Dinamika Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)

DINAMIKA KOMUNITAS PLANKTON DI KOLAM
PENDEDERAN IKAN TENGADAK
(Barbonymus schwanenfeldii)

ANGGIA IMANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dinamika Komunitas
Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari2014

Anggia Imani
NIM C24090077

iv

ABSTRAK
ANGGIA IMANI. Dinamika Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan
Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii). Dibimbing oleh NIKEN TUNJUNG
MURTI PRATIWI dan ANI WIDIYATI.
Plankton baik fitoplankton maupun zooplankton merupakan salah satu
faktor penting untuk keberhasilan budidaya ikan. Pemberian pakan buatan pada
ikan yang dipelihara dapat mempengaruhi kondisi plankton yang ada. Plankton
tersebut dapat memberikan dampak positif maupun negatif bagi kelangsungan
hidup ikan yang dipelihara yaitu ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii).
Pengamatan terhadap plankton yang ada diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai dinamika plankton yang terjadi selama pemeliharaan ikan tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fitoplankton yang mendominasi adalah
kelas Chlorophyceae, sedangkan zooplankton adalah Rotifera. Nilai indeks
keanekaragaman yang didapatkan tergolong sedang, nilai indeks keseragaman
yang tinggi serta nilai indeks dominansi yang cenderung rendah baik pada
fitoplankton maupun zooplankton. Hasil uji statistik dengan menggunakan
program SPSS menunjukkan pengaruh perlakuan pemberian pakan tidak
mempengaruhi komposisi kelas plankton maupun kelimpahannya. Pada penelitian
ini tidak ditemukan jenis plankton yang berbahaya sehingga tidak mempengaruhi
kelangsungan hidup ikan tengadak (B. schwanenfeldii) yang dipelihara.
Kata kunci: Ikan Tengadak (Barbonymus scwanenfeldii), Pakan Buatan, Plankton
ABSTACT
ANGGIA IMANI. Dynamics of Plankton Communities in Tengadak
(Barbonymus schwanenfeldii) Ponds. Supervised by NIKEN TUNJUNG MURTI
PRATIWI dan ANI WIDIYATI.
Plankton both phytoplankton and zooplankton is one of essential factor to
establishing the success of aquaculture. Artificial feeding in aquaculture may
affects the condition of plankton. The plankton can give positive or negative
impact to the survival of fish like Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii).
Plankton observations are expected to provide information about the dynamics of

plankton during the fish maintenance. The results of this study indicate that the
phytoplankton was dominated by class of Chlorophyceae and the zooplankton was
dominated by Rotifera. The value of diversity index tend to moderate, with the
value of eveness index tend to high and value of dominance index tend to low for
both phytoplankton and zooplankton. Statistical test results by SPSS program
showed that the effect of feeding treatment did not affect the composition and
abundance of plankton class. In this study, harmful plankton was not found, and
was not affected the survival of Tengadak (B. schwanenfeldii).
Key words: Artificial feed, Plankton, Tengadak (Barbonymus schwanenfeldiii)

DINAMIKA KOMUNITAS PLANKTON DI KOLAM
PENDEDERAN IKAN TENGADAK
(Barbonymus schwanenfeldii)

ANGGIA IMANI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Perikanan
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

ii

SKRIPSI
Judul Skripsi
Nama Mahasiswa
NIM
Program Studi

: Dinamika Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan
Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)

: Anggia Imani
: C24090077
: Manajemen Sumber Daya Perairan

Disetujui oleh:

Dr Ir Niken T. M. Pratiwi, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Ani Widiyati, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh:

Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc
Ketua Departemen

Tanggal lulus :

iv


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala
atas segala karunia dan hidayah-Nya, karena skripsi berjudul Dinamika
Komunitas Plankton di Kolam Pendederan Ikan Tengadak (Barbonymus
schwanenfeldii) ini dapat diselesaikan dengan baik.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak yang telah
mendukung dan membantu dalam pelaksanaan penelitian hingga proses
penyusunan skripsi ini. Karenanya penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada,
1.
Dr Ir Niken T. M. Pratiwi, MSi dan Dr Ir Ani Widiyati, MSi
selaku pembimbing yang telah memberikan banyak sekali
masukan dan bimbingan untuk penyusunan skripsi ini,
2.
Dr Ir M. Mukhlis Kamal, MSc dan Ir. Agustinus M. Samosir, M.
Phil, selaku Ketua Departemen dan Ketua Program Studi MSP,
3.
Ir Retna Utami, MSc, selaku Kepala Balai Penelitian dan
Pengembangan Air Tawar Bogor, atas kesempatannya untuk

melakukan penelitian ini,
4.
Ibu Siti Nursiyamah, selaku Laboran Laboratorium Biomikro,
atas arahan dan bimbingannya,
5.
Orang tua penulis, Ir Eman Machmur, dan Dra Ohan Rohayati,
serta Dr Ir Tri Heru Prihadi, MSc, dan Tati Mulyati, adik-adik
penulis Asyifa Nurani, Avia Maulidina, Ali Muhammad
Firdaus, atas semangat, doa serta dukungan yang tidak pernah
berhenti pada penulis,
6.
Muhammad Aziz Baharsyah, atas bantuan, semangat dan
dukungannya,
7.
Dwi, Nanda, Eka, Dewi, Ara, Janty, Ika, Novi, Fau, Gilang,
Nisa, Viska, Arni, Zia, atas dukungan dan semangatnya,
8.
Mas Genta, Mba Aay, Kak Dede, Kak Alim, Kak Zulmi atas
bantuannya,
9.

Teman penelitian (Arinta dan Hari), teman-teman MSP 46,
Teman-teman asrama (Eca, Hastuti, Via), teman Wisma Asri,
10. serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi
pedoman penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi. Saran dan kritik sangat
penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini.
Bogor, Februari 2014

Anggia Imani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian


iii
1
1
2
2

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan
Perancangan percobaan
Prosedur Kerja
Perhitungan Data
Kelimpahan Plankton
Indeks keanekaragaman (H’)
Indeks Keseragaman / Eveness (E)
Indeks Dominansi (D)
Tingkat Kelangsungan Hidup
Analisis Data
Indeks Nygaard (IN)

Grafik Suksesi Frontier
Rancangan Acak Lengkap dalam waktu
Uji Wilayah Berganda (Duncan)
Analisis cluster
Analisis Regresi Berganda

3
3
3
3
3
5
5
5
5
6
6
6
6
7

8
9
9
9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Komposisi Kelas Plankton
Perkembangan Kelimpahan Plankton
Indeks Biologi
Grafik Suksesi Frontier
Indeks Nygaard
Parameter Fisika Kimia Air
Analisis cluster
Analisis Regresi
Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Tengadak
Pembahasan

10
10
10
10
14
15
17
18
19
19
20
20

KESIMPULAN

23

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

25

RIWAYAT HIDUP

31

iii

DAFTAR TABEL
1 Parameter kualitas air yang diamati (APHA 2012)
2 Sidik ragam RAL dalam waktu
3 Hasil regresi kualitas air terhadap kelimpahan fitoplankton
4 Hasil regresi kualitas air terhadap kelimpahan zooplankton
5 Matriks Hasil pengamatan terhadap perlakuan yang diujikan

4
8
20
20
23

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pendekatan masalah dinamika plankton sebagai respon
dari pemberian pakan buatan
2 Grafik suksesi frontier
3 Komposisi kelas fitoplankton
4 Komposisi kelas zooplankton
5 Perkembangan kelimpahan fitoplankton
6 Perkembangan kelimpahan zooplankton
7 Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (C)
fitoplankton
8 Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (C
zooplankton
9 Grafik suksesi fitoplankton
10 Grafik suksesi zooplankton
11 Hasil perhitungan Indeks Nygaard
12 Hasil pengukuran kualitas air
13 Dendrogram fitoplankton
14 Dendrogram zooplankton
15 Tingkat kelangsungan hidup ikan tengadak

2
7
11
11
12
13
14
15
16
17
18
18
19
19
20

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kegiatan penelitian
2 Kolam penelitian
3 Plankton yang ditemukan
4 Jumlah Jenis Fitoplankton
5 Jumlah Jenis Zooplankton
6 Jumlah Kelimpahan Fitoplankton
7 Jumlah Kelimpahan Zooplankton
8 Indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi setiap kolam
9 Indeks Nygaard

26
26
27
28
28
29
29
30
30

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) merupakan ikan air tawar yang
berasal dari provinsi Kalimantan Barat yang potensial untuk dibudidayakan karena
dapat mencapai ukuran yang besar (Kusmini et al. 2010) dan disukai oleh masyarakat.
Pada habitat aslinya di Kalimantan Barat, ikan tengadak (B. schwanenfeldii) banyak
ditemukan di sungai-sungai di Kalimantan, namun seiring berjalannya waktu,
kerusakan lahan, penangkapan berlebih serta pencemaran membuat ikan tengadak
menjadi sulit untuk ditemukan, sehingga diperlukan upaya untuk melestarikannya
melalui kegiatan budidaya.
Salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan budidaya adalah
kondisi plankton yang ada pada media budidaya. Plankton merupakan organisme
mikroskopis yang terbagi menjadi dua, yaitu fitoplankton dan zooplankton.
Fitoplankton merupakan organisme produsen di perairan karena memiliki
kemampuan untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan makanannya sendiri
dengan memanfaatkan sinar matahari serta unsur hara sebagai sumber energi,
sedangkan zooplankton adalah plankton yang memiliki kemampuan bergerak secara
terbatas, tidak dapat menghasilkan makanan sendiri, tetapi mendapatkan energi
dengan cara mengkonsumsi fitoplankton. Fitoplankton maupun zooplankton memiliki
peranan penting bagi berjalannya rantai makanan pada ekosistem perairan. Pada
kegiatan budidaya, plankton tersebut dapat memberikan dampak positif seperti dapat
menjadi pakan alami bagi ikan yang dipelihara, namun plankton pun dapat
menimbulkan dampak negatif seperti dapat menimbulkan racun yang dapat
mematikan bagi ikan.
Ketersediaan plankton di perairan dipengaruhi oleh kandungan nutrien, dan
kondisi fisika-kimia perairan. Semakin tinggi kandungan nutrien di suatu perairan,
maka kelimpahan fitoplankton di perairan tersebut pun akan semakin tinggi. Pada
proses budidaya, kandungan nutrien banyak didapatkan dari hasil dekomposisi sisa
pakan, serta pemupukan (Boyd 1992). Plankton yang memanfaatkan bahan anorganik
dalam pertumbuhannya dapat memiliki komposisi jenis yang berbeda-beda sesuai
dengan kondisi perairan. Kondisi perubahan komposisi plankton tersebut disebut
suksesi.
Perumusan Masalah
Pada proses budidaya, pakan yang diberikan pada biota yang dipelihara akan
menimbulkan limbah berupa sisa pakan. Sisa pakan merupakan bahan organik yang
akan terdekomposisi menjadi bahan anorganik. Bahan anorganik inilah yang dapat
dimanfaatkan oleh plankton khususnya fitoplankton dalam pertumbuhannya. Plankton
dalam media budidaya dapat memberikan dampak positif maupun negatif.
Fitoplankton berfungsi sebagai penyedia oksigen yang berasal dari proses fotosintesis
serta perannya sebagai produsen di perairan, dan zooplankton berguna sebagai pakan
alami bagi biota dalam proses budidaya tersebut. Plankton pada media budidaya juga
dapat memberikan dampak negatif, seperti pada tingkat kepadatan yang tinggi,
fitoplankton dapat menjadi kompetitor oksigen yang mematikan ikan, khususnya pada
malam hari serta pada kondisi intensitas cahaya matahari yang sangat rendah (Boyd
1992). Di samping itu kematian masal fitoplankton yang mendadak pada puncak
ledakan populasinya akan diikuti oleh proses dekomposisi yang intensif sehingga

2

mengkonsumsi habis persediaan oksigen terlarut dalam air kolam serta tingginya
konsentrasi senyawa-senyawa nitrit, ammonia, dan asam sulfida (Seymour 1980
dalam Chrismadha dan Ali 2007).
Perkembangan komunitas fitoplankton dalam air kolam pada umumnya dipicu
oleh peningkatan kesuburan air akibat proses pemupukan dan pemberian pakan
buatan (Boyd 1992). Semakin banyak pakan buatan yang diberikan, maka kandungan
nutrien di perairan akan semakin tinggi dan jumlah planktonnya akan semakin
banyak. Apabila jumlah pakan buatan yang diberikan berlebihan, maka akan
menyebabkan eutrofikasi dan dapat menyebabkan ledakan populasi plankton,
sehingga perlu diketahui jenis, kelimpahan, serta suksesi plankton sebagai salah satu
upaya awal dalam mengendalikan jumlah plankton dalam kolam pendederan benih
ikan tengadak (B. schwanenfeldii).

-Pakan buatan
- Feses
-Air media

-Dekomposisi
bahan organik
-Ketersediaan
nutrien

Jenis dan
kelimpahan
plankton
+

Keberadaan
plankton

Gambar 1.Kerangka pendekatan masalah dinamika plankton sebagai respon
dari pemberian pakan buatan
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dinamika plankton di kolam
pendederan ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) yang diberi perlakuan
pemberian pakan yang berbeda.
Manfaat Penelitian
Informasi dari hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam pengendalian
komunitas plankton pada masa pendederan ikan tengadak (B. schwanenfeldii).

3

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan meliputi empat tahapan, yaitu kegiatan persiapan kolam,
persiapan biota uji, perancangan penelitian dan pengumpulan data. Kegiatan
persiapan dilakukan sepuluh hari sebelum penelitian lapangan, dan penelitian
lapangan dilakukan selama 30 hari mulai April 2013 hingga Juni 2013. Penelitian
lapang dilakukan di kolam penelitian Instalasi Lingkungan Perikanan Budidaya dan
Toksikologi, Cibalagung Bogor,analisis contoh dilakukan di Laboratorium Biologi
Mikro Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, IPB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan persiapan adalah kolam berukuran
200x200x80 cm beserta perangkat kolam lainnya. Pada proses pengambilan contoh,
alat yang digunakan adalahperangkat pengambilan contoh plankton dan kualitas air
menurut APHA (2012) dan pada proses analisis contoh, alat yang dilakukan adalah
perangkat analisis plankton dan air berdasarkan APHA (2012) dan buku identifikasi
menurut Davis (1995) dan Prescott (1970). Bahan yang digunakan dalam proses
persiapan adalah biota uji berupa benih ikan tengadak (B. schwanenfeldii) ukuran 13 cm sebanyak 30 ekor/m2, beserta bahan-bahan penunjang persiapan kolam, bahan
yang digunakan dalam proses pemeliharaan adalah pakan buatan, pada proses
pengambilan contoh adalah bahan preservasi contoh plankton dan analisis kualitas air
(APHA 2012).
Perancangan percobaan
Pada proses pemeliharaan, benih ikan tengadak (B. schwanenfeldii) dipelihara
pada kolam dengan perlakuan berupa perbedaan pemberian jumlah pakan yang
diberikan pada benih yaitu sebesar 3% dari biomassa benih untuk perlakuan A, 6%
dari biomassa benih untuk perlakuan B, dan 9% dari biomassa benih untuk perlakuan
C. Rancangan percobaan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan
pakanterhadap komposisi kelas dan kelimpahan plankton adalah rancangan acak
lengkapdalam waktu (RAL dalam waktu). Rancangan ini adalah percobaan yang
melibatkan waktu pengamatan terhadap satu objek. Disamping perlakuan,
penggunaan rancangan acak lengkap dalam waktu diharapkan juga mampu melihat
perkembangan respon selama waktu penelitian berlangsung, sehingga pengaruh waktu
akan sangat bermanfaat untuk dikaji disamping perlakuan yang diberikan.
Prosedur Kerja
Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu:
1. Persiapan kolam
Persiapan kolam dilakukan untuk menyediakan media untuk pendederan
ikan tengadak (B. schwanenfeldii). Kolam berukuran 200 x 200 x 80 cm
sebanyak 9 kolam diisi dengan air yang berasal dari Sungai Ciapus Bogor.
Aliran air dalam kolam bersifat tertutup. Selanjutnya dilakukan pengapuran
selama 24 jam untuk membersihkan bakteri. Setelah dilakukan pengapuran, air

4

dibuang dari kolam dan diisi kembali dari sumber yang sama yaitu sungai
Ciapus dengan tinggi ± 40 cm. Selanjutnya benih ditebar di kolam yang telah
disiapkan dengan padat tebar sebanyak 30 ekor/m2.
2. Persiapan biota uji
Persiapan biota uji berupa benih ikan tengadak (B. schwanenfeldii) yang
berasal dari pembudidaya di Cijeruk meliputi pengukuran panjang dan bobot
dari benih ikan tengadak (B. schwanenfeldii) yang akan dimasukkan ke kolam.
Pengukuran panjang dan bobot tersebut dilakukan secara acak pada 10% dari
jumlah benih yang akan dimasukkan ke setiap kolam. Berdasarkan hasil
pengukuran tersebut didapatkan biomassa dari benih yang akan dimasukkan ke
kolam yang menjadi acuan untuk pakan yang diberikan pertama kali.
Selanjutnya benih ditebar di kolam yang telah disiapkan dengan padat tebar
sebanyak 30 ekor/m2 (lampiran 1).
3. Pemeliharaan biota uji
Biota uji berupa ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii) yang
dipelihara pada 9 kolam dengan perlakuan pakan yang berbeda diberi pakan
secara berkala sebanyak tiga kali setiap harinya (lampiran 2). Selain itu,
dilakukan pengambilan contoh pada biota uji secara berkala setiap 9 hari
dengan melakukan pengukuran panjang dan bobot untuk menentukan biomassa
ikan dan jumlah pakan yang diberikan.
4. Pengumpulan data
Parameter yang diamati meliputi parameter kualitas fisika, kimia, serta
biologi air. Parameter kualitas fisika air yang diukur antara lain suhu,
kecerahan, dan warna, sedangkan parameter kualitas kimia air meliputi pH, DO,
alkalinitas, nitrit (NO2), nitrat (NO3), amonia (NH3), dan ortofosfat. Adapun
parameter biologi yang diamati adalah jenis dan kelimpahan plankton baik
fitoplankton maupun zooplankton serta ikan tengadak (B. Schwanenfeldii) untuk
melihat tingkat kelangsungan hidupnya (SR). Parameter kualitas air yang akan
diukur selama penelitian disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter kualitas air yang diamati (APHA 2012)
A.

B.

No
Fisika
1
2
Kimia
1
2
3
4
5
6

Parameter
Suhu
Warna
pH
DO
NO3-N
NH3-N
NO2-N
Ortofosfat

Satuan

Alat/Metode

Analisis

C

Termometer/pemuaian
Visual

In situ
In situ

mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

pH meter
DO meter
Metode Brucine
Metode Phenate
Metode Colorimetri
Metode Asam Askorbat

In situ
In situ
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium
Laboratorium

o

Pengamatan parameter biologi berupa plankton dilakukan setiap pukul
10.00 WIB setiap 3 hari selama masa pendederan. Contoh plankton diambil
dengan cara menyaring air sebanyak 100 liter dengan menggunakan plankton
net, dan dipadatkan menjadi 100 ml. Selanjutnya plankton yang telah tersaring
kemudian disimpan dalam botol sampel dan diawetkan dengan menggunakan
larutan Lugol 1% untuk selanjutnya diidentifikasi dan dilakukan analisis.
Contoh jenis plankton yang ada dapat dilihat pada lampiran 3.
Pengukuran kualitas air dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum
penebaran benih (hari ke-0), pada hari ke-9 dan pada hari ke-27 setiap pukul

5

06.30 dengan cara mengambil contoh air dan kemudian dipreservasi untuk
kemudian dianalisis.
Perhitungan Data
Kelimpahan Plankton
Kelimpahan plankton dapat dianalisis dengan menggunakan rumus berikut
(APHA 2012)

N

Acg Vt
1
x
x
Alp Vcg VdxN

Keterangan :
N
: Kelimpahan Plankton (ind/L)
Acg : Luas gelas penutup (mm2)
Alp : Luas satu lapang pandang (mm2)
Vt
: Volume botol contoh hasil saringan (ml)
Vcg : Volume cover glass (ml)
Vd
: Volume air yang disaring (L)
n
: Jumlah plankton yang tercacah
Indeks keanekaragaman (H’)
Keanekaragaman mengambarkan keheterogenan spesies dalam suatu
komunitas. Metode yang digunakan untuk perhitungan keanekaragaman adalah
metode Shannon dan Wiener (Odum 1993).

Keterangan :
H’ : Indeks keanekaragaman Shannon
pi : Komposisi organisme jenis ke-i
ni : Jenis organisme
N : Jumlah total organisme
Berikut ini merupakan pengelompokan kategori keanekaragaman berdasarkan nilai
yang didapatkan:
H' Ftabel maka tolak H0, berarti minimal ada satu perlakuan
yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap kelimpahan
plankton (τ1 ≠ τ2 ≠ τ3).
Jika nilai Fhitung 0.05).
Perkembangan Kelimpahan Plankton
Perkembangan fitoplankton dan zooplankton dari waktu ke waktu pada setiap
perlakuan berfluktuasi namun cenderung meningkat. Kelimpahan fitoplankton
tertinggi dari waktu ke waktu didominasi oleh kelas Chlorophyceae dan kelimpahan
zooplankton didominasi oleh kelompok Rotifera. Kelas Chlorophyceae memiliki pola
perkembangan kelimpahan yang berbeda dari kelas fitoplankton yang lain.

11

Gambar 3. Komposisi kelas fitoplankton (%)

Gambar 4. Komposisi kelas zooplankton (%)

12

Pada kelas Chlorophyceae di semua perlakuan, perkembangannya mengalami
peningkatan yang signifikan hingga mencapai puncak pada pengambilan contoh ke-21
(lampiran 6). Setelah mencapai kelimpahan tertinggi, pola kembali mengalami
penurunan dan diikuti peningkatan kembali pada pengambilan contoh ke-30. Kelas
fitoplankton yang lain cenderung stabil pada semua perlakuan. Puncak kelimpahan
tertinggi baik Chlorophyceae maupun Cyanophyceae terjadi pada hari ke-21. Uji
statistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pakan terhadap
komposisi kelas plankton. Hasil uji statistik tersebut menunjukkan bahwa perlakuan
pemberian pakan tidak berpengaruh terhadap komposisi kelas baik fitoplankton
maupun zooplankton (p>0.05). Perkembangan kelimpahan fitoplankton diperlihatkan
oleh Gambar 5 dan perkembangan kelimpahan zooplankton ditunjukkan oleh Gambar
6.
3x106

A

3x106
2x106

Kelimpahan

5x105

0
0

3

6

9

12

15

18

21

24

27

30

B
2.4x106

Kelimpahan

5.0x105

0
0

3

6

9

12

0

3

6

9

12

15

18

21

24

27

30

15

18

21

24

27

30

3.0x106
2.5x106
2.0x106
1.5x106
106
5.0x105

Kelimpahan

C

0

Bacillariophyceae
Chlorophyceae
Cyanophyceae
Euglenophyceae
Xanthophyceae

Hari ke-

Gambar 5. Perkembangan kelimpahan fitoplankton

13

Pola perkembangan kelimpahan zooplankton mengalami hal yang hampir
sama dengan fitoplankton, yaitu perkembangan kelimpahan yang memiliki perbedaan
tiap kelompok zooplankton. Kelompok Rotifera memiliki pola perkembangan
kelimpahan yang berbeda dari kelas zooplankton lainnya seperti yang terlihat pada
Gambar 6. Pola perkembangannya juga mengalami fluktuasi dan mencapai
kelimpahan tertinggi pada hari ke-6. Pada kelas Crustacea, kelimpahan tertinggi
terjadi pada hari ke-21 dan ke-30, sedangkan kelas lainnya cukup stabil dari awal
hingga akhir pengamatan (lampiran 7). Gambar 6 menunjukkan bahwa pada
pengambilan contoh ke-21 pada semua perlakuan, seluruh kelompok zooplankton
dapat ditemukan, dan kelimpahan tertinggi terdapat pada kelompok Rotifera.
A

3000
2500

Kelimpahan

1000

500

0

B

0

3

6

9

12

15

18

21

24

27

30

0

3

6

9

12

15

18

21

24

27

30

3

6

9

12

15

18

21

24

27

30

3000
2500

Kelimpahan

2000

1000

500

0

C

3000
2500
2000

Kelimpahan

1000

500

0
0

Rotifera
Protozoa
Crustacea
Nematoda

Hari ke-

Gambar 6. Perkembangan kelimpahan zooplankton

14

Uji statistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pakan
terhadap kelimpahan plankton yang ada, dan hasil pengujian tersebut menunjukkan
bahwa perlakuan pemberian pakan tersebut tidak berpengaruh terhadap kelimpahan
baik fitoplankton maupun zooplankton (p>0.05).
Indeks Biologi
Indeks biologi berfungsi untuk mengetahui kondisi ekologi yang terjadi pada
suatu ekosistem. Hasil penghitungan indeks biologi (lampiran 8) untuk masingmasing perlakuan ditampilkan dalam Gambar 7 dan 8.
Indeks Keanekaragaman

3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
0

3

6

9

12 15 18 21 24 27 30 33

0

3

6

9

12

0

3

6

9

12

Indejs Keseragaman

3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
15

18

21

24

27

30

33

3,50
Indeks Dominansi

3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00

A

15 18 21 24 27
Hari keB
C
rendah

30

33

Gambar 7. Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (C)
fitoplankton

15

Secara umum, nilai indeks biologi fitoplakton dan zooplankton memiliki
kesamaan. Nilai keanekaragaman yang cenderung sedang, nilai keseragaman
cenderung tinggi dengan nilai dominansi cenderung rendah pada keduanya.

Indeks Keanekaragaman

3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
0

3

6

9

12

15

18

21

24

27

30

33

0

3

6

9

12

15

18

21

24

27

30

33

3

6

9

12

15

18

21

24

Hari keA

B

Indeks Keseragaman

3,50
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
3,50

Indeks Dominansi

3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
0

rendah

27

30

33

C

Gambar 8. Indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E) dan dominansi (C)
zooplankton

Grafik Suksesi Frontier
Grafik suksesi frontier dapat menunjukkan kondisi ekologis suatu ekosistem.
Perubahan lingkungan akan berpengaruh terhadap struktur komunitas biota, seperti
fitoplankton dan zooplankton yang hidup dalam ekosistem perairan, termasuk
perubahan komposisi spesies dan laju pertumbuhan spesiesnya. Perubahan tersebut
dapat terjadi dari waktu ke waktu, yang disebut dengan suksesi. Berdasarkan analisis
Frontier, bentuk grafik yang dihasilkan untuk semua perlakuan cenderung masuk ke

16

dalam stadium 2. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas biologi tinggi, kondisi
struktur komunitas stabil, kompetisi antar spesies rendah, dan nilai laju kelangsungan
hidup tinggi. Gambar 9 dan 10 memperlihatkan grafik Suksesi Frontier.
100
Persentase kelimpahan

A

10

1

0,1
10

100

1

10

100

1

10
Peringkat

100

100
Persentase kelimpahan

B

1

10

1

0,1
100
Persentase kelimpahan

C

10

1

0,1

0
18

3
21

6
24

9
27

12
30

Gambar 9. Grafik suksesi fitoplankton

15

17

100
Persentase kelimpahan

A

10

1

0,1
10

100

1

10

100

1

10
Peringkat

100

100
Persentase kelimpahan

B

1

10

1

0,1

Persentase kelimpahan

C 100
10

1

0,1

0
18

3
21

6
24

9
27

12
30

15

Gambar 10. Grafik suksesi zooplankton
Indeks Nygaard
Fitoplankton dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesuburan perairan,
salah satunya dengan menggunakan Indeks Nygaard. Perhitungan tersebut didasarkan
pada komposisi jumlah jenis fitoplankton. Fitoplankton akan merespon terhadap
perubahan kondisi lingkungan perairan, sehingga komposisi jenis dari fitoplankton
dapat menjadi suatu indikator status kesuburan suatu perairan.
Status kesuburan setiap kolam, baik dengan perlakuan A, B, maupun C dapat
digolongkan ke dalam mesotrofik hingga eutrofik (lampiran 9). Kolam dengan
perlakuan B cenderung mengalami mesotrofik, sedangkan kolam dengan perlakuan A
dan B lebih banyak mengalami kondisi eutrofik. Hal ini diduga disebabkan karena
adanya pakan yang diberikan secara terus-menerus tanpa adanya sistem sirkulasi air.

18

Semakin banyak pakan yang diberikan, kandungan nutrien di suatu perairan akan
semakin tinggi kelimpahan fitoplankton di perairan tersebut pun akan semakin tinggi.
Hasil perhitungan indeks Nygaard pada kolam dengan perlakuan A, B, dan C dapat
dilihat pada Gambar 9.

Nilai indeks Nygaard

7
6
5

A

4

B

3

C

2

eutrofik

1

mesotrofik

0
0

3

6

9

12 15 18 21 24 27 30
Hari ke-

Gambar 11. Hasil Perhitungan Indeks Nygaard
Parameter Fisika Kimia Air
Kualitas air sangat mempengaruhi keberadaan dan perkembangan fitoplankton
maupun zooplankton. Selama masa pengamatan, suhu serta pH dari waktu ke waktu
cenderung mengalami peningkatan, nitrat mengalami penurunan dan parameter
lainnya berupa oksigen terlarut, ortofosfat, nitrit, amonia serta amonium cenderung
berfluktuasi. Pola perkembangan konsentrasi kualitas air dari waktu ke waktu yang
ada dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Hasil Pengukuran Kualitas Air

19

Analisis cluster
Analisis klaster (cluster) merupakan bentuk clustering variabel yang dapat
membantu pengelompokan variabel-variabel menjadi grup berdasarkan indeks
similaritas. Hasil analisis cluster fitoplankton ditunjukkan oleh dendrogram pada
Gambar 13, sedangkan untuk zooplankton ditunjukkan oleh Gambar 14.

Gambar 13. Dendrogram fitoplankton

Gambar 14. Dendrogram Zooplankton
Pada fitoplankton dengan taraf kesamaan 72,77% yang didapatkan
berdasarkan kesamaan kriteria kelimpahan didapatkan 4 kelompok hari, yaitu
kelompok pertama yang terdiri dari hari ke-0, ke-3 dan ke-27, kelompok kedua yang
merupakan hari ke-9, kelompok ketiga yang terdiri dari hari ke-6, ke-18, ke-23 serta
hari ke-30 dan kelompok keempat yang terdiri dari hari ke-15, hari ke-21 serta hari
ke-24. Sedangkan untuk zooplankton dengan taraf kesamaan 72,84%.
Analisis Regresi
Analisis regresi dilakukan terhadap kelimpahan fitoplankton maupun
zooplankton pada saat pengambilan contoh air yaitu pada pengambilan contoh ke-3
dan ke-9. Pada fitoplankton, kualitas air yang berpengaruh terhadap kelimpahan
fitoplankton adalah nitrit, ammonium serta ortofosfat, pada zooplankton kualitas air

20

yang berpengaruh adalah oksigen terlarut (DO) serta amonia. Hasil analisis regresi
antara parameter fisika kimia perairan dan kelimpahan fitoplankton disajikan pada
Tabel 3 dan hasil analisis regresi antara parameter fisika kimia perairan dan
kelimpahan zooplankton ditampilkan dalam Tabel 4.
Tabel 3. Hasil Regresi Kualitas Air Terhadap Kelimpahan Fitoplankton
Hari ke3

Persamaan
y=14.1387+0.4104 (nitrit)+0.4343 (amonium)



R

1

1

1

1

y=18.5485+0.5537(nitrit)+1.18477(ortofosfat)

9

Tabel 4. Hasil Regresi Kualitas Air Terhadap Kelimpahan Zooplankton
Hari ke3
9

Persamaan
y=16.622-4.987 (DO)+0.4003 (amonia)



R

1

1

1

1

y=12.921-0.532 (DO)+1.171 (amonia)

Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan Tengadak
Kelimpahan plankton, komposisi plankton serta kualitas air yang ada pada
kolam akan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup (SR) dari benih ikan tengadak
(Barbonymus schwanenfeldii). Tingkat kelangsungan hidup benih ikan tengadak
disajikan pada Gambar 9.

Gambar 15 . Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Tengadak
Tingkat kelangsungan hidup pada ikan tengadak dapat dikatakan cukup tinggi
karena masih diatas 90% baik pada perlakuan A, B, maupun C. Tingkat kelangsungan
hidup tertinggi terjadi pada perlakuan A yaitu sebesar 96% dan kelangsungan hidup
terendah adalah sebesar 94% yang terjadi pada perlakuan C.
Pembahasan
Pada penelitian ini, fitoplankton yang teramati terdiri atas kelas
Bacillariophyceae,
Chlophyceae,
Cyanophyceae,
Euglenophyceae
serta
Xanthophyceae, dan pada zooplankton terdiri dari Rotifera, Protozoa, Crustacea dan
Nematoda. Kelas fitoplankton yang mendominasi selama waktu pengamatan adalah
kelas Chlorophyceae dan pada zooplankton adalah Rotifera. Chlorophyceae
merupakan kelas fitoplankton yang sebagian besar hidup di perairan tawar,

21

Chlorophyceae banyak ditemukan di perairan dengan kandungan nitrat yang tinggi
(APHA 1961 dalam Basmi 1995), sesuai dengan kondisi kualitas air di kolam
pemeliharaan, kandungan nitrat memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan
nutrien yang lain dan rotifera adalah zooplankton multiseluler yang hidup di perairan
tawar maupun laut,beberapa jenis zooplankton, telah dibudidayakan untuk menjadi
pakan bagi benih ikan (Shouthern Regional Aquaculture Center 2000 dalam
Hutagalung 2009).
Pada fitoplankton, kelas yang mendominasi adalah Chlorophyceae.Pada hari
ke-21, Chlorophyceae mengalami puncak kelimpahan di semua kelompok perlakuan.
Ditinjau berdasarkan parameter kualitas air pada pengambilan contoh terdekat yaitu
pada hari ke-27, didapatkan nilai nitrat, nitrit, ammonia, dan ortofosfat yang rendah
jika dibandingkan dengan nilai-nilai parameter tersebut pada pengambilan contoh
yang sebelumnya. Hal ini diduga karena pada hari ke-21, nutrien-nutrien tersebut
telah digunakan oleh fitoplankton untuk berkembang dan melakukan fotosintesis
sehingga nilainya menjadi rendah. Dilihat berdasarkan kesuburan perairannya, pada
hari ke-21 terjadi penurunan tingkat kesuburan perairan. Penggunaan indeks Nygaard
ditentukan dengan mencari rasio jumlah jenis fitoplankton (Rawson 1956 dalam
Amalia 2010). Kesuburan adalah kemampuan air dalam menyediakan unsur hara yang
sesuai untuk kehidupan fitoplankton yang menghasilkan produksi yang optimum.
Pada saat kelimpahan fitoplankton tersebut tinggi, kesuburan perairannya cenderung
rendah, karena unsur hara yang ada di perairan telah dimanfaatkan oleh fitoplankton.
Sehingga didapatkan hubungan bahwa pada saat kelimpahan fitoplankton di perairan
tinggi, maka kandungan nutrien di perairan tersebut rendah dan tingkat kesuburannya
menurun.
Menurut Garno (2008) pertumbuhan setiap jenis fitoplankton mempunyai
respon yang berbeda terhadap perbandingan nutrien yang terlarut dalam badan air,
oleh karena itu perbandingan nutrien, khususnya nitrogen dan fosfor terlarut sangat
menentukan dominasi suatu jenis fitoplankton di perairan. Pada proses budidaya,
pemberian pakan dilakukan untuk mencapai hasil panen yang optimal. Pakan yang
dimakan oleh ikan maupun yang terbuang ke perairan akan meningkatkan kandungan
nutrien di perairan. Pakan yang dimakan oleh ikan, kemudian akan dicerna, dan
sisanya akan diekskresikan keluar dari tubuh. Hasil ekskresi yang kaya akan
kandungan N dan P akan meningkatkan kandungan nutrien di perairan, sedangkan
pakan yang tidak termakan akan terdekomposisi di perairan. Menurut Boyd 1992
kandungan nutrien banyak didapatkan dari hasil dekomposisi sisa pakan, serta
pemupukan.
Odum (1993) menyatakan bahwa semakin kecil nilai keanekaragaman berarti
komunitas plankton yang ada cenderung belum stabil dan mendapat tekanan ekologis
yang besar. Nilai keanekaragaman yang masuk dalam kategori sedang tersebut dapat
menunjukkan bahwa kondisi komunitas plankton baik fitoplankton maupun
zooplankton yang ada cenderung mulai stabil. Nilai keseragaman yang didapatkan
cukup tinggi yang menunjukkan bahwa penyebaran jumlah individu di tiap spesies
cenderung merata. Indeks dominansi yang cenderung rendah pun menunjukkan
bahwa tidak terjadi dominansi salah satu plankton yang ada. Pengecualian terjadi
pada fitoplankton di hari ke-21 yang memiliki dominansi tinggi, dengan nilai
keanekaragaman dan keseragaman yang rendah. Hal ini disebabkan oleh
ditemukannya kelas Chlorophyceae dalam jumlah yang melimpah dari kelas lainnya.
Perubahan lingkungan akan berpengaruh terhadap struktur komunitas biota,
seperti fitoplankton dan zooplankton yang hidup dalam ekosistem perairan, termasuk
perubahan komposisi spesies dan laju pertumbuhan spesiesnya. Perubahan tersebut

22

dapat terjadi dari waktu ke waktu, yang disebut dengan suksesi. Berdasarkan analisis
Frontier, bentuk grafik yang dihasilkan untuk semua perlakuan cenderung tergolong
dalam stadium 2. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas biologi tinggi, kondisi
struktur komunitas stabil, kompetisi antar spesies rendah, dan nilai laju kelangsungan
hidup tinggi. Hasil analisis Frontier tersebut sejalan dengan hasil yang didapatkan
dengan menggunakan pendekatan indeks biologi.
Pada fitoplankton, kualitas air yang berpengaruh terhadap kelimpahan
fitoplankton adalah nitrit, amonium serta ortofosfat. Nitrit dapat berperan sebagai
sumber nitrogen bagi fitoplankton saat kondisi oksigen terlarutnya rendah (Effendi
2003). Goldman dan Horne (1983) dalam Pratiwi (2011) menyatakan bahwa
amonium merupakan salah satu bentuk nitrogen yang relatif lebih mudah untuk
dimanfaatkan fitoplankton selain itu fitoplankton hanya dapat menggunakan fosfat
dalam bentuk ortofosfat untuk pertumbuhannya karena dapat dimanfaatkan secara
langsung (Effendi 2003). Pada zooplankton kualitas air yang berpengaruh adalah
oksigen terlarut (DO) serta amonia. Oksigen terlarut (DO) dibutuhkan oleh
zooplankton untuk pernafasan dan juga sebagai pengatur kecepatan proses
metabolisme, sedangkan amonia dapat bersifat toksik bagi organisme akuatik.
Persentase amonia bebas meningkat dengan meningkatnya pH dan suhu perairan.
Toksisitas amonia terhadap organisme akuatik meningkat dengan penurunan kadar
oksigen terlarut, pH dan suhu (Effendi, 2003). Hal tersebut menunjukkan bahwa
kadar amonia sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup zooplankton.
Kelimpahan plankton, komposisi plankton serta kualitas air yang ada pada media
berupa kolam akan mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup (SR) dari benih ikan
Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii), tingkat kelangsungan hidup pada ikan
tengadak dapat dikatakan cukup tinggi karena masih diatas 90% baik pada perlakuan
A, B, maupun C. Kondisi kualitas air pada kolam pendederanpun menunjang
pertumbuhan ikan Tengadak yaitu dengan suhu berkisar antara 22.8ºC hingga 26.2ºC
serta pH berkisar antara 6.47 hingga 7.74. Hal ini sesuai dengan Luna 2012 yang
menyatakan bahwa ikan tersebut biasanya hidup di sungai dengan suhu antara 22°C 25°C dan dengan kisaran pH antara 6.5 hingga 7.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap
keberadaan plankton baik jenis maupun kelimpahannya, namun untuk aplikasi
selanjutnya dapat dilakukan pendekatan berdasarkan matriks yang disajikan dalam
Tabel 5. Pada matriks tersebut, terdapat parameter-parameter hasil pengamatan pada
setiap perlakuan, seperti parameter kualitas air, jumlah jenis dan kelimpahan
plankton, serta kondisi ikan yang dipelihara meliputi SR dan bobot akhir. Hasil
pengukuran kualitas air tidak menunjukan perbedaan yang signifikan, namun dilihat
dari kondisi ikan dan plankton, perlakuan pemberian pakan 9% merupakan perlakuan
yang memberikan hasil lebih baik diantara perlakuan lainnya karena tingkat
kelangsungan hidup ikan yang lebih tinggi, serta bobot akhir ikan yang lebih besar
dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Dilihat dari kondisi plankton yang ada,
kelimpahannya cederung lebih stabil, karena tidak terlalu mengalami perubahan
jumlah yang terlalu drastis, selain itu kelimpahannya yang lebih sedikit diduga karena
plankton yang ada juga dikonsumsi oleh ikan yang dipelihara sehingga dapat
meningkatkan bobot tubuhnya. Jenis plankton yang muncul pun tidak mengganggu
kelangsungan hidup ikan karena tidak ditemukan jenis plankton yang beracun ataupun
berbahaya bagi ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii).

23

Tabel 5. Matriks hasil pengamatan terhadap perlakuan yang diujikan
Perlakuan
Parameter

A

B

C

Terendah

Tertinggi

Terendah

Tertinggi

Terendah

Tertinggi

22.80
6.47
2.84
0.00
0.21
0.001
0.282
0.020

25.90
7.45
5.32
0.48
2.29
0.004
0.558
0.340

24.05
6.47
2.23
0.00
0.14
0.001
0.311
0.000

25.80
7.34
4.94
0.39
2.29
0.004
0.558
0.250

24.05
6.47
1.63
0.02
0.14
0.001
0.548
0.003

25.40
7.74
5.32
0.48
2.29
0.005
0.558
0.190

14

30

16

26

17

30

81191

2595828

19324

2857988

89061

1275351

7

15

6

18

7

13

445

3271

180

2473

257

2329

92.50
4.67

98.33
6.72

91.67
7.24

98.33
7.51

85.00
8.28

99.17
11.63

Kualitas Air
Suhu (°C)
pH
DO (mg/L)
Nitrit (mg/L)
Nitrat (mg/L)
Amonia (mg/L)
Amonium (mg/L)
Ortofosfat (mg/L)
Plankton
Jumlah jenis
Fitoplankton
Kelimpahan
fitoplankton (sel/L)
Jumlah jenis
zooplankton
Kelimpahan
zooplankton (sel/L)
Kondisi Ikan
SR
Bobot akhir (gr)

KESIMPULAN
Keberadaan plankton paling berfluktuasi ditunjukkan oleh pemberian pakan
6%, sementara keberadaan plankton paling stabil ditunjukkan oleh pemberian pakan
9%. Selama masa pemeliharaan, kondisi air kolam berada pada

Dokumen yang terkait

Dinamika Kualitas Air Pada Kolam Pemeliharaan Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii Bleeker, 1854)

0 6 40

Optimasi Salinitas untuk Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Tengadak Barbonymus schwanenfeldii

1 5 34

Rekayasa Salinitas dan Kalsium pada Media Pemeliharaan untuk Meningkatkan Produksi Pendederan Benih Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)

0 10 70

Peran Suhu dan Penambahan Magnesium dalam Meningkatkan Kinerja Pertumbuhan pada Pendederan Benih Ikan Tengadak (Barbonymus schwanenfeldii)

1 6 59

Induksi Hormonal, Penambahan Spirulina Dan Kunyit Dalam Pakan Untuk Meningkatkan Kinerja Reproduksi Ikan Tengadak Barbonymus Schwanenfeldii

5 50 58

RASIO PENAMBAHAN MADU DALAM NACL UNTUK PENGENCERAN SPERMA TERHADAP FERTILISASI DAN DAYA TETAS TELUR IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii)

0 0 6

POLA PERTUMBUHAN DAN FAKTOR KONDISI BENIH IKAN TENGADAK (Barbonymus schwanenfeldii) PADA WADAH PEMELIHARAAN YANG BERBEDA Irin Iriana Kusmini

0 0 9

PERTUMBUHAN IKAN TENGADAK ALBINO DAN HITAM (Barbonymus schwanenfeldii) DALAM KOLAM [Growth performance of the albino and black tinfoil barb (Barbonymus schwanenfeldii) in pond] Gleni Hasan Huwoyon1 dan Irin Iriana Kusmini1

0 0 8

Masyarakat Iktiologi Indonesia Peningkatan pertumbuhan benih ikan tengadak, Barbonymus schwanenfeldii (Bleeker 1853) melalui pengaturan salinitas dan kalsium

0 1 9

PENGARUH BEBERAPA JENIS PAKAN ALAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN TENGADAK ( Barbonymus schwanenfeldii ) THE EFFECT OF NATURAL FEED ON THE GROWTH AND SURVIVAL RATE TENGADAK FISH LARVAE ( Barbonymus schwanenfeldii )

0 0 8