Peran Suhu dan Penambahan Magnesium dalam Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan pada Pendederan Benih Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)
PERAN SUHU DAN PENAMBAHAN MAGNESIUM DALAM MENINGKATKAN
KINERJA PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN BENIH
IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii)
NOVI SUSIANTI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Peran Suhu dan Penambahan
Magnesium dalam Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan pada Pendederan Benih
Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau di kutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Novi Susianti
NRP C151120281
RINGKASAN
NOVI SUSIANTI. Peran Suhu dan Penambahan Magnesium dalam
Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan pada Pendederan Benih Ikan Tengadak
(Barbonymus schwanenfeldii). Di bimbing oleh KUKUH NIRMALA dan ANI
WIDIYATI.
Ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) merupakan jenis ikan endemik
yang berasal dari Kalimantan dan Sumatera. Ikan tengadak merupakan salah satu
komoditas lokal yang memiliki potensi untuk dijadikan sebagai ikan budi daya.
Ikan tengadak pada ukuran benih dijadikan salah satu komoditas ikan hias. Dalam
kegiatan budidaya ikan tengadak pertumbuhannya masih sangat rendah, hal ini
diduga karena belum optimalnya kondisi lingkungan untuk mendukung kehidupan
ikan tengadak. Pemberian rangsangan suhu media akan berpengaruh terhadap
aktivitas enzim pencernaan. Aktivitas enzim ini mengakibatkan terjadinya
pencernaan sehingga lambung menjadi kosong yang memacu ikan akan merasa
lapar sehingga akan mendorong ikan melakukan aktivitas makan, dengan adanya
aktivitas makan akan meningkatkan jumlah pakan yang dikonsumsi. Pakan yang
dikonsumsi akan dicerna menjadi materi yang lebih sederhana dan selanjutnya
akan diserap sehingga menghasilkan energi melalui proses metabolisme.
Kelebihan energi tersebut akan digunakan untuk membangun jaringan baru yang
berakibat pada pertumbuhan. Magnesium dibutuhkan untuk pemeliharaan intra
dan ekstraseluler homeostasis pada ikan, berperan sebagai katalisator,
elektrokimia dan pembentukan struktur jaringan. Tujuan menentukan suhu dan
penambahan magnesium yang terbaik dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan
pada pendederan benih ikan tengadak.
Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan tengadak berukuran panjang
2+0.03 cm dengan bobot 0.33+0.01 g. Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 40
hari, dengan kepadatan satu ekor L-1. Wadah penelitian berupa akuarium
berukuran 60x40x40 cm yang diisi air dengan volume 70 liter. Pakan yang
digunakan berupa cacing sutra (Tubifex sp.) segar dengan kandungan gizi : protein
47.23 %, lemak 10.52 %, karbohidrat 2.04 %, abu 3.32 %, kadar air 81.37 %, serat
1.03 % dan magnesium 55.13 mg kg-1. Pakan diberikan secara ad libitum
sebanyak tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Untuk menjaga agar
kualitas air akuarium tetap baik, terbebas dari kotoran ikan maupun kotoran sisa
pakan yang tidak termakan ikan dibersihkan dengan menggunakan filter spons.
Filter menyedot air akuarium lalu menyaringnya didalam spons sehingga air
akuarium kembali dalam keadaan bersih. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan tiga kali ulangan. Faktor
yang digunakan yaitu tiga perlakuan suhu dengan masing-masing taraf 26 °C, 28
°C dan 30 °C dan empat perlakuan magnesium dengan masing-masing taraf 0,
10, 20 dan 30 mg L-1.
Hasil penelitian menunjukkan rekayasa lingkungan budidaya dengan
pengaturan suhu dan penambahan magnesium pada media pemeliharaan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap benih ikan tengadak (P0.05). Ekskresi amonia tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu 30 °C
yaitu 0.057 mg g-1 jam-1 sedangkan terendah pada perlakuan suhu 26 °C yaitu
0.032 mg g-1 jam-1. Tabel dua arah ekskresi amonia pada beberapa taraf suhu dan
penambahan magnesium yang berbeda dapat dilihat pada lampiran 5. Hasil
pengukuran ekskresi amonia seperti ditunjukkan pada Gambar 6.
0,070
0,060
0,050
0,040
0,030
0,020
0,010
0,050
0,045
0,040
0,035
0,030
0,025
0,020
Ekskresi Amonia
(mg g-¹ jam-¹)
Ekskresi Amonia
(mg g-¹ jam-¹)
12
0.056c
0.042b
0.035a
0.043a
a
0.044a 0.044a 0.045
0
26
28
30
10
20
30
Penambahan Magnesium
(mg L-¹)
Suhu (°C)
(a)
(b)
Gambar 6 Ekskresi amonia benih ikan tengadak pada beberapa taraf suhu (a) dan
penambahan magnesium (b) yang berbeda. Huruf supercript yang
berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf uji 5 % (uji Duncan)
Kandungan Magnesium di Air
Kandungan magnesium di air
(mg -¹L)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor suhu dan penambahan
magnesium berpengaruh nyata terhadap kandungan magnesium di air (p
KINERJA PERTUMBUHAN PADA PENDEDERAN BENIH
IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii)
NOVI SUSIANTI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Peran Suhu dan Penambahan
Magnesium dalam Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan pada Pendederan Benih
Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau di kutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Novi Susianti
NRP C151120281
RINGKASAN
NOVI SUSIANTI. Peran Suhu dan Penambahan Magnesium dalam
Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan pada Pendederan Benih Ikan Tengadak
(Barbonymus schwanenfeldii). Di bimbing oleh KUKUH NIRMALA dan ANI
WIDIYATI.
Ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) merupakan jenis ikan endemik
yang berasal dari Kalimantan dan Sumatera. Ikan tengadak merupakan salah satu
komoditas lokal yang memiliki potensi untuk dijadikan sebagai ikan budi daya.
Ikan tengadak pada ukuran benih dijadikan salah satu komoditas ikan hias. Dalam
kegiatan budidaya ikan tengadak pertumbuhannya masih sangat rendah, hal ini
diduga karena belum optimalnya kondisi lingkungan untuk mendukung kehidupan
ikan tengadak. Pemberian rangsangan suhu media akan berpengaruh terhadap
aktivitas enzim pencernaan. Aktivitas enzim ini mengakibatkan terjadinya
pencernaan sehingga lambung menjadi kosong yang memacu ikan akan merasa
lapar sehingga akan mendorong ikan melakukan aktivitas makan, dengan adanya
aktivitas makan akan meningkatkan jumlah pakan yang dikonsumsi. Pakan yang
dikonsumsi akan dicerna menjadi materi yang lebih sederhana dan selanjutnya
akan diserap sehingga menghasilkan energi melalui proses metabolisme.
Kelebihan energi tersebut akan digunakan untuk membangun jaringan baru yang
berakibat pada pertumbuhan. Magnesium dibutuhkan untuk pemeliharaan intra
dan ekstraseluler homeostasis pada ikan, berperan sebagai katalisator,
elektrokimia dan pembentukan struktur jaringan. Tujuan menentukan suhu dan
penambahan magnesium yang terbaik dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan
pada pendederan benih ikan tengadak.
Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan tengadak berukuran panjang
2+0.03 cm dengan bobot 0.33+0.01 g. Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 40
hari, dengan kepadatan satu ekor L-1. Wadah penelitian berupa akuarium
berukuran 60x40x40 cm yang diisi air dengan volume 70 liter. Pakan yang
digunakan berupa cacing sutra (Tubifex sp.) segar dengan kandungan gizi : protein
47.23 %, lemak 10.52 %, karbohidrat 2.04 %, abu 3.32 %, kadar air 81.37 %, serat
1.03 % dan magnesium 55.13 mg kg-1. Pakan diberikan secara ad libitum
sebanyak tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Untuk menjaga agar
kualitas air akuarium tetap baik, terbebas dari kotoran ikan maupun kotoran sisa
pakan yang tidak termakan ikan dibersihkan dengan menggunakan filter spons.
Filter menyedot air akuarium lalu menyaringnya didalam spons sehingga air
akuarium kembali dalam keadaan bersih. Rancangan percobaan yang digunakan
adalah rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan tiga kali ulangan. Faktor
yang digunakan yaitu tiga perlakuan suhu dengan masing-masing taraf 26 °C, 28
°C dan 30 °C dan empat perlakuan magnesium dengan masing-masing taraf 0,
10, 20 dan 30 mg L-1.
Hasil penelitian menunjukkan rekayasa lingkungan budidaya dengan
pengaturan suhu dan penambahan magnesium pada media pemeliharaan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap benih ikan tengadak (P0.05). Ekskresi amonia tertinggi diperoleh pada perlakuan suhu 30 °C
yaitu 0.057 mg g-1 jam-1 sedangkan terendah pada perlakuan suhu 26 °C yaitu
0.032 mg g-1 jam-1. Tabel dua arah ekskresi amonia pada beberapa taraf suhu dan
penambahan magnesium yang berbeda dapat dilihat pada lampiran 5. Hasil
pengukuran ekskresi amonia seperti ditunjukkan pada Gambar 6.
0,070
0,060
0,050
0,040
0,030
0,020
0,010
0,050
0,045
0,040
0,035
0,030
0,025
0,020
Ekskresi Amonia
(mg g-¹ jam-¹)
Ekskresi Amonia
(mg g-¹ jam-¹)
12
0.056c
0.042b
0.035a
0.043a
a
0.044a 0.044a 0.045
0
26
28
30
10
20
30
Penambahan Magnesium
(mg L-¹)
Suhu (°C)
(a)
(b)
Gambar 6 Ekskresi amonia benih ikan tengadak pada beberapa taraf suhu (a) dan
penambahan magnesium (b) yang berbeda. Huruf supercript yang
berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf uji 5 % (uji Duncan)
Kandungan Magnesium di Air
Kandungan magnesium di air
(mg -¹L)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor suhu dan penambahan
magnesium berpengaruh nyata terhadap kandungan magnesium di air (p