Hal  ini  disebabkan  adanya  penyerapan oleh material dan juga penghamburan oleh
atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar-X  yang  dihamburkan  tersebut  ada
yang saling menghilangkan karena fasanya berbeda  dan  ada  juga  yang  saling
menguatkan  karena  fasanya  sama.  Berkas sinar-X  yang  saling  menguatkan  itulah
yang disebut sebagai berkas difraksi.
Hukum  Bragg  merupakan  rumusan matematika tentang persyaratan yang harus
dipenuhi agar  berkas  sinar-X  yang
dihamburkan  tersebut  merupakan  berkas difraksi.  Berkas  sinar-X  monokromatik
yang  datang  pada  permukaan  kristal  akan dipantulkan,  dan  pantulan  terjadi  hanya
jika  sudut  datangnya  mempunyai  sudut tertentu.  Berikut  dibawah  ini  ditampilkan
skema sinar datang dan sinar pantul sinar-x oleh bidang kristal.
16
Gambar 5. Difraksi sinar-x oleh bidang kristal.
16
Berkas  sinar  pantul  akan  saling berinterferensi  pada  detektor  dan  terjadi
interferensi konstruktif
hanya jika
perbedaan lintasan antara sinar 1 dan sinar 2 sama dengan kelipatan bulat dari panjang
gelombangnya:
16
2d sin θ = nλ
3 dengan:
d : jarak bidang kristal, θ : sudut difraksi,
n : orde difraksi n =1,2,3,...,
λ  :  panjang  gelombang  sinar-X  λ  ≅  0,1 nm
Persamaan  ini  disebut  sebagai  Hukum Bragg. Pantulan Bragg hanya terjadi untuk
gelombang  dengan λ  ≤  2d,  dan  itulah
sebabnya  cahaya  tampak  tidak  dapat digunakan  dalam  hal  ini.  Sudut
θ  yang ditentukan  berdasarkan  Persamaan  3,
untuk  jarak  antar  bidang  d  dan λ  tertentu
merupakan sudut unik terjadinya pantulan. Pada  sudut  yang  lain,  berkas  sinar  pantul
akan  saling  berinterferensi  destruktif  satu sama  lain,  sehingga  pantulan  efektifnya
nol.  Data  yang  diperoleh  dari  pengukuran difraksi  adalah  sudut  difraksi  2   dan
intensitasnya I2  pada sudut pantul yang sesuai.  Pantulan  n  =  1,2,3...berturut-turut
disebut pantulan orde pertama, orde kedua, orde  ketiga,...dan  seterusnya.  Semakin
tinggi  orde  pantulan  semakin  rendah intensitas  pantulnya.  Istilah  difraksi  lebih
banyak  dipakai  dalam  hal  ini  dari  pada pantulan,  sehingga  sebutan  lazimnya
”difraksi sinar-X”.
16
BAHAN DAN METODA
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian  ini  dilaksanakan  pada  bulan Agustus  2010  sampai  Februari  2011  di
BATAN, Puspiptek, Serpong.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan pada
penelitian adalah
Mesin Grinding,
Furnace, Ultrasonik,
XRD, SEM,
Mikroskop Optik, Potentiostat. Bahan-bahan  yang  digunakan  dalam
penelitian  ini  adalah  logam  KS01  dengan ukuran  grit  akhir  220  dan  2000,  Gas  NH
3
konsentrasi  95,  Urea  Murni  CONH
2 2
konsentrasi 99, larutan etsa.
Metoda Penelitian
1. Persiapan sampel
1a.   Pemotongan Tahap
awal persiapan
adalah pemotongan sampel yang dibuat berbentuk
silinder  pipih  dengan  ketebalan  0,5  mm dan  berdiameter  1,4  cm  dengan  total
sampel  berjumlah  18  buah.  Berikut dibawah  ini  ditampilkan  ilustrasi  ukuran
dari sampel.
Gambar 6. Ilustrasi ukuran sampel 1b.   Pengamplasan dan Pemolesan
Setelah  dipotong  sampel  diamplas dengan  membagi  dua  jenis  ukuran  grit,
yakni  9  buah  dengan  ukuran  220  grit  68 μm  dan  9  buah  sisanya  dengan  ukuran
2000  grit  10,3 μm.  Tahap  pertama
pengamplasan dan dilanjutkan tahap kedua pemolesan.  Keduanya  menggunakan  alat
yang dinamakan mesin grinding dan dialiri air  agar  tidak  terjadi  gesekan  yang
menyebabkan panas antara  sampel dengan amplas.  Tahap  pertama  pengamplasan
dengan  urutan  amplas  yang  kasar  terlebih dahulu.  Yakni  untuk  mendapatkan  sampel
dengan  ukuran  220  grit  dimulai  dengan amplas  100  grit  kemudian  220  grit,
sedangkan  untuk  mendapatkan  sampel dengan  ukuran  2000  grit,  secara  berurutan
dimulai  dengan  amplas  berukuran  100, 220,  400,  800,  1000,  1500  grit,  dan  tahap
kedua yaitu pemolesan dengan kain bludru yang diolesi pasta gigi untuk menghasilkan
permukaan  yang  merata.  Pengamplasan dan  pemolesan  ini  dilakukan  pada  seluruh
sisi sampel seperti yang diilustrasikan pada Gambar dibawah ini.
Gambar 7. Ilustrasi sisi sampel yang diamplas dan dipoles
1c.  Pencucian sampel Sampel  yang  sudah  di  amplas  dan
poles,  meninggalkan  bekas  baik  berupa butiran-butiran  halus  atau  serbuk,  kotoran
berupa  lemak  atau  serat  tissue  yang nantinya  akan  mengganggu  dalam  proses
nitridasi.
Oleh karena
itu sebelum
dinitridasi  sampel  di  cuci  menggunakan alat  ultrasonik  dalam  larutan  aqua  bides
selama  kurang  lebih  15  menit  tiap sampelnya  kemudian  disimpan  dalam
plastik  klip  yang  kemudian  siap  untuk dinitridasi.
2. Proses Nitridasi
Proses nitridasi
dilakukan untuk
mendapatkan  sampel  ternitiridasi  gas  dan urea seperti pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Sampel KS01 berdasarkan jenis nitridasi, ukuran grit, dan temperatur
pemanasan.
2a.  Proses Nitridasi dengan Gas NH
3
Proses nitridasi
dengan cara
mengalirkan  gas  NH
3
pada  sampel  tidak diperlukan  quencing  pendinginan  secara
cepat,  sehingga  nitridasi  menghasilkan distorsi
minimum dan
pengontrolan dimensi yang baik.
3
Pertama yang
dilakukan adalah
merangkai  alat  nitridasi  gas  seperti  pada Gambar 8 berikut.
Gambar 8. Rangkaian peralatan nitridasi gas milik PTBIN-BATAN
Sampel  diletakkan  pada  wadah  yang berbentuk  seperti  perahu  yang  dilapisi
serat  kain.  Selanjutnya  memasukkan  4
sampel  pertama  dengan  ukuran  2000  grit sebanyak  2  buah  dan  220  grit  sebanyak  2
buah  dengan  suhu  485 ℃,  dan  yang
selanjutnya  4  sampel  ke-2  dengan  jenis yang  sama  dengan  suhu  525°C  secara
bergantian.  Setelah  sampel  dan  furnace sudah  siap  selanjutnya  mengalirkan  gas
amoniak
kedalam furnace
dengan mengatur  aliran  gas  dari  tabung  dengan
flowmeter  dan  juga  besarnya  suhu  yang digunakan.
Proses nitridasi
tersebut masing-masing berlangsung selama 5 jam.
Setelah  proses  nitridasi  selesai  sampel didinginkan  pada  udara  terbuka  kemudian
dibungkus dengan kertas tisu dan disimpan dalam  plastik  klip  untuk  menghindari
kontak  dengan  kotoran,  lemak,  ataupun udara luar.
2b.    Proses  Nitridasi  Padat  dengan  Urea CONH
2 2
Nitridasi  padat  menggunakan  urea murni  dengan  rumus  senyawa  CONH
2 2
yang  berbentuk  butiran  serbuk.  Pertama yang
dilakukan adalah
memanaskan tungku  dengan  suhu  sesuai  dengan  yang
dibutuhkan  yakni  485°C  dan  525°C. Sambil
menunggu panasnya
tungku mempersiapkan  urea  murni  yang  sudah
ditimbang  seberat  17  gr  yang  disimpan dalam wadah gelas yang terbuat dari tanah
merah,  dan  sampel  yang  sudah  disiapkan disimpan  didalamnya  yang  kemudian
dimasukkan  kedalam  tungku  yang  sudah panas.  Nitridasi  ini  dilakukan  sebanyak
dua  kali  dengan  sampel  yang  jenisnya sama  dan  dengan  variasi  suhu  485°C  dan
525°C selama 5 jam. Setelah selesai  sama seperti  nitridasi  gas  sampel  didinginkan
kemudian  dibungkus  rapi  dan  siap  untuk dilakukan  pengujian-pengujian.  Berikut
adalah  ilustrasi  Gambar  proses  nitridasi urea.
Gambar 9. Ilustrasi nitridasi urea
3.  Mounting dan Etsa