Induksi Hormonal, Penambahan Spirulina Dan Kunyit Dalam Pakan Untuk Meningkatkan Kinerja Reproduksi Ikan Tengadak Barbonymus Schwanenfeldii

INDUKSI HORMONAL, PENAMBAHAN SPIRULINA DAN
KUNYIT DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN
KINERJA REPRODUKSI IKAN TENGADAK
Barbonymus schwanenfeldii

TUTI PUJI LESTARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Induksi Hormonal,
Penambahan Spirulina dan Kunyit dalam Pakan untuk Meningkatkan Kinerja
Reproduksi Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Tuti puji lestari
NIM C151130171

RINGKASAN
TUTI PUJI LESTARI. Induksi Hormonal, Penambahan Spirulina dan Kunyit
dalam Pakan untuk Meningkatkan Kinerja Reproduksi Ikan Tengadak
Barbonymus schwanenfeldii. Dibimbing oleh AGUS OMAN SUDRAJAT dan
TATAG BUDIARDI.
Ikan tengadak Barbonymus schwanenfeldii merupakan jenis ikan air tawar
yang mempunyai nilai ekonomis. Budidaya ikan tengadak mulai dikembangkan
pada tahun 2010 tetapi masih kesulitan dalam pengadaan benih apalagi diluar
musim pemijahan. Hal ini disebabkan pematangan gonad (maturasi) ikan
tengadak masih sangat dipengaruhi oleh musim yaitu pada akhir bulan Oktober
sampai awal bulan Maret, dan membutuhkan waktu yang lama dalam proses
rematurasi yaitu sekitar dua bulan. Agar ketersediaan benih dapat mencukupi
kebutuhan kegiatan budidaya sepanjang tahun maka diperlukan upaya manipulasi

secara hormonal terhadap pematangan gonad dan ovulasi pemijahan ikan
tengadak.
Penelitian ini bertujuan untuk menginduksi kematangan gonad ikan
tengadak menggunakan hormon, penambahan spirulina dan kunyit dalam pakan
untuk meningkatkan kinerja reproduksi. Penelitian terdiri dari dua tahap pertama,
tahap induksi maturasi untuk mengetahui peran kombinasi Spirulina platensis dan
tepung kunyit yang ditambahkan dalam pakan dan penyuntikan Oodev yang
merupakan premix hormon Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) + anti
dopamin (AD) terhadap proses maturasi dan rematurasi ikan tengadak. Kedua
mengetahui peran kombinasi Ovaprim (Leutinizing Hormone Releasing Hormoneanalogue (LHRHa) + AD), Spawnprim (aromatase inhibitor (AI) + oksitosin +
LHRHa + prostaglandin F2α (PGF2α) + AD) terhadap proses ovulasi dan
pemijahan ikan tengadak.
Penelitian tahap pertama induksi maturasi dan rematurasi ikan tengadak,
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktor (pakan dan hormon)
dengan 12 kombinasi perlakuan dan lima ulangan, berupa ulangan individu.
Faktor pakan terdiri dari empat jenis pakan yaitu: pakan kontrol (KT), pakan
ditambah tepung kunyit 3 %.kg-1 (KN), pakan ditambah tepung spirulina 3 %.kg-1
(SP) dan kombinasi kunyit 3 %.kg-1 dengan tepung spirulina 3 %.kg-1 (SK). Faktor
hormon terdiri dari tiga dosis Oodev (mL.kg-1induk) yaitu: 0,0 (1), 0,25 (2) dan
0,50 (3). Ikan yang digunakan sebanyak 60 ekor ikan betina dengan bobot 150400 g yang berasal dari ikan koleksi Balai Budidaya Ikan Sentral Anjongan

(BBIS) Kalimantan Barat. Selama pemeliharaan ikan diberi pakan dua kali sehari
(pukul 07.00 dan 17.00) secara at satiation selama 14 minggu. Sedangkan
penyuntikan Oodev dilakukan secara intra muscular setiap dua minggu sekali.
Penelitian tahap kedua induksi ovulasi dan pemijahan ikan tengadak
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan kombinasi
hormon yaitu LHRHa + AD (LA/Ovaprim), AI + oksitosin + LHRHa + PGF 2α +
AD (AOP/Spawnprim), (NaCl 0.9%) (KT/larutan fisiologi). Ikan yang digunakan
merupakan induk matang gonad yang berasal dari penelitian tahap pertama dan
ikan jantan dengan bobot berkisar 150-200 g.ekor-1 sebanyak lima ekor per
perlakuan. Penyuntikan dilakukan secara intra muscular dan diberikan satu kali
penyuntikan.

Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa penambahan kombinasi
suplemen dalam pakan dan penyuntikan Oodev dapat mempercepat waktu
pematangan gonad, meningkatkan tingkat kematangan gonad serta meningkatkan
jumlah induk matang gonad, nilai indeks gonadosomatik (IGS), indeks
hepatosomatik (IHS), diameter telur, konsentrasi plasma 17β-estradiol,
progesteron, dan spawned eggs. Induk mencapai matang gonad 40-100% terjadi
pada dua minggu pertama. Jumlah induk matang gonad sempurna 100% tercapai
dalam periode waktu 4-9 minggu. Pada tahap maturasi nilai konsentrasi 17βestradiol tertinggi pada SK.3 (493,91 pg.mL-1) dan SP.3 (484,51 pg.mL-1), tahap

rematurasi SP.3 (445,60 pg.mL-1), SP.2 (439,06 pg.mL-1) dan SK.3 (411,85
pg.mL-1). Konsentrasi progesteron tertinggi pada perlakuan SP.3 (214 pg.mL-1),
nilai IGS tertinggi SK.3 (12,39%), nilai IHS berkisar antara 1,67-2,34%, nilai
spawned eggs berdasarkan tahap maturasi berkisar 9141-20630 butir.g-1 dan
rematurasi 6086-12913 butir.g-1. Berdasarkan jenis suplemen yang diberikan,
spawned eggs tertinggi pada perlakuan SK sebanyak 57344±21971 butir.g-1 dan
dosis penyuntikan hormon tertinggi pada 0,50 mL.kg-1 sebanyak 64474±12529
butir.g-1.
Hasil pada tahap kedua induksi ovulasi dan pemijahan menunjukkan bahwa
induksi hormon pada ikan tengadak dapat meningkatkan nilai spawned eggs,
fertilisasi, hatching rate, abnormalitas dan survival rate serta menghasilkan induk
tengadak yang dapat memijah secara semi alami. Nilai fertilisasi, hatching rate,
abnormalitas tertinggi pada perlakuan Spawnprim. Nilai fertilisasi 77,30±8,38,
hatcing rate 79,58±0,64b, abnormalitas 7,46±0,99b, survival rate 76,56±2,40b dan
pemijahan dilakukan secara semi alami. Pada parameter spawned eggs nilai
tertinggi pada perlakuan ovaprim 7597±1073 butir.g-1, sedangkan pada perlakuan
kontrol tidak terdapat induk yang ovulasi.
Pemberian suplemen spirulina 3%.kg-1 dan tepung kunyit 3%.kg-1 dalam
pakan yang dikombinasi penyuntikan hormon Oodev dengan dosis 0,50 mL.kg-1
induk pada tahap maturasi dan rematurasi dapat menginduksi 2,2 kali lebih cepat

dibandingkan penyuntikan dengan dosis 0-0,25 mL.kg-1 serta dapat meningkatkan
kinerja reproduksi ikan tengadak diluar musim pemijahan dalam masa
pemeliharaan 4-14 minggu. Kemudian pada tahap ovulasi dan pemijahan induksi
Spawnprim dapat menginduksi pemijahan semi alami dan menghasilkan kinerja
lebih baik pada parameter hatching rate, abnormalitas dan survival rate.
Kata kunci: Barbonymus schwanenfeldii, Curcuma longa, maturasi, Oodev,
Ovaprim, ovulasi, pemijahan, rematurasi, Spawnprim, Spirulina
platensis

SUMMARY
TUTI PUJI LESTARI. Hormonally induce, spirulina and turmeric dietary
additions to improved reproduction performance of tinfoil barb Barbonymus
schwanenfeldii. Supervised by AGUS OMAN SUDRAJAT and TATAG
BUDIARDI.
Tinfoil barb (Barbonymus schwanenfeldii) is the one of freshwater
aquaculture species which is high of economical value. It’s developed since 2010
but till now are difficult to fulfill juvenile supplies out of spawning season. This is
due to tinfoil barb gonadal maturation strongly influenced by the season which is
from late October to early March, but it usually takes a long time for maturation
process at least for two months. In order to provide the availability of juveniles

for aquaculture activities through the years, it’s need an effort by hormonal
manipulation of tinfoil barb gonadal maturation and spawning ovulation.
This research aimed to induced a gonadal maturations of tinfoil barb
hormonally, spirulina and turmeric dietary additions to increased reproduction
performance. The study consisted of two stage: first, the induction stage of
maturation was aimed to determined the role of nutrients in Spirulina platensis
and turmeric powder combination in diet and Oodev, injection hormone premix
(containing PMSG and anti dopamine) which Pregnant Mare Serum Gonadotropin
(PMSG) + anti dopamine (AD) hormone premix at maturation process for tinfoil
barb rematuration. Second, was to determined the role of combination of Ovaprim
(Leutinizing Hormone Releasing Hormone-analogue (LHRHa) + AD),
Spawnprim (aromatase inhibitor (AI) + oxytocin + LHRHa + prostaglandin F2 α
(PGF2α) + AD) in tinfoil barb ovulation process and spawning induction.
The first stage of the study, use two factors Randomized Block Design
(RBD) consists of 12 treatment with five individual as replication. Treatment diets
were four types: control diet, diet with 3%.kg-1 of turmeric meal supplementation,
diet with 3%.kg-1 spirulina supplementation and combination supplementation of
3%.kg-1 turmeric and 3%.kg-1 spirulina meal. The hormonal factors consist of
three Oodev doses were. 0.0 mL.kg-1 broodstock fish (1), 0.25 mL.kg-1 broodstock
fish (2) and 0.50 mL.kg-1 broodstock fish (3). The fishes used were 60 female fish

with weight 150-400 g from Fish Farming Center for Central Anjongan (FFCC)
West Borneo collection. Fish were fed twice a day with at satiation (07.00 am and
17.00 pm) during 14 weeks. While the hormone injection did onced every two
weeks by intra muscular.
The experiment stage two, ovulation and spawning induction, was designed
using Randomized Design (CRD) with three treatment of hormones combination
such as LHRHa + AD (LA/Ovaprim), AI + oxytocin + LHRHa + PGF2α + AD
(AOP/Spawnprim), NaCl 0.9% (KT/ physiologicalsolution). The fishes that used
in this experiment from experiment one, with completed gonadal maturation and
the male fish was 150-200 g.fish-1 were used for each treatment. While the
hormone injection did onced by intra muscular.
The first experiment result showed that treatment with combination of
supplement adding in fish diet and Oodev injections could speed up gonadal
maturations timing, maturity stage of gonadal and increased the number of
matured broodfish, gonadosomatic index value (GSI), hepatosomatic index (HSI),

eggs diameter, plasma concentration of 17β-estradiol, progesterone, and spawned
eggs. Broodfish mature gonads reaches 40-100% occurred in the first two weeks.
Total mature gonads broodfish 100% reached of 4-9 weeks. The value of the
highest 17β-estradiol concentrations at maturation phase was SK.3 493.91 pg.mL1

and SP.3 484.51 pg.mL-1 stage rematuration SP.3 (445.60 pg.mL-1), SP.2
(439.06 pg.mL-1) and SK.3 (411.85 pg.mL-1). The highest concentration of
progesterone in the treatment of SP.3 214 pg.mL-1, the highest GSI value SK.3
12.39%, HSI values ranges between 1.67-2.34%, the of spawned eggs value by
maturation stage ranging from 9141-20630 eggs.g-1 and rematuration ranging
from 6086-12913 eggs.g-1. While based on the type of supplement given, the
highest spawned eggs in the treatment of SK 57344 ± 21971 eggs.g-1 and at the
highest dose of hormone injections is 0.50 mL.kg-1 as much as 64474±12529
eggs.g-1.
The second experiment result showed that hormonally induction should be
increase the of spawned eggs, fertilization, hatching rate, abnormality and the
survival rate, and also induced the fish spawn as semi-natural spawning. The
highest fertilization, hatching rate and abnormalities get from Spawnprime
treatmen fertilization value is 77.30±8.38, hatching rate is 79.58±0.64,
abnormalities is 7.46±0.99, the survival rate is 76.56±2.40 with semi-natural
spawning. Mean while at the other parameter swith Ovaprime treatment showed
the highest results for eggs spawned 7597±1073 eggs.g-1. While in control
treatment there are no ovulation.
In conclution, 3%.kg-1 spirulina and 3%.kg-1 turmeric powder
supplementation in dietary with injection hormone combined as dose of 0.50

mL.kg-1 Oodev for maturation and rematuration stage of broodfish may induced
2.2 times faster than injection at dose of 0-0.25 mL.kg-1. That combinations was
also could improve the reproductive performance of tinfoil barb outside of
spawning season in 4-14 week of rearing period. The result of the seconds
experiment showed that Spawnprime could be induce semi-natural spawning for
better performance to others parameters of hatching rate, abnormality and the
survival rate.
Keywords:

Barbonymus schwanenfeldii, Curcuma longa, maturation, Oodev,
Ovaprim, ovulation, rematuration, spawning, Spawnprim, Spirulina
platensis

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

INDUKSI HORMONAL, PENAMBAHAN SPIRULINA DAN
KUNYIT DALAM PAKAN UNTUK MENINGKATKAN
KINERJA REPRODUKSI IKAN TENGADAK
Barbonymus schwanenfeldii

TUTI PUJI LESTARI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Daniel Djokosetiyanto, DEA

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
berjudul Induksi Hormonal, Penambahan Spirulina dan Kunyit dalam Pakan untuk
Meningkatkan Kinerja Reproduksi Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii
dan karya ilmiah dengan judul yang sama telah submit pada Jurnal Iktiologi
Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Agus Oman Sudrajat,
MSc dan Bapak Dr Ir Tatag Budiardi, MSi selaku pembimbing yang telah banyak
memberi saran, arahan dan bimbingannya. Terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir
Daniel Djokosetiyanto, DEA sebagai dosen penguji tamu dan dan Ibu Dr Ir
Widanarni, MSi sebagai komisi program studi yang telah memberikan saran
dalam ujian sidang tesis. Penghargaan penulis sampaikan atas bantuan dana
pendidikan magister yang diperoleh dari Beasiswa Pendidikan Pascasarjana
Dalam Negeri (BPPDN), Direktorat Jendral PendidikanTinggi, serta kepada
Bapak Donatus, SPi dan staf Balai Budidaya Ikan Sentral (BBIS) Anjongan
Kalimantan Barat, yang telah mengijinkan dan menyediakan tempat penelitian
bagi penulis. Selanjutnya kepada seluruh dosen dan segenap pegawai Departemen
Budidaya Perairan atas bimbingan, dukungan dan bantuannya.
Ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua yang
saya cintai Bapak Alm. Suparyo dan Alm. Ibu Nur Umi Kulsum. Terimakasih
untuk mas Sugi, kang Agus, kang Dodo, mba Ning, Asih, Ay, dan mba Kus
tersayang yang telah menjadi pelindung dan selalu memberikan do’a, kasih
sayang perhatian, dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan studi S2 ini,
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Terimakasih juga untuk teman seperjuangan, senasib dan sepenanggungan
yang sudah menjadi keluarga kedua Yacha, Ibonk, Rina, Wiwik, Tira, Tiara,
Aisyah, Sophi, Ika, Windu, Radhi, Herja, Cwui, Erni, Rudi, Sopian, Andre, Fahrul
dan Kak Mutha ibu hebat yang menginspirasi serta teman-teman Pascasarjana
Ilmu Akuakultur 2013 atas kebersamaan, bantuan tenaga, fikiran dalam studi
maupun penyelesaian penulisan tesis ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016
Tuti Puji Lestari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis

1
1
3
3
3
4

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Prosedur Penelitian
Tahap Satu: Maturasi dan Rematurasi
Parameter Penelitian
Analisis Data
Tahap Dua: Induksi Ovulasi dan Pemijahan
Parameter Penelitian
Analisis Data

4
4
4
5
6
8
8
9
10

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tahap Satu: Induksi Maturasi dan Rematurasi
Tahap Dua: Induksi Ovulasi dan Pemijahan
Pembahasan

10
10
10
23
26

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

30
30
30

DAFTAR PUSTAKA

30

LAMPIRAN

34

RIWAYAT HIDUP

40

DAFTAR TABEL
1. Perlakuan induksi maturasi dan rematurasi ikan tengadak
2. Proksimat (% bobot kering) pakan yang diberi suplemen (tepung
spirulina dan tepung kunyit)
3. Presentase tingkat dan waktu maturasi ikan tengadak yang diberi
perlakuan kombinasi penambahan suplemen dan induksi hormon
Oodev selama masa pemeliharaan
4. Prensentase tingkat dan waktu rematurasi ikan tengadak yang diberi
perlakuan kombinasi penambahan suplemen dan induksi Oodev
selama masa pemeliharaan
5. Pertambahan bobot induk tengadak selama masa pemeliharaan
6. Rata-rata SE ikan tengadak selama masa pemeliharaan
7. Spawned eggs ikan tengadak berdasarkan jenis pakan dan dosis Oodev
tahap maturasi selama masa pemeliharaan
8. Performa reproduksi berdasarkan nilai rata-rata SE, FR, HR, Abn, SR
larva ikan tengadak selama masa pemeliharaan
9. Nilai rata-rata SE, FR, HR, Abn, SR larva ikan tengadak pada
pemijahan pertama
10. Nilai rata-rata SE, FR, HR, Abn, SR larva ikan tengadak pada
pemijahan kedua
11. Nilai rata-rata SE, FR, HR, Abn, SR larva ikan tengadak pada
pemijahan ketiga
12. Rata-rata diameter telur ikan tengadak selama masa pemeliharaan
13. Nilai rata-rata SE, FR, HR, Abn, SR larva ikan tengadak selama
delapan hari dan keberhasilan pemijahan
14. Kisaran nilai kualitas air pada saat maturasi, rematurasi, ovulasi,
pemijahan, penetasan dan perawatan larva ikan tengadak

4
6

11

12
15
18
18
19
20
20
21
23
24
26

DAFTAR GAMBAR
1. A. Gambar ikan betina dan B. Gambar ikan jantan
2. Konsentrasi plasma 17 β-estradiol ikan tengadak
3. Konsentrasi plasma progesteron ikan tengadak
4. Nilai indeks gonadosomatik ikan tengadak
5. Nilai indeks hepatosomatik ikan tengadak
6. Histologi perkembangan gonad ikan tengadak
7. Histologi hati ikan tengadak
8. Rata-rata diameter telur ikan tengadak selama masa pemeliharaan
9. Tahapan embriogenesis ikan tengadak

5
13
13
14
15
16
17
22
25

DAFTAR LAMPIRAN
1. Pembuatan pakan uji tahap maturasi dan rematurasi
2. Prosedur kerja tahap ovulasi dan pemijahan ikan tengadak
3. Ciri-ciri abnormalitas larva ikan tengadak
4. Sebaran diameter telur ikan tengadak selama masa pemeliharaan

34
35
35
36

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan tengadak merupakan jenis ikan air tawar yang termasuk dalam famili
Cyprinidae, genus Barbonymus, spesies Barbonymus schwanenfeldii Bleeker,
1853 dan merupakan salah satu spesies endemik yang berasal dari Kalimantan
Barat (Huwoyono et al. 2010). Ikan ini merupakan salah satu komoditas perikanan
potensial yang mempunyai nilai ekonomis penting dengan harga jual berkisar
Rp.70.000-Rp.75.000/kg. Budidaya ikan tengadak mulai dikembangkan pada
tahun 2010, akan tetapi masih sangat sulit dalam pengadaan benih diluar musim
pemijahan karena pematangan gonadnya (maturasi) sangat dipengaruhi oleh
musim pemijahan yaitu pada akhir bulan Oktober sampai dengan awal bulan
Maret (musim penghujan). Selain itu, proses rematurasi setelah pemijahan pada
ikan ini membutuhkan waktu cukup lama yaitu kurang lebih dua bulan, oleh
karena itu, perlu dilakukan kajian untuk mempercepat proses maturasi, rematurasi,
ovulasi dan pemijahan ikan tengadak untuk mendukung penyediaan benih pada
kegiatan budidaya.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi reproduksi ikan sangat
kompleks seperti hujan, perubahan suhu, substrat, petrichor dan kombinasi dari
faktor-faktor lainya (Zairin 2003). Kesesuaian sinyal-sinyal lingkungan tersebut
akan direspon oleh ikan melalui regulasi hormonal yang terhubung antara otakhipotalamus-pituitari dan gonad. Sinyal lingkungan akan diterima oleh sistem
saraf pusat (otak) dan diteruskan ke hipotalamus. Hipotalamus merespon dengan
melepaskan hormon Gonadotropin-Releasing Hormon (GnRH) dan dopamine.
Dopamin yang bekerja pada kelenjar hipofisa akan menghambat GnRH.
Kemudian, hormon gonadotropin Follicle-Stimulating Hormon (FSH) dan
Luteinizing-Hormone (LH) yang bekerja pada organ target gonad. FSH
merangsang proses vitelogenesis sedangkan LH akan merangsang proses maturasi
hingga ovulasi (Sudrajat 2010).
Berdasarkan hal tersebut, maka induksi secara hormonal merupakan salah
satu cara untuk mempercepat proses maturasi, ovulasi dan pemijahan pada
tengadak. Induksi maturasi telah dilakukan oleh Nagahama et al. (1991)
menggunakan Pregnant Mare Serum Gonadotropin (PMSG) yang dicobakan pada
ikan medaka Oryzias latipes secara in vitro dengan dosis 100 IU.mL-1 dapat
memacu produksi 17β-estradiol oleh folikel. Penggunaan Oodev yang merupakan
premix hormon PMSG dan anti dopamin (AD) oleh Farastuti (2014) sebanyak 1
mL.kg-1 dapat mempercepat tingkat kematangan gonad ikan tor dan induksi
aromatase inhibitor (AI) + oksitosin dapat memberikan pengaruh yang nyata pada
proses ovulasi serta pemijahan ikan tor secara semi alami. Kemudian dilaporkan
bahwa induksi PMSG (20 IU) + AD (10 ppm) memberikan pengaruh positif pada
nilai indeks gonadosomatik (IGS) sebesar 100% dan mempercepat perkembangan
gonad belut hingga tingkat kematangan gonad (TKG) IV dengan diameter telur
3,19 mm (Putra 2013). PMSG merupakan hormon sintetis glikoprotein yang
disekresikan dari sel-sel tropoblas kuda yang didalamnya mengandung FSH dan
LH (Moore dan Ward 1980), berfungsi dalam proses pematangan gonad dan
perkembangan folikel untuk mencapai ukuran pematangan akhir hingga siap

2
untuk diovulasikan. Anti dopami merupakan bahan kimia yang menghambat kerja
dopamin sehingga dapat meningkatkan sekresi GnRH.
Selain faktor hormonal, faktorlain yang berperan penting dalam menentukan
keberhasilan reproduksi dan kelangsungan hidup benih yang dihasilkan adalah
nutrisi yang diberikan ke induk (Izquierdo et al. 2001). Telah dilaporkan bahwa
suplemen yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja reproduksi ikan
adalah Spirulina platensis dan Curcuma longa.
Spirulina memiliki kandungan protein sebesar 60-70%, vitamin B1, B2, E,
asam amino esensial, mineral dan asam lemak esensial seperti gamma-linolenic
acid (GLA), alpha‒linolenic acid (ALA), linoleic acid (LA), dan arachidonic
acid (ARA), stearidonic acid (SDA), eicosapentaeonic acid (EPA), dan
docosahexaenoic acid (DHA) (Takeuchi et al. 2002; Giovanni et al. 2005;
Diraman et al. 2009; Rahmatia 2013). Asam-asam lemak esensial tersebut akan
mempengaruhi metabolisme, pematangan gonad dan steroidogenesis (Izquierdo et
al. 2001). Kemudian Curcuma longa mengandung curcumin, minyak atsiri,
vitamin B1, B2, B6, B12, vitamin E, fitosterol, asam lemak dan karoten.
Curcumin bersifat fitoestrogen dan hepatoprotektor dari golongan flavonoid yang
mampu berperan sebagai estrogen yang dapat menstimulasi hati untuk mensintesis
vitelogenin (Ravindran et al. 2007; Saraswati 2013).
Penambahan S. platensis 2% pada pakan dan penyuntikan PMSG + AD
10% dapat meningkatkan hasil reproduksi ikan nila sebesar 300% tanpa
menurunkan kualitas (komposisi kimia) telur dan larva (Rahmatia 2013). Selain
itu penggunaan Oodev dengan dosis 15 IU.kg-1 bobot tubuh dan pakan yang
mengandung S. platensis sebanyak 3% dapat meningkatkan kadar estradiol
sebesar 621μg.mL-1 (Nainggolan et al. 2014). Penambahan bubuk kunyit pada
pakan burung puyuh jepang Cortunix cortunix japonica sebanyak 54 mg.ekor1
.hari-1 dapat meningkatkan kadar vitelogenin darah, bobot telur awal, indeks
kuning telur, selanjutnya dosis 405 mg.ekor-1.hari-1 dapat memperpendek siklus
ovulasi 5 jam 35 menit dan meningkatkan fekunditas telur melalui pemberian
pakan dengan kadar protein 22,67% yang diberikan sebelum kelamin terbentuk
(Saraswati 2013).
Pada penelitian ini, selain melakukan induksi maturasi, rematurasi secara
hormonal menggunakan Oodev dan penambahan suplemen (Spirulina platensis
dan Curcuma longa), juga dilakukan induksi ovulasi dan pemijahan secara
hormonal menggunakan Ovaprim (Leutinizing Hormone Releasing Hormoneanalogue (LHRHa) + AD), Spawnprim (aromatase inhibitor (AI) + oksitosin +
LHRHa + prostaglandin F2α (PGF2α) + AD) untuk mempercepat ovulasi dan
pemijahan. Ankley et al. (2002) melaporkan bahwa aromatase mengandung enzim
kompleks yang merupakan anggota dari sitokrom P450. Enzim ini mengkatalisis
tahap akhir proses pembentukan estrogen yaitu menghidroksilaksi androstenedion
menjadi estron dan testosterone menjadi 17β-estradiol (Sudrajat 2010). Hormon
oksitosin merupakan hormon yang terdapat pada mamalia berfungsi merangsang
kontraksi kuat pada dinding uterus untuk mempermudah dalam membantu proses
kelahiran (Hidayat 2008). Induksi ovulasi dan pemijahan telah dilakukan oleh
Mahdaliana (2014), menggunakan AI 50 ppm + oksitosin 1 IU + Ovaprim 0.3 mL
+ PGF2α 500 μg pada ikan patin dapat menghasilkan derajat penetasan sebesar
98,60% dan kelangsungan hidup 99.39%.

3
Berdasarkan uraian tersebut, aplikasi induksi Oodev dan penambahan
suplemen dalam pakan diharapkan dapat berpengaruh terhadap aktivitas hormon
reproduksi pada ikan tengadak sehingga dapat memacu proses maturasi dan
rematurasi, sedangkan induksi kombinasi hormon dapat memberikan pengaruh
pada proses ovulasi dan pemijahan sehingga diharapkan ikan dapat memijah
secara semi alami, tidak bergantung pada musim pemijahan dan dapat
meningkatkan keberhasilan pemijahan ikan tengadak

Perumusan Masalah
Pada tahun 2010, budidaya ikan tengadak sudah mulai dikembangkan tetapi
tingkat keberhasilannya masih sangat rendah, dikarenakan sulit dalam pengadaan
benih, ovulasi dan pemijahan serta membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
proses maturai dan rematurasinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian untuk
mempercepat pematangan gonad, ovulasi dan pemijahan ikan tengadak. Hal
tersebut dapat dilakukan melalui manipulasi hormonal dan penambahan suplemen
pada pakan ikan tengadak. Hormon yang dapat digunakan untuk mempercepat
pematangan gonad adalah Oodev, sedangkan hormon untuk mempercepat ovulasi
serta pemijahan adalah kombinasi AI, oksitosin, LHRHa + AD dan PGF 2α
kemudian bahan tambahan pakan yang dapat digunakan sebagai suplemen adalah
tepung spirulina dan tepung kunyit. Penggabungan hormon dan nutrisi diharapkan
dapat mempercepat proses maturasi dan rematurasi, sedangkan penggunaan
kombinasi hormon pada pemijahan diharapkan dapat mempercepat proses ovulasi
dan pemijahan ikan tengadak secara semi alami, sehingga menghasilkan benih
yang berkualitas serta jumlahnya dapat mencukupi kebutuhan pada kegiatan
budidaya untuk menjadikan ikan tengadak sebagai salah satu komoditas endemik
penting.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi induksi PMSG + AD (Oodev),
dan peran nutrient dalam spirulina, tepung kunyit yang ditambahkan dalam pakan
tehadap proses maturasi dan rematurasi ikan tengadak Barbonymus
schwanenfeldii, serta tipe pemijahan yang dihasilkan, dan juga mengevaluasi
peran AI, oksitosin, LHRHa, AD dan PGF 2α (Spawnprim) terhadap induksi
ovulasi dan pemijahan ikan tengadak.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu upaya
untuk mempercepat proses maturasi, rematurasi, ovulasi dan pemijahan ikan
tengadak.

4
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini yaitu induksi Oodev serta penambahaan
spirulina dan kunyit dalam pakan pada penelitian tahap satu dapat mempercepat
dan memperbaiki proses vitelogenesis, sehingga dapat mempercepat proses
maturasi dan memperbaiki kualitas telur dan larva. Penyuntikan kombinasi
hormon LHRHa + AD dan AI + oksitosin + LHRHa + AD + PGF 2α pada tahap
dua dapat mempengaruhi proses pematangan akhir gonad sehingga menginduksi
ovulasi dan pemijahan ikan tengadak secara semi alami, serta memperbaiki
kualitas benih.

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Februari sampai
Juni 2015, di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Anjongan, Jl. Raya Anjongan
Mandor km 70 Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua tahap kegiatan yang terdiri dari kegiatan induksi maturasi
dan rematurasi gonad serta induksi ovulasi dan pemijahan ikan tengadak

Prosedur Penelitian
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian induksi maturasi dan rematurasi pada ikan tengadak
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas dua faktor
sehingga terdapat 12 kombinasi perlakuan dan 5 ulangan, ulangan yang digunakan
berupa ulangan individu pada penelitian induksi maturasi. Faktor pertama yaitu
perlakuan dosis Oodev dan faktor kedua yaitu kelompok penambahan suplemen
dalam pakan yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perlakuan induksi maturasi dan rematurasi ikan tengadak
Perlakuan
Kelompok
Pakan komersil protein 22,02 % (KT)
P. komersil protein 22,02 % + tepung kunyit
3% (KN)
P. komersil protein 22,02 % + spirulina 3 %
(SP)
P. K. protein 22,02 % + spirulina 3% +
tepung kunyit 3% (SK)

Oodev
(0,0 mL.kg-1)
(1)
KT.1
KN.1

Oodev
(0,25 mL.kg1
) (2)
KT.2
KN.2

Oodev
(0,5 mL.kg-1)
(3)
KT.3
KN.3

SP.1

SP.2

SP.3

SK.1

SK.2

SK.3

Rancangan penelitian induksi ovulasi dan pemijahan akhir ikan tengadak
menggunakan Rancangan Acak Lengkap berupa kombinasi hormon yang terdiri

5
atas tiga perlakuan dengan menggunakan masing-masing lima ekor ikan tengadak.
Perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Perlakuan LHRHa + AD atau Ovaprim (LA).
2. Perlakuan AI + oksitosin + LHRHa + AD + PGF 2α atau Spawnprim (AOP).
3. Perlakuan tanpa hormon atau larutan fisiologis (NaCl 0,9%) (KT)

Tahap Satu: Maturasi dan Rematurasi
Persiapan hewan uji
Ikan tengadak yang digunakan dalam kegiatan tahap pertama (induksi
maturasi dan rematurasi) berupa induk tengadak yang berasal dari Balai Benih
Ikan Sentral (BBIS) Anjongan dengan ukuran 15-30 cm dan bobot 150-400 g
yang belum matang gonad.

A

B

Gambar 1. A. Gambar ikan betina dan B. Gambar ikan jantan
Perkembangan ovari ikan tengadak sebagai indikator tingkat kematangan
gonad berdasarkan Setiawan (2007) sebagai berikut:
Tingkat I: gonad seperti sepasang benang yang memanjang pada sisi lateral
rongga peritoneum bagian depan, berwarna bening dan permukaan
licin.
Tingkat II: gonad berukuran lebih besar, berwarna putih kekuningan, telur belum
bisa dilihat satu persatu.
Tingkat III: gonad mengisi hampir setengah rongga peritoneum, telur-telur mulai
terlihat dengan mata telanjang berupa butiran halus, gonad berwarna
kuning.
Tingkat IV:gonad mengisi sebagian besar ruang peritonemun, warna menjadi
hijau kecokelatan dan lebih gelap, telur-telur jelas terlihat dengan
butiran-butiran yang jauh lebih besar dibandingkan pada tingkat III.
Tingkat V: gonad kempis karena telur telah mengalami oviposisi (mijah).

Adaptasi ikan
Ikan yang telah diseleksi, terlebih dahulu diadaptasikan di waring
pemeliharaan sebelum diberi perlakuan selama kurang lebih satu minggu, untuk
menghindari ikan stres sehingga ikan dapat hidup dengan baik di tempat

6
pemeliharaan pada saat percobaan berlangsung. Saat adaptasi ikan tengadak diberi
pakan komersil dengan kadar protein 28-30%, sebanyak 3% dari biomassa dengan
frekuensi pemberian sebanyak dua kali sehari pada pukul 07.00 dan 17.00.
Tagging ikan uji
Tagging pada ikan uji dilakukan setelah ikan sudah beradaptasi pada wadah
pemeliharaan. Tagging yang digunakan berupa plastik berlebel yang diikat pada
sirip punggung ikan sesuai perlakuan. Sebelum ikan ditagging ikan terlebih
dahulu dipingsankan menggunakan anastesi MS222 (tricaine melathanesulfonate)
dengan dosis 15-30 mg.L-1 (Kathleen 2011), agar tidak menimbulkan stres pada
ikan uji. Pemberian tagging bertujuan untuk mempermudah pengontrolan pada
saat pemeliharaan berlangsung.
Persiapan hormon dan pakan Uji
Hormon uji yang digunakan adalah Oodev yang mengandung PMSG dan
AD. Oodev 107 inovasi IPB merupakan merek dagang yang dikembangkan oleh
Laboratorium Reproduksi dan Genetika Ikan, Departemen Budidaya Perairan,
Institut Pertanian Bogor. Pakan uji yang digunakan berupa pakan komersil dengan
kandungan protein 28-30%. Pakan tersebut ditepungkan terlebih dahulu,
kemudian ditambahkan suplemen berdasarkan perlakuan. Selanjutnya pakan
dicetak menjadi pelet dan dikering anginkan hingga kering (Lampiran 1). Hasil
proksimat pakan perlakuan dapat dilihat pada (Tabel 2).
Tabel 2. Proksimat (% bobot kering) pakan yang diberi suplemen (tepung spirulina
dan tepung kunyit)
Jenis Pakan

Protein

Lemak

Serat Kasar

Kadar Air

Kadar Abu

BETN

Pakan KT

22,02

9,15

5,96

8,33

10,28

44,25

Pakan KN

22,75

9,52

5,93

7,89

10,63

43,28

Pakan SP

22,37

9,54

5,27

8,56

11,91

42,36

23,77
8,10
6,32
8,70
10,45
42,66
Pakan SK
Pakan KT: pakan komersil tanpa penambahan suplemen, pakan KN: pakan komersil + C. longa
3%, pakan SP: pakan komersil + S. platensis 3% dan pakan SK : pakan komersil + C. longa 3% +
S. platensis 3%

Pemeliharaan ikan tengadak
Ikan tengadak dipelihara dalam waring ukuran 1×1,5×2 m sebanyak empat
buah yang dipasang di dalam kolam beton, dengan kepadatan 15 ekor perwaring.
Selama pemeliharaan, induk diberi pakan perlakuan secara at satiation sebanyak
dua kali sehari pada pukul 07.00 dan 17.00 serta diinduksi Oodev setiap dua
minggu sekali dengan dosis sesuai perlakuan selama 14 minggu. Selama masa
pemeliharaan berlangsung dilakukan pengamatan pada beberapa parameter.

Parameter Penelitian
Tingkat dan waktu maturasi
Pengamatan tingkat dan waktu maturasi dilakukan dengan cara
menjumlahkan dan mempersentasikan induk ikan tengadak yang telah terdapat

7
gamet (telur) serta menghitung jarak hari dari dilakukan induksi hormon dan
pemberian pakan uji hingga terjadinya maturasi akhir. Metode pengamatan
tingkat dan waktu maturasi yang digunakan berdasarkan metode Farastuti (2013).
Profil hormon 17β-estradiol dan progesteron
Pengukuran konsentrasi 17β-estradiol dan progesteron dalam darah
dilakukan pada awal penelitian, minggu ke-4 dan minggu ke-14 menggunakan
metode ELISA. Analisis estradiol dan progesteron dilakukan di Balai Budidaya
Ikan Hias Air Tawar Depok.
Histologi gonad dan hati
Histologi gonad dan hati dilakukan pada awal penelitian dan minggu ke-4.
Histologi gonad dilakukan berdasarkan metode Gunarso (1989). Analisi histologi
dilakukan di Balai Besar Penelitian Veteriner (BALIVET) Bogor.
Indeks gonadosomatik (IGS)
Pengamatan IGS dilakukan pada awal dan akhir penelitian dengan cara
membedah ikan dan mengukur bobot badan serta gonad yang dihasilkan. Nilai
IGS dapat menggunakan rumus berikut:


(%) =
100



Indeks hepatosomatik (IHS)
Pengamatan IHS dilakuakan pada awal dan akhir penelitian dengan cara
membedah ikan dan mengukur berat badan serta hati yang dihasilkan selama
pemeliharaan pada kegiatan maturasi. Nilai IHS dapat dihitung menggunakan
rumus berikut:

(%) =
100



Pertambahan bobot induk tengadak
Pertambahan bobot ikan tengadak selama masa pemeliharaan diamati setiap
dua minggu sekali untuk mengetahui perubahan bobot induk selama masa
pemeliharaan. Nilai pertambahan bobot induk dapat dihitung menggunakan rumus
berikut:


=
ℎ −
Jumlah telur yang diovulasikan (spawned eggs)
Pengamatan jumlah telur yang diovulasikan dilakukan setiap enam jam
sekali pasca penyuntikan hormon dengan cara pemijahan buatan (dialin), setelah
itu dilakukan penghitungan seluruh telur yang diovulasikan oleh induk ikan
tengadak.

Diameter telur
Pengamatan diameter telur dilakukan bersamaan dengan pengamatan tingkat
maturasi setiap satu minggu sekali dengan cara kanulasi. Telur yang diperoleh
diambil 30 butir dan diukur menggunakan mikroskop binokuler Olympus tipe
SZX16 perbesaran lensa objektif 10 kali.

8
Analisis Data
Data yang diperoleh ditabulasikan menggunakan program MS. Office Excel
2007 selanjutnya dianalisis menggunakan uji ANOVA pada parameter
pertambahan bobot dan diameter telur. Data spawned eggs dianalisis
nonparametrik yaitu uji Kruskal‒Wallis (p

Dokumen yang terkait

Dinamika Kualitas Air Pada Kolam Pemeliharaan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii Bleeker, 1854)

0 6 40

Dinamika Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)

1 10 43

Optimasi Salinitas untuk Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii

1 5 34

Rekayasa Salinitas dan Kalsium pada Media Pemeliharaan untuk Meningkatkan Produksi Pendederan Benih Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)

0 10 70

Peran Suhu dan Penambahan Magnesium dalam Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan pada Pendederan Benih Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)

1 6 59

RASIO PENAMBAHAN MADU DALAM NACL UNTUK PENGENCERAN SPERMA TERHADAP FERTILISASI DAN DAYA TETAS TELUR IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii)

0 0 6

PERTUMBUHAN IKAN TENGADAK ALBINO DAN HITAM (Barbonymus schwanenfeldii) DALAM KOLAM [Growth performance of the albino and black tinfoil barb (Barbonymus schwanenfeldii) in pond] Gleni Hasan Huwoyon1 dan Irin Iriana Kusmini1

0 0 8

Masyarakat Iktiologi Indonesia Peningkatan pertumbuhan benih ikan tengadak, Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker 1853) melalui pengaturan salinitas dan kalsium

0 1 9

Masyarakat Iktiologi Indonesia Kombinasi penambahan suplemen spirulina Spirulina platensis dan kunyit Curcuma longa dalam pakan dan induksi hormonal untuk meningkatkan kinerja reproduksi ikan tengadak Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker, 1854)

0 1 9

PENGARUH BEBERAPA JENIS PAKAN ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN TENGADAK ( Barbonymus schwanenfeldii ) THE EFFECT OF NATURAL FEED ON THE GROWTH AND SURVIVAL RATE TENGADAK FISH LARVAE ( Barbonymus schwanenfeldii )

0 0 8