g. Menjahit Langkah terakhir adalah menjahit sayatan selapis demi selapis
sehingga tertutup semua. Juditha, dkk, 2009, hal. 90-91
B. KonsepKecemasan
1. Defenisi Menurut Sundari 2005, hal. 51, Kecemasan merupakan sutau
keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Dan menurut Suliswati 2005, hal. 108, Kecemasan
merupakan respons individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makluk hidup dalam kehidupan
sehari-hari. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan
dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Sedangkan menurut Riyadi dan Purwanto 2009, Kecemasan atau ansietas adalah suatu
perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai gejala fisiologis.
2. Teori Kecemasan Teori psikoanalitik menurut Freud, kecemasan timbul akibat reaksi
psikologis individu terhadap ketidak mampuan mencapai energi yang tidak terekspresikan akan mengakibatkan rasa cemas. Kecemasan dapat
timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan eksternal yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan individu untuk
menanganinya Nasir, Muhith, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Dalam teori menurut Spielberger, 1972. Kecemasan adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan terhadap bahaya nyata atau
imaginer yang disertai dengan perubahan pada sistem saraf otonom dan pengalaman subjektif sebagai tekanan, ketakutan, dan kegelisahan,
adapun teori dari Spielberger, 1972. Membagi atas dua teori yaitu : a. State anxiety adalah kondisi emosional yang sementara atau sesaat
pada individu yang bersifat subyektif, karena adanya ketegangan dan kekhawatiran serta menghasilkan aktifitas system saraf
otonom. State anxiety memiliki variasi intensitas dan derajat yang berbeda-beda dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi individu.
b. Trait anxiety lebih mengarahkan pada kestabilan perbedaan personality dalam kecenderungan untuk merasa cemas. Trait
anxiety tidak langsung terlihat pada tingkah laku individu, tetapi dapat di lihat dari frekuensi state anxiety individu.
3. Mekanisme Munculnya Trait Anxiety dan State Anxiety Menurut Spielberger, 1972. Mengajukan hubungan antara State
anxiety kecemasan sesaat dan Trait anxiety kecemasan dasar sebagai berikut :
a. Kecemasan sesaat muncul ketika individu merasa berada dalam situasi yang mengancam.
b. Intensitas dari kecemasan adalah sebanding dengan besarnya ancaman yang dirasakan individu.
c. Lamanya reaksi kecemasan sesaat ini akan tergantung pada presistensi dan interpretasi mengancam yang dimiliki individu atas
Universitas Sumatera Utara
situasi yang dihadapinya kecemasn sesaat akan berlangsung lama jika individu merasa terus menerus.
d. Individu dengan kecemasan dasar yang tinggi akan mempersepsikan situasi, khususnya situasi yang mengandung
unsure kegagalan atau ancaman terhadap self-efficacy sebagai sesuatu hal yang lebih mengancam daripada individu dengan
kecemasan dasar yang lebih rendah. e. Peningkatan kecemasan sesaat mempunyai stimulus dan
penggerak drive, yang mungkin dapat terlihat langsung melalui perilaku atau yang akan menggerakkan pertahanan psikologisnya,
yang pada masa lalu pernah berhasil mengurangi kecemasannya, atau yang di pandang efektif untuk merendahkan kecemasan
sesaat ini. f. Situasi-situasi menekan yang dihadapi dapat menyebabkan
individu mengembangkan response atau membentuk defence mechanism untuk mengurangi kecemasan tersebut.
4. Faktor Predisposisi Cemas Berbagai teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab
kecemasan atau ansietas, yakni: a. Menurut teori psikoanalitik yang dikemukakan oleh Sigmund Freud,
kecemasan merupakan konflik emosional yang terjadi antara id dan superego, yang berfungsi memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya
yang perlu diatasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Menurut pandangan Interpersonal yang dikemukakan oleh Sullivan, kecemasan timbul dari perasaan takut dari tidak adanya penerimaan
dan penolakan interpersonal. c. Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan hasil frustasi
dari segala sesuatu yang menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Kajian keluarga menunjukan bahwa ganguan kecemasan merupakan hal yang biasanya terjadi dalam suatu keluarga.
e. Kajian biologis menunjukkan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan.
Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor Riyadi dan
Purwanto, 2009, hal. 45-47. 5. Gejala Klinis Cemas
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain yaitu cemas, khawatir, firasat
buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut sendirian, takut pada
keramaian dan banyak orang, gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat, keluhan-keluhan
somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging tinitus, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya Hawari, 2001, hal. 66-67.
Universitas Sumatera Utara
6. Tingkat Kecemasan Tingkatan kecemasan menurut Stuart 2006 dibagi menjadi empat, yakni:
a. Kecemasan Ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari;
kecemasan pada tingkat ini menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan presepsinya. Kecemasan ini
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
b. Kecemasan Sedang Ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat melakukan
sesuatu yang lebih banyak jika diberi arahan. c. Kecemasan Berat
Individu cenderung untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang yang lain. Semua
perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat berfokus
pada suatu area lain. d. Tingkat Panik
Kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan
Universitas Sumatera Utara
7. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Pada Suami a. Kecemasan karena Indikasi Persalinan
Suami yang menunggu persalinan istrinya dihadapkan pada situasi yang tidak menentu, artinya suami tidak tahu secara pasti
kondisi saat-saat menjelang persalinan. Kondisi inilah yang memunculkan kecemasan pada suami. Beberapa hal yang dicemaskan
dan ketidaksiapan suami dalam menunggu proses persalinan sang istri karena adanya ketakutan seperti apakah akan memperoleh
pertolongan dan perawatan semestinya, apakah bayinya cacat, ataukah bayinya akan meninggal. Selain suami mencemaskan kondisi istrinya,
masalah lain yang ikut dicemaskan oleh suami diantaranya masalah rumah tangga, keadaan sosial ekonomi.
b. Kecemasan akan Tanggung Jawab Finansial May 1982 menemukan bahwa kesiapan calon ayah
menyambut persalinan dicerminkan dalam tiga aspek : 1. Keuangan yang relatif cukup, 2. Hubungan yang stabil dengan pasangan, 3.
Kepuasan dalam hubungan tanpa anak. Banyak pria menyatakan kekhawatiran akan ekonomi keluarga yang tidak aman. Para calon
ayah merasa khawatir akan perannya sebagai orang tuadan efeknya pada kehidupannya. Kekhawatiran yang paling umum adalah, Apakah
ia akan menjadi ayah yang baik? Apakah hubungan dengan istri akan berubah? Bagaimana ia dan istri akan membagi pekerjaan pengasuhan
anak? Bagaimana ia bisa melanjutkan jadwal kerja sekaligus menjadi ayah yang baik? serta Mampukah ia membiayai keluarga yang lebih
besar? Terutama di masa sekarang, ketika biaya perawatan anak
Universitas Sumatera Utara
semakin meninggi, banyak calon ayah yang susah tidur memikirkan pertanyaan ini. Penyesuaian dalam keuangan harus dilakukan untuk
menyesuaikan diri terhadap penurunan pendapatan dan peningkatan pengeluaran karena kehadiran seorang anggota keluarga baru.
c. Ketakutan Menjadi Calon Ayah pada Anak Pertama Setiap calon ayah mempunyai sikap yang mempengaruhi
perilakunya terhadap suatu kehamilan. Dengan sikap tersebut, ia menyesuaikan diri terhadap kehamilan dan peran sebagai orang tua.
Ingatkan calon ayah bagaimana ia dulu dirawat ayahnya, pengalaman merawat anak, dan persepsinya terhadap peran pria dan ayah dalam
kelompok budaya dan sosialnya akan mengarahkan pilihannya dalam menetapkan tugas dan tanggung jawab yang akan ia pikul.
Sebagian pria akan sangat termotivasi untuk mengasuh dan mengasihi seorang anak. Mereka mungkin bersemangat dan senang
menyongsong peran ayah. Pria yang mempunyai rasa percaya diri, pengaturan diri, pengaturan keuangan, dan kondisi kerja yang baik
tampaknya lebih mudah terlibat dalam peran sebagai seorang ayah dalam rencana hidupnya.
Pria dalam penelitian dinyatakan bahwa pria dikenal sebagai penolong atau pencari nafkah keluarga, tetapi mereka merasa asing
akan pengalaman kehamilan. Mereka merasa tidak memiliki contoh untuk berperan sebagai ayah baru.
Empat jenis dukungan yang diperlukan untuk mempersiapkan diri menjadi ayah : a. Dukungan emosi. Sumber utama dukungan pria
adalah pasangannya. Dukungan ini harus dimodifikasi, sehingga
Universitas Sumatera Utara
memungkinkan untuk mengasuh bayi dan memberi asuhan tambahan terhadap kebutuhan istrinya. Oleh karena itu, para ayah perlu mencari
dukungan dari keluarga dan teman-teman. b. Dukungan instrumental. Ayah perlu mengetahui bahwa ia dapat bergantung kepada keluarga
atau teman, jika memerlukan bantuan. c. Dukungan informasi. Ayah perlu mengetahui siapa saja yang dapat memberi nasehat tentang cara
menyelesaikan persoalan yang tiba-tiba muncul. d. Dukungan penilaian. Ayah perlu menemukan orang lain yang dapat memberi
kriteria yang dapat ia gunakan untuk mengukur keterampilannya. d. Pengalaman Pesalianan Istri Sebelumnya
Pengalaman suami menunggu persalinan istri sebelumnya dapat mengurangi kecemasan karena memiliki pengalaman untuk
melakukan tindakan yang akan dilakukan. Pengalaman yang buruk atau traumatik pada persalinan pertama atau sebelumya akan
meningkatkan kecemasan suami dengan mengingat kembali proses yang dialaminya karena mengingat keadaan yang sama sebagai
ancaman bagi kehidupannya Murkoff, 2006.
Universitas Sumatera Utara
18
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Konsep Penelitian