Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Berpikir Hipotesis Jenis Penelitian Lokasi Penelitian

xv relavansi sidik jari seperti penelitian yang dilakukan oleh Lena Rosida dan Rosalina dari Universitas Lambung Mangkurat Banjar Baru terhadap penderita sindrom Down didapatkan gambaran dermatoglifi yang khas seperti memiliki pola triradius digital, hipothenar, dan pola loop telapak tangan, tetapi tidak memiliki pola thenar. Penelitian yang telah dilakukan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rafiah 1980, Suryadi 1993, dan Rosida 2005. Menurut penelitian yang telah dilakukan di New Delhi tahun 2007 dikatakan bahwa pola dermatoglifi pada pasien kanker payudara memiliki beberapa ciri khas yang berbeda dengan pasien normal, seperti terdapatnya 6 atau lebih pola melingkar whorl di sidik jarinya, juga ditemukan pola whorl meningkat di jari telunjuk tangan kanan dan jari kelingking tangan kanan dibandingkan kontrol. Selain itu ditemukan pula PII Pattern Intensity Index meningkat secara signifikan Fuller, 1973; Chintamani, 2007; Jurnal Anatomi Indonesia, 2006 . Screening dapat digunakan untuk mencegah penyakit terjadi melalui dua cara. Pertama, mencegah kejadian penyakit dengan meminimalisir atau menghilangkan penyebab, dan yang kedua dengan melakukan deteksi dini dan sistem intervensi Rowley, 1984. Di dalam bukunya Dermatoglyphics An International Perspective, Mavalwala menegaskan bahwa sidik jari dapat dan seharusnya digunakan sebagai alat screening diagnosis sehingga memberi petunjuk kepada petugas kesehatan untuk melakukan tes lebih lanjut Reed, 1978.

B. Perumusan Masalah

xvi Berdasarkan latar belakang penelitian, maka didapatkan permasalahan sebagai berikut : Apakah ada gambaran tertentu pada pola dermatoglifi tangan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Menunjukkan adanya gambaran pola dermatoglifi tangan tertentu pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 2. Menganalisis dan membandingkan pola dermataglifi tangan antara pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan responden normal.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai gambaran pola dermatoglifi tangan tertentu pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 2. Manfaat aplikatif Penelitian sidik jari ini dapat menjadi dasar awal penggunaan dermatoglifi untuk alternatif identifikasi screening skizofrenia sedini mungkin dengan cara yang lebih mudah, murah, aman, dan non invasif. BAB II xvii LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Dermatoglifi

Dermat oglifi merupakan konfigurasi gurat an-gurat an di ujung jari manusia Graham dan Brow n, 2005. M enurut Francis Galt on 1822-1916 t idak ada sidik jari yang ident ik di dunia ini sekalipun di ant ara dua saudara kembar. Jika ada 5 jut a orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan t erjadi lagi 300 t ahun kemudian. Sist em sidik jari yang dipakai sekarang berasal dari Sir Richard Edw ard Henry, seorang asist en magist rat e kolekt or di Barat Daya India. Henry dilahirkan pada 26 Juli 1850 di Shadw ell, Wapping, London, Inggris. Sist em Henry berasal dari pola ridge sulur garis-garis paralel yang t erpusat pada pola jari t angan, jari kaki, khususnya t elunjuk. Pola ridge ini dibent uk selama embrio dan t idak pernah berubah dalam hidup kecuali diubah secara kebet ulan akibat luka- luka, t erbakar, penyakit at au penyebab lain yang t idak w ajar Saha et al., 2003. Sidik jari t elah t erbukt i cukup akurat , aman, mudah dan nyaman unt uk dipakai sebagai ident ifikasi karena sifat yang dimiliki sidik jari ant ara lain : a. Perennial nat ure , yait u gurat an-gurat an pada sidik jari yang m elekat pada kulit manusia seumur hidup b. Immut abilit y, yait u sidik jari seseorang t idak pernah berubah kecuali mendapat kan kecelakaan yang serius c. Individualit y, pola sidik jari adalah unik dan berbeda unt uk set iap oran g Elvayandri, 2002. 5 xviii Pola ridge pada permukaan volar t erbent uk dari orifisium kelenjar keringat yang berukuran rat a-rat a 1 milimet er. Sidik jari t ampak pert ama pada minggu ke-14 kehamilan dan berkembang ket ika bulan ket iga kehamilan. Lingkungan f et us t erbukt i berpengaruh pada pola sidik jari Okajima, 1975. Hal it u t erbukt i dengan adanya perbedaan pola sidik jari t angan kanan dan t angan kiri dan pada orang kembar hanya ada sedikit perbedaan. M odifikasi lingkungan fet al dapat diinduksi subst ansi-subst ansi t erat ogenik. Walaupun ket ika dilihat secara mendet ail pola sidik jari manusia sat u berbeda dengan yang lain namun pola skala besarnya memiliki beberapa persamaan dan dapat diident ifikasi dengan mudah. Berdasarkan klasifikasi, pola sidik jari dapat dinyat akan secara umum ke dalam bent uk arch garis melengkung, loop garis melingkar, dan w horl garis memut ar. Beberapa keganjilan dan lipat an fleksi pada sidik jari dit emukan dalam berbagai sindrom klinik yang disebabkan karena abnormalit as genet ik dan obat -obat an t erat ogenik Naffah, 1977. xix Gambar 1. Cont oh Pola Dermat oglifi Pola sidik jari gambar 1 dapat diperiksa secara langsung dan cara unt uk mendapat kannya dengan mudah adalah dengan mencelupkan t angan ke dalam genangan t int a kemudian dit empelkan di at as kert as. Pola sidik jari t erdiri dari baris-baris milimet er selebar set engah milimet er dari kelenjar keringat dan t erbent uk pada aw al kehidupan sekit ar 10 minggu kehamilan. Pola yang kompleks ini t erdiri at as dua pola ut ama yang disebut loop dan t riradius. Loop dibent uk saat arah alur paralel m embelok 180 derajat ket ika masuk dan keluar pada sisi jari yang sama dan penamaannya sesuai dengan arahnya. Jika mengarah ke t ulang radius dinamakan t ipe radial, jika mengarah ke t ulang ulna dinamakan t ipe ulnar. Triradius merupakan t it ik pusat dari bent uk segit iga yang m enyebar m embent uk sulur-sulur di jari t angan dan kaki, sert a di t elapak t angan dan kaki. Pancaran inilah yang mempunyai art i klinis karena spesifik unt uk t iap-t iap orang. Triradius di jari 2,3,4,5 dinamakan dengan abjad a,b,c,d. Triradius pent ing lainnya dinamakan t , t erdapat di regio hipot enar yang juga mampunyai art i klinik. M ekanisme t erbent uknya pola ini belum diket ahui secara past i Penrose, 1968. Triradius selalu dit emukan pada sisi radial dari ulnar loop dan sebaliknya. Dua loop yang saling berlaw anan dapat membent uk w horl garis memut ar yang variasinya dapat menjadi bent uk spiral, cincin konsent ris elips, loop yang saling bersambungan maupun m embent uk celah dalam loop. Ada dua t riradius yang berhubungan dengan w horl, sat u di t iap-tiap sisi jari. Saat tidak ada pola yang t ampak, bidang dari garis paralelnya t ersebut disebut bidang t erbuka. Jika ada garis yang m enunjukkan kurvat ura kecil, susunannya dapat m embent uk arch. Jika konfigurasinya m embent uk arch garis m el engkung maka t idak ada pola t riradius di xx sidik jarinya, t api jika polanya t ent ed arch maka pola t riradiusnya dit emukan di baw ah t ent yang dibent uk oleh garis melingkar yang t egas Naffah, 1977; Graham dan Brow n, 2005. Pada t elapak t angan gambar 2 dan 3 biasanya dit emukan 5 t riradius, 4 dari jari 2 sampai 5 yang disebut a,b,c,d at au t riradius digit al, dan sat u dekat dengan aksis t ulang m et acarpal yang keempat yang paling sering pada bagian akhir proksimal dekat dengan pergelangan t angan, yang disebut t riradius aksila at au t . Triradius digit al memiliki dua pancaran yang saling menut upi dasar dari masing- masing jari dan sat u pancaran proksimal berasal dari bat as-bat as t elapak t angan. Garis ini disebut garis ut ama A,B,C,D dan arahnya kadang-kadang m emiliki art i secara klinis maupun ant ropologis yang signifikan. Unt uk m enunjukkan posisi dari jalan keluar garis ut ama, bat as-bat as t elapak t angan dibagi menjadi 13 regio, dinomori 1 sampai dengan 13. Pola yang benar adalah jika loop dan w horl dapat dit emukan di t iap-t iap lima area t elapak t angan ant ara lain hipot henar, t henar, area int erdigit al kedua, ket iga, dan keempat . Gambaran t opografis dari pola it u Gambar 2. Jumlah Sulur Pada Gambar 3. Cara M engukur Sudut Dari Pola Dermat oglifi Posisi Axial Triradius xxi dit ambah dengan pengukurannya secara m et rical berguna unt uk invest igasi secara ant ropologis dan m edis. Tot al jumlah sulur pada jari t angan at au TRC Tot al Ridge Count diperoleh dengan menghit ung jumlah sulur masing-masing jari yang disilangi oleh garis lurus yang dit arik dari t riradius ke pusat at au int i pola yang berdekat an kemudian menghit ung t ot alnya unt uk 10 jari. Whorl ada dua, yang t erbesar yang dicat at . Pat t ern Int ensit y Index PII jari diperoleh dengan m enghit ung t ot al t riradius dari sepuluh jari. PII t elapak t angan dipast ikan dengan m enghit ung jumlah loop pada 5 area t elapak t angan. Whorl dianggap sebagai 2 loop Naffah, 1977. Dist ribusi dermat oglifi berbeda oleh jenis kelamin maupun ras. Pria memiliki lebih banyak pola w horl daripada w anit a dan w anit a memiliki pola arch yang lebih sederhana dari pria Jones, 1993. Pola gurat an-gurat an sidik jari t idak hanya bermanfaat unt uk ident ifikasi t et api juga bisa bermanfaat unt uk menemukan adanya abnormalit as dermat oglifi yang khas yang seringkali berhubungan dengan banyak kelainan kromosom Graham dan Brow n, 2005.

2. Skizofrenia

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir delusi, persepsi halusinasi, pembicaraan, emosi, dan perilaku. Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antar pribadi normal. Ditemukan kelainan pada area otak tertentu, termasuk sistem limbik, korteks frontal, dan ganglia basal, misalnya pelebaran sulcus, fissura, ventrikel otak, perubahan asimetri hemisfer cerebri, dan gangguan densitas otak, namun tidak satu pun yang xxii patognomonik atau selalu ditemukan pada pasien skizofrenia Mansjoer, 2007. Lesi neuropatologis yang tampak di otak dan interaksi lesi dengan lingkungan dan stressor sosial sampai sekarang masih aktif diteliti. Dasar untuk timbulnya abnormalitas pada skizofrenia mungkin terletak pada perkembangan abnormal contohnya migrasi abnormal neuron di sepanjang sel glia radial selama perkembangan atau dalam degenerasi neuron setelah perkembangan contohnya kematian sel terprogram secara abnormal, seperti pada penyakit Huntington. Tetapi para ahli masih memegang kenyataan bahwa kembar monozigotik mempunyai angka ketidaksesuaian 50. Hal ini menyatakan bahwa terdapat interaksi yang tidak dapat dimengerti antara lingkungan dan perkembangan skizofrenia. Suatu penjelasan yang lain adalah, walaupun kembar monozigotik mempunyai informasi genetika yang sama, pengaturan ekspresi gen saat mereka menjalani kehidupan yang terpisah adalah berbeda. Faktor- faktor yang mengatur ekspresi gen baru saja mulai dimengerti, kemungkinan melalui regulasi gen yang berbeda, satu kembar monozigotik menderita skizofrenia sedangkan yang lainnya tidak Kaplan dan Sadock, 1997. Hipotesis dopamine menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyak penerimaan dopamine otak. Kelebihan ini mungkin karena produksi neurotransmitter atau gangguan regulasi mekanisme pengambilan kembali yang dengannya dopamine kembali dan disimpan oleh vesikel neuron parasimpatik. Kemungkinan lain adalah adanya oversensitive reseptor xxiii dopamine atau terlalu banyaknya respon dopamine. Di tahun 2006 ditemukan bahwa semua bagian otak dan volume hippocampus mengalami reduksi dan ruang ventrikel membesar saat episode pertama perjalanan psikotik secara relatif dibandingkan dengan orang sehat, hasilnya diputuskan skizofrenia adalah proses neurodegeneratif, yang dimulai saat timbulnya onset gejala penyakit, yang secara tepat dapat disebutkan secara karakteristik sebagai proses abnormalitas perkembangan neuron yang mengakibatkan volume abnormal otak sejak usia dini. Metaanalisis tahun 2009, dari pembelajaran mengenai pencitraan otak secara difus mengidentifikasikan 2 lokasi otak yang secara konsisten mengalami anisotropi fungsional pada penderita skizofrenia. Regio pertama berada pada sebelah kiri lobus ventral yang disilangi oleh bagian tractus dari substansia alba otak menghubungkan lobus frontal dengan thalamus dan gyrus cinguli. Regio yang kedua berada pada lobus temporal yang disilangi oleh substansia alba otak yang menhubungkan lobus frontal dengan insula, hippocampus-amygdala, lobus temporal, dan lobus occipital Wikipedia, 2008. Kemungkinan kedua tractus tersebut berefek pada skizofrenia, dengan memiliki potensi terjadinya disconnection dari substansia grisea dimana keduanya terhubung. Hubungan yang berlebihan antara kedua jalur tersebut mengakibatkan gejala positif pada pasien skizofrenia sehingga mengakibatkan peningkatan yang berlebihan terhadap orientasi maupun perhatian secara menyeluruh. Sedangkan anti-korelasi diantara kedua jalur tersebut mengakibatkan adanya gejala negatif. Keterlibatan beberapa bahan kimia otak dalam kasus skizofrenia, penelitian terkini selain hipersensitivitas xxiv dan peningkatan kepekaan neurotransmitter dopamine, juga menyebutkan beberapa poin diantaranya ketidakseimbangan dopamine dan neurotransmitter lain terutama serotonin yang didukung oleh hasil pencitraan dengan menggunakan PET dan SPET. Neurotransmitter tertentu seperti norephinephrin pada pasien gangguan jiwa memegang peranan dalam proses learning, memory reinforcement, siklus tidur dan bangun, kecemasan, pengaturan aliran darah dan metabolisme Wikipedia, 2009. Neurotransmitter lain juga berfungsi sebagai penghambat aktivasi dopamine pada proses pergerakan yaitu GABA, di samping itu juga dengan adanya penemuan penurunan level reseptor glutamate pada pasien postmortem menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara metabolisme glutamate glukosa dengan penurunan aktivitas lobus frontal pada pasien skizofrenia Davison et al., 1994. Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association APA tahun 1995 menyebutkan 1 populasi penduduk dunia menderita skizofrenia, 75 penderita mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri Durand dan Barlow, 2007. Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia. Skizofrenia terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. xxv Pria sering mengalami awitan yang lebih awal daripada wanita. Faktor risikonya antara lain : a. Riwayat skizofrenia dalam keluarga Penelitian menyebutkan bahwa faktor genetik berpengaruh terhadap timbulnya skizofrenia. Walaupun demikian terbukti juga bahwa skizofrenia tidak diturunkan seperti hukum Mendel secara langsung jika orang tua menderita skizofrenia, belum tentu anaknya akan menderita skizofrenia juga. Prevalensi skizofrenia yang diketahui meliputi angka kesakitan untuk saudara tiri 0,9-1,8, saudara kandung 7-15, bagi anak dengan salah satu orang tua menderita skizofrenia 7-16, kedua orang tua menderita skizofrenia 40-68, kembar dua telur heterozigot 2-15, dan bagi kembar satu telur monozigot 61-86 Maramis, 2004. b. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan diri, dan atau impulsivitas. c. Stress lingkungan d. Kelahiran pada musim dingin, influenza selama kehamilan, komplikasi obstetrik, terpaparnya anak-anak dengan kucing dan toksoplasma serta masa kehamilan yang terpapar stress. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang sangat kecil Suzanne et al., 2005. e. Status sosial ekonomi yang rendah. Manurut Eugen Bleuler, gejala-gejala skizofrenia dapat digolongkan dua kelompok : a. Gejala primer : xxvi 1. Gangguan proses pikir 2. Gangguan emosi 3. Gangguan kemauan 4. Otisme b. Gejala sekunder : 1. Waham 2. Halusinasi 3. Gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain Menurut Pedoman Diagnostik dari PPDGJ III seseorang dapat dikatakan skizofrenia jika: a. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas 1. Thought echo : isi pikirannya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya tidak keras, dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau thought insertion or withdrawl : isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya insertion atau pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya withdrawl dan thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya 2. Delution of control : waham tentang dirinya dikendaliakan oleh sesuatu kekuatan tertentu dari luar, atau delution of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau delution of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah xxvii terhadap suatu kekuatan dari luar, atau delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat. 3. Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus- menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri diantara berbagai suara yang berbicara, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. 4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dinilai tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan makluk asing dari dunia luar. b. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas : 1. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan over-valued ideas yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus- menerus 2. Arus pikiran yang terputus break atau yang mengalami sisipan interpolation, yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme xxviii 3. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh- gelisah excitement, posisi tubuh tertentu posturing, atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor 4. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosinal yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. c. Adanya gejala- gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal d. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan overall quality dari beberapa aspek perilaku pribadi personal behaviour, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri self absorbed attitude, dan penarikan diri secara sosial Maslim R., 2001.

3. Hubungan Skizofrenia Dengan Dermat oglifi Tangan

Proses perkembangan organ janin yang m engalami perubahan dapat dihubungkan dengan umur kronologis. Bent uk differensiasi kulit dapat diperiksa dengan Okajima. Permukaan at au luaran kulit dari seorang janin manusia menunjukkan perubahan yang berart i ant ara 12 dan 30 minggu kehamilan. Selama minggu 12 dan 13 t erjadi undulasi pada dermoepidermal junct ion kemudian alur primer dan gambaran berbukit t erdiferensiasi. Alur sekunder t erbent uk pada xxix minggu 18 dan 19. Pada bulan ket ujuh t erjadi diferensiasi dan perkembangan papilla dermis di sulur sekunder. Papilla dermis yang semula t ersusun di ant ara dua sulur ganda pada epidermis berubah jumlah, bent uk, ukuran dan susunan selam a masa kehamilan dan berubah set elah lahir Okajima, 1975. M enurut pengamat an Okajima, pola ridge kulit pert ama muncul pada umur 13 minggu kehamilan, pola ridge kulit yang kedua mulai differensiasi dari umur 19 minggu, dan papilla kulit pert ama kali diket ahui pada 23-25 minggu kehamilan. Sem ent ara it u, orifisium kelenjar keringat pert ama diident ifikasi pada kehamilan 16 minggu, namun daya afinit as orifisium kelenjar keringat pada reagen bahan unt uk penelit ian mengalami pengurangan sehingga orifisium keringat t idak t eramat i dengan umur kehamilan Suzumori, 1980; Penrose and Ohara, 1973. Pada janin dengan kromosom yang abnormal, kulit t ampak m engalam i ket erlambat an dua minggu at au lebih dibanding janin yang normal pada umur kehamilan yang sama Suzumori, 1980. Di dalam bukunya Ant enat al and Neonat al Screening , Nicholas Wald menjelaskan prinsip dasar dari pemeriksaan sidik jari, yang dapat digunakan unt uk screening pengobat an pada penyakit spesifik dan menggunakan prosedur yang benar. Di dalam bukunya, ada dua f okus pent ing, yait u pada ibu dan janin. Pada kehamilan ibu, perhat ian dit ekankan pada penyakit , sepert i adanya diabet es, infeksi selama kehamilan, hipert ensi, kanker, yang berguna unt uk det eksi dini dan pencegahan. Sedangkan pada bayi baru lahir, biasanya lebih dit ekankan dalam hal genet ik, sepert i penyakit m et abolik, kanker, ket idaknormalan kromosom dengan perhat ian secara konsist en unt uk mendet eksi dan mencegah penyakit t ersebut Row ly, 1984. xxx Analisis sidik jari t angan t erhadap 571 orang Habbanit yang dilakukan oleh Slat is, Kat znelson dan Bonne-Tamir pada t ahun 1976 m enunjukkan kesimpulan mengenai pola penurunan sidik jari. Sebuah t eori genet ik t elah dikembangkan. Teori ini menyat akan bahw a pola sidik jari dasar pada manusia adalah ulnar loop dan variasi gen m enyebabkan deviasi penyimpangan dari pola sidik jari dasar ini menjadi pola-pola lain. Gen-gen yang berpengaruh ant ara lain: a. Gen semidominan unt uk pola w horl pada ibu jari tangan sat u orang homozigot mempunyai pola w horl pada kedua ibu jari, yang lainnya m em punyai ulnar loop pada kedua ibu jari dan 288 orang het erozigot biasanya m empunyai dua pola ulnar loop at au sat u ulnar loop dan sat u w horl, b. Gen semidominan unt uk pola w horl pada jari manis yang bekerja sepert i gen unt uk pola w horl pada ibu jari, c. Gen dominan unt uk pola arch pada ibu jari dan seringkali pada jari t angan lain, d. Sat u at au lebih gen dominan unt uk pola arch pada jari t angan, e. Gen dominan unt uk pola w horl pada semua jari t angan kecuali unt uk pola ulnar loop pada jari t engah, f. Gen dominan unt uk radial loop pada jari t elunjuk, seringkali berhubungan dengan pola arch pada jari t engah, g. Gen resesif unt uk pola radial loop pada jari manis dan kelingking. Gen-gen ini dapat bekerja secara independen maupun epist asis Slat is et al., 1976. Lingkungan janin t erbukt i berpengaruh t erhadap pola sidik jari Okajima, 1975. Kejadian di dalam rahim berpengaruh t erhadap hasil dari suat u kehamilan. Sebagai cont oh, Int ra Ut erin Grow t h Ret ardat ion IUGR adalah kejadian dalam rahim yang m enimbulkan kesakit an at aupun kemat ian set elah lahir. Kejadian dalam xxxi rahim yang buruk dapat m enimbulkan kesehat an yang buruk pada kehidupan dew asa kelak Pow er and Schulkin, 2004. Plasent a m emproduksi molekul-molekul informasi dalam jumlah besar sepert i st eroid dan pept ida akt if yang m embant u dalam hal regulasi dan keseimbangan fisiologi ibu dan janin. Perubahan produksi dan pengat uran pada pept ida dan st eroid plasent a akan berpengaruh secara signifikan t erhadap perkembangan dan pert um buhan janin. Dengan kat a lain, plasent a menjadi pusat pengat uran fisiologi ibu dan janin Pow er and Schulkin, 2004. M at ernal aut osom yang t erlambat dalam duplikasinya, menim bulkan ket idakseimbangan genet ik yang dapat mempengaruhi perkembangan em brio yang bersifat merugikan dan kadang-kadang m enunjukkan ket erlambat an perkembangan organ. Oleh karena it u, neonat us dengan ket idaknormalan aut osom biasanya lebih kecil dibanding neonat us dengan aut osom normal Suzum ori, 1980. Penelit ian oleh T. Reed dan R.S. Young m emperlihat kan adanya pengaruh mat ernal t erhadap organ janin Reed dan Terry, 1982. Hampir pada t iap gangguan di aw al kehamilan akan berakibat pada pola dermat oglifi. Sebagai cont oh pada keracunan t halidomide dan pada defek kongenit al pada t ungkai, yait u ect rodact ily. Pada ect rodact ily t erdapat malformasi pada t angan dan kaki yang sebabnya t idak diket ahui. Di sisi lain jika t erjadi defek lingkungan genet ik yang t idak mengenai t ungkai maka t idak t erdapat kelainan pola dermat oglifi. Sebagai cont oh t idak dit emukannya pola yang aneh pada penderit a phenylket onuria dan defek biokimia lain. Kont roversi t erjadi saat dit emukan adanya kelainan dermat oglifi pada penderit a skizofrenia Penrose, 1968. xxxii Penelitian dengan PET Positron Emission Tomography, yaitu pengamatan terhadap metabolisme glukosa pada saat seseorang sedang mengerjakan tes psikologi, pada penderita skizofrenia memperlihatkan tingkat metabolisme yang rendah pada lobus frontalis. Kelainan syaraf ini dapat pula dijelaskan sebagai akibat dari infeksi yang disebabkan oleh virus yang masuk otak. Infeksi ini dapat terjadi selama perkembangan janin. Akan tetapi jika kerusakan terjadi pada masa awal perkembangan seseorang, pertanyaan yang muncul adalah mengapa psikosis ini baru muncul pada masa dewasa. Weiberger mengatakan bahwa luka pada otak saling mempengaruhi dengan proses perkembangan otak yang normal. Dengan demikian, luka pada daerah tersebut belum berpengaruh pada masa awal sampai lobus frontalis mulai berperan dalam perilaku Davison et al., 1994. Keterlibatan unsur genetik telah dianggap sebagai sebagai kondisi yang melatarbelakangi gangguan psikosis, sebagaian besar karena hasil penelitian yang distimulasi oleh ditemukannya obat-obat anti psikosis pada level tertentu asumsi banyak kasus skizofrenia yang disebabkan oleh keturunan. Pembuktian aktual keterkaitan kromosom dengan menggunakan teori genetik molekuler sulit dilakukan secara pasti, baik karena kejadian spesifik tidak dapat disamakan maupun karena adanya banyak gen yang terlibat di dalamnya Maramis, 2004. xxxiii

B. Kerangka Berpikir

Ket erangan : Garis put us-put us : M erupakan variabel yang t idak dit elit i Garis ut uh : M erupakan variabel yang dit elit i

C. Hipotesis

Terdapat gambaran t ert ent u pada pola dermat oglifi t angan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah. BAB III Fakt or M at ernal saat Kehamilan Konfigurasi Dermat oglif ik Usia Dew asa Dapat t erbaca Tidak Terbaca Skizofrenia Lingkungan, st ress Luka-luka, t erbakar, penyakit at au penyebab lain yang t idak w ajar Lingkungan, st ress Konf igurasi Dermat oglifik Genet ik xxxiv M ETODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelit ian ini adalah penelit ian deskript if dan analit ik dengan pendekat an cross sect ional M urt i, 2007.

B. Lokasi Penelitian

Penelit ian dilakukan di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a unt uk sampel pasien skizofrenia dan Fakult as Kedokt eran UNS unt uk sidik jari responden normal.

C. Subyek Penelitian 1. Populasi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Relaksasi Progresif terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta

0 2 8

GAMBARAN STATUS MENTAL PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Gambaran Status Mental Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Soedjarwadi Klaten.

0 3 19

GAMBARAN STATUS MENTAL PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Gambaran Status Mental Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Soedjarwadi Klaten.

0 1 14

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN SKIZOFRENIA TAK TERORGANISIR DI RUMAH SAKIT Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Pasien Skizofrenia Tak Terorganisir Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 6 14

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB SKIZOFRENIA (STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA) Faktor-Faktor Penyebab Skizofrenia (Studi Kasus Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta).

1 5 11

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB SKIZOFRENIA (STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA) Faktor-Faktor Penyebab Skizofrenia (Studi Kasus Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta).

0 7 16

PENERIMAAN KELUARGA TERHADAP PASIEN SKIZOFRENIA YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Penerimaan Keluarga Terhadap Pasien Skizofrenia Yang Menjalani Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 0 19

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 1 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 0 8

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 1 8