POLA DERMATOGLIFI TANGAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

(1)

i

POLA DERMATOGLIFI TANGAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

LINDA JANA SINTANINGTYAS

G0006109

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul :

Pola Dermatoglifi Tangan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta

Linda Jana Sintaningtyas, G0006109, Tahun 2010

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan

Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari Jumat, tanggal 15 Januari 2010

Pembimbing Utama

Prof.Dr.Didik G.Tamtomo,dr.,PAK,MM,MKK

(………)

NIP :19480313197603100

Pembimbing Pendamping

Nanang Wiyono,dr.,M.Kes

(

.………)

NIP :197605302002121002

Penguji Utama

Selfi Handayani,dr.,M.Kes

(

.………)

NIP: 196702141997022001

Penguji Pendamping

IGB Indro Nugroho,dr.,Sp.KJ

(

.………)

NIP: 197310032005011001

Surakarta,

Ketua Tim Skripsi

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret

Sri Wahjono, dr., M.Kes

Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., M.S


(3)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, Desember 2009

Linda Jana Sintaningtyas

G0006109


(4)

iv

INTISARI

LINDA JANA SINTANINGTYAS. G0006109/ VII. 2009.

Pola Dermatoglifi

Tangan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Fakultas

Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Tujuan Penelitian

: Menunjukkan adanya gambaran pola dermatoglifi tangan

pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dan menganalisis

dan membandingkan pola dermataglifi tangan antara pasien skizofrenia di Rumah

Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan responden normal.

Metode Penelitian

: Penelitian ini bersifat deskriptif dan analitik dengan

pendekatan

cross sectional

. Responden antara lain terdiri atas 30 orang pasien

skizofrenia yang telah didiagnosis psikiater sesuai dengan Pedoman Diagnostik

dari PPDGJ III, di semua umur, dengan riwayat keluarga (genetik) skizofrenia

yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dan responden normal terdiri

dari 30 orang yang tidak memiliki riwayat keturunan skizofrenia dan tidak sedang

menderita skizofrenia. Yang diperiksa antara lain pola sidik jari, jumlah

ridge

(TRC /

Total Ridge Count

), dan frekuensi triradius total (PII/

Pattern Intensity

Index)

. Hasilnya dianalisa secara deskriptif dan analitik dengan menggunakan

Chi

Square

SPSS 16 untuk mengetahui perbedaan antara pola dermatoglifi pasien

skizofrenia di RSJD Surakarta dan responden normal.

Hasil Penelitian

: Hasil penilaian secara deskriptif antara lain frekuensi sidik jari

pada pasien skizofrenia sebanyak 61,1% berpola

ulnar loop

, kemudian 24,6%

berpola

whorl

, 8% berpola

radial loop

, dan 6,3% berpola

archus

. Sedangkan pada

responden normal yang berpola

ulnar loop

sebanyak 54,7%,

whorl

sebanyak

20,7%,

archus

13,7% dan

radial loop

11%. Jumlah sulur total pasien skizofrenia

rata-rata 109 sulur, sedangkan pada responden normal 106 sulur. Jumlah sulur

total berdasarkan jenis kelamin pada pasien skizofrenia laki-laki 123 sulur dan

perempuan 93 sulur. Sedangkan pada responden normal, jumlah sulur total pada

laki-laki 101 sulur dan perempuan 111 sulur. Jumlah rata-rata total triradius (PII)

pada pasien skizofrenia adalah 12, sedangkan pada responden normal rata-ratanya

11 triradius. Perhitungan secara analitik menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan pola sidik jari pada jari II dextra (p=0,035). Tidak terdapat pebedaan

yang signifikan antara pola sidik jari pada jari I,III,IV,V kanan dan jari I,II,III,IV

kiri serta jumlah sulur total (TRC/ Total Ridge Count) dan jumlah triradius total

(PII/

Pattern Intensity Index

) pada seluruh jari baik jari kanan maupun kiri yang

mengarah pada kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Simpulan Penelitian

: Berdasarkan hipotesa penelitian, didapatkan perbedaan

gambaran pola dermatoglifi tangan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta yaitu pada jari II dextra yang berpola

ulnar loop

.


(5)

v

ABSTRACT

LINDA

JANA

SINTANINGTYAS.

G0006109/VII.

2009.

Hand’s

Dermatogyphic Pattern in Schizophrenic Patient in Surakarta Psichiatry

Hospital.

Faculty of Medicine, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Objective :

The aim of this study was to show special pattern, to analyse and

compare hand’s dermatoglyphic pattern in schizophrenic patient in Surakarta

Psichiatry Hospital with mentally healthy subject.

Methods :

This study was identified by cross sectional in descriptive and analytic

strategy. It was included 30 respondent schizophrenic patient in Surakarta

Psichiatry Hospital who satisfied the PPDGJ criteria for a diagnosis of

schizophrenia in all age with one or more relatives of schizophrenia and 30

mentally healthy subjects without any relatives of schizophrenia. We observed

dermatogliphic’s pattern, total ridge count, and pattern intensity index. The result

was analysed by Chi Square or by using alternative test if the condition in Chi

square was not fulfilled in SPSS 16.00 to know the differences hand’s

dermatoglyphic pattern in schizophrenic patient in Surakarta Psichiatry Hospital

and mentally healthy subject.

Result :

In descriptive point of view, we got frequency in hand’s dermatoglyphic

in Schizophrenic patient consist of 61,1% ulnar loop, 24,6% whorl, 8% radial

loop, 6,3% archus. In mentally healthy subject we got 54,7% ulnar loop, 20,7%

whorl, 13,7% archus, and 11% radial loop. Total ridge count in schizophrenic

patient was in average 109 ridges, in mentally healthy subject 106 ridges. Total

ridge count for male schizophrenic patient was 123 ridges and 93 in female. In

mentally healthy subject, we got 101 ridges for male and 111 ridges for female.

Pattern intensity index in schizophrenic patient was in average 12, in mentally

healthy subject was 11. In analytic point of view, schizophrenic patient showed a

significantly higher dermatoglyphic pattern in digiti II dextra (p=0,035) that was

dominated by ulnar loop. No significantly value in other finger.

Conclution :

That was special pattern of hand’s dermatoglyphic pattern in

schizophrenic patient in Surakarta Psichiatry Hospital in digiti II dextra that was

dominated by ulnar loop.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum Warahmatullohi Wabarakatuh

Alhamdulillaahirobbil’alamiin, segala puji hanya kepada Alloh SWT

atas segala rahmad hidayah-Nya, shalawat serta salam selalu tercurah pada

Rasululloh SAW, beserta keluarga dan para pengikutnya, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul “Pola Dermatoglifi Tangan pada Pasien

Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta”. Skripsi ini diajukan untuk

menjadi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Kedokteran Universitas

Sebelas Maret, Surakarta.

Skripsi ini dapat tersusun berkat bimbingan, petunjuk, bantuan maupun

saran berharga dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1.

Prof. Dr. A.A.Subiyanto, dr., MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret Surakarta

2.

Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Sebelas Maret Surakarta beserta anggota

dan stafnya yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi.

3.

Prof.Dr.Didik G.Tamtomo,dr.,PAK,MM,MKK selaku pembimbing utama

yang telah memberikan bimbingan, fasilitas dan pengarahan serta motivasi

yang sangat membantu dalam kelancaran pelaksanaan skripsi.

4.

Nanang Wiyono,dr.,M.Kes selaku pembimbing pendamping yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan masukan,

arahan, saran, dan jalan keluar dari permasalahan-permasalahan yang

timbul dalam proses penyusunan skripsi.

5.

Selfi Handayani,dr.,M.Kes selaku penguji utama atas masukan, saran, dan

koreksi untuk berbagai kekurangan dalam skripsi ini.

6.

IGB Indro Nugroho,dr.,Sp.KJ sebagai anggota penguji yang telah

meluangkan waktu di antara kesibukannya.

7.

Seluruh petugas RSJD Surakarta yang telah banyak memberikan bantuan,

8.

Orang tuaku (mama & papa tercinta) yang selalu ada ketika lelahku dan

selalu mendukung dalam setiap langkahku.

9.

Mbakku tersayang (Febriana Pramitaningrum), adikku “si Kapten Basket”

(Johan Pramudya Utama) dan Lutfi Rachman yang selalu membuatku

tidak pernah kesepian. Rekan-rekan asisten anatomi 2006, anak-anak kos

Griya Widoro Asri I, Candra Dewi, Dewan Mahasiswa FK UNS, dan

semua teman di 2006.

10. Terima kasih Ya Alloh atas semua kekuatan yang telah dititipkan. Terima

kasih mimpi-mimpiku. Walau kadang meleset dari perkiraan namun jalan

yang penuh liku ini membuat mataku terbuka betapa hidup tak pernah bisa

dirumuskan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis

harapkan dan semoga penelitian ini berguna bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaykum Warahmatullohi Wabarokatuh.

Surakarta, Desember 2009

Linda Jana Sintaningtyas


(7)

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR DIAGRAM ...xi

DAFTAR GAM BAR ... xii

DAFTAR LAM PIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Lat ar Belakang M asalah ... 1

B. Perumusan M asalah... 3

C. Tujuan Penelit ian ... 3

D. M anfaat Penelit ian ...3

BAB II LANDASAN TEORI... 5

A. Tinjauan Pust aka ... 5

B. Kerangka Pemikiran ...22

C. Hipot esis ...22

BAB III M ETODE PENELITIAN ...23

A. Jenis Penelit ian ... 23

B. Lokasi Penelit ian ... 23

C. Subjek Penelit ian ...23

D. Teknik Sampling...24

E. Ident ifikasi Variabel Penelit ian... 24

F. Definisi Operasional Variabel... 25

G. Inst rument asi penelit ian ... 27

H. Alur Penelit ian...27

I. Alat Dan Bahan...28

J. Cara Kerja...28

K. Teknik Analisis Dat a ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 30

A. Hasil Penelit ian ... 30


(8)

viii

BAB V PEM BAHASAN... 42

BAB VI SIM PULAN DAN SARAN... 52

A. Simpulan...52

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA... 54 LAM PIRAN


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Deskripsi Subjek Penelit ian………... 30

Tabel 2 Pola Sidik Jari Pasien Skizofrenia………...31

Tabel 3 Pola Sidik Jari Responden Normal………31

Tabel 4 Jumlah Sulur (TRC) Pasien Skizofrenia dan Responden Normal 32

Tabel 5 Nilai PII Pasien Skizofrenia dan Responden Normal….………...33

Tabel 6 Hasil Perhit ungan Pola Sidik Jari………..……34

Tabel 7 Hasil Perhit ungan Jumlah Sulur (TRC)………..……..….35

Tabel 8 Frekuensi Pola Sidik Jari dan Jumlah Triradius Tot al pada Pasien SkizofreniaRumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a..………37

Tabel 9 Frekuensi Pola Sidik Jari dan Jumlah Triradius Tot al pada Responden Normal……….…...…………38

Tabel 10 Jumlah Sulur pada Ujung Jari Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dan Responden Normal…….………39


(10)

(11)

xi

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Frekuensi Pola Sidik Jari Pasien Skizofrenia RSJD Surakart a dan Responden Normal….………...39

Diagram 2. Jumlah Sulur Tot al (TRC) Pasien Skizof renia RSJD Surakart a dan Responden normal……..……….……..40

Diagram 3. Jumlah Triradius Tot al (PII) Pasien Skizof renia RSJD Surakart a dan Responden Normal……..………...41


(12)

xii

DAFTAR GAM BAR

Gambar 1 Cont oh Pola Dermat oglifi……….………7

Gambar 2 Jumlah Sulur pada Pola Dermat oglifi………...8


(13)

xiii

DAFTAR LAM PIRAN

Lam piran 1. Dat a Hasil Penelit ian Sidik Jari pada Pasien Skizofrenia Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a……….……….61

Lam piran 2. Dat a Hasil Penelit ian Sidik Jari pada Responden Normal..……..63

Lam piran 3. Out put SPSS unt uk St at ist ik Pola Dermat oglifi………...65

Lam piran 4. Out put SPSS unt uk St at ist ik PII (Pat t ern Int ensit y Index)……...67 Lam piran 5. Out put SPSS unt uk St at ist ik Jumlah Sulur Tot al (TRC)………..69

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Skizofrenia berasal dari kata

schism

yang berarti perpecahan dan

frenia

yang berarti jiwa. Istilah tersebut pertama kali diperkenalkan oleh

Eugene Bleuler untuk menjelaskan adanya perpecahan pikiran, emosi dan

perilaku. Skizofrenia merupakan suatu jenis psikosa yang sering dijumpai

dimana-mana sejak dahulu. Menurut Kraepelin, penderita skizofrenia

mengalami kemunduran intelegensi sebelum waktunya (demensia prekoks).

Mengenai penyebabnya sampai sekarang belum dapat diketahui secara jelas


(14)

xiv

namun dapat dipastikan bahwa ada faktor keturunan yang juga menentukan

timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian terhadap

keluarga- keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak- anak kembar satu

telur. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor

pencetus seperti penyakit badaniah atau stress psikologik, biasanya tidak

menyebabkan skizofrenia, walaupun pengaruhnya terhadap skizofrenia tidak

dapat disangkal. Potensi untuk mendapatkan skizofrenia diturunkan melalui

gen yang resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi

selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan terjadi

skizofrenia atau tidak (Maramis, 2004).

Sidik jari bersifat genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor

lingkungan pada trimester pertama kehamilan. Pembentukannya terjadi selama

embrio dan tidak pernah berubah dalam hidup kecuali diubah secara kebetulan

akibat luka-luka, terbakar, penyakit atau penyebab lain yang tidak wajar

(Elvayandri,

2002).

Relevansi

sidik

jari

dapat

digunakan

untuk

mengidentifikasi

orang-orang

dengan

predisposisi

genetik

untuk

perkembangan penyakit tertentu. Karena sidik jari diturunkan secara genetik

dan tidak dipengaruhi lingkungan eksternal setelah lahir seperti geografi,

ekonomi, dan lain-lain, sidik jari memiliki ciri yang paling bermanfaat untuk

menentukan hubungan mendasar dalam kehidupan.

Sejumlah gen yang ditemukan pada sindrom kelainan kromosom,

ternyata juga ditemukan keabnormalan pada pola sidik jari/ dermatoglifinya

(Fuller, 1973).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui

1


(15)

xv

relavansi sidik jari seperti penelitian yang dilakukan oleh Lena Rosida dan

Rosalina dari Universitas Lambung Mangkurat Banjar Baru terhadap penderita

sindrom Down didapatkan gambaran dermatoglifi yang khas seperti memiliki

pola triradius digital, hipothenar, dan pola

loop

telapak tangan, tetapi tidak

memiliki pola thenar. Penelitian yang telah dilakukan ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rafiah (1980), Suryadi (1993), dan Rosida

(2005). Menurut penelitian yang telah dilakukan di New Delhi tahun 2007

dikatakan bahwa pola dermatoglifi pada pasien kanker payudara memiliki

beberapa ciri khas yang berbeda dengan pasien normal, seperti terdapatnya 6

atau lebih pola melingkar (

whorl

) di sidik jarinya, juga ditemukan pola

whorl

meningkat di jari telunjuk tangan kanan dan jari kelingking tangan kanan

dibandingkan kontrol. Selain itu ditemukan pula PII (

Pattern Intensity Index

)

meningkat secara signifikan (Fuller, 1973; Chintamani, 2007; Jurnal Anatomi

Indonesia, 2006 ).

Screening

dapat digunakan untuk mencegah penyakit terjadi melalui

dua cara. Pertama, mencegah kejadian penyakit dengan meminimalisir atau

menghilangkan penyebab, dan yang kedua dengan melakukan deteksi dini dan

sistem intervensi (Rowley, 1984). Di dalam bukunya

Dermatoglyphics An

International Perspective

, Mavalwala menegaskan bahwa sidik jari dapat dan

seharusnya digunakan sebagai alat

screening

diagnosis sehingga memberi

petunjuk kepada petugas kesehatan untuk melakukan tes lebih lanjut (Reed,

1978).


(16)

xvi

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka didapatkan permasalahan

sebagai berikut :

Apakah ada gambaran tertentu pada pola dermatoglifi tangan pasien

skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

1. Menunjukkan adanya gambaran pola dermatoglifi tangan tertentu pada

pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

2. Menganalisis dan membandingkan pola dermataglifi tangan antara pasien

skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan responden

normal.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai gambaran

pola dermatoglifi tangan tertentu pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta.

2. Manfaat aplikatif

Penelitian sidik jari ini dapat menjadi dasar awal penggunaan

dermatoglifi untuk alternatif identifikasi (

screening

) skizofrenia sedini

mungkin dengan cara yang lebih mudah, murah, aman, dan non invasif.


(17)

xvii

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Dermatoglifi

Dermat oglifi merupakan konfigurasi gurat an-gurat an di ujung jari manusia (Graham dan Brow n, 2005). M enurut Francis Galt on (1822-1916) t idak ada sidik jari yang ident ik di dunia ini sekalipun di ant ara dua saudara kembar. Jika ada 5 jut a orang di bumi, kemungkinan munculnya dua sidik jari manusia yang sama baru akan t erjadi lagi 300 t ahun kemudian. Sist em sidik jari yang dipakai sekarang berasal dari Sir Richard Edw ard Henry, seorang asist en magist rat e kolekt or di Barat Daya India. Henry dilahirkan pada 26 Juli 1850 di Shadw ell, Wapping, London, Inggris. Sist em Henry berasal dari pola ridge (sulur/ garis-garis paralel) yang t erpusat pada pola jari t angan, jari kaki, khususnya t elunjuk. Pola ridge ini dibent uk selama embrio dan t idak pernah berubah dalam hidup kecuali diubah secara kebet ulan akibat luka-luka, t erbakar, penyakit at au penyebab lain yang t idak w ajar (Saha et al., 2003).

Sidik jari t elah t erbukt i cukup akurat , aman, mudah dan nyaman unt uk dipakai sebagai ident ifikasi karena sifat yang dimiliki sidik jari ant ara lain :

a. Perennial nat ure, yait u gurat an-gurat an pada sidik jari yang m elekat pada kulit manusia seumur hidup

b. Immut abilit y, yait u sidik jari seseorang t idak pernah berubah kecuali mendapat kan kecelakaan yang serius

c. Individualit y, pola sidik jari adalah unik dan berbeda unt uk set iap oran g (Elvayandri, 2002). 5


(18)

xviii

Pola ridge pada permukaan volar t erbent uk dari orifisium kelenjar keringat yang berukuran rat a-rat a 1 milimet er. Sidik jari t ampak pert ama pada minggu ke-14 kehamilan dan berkembang ket ika bulan ket iga kehamilan. Lingkungan f et us t erbukt i berpengaruh pada pola sidik jari (Okajima, 1975). Hal it u t erbukt i dengan adanya perbedaan pola sidik jari t angan kanan dan t angan kiri dan pada orang kembar hanya ada sedikit perbedaan. M odifikasi lingkungan fet al dapat diinduksi subst ansi-subst ansi t erat ogenik. Walaupun ket ika dilihat secara mendet ail pola sidik jari manusia sat u berbeda dengan yang lain namun pola skala besarnya memiliki beberapa persamaan dan dapat diident ifikasi dengan mudah. Berdasarkan klasifikasi, pola sidik jari dapat dinyat akan secara umum ke dalam bent uk arch (garis melengkung), loop (garis melingkar), dan w horl (garis memut ar). Beberapa keganjilan dan lipat an fleksi pada sidik jari dit emukan dalam berbagai sindrom klinik yang disebabkan karena abnormalit as genet ik dan obat -obat an t erat ogenik (Naffah, 1977).


(19)

xix

Gambar 1. Cont oh Pola Dermat oglifi

Pola sidik jari (gambar 1) dapat diperiksa secara langsung dan cara unt uk mendapat kannya dengan mudah adalah dengan mencelupkan t angan ke dalam genangan t int a kemudian dit empelkan di at as kert as. Pola sidik jari t erdiri dari baris-baris milimet er selebar set engah milimet er dari kelenjar keringat dan t erbent uk pada aw al kehidupan sekit ar 10 minggu kehamilan. Pola yang kompleks ini t erdiri at as dua pola ut ama yang disebut loop dan t riradius. Loop dibent uk saat arah alur paralel m embelok 180 derajat ket ika masuk dan keluar pada sisi jari yang sama dan penamaannya sesuai dengan arahnya. Jika mengarah ke t ulang radius dinamakan t ipe radial, jika mengarah ke t ulang ulna dinamakan t ipe ulnar. Triradius merupakan t it ik pusat dari bent uk segit iga yang m enyebar m embent uk sulur-sulur di jari t angan dan kaki, sert a di t elapak t angan dan kaki. Pancaran inilah yang mempunyai art i klinis karena spesifik unt uk t iap-t iap orang. Triradius di jari 2,3,4,5 dinamakan dengan abjad a,b,c,d. Triradius pent ing lainnya dinamakan t , t erdapat di regio hipot enar yang juga mampunyai art i klinik. M ekanisme t erbent uknya pola ini belum diket ahui secara past i (Penrose, 1968).

Triradius selalu dit emukan pada sisi radial dari ulnar loop dan sebaliknya. Dua loop yang saling berlaw anan dapat membent uk w horl (garis memut ar) yang variasinya dapat menjadi bent uk spiral, cincin konsent ris (elips), loop yang saling bersambungan maupun m embent uk celah dalam loop. Ada dua t riradius yang berhubungan dengan w horl, sat u di t iap-tiap sisi jari. Saat tidak ada pola yang t ampak, bidang dari garis paralelnya t ersebut disebut bidang t erbuka. Jika ada garis yang m enunjukkan kurvat ura kecil, susunannya dapat m embent uk ar ch. Jika konfigurasinya m embent uk arch (garis m el engkung) maka t idak ada pola t riradius di


(20)

xx

sidik jarinya, t api jika polanya t ent ed arch maka pola t riradiusnya dit emukan di baw ah t ent yang dibent uk oleh garis melingkar yang t egas (Naffah, 1977; Graham dan Brow n, 2005).

Pada t elapak t angan (gambar 2 dan 3) biasanya dit emukan 5 t riradius, 4 dari jari 2 sampai 5 yang disebut a,b,c,d at au t riradius digit al, dan sat u dekat dengan aksis t ulang m et acarpal yang keempat yang paling sering pada bagian akhir proksimal dekat dengan pergelangan t angan, yang disebut t riradius aksila at au t . Triradius digit al memiliki dua pancaran yang saling menut upi dasar dari masing-masing jari dan sat u pancaran proksimal berasal dari bat as-bat as t elapak t angan. Garis ini disebut garis ut ama (A,B,C,D ) dan arahnya kadang-kadang m emiliki art i secara klinis maupun ant ropologis yang signifikan. Unt uk m enunjukkan posisi dari jalan keluar garis ut ama, bat as-bat as t elapak t angan dibagi menjadi 13 regio, dinomori 1 sampai dengan 13. Pola yang benar adalah jika loop dan w hor l dapat dit emukan di t iap-t iap lima area t elapak t angan ant ara lain hipot henar, t henar, area int erdigit al kedua, ket iga, dan keempat . Gambaran t opografis dari pola it u

Gambar 2. Jumlah Sulur Pada Gambar 3. Cara M engukur Sudut Dari Pola Dermat oglifi Posisi Axial Triradius


(21)

xxi

dit ambah dengan pengukurannya secara m et rical berguna unt uk invest igasi secara ant ropologis dan m edis. Tot al jumlah sulur pada jari t angan at au TRC (Tot al Ridge Count) diperoleh dengan menghit ung jumlah sulur masing-masing jari yang disilangi oleh garis lurus yang dit arik dari t riradius ke pusat at au int i pola yang berdekat an kemudian menghit ung t ot alnya unt uk 10 jari. Whorl ada dua, yang t erbesar yang dicat at . Pat t er n Int ensit y Index (PII) jari diperoleh dengan m enghit ung t ot al t riradius dari sepuluh jari. PII t elapak t angan dipast ikan dengan m enghit ung jumlah loop pada 5 area t elapak t angan. Whorl dianggap sebagai 2 loop (Naffah, 1977).

Dist ribusi dermat oglifi berbeda oleh jenis kelamin maupun ras. Pria memiliki lebih banyak pola w horl daripada w anit a dan w anit a memiliki pola arch yang lebih sederhana dari pria (Jones, 1993). Pola gurat an-gurat an sidik jari t idak hanya bermanfaat unt uk ident ifikasi t et api juga bisa bermanfaat unt uk menemukan adanya abnormalit as dermat oglifi yang khas yang seringkali berhubungan dengan banyak kelainan kromosom (Graham dan Brow n, 2005).

2. Skizofrenia

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat

melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi),

pembicaraan, emosi, dan perilaku. Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik

paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional

dan menarik diri dari hubungan antar pribadi normal. Ditemukan kelainan

pada area otak tertentu, termasuk sistem limbik, korteks frontal, dan ganglia

basal, misalnya pelebaran sulcus, fissura, ventrikel otak, perubahan asimetri

hemisfer cerebri, dan gangguan densitas otak, namun tidak satu pun yang


(22)

xxii

patognomonik atau selalu ditemukan pada pasien skizofrenia (Mansjoer,

2007).

Lesi neuropatologis yang tampak di otak dan interaksi lesi dengan

lingkungan dan stressor sosial sampai sekarang masih aktif diteliti. Dasar

untuk timbulnya abnormalitas pada skizofrenia mungkin terletak pada

perkembangan abnormal (contohnya migrasi abnormal neuron di sepanjang

sel glia radial selama perkembangan) atau dalam degenerasi neuron setelah

perkembangan (contohnya kematian sel terprogram secara abnormal, seperti

pada penyakit Huntington). Tetapi para ahli masih memegang kenyataan

bahwa kembar monozigotik mempunyai angka ketidaksesuaian 50%. Hal ini

menyatakan bahwa terdapat interaksi yang tidak dapat dimengerti antara

lingkungan dan perkembangan skizofrenia. Suatu penjelasan yang lain

adalah, walaupun kembar monozigotik mempunyai informasi genetika yang

sama, pengaturan ekspresi gen saat mereka menjalani kehidupan yang

terpisah adalah berbeda. Faktor- faktor yang mengatur ekspresi gen baru saja

mulai dimengerti, kemungkinan melalui regulasi gen yang berbeda, satu

kembar monozigotik menderita skizofrenia sedangkan yang lainnya tidak

(Kaplan dan Sadock, 1997).

Hipotesis dopamine menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh

terlalu banyak penerimaan dopamine otak. Kelebihan ini mungkin karena

produksi neurotransmitter atau gangguan regulasi mekanisme pengambilan

kembali yang dengannya dopamine kembali dan disimpan oleh vesikel

neuron parasimpatik. Kemungkinan lain adalah adanya oversensitive reseptor


(23)

xxiii

dopamine atau terlalu banyaknya respon dopamine. Di tahun 2006 ditemukan

bahwa semua bagian otak dan volume hippocampus mengalami reduksi dan

ruang ventrikel membesar saat episode pertama perjalanan psikotik secara

relatif dibandingkan dengan orang sehat, hasilnya diputuskan skizofrenia

adalah proses neurodegeneratif, yang dimulai saat timbulnya onset gejala

penyakit, yang secara tepat dapat disebutkan secara karakteristik sebagai

proses abnormalitas perkembangan neuron yang mengakibatkan volume

abnormal otak sejak usia dini. Metaanalisis tahun 2009, dari pembelajaran

mengenai pencitraan otak secara difus mengidentifikasikan 2 lokasi otak yang

secara konsisten mengalami anisotropi fungsional pada penderita skizofrenia.

Regio pertama berada pada sebelah kiri lobus ventral yang disilangi oleh

bagian tractus dari substansia alba otak menghubungkan lobus frontal dengan

thalamus dan gyrus cinguli. Regio yang kedua berada pada lobus temporal

yang disilangi oleh substansia alba otak yang menhubungkan lobus frontal

dengan insula, hippocampus-amygdala, lobus temporal, dan lobus occipital

(Wikipedia, 2008). Kemungkinan kedua tractus tersebut berefek pada

skizofrenia, dengan memiliki potensi terjadinya

disconnection

dari substansia

grisea dimana keduanya terhubung. Hubungan yang berlebihan antara kedua

jalur tersebut mengakibatkan gejala positif pada pasien skizofrenia sehingga

mengakibatkan peningkatan yang berlebihan terhadap orientasi maupun

perhatian secara menyeluruh. Sedangkan anti-korelasi diantara kedua jalur

tersebut mengakibatkan adanya gejala negatif. Keterlibatan beberapa bahan

kimia otak dalam kasus skizofrenia, penelitian terkini selain hipersensitivitas


(24)

xxiv

dan peningkatan kepekaan neurotransmitter dopamine, juga menyebutkan

beberapa poin diantaranya ketidakseimbangan dopamine dan neurotransmitter

lain terutama serotonin yang didukung oleh hasil pencitraan dengan

menggunakan

PET

dan

SPET.

Neurotransmitter

tertentu

seperti

norephinephrin pada pasien gangguan jiwa memegang peranan dalam proses

learning, memory reinforcement

, siklus tidur dan bangun, kecemasan,

pengaturan

aliran

darah

dan

metabolisme

(Wikipedia,

2009).

Neurotransmitter lain juga berfungsi sebagai penghambat aktivasi dopamine

pada proses pergerakan yaitu GABA, di samping itu juga dengan adanya

penemuan penurunan level reseptor glutamate pada pasien postmortem

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara metabolisme glutamate

(glukosa) dengan penurunan aktivitas lobus frontal pada pasien skizofrenia

(Davison

et al.

, 1994).

Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric

Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1 % populasi penduduk dunia

menderita skizofrenia, 75% penderita mulai mengidapnya pada usia 16-25

tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap

kehidupan ini penuh stressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari

keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap

penyesuaian diri (Durand dan Barlow, 2007).

Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh

dunia. Skizofrenia terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama.


(25)

xxv

Pria sering mengalami awitan yang lebih awal daripada wanita. Faktor

risikonya antara lain :

a. Riwayat skizofrenia dalam keluarga

Penelitian menyebutkan bahwa faktor genetik berpengaruh terhadap

timbulnya skizofrenia. Walaupun demikian terbukti juga bahwa

skizofrenia tidak diturunkan seperti hukum Mendel secara langsung (jika

orang tua menderita skizofrenia, belum tentu anaknya akan menderita

skizofrenia juga). Prevalensi skizofrenia yang diketahui meliputi angka

kesakitan untuk saudara tiri 0,9-1,8%, saudara kandung 7-15%, bagi anak

dengan salah satu orang tua menderita skizofrenia 7-16%, kedua orang tua

menderita skizofrenia 40-68%, kembar dua telur (heterozigot) 2-15%, dan

bagi kembar satu telur (monozigot) 61-86% (Maramis, 2004).

b. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan

diri, dan atau impulsivitas.

c. Stress lingkungan

d. Kelahiran pada musim dingin, influenza selama kehamilan, komplikasi

obstetrik, terpaparnya anak-anak dengan kucing dan toksoplasma serta

masa kehamilan yang terpapar stress. Faktor ini hanya memiliki nilai

prediktif yang sangat kecil (Suzanne

et al.

, 2005).

e. Status sosial ekonomi yang rendah.

Manurut Eugen Bleuler, gejala-gejala skizofrenia dapat digolongkan

dua kelompok :


(26)

xxvi

1.)

Gangguan proses pikir

2.)

Gangguan emosi

3.)

Gangguan kemauan

4.)

Otisme

b. Gejala sekunder :

1.)

Waham

2.)

Halusinasi

3.)

Gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain

Menurut Pedoman Diagnostik dari PPDGJ III seseorang dapat dikatakan

skizofrenia jika:

a. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)

1.)

Thought echo

: isi pikirannya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan walaupun

isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau

thought insertion or

withdrawl

: isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya

(

insertion

) atau pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar

dirinya (

withdrawl

) dan

thought broadcasting

: isi pikirannya tersiar

keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya

2.)

Delution of control

: waham tentang dirinya dikendaliakan oleh

sesuatu kekuatan tertentu dari luar, atau

delution of influence

: waham

tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau

delution of passivity

: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah


(27)

xxvii

terhadap suatu kekuatan dari luar, atau d

elusional perception

:

pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi

dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

3.) Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus-

menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien

di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau

jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

4.) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dinilai tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan

di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau

berkomunikasi dengan makluk asing dari dunia luar).

b. Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas :

1.) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk

tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide

berlebihan (

over-valued ideas

) yang menetap, atau apabila terjadi

setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-

menerus

2.) Arus pikiran yang terputus (

break

) atau yang mengalami sisipan

(

interpolation

), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang

tidak relevan, atau neologisme


(28)

xxviii

3.) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh- gelisah (

excitement

), posisi

tubuh tertentu (

posturing

), atau fleksibilitas cerea, negativisme,

mutisme, dan stupor

4.) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,

dan respon emosinal yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

c. Adanya gejala- gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodromal)

d. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (

overall quality

) dari beberapa aspek perilaku pribadi (

personal

behaviour

), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan,

tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (

self absorbed attitude

),

dan penarikan diri secara sosial (Maslim R., 2001).

3. Hubungan Skizofrenia Dengan Dermat oglifi Tangan

Proses perkembangan organ janin yang m engalami perubahan dapat dihubungkan dengan umur kronologis. Bent uk differensiasi kulit dapat diperiksa dengan Okajima. Permukaan at au luaran kulit dari seorang janin manusia menunjukkan perubahan yang berart i ant ara 12 dan 30 minggu kehamilan. Selama minggu 12 dan 13 t erjadi undulasi pada dermoepidermal junct ion kemudian alur primer dan gambaran berbukit t erdiferensiasi. Alur sekunder t erbent uk pada


(29)

xxix

minggu 18 dan 19. Pada bulan ket ujuh t erjadi diferensiasi dan perkembangan papilla dermis di sulur sekunder. Papilla dermis yang semula t ersusun di ant ara dua sulur ganda pada epidermis berubah jumlah, bent uk, ukuran dan susunan selam a masa kehamilan dan berubah set elah lahir (Okajima, 1975). M enurut pengamat an Okajima, pola ridge kulit pert ama muncul pada umur 13 minggu kehamilan, pola ridge kulit yang kedua mulai differensiasi dari umur 19 minggu, dan papilla kulit pert ama kali diket ahui pada 23-25 minggu kehamilan. Sem ent ara it u, orifisium kelenjar keringat pert ama diident ifikasi pada kehamilan 16 minggu, namun daya afinit as orifisium kelenjar keringat pada reagen (bahan unt uk penelit ian) mengalami pengurangan sehingga orifisium keringat t idak t eramat i dengan umur kehamilan (Suzumori, 1980; Penrose and Ohara, 1973).

Pada janin dengan kromosom yang abnormal, kulit t ampak m engalam i ket erlambat an dua minggu at au lebih dibanding janin yang normal pada umur kehamilan yang sama (Suzumori, 1980). Di dalam bukunya Ant enat al and Neonat al Screening, Nicholas Wald menjelaskan prinsip dasar dari pemeriksaan sidik jari, yang dapat digunakan unt uk screening pengobat an pada penyakit spesifik dan menggunakan prosedur yang benar. Di dalam bukunya, ada dua f okus pent ing, yait u pada ibu dan janin. Pada kehamilan ibu, perhat ian dit ekankan pada penyakit , sepert i adanya diabet es, infeksi selama kehamilan, hipert ensi, kanker, yang berguna unt uk det eksi dini dan pencegahan. Sedangkan pada bayi baru lahir, biasanya lebih dit ekankan dalam hal genet ik, sepert i penyakit m et abolik, kanker, ket idaknormalan kromosom dengan perhat ian secara konsist en unt uk mendet eksi dan mencegah penyakit t ersebut (Row ly, 1984).


(30)

xxx

Analisis sidik jari t angan t erhadap 571 orang Habbanit yang dilakukan oleh Slat is, Kat znelson dan Bonne-Tamir pada t ahun 1976 m enunjukkan kesimpulan mengenai pola penurunan sidik jari. Sebuah t eori genet ik t elah dikembangkan. Teori ini menyat akan bahw a pola sidik jari dasar pada manusia adalah ulnar loop dan variasi gen m enyebabkan deviasi (penyimpangan) dari pola sidik jari dasar ini menjadi pola-pola lain. Gen-gen yang berpengaruh ant ara lain:

a. Gen semidominan unt uk pola w horl pada ibu jari tangan (sat u orang homozigot mempunyai pola w horl pada kedua ibu jari, yang lainnya m em punyai ulnar loop pada kedua ibu jari dan 288 orang het erozigot biasanya m empunyai dua pola ulnar loop at au sat u ulnar loop dan sat u w horl),

b. Gen semidominan unt uk pola w horl pada jari manis yang bekerja sepert i gen unt uk pola w horl pada ibu jari,

c. Gen dominan unt uk pola arch pada ibu jari dan seringkali pada jari t angan lain, d. Sat u at au lebih gen dominan unt uk pola arch pada jari t angan,

e. Gen dominan unt uk pola w horl pada semua jari t angan kecuali unt uk pola ulnar loop pada jari t engah,

f. Gen dominan unt uk radial loop pada jari t elunjuk, seringkali berhubungan dengan pola arch pada jari t engah,

g. Gen resesif unt uk pola radial loop pada jari manis dan kelingking.

Gen-gen ini dapat bekerja secara independen maupun epist asis (Slat is et al., 1976). Lingkungan janin t erbukt i berpengaruh t erhadap pola sidik jari (Okajima, 1975). Kejadian di dalam rahim berpengaruh t erhadap hasil dari suat u kehamilan. Sebagai cont oh, Int r a Ut erin Grow t h Ret ardat ion (IUGR) adalah kejadian dalam rahim yang m enimbulkan kesakit an at aupun kemat ian set elah lahir. Kejadian dalam


(31)

xxxi

rahim yang buruk dapat m enimbulkan kesehat an yang buruk pada kehidupan dew asa kelak (Pow er and Schulkin, 2004).

Plasent a m emproduksi molekul-molekul informasi dalam jumlah besar sepert i st eroid dan pept ida akt if yang m embant u dalam hal regulasi dan keseimbangan fisiologi ibu dan janin. Perubahan produksi dan pengat uran pada pept ida dan st eroid plasent a akan berpengaruh secara signifikan t erhadap perkembangan dan pert um buhan janin. Dengan kat a lain, plasent a menjadi pusat pengat uran fisiologi ibu dan janin (Pow er and Schulkin, 2004).

M at ernal aut osom yang t erlambat dalam duplikasinya, menim bulkan ket idakseimbangan genet ik yang dapat mempengaruhi perkembangan em brio yang bersifat merugikan dan kadang-kadang m enunjukkan ket erlambat an perkembangan organ. Oleh karena it u, neonat us dengan ket idaknormalan aut osom biasanya lebih kecil dibanding neonat us dengan aut osom normal (Suzum ori, 1980). Penelit ian oleh T. Reed dan R.S. Young m emperlihat kan adanya pengaruh mat ernal t erhadap organ janin (Reed dan Terry, 1982).

Hampir pada t iap gangguan di aw al kehamilan akan berakibat pada pola dermat oglifi. Sebagai cont oh pada keracunan t halidomide dan pada defek kongenit al pada t ungkai, yait u ect rodact ily. Pada ect rodact ily t erdapat malformasi pada t angan dan kaki yang sebabnya t idak diket ahui. Di sisi lain jika t erjadi defek lingkungan genet ik yang t idak mengenai t ungkai maka t idak t erdapat kelainan pola dermat oglifi. Sebagai cont oh t idak dit emukannya pola yang aneh pada penderit a phenylket onuria dan defek biokimia lain. Kont roversi t erjadi saat dit emukan adanya kelainan dermat oglifi pada penderit a skizofrenia (Penrose, 1968).


(32)

xxxii

Penelitian dengan PET (Positron Emission Tomography, yaitu

pengamatan terhadap metabolisme glukosa pada saat seseorang sedang

mengerjakan tes psikologi, pada penderita skizofrenia memperlihatkan

tingkat metabolisme yang rendah pada lobus frontalis. Kelainan syaraf ini

dapat pula dijelaskan sebagai akibat dari infeksi yang disebabkan oleh virus

yang masuk otak. Infeksi ini dapat terjadi selama perkembangan janin. Akan

tetapi jika kerusakan terjadi pada masa awal perkembangan seseorang,

pertanyaan yang muncul adalah mengapa psikosis ini baru muncul pada masa

dewasa. Weiberger mengatakan bahwa luka pada otak saling mempengaruhi

dengan proses perkembangan otak yang normal. Dengan demikian, luka pada

daerah tersebut belum berpengaruh pada masa awal sampai lobus frontalis

mulai berperan dalam perilaku (Davison

et al

., 1994).

Keterlibatan unsur genetik telah dianggap sebagai sebagai kondisi

yang melatarbelakangi gangguan psikosis, sebagaian besar karena hasil

penelitian yang distimulasi oleh ditemukannya obat-obat anti psikosis pada

level tertentu asumsi banyak kasus skizofrenia yang disebabkan oleh

keturunan. Pembuktian aktual keterkaitan kromosom dengan menggunakan

teori genetik molekuler sulit dilakukan secara pasti, baik karena kejadian

spesifik tidak dapat disamakan maupun karena adanya banyak gen yang

terlibat di dalamnya (Maramis, 2004).


(33)

xxxiii

B. Kerangka Berpikir

Ket erangan :

Garis put us-put us ( ) : M erupakan variabel yang t idak dit elit i Garis ut uh ( ) : M erupakan variabel yang dit elit i C. Hipotesis

Terdapat gambaran t ert ent u pada pola dermat oglifi t angan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah.

BAB III Fakt or M at ernal

saat Kehamilan

Konfigurasi Dermat oglif ik

Usia Dew asa

Dapat t erbaca

Tidak Terbaca

Skizofrenia Lingkungan,

st ress

Luka-luka, t erbakar, penyakit at au penyebab lain yang

t idak w ajar

Lingkungan, st ress Konf igurasi Dermat oglifik (Genet ik)


(34)

xxxiv

M ETODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelit ian ini adalah penelit ian deskript if dan analit ik dengan pendekat an cross sect ional (M urt i, 2007).

B. Lokasi Penelitian

Penelit ian dilakukan di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a (unt uk sampel pasien skizofrenia) dan Fakult as Kedokt eran UNS (unt uk sidik jari responden normal). C. Subyek Penelitian

1. Populasi

Subjek penelit ian adalah pasien-pasien skizofrenia yang t elah didiagnosis psikiat er sesuai dengan Pedoman Diagnost ik dari PPDGJ III di semua umur dan memiliki riw ayat keluarga (genet ik) skizofrenia yang diraw at di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dan responden normal yait u responden yang t idak m emiliki riw ayat ket urunan skizofrenia dan t idak sedang menderit a skizofrenia.

2. Sampel

Jumlah sampel yang digunakan adalah dengan cara purposif sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 pasien skizofrenia yang t elah didiagnosis psikiat er sesuai dengan Pedoman Diagnost ik dari PPDGJ III di semua umur dan memiliki riw ayat keluarga (genet ik) yang diraw at di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dan 30 responden normal yang t idak m emiliki riw ayat ket urunan skizofrenia dan t idak sedang menderit a skizofrenia.

3. Kriteria Subjek


(35)

xxxv

a. Responden pasien skizofrenia t erdiri dari 30 orang pasien yang t elah didiagnosis psikiat er sesuai dengan Pedoman Diagnost ik dari PPDGJ III, di semua umur, dengan riw ayat keluarga (genet ik) skizofrenia yang diraw at di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

b. Responden normal t erdiri dari 30 orang yang t idak memiliki riw ayat ket urunan skizofrenia dan t idak sedang menderit a skizofrenia.

c. Sem ua responden yang akan dit elit i bersedia unt uk mengikut i penelit ian. d. Yang diambil dat anya dan dit elit i adalah pola dermat oglifi t elapak t angan. D. Teknik Sampling

Sesuai dengan desain cross sect ional penelit ian ini, sampel responden dipilih dengan t eknik fixed disease sampling (M urt i, 2007). Kebut uhan ukuran sampel (sample size) diperkirakan berdasarkan sifat represent at ivit as sam pel agar t aksiran karakt erist ik populasi t idak menyi mpang jauh (Taufiqurrahman, 2004). Kebut uhan sampel sebanyak 60 orang meliput i 30 subyek unt uk sampel pasien skizofrenia dan 30 responden normal.

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Skizofrenia

2. Variabel t erikat : Pola dermat oglifi t angan

3. Variabel pengganggu :Segala hal yang m enyebabkan t idak t erbacanya pola sidik jari pada pasien skizofrenia maupun responden normal sepert i luka-luka, t erbakar, penyakit at au penyebab lain.

F. Definisi Operasional Variabel 1. Pasien Skizofrenia


(36)

xxxvi

Skizofrenia didefinisikan sebagai gangguan psikotik yang merusak

yang dapat melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi

(halusinasi), pembicaraan, emosi, dan perilaku. Yang dimaksud dengan pasien

skizofrenia di sini adalah pasien yang sudah didiagnosis oleh psikiater sesuai

dengan Pedoman Diagnosis PPDGJ III di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

Penelit ian akan dilakukan pada 30 pasien skizofrenia semua umur yang t elah m em enuhi persyarat an pada Pedoman Diagnost ik dari PPDGJ III dan m emiliki riw ayat keluarga (genet ik) skizofrenia. Adanya riw ayat genet ik dilihat pada genogram yang mana silsilah genet ik dari keluarga dan hubungan psikososialnya dilihat paling sedikit nya selama t iga generasi. Yang dimaksud dengan hubungan keluarga adalah bent uk keluarga int i (core family) dan ext ended f am ily. Keluarga int i (core family) t erdiri dari sepasang suami ist ri dengan anak-anaknya, baik anak kandung maupun anak angkat . Ext ended family t erdiri dari keluarga int i dit ambah dengan sanak saudara sepert i kakek, nenek, paman, bibi, kemenakan, saudara sepupu, dan sebagainya (Set iyohadi, 2006).

Alat ukur : diagnosis pasien skizofrenia oleh psikiat er sesuai dengan Pedoman Diagnost ik pada PPDGJ III yang diraw at di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Skala pengukuran : nominal dikot omik 2. Dermat oglifi

Dermat oglifi didefinisikan sebagai konfigurasi gurat an- gurat an di ujung jari manusia (Graham dan Brow n, 2005). Yang akan diperiksa di sini adalah pola dermat oglifi (w horl, arch, dan loop), jumlah ridge (TRC/Tot al Ridge Count), dan frekuensi t riradius t ot al (PII/ Pat t ern Int ensit y Index). Selain it u juga dengan m elihat


(37)

xxxvii

let aknya di area t elapak t angan yang mana. Tot al jum lah sulur pada jari t angan at au TRC (Tot al Ridge Count) diperoleh dengan menghit ung jumlah sulur masing-masing jari yang disilangi oleh garis lurus yang dit arik dari t riradius ke pusat at au int i pola yang berdekat an kemudian menghit ung t ot alnya unt uk 10 jari. Whorl ada dua, yang t erbesar yang dicat at . Pat t ern Int ensit y Index (PII) jari diperoleh dengan m enghit un g t ot al t riradius dari sepuluh jari. PII t elapak t angan dipast ikan dengan menghit un g jumlah loop pada 5 area t elapak t angan. W horl dianggap sebagai 2 loop (Naffah, 1977).

Alat ukur : observasi hasil pola dermat oglifi t iap-t iap jari pada 10 jari t angan pasien skizofrenia di kert as F4 70gr set elah pencelupan jari t angan pada t int a di st empad.

Skala pengukuran : nominal polikot omik.

G. Instrumen Penelitian

1. Dat a prim er sidik jari pasien skizofrenia dan responden normal diperoleh dengan menganalisis hasil pola dermat oglifi t iap-t iap jari pada 10 jari t angan pasien skizofrenia dan responden normal di kert as F4 70gr set elah pencelupan jari t angan pada t int a di st empad

2. Dat a sekunder informasi ada t idaknya fakt or ket urunan pada pasien skizofrenia dilakukan dengan m elihat dat a rekam medis (st at us kesehat an) pasien.

3. Dat a primer informasi ada t idaknya fakt or ket urunan pada responden normal dilakukan dengan w aw ancara secara langsung.


(38)

xxxviii

M enghit ung Pola Dermat oglifi t iap-t iap jari pada10 jari t angan

Pengambilan sidik 10 jari t angan

30 pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a

Perhit ungan secara analit ik Penilaian secara deskript if 30 orang responden


(39)

xxxix

I. Alat Dan Bahan 1. Tint a hit am 2. Kert as F4 70 gr

3. St empad st empel t angan/ bak t empat t angan 4. Lap kering

5. Sabun cuci 6. Lup J. Cara Kerja

1. M encari 30 orang pasien skizofrenia di semua umur yang m emiliki riw ayat genet i k skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

2. M encari 30 orang responden normal di sem ua um ur yang t idak memiliki riw ayat genet ik skizofrenia

3. M engambil sidik jari t angan dengan cara menempelkan t elapak t angan pada st empad/ bak t em pat t angan dan melet akkannya pada kert as F4 70 gr.

4. M enganalisis dengan menghit ung hasil dermat oglifi t iap-t iap jari pada10 jari t angan pasien skizofrenia dan responden normal.

5. M enghit ung pola sidik jari, jumlah ridge (TRC / Tot al Ridge Count), dan frekuensi t riradius t ot al (PII/ Pat t ern Int ensit y Index).

K. Teknik dan Analisis Data

Ada at au t idak adanya gambaran pola dermat oglif i t angan t ert ent u pada pasien skizofrenia dihit ung secara analit ik dan deskript if set elah dibandingkan dengan pola dermat oglifi pada responden normal. Dat a yang diperol eh dianalisis dengan uji komparat if variabel kat egorikal dua kelompok t idak berpasangan. Uji


(40)

xl

komparat if variabel kat egorikal dua kelompok t idak berpasangan ada t iga, yait u uji Chi square dan Fisher (paramet rik) dan uji Kolmogorov smirnov (nonparam et rik). Syarat uji Chi square yang harus dipenuhi adalah sel yang m empunyai nilai expect ed kurang dari 5 maksimal berjumlah 20%. Apabila syarat ini t idak t erpenuhi, alt ernat if selanjut nya adalah uji Fisher. Jika t idak memenuhi juga maka memakai uji nonparamet rik Kolmogorov smirnov. Dat a diolah dengan St at ist ical Product and Service Solut ion (SPSS) 16,0 for Window s dengan t ingkat signifikansi 0.05.

Cara pengambilan kesimpulan analisis :

Ho diterima dan Hı

dit olak bila p > 0.05

Hı diterima dan Ho ditolak bila

p < 0,05 Ket erangan :

Ho : Tidak t erdapat perbedaan signifikan pola dermat oglifi t angan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a

Hı : Terdapat

perbedaan signifikan pola dermat oglifi t angan pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Sedangkan penilaian secara deskript if dilakukan dengan membandingkan pola sidik jari, jumlah sulur (TRC) dan frekuensi t riradius t ot al (PII) pada pasien skizofrenia dan responden normal.

BAB IV HASIL PEN ELITIAN


(41)

xli

A. Hasil Penelitian

Pada bulan Agust us 2009 t elah dilakukan pengambilan sampel sidik jari pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dan sampel sidik jari pada responden normal (t idak memiliki riw ayat keluarga penderit a skizofrenia dan t idak sedang menderit a skizofrenia). Responden berju mlah 60 orang yang m eliput i 30 pasien skizofrenia dengan riw ayat keluarga penderit a skizofrenia dan 30 oran g responden normal yait u t idak memiliki riw ayat keluarga penderit a skizofrenia dan t idak sedang m enderit a skizofrenia. Dari 60 responden didapat kan dat a sebagai berikut :

Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelit ian

No. Ket erangan Jumlah Persent ase

1 Jenis Kelamin

-pasien skizof renia laki-laki -pasien skizof renia perempuan

19 11

63,3% 36,7%

Jumlah 30 100%

Jenis Kelamin

-responden normal laki-laki -responden normal perempuan

1 29

3,3% 96,7%

Jumlah 30 100%

2 St at us Responden -pasien skizof renia -normal

30 30

50% 50%

Jumlah 60 100%


(42)

xlii

Dari t abel 1 diperoleh subjek penelit ian ant ara lain pasien skizofrenia laki-laki sebanyak 19 orang (63,3%), pasien skizofrenia perempuan sebanyak 11 oran g (36,7%) sedangkan responden normal laki-laki sebanyak 1 orang (3,3%) dan responden normal perempuan sebanyak 29 orang (96,7%). Responden yang merupakan pasien skizofrenia sebanyak 30 orang (50%) dan yang m erupakan responden normal sebanyak 30 orang (50%).

Diagnosis skizofrenia dan adanya riwayat keluarga penderita pada

pasien skizofrenia dilihat pada status kesehatan pasien (data sekunder) di

Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Diagnosis skizofrenia ini ditegakkan oleh

psikiater sesuai dengan Pedoman Diagnosis PPDGJ III di Rumah Sakit Jiwa

Daerah Surakarta. Sedangkan responden normal ditegakkan dengan

mengadakan wawancara seputar riwayat penyakit skizofrenia dan saat ini

sedang tidak menderita skizofrenia (data primer).

Dari 30 pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dan 30 responden normal didapat kan dat a pola sidik jari pada 10 jari sebagai berikut . Tabel 2. Pola Sidik Jari Pasien Skizofrenia*

Pola Digit i Dext ra Digit i Sinist ra I II III IV V I II III IV V

Whorl 11 7 4 11 8 11 8 2 10 1

Ulnar Loop 14 19 24 15 18 15 14 23 18 25

Radial Loop 2 2 2 3 3 1 4 3 1 3

Archus 3 2 0 1 1 3 4 2 1 1

Jumlah 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Sumber : Dat a primer Agust us 2009


(43)

xliii

* ) t abel out put SPSS unt uk st at ist ik pola sidik jari dapat dilihat pada lampiran 3 Tabel 3. Pola Sidik Jari Responden Normal*

Pola Digit i Dext ra Digit i Sinist ra I II III IV V I II III IV V

Whorl 7 4 3 9 7 7 7 3 6 9

Ulnar Loop 17 11 19 15 18 17 12 19 19 17

Radial Loop 3 7 3 4 3 1 3 4 3 2

Archus 3 8 5 2 2 5 8 4 2 2

Jumlah 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 Sumber : Dat a primer Agust us 2009

* ) t abel out put SPSS unt uk st at ist ik pola sidik jari dapat dilihat pada lampiran 3 Tabel 2 dan 3 menunjukkan dist ribusi pola sidik jari (dermat oglif i) pada pasien skizofrenia dan responden normal. Pola sidik jari dibagi at as pola w horl, ulnar loop, radial loop, dan archus. Pemeriksaan sidik jari dilakukan pada 10 jari baik pada pasien skizofrenia maupun pada responden normal. Jari I adalah pollex (digit us primus), jari II adalah index (digit us medius), jari III adalah digit us medius (t ert ius), jari IV adalah digit us anularis (quart us), dan jari V adalah digit us minimus (quint us).

Jumlah sulur (Tot al Ridge Count) pada pasien skizof renia dan responden normal dikelompokkan dalam klasifikasi nilai TRC<10 dan nilai TRC≥ 10. Nilai p menunjukkan nilai peningkat an jumlah sulur (TRC) apakah t erdapat peningkat an secara signif ikan at au t idak jika dibandingkan ant ara pasien skizofrenia dengan responden normal.

Tabel 4. Jumlah Sulur (TRC) Pasien Skizof renia dan Responden Normal* Ket erangan TRC <10 TRC ≥ 10 Jumlah


(44)

xliv

Jari I Dext ra

-Pasien Skizof renia -Responden Normal 25 21 5 9 30 30 Jari II Dext ra

-Pasien Skizof renia -Responden Normal 16 14 14 16 30 30 Jari III Dext ra

-Pasien Skizof renia -Responden Normal 19 16 11 14 30 30 Jari IV Dext ra

-Pasien Skizof renia -Responden Normal 20 20 10 10 30 30 Jari V Dext ra

-Pasien Skizof renia -Responden Normal 19 14 11 16 30 30 Jari I Sinist ra

-Pasien Skizof renia -Responden Normal 23 18 7 12 30 30 Jari II Sinist ra

-Pasien Skizof renia -Responden Normal 12 14 18 16 30 30 Jari III Sinist ra

-Pasien Skizof renia -Responden Normal 19 15 11 15 30 30


(45)

xlv

Jari IV Sinist ra

-Pasien Skizof renia -Responden Normal 18 21 12 9 30 30 Jari V Sinist ra

-Pasien Skizof renia -Responden Normal 15 16 15 14 30 30 Sumber : Dat a primer Agust us 2009

* ) t abel out put SPSS unt uk st at ist ik TRC dapat dillihat pada lampiran 5

Nilai PII (Pat t ern Int ensit y Index) pada pasien skizofrenia jika dibandingkan dengan responden normal juga dikelompokkan dalam klasifikasi PII<10 dan PII≥10. Tabel 5. Nilai PII Pasien Skizofrenia dan Responden Normal*

Ket erangan PII < 10 PII ≥ 10 Jumlah Pasien skizofrenia Responden normal 5 8 25 22 30 30 Sumber : Dat a primer Agust us 2009

* ) t abel out put SPSS unt uk st at ist ik PII dapat dillihat pada lampiran 4

Dari t abel 5 dit erlihat bahw a nilai PII <10 unt uk pasien skizofrenia sebanyak 5 orang (8,3%) dan unt uk responden normal sebanyak 8 orang (13,3%), sedangkan nilai PII ≥10 pada pasien skizofrenia sebanyak 25 orang (41,7%) dan pada responden normal sebanyak 22 orang (36,7%).


(46)

xlvi

B. Analisis Data

1. Penilaian Secara Analitik

Dat a yang diperoleh dalam penelit ian ini dianalisis secara analit ik menggunakan uji analisis Chi Square (X²) at au uji alt ernat ifnya jika t idak m em enuhi, yang diolah m enggunakan St at ist ical Product and Service Solut ion (SPSS) 16 for Window s dengan hasil sebagai berikut : Apabila harga p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahw a Ho dit erima dan H1 dit olak (t idak ada hubungan), dan demikian sebaliknya.

Tabel 6. Hasil Perhit ungan Pola Sidik Jari*

Perhit ungan Ket erangan

Digit i I Dext ra p= 0.952 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari I dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i II Dext ra p= 0.035 Terdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari II dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dimana pola ulnar loop mendominasi.

Digit i III Dext ra p= 0.586 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari III dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i IV Dext ra p= 1.000 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari IV sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i V Dext ra p= 1.000 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari IV sinist ra


(47)

xlvii

dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i I Sinist ra p= 0.998 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari IV sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i II Sinist ra p= 0.952 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari IV sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i III Sinist ra p= 0.998 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari IV sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i IV Sinist ra p= 0.952 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari IV sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i V Sinist ra p= 0.236 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara pola sidik jari pada jari V sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dimana pola ulnar loop mendominasi.

* )t abel out put SPSS unt uk st at ist ik Pola Sidik Jari dapat dilihat pada lampiran3 Tabel 7. Hasil Perhit ungan Jumlah Sulur (TRC)*

Perhit ungan Ket erangan

Digit i I Dext ra p= 0.222 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari I dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i II Dext ra p= 0.606 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari II dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit


(48)

xlviii

Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i III Dext ra p= 0.432 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari III dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i IV Dext ra p= 1 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari IV dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i V Dext ra p= 0.194 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari V dext ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i I Sinist ra p= 0.165 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari I sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i II Sinist ra p= 0.165 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari II sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i III Sinist ra p= 0.297 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari III sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i IV Sinist ra p= 0.417 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari IV sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

Digit i V Sinist ra p= 0.796 Tidak t erdapat perbedaan yang signifikan ant ara jumlah sulur (TRC) pada jari V sinist ra dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.


(49)

xlix

Hasil Perhit ungan nilai PII (Pat t ern Int ensit y Index) pada pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dengan responden normal nilai p= 0.347 (lampiran 4), maka dapat disimpulkan bahw a H0 dit erima dan H1 dit olak at au t idak ada perbedaan yang signifikan ant ara nilai PII dengan kejadian skizofrenia di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a.

2. Penilaian Secara Deskriptif

Gambaran secara deskript if at as dat a sidik jari yang t elah di dapat t erlihat sepert i pada t abel di baw ah ini.


(50)

l

Tabel 8. Frekuensi Pola Sidik Jari dan Jumlah Triradius Tot al (PII) pada Pasein Skizofrenia Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a

No. Ulnar Loop Radial Loop Whorl Archus

PII

Dex Sin Dex Sin Dex Sin Dex Sin

1. 2 4 - - 3 1 - - 10 14

2. - - 3 2 2 3 - - 10 15

3. 3 4 - - 2 1 - - 10 13

4. 4 4 - - - - 1 1 10 8

5. - 4 4 - - - 1 1 10 8

6. - - - 1 5 4 - - 10 19

7. 4 3 - 1 1 1 - - 10 12

8. - - 5 5 - - - - 10 10

9. 1 - - - 1 - 4 5 10 3

10. 4 3 - - 1 1 - 1 10 11

11. 4 4 - - - - 1 1 10 8

12. 5 4 - 1 - - - - 10 10

13. 5 3 - - - 2 10 8

14. 3 4 - - 2 1 - - 10 13

15. - 1 - - 5 4 - - 10 19

16. 4 3 - - 1 2 - - 10 13

17. 2 2 - - 3 3 - - 10 16

18. 5 5 - - - 10 10

19. 2 3 - - 3 2 - - 10 15


(51)

li

21. 5 5 - - - 10 10

22. 3 4 - - 2 1 - - 10 13

23. 4 5 - - 1 - - - 10 11

24. - - - 1 5 4 - - 10 19

25. 2 3 - 1 2 1 1 - 10 12

26. 5 3 - - - 2 - - 10 12

27. 5 5 - - - 10 10

28. 5 4 - - - 1 - - 10 11

29. 4 5 - - 1 - - - 10 11

30. 5 5 - - - 10 10

90 94 12 12 41 33 8 11 300 356

% 29,9% 31,2% 4% 4% 13,6% 11% 2,7% 3,7%

100%

Rat a 61,1% 8% 24,6% 6,3% 11,87


(52)

lii

Tabel 9. Frekuensi Pola Sidik Jari dan Jumlah Triradius Tot al (PII) pada Responden Normal

No. Ulnar Loop Radial Loop Whorl Archus

PII

Dex Sin Dex Sin Dex Sin Dex Sin

1. - - 5 3 - 2 - - 10 12

2. 2 2 - - 2 2 1 1 10 12

3. 2 3 - - 3 1 - 1 10 13

4. 4 4 - 1 - - 1 - 10 9

5. 2 3 - - - - 3 2 10 5

6. 5 2 - 3 - - - - 10 10

7. 3 4 - - 2 1 - - 10 13

8. - - - - 5 5 - - 10 20

9. 1 - - - 4 5 - - 10 19

10. 4 3 - - 1 2 - - 10 13

11. 5 5 - - - 10 10

12. 5 4 - - - 1 10 9

13. 5 4 - - - 1 10 9

14. 4 4 - - 1 1 - - 10 12

15. 2 2 2 2 - 1 1 - 10 10

16. - - - 5 5 10 0

17. 2 3 1 - - - 2 2 10 6

18. - 1 - - - - 5 4 10 8

19. 3 3 - - - - 2 2 10 6


(53)

liii

21. - 3 5 2 - - - - 10 10

22. 1 - - - 4 5 - - 10 20

23. 4 3 - - 1 2 - - 10 13

24. 4 4 1 - - 1 - - 10 11

25. 4 5 1 - - - 10 10

26. 3 5 - - 2 - - - 10 12

27. 4 4 1 1 - - - - 10 10

28. 2 3 - - 3 2 - - 10 15

29. 2 2 1 - 2 2 - 1 10 13

30. 5 4 - 1 - - - - 10 10

80 84 20 13 30 32 20 21 300 330

% 26,7% 28% 6,7% 4,3% 10% 10,7% 6,7% 7% 100%

Rat a 54,7% 11% 20,7% 13,7% 11

Sumber : Dat a primer Agust us 2009

Pada t abel 8 dan 9 dapat dilihat bahw a frekuensi sidik jari sangat bervariasi. Pada t abel 8 sebanyak 61,1% pasien skizofrenia berpola ulnar loop, kemudian 24,6% berpola w horl, 8% berpola radial loop, dan 6,3% berpola archus. Sedangkan pada t abel 9 probandus normal yang berpola ulnar loop sebanyak 54,7%, w horl sebanyak 20,7%, archus 13,7% dan radial loop 11%. Jika digambarkan dalam bent uk diagram t ampak sepert i diagram 1 di baw ah ini.

Diagram 1. Frekuensi Pola Sidik Jari Pasien Skizof renia RSJD Surakart a dan Responden Normal


(54)

liv

Tabel 10. Jumlah Sulur pada Ujung Jari Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiw a Daerah Surakart a dan Responden Normal

No Skizof renia Normal

L/ P Kanan Kiri Tot al L/ P Kanan Kiri Tot al

1. L 82 70 152 P 63 72 135

2. L 71 81 152 P 44 34 78

3. L 63 63 126 P 74 39 113

4. L 24 24 48 P 35 41 76

5. L 34 25 59 P 16 25 41

6. L 76 74 150 P 60 48 108

7. L 79 67 146 P 65 62 127

8. P 64 50 114 P 91 82 173

9. P 25 0 25 P 57 58 115

10. P 64 77 141 P 55 55 110

11. P 42 45 87 P 21 22 43

12. P 61 53 114 P 20 15 35

13. P 30 16 46 P 46 33 79


(1)

lxx

associat ion bet w een derm at oglyphics and schizophrenia by using fingerprint asymm etry m easures. NIM H.

Kaplan and Sadock. 1997. Sinopsis Psikiat ri Jilid I. Edisi ke-7. Jakart a : Bina Rupa Aksara.

Karlsson H., Bachman S., Johannes S., M cArthur J., Fuller Torrey G., Yolken H. 2001. Ret roviral RNA ident ified in t he cerebrospinal fluids and brains of individuals with schizophrenia. Proceedings of t he Nat ional Academy of Science of The Unit ed St at es of America, 98 (8): 4634-9.

Kem ali D., Polani N., Polani P.E., Arnat i A. 1976. A derm at oglyphic st udy of 219 it alian schizophrenic m ales. Clinical Genet ics, 9 :51-60.

Kum ala P dan Nusw ant ari D. 2002. Kamus Saku Kedokt eran Dorland. Ed25. Jakart a: EGC

Loesch D.Z. 1983. Quantitat ive Dermat oglyphics. Classificat ion, Genet ics, and Pat hology. Oxford M onographs on M edical Genet ics. Oxford , England : Oxford Universit y Press.

Lacroic B., Wolff-Quenot M .J., Haffen K. 1984. Early hum an hand morphology: an est imat ion of fet al age. Early Human Development, 9:127-36.

Leeson V.C. 2009. IQ as predict or of functional out come in schizophrenia : a longitudinal, four year st udy of first -episode psychosis. PubM ed Cent ral.

Loesch D.Z., Huggins R.M ., Taylor a.k. 2002. Applicat ion of robust pedigree analysis in studies of complex genot ype-phenot ype releat ionships in fragile X syndrome. American Journal of M edical Genet ics, 107:136-42.

M ansjoer A. 2007. Kapit a Selekt a Kedokt eran. Jakart a: FK UI.

M aram is W .F. 2004. Cat at an Ilmu Kedokt eran Jiwa. Cet akan ke-8. Surabaya : Airlangga Universit y Press.

M arkow T.A., Wandler K. 1985. Fluctuat ing derm at oglyphic asymm et ry and the genet ics of liabilit y t o schizophrenia. Psychiat ry Research, 19: 232-328.


(2)

lxxi

M aslim R. 2001. Diagnosis Gangguan Jiw a dari PPDGJ III. Cet akan I. Jakart a : PT Nuh Jaya.

M c Cabe M .S., Fow ler R.C., Cadoret R.J., Winokur R.G. 1971. Familial differences in schizophrenia with good and poor prognosis. Psychological M edicine, I :326.

M cLeod D.R., Coupland S.G. 1992. Asym m et ry quantification utilizing hand radiographs. American Journal of M edical Genet ics, 44: 321-25.

M oller A.P., Thornhill R. 1997. A met a-analysis of t he herit abilit y of developmental st abilit y. Journal of Evolutionary Biology, 10:1-16.

M ellor C.S. 1992. Derm at oglyphic evidence of fluct uating asym met r y in schizophrenia. British Journal of Psychiat ry, 160: 467-72. M oldin S.O., Got t esman I.I. 1997. At issue : genes, experience, and

chance in schizophrenia-posit ioning for the 21st cent ury. Schizophrenia Bullet in, 23(4): 547-61.

M oore S.J., M unger B.L. 1989. The early ont ogeny of t he afferent nerves and papillary ridges in human digit al glabrous skin. Development al Brain Research, 48: 119-41.

M urphy K.C., Ow en M .J. 1996. M inor Physical anom alies and their releat ionship t o the et iology of schizophrenia. Brit ish Journal of Psychiat ry, 168:789-90.

M urt i B. 1997. Prinsip Dan M et ode Riset Epidemiologi. Ed 1.Yogyakart a : Gajah M ada Universit y Press.

M urt i B. 2007. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelit ian Kuantit at if dan Kualitat if di Bidang Kesehat an. Yogyakart a : Gajah M ada Universit y Press.

M urthy R. Srinivasa and N.N.Wig. 1977. Derm at oglyphics in schizophrenia : the relevance of posit ive family history. Brit h F. Psychiat ry 130, pp : 56-8.


(3)

lxxii

Naffah J. 1977. Derm at oglyphic analysis : anthropological and medical aspect s. Bullet in of The New York Academy of M edicine

Okajim a. 1975. Journals of M edical Genet ics Development of Dermal Ridge in The Fet us.

Pasm osa L. S. 1968. M em orandum on derm at oglyphic nom enclature (ed. Bergsm a, D.). Birt h Defect s OriginalArt icles Series, Vol. IV, No. 3. The Nat ional Foundat ionale. New York : M arch of Dim es.

Penrose L.S. 1968. M edical significance in fingerprint s and relat ed phenomena. British M edical Journal, pp: 321-5.

Penrose L.S. 1971. Finger-print s, palm s, and chrom osom e. In : Levine (ed). Papers of Genet ics, A Book of Reading. St Louis : The CV M osby Comp, pp: 208-9.

Penrose dan Ohara. 1973.The Development of t he Epiderm al Ridges. Journal of M edicine Genet ics 10: 201.

Pow er M .L. and Schulkin J. 2004. Int roduct ion : brain and placent a, birth and behaviour, health and disease.CM A Journal.

Pulver A.E. 2000. Search for schizophrenia suscept ibilit y genes. Biological Psychiat ry, 47:221-30.

Rafi’ah Rt St, Sat moko, Suryadi R., Ram elan W., Yusuf, Yuniar, Lut fiah SN, Tajuddin M K, dan Syahrum M H. 1980. Pola TRC dan TTC jari-jari kelompok khusus sarjana dan kelom pok umum. M ajalah Kedokt eran Indonesia. 8 : 198-201.

Rajangam S., Janakiram S., Thom as I.M . 1995. Derm at oglyphics in dow n’s syndrome. Journals of The Indian M edical Associat ion, 93: 10-30.

Raphael T. & Raphael L. G. 1962. Finger print s in schizophrenia. Journal of American M edical Association.


(4)

lxxiii

Reed, Evans, Nort on, and Chrst ian. 1979. M at ernal effect s on fingert ip derm at oglyphics.Am J Hum Genet 33, pp. 315 -23. Reed dan Terry. 1978. Dermat oglyphics. An Int ernat ional Perspect ive.

Edit ed by J. M avalw ala. The Hague/ Paris: M outon publishers: 383.

Reed dan Terry. 1982. M at ernal effect s in dermat oglyphics : similarit ies from t w in st udies among palm ar, plant ar, and fingert ip variables. Am erican Societ y of Hum an Genet ics. Am J Hum Genet 34, hal : 349-52.

Rosida L., Panghiyangani R., dan Kart ika Y. 2005. Gam baran sidik jari t angan suku dayak merat us di desa haruyan kecam at an hant akan kalim ant an selat an. Naskah Lengkap PIN dan Konas PAAI Yogyakart a.

Rosida L. dan Resalina P. 2006. Gambaran dermat oglifi penderit a sindrom Down di Banjarm asin dan M art apura Kalim anyan Selat an.Jurnal Anat omi Indonesia.

Rot hhamm er F., G. Pereira, A. Cam ousseight , M . Benado. 2008. Derm at oglyphics in schizophrenic patient s. Depart m ent of Genet ics, M edical School, and Depart m ent of Biology, Facult y of Science, Universit y of Chile, Santiago. Int ernational Journals of Human and M edical Genet ics.

Row ly T.P. 1984. Ant enat al and Neonat al Screening. Oxford , England : Oxford Universit y Press: 573.

Sadock B.J, Sadock V.A. 2003. Schizophrenia in Synopsis of Psychiat ry. 9th edition. Philadhelpia : Lippincott Williams and Wilkins, pp : 484-6, 497-500.

Saha S., Loesch D., Chant D., Welham J., El-Saadi O.,Fananas L., M ow ry B., M cGrat h J. 2003. Direct ional and fluctuating asymm et ry in finger and a-b ridge count s in psychosis : a case cont rol st udy. BM C Psychiat ry

Schaumann B.A., Optiz J.M . 1991. Clinical Aspect s of derm at oglyphics. Birt h Defect s Original Article Series, 27(2): 193-228.


(5)

lxxiv

Schooler N.R., Boothe H., Goldberg S.C. 1971. Life hist ory and sym pt om s in schizophrenia. Archives of General Psychiat ry, 25: 138.

Set iyohadi B. 2006. Kesehat an Keluarga. In : Sudoyo A.W , Set iyohadi B., Alwi I., Simadibrat a M ., Set iati S. (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakir Dalam. Jakart a : FK UI, p: 110

Sivkov St evan T., Akabaliev Valent in H., Kaleva Nart sis N. 2009. Comparat ive derm at oglyphic st udy of schizophrenic pat ient s : evidence of t he neurodevelopm ent al model of schizophrenia. Follia M edica Proquest M edical Library.

Slat is H., M arisa and Bat sheva B. 1976. The Inerit ance of fingerprint pat t erns. Am J Hum Genet 28, pp: 280-9.

Soltan, Hubert C., Cearw ater K. 1965. Dermat oglyphics in t ranslocation Down’s syndrome.

St ow ens Daniel, Sammon Jr John W, Proct or Albert . 2005. Derm at oglyphics in fem ale schizophrenia. Psychiat ric Quart erly Journal, pp:516-32.

Suryadi R. 1993. Pola Sidik Jari Dan Jumlah Sulur Tot al M ahasisw a FK UI. M ajalah Kedokt eran Indonesia 343 (12): 751-54.

Suryadi R., Sat moko, Rafi’ah Rt St , Syahrum M H, dan Ram elan W.1981. Pola Sidik Jari Dan Tot al Ridge Count Kelompok Residivis Di Indonesia. Konas Biologi V Semarang.

Suryo. 1997. Genet ika M anusia. Yogyakart a : Gadjah M ada Universit y Press, pp: 259-64.

Susser E., Neugebauer R., Hoek H.W., Brown A.S., Lin S., Labovitz D., Gorm an J.M . 1996. Schizophrenia aft er prenat al fam ine : furt her evidence. Archives of General Psychiat ry, 53:25-31. Suzanne, Laplant e D., Joober R. 2005. Underst anding put at ive risk

fact or for schizophrenia : ret rospect ive and prospect ive st udies. BM C Psychiat ry.


(6)

lxxv

Suzumori K. 1980. Derm at oglyphic. Analysis of Fet uses w it h Chromosom al Abnormalities. American Societ y of Human Genet ics 32, hal : 859-68

Taufiqurrahm an M . A. 2004. Pengantar M et odologi Penelit ian untuk Ilmu Kesehat an. Klat en : CSGF, hal : 8-10.

Torrey E.F. 1999. Epidemiological com parison of schizophrenia and bipolar disorder. Schizophrenia Research, 39:101-6.

Tsuang M .T. 1998. Recent advances in genet ics research on schizophrenia. Journal of Biomedical Science, 5(1): 28-30. Tsuang M .T. 2000. Schizophrenia: genes and environm ent. Biological

Psychiat ry, 47:210-20.

W addington J.L., Lane A., larkin C., O’Callaghan E. 1999. The neurodevelopm ent al basis of schizophrenia : clinical clues from cerebro-craniofacial dysm orphogenesis and t he root s of a lifet im e t raject ory of disease. Biological Psychiat ry, 46: 31-9. W ang Jen-Feng, Chen-Liang Lin, Chen-W en Yu, Yung-Hsien Chang,

Teng-Yi Chen, Kuang-Pin Su, M ark L. Nagurka. 2008. Det ermining associat ion bet w een derm at oglyphics and schizophrenia by using fingerprint asymm et ry m easures. Int ernat ional Journal of Pat t ern Recognit ion and Art ificial Int elligence (IJPRAI), pp:601-16.

W ikipedia Foundation. 2008. M esolimbic Pat hw ay, M esocort ex Pat hway, Nigrost riat al Pathway, Tubuloinfundibular Pat hw ay. ht tp:/ / w ikipedia.org (23 M aret 2009)

W ikipedia Foundation. 2009. Serot onin. ht tp:/ / w ikipedia.org (23 M aret 2009)


Dokumen yang terkait

Pengaruh Relaksasi Progresif terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta

0 2 8

GAMBARAN STATUS MENTAL PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Gambaran Status Mental Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Soedjarwadi Klaten.

0 3 19

GAMBARAN STATUS MENTAL PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Gambaran Status Mental Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Soedjarwadi Klaten.

0 1 14

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN SKIZOFRENIA TAK TERORGANISIR DI RUMAH SAKIT Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Pasien Skizofrenia Tak Terorganisir Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 6 14

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB SKIZOFRENIA (STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA) Faktor-Faktor Penyebab Skizofrenia (Studi Kasus Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta).

1 5 11

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB SKIZOFRENIA (STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA) Faktor-Faktor Penyebab Skizofrenia (Studi Kasus Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta).

0 7 16

PENERIMAAN KELUARGA TERHADAP PASIEN SKIZOFRENIA YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Penerimaan Keluarga Terhadap Pasien Skizofrenia Yang Menjalani Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 0 19

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 1 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 0 8

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 1 8