mukosa  sinus. Disfungsi  silia,  obstruksi ostium  sinus  serta  abnormalitas sekresi  mukus menyebabkan akumulasi cairan dalam sinus sehingga
terjadinya sinusitis maksila Drake, 1997. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa patofisiologi sinusitis ini
berhubungan dengan tiga faktor, yaitu patensi ostium, fungsi  silia,  dan kualitas sekresi  hidung. Perubahan  salah  satu  dari  faktor  ini  akan merubah
sistem fisiologis dan menyebabkan sinusitis.
2.4.5.  Gejala Klinis
Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise, dan nyeri kepala  yang tidak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik
biasanya seperti  aspirin.  Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri pada gerakan kepala  mendadak, misalnya sewaktu naik dan turun tangga
Tucker dan Schow, 2008. Seringkali terdapat nyeri pipi  khas  yang tumpul dan  menusuk,  serta  nyeri  di  tempat  lain  karena  nyeri  alih referred  pain.
Sekret  mukopurulen  dapat  keluar  dari  hidung  dan  terkadang  berbau busuk. Batuk iritatif non-produktif juga seringkali ada Sobol,2011.
Sinusitis  maksilaris  dari  tipe  odontogen  harus  dapat  dibedakan dengan  rinogen karena terapi dan prognosa keduanya sangat berlainan. Pada
sinusitis maksilaris tipe  odontogenik ini hanya terjadi pada satu sisi serta pengeluaran pus yang berbau busuk. Di samping itu, adanya kelainan apikal
atau periodontal  mempredisposisi kepada sinusitis tipe dentogen. Gejala sinusitis dentogen menjadi lebih lambat dari sinusitis tipe rinogen
Mansjoer,2001.
2.4.6.  Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis  ditegakkan  berdasarkan  anamnesis,  pemeriksaan  fisik, dan  pemeriksaan penunjang.  Pemeriksaan dengan palpasi turut membantu
menemukan nyeri tekan pada daerah sinus yang terkena Saragih, 2007 Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, nasoendoskopi
sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini Mangunkusomo dan Soetjipto,2007.  Rinoskopi anterior  memberi gambaran anatomi  dan
mukosa yang edema, eritema,  dan  sekret yang mukopurulen. Lokasi  sekret dapat  menentukan  sinus  mana  yang terkena.  Rinoskopi posterior  dapat
melihat  koana  dengan baik, mukosa hipertrofi atau hiperplasia Mansjoer, 2001.
Pemeriksaan penunjang lain adalah transiluminasi. Hanya sinus frontal dan maksila yang dapat dilakukan transiluminasi.  Pada sinus yang sakit akan
menjadi suram atau gelap  Ross, 1999.  Dengan nasal endoskopi dapat diketahui sinus mana yang terkena dan dapat melihat adanya  faktor etiologi
lokal. Tanda khas ialah adanya  pus di meatus media  pada sinusitis  maksila, etmoidalis anterior dan frontal  atau  pus  di meatus superior  pada sinusitis
etmoidalis posterior dan sfenoidalis Mehra dan Murad, 2004; Mangunkusomo dan Soetjipto,2007. Selain itu, nasal endoskopi dilakukan untuk menegakkan
diagnosis sinusitis akut dimana pus mengalir ke bawah konka media dan akan jatuh ke posterior membentuk post nasal drip Ross, 1999.
Pemeriksaan pembantu yang penting adalah foto polos posisi atau CT- scan. Foto polos posisi Waters, posteroanterior, dan  lateral umumnya hanya
mampu  menilai kondisi sinus-sinus besar seperti sinus maksila dan frontal. Kelainan yang akan terlihat  adalah  perselubungan,  batas udara-cairan air-
fluid level pada sinusitis maksila atau penebalan mukosa Mehra dan Murad, 2004. CT-scan sinus  merupakan  gold standard  karena mampu menilai
anatomi  hidung  dan sinus, adanya  penyakit dalam hidung dan  sinus secara keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai
penunjang diagnosis sinusitis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus
Mangunkusomo dan Soetjipto,2007. Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi  dilakukan dengan
mengambil sekret dari meatus media atau superior, untuk mendapat antibiotik yang tepat guna. Lebih baik lagi bila diambil sekret yang keluar dari pungsi
sinus maksila  Mangunkusomo dan Soetjipto,2007.  Kebanyakan  sinusitis disebabkan infeksi  oleh  Streptococcus  pneumoniae, Haemophilus influenzae,
Moraxella catarrhalis. Gambaran bakteriologik dari sinusitis yang berasal dari gigi geligi didominasi oleh  infeksi gram negatif sehingga menyebabkan pus
berbau busuk dan akibatnya timbul bau busuk dari hidung Ross, 1999. Di samping itu, sinuskopi dilakukan dengan pungsi menembus dinding
medial sinus  maksila melalui  meatus inferior, dengan alat endoskopi  dapat
dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya, selanjutnya dapat dilakukan irigasi sinus untuk terapi Mangunkusomo dan Soetjipto,2007.
2.4.7.  Terapi