Hubungan Skizofrenia Dengan Dermat oglifi Tangan

xxviii 3. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh- gelisah excitement, posisi tubuh tertentu posturing, atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor 4. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosinal yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. c. Adanya gejala- gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal d. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan overall quality dari beberapa aspek perilaku pribadi personal behaviour, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri self absorbed attitude, dan penarikan diri secara sosial Maslim R., 2001.

3. Hubungan Skizofrenia Dengan Dermat oglifi Tangan

Proses perkembangan organ janin yang m engalami perubahan dapat dihubungkan dengan umur kronologis. Bent uk differensiasi kulit dapat diperiksa dengan Okajima. Permukaan at au luaran kulit dari seorang janin manusia menunjukkan perubahan yang berart i ant ara 12 dan 30 minggu kehamilan. Selama minggu 12 dan 13 t erjadi undulasi pada dermoepidermal junct ion kemudian alur primer dan gambaran berbukit t erdiferensiasi. Alur sekunder t erbent uk pada xxix minggu 18 dan 19. Pada bulan ket ujuh t erjadi diferensiasi dan perkembangan papilla dermis di sulur sekunder. Papilla dermis yang semula t ersusun di ant ara dua sulur ganda pada epidermis berubah jumlah, bent uk, ukuran dan susunan selam a masa kehamilan dan berubah set elah lahir Okajima, 1975. M enurut pengamat an Okajima, pola ridge kulit pert ama muncul pada umur 13 minggu kehamilan, pola ridge kulit yang kedua mulai differensiasi dari umur 19 minggu, dan papilla kulit pert ama kali diket ahui pada 23-25 minggu kehamilan. Sem ent ara it u, orifisium kelenjar keringat pert ama diident ifikasi pada kehamilan 16 minggu, namun daya afinit as orifisium kelenjar keringat pada reagen bahan unt uk penelit ian mengalami pengurangan sehingga orifisium keringat t idak t eramat i dengan umur kehamilan Suzumori, 1980; Penrose and Ohara, 1973. Pada janin dengan kromosom yang abnormal, kulit t ampak m engalam i ket erlambat an dua minggu at au lebih dibanding janin yang normal pada umur kehamilan yang sama Suzumori, 1980. Di dalam bukunya Ant enat al and Neonat al Screening , Nicholas Wald menjelaskan prinsip dasar dari pemeriksaan sidik jari, yang dapat digunakan unt uk screening pengobat an pada penyakit spesifik dan menggunakan prosedur yang benar. Di dalam bukunya, ada dua f okus pent ing, yait u pada ibu dan janin. Pada kehamilan ibu, perhat ian dit ekankan pada penyakit , sepert i adanya diabet es, infeksi selama kehamilan, hipert ensi, kanker, yang berguna unt uk det eksi dini dan pencegahan. Sedangkan pada bayi baru lahir, biasanya lebih dit ekankan dalam hal genet ik, sepert i penyakit m et abolik, kanker, ket idaknormalan kromosom dengan perhat ian secara konsist en unt uk mendet eksi dan mencegah penyakit t ersebut Row ly, 1984. xxx Analisis sidik jari t angan t erhadap 571 orang Habbanit yang dilakukan oleh Slat is, Kat znelson dan Bonne-Tamir pada t ahun 1976 m enunjukkan kesimpulan mengenai pola penurunan sidik jari. Sebuah t eori genet ik t elah dikembangkan. Teori ini menyat akan bahw a pola sidik jari dasar pada manusia adalah ulnar loop dan variasi gen m enyebabkan deviasi penyimpangan dari pola sidik jari dasar ini menjadi pola-pola lain. Gen-gen yang berpengaruh ant ara lain: a. Gen semidominan unt uk pola w horl pada ibu jari tangan sat u orang homozigot mempunyai pola w horl pada kedua ibu jari, yang lainnya m em punyai ulnar loop pada kedua ibu jari dan 288 orang het erozigot biasanya m empunyai dua pola ulnar loop at au sat u ulnar loop dan sat u w horl, b. Gen semidominan unt uk pola w horl pada jari manis yang bekerja sepert i gen unt uk pola w horl pada ibu jari, c. Gen dominan unt uk pola arch pada ibu jari dan seringkali pada jari t angan lain, d. Sat u at au lebih gen dominan unt uk pola arch pada jari t angan, e. Gen dominan unt uk pola w horl pada semua jari t angan kecuali unt uk pola ulnar loop pada jari t engah, f. Gen dominan unt uk radial loop pada jari t elunjuk, seringkali berhubungan dengan pola arch pada jari t engah, g. Gen resesif unt uk pola radial loop pada jari manis dan kelingking. Gen-gen ini dapat bekerja secara independen maupun epist asis Slat is et al., 1976. Lingkungan janin t erbukt i berpengaruh t erhadap pola sidik jari Okajima, 1975. Kejadian di dalam rahim berpengaruh t erhadap hasil dari suat u kehamilan. Sebagai cont oh, Int ra Ut erin Grow t h Ret ardat ion IUGR adalah kejadian dalam rahim yang m enimbulkan kesakit an at aupun kemat ian set elah lahir. Kejadian dalam xxxi rahim yang buruk dapat m enimbulkan kesehat an yang buruk pada kehidupan dew asa kelak Pow er and Schulkin, 2004. Plasent a m emproduksi molekul-molekul informasi dalam jumlah besar sepert i st eroid dan pept ida akt if yang m embant u dalam hal regulasi dan keseimbangan fisiologi ibu dan janin. Perubahan produksi dan pengat uran pada pept ida dan st eroid plasent a akan berpengaruh secara signifikan t erhadap perkembangan dan pert um buhan janin. Dengan kat a lain, plasent a menjadi pusat pengat uran fisiologi ibu dan janin Pow er and Schulkin, 2004. M at ernal aut osom yang t erlambat dalam duplikasinya, menim bulkan ket idakseimbangan genet ik yang dapat mempengaruhi perkembangan em brio yang bersifat merugikan dan kadang-kadang m enunjukkan ket erlambat an perkembangan organ. Oleh karena it u, neonat us dengan ket idaknormalan aut osom biasanya lebih kecil dibanding neonat us dengan aut osom normal Suzum ori, 1980. Penelit ian oleh T. Reed dan R.S. Young m emperlihat kan adanya pengaruh mat ernal t erhadap organ janin Reed dan Terry, 1982. Hampir pada t iap gangguan di aw al kehamilan akan berakibat pada pola dermat oglifi. Sebagai cont oh pada keracunan t halidomide dan pada defek kongenit al pada t ungkai, yait u ect rodact ily. Pada ect rodact ily t erdapat malformasi pada t angan dan kaki yang sebabnya t idak diket ahui. Di sisi lain jika t erjadi defek lingkungan genet ik yang t idak mengenai t ungkai maka t idak t erdapat kelainan pola dermat oglifi. Sebagai cont oh t idak dit emukannya pola yang aneh pada penderit a phenylket onuria dan defek biokimia lain. Kont roversi t erjadi saat dit emukan adanya kelainan dermat oglifi pada penderit a skizofrenia Penrose, 1968. xxxii Penelitian dengan PET Positron Emission Tomography, yaitu pengamatan terhadap metabolisme glukosa pada saat seseorang sedang mengerjakan tes psikologi, pada penderita skizofrenia memperlihatkan tingkat metabolisme yang rendah pada lobus frontalis. Kelainan syaraf ini dapat pula dijelaskan sebagai akibat dari infeksi yang disebabkan oleh virus yang masuk otak. Infeksi ini dapat terjadi selama perkembangan janin. Akan tetapi jika kerusakan terjadi pada masa awal perkembangan seseorang, pertanyaan yang muncul adalah mengapa psikosis ini baru muncul pada masa dewasa. Weiberger mengatakan bahwa luka pada otak saling mempengaruhi dengan proses perkembangan otak yang normal. Dengan demikian, luka pada daerah tersebut belum berpengaruh pada masa awal sampai lobus frontalis mulai berperan dalam perilaku Davison et al., 1994. Keterlibatan unsur genetik telah dianggap sebagai sebagai kondisi yang melatarbelakangi gangguan psikosis, sebagaian besar karena hasil penelitian yang distimulasi oleh ditemukannya obat-obat anti psikosis pada level tertentu asumsi banyak kasus skizofrenia yang disebabkan oleh keturunan. Pembuktian aktual keterkaitan kromosom dengan menggunakan teori genetik molekuler sulit dilakukan secara pasti, baik karena kejadian spesifik tidak dapat disamakan maupun karena adanya banyak gen yang terlibat di dalamnya Maramis, 2004. xxxiii

B. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

Pengaruh Relaksasi Progresif terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta

0 2 8

GAMBARAN STATUS MENTAL PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Gambaran Status Mental Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Soedjarwadi Klaten.

0 3 19

GAMBARAN STATUS MENTAL PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Gambaran Status Mental Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Soedjarwadi Klaten.

0 1 14

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN SKIZOFRENIA TAK TERORGANISIR DI RUMAH SAKIT Pengalaman Keluarga Dalam Merawat Pasien Skizofrenia Tak Terorganisir Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 6 14

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB SKIZOFRENIA (STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA) Faktor-Faktor Penyebab Skizofrenia (Studi Kasus Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta).

1 5 11

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB SKIZOFRENIA (STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA) Faktor-Faktor Penyebab Skizofrenia (Studi Kasus Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta).

0 7 16

PENERIMAAN KELUARGA TERHADAP PASIEN SKIZOFRENIA YANG MENJALANI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH Penerimaan Keluarga Terhadap Pasien Skizofrenia Yang Menjalani Rawat Inap Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

0 0 19

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 1 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 0 8

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 1 8