PERLINDUNGAN FALSAFAH TRI HITA KARANA DI BALI DITINJAU DARI UNESCO CONVENTION FOR THE SAFEGUARDING OF THE INTANGIBLE CULTURAL HERITAGE 2003.

Perlindungan Falsafah Tri Hita Karana di Pulau Bali ditinjau dari
UNESCO Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural
Heritage 2003
Abstrak
Bali melalui masyarakat Balinya merupakan salah satu sisa-sisa
masyarakat adat yang kaya akan pengetahuan tradisional. Tri Hita
Karana merupakan pengetahuan mengenai bagaimana mencapai
keseimbangan Semesta yang diekspresikan melalui banyak bentuk
Warisan Budaya Takbenda (WBTB) atau istilah lainnya ialah Ekspresi
Budaya Tradisional (EBT). Tidak adanya suatu peraturan yang tepat,
meningkatnya ketertarikan masyarakat modern ini menimbulkan
ancaman baru bagi keberlanjutan keberadaan pengetahuan ini.
Penggunaan yang tidak lagi sesuai dengan sesuai dengan seharusnya
menghasilkan mutilasi dan degradasi pada maknanya. Pada waktu
yang bersamaan modernisasi mempengaruhi pemikiran masyarakat
adat atas budayanya sendiri. Peneitian ini mencoba untuk mengetahui
apakah peraturan dalam UNESCO Convention for the the
Safeguarding of Intangible Cultural Heritage 2003 (CSICH), yang
mana Indonesia merupakan salah satu pihak di dalamnya, cukup
untuk melindungi dan menjaga filsafah Tri Hita Karana dan untuk
kemudian menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk

membuat pengaturan terbaik.
Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah
juridis-normatif dan juridis-sosiologis. Melalui juridis-normatif peneliti
akan meninjau hukum Indonesia yang bersifat mengikat terkait
perlindungan ICH. Sedangkan juridis-sosiologis merupakan metode
yang membandingkan pengimplementasian hukum yang ada di
masyarakat yang mana dilakukan melalui penelitian lapangan di Bali
dan Bandung.
Menurut hasil dari penelitian ini, dapat dinyatakan bahwa baik
CSICH maupun hukum nasional Indonesia tidak dapat untuk
melakukan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk melindungi dan
menjaga ICH ini. Pembentukan suatu kebijakan yang tidak hanya
menghormati masyarakat adat dalam hal hak asasi manusia saja tapi
juga pengakuan bahwa mereka selama bertahun-tahun bahkan
berabad-abad telah menjadi penjaga berbagai macam pengetahuan
yang dapat bermanfaat dalam banyak hal mulai dari penyelesaian
masalah lingkungan sampai masalah sosial ataupun hanya sebagai
sumber inspirasi bagi inovasi-inovasi saat ini.

iv