II. METODOLOGI
2.1 Materi Uji
Sumber genetik yang digunakan adalah ikan nilem hijau dan ikan nilem were. Induk ikan nilem hijau diperoleh dari wilayah Bogor Jawa Barat
berjumlah 11 ekor dengan bobot betina 335,75+92,80 g dan bobot jantan 243,75+7,5 g. Sedangkan induk ikan nilem were diperoleh dari wilayah
Tasikmalaya Jawa Barat berjumlah 13 ekor dengan bobot betina 140+12,25 g dan bobot jantan 111,17+8,23 g. Sebelum dilakukan pemijahan buatan, ikan
jantan dan betina dipelihara secara terpisah selama 30 hari dalam 2 bak terpal berukuran 3 m x 1 m x 0,6 m yang berbeda dan diberi pakan pelet terapung
dengan kadar protein 30 secara restriction dengan feeding rate 3 serta pakan tambahan berupa Azolla pinnata.
2.2 Prosedur Penelitian 2.2.1 Pemijahan Buatan Ikan Nilem Hijau
Kegiatan pemijahan penting dilakukan untuk mendapatkan truebreed nilem hijau HH. Truebreed nilem hijau merupakan keturunan hasil perkawinan
antar nilem hijau. Truebreed dipelihara hingga berumur 40 hari dalam lingkungan terkontrol dan dilakukan pengukuran fenotipe morfometrik yang dibandingkan
dengan fenotipe morfometrik induk nilem hijau untuk mendapatkan nilai heritabilitas.
Induk diberok selama tiga hari sebelum dipijahkan. Pemberokan jantan dan betina dilakukan pada akuarium percobaan berukuran 80 cm x 40 cm x 30 cm.
Kemudian dilakukan perangsangan pematangan gonad dengan penyuntikan secara a
b Gambar 1 a Ikan nilem hijau ; b ikan nilem were.
4 intramuscular di bagian punggung menggunakan ovaprim sebanyak 2 kali
berjarak waktu 6 jam. Dosis ovaprim yang digunakan adalah 0,5 mlkg untuk induk betina, dan 0,3 mlkg untuk induk jantan. Selanjutnya dilakukan pengurutan
stripping untuk mengeluarkan sperma pada ikan jantan dan sel telur pada ikan betina setelah 4 jam dari penyuntikan kedua. Stripping ikan jantan dilakukan lebih
dulu sebelum pengurutan induk betina. Sperma hasil stripping dimasukkan ke dalam syringe yang berisi larutan fisiologis NaCl 0,9 lalu dicampur dengan sel
telur dalam wadah dan diaduk dengan bulu ayam. Setelah itu, ditambahkan air untuk mengaktifkan sperma, diaduk kembali dan didiamkan selama satu menit
sehingga terjadi pembuahan. Sperma yang masih tersisa dalam wadah dibuang.
2.2.2 Penetasan Telur
Telur yang telah dibuahi dengan sperma selanjutnya ditebar dalam akuarium berukuran 80 cm x 40 cm x 30 cm yang sudah diisi air dengan volume
64 L dan diaerasi sebelumnya serta diberi bahan kimia el baju 0,02 ppm untuk
mencegah tumbuhnya jamur, kemudian diinkubasi hingga telur menetas. Telur menetas menjadi larva selama 24 jam pada suhu 25-27
C.
2.2.3 Pemeliharaan Larva
Pada kehidupan awal larva, kuning telur merupakan sumber energinya yang akan diserap habis kira-kira selama 96 jam. Larva ikan diberi pakan berupa
kuning telur selama 6 hari yang diberikan sebanyak 3 kali sehari. Selanjutnya larva diberi pakan berupa cacing rambut selama 15 hari, kemudian dilanjutkan
dengan pemberian ransum pakan buatan. Pakan diberikan secara at satiation. Setelah 40 hari pemeliharaan dilakukan pengukuran fenotipe masing-masing 30
sampel dalam 2 kali ulangan. Ikan nilem ditebar dalam akuarium dengan padat tebar 20 ekorL.
2.3 Parameter Uji 2.3.1 Koefisien Keragaman
Koefisien keragaman biasanya digunakan untuk membandingkan keragaman dua populasi atau lebih. Koefisien keragaman diperoleh dengan cara
membagi nilai simpangan baku dengan rataan populasi, dapat dinyatakan dengan persamaan berikut Noor 1996 dalam Wuwungan 2009 :
5 Keterangan :
CV = koefisien
keragaman SD
= simpangan baku =
rata-rata
2.3.2 Hubungan Interpopulasi Nilem Hijau dan Nilem Were
Hubungan interpopulasi digunakan untuk mengukur kemiripan karakter dari nilem hijau dan nilem were berdasarkan jenis ikan dan karakter fenotipe
morfometrik. Parameter ini dianalisis secara hirarki berdasarkan derajat kemiripan dalam grafik dendogram.
2.3.3 Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati meliputi Total Amonia Nitrogen TAN, oksigen terlarut, derajat keasaman pH dan suhu. Pemantauan suhu
dilakukan setiap hari sedangkan parameter lainnya diukur pada awal dan akhir percobaan.
2.3.4 Truss Morfometrik
Karakterisasi truss morfometrik dilakukan pada truebreed nilem hijau berumur 40 hari, induk nilem hijau dan induk nilem were, yaitu dengan
melakukan pengukuran panjang jarak yang menghubungkan titik-titik truss pada bagian tubuh yang sudah dipetakan menggunakan penggaris. Setiap karakter truss
morfometrik pada pengukuran ini dibagi dengan panjang standar ikan. Tubuh ikan dipetakan menjadi 4 bagian A, B, C, D, yaitu kepala, badan bagian depan dan
badan bagian belakang, serta ekor, dan terdapat 10 titik truss Gambar 2 yaitu : 1 sirip dada, 2 mulut, 3 sirip perut, 4 insang, 5 sirip pangkal anal, 6 sirip
pangkal punggung, 7 sirip ujung anal, 8 sirip ujung punggung, 9 sirip bawah pangkal ekor, dan 10 sirip atas pangkal ekor. Setelah masing-masing truss di
seluruh badan ikan dihubungkan maka akan diperoleh 21 karakter truss morfometrik yang dapat menggambarkan keragaman antara ikan nilem hijau dan
nilem were. CV
SD
x x
6 Gambar 2 Truss morfometrik ikan nilem Mulyasari 2010.
Keterangan :
A1 : Jarak antara titik bawah sirip dada dengan titik akhir sirip perut
A2 : Jarak antara titik bawah sirip dada dengan titik di ujung mulut
A3 : Jarak antara titik di ujung mulut dengan titik tengah antara kepala dan
sirip punggung A4
: Jarak antara titik tengah antara kepala dan sirip punggung dengan titik akhir sirip perut
A5 : Jarak antara titik akhir sirip perut dengan titik di ujung mulut
A6 : Jarak antara titik bawah sirip dada dengan titik tengah antara kepala dan
sirip punggung B1
: Jarak antara titik akhir sirip perut dengan titik awal sirip anal B3
: Jarak antara titik tengah antara kepala dan sirip punggung dengan titik awal sirip punggung
B4 : Jarak antara titik awal sirip punggung dengan titik awal sirip anal
B5 : Jarak antara titik awal sirip anal dengan titik tengah antara kepala dan
sirip punggung B6
: Jarak antara titik awal sirip punggung dengan titik akhir sirip perut C1
: Jarak antara titik awal sirip anal dan titik akhir sirip anal C3
: Jarak antara titik awal sirip punggung dengan titik akhir sirip punggung C4
: Jarak antara titik akhir sirip punggung dengan titik akhir sirip anal C5
: Jarak antara titik akhir sirip anal dengan titik awal sirip punggung C6
: Jarak antara titik awal sirip anal dengan titik akhir sirip punggung D1
: Jarak antara titik akhir sirip anal dengan titik awal bawah sirip ekor D3
: Jarak antara titik akhir sirip punggung dengan titik awal atas sirip ekor D4
: Jarak antara titik awal atas sirip ekor dengan titik awal bawah sirip ekor D5
: Jarak antara titik awal bawah sirip ekor dengan titik akhir sirip punggung D6
: Jarak antara titik akhir sirip anal dengan titik awal atas sirip ekor
D6 C4 D5
C1 B1
A6 A5
A4 A3
A2 A1
B5 B6 B4
C5 C6
D4 C3
B3
D1 D3
7
2.3.5 Heritabilitas
Heritabilitas adalah keragaman total yang diukur dengan ragam dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Teknik yang digunakan untuk
mengukur heritabilitas adalah melalui regresi anak-tetua parents-offspring regression. Anak benih menjadi pembanding dengan hanya satu tetua, maka
yang digunakan yaitu Tave 1992 :
Keterangan : h
2
= heritabilitas
b = koefisien nilai regresi
2.4 Analisis Data
Data penelitian dianalisis menggunakan Microsoft Excel 2007, Minitab 14, dan analisis MANOVA Levene’s Test pada selang kepercayaan 95
menggunakan program SPSS 16.0. h
2b
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil 3.1.1 Fenotipe morfometrik
Karakteristik morfometrik ikan nilem meliputi 21 fenotipe yang diukur pada populasi ikan nilem hijau tetua dan keturunannya dari hasil perkawinan
antara nilem hijau, serta populasi ikan nilem were. Perbedaan fenotipe morfometrik yang dinyatakan dalam koefisien keragaman CV dari 21 karakter
morfometrik ikan nilem hijau dan nilem were digambarkan menggunakan grafik batang Gambar 3 dan disajikan dalam tabel distribusi fenotipe morfometrik
Lampiran 2a dan 2b. Koefisien keragaman fenotipe morfometrik pada ikan nilem berkisar antara 0,06-0,27 nilem hijau dan 0,03-0,49 nilem were. Pada
karakter C6 jarak antara titik awal sirip anal dengan titik akhir sirip punggung menunjukkan koefisien keragaman yang paling tinggi pada nilem were sebesar
0,49. Sebaliknya, karakter A2 jarak antara titik bawah sirip dada dengan titik di ujung mulut merupakan fenotipe morfometrik yang menunjukkan koefisien
keragaman paling rendah, yaitu 0,03 pada nilem were. Koefisien keragaman fenotipe morfometrik yang paling tinggi pada ikan nilem hijau ditunjukkan oleh
karakter B1 jarak antara titik akhir sirip perut dengan titik awal sirip anal sebesar 0,27, dan yang paling rendah adalah karakter B6 jarak antara titik awal sirip
punggung dengan titik akhir sirip perut sebesar 0,06. Karakter A5 jarak antara titik akhir sirip perut dengan titik di ujung mulut dan karakter C3 jarak antara
titik awal sirip punggung dengan titik akhir sirip punggung pada ikan nilem were dan nilem hijau memiliki nilai yang sama, yaitu 0,07 untuk A5 dan 0,09 untuk C3.
Koefisien keragaman fenotipe dipengaruhi oleh faktor genetis, lingkungan, dan interaksi genetis dengan lingkungan Tave 1999.