Sistem Informasi Geografi Pemanasan Global dan Kenaikan Muka Laut

mengkombinasikan angka 1 dan 0 secara bertingkat. Misalnya, untuk seri data 8 bit akan mampu menampilkan 256 tingkat keabuan pada citra hitam putih 2 8 = 256 tingkat kecerahan, nilai minimum atau nol akan ditampilkan gelap pada citra dan nilai maksimum atau 256 akan ditampilkan dengan warna putih atau cerah Sabins 1987.

2.2 Sistem Informasi Geografi

Sistem Informasi Geografi adalah suatu informasi yang berbasiskan komputer digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengambil kembali, memanipulasi, menganalisa dan mengeluarkan data yang bereferensi secara geografi spasial yang disimpan dalam basis data digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir Aronoff 1993. SIG merupakan suatu sistem yang mengorganisir perangkat keras hardware, perangkat lunak software, dan data, serta dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek keruangan. SIG merupakan manajemen data spasial dan non-spasial yang berbasis komputer dengan tiga karakteristik dasar, yaitu: i mempunyai fenomena aktual variabel data non-lokasi yang berhubungan dengan topik permasalahan di lokasi bersangkutan; ii merupakan suatu kejadian di suatu lokasi; dan iii mempunyai dimensi waktu Purwadhi 2001.

2.3 Pemanasan Global dan Kenaikan Muka Laut

Pemanasan global terjadi karena dipicu oleh meningkatnya emisi CO 2 yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti pemakaian bahan bakar untuk berbagai aktivitas, penggundulan hutan, maupun kejadian alam seperti peristiwa gunung meletus. Berkaitan dengan emisi CO 2 , IPCC menyebutkan bahwa sebelum revolusi industri, konsentrasi CO 2 sekitar 280 ppm dan dari kajian terakhir rata-rata peningkatannya sekitar 1,8 ppmtahun. Peningkatan konsentrasi CO 2 itu telah menyebabkan meningkatnya suhu permukaan sekitar 0,3 o C – 0,6 o C pada 100 seratus tahun terakhir Mimura dan Harasawa 2000. Perbandingan anomali suhu bulan Juni–Agustus nilai tengah relatif tahun 1961–1990 dalam °C beberapa bagian di Eropa yang menunjukkan pengamatan suhu garis hitam, dan suhu dari simulasi model HadCM3 garis merah. Pengamatan suhu tahun 2003 ditunjukkan titik panah, kejadian musim panas tahun 2003 hingga 2040 di Eropa. Perbandingan dari hasil observasi dan simulasi ini menunjukkan anomali kenaikan lebih cepat 2,4 o C pada titik potong di tahun 2040 Stott et al. 2004. Perbandingan skenario iklim disajikan dalam Gambar 2. Gambar 2 Perbandingan skenario iklim garis merah dengan temperatur musim panas dari tahun 1900-2100: dan iklim panas panah hitam di Eropa tahun 2003. Berdasarkan kecenderungan peningkatan suhu permukaan laut dan pencairan es di daerah kutub, Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC memperkirakan bahwa pada kurun waktu 100 tahun terhitung mulai tahun 2000 permukaan air laut akan meningkat setinggi 15-90 cm dengan kepastian peningkatan setinggi 48 cm Mimura dan Harasawa 2000. Hasil proyeki IPCC seperti disajikan pada Gambar 3 kenaikan muka laut terendah mencapai 18 cm di tahun 2100, nilai tengah 44 cm, dan nilai maksimal 90 cm. Sumber: IPCC 1992. Gambar 3 Proyeksi kenaikan muka air laut terendah L, menengah M dan tertinggiH pada kurun waktu 100 tahun Kenaikan permukaan air laut ini ditengarai akan memberikan dampak yang sangat besar. Sebagai contoh kenaikan permukaan air laut sebesar 1 meter akan mengakibatkan kehilangan lahan daratan seluas 5-10 ribu mil² di Amerika Serikat dan mempengaruhi kawasan pantai sepanjang 19.000 mil Kombaitan 2001. Kerugian yang ditimbulkan oleh kehilangan daratan seluas itu tentunya akan lebih jelas terlihat apabila kita melihat aktivitas yang ada dikawasan tersebut. Hal itu disebabkan aktivitas-aktivitas yang ada akan terganggu atau bahkan tidak bisa dilakukan lagi. Perubahan tinggi permukaan air laut dapat dilihat sebagai suatu fenomena alam yang terjadi secara periodik maupun menerus. Perubahan secara periodik dapat dilihat dari fenomena pasang surut air laut, sedangkan kenaikan air laut yang menerus adalah seperti yang teridentifikasikan oleh pemanasan global. Dampak lanjutan dari pengaruh pasang surut dan kemungkinan kenaikan muka laut secara permanen antara lain perubahan kondisi ekosistem pantai, meningkatnya erosi, makin cepatnya kerusakan bangunan dan terganggunya kegiatan penduduk seperti permukiman, perindustrian, pertanian dan kegiatan lainnya Suprijanto 2003. Pengamatan pada beberapa lokasi stasiun penelitian di beberapa kawasan pantai di Indonesia menunjukan adanya peningkatan yang bervariasi antara satu tempat dengan tempat lainnya. Kenaikan muka air laut pertahun di Belawan adalah 7,83 mm; Jakarta adalah 4,38 mm; Semarang adalah 9,27 mm; Surabaya adalah 5,47 mm dan di Panjang-Lampung adalah 4,15 mm. Berdasarkan data pada tahun 1976 – 1992 di pantai Cilacap menunjukan kenaikan rata-rata muka air laut pertahun adalah 1,3 mm. Maka rata-rata kenaikan muka air laut pertahun pada pantai di 6 enam kota di pulau Jawa adalah lebih tinggi dari kondisi pantai secara global. Secara sepintas menggambarkan bahwa kawasan pantai di Jawa cenderung berkurang lebih cepat dibandingkan kawasan pantai skala global Hadikusumah 1993.

2.4 Karakteristik Kawasan Pesisir dan Laut