PERAN UNESCO DALAM MELINDUNGI INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE (ICH) INDONESIA

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada masa awal kajian Hubungan Internasional, aktor Hubungan Internasional didominasi oleh Negara-bangsa. Namun, seiring dengan berkembangnya kompleksitas masalah yang dihadapi, maka, muncullah aktor-aktor baru dalam Hubungan Internasional. Salah satu aktor-aktor tersebut adalah IGO

(International Government Organization). Terkait dengan hal tersebut,

Perseriktan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan IGO yang paling populer. Organisasi ini digagas oleh lima negara besar yaitu Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia, dan Cina.

Secara umum Organisasi PBB mempunyai tujuan untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional, mengembangkan hubungan persaudaraan antar bangsa, mengadakan kerja sama internasional, serta sebagai pusat penyelarasan segala tindakan bersama terhadap negara yang membahayakan perdamaian dunia. Selain itu, PBB memiliki 6 badan utama dengan susunan keanggotaan dan tugas yang berbeda-beda. Salah satunya adalah Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Council) yang bertugas mengurus masalah ekonomi sosial, kebudayaan, HAM, kesehatan, emasipasi, serta trasportasi.1

Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Dewan Ekonomi membentuk badan-badan khusus. Diantara badan-badan khusus yang dibentuk oleh Dewan

1

Teuku May rudy,2005. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: PT. Rafika Aditama. Halaman 50


(2)

2

Ekonomi dan Sosial salah satunya adalah United Nations Educational, Scientific

adn Cultural Organization (UNESCO). Keberadaan UNESCO merupakan sesuatu

yang sangat berguna bagi Indonesia, sebab Indonesia merupakan negara multi-etnis yang sangat kaya akan beragam budaya, disamping masih memiliki jumlah penduduk miskin yang tinggi. Oleh sebab itu, misi UNESCO, “to contribute to the building of peace, the eradication of poverty, sustainable development, and

inter-cultural dialogue,”2 dapat dikatakan sejalan dengan kepentingan Indonesia.

Misi tersebut meliputi perkembangan umat manusia, yaitu pendidikan, ilmu pengetahuan, pengetahuan social, dan humaniora, serta komunikasi guna menentukan tempat dan mengarahkan manusia dalam gerakan perubahan dunia yang sangat cepat. Selain itu, UNESCO merupakan satu-satunya badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan tugas khusus untuk melindungi warisan budaya yang berada dalam pengawasan upaya internasional untuk melindungi kreativitas dan keragaman di seluruh dunia.

Upaya PBB dalam melindungi kreativitas dan keragaman budaya diseluruh dunia adalah dengan membentuk Konvensi-konvensi yang merupakan salah satu dari hukum internasional. Salah satu Konvensi yang dibentuk adalah Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda (Convention for the Safeguarding

of the Intangible Cultural Heritage) tahun 2003.3 Konvensi UNESCO tahun 2003

mengenai Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage) menyatakan bahwa Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage) mengandung

2

UNESCO, 65 WAYS UNESCO: Benefits Countries All Over The World. Paris: The Sector for External Relations and Public Information of the United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

3

Standard-Setting in UNESCO. Volum II. Conventions, recommendation, declaration, and charters. adopted by UNESCO (1948-2006).


(3)

3

arti berbagai praktik, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan yang diakui oleh berbagai komunitas, kelompok, dan dalam beberapa hal tertentu, perorangan sebagai bagian warisan budaya mereka. Warisan Budaya Takbenda

(Intangible cultural heritage) bagi masyarakat, kelompok dan perorangan

memberikan rasa identitas dan keberlanjutan, membantu mereka memahami dunianya dan memberikan makna pada kehidupan dan cara mereka hidup bermasyarakat. Sumber dari keragaman budaya dan bukti nyata dari potensi kreatif umat manusia, Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage) secara terus-menerus diciptakan oleh para penerusnya, karena warisan ini dipraktikan dan disampaikan dari individu ke individu lain dan dari generasi ke generasi.4

Budaya seperti ini (Intangible Cultural Heritage) banyak dimiliki oleh Indonesia. Namun, hingga saat ini pencatatan Warisan Budaya Takbenda

(Intangble Cultural Heritage) Indonesia belum berhasil dilakukan secara

menyeluruh dan berkesinambungan antara lain karena kurang melibatkan unsur komunitas, kelompok sosial, dan perseorangan. Pencatatan Warisan Budaya Takbenda (Intangble Cultural Heritage) sendiri merupakan sebuah inisiatif untuk menyelamatkan kebudayaan Indonesia sebagai warisan budaya, sehingga Indonesia memiliki identitas bangsa dan dapat menyelamatkan ekspresi budaya bangsa, serta dapat mencegah klaim dari pihak asing. Dalam upaya melindungi Warisan Budaya Takbenda (Intangble Cultural Heritage), selain melakukan pencatatan, pemerintah Indonesia telah meratifikasi Konvensi UNESCO 2003

4UNESCO,”

Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural. Paris, 17 October 2003. Article 2-1.


(4)

4

mengenai Perlindungan Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage) melalui Peraturan Presiden (PP) nomor 78 Tahun 2007, tentang Pengesahan Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda (WBTB).5

Sejauh ini, upaya Indonesia telah membuahkan hal yang positif, sebab UNESCO melalui Konvensi 2003 tersebut telah menetapkan Wayang sebagai Warisan Budaya Takbenda (Intangble Cultural Heritage) Indonesia (2008), Keris (2008), Batik (2009), dan Angklung (2010) dalam daftar representatif budaya Takbenda warisan manusia (Representatif List of Intangble Cultural Heritage). Peran UNESCO dalam melindungi Intangible Cultural Heritage Indonesia inilah yang secara teoritis akan dijelaskan oleh peneliti. Adapun Intangible Cultural

Heritage Indonesia selama tahun 2003 sampai 2010 adalah wayang, keris, batik,

dan angklung.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti menetapkan permasalahan, Bagaimana Peran UNESCO dalam Melindungi Intangible Cultural Heritage Indonesia?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan penelitian

Melihat pada pokok permasalahan diatas maka dapat diuraikan tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskipsikan Bagaimana peran UNESCO dalam

5

Peraturan Presiden RI NO 78 tahun 2007 Tentang Pengesahan Konvensi Untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda.


(5)

5

melindungi Intangible Cultural Heritage Indonesia berdasarkan Konvensi Warisan Budaya Takbenda tahun 2003.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap perkembangan hubungan internasional yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.

1.4. Penelitian Terdahulu

Sebagai dasar untuk melengkapi tinjauan pustaka maka dicantumkan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu yang dipilih adalah penelitian Eko Budiharjo yang berjudul Preservation, and

Conservation of Cultural Heritage in Indonesia. Dalam tulisannya Budiharjo

mengatakan bahwa setiap bangsa harus mengangkat keunikan budayanya masing-masing, dengan harapan hal tersebut dapat mempromosikan kerjasama, dan menciptakan keadaan saling mendukung antar entitas (bangsa). Hal tersebut dibutuhkan karena tantangan di masa depan adalah pertentangan antar-peradaban

(Clash of Civilization). Apalagi, Indonesia merupakan negara dengan populasi

muslim terbesar di dunia, hal ini tentu akan menimbulkan kecurigaan Negara-Negara barat yang menganggap bahwa islam merupakan ancaman atas ideologi yang mereka anut, (ideologi liberal). Dengan menonjolkan keunikan Indonesia inilah diharapkan, barat tidak lagi menganggap islam, dan Indonesia sebagai ancaman sehingga kerjasama antara barat dengan Indonesia, maupun barat dengan


(6)

6

islam dapat terjalin, dan akhirnya dapat menguntungkan semua pihak yang bekerja sama.6

Berdasarkan kajian hubungan internasional, penelitian Budiharjo tergolong ke dalam aliran liberal institusi, dimana asumsi dasarnya kerjasama antar-negara, dalam hal ini UNESCO, memiliki andil dalam menentukan perilaku Negara. Sebab dalam kerjasama tersebut terdapat nilai-nilai yang disetujui dan berlaku bagi anggotanya. Dalam penelitiannya, UNESCO berperan terhadap preservasi, dan konservasi Candi Borobudur, dan Candi Prambanan sebagai warisan budaya dunia.7 Namun, belakangan ini, UNESCO mengancam akan menarik status kedua candi tersebut sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia karena kurangnya perhatian pemerintah Indonesia terhadap kebersihan candi-candi tersebut. Hal ini menunjukkan adanya punishment bagi pihak yang melanggar kesepakat dalam Konvensi UNESCO.

Penelitian ini, lebih cenderung beraliran sama dengan penelitian Budiharjo, dimana peneliti memiliki pandangan bahwa kerjasama internasional, dalam hal ini UNESCO, dapat mempengaruhi perilaku Negara anggotanya. Namun, peneliti akan menitik-beratkan tentang bagaimana peran UNESCO dalam melindungi Intangitable Cultural Heritage Indonesia, berdasarkan Konvensi Warisan Budaya Takbenda tahun 2003.

6

Eko Buhiharjo. 1997. Preservation and Conservation of Cultural Heritage Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Halaman.2-3.

7


(7)

7

1.5. Kerangka Pemikiran

1.5.1. Pendekatan Liberal Internasional

Pendekatan liberal institutional merupakan pendekatan yang memiliki asumsi dasar bahwa sebuah institusi yang dibentuk oleh kerjasama antar negara

(Institutional Superstructer) dapat mengubah perilaku sebuah negara.8 Hal

tersebut terjadi karena kerjasama antar negara akan melahirkan kesepakatan yang mengikat negara anggota yang meratifikasi kesepakatan-kesepakatan tersebut (pacta sun servanda). Kesepakatan-kesepakat tersebut merupakan hukum internasional yang bisa berbentuk perjanjian internasional, Kebiasaan-kebiasaan internasional sebagai bukti dari satu kebiasaan umum yang telah diterima sebagai hukum, Prinsip Hukum Umum yang diakui bangsa yang beradab, dan Keputusan Pengadilan dan Ajaran-Ajaran sarjana-sarjana yang paling terkemuka dari berbagai negara sebagai sumber tambahan dalam menetapkan kaidah-kaidah hukum.9

UNESCO merupakan oraganisasi yang aturan mainnya ditetapkan melalui perjanjian internasional dalam bentuk Konvensi. Terkait dengan warisan budaya dunia, UNESCO telah mengeluarkan tujuh Konvensi diantaranya:

1. Konvensi Hak Cipta Dunia (Universal Copyright Convention) tahun 1952, revisi tahun 1971.

2. Konvensi Untuk Perlindungan Kekayaan Budaya dalam Konflik Bersenjata dengan Peraturan untuk Pelaksanaan Konvensi tersebut

8

Cynthia Weber. 2005. International Relation Theory: A Critical Introduction. Edisi ke-dua. Oxon: Routledge, Halaman.64.

9

Mochtar Kusumaatmadja. 1996. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Binacipta, Halaman 82. Dan Dr. Boer Mauna. 2003. Hukum Internasional, Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global. PT Alumni. Bandung, Halaman. 8.


(8)

8

(Convention for the Protection of Cultural Property in the Event of

Armed Conflict), tahun 1954, protocol pertama pada tahun 1954, dan

protocol kedua ada tahun 1999.

3. Konvensi mengenai cara untuk melarang dan mencegah impor, ekspor dan pengalihan kepemilikan kekayaan budaya yang tidak diperbolehkan (Convention of the Menas of Prohibiting and Preventing the Illicit Import,Export and Transfer of Ownership of

Cultural Property) tahun 1970.

4. Konvensi mengenai Perlindungan Warisan Alam dan Budaya Dunia (Convention concerning the Protection of the World Cultural and

Natural Heritage) tahun 1972.

5. Konvensi mengenai warisan budaya bawah laut ( The Convention on

the Protection of underwater Curtural Heritage). Tahun 2001

6. Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Tidak Benda (Convention for

the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage) tahun 2003.

7. Konvensi mengenai Perlindungan dan Promosi Keragam Ekspresi Budaya (Convention on the Protection and Promotion of the Diversity

of Cultural Expressions) tahun 2005.10

Penelitian ini akan dititik-beratkan secara teoritis berdasarkan Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Takbenda (Convention for the Safeguarding of the

Intangible Cultural Heritage) tahun 2003. Konvensi ini mendefinisikan warisan

budaya tidak berwujud seabagai praktek-praktek, ekspresi-ekspresi serta

10

Standard-Setting in UNESCO. Volum II. Conventions, recommendation, declaration, and charters. adopted by UNESCO (1948-2006) Halaman 32-342.


(9)

9

pengetahuan dan keahlian yang diakui oleh komunitas atau masyarakat, kelompok dan dalam beberapa kasus diakui secara indivivu sebagai bagian dari warisan budaya.11 Konvensi ini mulai berlaku pada bulan Oktober 2003 dan 114 negara anggota telah meratfikasi Konvensi ini, termasuk Indonesia yang meratifikasi Konvensi ini pada Oktober 2007.12

Berdasarkan Konvensi 2003, peran UNESCO dalam melindungi

Intangible Cultural Heritage Indonesia, antara lain adalah melakukan identifikasi,

dokumentasi, penelitian, preservasi, proteksi, promosi, peningkatan, penyebaran, pendidikan, dan revitalisasi.

““Safeguarding” means measures aimed at ensuring the viability of

the intangible cultural heritage, including the identification, documentation, research, preservation, protection, promotion, enhancement, transmission, particularly through formal and non formal education, as well as the revitalization of the various aspects

of such heritage.”13

““Pengamanan” berarti tindakan yang bertujuan menjamin

kelangsungan hidup Warisan Budaya Takbenda, termasuk Identifikasi, dokumentasi, penelitian, pelestarian, perlindungan, promosi, peningkatan, transmisi, terutama melalui pendidikan formal dan non formal, serta revitalisasi berbagai aspek warisan

tersebut.”

1.5.2. Landasan Konsep

1.5.2.1. Organisasi Internasional

Definisi Organisasi Internasional menurut Teuku dalam bukunya

Administrasi dan Organisasi Internasional menegaskan bahwa :

11UNESCO,”

Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural. Paris, 17 October 2003. Article 2-1.

12

Peraturan Presiden RI NO 78 tahun 2007 Tentang Pengesahan Konvensi Untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda.

13

Pasal Dua tentang Definisi, ayat 3 Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage. 17 Oktober 2003. Paris.


(10)

10

Organisasi Internasional adalah pola kajian kerjasama yang melintasi batas-batas Negara dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap serta diharapkan atau diproyeksikan untuk

berlangsung serta melaksanakan fungsinya secara

berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan

tercapainya tujuan-tujauan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antar sesama kelompok non pemerintah pada Negara yang

berbeda.14

Organisasi internasional terdiri dari International Governmental Organization (IGO) dan Non Governmental Organization (NGOs). Adapun yang membedakan antara IGO dan NGOs menurut Samuel dalam bukunya berjudul International Organizationmenjelaskan bahwa:

Intergovernmental organizations, as opposed to nongovernmental organizations (NGOs) and corporations, are organizations that are created by agreement among states rather than by private individuals. Amnesty International, Greenpeace, and the General Motors Corporation all operate across national boundaries, but they were not created by governments. These NGOs and transnational corporations (TNCs) are integral parts of the

international political system, but they are not IOs.15

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa IGO adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan kesepakatan antar Negara-negara, sedangkan NGO berdasarkan kesepakatan antar individu. IGO diklasifikasikan atas empat kategori berdasarkan keanggotaanya dan tujuannya, yaitu:

1. Organisasi yang keanggotaan dan tujuannya bersifat umum, ruang lingkupnya global dan melakukan berbagai fungsi, seperti keamanan,

14

Teauku May Rudy, 2005. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung, Refika Aditama. Halaman 3.

15

J. Samuel Barkin, 2006. International organization : theories and institutions. Palgrave Macmillan. Halaman 14.


(11)

11

kerjasama sosial- ekonomi, perlindungan hak-hak azasi manusia, dan pembangunan serta pertukaran kebudayaan. Contohnya PBB.

2. Organisasi yang keanggotaannya umum dan tujuannya terbatas, organisasi ini dikenal sebagai organisasi fungsional yang spesifik. Contohnya ILO, WHO, UNICEF, UNESCO.

3. Organisasi yang keanggotaannya terbatas dan tujuannya umum, organisasi ini merupakan organisasi regional yang fungsi dan tanggung jawab keamanan, politik, sosial, dan ekonomi berskala luas. Contohnya OAS, OAU, EC.

4. Organisasi yang keanggotaan dan tujuannya juga terbatas, organisassi ini terbagi atas organisasi sosial, ekonomi dan militer. Contohnya NATO.16

Sebagai salah satu organisasi fungsional UNESCO (United Nations

Educational, Scientific and Cultural Organization), bertugas membantu dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan pendidikan. Adapun misi dari UNESCO adalah memberikan kontribusi untuk membangun budaya perdamaian, pemberantasan kemiskinan, pembangunan berkelanjutan dan dialog antarkebudayaan melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, budaya, komunikasi dan informasi.

16


(12)

12

1.5.2.2. Konsep Peran

Penelitian ini menggunakan konsep peranan untuk melengkapi kerangka pemikiran. Adapun definisi peranan menurut Mochtar Mas’oed sebagai perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi. Ini adalah perilaku yang dilekatkan pada posisi tersebut, diharapkan berperilaku sesuai dengan sifat posisi tertentu.17

Dalam setiap tindakan, peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Tidak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Menurut Soerjono Soekamto dalam bukunya Sosiologi Suatu

Pengantar menjelaskan bahwa Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi,

penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.18 Dalam bukunya Soerjono Soekamto mengatakan peranan mencakup tiga hal yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat 19

17

Mas’oed, Mochtar. 1989. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodelogi. Jakarta: LP3ES Halaman, 44.

18

Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: CV. Rajawali) Halaman. 269. 19


(13)

13

Sedangkan Kantaprawira menyebutkan bahwa peranan (role) dapat dikatakan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan dari seorang atau struktur tertentu yang menduduki suatu posisi didalam suatu sistem. Suatu organisasi memiliki struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah di sepakati bersama. Apabila struktur-struktur tersebut telah menjalankan fungsi-fungsinya, maka organisasi itu telah menjalankan peranan tertentu. Dengan demikian, peranan dianggap sebagai fungsi dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kemasyarakatan.20

1.5.2.3. Peran Organisasi Internasional

Suatu organisasi internasional memiliki struktur organisasi untuk mencapai tujuannya. Masing-masing struktur memiliki fungsinya sendiri yang mengacu pada tujuan dari organisasi yang telah disepakati bersama. Apabila struktur-struktur itu telah menjalankan fungsi-fungsinya maka organisasi itu telah menjalankan peranan tertentu. Dengan demikian maka peranan dapat dianggap sebagai fungsi baru dalam rangka pengajaran tujuan-tujuan kemasyarakatan. Adapun peran organisasi internasional adalah sebagai berikut:

1. Wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik (sesama anggota).

2. Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan.

20

Kantaprawira, Rusadi. 1987. Pendekatan Sistem Dalam Ilmu-Ilmu Sosial, Aplikasi Dalam Meninjau Kehidupan Politik Indonesia. Bandung: PT. Sinar Baru. Halaman, 32.


(14)

14

3. Lembaga yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan yang diperlukan (antara lain kegiatan sosial, kemanusiaan, bantuan pelestarian lingkungan hidup, peace keeping operation dan lain-lain).21

Peranan organisasi internasional dapat digambarkan sebagai individu yang berada dalam lingkungan masyarakat internasional. Sebagai anggota masyarakat internasional, organisasi internasional harus tunduk pada peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Selain itu, melalui tindakan anggotannya, setiap anggota tersebut melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuannya. Menurut Clive Archer dalam buku Perwita dan Yani yang berjudul Pengantar Hubungan

Internasional peranan Organisasi Internasional dapat dibagi ke dalam tiga

kategori, yaitu: 22

Pertama, Sebagai instrumen. Organisasi Internasional digunakan oleh

negara-negara anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar negerinya. Dalam hal ini, peran organisasi internasional adalah sebagai instrumen digunakan oleh anggota-anggotanya untuk tujuan tertentu, biasanya terjadi pada IGO, dimana anggota-anggotanya merupakan negara berdaulat yang dapat membatasi tindakan-tindakan organisasi internasional. Peranan organisasi internasional sebagai instrumen dianggap mempunyai suatu kekuatan yang sangat mendukung bagi kepentingan nasional suatu negara. Gambaran dari organisasi internasional sebagai instrumen bagi anggotanya tidak berarti bahwa setiap keputusan yang diambil oleh organisasi internasional itu bertujuan untuk memenuhi setiap kepentingan anggotanya. Ketika suatu

21

Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Halaman 27.

22


(15)

15

organisasi internasional dibuat, maka implikasinya adalah diantara negara-negara suatu kesepakatan terbatas telah disetujui dalam bentuk instrumental untuk pengaturan secara multilateral aktivitas negara-negara dalam lingkup tertentu. Organisasi penting bagi kepentingan kebijakan nasional dimana koordinasi multilateral tetap menjadi sasaran jangka panjang pemerintah nasional.

Kedua, Sebagai arena. Organisasi Internasional merupakan tempat

bertemu bagi anggota saja untuk membicarakan dan membahas masalah dalan negeri lain dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian internasional. Dalam hal ini, peran organisasi internasional sebagai arena atau forum, dimana didalamnya terjadi aksi-aksi. Dalam hal ini organisasi internasional menyediakan tepat-tempat pertemuan bagi anggotanya untuk berkumpul bersama-sama untuk berdiskusi dan bekerjasama. Sebagai suatu arena, organisasi internasional berguna bagi masing-masing kelompok yang bersaing untuk menjadi forum bagi pandangan mereka serta dapat pula menjadi kekuatan diplomatik bagi kebijakan-kebijakannya, baik di waktu perang dingin ataupun perang dekolonialisasi.

Ketiga, Sebagai Aktor Independen. Organisasi Internasional dapat

membuat keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau paksaan dari luar organisasi. Dalam hal ini, peran organisasi internasional adalah sebagai aktor yang independen, dimana independen diartikan apabila organisasi internasional dapat bertindak tanpa dipengaruhi kekuatan dari luar. Organisasi internasional dapat memberikan masukan-masukan secara netral tanpa ada kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi dari luar.


(16)

16

Berdasarkan beberapa definisi peranan yang telah dikemukakan oleh ahili-ahli hubungan internasional diatas, dapat diidentifikasi bahwa pemerintah Indonesia mendaftarkan beberapa warisan budaya takbenda Indonesia ke UNESCO dengan harapan bahwa melalui organisasi tersebut budaya-budaya tersebut dapat diakui sebagai budaya milik Indonesia. Dalam hal ini, UNESCO merupakan sebuah organisasi internasional yang tidak hanya mempunyai peranan sebagai arena, atau forum untuk melahirkan tindakan bersama tetapi juga dapat dilihat sebagai instrumen suatu negara untuk memenuhi kepentingan-kepentingannya dan juga sebagai aktor yang berdiri sendiri tanpa dipengaruhi oleh pihak-pihak lain.

1.5.3. Definisi dan Wujud Kebudayaan

Menurut ilmu Antropologi, kebudayaan adalah keseluruan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar23. Secara istilah kata kebudayaan berasal dari kata sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Sedangkan kata culture (bahasa inggris) merupakan kata asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata kerja bahasa latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan atau bercocok tanam.24 Sedangkan wujud kebudayaan setidaknya mempunyai dua atau tiga wujud.

23

Koentjaranigrat. Pengantar ilmu antropologi (cetakan kedelapan). Rineka Cipta. Jakarta. Halaman 181

24 Ibid,


(17)

17

Berikut disajikan tabel beserta uraian mengenai wujud kebudayaan dari beberapa sumber:

Tabel 1 : Wujud Kebudayaan25

J.J. Honigmann Koentjaraningrat Ralp Linton Dragana Rusalic

Ideas Ide, norma, nilai Covert Culture Immaterial Culture Activities Sistem sosial Overt Culture Material Culture Artifacts Benda hasil karya manusia

Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan yang berupa sistem

nilai, gagasan-gagasan, norma-norma dan adat istiadat. Menurut Koentjaraningrat yang sependapat juga dengan J.J. Honigmann, mengatakan bahwa wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, tak dapat diraba dan difoto. Letaknya ada dalam kepala-kepala atau dengan kata lain berada dalam pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan bersangkutan itu hidup.26

Wujud kedua dari kebudayaan sering disebut sebagai Social System, atau

Sistem sosial mengenai tindakan yang berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian dari aktivitas manusia dalam suatu masyarakat, sistem sosial bersifat konkret karena terjadi disekeliling kita sehari-hari. Sitem sosial memiliki karakteristik bisa di observasi, bisa difoto dan bisa didokumentasikan.27 Dalam bukunya yang berjudul

25

Sumber: Koentjaranigrat. Pengantar ilmu antropologi (cetakan kedelapan). Rineka Cipta. Jakarta, Sugeng Pujileksono, 2009. Pengantar Antropologi (edisi revisi).UMM

Press, Dragana Rusalić. 2009. Making The Intangible Tangible: The New Interface Of Cultural Heritage. UNESCO Proclamation 2005

26

Koentjaranigrat. Pengantar ilmu antropologi (cetakan kedelapan). Rineka Cipta. Jakarta. Halaman. 186-187.

27


(18)

18

Pengantar Antropologi, Sugeng Pujilaksono mengatakan bahwa wujud pertama

(Cultur Sistem) dan wujud kedua (Social System) muncul dalam kerangka teory

tindakan (frame work for the theory of action)28.

Wujud ketiga dari kebudayaan adalah seluruh benda hasil karya manusia

(Material Culture) atau disebut dengan kebudayaan fisik yang tidak memerlukan

banyak penjelasan karena sifatnya yang konkret bisa dilihat, dipegang dan bisa difoto. Wujud ketiga ini berupa seluruh total dari hasil fisik dari hasil aktifitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyrakat.29

Menurut Ralp Linton, wujud kebudayaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu Covert Culture (wujud kebudayaan yang tidak tampak) dan Overt Culture (wujud kebuyaan yang tampak).30 Wujud kebudayaan yang tidak tampak Covert

Culture adalah wujud pertama (ideas/gagasan/nilai/norma), sedangkan wujud

kebudayaan yang tampak Overt Culture meliputi wujud kedua (activities/social system) dan wujud ketiga (artifact/material/benda karya manusia). Kedua wujud tersebut merujuk pada pendapat J.J. Honogmann dan penjelasan Koentjoroningrat. Sedangkan Dragana berpendapat bahwa antara Immaterial Culture dan Material

Culture mempunyai hubungan yang sangat erat keduanya saling terkait dan yang

paling penting adalah Immaterial Culture memberikan makna bagi Material

Culture. Bila dikatkan dengan istilah Ralp Linton Immaterial Culture berarti

Covert Culture dan Material Culture berarti Overt Culture.

28

Sugeng Pujileksono, 2009. Pengantar Antropologi, (edisi revisi).UMM Press. Halaman 24. 29

Koentjaranigrat. Op.Cit. Halaman. 188. 30

Dikutip dari (Sugeng Pujileksono, 2009. Pengantar Antropologi, (edisi revisi).UMM Press). Halaman 25.


(19)

19

1.5.4. Definisi Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage- ICH)

Warisan Budaya Takbenda (Intangible Culture Heritage) menurut definisi UNESCO seperti yang tertera di dalam Pasal 2 Ayat 1 dan 2 hasil Konvensi tentang Perlindungan Warisan budaya Takbenda yang diadakan di Paris pada tanggal 17 Oktober 2003 (Convention for the Safeguarding of the Intangible

Cultural Heritage), adalah:

The intangible cultural heritage means the practices,

representations, expressions, knowledge, skills – as well as the

instruments, objects, artefacts and cultural spaces associated

therewith – that communities, groups and, in some cases, individuals

recognize as part of their cultural heritage. This intangible cultural heritage, transmitted from generation to generation, is constantly recreated by communities and groups in response to their environment, their interaction with nature and their history, and provides them with a sense of identity and continuity, thus promoting respect for cultural diversity and human creativity. For the purposes of this Convention, consideration will be given solely to such intangible cultural heritage as is compatible with existing international human rights instruments, as well as with the requirements of mutual respect among communities, groups and individuals, and of sustainable development.

Warisan Budaya Takbenda meliputi segala praktek, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan serta alat-alat, benda (alamiah), artefak dan ruang-ruang budaya yang terkait dengan warisan budaya tersebut serta diakui oleh berbagai komunitas, kelompok, dan dalam hal tertentu perseorangan sebagai bagian warisan budaya mereka. Warisan Budaya Takbenda ini, yang diwariskan dari generasi ke generasi, senantiasa diciptakan kembali oleh berbagai komuniti dan kelompok sebagai tanggapan mereka terhadap


(20)

20

lingkungannya, interaksinya dengan alam, serta sejarahnya, dan memberikan mereka rasa jati diri dan keberlanjutan, untuk memajukan penghormatan keanekaragaman budaya dan daya cipta insani. Untuk kepentingan Konvensi ini, pertimbangan akan diberikan hanya kepada Warisan Budaya Takbenda yang cocok dengan perjanjian-perjanjian internasional yang ada mengenai hak-hak asasi manusia, serta segala persyaratan saling menghormati antara berbagai komunitas, kelompok, dan dalam hal tertentu perseorangan, serta pembangunan yang berkelanjutan. 31

Definisi Budaya Takbenda (Intangible Culture) menurut Dragana Rusalic dalam bukunya Making The Intangible Tangibleadalah:

Immaterial32 heritage basically means those things we tend not to

see, or to touch, but the things that we may feel. And it certainly includes memory. It is rather important the way people memorize or how do they think about the past, and things that influence them

currently – things without physical presence. They are mostly about

our system of knowledge. There have also been the other categories like language, that is not possible to see, but to hear. There are music, performances, dances, rites, beliefs, various social practices.., that are not permanent. All these are immaterial. The most of the people consider intangible as the opposite of tangible,

that is, by my opinion, totally incorrect.33

Dragana Rusalić, mendefinisikan Warisan Budaya Takbenda atau immaterial pada dasarnya berarti hal-hal yang cenderung tidak bisa kita lihat atau sentuh, tetapi hal-hal yang mungkin bisa kita rasakan. Hal ini cukup penting,

31

Defenisi tersebut berdasarkan Konvensi Perlindungan Warisan budaya Takbenda yang diadakan di Paris pada tanggal 17 Oktober 2003 atau disebut sebagai Convention For The Safeguarding Of The Intangible Cultural Heritage. Pasal 2, Ayat 1.

32

Di dalam Making The Intangible Tangible, Dragna menggunakan istilah „immaterial’ untuk merujuk pada istilah „intangible’, karena Dragna menyimpulkan bahwa kedua kata tersebut adalah sinonim.

33 Dragana Rusalić. 2009.

Making The Intangible Tangible: The New Interface Of Cultural Heritage. Institute of Ethnography SASA. Special Editions Volume 63. Belgrade. Halaman 7.


(21)

21

mengenai cara menginggat atau bagaimana cara berfikir tentang masa lalu dan hal-hal yang mempengaruhinya pada saat ini. Kebanyakan dari Warisan Budaya Takbenda adalah mengenai sistem pengetahuan. Ada juga katagori lain seperti bahasa yang tidak bisa dilihat tapi bisa didengar. Ada musik, pertunjukan, tarian, keyakinan/kepercayaan dan berbagai praktek-praktek sosial lainnya yang kesemuanya itu adalah bagian penting dari Warisan Budaya Takbenda. Sebagaian besar orang berasumsi bahwa Takbenda (Intangible/Immaterial) adalah lawan dari nyata (Tangible/Material), asumsi tersebut dibantah oleh Dragana. Dragana berpendapat bahwa hubungan antara keduannya sangat erat, nyata dan terkait satu sama lain dan yang utama yakni, Intangible Culture/Immaterial Culture selalu melengkapi serta memberikan makna bagi Tangible Culture/Material Culture.34

1.6. Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1. Batasan Waktu Penelitian

Pada penelitian ini penulis memberikan batasan waktu pada tahun 2003-2010. Batasan waktu tersebut didasarkan pada Konvensi tentang perlindungan Warisan Budaya Takbenda yang dibentuk pada tahun 2003 (Convention for the

Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage). Pemerintah Indonesia telah

meratifikasi Konvensi tersebut dengan istilah Intangible Cultural Heritage (ICH) melalui Peraturan Presiden (PP) nomor 78 Tahun 2007. Sedangkan sepanjang tahun 2003 sampai dengan 2010 UNESCO telah mengakui beberapa warisan

34

I consider these two very closely related and the main issue has always been that intangible provides the meaning for the tangible”.


(22)

22

budaya Indonesia seperti, Wayang (2008), Keris (2008), Batik (2009) dan Angklung (2010).

1.6.2. Batasan Materi Penelitian

Untuk memudahkan penelitian, peneliti membatasi ruang lingkup kajian agar peneliti tidak menyimpang dari tema atau tujuan yang diinginkan. Penelitian ini difokuskan pada peran UNESCO secara teoritis berdasarkan Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Takbenda (Convention for the Safeguarding of the

Intangible Cultural Heritage) tahun 2003, dimana melindungi termasuk

melakukan Identifikasi, Dokumentasi, Penelitian, Preservasi, Proteksi, Promosi,

Perbaikan, Penyebaran, Pendidikan, dan Revitalisasi terhadap Intangible

Cultural Heritage Indonesia. Kemudian, penilitian ini hanya berorientasi pada

data-data sekunder yang mendukung pendekatan yang dipakai oleh peneliti. Data-data tersebut dikumpulkan sejak awal tahun 2003 sampai dengan tahun 2010.

1.7. Metode Penelitian 1.7.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.35 Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan36 (Library Research) atau studi literatur

35

Penelitian Deskriptif adalah jenis penelitian yang hanya menjelaskan (mendeskripsikan) variabel penelitian tanpa mencari (menjelaskan) hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya

36 Menurut Mochtar Mas’oed,

dalam bukunya yang berjudul Study Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi Halaman 3-4, ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperoleh data atau sumber penelitian, metode tersebut meliputi teknik wawancara (data primer) serta studi pustaka (data sekunder).


(23)

23

atau studi dokumen (Document Study).37 Dalam teknik ini data yang digunakan adalah data sekunder38, seperti sumber-sumber yang berasal dari buku, dokumen berupa laporan penelitian maupun laporan-laporan lembaga, jurnal ilmiah, dan data yang bersumber dari situs internet yang terpercaya. Data tersebut akan diseleksi dan dielaborasi sesuai kebutuhan untuk menganalisis permasalahan yang dikemukakan. Dalam Penelitian ini data utama yang dikaji oleh peneliti adalah laporan lembaga UNESCO yang berupa Naskah Konvensi tentang perlindungan Warisan Budaya Takbenda tahun 2003 (Convention for the Safeguarding of

Intangible Cultural Heritage).39 Naskah tersebut merupakan hasil dari Konvensi

2003 yang memuat poin-poin penting mengenai perlindungan Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Herritages).40

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Berdasarkan metode ini, analisa data dilakukan melalui analisa nonstatistik, dimana data tabel, grafik dan angka yang tersedia diuraikan dan ditafsirkan kedalam bentuk kalimat atau paragraf yang mudah dimengerti. Kemudian dilakukan penyederhanaan data dengan tanpa mengurangi maknanya maupun menghilangkan data yang sekiranya dibutuhkan. Teknik analisis data tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan yakni, mengklasifikasi, mereduksi

37

I Made Wirarta. 2006. Pedoman penulisan usulan penelitian skripsi, dan tesis. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Halaman. 36

38

Data Sekunder yaitu data yang didapat dari orang atau instansi lain. Data Sekunder cenderung siap pakai, artinya siap diolah dan dianalisis oleh peneliti, jenis data tersebut diperoleh melalui teknik studi kepustakaan. Sedangkan Data Primer diperoleh dari hasil penelitian lapangan atau wawancara.

39

Unit Analisa atau satuan terkecil yang diambil dari Naskah Konvensi 2003 tersebut adalah dalam bentuk paragraf dan kalimat.

40

Naskah tersebut (convention for the Safeguarding of Intangible Cultural Heritage) dihasilkan dari Konferensi Umum UNESCO pada sidang ke 32 yang diadakan di Paris Prancis dari 29 September sampai 17 Oktober 2003.


(24)

24

dan memberi intepretasi pada dokumen yang diseleksi dengan menggunakan konsep tersebut.

1.7.2. Tingkat Analisa

Peringkat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah peringkat analisis (Level of Analysis) Reduksionis karena unit analisa dalam penelitian ini adalah sistem internasional41, sedangkan unit eksplanasinya mengunakan negara-bangsa (Indonesia) dengan mengunakan pendekatan Liberal Istitusional. Variable independen (Unit Eksplanasi) dalam penelitian ini adalah Intangible Cultural

Heritage Indonesia, sedangkan Variable dependen (Unit Analisis) adalah

perlindungan UNESCO terhadap Intangible Cultural Heritage Indonesia.42

1.8. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang akan peneliti paparkan terbagi menjadi empat bab, bab pertama merupakan pendahuluan. Bab kedua berjudul UNESCO dan Peran Perlindungannya berdasarkan Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Takbenda (Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage) tahun 2003. Bab ketiga berjudul Intangible Cultural Heritage Indonesia sebagai Objek Perlindungan UNESCO. Bab keempat merupakan penutup.

Bab pertama merupakan pendahuluan, berisi latar belakang masalah yang

41

UNESCO merupakan Organisasi Internasional yang berarti sistem Internasional. 42Moehtar Mas’

oed membagi level analisis kedalam tiga kategori : 1. Reduksionis, yaitu tingkat analisis yang unit eksplanasinya (variabel independen) lebih rendah dari unit analisisnya (variabel dependen); 2. korelasionis, yaitu level analisis yang antara unit ekspalanasi dan unit analisisnya pada tingkat yang sama; 3. induksionis, yaitu level analisis yang unit eksplanasinya lebih tinggi dari unit analisisnya. (Moehtar Mas’oed. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta PT. Pustaka LP3ES Indonesia Halaman. 39).


(25)

25

akan diteliti, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua bejudul UNESCO dan Peran Perlindungannya berdasarkan

Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Takbenda (Convention for the

Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage) tahun 2003. Dalam bab ini

peneliti ingin mendeskripsikan secara rinci mengenai Konvensi Warisan Budaya Takbenda, prosedur pengajuan dan penetapan Warisan Budaya Takbenda, upaya UNESCO dalam penyelamatan Warisan Budaya TakBenda dan mekanisme kerjasama UNESCO berdasarkan Konvensi Warisan Budaya Takbenda tahun 2003.

Bab ketiga berjudul Intangible Cultural Heritage Indonesia sebagai Objek

Perlindungan UNESCO. Dalam bab ini peneliti akan mendeskripsikan mengenai proyek pencatatan/inventarisir warisan Budaya Takbenda di Indonesia, Budaya Takbenda Indonesia yang telah diakui UNESCO, Upaya perlindungan UNESCO terhadap Intangible Cultural Heritage Indonesia berdasarkan Konvensi Warisan Budaya Takbenda tahun 2003. Dan manfaat kerjasama RI-UNESCO berdasarkan Konvensi Warisan Budaya Takbenda tahun 2003.

Bab keempat merupakan Penutup, yang berisi kesimpulan dari

pembahasan yang diuraikan diatas serta saran-saran yang dianggap perlu dalam usaha menuju perbaikan dan kesempurnaan.


(26)

i

SKRIPSI

PERAN UNESCO DALAM MELINDUNGI INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE (ICH) INDONESIA

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh :

M. FRIZIK SYUHAD Nim : 06260037

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


(27)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : M. Frizik Syuhad NIM : 06260037

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : PERAN UNESCO DALAM MELINDUNGI INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE (ICH) INDONESIA

Disetujui

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I pembimbing II

Victory Pradhitama, M.Si. Drs. Sugeng Puji Leksono, M.Si.

Mengetahui

Dekan ketua Jurusan

FISIP UMM Hubungan Internasional


(28)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : M. Frizik Syuhad NIM : 06260037

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : PERAN UNESCO DALAM MELINDUNGI INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE (ICH) INDONESIA

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS

Pada : Selasa Tanggal : 03 April 2012

Tempat : Laboratorium Jurusan Hubungan Internasional

Mengesahkan, Dekan FISIP – UMM

Dr. Wahyudi, M.Si.

Dewan Penguji:

A. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si. Penguji 1 ( )

B. Drs. Abdullah Masmuh, M.Si. Penguji 2 ( )

C. Victory Praditama, M.Si. Penguji 3 ( )


(29)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : M. Frizik Syuhad Tempat, tanggal lahir : Lamongan, 14-09-1987 NIM : 06260037

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

PERAN UNESCO DALAM MELINDUNGI INTANGIBLE CULTURAL

HERITAGE (ICH) INDONESIA

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 09 April 2012 Yang menyatakan,


(30)

v

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA : M. Frizik Syuhad NIM : 06260037

Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : PERAN UNESCO DALAM MELINDUNGI INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE (ICH) INDONESIA

Pembimbing : 1. Victory Pradhitama, M.Si. 2. Drs. Sugeng Pujilaksono, M.Si.

Kronologi Bimbingan

Tanggal Paraf Pemb. I Tanggal Paraf Pemb. II Keterangan

10/02/2011 25/03/2011 ACC Judul

20/02/2011 01/03/2011 Pengajuan

BAB I

12/07/2011 02/08/2011 ACC Seminar

Proposal

12/01/2012 25/01/2012 Pengajuan

BAB II

20/01/2012 25/01/2012 ACC BAB II

05/02/2012 28/02/2012 Pengajuan

BAB III & IV

14/02/2012 10/03/2012 ACC Ujian


(31)

vi

M. Frizik Syuhad, 2012, 06260037, Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Hubungan Internasional, PERAN

UNESCO DALAM MELINDUNGI INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE

(ICH) INDONESIA. Dosen Pembimbing I: Victory Pradhitama, M.Si. Dosen Pembimbing II: Drs. Sugeng Puji Leksono, M.Si.

ABSTRAKSI

UNESCO merupakan satu-satunya badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mempunyai tugas khusus untuk melindungi warisan budaya yang berada dalam pengawasan upaya internasional untuk melindungi kreativitas dan keragaman budaya di seluruh dunia. Upaya UNESCO dalam melindungi kreatifitas dan keragaman budaya adalah dengan membentuk konvensi-konvensi yang merupakan salah satu dari hukum internasional. Salah satunya adalah Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda (Convention for the

Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage) tahun 2003. Indonesia

meratifikasi konvensi tersebut melalui (PP) nomor 78 Tahun 2007. UNESCO telah menetapkan Wayang (2003), Keris (2005), Batik (2009), dan Angklung (2010) dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia

(Representatif List of Intangble Cultural Heritage).

Penelitian ini akan mencoba menggambarkan Bagaimana proses perlindungan UNESCO terhadap Intangible Cultural Heritage Indonesia melalui pendekatan Liberal Institusional, Pendekatan Liberal Institutional merupakan pendekatan yang memiliki asumsi dasar bahwa sebuah institusi yang dibentuk oleh kerjasama antar negara (Institutional Superstructer) dapat mengubah perilaku sebuah negara. peneliti memiliki pandangan bahwa kerjasama internasional, dalam hal ini UNESCO, dapat mempengaruhi perilaku Negara anggotanya. Peneliti menemukan bahwa UNESCO mempunyai peran yang cukup aktif dalam melindungi Intangible Cultural Heritage di Indonesia.

Kata Kunci: Liberal Institusional, UNESCO, Konvensi 2003, Warisan Budaya Takbenda.

Malang, 01 Maret 2012 Peneliti

M.Frizik Syuhad

Pembimbing I Pembimbing II


(32)

vii

M. Frizik Syuhad, 2012, 06260037, University of Muhammadiyah Malang, Faculty of Social and Political Sciencies, Department of International Relations,

ROLE OF UNESCO TO THE SAFEGUARDING OF INTANGIBLE

CULTURAL HERITAGE (ICH) INDONESIA. Major-Advisor: Victory Pradhitama, M.Si. Co-Advisor: Drs. Sugeng Puji Leksono, M.Si.

ABSTRACTION

UNESCO is the only agency of the United Nations (UN) which has a special duty to protect cultural heritage under the supervision of international efforts to protect creativity and diversity of cultures around the world. UNESCO's efforts in protecting the cultural creativity and diversity is to establish conventions which is one of international law. One is the Convention for the Protection of intangible cultural heritage (Convention for the Safeguarding of the Intangible

Cultural Heritage) in 2003. Indonesia ratified the convention through (PP)

number 78 of 2007. UNESCO has been inscribe a Wayang Puppet theatre (2003), Kris (2005), Batik (2009), and Angklung (2010) in the Representative list of intangible cultural heritage of Humanity.

This Research will try to describe How the protection process of UNESCO against Intangible Cultural Heritage of Indonesia through the Liberal Institutional approach, Institutional Liberal approach is an approach that has the basic assumption that an institution formed by cooperation between countries

(Institutional Superstructer) can alter the behavior of a country. Researcher hold

the view that international cooperation in this regard UNESCO, can influence the behavior of its member States. Researcher found that UNESCO has a fairly active role in protecting Intangible Cultural Heritage Indonesia.

Key Word: Liberal institusional, UNESCO, Convention 2003, Intangible

Cultural Heritage.

Malang, 01 March 2012 Researcher

M. Frizik Syuhad

Major-Advisor Co-Advisor


(33)

viii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamu’alaikum Warahmatullahhi Wa Barakatuh.

Alhamdulillahi rabbil aalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala

limpahan rahmat, nikmat, dan pertolongan-Nya serta Shalawat dan Salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penelitian dengan judul “PERAN UNESCO DALAM MELINDUNGI INTANGIBLE CULTURAL

HERITAGE (ICH) INDONESIA” ini dapat peneliti selesaikan. Peneliti

menyampaikan apresisasi dan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Victory Pradhitama, M.Si dan Bapak Drs. Sugeng Pujilaksono, M.Si. yang telah membimbing peneliti dengan sangat bijaksana selama proses penelitian ini. Peneliti juga mengucapkan terima kasih banyak kepada tim penguji Bapak Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si dan Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si. atas kritik dan sumbangan ide-idenya yang sangat berharga.

Terima kasih peneliti juga bermuara pada segenap dosen HI yang lain, bimbingan dan pengajaran beliau semua adalah investasi yang mulia bagi peneliti. Semoga bernilai ibadah di mata Allah SWT. Amien. Akhir kata, peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi serta manfaat untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan mengenai studi Hubungan Internasional Amien.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahhi Wa Barakatuh.

Malang, 09 April 2012 Peneliti


(34)

ix

MOTTO DAN UNGKAPAN PRIBADI

Out of clutter, find simplicity. From discord, find harmony. In the middle of difficulty lies opportunity

-Albert Einstein-

Sebagai rasa syukur atas terselesaikannya penelitian ini, maka peneliti ingin mengucapkan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: allah SWT, tuhan semesta alam, tiada tuhan selain allah, maha pengasih lagi maha penyayang. Kedua orang tua yang saya hormati dan sayangi, H. Masykur Ilyas dan Hj. Siti Yatima. Kepada bapak dan ibu terima kasih atas dukungan, kesabaran dan do’a yang diberikan, semoga allah memberikan kesehatan selalu kepada bapak dan ibu “amin”. Kepada kakak Ali Fauzi, SE saya juga sangat berterimaksih atas bimbingan dan dukungan yang diberikan ” thanks bro” semoga tambah sukses dalam berkarir “amin”.

Kepada kedua pembimbing yang saya hormati Bapak Victory Pradhitama, M.Si dan Bapak Drs. Sugeng Pujilaksono, M.Si. terima kasih atas arahan, masukan dan kesabaran dalam membimbing dan mendidik saya selama proses pengerjaan skripsi ini. Kepada Bapak Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si dan Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si. terima kasih karena telah me-review dan memberikan masukan yang berharga dalam perbaikan skripsi, dan juga segenap staf di Jurusan Hubungan Internasional UMM., Tonny Dian Effendi, M.Si. selaku ketua Jurusan Hubungan Internasional UMM., dan semua dosen-dosen HI yang


(35)

x

telah mendidik dan membagi ilmunya dari awal hingga akhir kuliah. Hormat saya Bapak Muhajir Efendi, M.AP. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang dan Bapak Dr. Wahyudi, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

Para penghuni G25, Om Heri, Mbak yati, Hadi, Nduk, Alam, Goceng, Wahono, Adit dan juga si kecil Rania. Terimaksi buat kalian semua yang sudah membantu, mendukung dan menjadi keluarga saya saat di Malang. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan di Hubungan Internasional., Edi Sukamto (Junet), Putu (Monyet), Hamkah, Abdullah (Am), Bufon, Eka, Code’, Keceng, Putra, Ocin, Cimenk, Nabila, Nyink2....(maaf kawan, tidak bisa saya sebutkan satu persatu)....kalian semua sahabat-sahabat terbaikku. Kepada Bulek Pertama dan

Kedua terimaksih karena pernah memberikan dukungan dalam proses pengerjaan

skripsi ini, “wherever you are, with whoever you are, I wish you always be

happy”.

Dan kepada seluruh pihak yang belum atau lupa saya sebutkan disini, saya mohon maaf sebesar-besarnya dan terima kasih atas bantuan dan partisipasinya.

Malang, 09 April 2012


(36)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL DAN COVER. ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR ORISINALITAS ... iv

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... v

ABSTRAKSI ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

MOTTO DAN UNGKAPAN PRIBADI ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABLE ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5

1.4 Penelitian Terdahulu ... 5

1.5 Kerangka Pemikiran ... 7

1.5.1 Pendekatan Liberal Institusional ... 7

1.5.2 Landasan Konsep... 9

1.5.2.1 Organisasi Internasional... .... 9

1.5.2.2 Konsep Peran ... 12

1.5.2.3 Peran Organisasi Internasional ... 13

1.5.3 Definisi dan Wujud Kebudayaan ... 16

1.5.4 Definisi Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage)... 19

1.6 Ruang Lingkup Penelitian... 21

1.6.1 Batasan Waktu Penelitian... 21

1.6.2 Batasan Materi Penelitian... 22

1.7 Metode Penelitian... 22

1.7.1 Jenis Penelitian ... 22

1.7.2 Tingkat Analisa ... 24

1.7 Sistematika Penulisan ... 24

BAB II UNESCO DAN PERAN PERLINDUNGANNYA BERDASARKAN KONVENSI PERLINDUNGAN WARISAN BUDAYA TAKBENDA (INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE) TAHUN 2003 ... 26


(37)

xii

2.2 Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Tidak Berwujud (Convention for the Safeguarding of the Intangible

Cultural Heritage) tahun 2003. ... 30

2.3 Prosedur Pengajuan dan penetapan Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage). ... 41

2.4 UNESCO dalam Perlindungan Warisan Budaya Takbenda (Safeguarding of Intangible Cultural Heritage) ... 47

2.5 Mekanisme Kerjasama UNESCO berdasarkan Konvensi Warisan Budaya takbenda tahun 2003 ... 52

BAB III INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE INDONESIA SEBAGAI OBJEK PERLINDUNGAN UNESCO ... 56

3.1 Proyek Pencatatan/Inventarisir Warisan Budaya Takbenda yang ada di wilayah Indonesia berdasarkan Konvensi 2003 ... 58

3.2 Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang diakui UNESCO ... 65

3.3 Tahap pengajuan Wayang, Keris, Batik dan Angklng Indonesia Dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity ... 73

3.3.1 Wayang ... 74

3.3.2 Keris ... 75

3.3.3 Batik ... 76

3.3.4 Angklung ... 78

3.4 Hubungan Negara, Masyarakat dan LSM/NGO dalam Perlindungan Warisan Budaya Takbenda berdasarkan Konvensi 2003 ... 81

3.5 Peran Perlindungan UNESCO terhadap Intangible Cultural Heritage Indonesia ... 83

3.5.1 Melakukan Kerjasama (International corporation) ... 84

3.5.2 Memberikan Bantuan (International Assistance) ... 87

3.5.3 Monitoring dan Evaluasi (Reports) ... 88

3.6 Manfaat Kerjasama RI-UNESCO dalam Perlindungan Warisan Budaya Takbenda beerdasarkan Konvensi 2003 ... 89

BAB IV PENUTUP ... 96

4.1 Kesimpulan ... 96

4.2 Diskusi dan Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100


(38)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Wujud Kebudayaan…... ... 17

Tabel 2 : Konvensi-konvensi UNESCO dalam Perlindungan Budaya ... 27

Tabel 3 : Intangible Cultural Heritage List... 43


(39)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Peraturan Presiden RI NO 78 tahun 2007 Tentang Pengesahan Konvensi Untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda. Lampiran II : Basic Texts of the 2003 Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage.


(40)

100

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Barkin, J. Samuel, 2006. International Organization : Theories and Institutions. Palgrave Macmillan.

Buhiharjo, Eko. 1997. Preservation and Conservation of Cultural Heritage

Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Doole, Jenny, May 2001. Culture Without Context, University of Cambridge, United Kingdom. IARC Home Page, Illicit Antiquities Research Centre. Kantaprawira, Rusadi. 1987. Pendekatan Sistem Dalam Ilmu-Ilmu Sosial, Aplikasi

Dalam Meninjau Kehidupan Politik Indonesia. Bandung: PT. Sinar Baru.

Koentjaranigrat. Pengantar ilmu antropologi (cetakan kedelapan). Jakarta. Rineka Cipta.

Kusumaatmadja, Mochtar. 1996. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Binacipta.

Mas’oed, Mochtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

---. 1989. Study Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan

Teorisasi. Yogyakarta: Studi Sosial UGM Pusat Antar Universitas.

Mauna, Boer. 2003. Hukum Internasional, Pengertian, Peranan dan Fungsi

dalam Era Dinamika Global. Bandung. PT Alumni.

May Rudy,Teuku,2005. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: PT. Rafika Aditama.

Perwita, Yani et al., 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pujileksono, Sugeng. 2009. Pengantar Antropologi (edisi revisi). Malang. UMM Press.

Rusalić, Dragana. 2009. Making the Intangible Tangible: The new interface of

Cultural Heritage. Institute of Ethnography SASA. Special Editions

Volume 63. Belgrade .

Soekamto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali.

Solichin, 2010. Wayang Masterpice Seni Budaya Dunia. Jakarta. Sinergi Persadatama Foundation.

Weber, Cynthia. 2005. International Relation Theory: A Critical Introduction. Edisi ke-dua. Oxon: Routledge.

Wirarta, I Made. 2006. Pedoman penulisan usulan penelitian skripsi, dan tesis. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Buku elektronik dan Dokumen UNESCO:

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dan Kantor UNESCO Jakarta, 2009. Practical Handbook - for Inventory of Intangible Cultural Heritage of


(41)

101

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. (press release). SERAH TERIMA SERTIFIKAT UNESCO TERHADAP WARISAN BUDAYA INDONESIA (WAYANG INDONESIA, KERIS INDONESIA, BATIK INDONESIA, serta “Best Practice” Diklat Warisan Batik Indonesia). Jumat, 5 Februari 2010. www.menkokesra.go.id.

Nomination for inscription on the Representative List in 2009 (Reference No. 00170). CONVENTION FOR THE SAFEGUARDING OF THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE. INTERGOVERNMENTAL COMMITTEE FOR THE SAFEGUARDING OF THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE. Fourth session Abu Dhabi, United Arab Emirates, 28 September to 2 October 2009.

NOMINATION FILE NO. 00393, FOR INSCRIPTION ON THE REPRESENTATIVE LIST OF THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE IN 2010. CONVENTION FOR THE SAFEGUARDING OF THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE INTERGOVERNMENTAL COMMITTEE FOR THE SAFEGUARDING OF THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE. Fifth session, Nairobi, Kenya November 2010. Proposal of a programme, project or activity to be selected and promoted as best

reflecting the principles and objectives of the Convention in 2009 (Reference No. 00318). CONVENTION FOR THE SAFEGUARDING OF

THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE.

INTERGOVERNMENTAL COMMITTEE FOR THE SAFEGUARDING OF THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE. Fourth session Abu Dhabi, United Arab Emirates, 28 September to 2 October 2009.

Standard-Setting in UNESCO. Volum II. Conventions, recommendation,

declaration, and charters. adopted by UNESCO (1948-2006).

UNESCO, Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural. Paris, 17 October 2003. (BASIC TEXTS).

UNESCO, 65 WAYS UNESCO: Benefits Countries All Over The World. Paris: The Sector for External Relations and Public Information of the United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO). UNESCO, 1995. A HISTORY OF UNESCO, Fernando Valderama. UNESCO

Reference Book. Publishing by UNESCO, 7, place de Fontenoy, 75352 Paris 07 SP (France) Printed by Presses Universitaires de France, Vendôme. UNESCO Convention on the Means of Prohibiting and Preventing the Illicit

Import,Export and Transfer of Ownership of Cultural Property (Paris, 14

November 1970) List of the 100 States Parties as at 27 June 2003.

UNESCO Status Report UNIDROIT Convention on Stolen or Illegally Exported Cultural Objects, opened to signature at Rome on 24 VI 1995, the list. UNESCO Issues First Ever Proclamation Of Masterpieces Of The Oral And

Intangible Heritage. UNESCO Press. 18-05-2001.

UNESCO. Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity, Proclamations 2001, 2003 and 2005.


(42)

102

UNESCO-ICH. What is Intangible Cultural Heritage. NORWEGIAN MINISTRY OF FOREIGN AFFAIRS (With the support of the Government of Norway).

UNESCO-ICH. Intangible Cultural Heritage Domain. NORWEGIAN MINISTRY OF FOREIGN AFFAIRS (With the support of the Government of Norway).

UNESCO-ICH, 2009. Representative List of the Intangible Cultural Heritage of

Humanity. (unesdoc.unesco.org).

UNESCO-ICH, 2009. List of Intangible Cultural Heritage in Need of Urgent

Safeguarding. (unesdoc.unesco.org).

UNESCO-ICH, 2009. Register of Best Safeguarding Practices. (unesdoc.unesco.org).

UNIDROIT (the International Institute for the Unification of Private Law) Convention on Stolen or Illegally Exported Cultural Objects.

Situs Internet:

Intangible Cultural Heritage List:http://www.unesco.org/culture/ich/en/lists/

The Wayang Puppet Theatre: http://www.unesco.org/culture/ich/en/RL/00063

The Indonesian Kris:http://www.unesco.org/culture/ich/en/RL/00112

Indonesian Batik:http://www.unesco.org/culture/ich/en/RL/00170

Indonesian Angklung:http://www.unesco.org/culture/ich/en/RL/00393

Intangible-Cultural-Heritage-List:

http://en.wikipedia.org/wiki/UNESCO_Intangible_Cultural_Heritage_Lists

#cite_note-8

Perlindungan Musik Angklung: http://nasional.vivanews.com/news/read/86408-melindungi_musik_angklung


(1)

xii

2.2 Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Tidak Berwujud (Convention for the Safeguarding of the Intangible

Cultural Heritage) tahun 2003. ... 30

2.3 Prosedur Pengajuan dan penetapan Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage). ... 41

2.4 UNESCO dalam Perlindungan Warisan Budaya Takbenda (Safeguarding of Intangible Cultural Heritage) ... 47

2.5 Mekanisme Kerjasama UNESCO berdasarkan Konvensi Warisan Budaya takbenda tahun 2003 ... 52

BAB III INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE INDONESIA SEBAGAI OBJEK PERLINDUNGAN UNESCO ... 56

3.1 Proyek Pencatatan/Inventarisir Warisan Budaya Takbenda yang ada di wilayah Indonesia berdasarkan Konvensi 2003 ... 58

3.2 Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang diakui UNESCO ... 65

3.3 Tahap pengajuan Wayang, Keris, Batik dan Angklng Indonesia Dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity ... 73

3.3.1 Wayang ... 74

3.3.2 Keris ... 75

3.3.3 Batik ... 76

3.3.4 Angklung ... 78

3.4 Hubungan Negara, Masyarakat dan LSM/NGO dalam Perlindungan Warisan Budaya Takbenda berdasarkan Konvensi 2003 ... 81

3.5 Peran Perlindungan UNESCO terhadap Intangible Cultural Heritage Indonesia ... 83

3.5.1 Melakukan Kerjasama (International corporation) ... 84

3.5.2 Memberikan Bantuan (International Assistance) ... 87

3.5.3 Monitoring dan Evaluasi (Reports) ... 88

3.6 Manfaat Kerjasama RI-UNESCO dalam Perlindungan Warisan Budaya Takbenda beerdasarkan Konvensi 2003 ... 89

BAB IV PENUTUP ... 96

4.1 Kesimpulan ... 96

4.2 Diskusi dan Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 100


(2)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Wujud Kebudayaan…... ... 17

Tabel 2 : Konvensi-konvensi UNESCO dalam Perlindungan Budaya ... 27

Tabel 3 : Intangible Cultural Heritage List... 43


(3)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Peraturan Presiden RI NO 78 tahun 2007 Tentang Pengesahan Konvensi Untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda. Lampiran II : Basic Texts of the 2003 Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage.


(4)

100

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Barkin, J. Samuel, 2006. International Organization : Theories and Institutions. Palgrave Macmillan.

Buhiharjo, Eko. 1997. Preservation and Conservation of Cultural Heritage Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Doole, Jenny, May 2001. Culture Without Context, University of Cambridge, United Kingdom. IARC Home Page, Illicit Antiquities Research Centre. Kantaprawira, Rusadi. 1987. Pendekatan Sistem Dalam Ilmu-Ilmu Sosial, Aplikasi

Dalam Meninjau Kehidupan Politik Indonesia. Bandung: PT. Sinar Baru. Koentjaranigrat. Pengantar ilmu antropologi (cetakan kedelapan). Jakarta. Rineka

Cipta.

Kusumaatmadja, Mochtar. 1996. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Binacipta.

Mas’oed, Mochtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta PT. Pustaka LP3ES Indonesia.

---. 1989. Study Hubungan Internasional: Tingkat Analisis dan Teorisasi. Yogyakarta: Studi Sosial UGM Pusat Antar Universitas.

Mauna, Boer. 2003. Hukum Internasional, Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global. Bandung. PT Alumni.

May Rudy,Teuku,2005. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: PT. Rafika Aditama.

Perwita, Yani et al., 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pujileksono, Sugeng. 2009. Pengantar Antropologi (edisi revisi). Malang. UMM Press.

Rusalić, Dragana. 2009. Making the Intangible Tangible: The new interface of Cultural Heritage. Institute of Ethnography SASA. Special Editions Volume 63. Belgrade .

Soekamto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali.

Solichin, 2010. Wayang Masterpice Seni Budaya Dunia. Jakarta. Sinergi Persadatama Foundation.

Weber, Cynthia. 2005. International Relation Theory: A Critical Introduction. Edisi ke-dua. Oxon: Routledge.

Wirarta, I Made. 2006. Pedoman penulisan usulan penelitian skripsi, dan tesis. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Buku elektronik dan Dokumen UNESCO:

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI dan Kantor UNESCO Jakarta, 2009. Practical Handbook - for Inventory of Intangible Cultural Heritage of Indonesia. E-mail: WTBT@budpar.go.id


(5)

101

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. (press release). SERAH TERIMA SERTIFIKAT UNESCO TERHADAP WARISAN BUDAYA INDONESIA (WAYANG INDONESIA, KERIS INDONESIA, BATIK INDONESIA, serta “Best Practice” Diklat Warisan Batik Indonesia). Jumat, 5 Februari 2010. www.menkokesra.go.id.

Nomination for inscription on the Representative List in 2009 (Reference No. 00170). CONVENTION FOR THE SAFEGUARDING OF THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE. INTERGOVERNMENTAL COMMITTEE FOR THE SAFEGUARDING OF THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE. Fourth session Abu Dhabi, United Arab Emirates, 28 September to 2 October 2009.

NOMINATION FILE NO. 00393, FOR INSCRIPTION ON THE REPRESENTATIVE LIST OF THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE IN 2010. CONVENTION FOR THE SAFEGUARDING OF THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE INTERGOVERNMENTAL COMMITTEE FOR THE SAFEGUARDING OF THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE. Fifth session, Nairobi, Kenya November 2010. Proposal of a programme, project or activity to be selected and promoted as best

reflecting the principles and objectives of the Convention in 2009 (Reference No. 00318). CONVENTION FOR THE SAFEGUARDING OF

THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE.

INTERGOVERNMENTAL COMMITTEE FOR THE SAFEGUARDING OF THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE. Fourth session Abu Dhabi, United Arab Emirates, 28 September to 2 October 2009.

Standard-Setting in UNESCO. Volum II. Conventions, recommendation, declaration, and charters. adopted by UNESCO (1948-2006).

UNESCO, Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural. Paris, 17 October 2003. (BASIC TEXTS).

UNESCO, 65 WAYS UNESCO: Benefits Countries All Over The World. Paris: The Sector for External Relations and Public Information of the United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO). UNESCO, 1995. A HISTORY OF UNESCO, Fernando Valderama. UNESCO

Reference Book. Publishing by UNESCO, 7, place de Fontenoy, 75352 Paris 07 SP (France) Printed by Presses Universitaires de France, Vendôme. UNESCO Convention on the Means of Prohibiting and Preventing the Illicit

Import,Export and Transfer of Ownership of Cultural Property (Paris, 14 November 1970) List of the 100 States Parties as at 27 June 2003.

UNESCO Status Report UNIDROIT Convention on Stolen or Illegally Exported Cultural Objects, opened to signature at Rome on 24 VI 1995, the list. UNESCO Issues First Ever Proclamation Of Masterpieces Of The Oral And

Intangible Heritage. UNESCO Press. 18-05-2001.

UNESCO. Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity, Proclamations 2001, 2003 and 2005.


(6)

102

UNESCO-ICH. What is Intangible Cultural Heritage. NORWEGIAN MINISTRY OF FOREIGN AFFAIRS (With the support of the Government of Norway).

UNESCO-ICH. Intangible Cultural Heritage Domain. NORWEGIAN MINISTRY OF FOREIGN AFFAIRS (With the support of the Government of Norway).

UNESCO-ICH, 2009. Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity. (unesdoc.unesco.org).

UNESCO-ICH, 2009. List of Intangible Cultural Heritage in Need of Urgent Safeguarding. (unesdoc.unesco.org).

UNESCO-ICH, 2009. Register of Best Safeguarding Practices. (unesdoc.unesco.org).

UNIDROIT (the International Institute for the Unification of Private Law) Convention on Stolen or Illegally Exported Cultural Objects.

Situs Internet:

Intangible Cultural Heritage List: http://www.unesco.org/culture/ich/en/lists/ The Wayang Puppet Theatre: http://www.unesco.org/culture/ich/en/RL/00063 The Indonesian Kris: http://www.unesco.org/culture/ich/en/RL/00112

Indonesian Batik: http://www.unesco.org/culture/ich/en/RL/00170 Indonesian Angklung: http://www.unesco.org/culture/ich/en/RL/00393 Intangible-Cultural-Heritage-List:

http://en.wikipedia.org/wiki/UNESCO_Intangible_Cultural_Heritage_Lists

#cite_note-8

Perlindungan Musik Angklung: http://nasional.vivanews.com/news/read/86408-melindungi_musik_angklung