utama harus dikonsumsi secara cukup, sedangkan sebagian besar ibu nifas (80,00%) mengatakan protein atau karbohidrat saja, padahal protein bagi ibu nifas sangat dibutuhkan untuk pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh ibu setelah melahirkan serta menghasilkan Air Susu Ibu. Sementara fungsi karbohidrat yang juga merupakan salah satu sumber energi adalah untuk mempertahankan hidup guna menunjang proses pertumbuhan dan melakukan aktivitas harian. Kegiatan vital tubuh yang meliputi mempertahankan tonus otot, sistem peredaran darah, pernapasan, kelenjar juga metabolisme dalam sel dan mempertahankan suhu tubuh (FKM-UI, 2007).

Pengetahuan ibu nifas tentang tablet Fe dan vitamin A, dari 30 ibu nifas terdapat 73,30% yang mengatakan bahwa tablet Fe dan vitamin A adalah suplemen yang seharusnya diterima dari puskesmas, sementara masih ada (26,70%) ibu nifas yang mengatakan table Fe dan vitamin A saja. Hal ini sesuai dengan data Puskesmas Batang Kuis Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang, (2009) bahwa cakupan vitamin A pada ibu hamil dan ibu nifas masing-masing 79,2% dan 78,8%, demikian juga dalam cakupan pemberian tabel Fe bagi ibu hamil dan ibu nifas,


(58)

sehingga ibu-ibu yang tidak menerima tablet Fe dan vitamin A dari puskesmas kurang mengetahui tentang vitamin A yang seharusnya mereka terima dari puskesmas.

Kekurangan Fe dalam tubuh akan mengalami kekurangan hemoglobin, yang ditandai dengan rendahnya kadar Hb. Akibat kekurangan Fe tersebut, ibu nifas mengalami anemia mikrositik dengan gejala pusing, lelah, letih dan lesu. Di samping itu kebutuhan zat besi bagi ibu nifas meningkat, sehingga perlu penambahan Fe sebesar 6 mg/hari. Penambahan diperlukan untuk mengganti kehilangan darah, mempertahankan Fe tubuh serta memproduksi air susu.

Ibu nifas membutuhkan Vitamin A untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kualitas ASI. Namun, ibu nifas yang mengetahui manfaat vitamin A tersebut hanya 10,00%, sementara 63,30% mengatakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau meningkatkan kualitas ASI saja, sedangkan 26,70% ibu nifas mengatakan tidak tahu.

5.2. Sikap Ibu Nifas tentang Diet Ibu Nifas

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu obyek dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut (Notoatmojdo, 2003). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hanya 26,67% ibu nifas memiliki sikap yang baik sementara tidak ada ditemukan ibu nifas yang memiliki sikap yang kurang.

Dalam kaitannnya dengan jumlah konsumsi makanan ibu menyusui, 76,67% ibu nifas setuju bahwa jumlah konsumsi makanan harus lebih banyak pada saat


(59)

menyusui dibanding pada saat hamil atau sebelum hamil, sementara 10,00% diantaranya memiliki sikap kurang setuju dan 6,67% tidak setuju. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa selama hamil terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler, sistem hematologi, dan perubahan pada tanda-tanda vital, sehingga masa nifas atau menyusui memerlukan diet dengan gizi yang baik dan lengkap untuk membantu tubuhnya pulih kembali setelah memenuhi kebutuhan saat kehamilan dan persalinan.

Pernyataan bahwa setelah melahirkan ada makanan yang harus dipantangkan, 73,33% setuju, sedangkan 10,00% kurang setuju dan 13,33% tidak setuju. Pola makan atau kebiasaan makanan yang terdapat dalam suatu masyarakat dapat dicermati antara lain melalui adanya pangan pantangan atau larangan atau tabu. Biasanya, pangan pantangan ini ditujukan untuk anak kecil, ibu hamil dan ibu menyusui (Baliwati, dkk, 2004). Kebiasaan makan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor sosial budaya yang ada di masyarakat tersebut (Sudarti, 1986). Pada umumnya di pedesaan masih hidup kepercayaan terhadap makanan tertentu yang dipercaya dapat menghambat atau dapat meningkatkan sekresi ASI. Hal ini berlangsung secara turun-temurun dari generasi ke generasi dan masih dianut oleh masyarakat setempat.

Bagi para anggota masyarakat, makanan dibentuk secara budaya, sehingga sesuatu yang akan dimakan memerlukan pengesahan budaya. Sedemikian kuat kepercayaan mengenai apa yang dianggap makanan dan apa yang dianggap bukan makanan sehingga terbukti sangat sukar untuk meyakinkan orang menyesuaikan


(60)

makanan tradisional mereka demi kepentingan gizi yang benar. Tidak ada manfaatnya untuk menyarankan makanan yang seimbang apabila makanan yang disarankan itu melanggar kepercayaan inti yang bertalian dengan pantangan makanan (Foster dan Anderson, 2006).

Dilain pihak juga menunjukkan bahwa sebagian besar (56,67%) ibu nifas setuju bahwa ibu nifas seharusnya tidak mengkonsumsi daging, karena dikhawatirkan susah buang air besar. Hal ini juga terlihat dari sikap ibu nifas dalam menghindari untuk mengkonsumsi makanan jenis hewani yaitu 56,67% setuju, bahkan ada yang sangat setuju (6,67%). Bahan makanan yang tidak boleh dimakan atau dipantangan, biasanya bahan makanan yang dapat menganggu kondisi ibu nifas dan bayi. Jenis bahan makanan yang dilarang, diantaranya : ikan tongkol, udang, kerang, telur, ikan asin, karena mereka meyakini bahwa apabila mengkonsumsi ikan tersebut dapat mengakibatkan gatal-gatal.

5.3. Tindakan Ibu Nifas dalam Diet Ibu Nifas

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terhadap ibu nifas maka dapat dikatakan bahwa tindakan ibu nifas tentang diet ibu nifas hanya 16,67% memiliki tindakan yang baik, sementara 3,33% yang kurang.

Dalam hal minum air putih, 80,00% ibu nifas minum air putih ≥8 gelas per hari, sementara ibu nifas yang lain (20,00%) mengatakan kadang-kadang minum air


(1)

KUESIONER PENELITIAN

PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN

DELI SERDANG

1. Nomor Responden : ... 2. Nama responden : ... 3. Umur Responden : ... 4. Pendidikan : ...

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap benar.

A. PENGETAHUAN

1. Menurut ibu, yang termasuk makanan lengkap terdiri dari apa saja ?

a. Nasi, lauk-pauk, sayuran dan buah serta susu (2) b. Nasi, lauk-pauk, sayuran dan buah (1) c. Nasi, lauk-pauk, sayuran (0) 2. Menurut ibu, pada saat kondisi seperti apa ibu membutuhkan asupan makanan

yang paling banyak ?

a. Menyusui (2)

b. Hamil (1)

c. Sebelum hamil (0)

3. Menurut ibu, tujuan untuk mengatur jumlah konsumsi makanan setelah melahirkan (pascapersalinan) adalah … …

a. Memulihkan kondisi tubuh setelah persalinan dan menjaga kecukupan ASI (2) b. Memulihkan kondisi tubuh setelah persalinan atau menjaga kecukupan ASI (1)

c. Tidak tahu (0)

4. Menurut ibu, sumber yang utama harus dikonsumsi secara cukup dan bergizi seimbang ?

a. Protein dan Karbohidrat (2) b. Protein saja / Karbohidrat saja (1)


(2)

5. Suplemen yang seharusnya ibu terima/konsumsi dari puskesmas setelah persalinan adalah

a. Tablet Fe dan Vitamin A (2) b. Tablet Fe saja atau Vitamin A saja (1)

c. Tidak Tahu (0)

6. Agar tubuh tidak kekurangan cairan pada waktu menyusui, sehingga ibu dianjurkan untuk minum dalam jumlah yang lebih banyak.

Menurut ibu, sebaiknya cairan yang ibu minum adalah …. a. Air putih dan susu/buah (2)

b. Air putih (1)

c. Tidak tahu (0)

7. Untuk memperlancar dan meningkatkan produksi ASI, sehingga ibu menyusui sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi sayuran dalam jumlah yang lebih banyak. Menurut ibu, sayur apa yang bisa memperlancar dan meningkatkan produksi ASI?

a. Daun katuk dan sayuran hijau lainnya (2) b. Sayuran hijau (bayam, daun singkong, sawi, dll) (1)

c. Tidak tahu (0)

8. Menurut ibu, kebutuhan waktu istirahat yang cukup adalah …

a. 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari (2) b. 8 jam pada malam hari (1) c. 7 jam pada malam hari ≤ (0) 9. Menurut ibu, zat gizi utama dari daging, telur dan ikan laut adalah

a. Protein (2)

b. Vitamin dan Mineral (1)

c. Vitamin saja atau Mineral saja (0) 10. Menurut ibu, apa manfaat mengkonsumsi suplemen vitamin A ?

a. Meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kualitas ASI (2) b. Meningkatkan daya tahan tubuh atau meningkatkan kualitas ASI (1)


(3)

B. SIKAP

No Pernyataan Sangat

Setuju Setuju

Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

1. Jumlah konsumsi makanan harus lebih banyak pada saat menyusui dibanding pada saat hamil atau sebelum hamil.

2. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi, seharusnya ibu memakan makanan yang lengkap, yaitu makanan yang terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayuran dan buah serta susu

3. Seharunya ada makanan yang harus dipantangkan setelah melahirkan (pascapersalinan)

4. Seharusnya ibu harus mengkonsumsi suplemen tablet Fe dan vitamin A yang ibu terima dari puskesmas.

5. Seharunya Ibu Tidak mengkonsumsi daging, karena dapat menyebabkan susah buang air besar

6. Seharunya ibu menghindari untuk mengkonsumsi jenis hewani (telur, daging, ikan segar, hati, dll) sebagai lauk-pauk.

7. Sebagai pengganti makanan jenis hewani (telur, daging, ikan segar, hati, dll), ibu dapat menggunakan jenis nabati (tempe, tahu, kacang-kacangan, dsb.) sebagai lauk-pauk. 8. Seharusnya ibu minum air putih

8 gelas per hari. ≥

9. Ayah atau pihak laki-laki yang seharusnya lebih diutamakan dalam pembagian makanan di keluarga

10. Seharusnya ibu istirahat yang cukup yaitu 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari


(4)

11. Ibu harus mengurangi makan telur dan ikan laut karena dapat menyebabkan gatal-gatal.

12. Untuk membantu merangsang pengeluaran/produksi ASI, maka ibu harus memilih sayuran yang berwarna, seperti daun katuk, bayam, kangkung, sawi, wortel , buncis, dsb.

13. Seharunya hanya nasi yang harus ibu makan sebagai makanan pokok.

14 Seharunya ibu minum jamu setelah melahirkan.

C. TINDAKAN

1. Apakah ibu minum air putih 8 gelas per hari ? ≥

a. Ya (2)

b. Kadang-kadang (1)

c. Tidak (0)

2. Apakah ibu makan dengan menu yang lengkap setiap hari ? yaitu makanan yang terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur dan buah serta susu.

a. Ya (2)

b. Kadang-kadang (1)

c. Tidak (0)

3. Apakah setiap hari ibu makan sayur yang berwarna ? seperti bayam, kangkung, sawi, daun katuk, dll.

a. Ya (2)

b. Kadang-kadang (1)

c. Tidak (0)

4. Apakah ibu sering minum jamu ?

a. Ya (0)

b. Kadang-kadang (1)

c. Tidak (2)

5. Selain air putih, apakah ibu juga minum susu ?

a. Ya (2)

b. Kadang-kadang (1)


(5)

6. Untuk mencukupi vitamin dan mineral ibu setiap hari, apakah ibu memakan buah-buahan seperti apel, jeruk, pepaya, tomat, dll.

a. Ya (2)

b. Kadang-kadang (1)

c. Tidak (0)

7. Selain beras, apakah ibu juga sering memakan makanan pokok lainnya, seperti mi, jagung, kentang, ubi, roti, dll.?

a. Ya (2)

b. Kadang-kadang (1)

c. Tidak (0)

8. Apakah ibu sering mengkonsumsi suplemen tablet Fe dan Vitamin A ?

a. Ya (2)

b. Kadang-kadang (1)

c. Tidak (0)

9. Apakah ibu setiap hari istirahat selama 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari ?

a. Ya (2)

b. Kadang-kadang (1)

c. Tidak (0)

10. Apakah ibu sering makan daging, telur dan ikan laut ?

a. Ya (2)

b. Kadang-kadang (1)


(6)

FORMULIR

FOOD RECALL 24 JAM

Hari/Tanggal : ... Hari ke- : ...

Bahan Makanan

Banyaknya Waktu Nama Masakan

Jenis URT gr

Pagi/jam

Siang/jam


Dokumen yang terkait

Kajian Pemanfaatan Bambu di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

4 47 59

Kontribusi Anak Pada Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang

2 39 119

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 49 86

PENERAPAN FUNGSI MANAJEMEN DI SEKOLAHPERCONTOHAN SDN107415 TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG.

0 2 16

Cover Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 15

Abstract Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 2

Chapter I Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 5

Chapter II Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 1 19

Reference Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 1 2

Appendix Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Masalah Pada Neonatal dengan Kepatuhan Melakukan Kunjungan Neonatal di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

0 0 15