Kajian Stok Ikan Swanggi (Priacanthus Tayenus Richadson, 1846) Di Perairan Selat Sunda Yang Didaratkan Di Ppp Labuan, Banten

KAJIAN STOK IKAN SWANGGI (Priacanthus tayenus
Richardson, 1846) DI PERAIRAN SELAT SUNDA
YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN

RIVANY KEUMALA PUTRI SIAGIAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Stok Ikan
Swanggi (Priacanthus tayenus Richadson, 1846) di Perairan Selat Sunda yang
didaratkan di PPP Labuan, Banten, adalah benar merupakan karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber data dan informasi yang dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.


Bogor, Agustus 2014
Rivany Keumala Putri Siagian
NIM C24100029

ABSTRAK
RIVANY KEUMALA PUTRI SIAGIAN.
Kajian Stok Ikan Swanggi
(Priacanthus tayenus Richadson, 1846) di perairan Selat Sunda yang didaratkan
di PPP Labuan, Banten.
Dibimbing oleh RAHMAT KURNIA dan
MENNOFATRIA BOER.
Ikan swanggi merupakan salah satu jenis ikan demersal di perairan Selat
Sunda yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi yang didaratkan di PPP Labuan.
Tujuan penelitian ini ialah mengkaji status stok ikan swanggi. Parameter yang
diamati antara lain panjang total, bobot, jenis kelamin, dan tingkat kematangan
gonad. Total ikan swanggi yang diamati mencapai 537 ekor. Rasio kelamin ikan
betina dengan jantan adalah 1.3:1. Pola pertumbuhan ikan swanggi di perairan
Selat Sunda bersifat allometrik negatif. Nilai panjang asimtotik (L∞) ikan betina
adalah 336.59 mm, sedangkan jantan sebesar 313.43 mm. Koefisien pertumbuhan

(K) ikan jantan lebih besar (0.34) dibandingkan ikan betina (0.17). Laju
eksploitasi ikan betina (0.74) dan jantan (0.80) melebihi 0.5, yang artinya ikan
swanggi baik betina maupun jantan telah mengalami tangkap lebih.
Kata kunci: Ikan swanggi, laju eksploitasi, perairan Selat Sunda, pertumbuhan,
tangkap lebih

ABSTRACT
RIVANY KEUMALA PUTRI SIAGIAN. Fish Stock Assessment of Purplespotted Bigeye (Priacanthus tayenus Richadson, 1846) in Sunda Strait which
landed in PPP Labuan, Banten. Supervised by RAHMAT KURNIA and
MENNOFATRIA BOER.
Purple-spotted bigeye is one of demersal fish species in Sunda Strait that
has a high economic value which landed in PPP Labuan. The purpose of this
research was to assess aspects of purple-spotted bigeye status stock. Observed
parameters were total length, weight, sex, and level of gonads maturity. Total
observed purple-spotted bigeye reached 537 individuals. Sex ratio of females to
males is 1.3:1. Purple-spotted bigeye’s growth pattern in the Sunda Strait was
negative allometric. Asymptotic length (L∞) of female fish was 336.59 mm, while
male fish was 313.43 mm. Growth coefficient (K) of male fish greater (0.34) than
female (12.17). Exploitation rate of female fish (0.74) and male (0.8) more than
0.5, that meant purple-spotted bigeye both female and male has been

overexploited.
Keywords:

Exploitation rate, growth, overexploited, purple-spotted bigeye,
Sunda Strait

KAJIAN STOK IKAN SWANGGI (Priacanthus tayenus
Richardson, 1846) DI PERAIRAN SELAT SUNDA
YANG DIDARATKAN DI PPP LABUAN, BANTEN

RIVANY KEUMALA PUTRI SIAGIAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat serta karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Tema yang dipilih adalah stok sumber daya ikan, dengan judul Kajian Stok Ikan
Swanggi (Priacanthus tayenus Richardson, 1846) di Perairan Selat Sunda yang
didaratkan di PPP Labuan, Banten.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk studi.
2. Beasiswa Bakti BCA yang telah memberikan bantuan dana pendidikan
perkuliahan.
3. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan atas biaya penelitian melalui Biaya Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN),
DIPA IPB Tahun Ajaran 2013, kode Mak : 2013. 089. 521219, Penelitian
Dasar untuk Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga
Penelitan dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB dengan judul

“Dinamika Populasi dan Biologi Reproduksi Sumber Daya Ikan Ekologis
dan Ekonomis Penting di Perairan Selat Sunda, Provinsi Banten” yang
dilaksanakan oleh Prof Dr Ir Mennofatria Boer, DEA (sebagai ketua
peneliti) dan Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi (sebagai anggota peneliti).
4. Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi sebagai ketua komisi pembimbing dan Prof Dr
Ir Mennofatria Boer, DEA sebagai anggota komisi pembimbing serta Dr Ir
Niken Tunjung Murti Pratiwi, MSi sebagai ketua komisi pendidikan
departemen yang telah memberi arahan dan masukan dalam penulisan
karya ilmiah ini.
5. Ir Zairion, MSc sebagai dosen pembimbing akademik.
6. Dr Ir Nurlisa Alias Butet sebagai penguji tamu dan Inna Puspa Ayu, SPi
MSi sebagai anggota komisi pendidikan departemen.
7. Keluarga: Abah (Rifai), Mamak (Neni), dan Adek (Yupin) atas kasih
sayang, doa, dan dukungan baik moril ataupun materil.
8. Irza, Rifqi, Hilmy, Anggun, Siska, tim penelitian Labuan, dan temanteman MSP angkatan 47 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima
kasih atas doa, semangat, dukungan dan bantuannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014
Rivany Keumala Putri Siagian


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
1
1
2
2
2
2
3
7
7
15
18

18
18
19
21
26

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Klasifikasi Casie mengenai penentuan TKG
Rasio kelamin ikan swanggi
Parameter pertumbuhan ikan swanggi
Mortalitas dan laju eksploitasi ikan swanggi
Perbandingan parameter pertumbuhan ikan swanggi
Perbandingan mortalitas dan laju eksploitasi ikan swanggi


4
9
14
15
17
17

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi pengambilan contoh ikan
2 Hubungan panjang bobot ikan swanggi betina
3 Hubungan panjang bobot ikan swanggi jantan
4 Frekuensi tingkat kematangan gonad ikan swanggi betina
5 Frekuensi tingkat kematangan gonad ikan swanggi jantan
6 Ukuran pertama kali matang gonad ikan swanggi
7 Nilai tengah faktor kondisi ikan swanggi
8 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan swanggi betina
9 Pergeseran modus frekuensi panjang ikan swanggi jantan
10 Kurva pertumbuhan ikan swanggi betina
11 Kurva pertumbuhan ikan swanggi jantan


2
8
8
9
10
10
11
12
13
14
14

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6


Proses penentuan laju mortalitas total (Z)
Hubungan panjang dan bobot
Tingkat kematangan gonad
Faktor kondisi ikan swanggi
Sebaran kelompok umur
Ford Walford

21
23
23
24
24
25

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Labuan merupakan salah satu
pelabuhan perikanan pantai yang terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi
Banten. Kabupaten Pandeglang merupakan salah satu pusat produksi perikanan
di Provinsi Banten karena letaknya yang berbatasan langsung dengan Selat
Sunda dan Samudera Hindia (Irhamni 2009). PPP Labuan memiliki tiga tempat
pelelangan ikan (TPI), yaitu TPI I, TPI II, dan TPI III. Ikan yang didaratkan di
PPP Labuan berasal dari perairan Selat Sunda. Nelayan Labuan melakukan
kegiatan penangkapan beberapa jenis ikan, baik jenis ikan pelagis maupun ikan
demersal. Menurut Agustina (2014), ikan pelagis didaratkan di TPI II dan TPI
III, sedangkan ikan demersal didaratkan di TPI I.
Ikan swanggi (Priacanthus tayenus Richardson, 1846) merupakan salah
satu jenis ikan demersal yang didaratkan di PPP Labuan, yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi. Menurut Adilaviana (2012), ikan swanggi merupakan
salah satu ikan yang dominan (kelima) dengan persentase 8.25% dari total
tangkapan ikan demersal di PPP Labuan. Ikan swanggi ini ditangkap oleh
nelayan di perairan Selat Sunda dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan
jaring rampus.
Menurut Adilaviana (2012), kondisi perikanan ikan swanggi di PPP
Labuan belum mengalami tangkap lebih, namun laju penangkapan ikan swanggi
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kondisi ini apabila terjadi terus
menerus dapat menyebabkan penurunan jumlah populasi ikan swanggi, sehingga
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui status stok sumber daya ikan
swanggi serta untuk mengetahui kemungkinan terjadinya perubahan kondisi stok
sumber daya ikan swanggi saat ini.
Perumusan Masalah
Kegiatan penangkapan ikan swanggi yang tinggi di perairan Selat Sunda
dapat mempengaruhi kelimpahan ikan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
penurunan stok ikan swanggi. Penurunan stok sumber daya ikan swanggi apabila
terjadi terus menerus tanpa adanya regulasi atau pengelolaan akan mengalami
kepunahan dan menurunkan fungsi ekonomis dan ekologis sumber daya ikan
tersebut. Salah satu informasi yang diperlukan untuk pengelolaan sumber daya
ikan swanggi adalah status stok dan laju eksploitasi untuk menjamin bahwa
sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan secara lestari.
Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakan penelitian ini ialah mengkaji status stok ikan
swanggi (Priacanthus tayenus) di perairan Selat Sunda yang didaratkan di PPP
Labuan, Banten.

2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa informasi biologis
sumber daya ikan swanggi (Priacanthus tayenus), sehingga dapat dijadikan dasar
pertimbangan dalam pengelolaan ikan swanggi di perairan Selat Sunda yang
berkelanjutan dan lestari.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2013 di PPP
Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten (Gambar 1). Jenis ikan yang
dikaji dalam penelitian ini adalah ikan swanggi (Priacanthus tayenus) di perairan
Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan, Banten. Pengambilan contoh ikan
dilakukan setiap 20 hari sekali sebanyak 6 kali. Analisis ikan contoh dilakukan
di Laboratorium Biologi Perikanan, Departemen Manajemen Sumber Daya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar 1 Lokasi pengambilan contoh ikan swanggi
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode penarikan contoh
acak sederhana (PCAS) pada ikan swanggi di sekitar Selat Sunda dan didaratkan
di PPP Labuan, Banten. Daerah penangkapan ikan swanggi meliputi Pulau
Rakata, Pulau Liwungan, Pulau Sumur, Pulau Carita, Pulau Panaitan, Pulau

3
Tanjung Lesung, Pulau Tanjung Alang-alang, dan sekitar Pulau Sebesi. Data
primer yang diamati meliputi panjang total, bobot basah, jenis kelamin, dan
tingkat kematangan gonad. Panjang total ikan diukur menggunakan penggaris
dengan ketelitian 0.5 mm. Bobot basah total ikan ditimbang menggunakan
timbangan dengan ketelitian 0.5 gram. Pengukuran data primer tersebut
digunakan untuk menentukan hubungan panjang bobot ikan, rasio kelamin,
frekuensi tingkat kematangan gonad, ukuran pertama kali matang gonad, faktor
kondisi, identifikasi kelompok umur, pendugaan parameter pertumbuhan,
mortalitas dan laju eksploitasi.
Analisis Data
Hubungan Panjang dan Bobot
Gambaran pola pertumbuhan ikan dilihat melalui hubungan panjang dan
bobot dengan suatu bentuk eksponensial. Hubungan panjang bobot dirumuskan
dengan W = aLb, dengan a dan b adalah konstanta yang diperoleh dari
perhitungan regresi, sedangkan W adalah bobot total (gram) dan L (mm) adalah
panjang total (Effendie 2002).
Bentuk hubungan antara panjang dan bobot dilihat dari nilai konstanta b
dengan hipotesis:
1. H0 : b = 3, dikatakan memiliki hubungan isometrik (pola pertumbuhan panjang
sama dengan pola pertumbuhan bobot)
2. H1 : b ≠ 3, dikatakan memiliki hubungan allometrik, yaitu :
a) Bila b > 3, allometrik positif (pertambahan bobot lebih dominan)
b) Bila b < 3, allometrik negatif (pertambahan panjang lebih dominan).
Selanjutnya untuk menguji hipotesis tersebut digunakan statistik uji
sebagai berikut.
thitung =

b-3

(1)

Sb

Sb adalah galat baku dugaan b yang dihitung dengan:
S2b =

s2
n x2 - 1
i=1 i n

n x 2
i=1 i

(2)

Selanjutnya nilai thitung dibandingkan dengan nilai t tabel pada selang
kepercayaan 95%. Pengambilan keputusannya adalah jika t hitung > ttabel maka
tolak hipotesis nol (H0) dan jika thitung < ttabel berarti gagal menolak hipotesis nol
(H0) (Walpole 1993).
Rasio Kelamin
Sex ratio (SR) atau proporsi kelamin adalah nisbah jumlah jantan dan
betina dalam suatu populasi. Nilai proporsi yang berdasarkan kelamin ini
diamati karena adanya perbedaan tingkah laku berdasarkan kelamin, kondisi
lingkungan, dan penangkapan. Proporsi jantan betina ini dihitung menggunakan
rumus (Effendie 2002) sebagai berikut.

4
n

p = *100%

(3)

N

p adalah proporsi kelamin (jantan atau betina; %), n adalah jumlah jenis ikan
(jantan atau betina; ind), dan N adalah jumlah total individu ikan yang ada (ind).
Kesetimbangan antara jantan dan betina dalam suatu populasi diketahui
dengan melakukan analisis nisbah kelamin ikan menggunakan uji Chi square (χ2)
(Steel dan Torrie 1993):
χ² =

oi - ei
ei

2

(4)

χ2 adalah nilai bagi peubah acak yang sebaran penarikan contohnya menghampiri
sebaran khi kuadrat (Chi square), oi adalah jumlah frekuensi ikan jantan atau
betina yang teramati (ind), dan ei adalah jumlah frekuensi harapan dari ikan
jantan atau betina (ind).
Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad ditentukan secara morfologi berdasarkan
bentuk, warna, ukuran, bobot gonad, serta perkembangan isi gonad. Data yang
dibutuhkan dalam tingkat kematangan gonad adalah ukuran gonad dan bentuk
morfologi gonad. TKG ditentukan dengan menggunakan klasifikasi Casie
(Effendie 2002) sebagai berikut.
Tabel 1 Klasifikasi Casie mengenai penentuan TKG
TKG
Betina
Jantan
I
Ovari
seperti
benang,
Testes seperti benang, lebih
panjang sampai ke depan
pendek, ujungnya di ringga
tubuh,
warna
jernih,
tubuh, warna jernih
permukaan licin
II
Ukuran
lebih
besar,
Ukuran testes lebih besar,
pewarnaan gelap kekuningpewarnaan putih susu, bentuk
kuningan, telur belum terlihat
lebih jelas dari TKG I
jelas
III Ovari berwarna kuning,
Permukaan testes nampak
secara morfologi telur sudah
bergerigi, warna makin putih,
kelihatan butirnya dengan
dalam keadaan diawetkan
mata
mudah putus
IV Ovari makin besar, telur
Seperti TKG III tampak lebih
berwarna kuning, mudah
jelas testes makin pejal dan
dipisahkan, butir minyak tak
rongga tubuh mulai penuh,
tampak, mengisi 1/2 - 2/3
warna putih susu
rongga tubuh, usus terdesak
bagian rongga tubuh
V
Ovari berkerut, dinding tebal,
Testes bagian belakang kempis
butir telur sisa terdapat di
dan bagian dekat pelepasan
dekat pelepasan
masih terisi

5
Ukuran Pertama Kali Matang Gonad
Metode yang digunakan untuk menduga ukuran rata-rata ikan swanggi
yang pertama kali matang gonad adalah metode Spearman-Karber (Udupa 1986):
x

m = xk + - (x
2

pi )

(5)

dan selang kepercayaan 95% bagi log m dibatasi dengan:
antilog m ± 1.96

x2

pi *qi
ni-1

(6)

m adalah log panjang ikan pada kematangan gonad pertama, xk adalah log nilai
tengah kelas panjang yang terakhir ikan telah matang gonad, x adalah log
pertambahan panjang pada nilai tengah, pi adalah proporsi ikan matang gonad
pada kelas panjang ke-i dengan jumlah ikan pada selang panjang ke-i, ni adalah
jumlah ikan pada kelas panjang ke-i, qi adalah 1 – pi, dan m adalah panjang ikan
pertama kali matang gonad sebesar antilog m.
Faktor Kondisi
Menurut Effendie (2002), faktor kondisi dapat digunakan untuk
menyatakan keadaan dari kemontokan ikan. Faktor kondisi dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
K=

W

(7)

aLb

K adalah faktor kondisi, W adalah bobot tubuh ikan contoh (gram), L adalah
panjang total ikan contoh (gram), a adalah intercept, dan b adalah slope.

Identifikasi Kelompok Umur
Identifikasi kelompok umur dilakukan dengan menganalisis frekuensi
panjang melalui metode NORMSEP (Normal Separation) yang terdapat pada
program FISAT II (FAO-ICLARM Fish Stock Assessment Tools). Sebaran
frekuensi panjang dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok umur yang
menyebar normal dengan nilai rata-rata panjang dan simpangan baku pada
masing-masing kelompok umur. Menurut Boer (1996), jika fi adalah frekuensi
ikan dalam kelas panjang ke-i (i = 1, 2, …, N), µj adalah rata-rata panjang
kelompok umur ke-j, σj adalah simpangan baku panjang kelompok umur ke-j dan
pj adalah proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j (j = 1, 2, …, G), maka fungsi
objektif yang digunakan untuk menduga μj , σj ,pj adalah fungsi kemungkinan
maksimum (maximum likelihood function):
G

N

L=

fi log
i=1

pj qij
j=1

(8)

6

qij =

-

1
σj 2π

e

1 xi -μj
2 σj

2

merupakan fungsi kepekatan sebaran normal dengan nilai

tengah µ j dan simpangan baku σj, xi adalah titik tengah kelas panjang ke-i.
Fungsi objektif L ditentukan dengan cara mencari turunan pertama L masingmasing terhadap μj , σj , pj sehingga diperoleh dugaan μj , σj , dan pj yang akan
digunakan untuk menduga parameter pertumbuhan.
Indeks separasi merupakan suatu acuan dalam penentuan kemungkinan
suatu pemisahan dua kelompok ukuran yang saling berdekatan (Sparre dan
Venema 1999). Pemisahan kelompok ukuran dengan indeks separasi yang
bernilai kurang dari dua (