Keefektifan Bakteri Endofit sebagai Agens Hayati terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) pada Padi

KEEFEKTIFAN BAKTERI ENDOFIT SEBAGAI AGENS
HAYATI TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
(Xanthomonas oryzae pv. oryzae) PADA PADI

IMAM SHOLIKHIN

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keefektifan Bakteri
Endofit sebagai Agens Hayati terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri
(Xanthomonas oryzae pv. oryzae) pada Padi adalah benar karya saya dengan
arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Imam Sholikhin
NIM A34100007

ABSTRAK
IMAM SHOLIKHIN. Keefektifan Bakteri Endofit sebagai Agens Hayati terhadap
Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) pada Padi.
Dibimbing oleh GIYANTO.
Bakteri endofit telah diketahui berperan sebagai agens hayati terhadap
patogen serta penginduksi pertumbuhan tanaman. Penelitian ini dilaksanakan
untuk mengetahui keefektifannya dalam menekan keparahan penyakit hawar daun
bakteri (HDB) dan menginduksi pertumbuhan tanaman. Bakteri endofit
diintroduksikan pada benih padi melalui perendaman pada suspensi bakteri
endofit dengan konsentrasi 7 109 cfu/ml selama 24 jam. Pada saat tanaman
berumur 8 minggu setelah tanam, Xanthomonas oryzae pv. oryzae diinokulasikan
pada tanaman melalui pengguntingan ujung daun menggunakan gunting steril
yang sebelumnya dicelupkan pada suspensi X. oryzae pv. oryzae dengan
konsentrasi 108 cfu/ml. Hasil pengujian menunjukkan bahwa keparahan penyakit

pada perlakuan bakteri endofit yaitu 38.59% (EA2 154), 42.59% (EA6 730),
33.11% (EB1 35), 37.69% (EB4 451), 28.69% (ED4 466), dan 33.67% (ED4
467), sedangkan kontrol yaitu 43.44%. Isolat ED4 466, EB1 35, dan ED4 467
mampu menekan penyakit BLB secara lebih efektif dengan nilai AUDPC masingmasing sebesar 314.33, 358.00, dan 371.56 serta indeks penekanan masingmasing sebesar 34.18%, 25.03%, dan 22.20%. Introduksi bakteri endofit pada
benih padi juga tidak menekan pertumbuhan tanaman, sehingga dapat digunakan
sebagai agens hayati yang efektif untuk mengendalikan penyakit HDB.
Kata kunci: bakteri endofit, HDB, keparahan penyakit.

ABSTRACT
IMAM SHOLIKHIN. Effectiveness of Endophytic Bacteria as Biological Agent
to Bacterial Leaf Blight Disease (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) on Rice.
Supervised by GIYANTO.
Endophytic bacteria has been known contribute as biological control agent
of plant pathogens and plant growth inducer. The research was conducted to
evaluate the effectiveness of endophytic bacteria in suppressing disease severity
of bacterial leaf blight (BLB) and inducing the plant growth. Endophytic bacteria
were introduced on rice seeds by immersion the seeds in endophytic bacteria
suspensions at concentration 7 109 cfu/ml for 24 hours. Eight weeks after
planting, Xanthomonas oryzae pv. oryzae was inoculated to the rice plants using
scissors that was immersed in the suspension of X. oryzae pv. oryzae at

concentration 108 cfu/ml by cutting the leaf tips. The results showed that the
disease severity on endophytic bacteria treatments were 38.59% (EA2 154),
42.59% (EA6 730), 33.11% (EB1 35), 37.69% (EB4 451), 28.69% (ED4 466),
and 33.67% (ED4 467), while the control was 43.44%. Isolates ED4 466, EB1 35,
and ED4 467 could suppress the BLB disease more effectively with AUDPC
value 314.33, 358.00, and 371.56, respectively, and also suppression index
34.18%, 25.03%, and 22.2%, respectively. Introducing the endophytic bacteria on
rice seeds also did not reduce the plant growth, so it can be effectively used as
biological control agent of BLB disease.
Keywords: BLB, disease severity, endophytic bacteria.

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

KEEFEKTIFAN BAKTERI ENDOFIT SEBAGAI AGENS
HAYATI TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI
(Xanthomonas oryzae pv. oryzae) PADA PADI

IMAM SHOLIKHIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi

: Keefektifan Bakteri Endofit sebagai Agens Hayati terhadap
Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas oryzae pv.
oryzae) pada Padi
Nama Mahasiswa : Imam Sholikhin
NIM
: A34100007

Disetujui oleh

Dr Ir Giyanto, MSi
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih, MSi
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian ini ialah bakteri endofit, dengan judul Keefektifan Bakteri
Endofit sebagai Agens Hayati terhadap Penyakit Hawar Daun Bakteri
(Xanthomonas oryzae pv. oryzae) pada Padi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Giyanto, MSi sebagai
dosen pembimbing dalam penelitian dan urusan akademik yang telah memberikan
banyak bantuan kepada penulis dalam berbagai bentuk seperti pikiran, materi, dan
waktu. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Nina Maryana, MSi
sebagai dosen penguji tamu atas saran dan arahan yang diberikan dalam
penyempurnaan karya ilmiah ini. Di samping itu, penulis juga memberikan
penghargaan kepada pengurus rumah kaca Univeristy Farm Departemen Proteksi
Tanaman yaitu Bapak Syaefudin, rekan-rekan Laboratorium Bakteriologi
Tumbuhan (Bapak Chris, Ibu Sri, Kak Ida, Kak Arfi, Kak Tatit, Kak Nadzir, Kak
Dika, Lutfi Nurhadi, Rois Z. Fuadi, Suci Addmas K., Nurisna Ulia U., Fathia
Islam A., dan Nurul Fatmawati), teman-teman Proteksi Tanaman angkatan 47, dan
teman-teman kos (Arnal Novistiara, Asep Fahrul H., Asep Suryadi, dan Bonno

Andri W.) yang telah membantu penulis selama melaksanakan penelitian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik, serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Imam Sholikhin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Hipotesis

2
Manfaat Penelitian
2
BAHAN DAN METODE
3
Tempat dan Waktu Penelitian
3
Bahan dan Alat
3
Metode Penelitian
3
Penyediaan Isolat Bakteri Endofit dan X. oryzae pv. oryzae
3
Pengaruh Bakteri Endofit terhadap Perkecambahan Benih
3
Pengaruh Bakteri Endofit terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan 3
Pengaruh Bakteri Endofit terhadap Penekanan Penyakit HDB
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
6

Penyediaan Isolat Bakteri Endofit dan X. oryzae pv. oryzae
6
Pengaruh Bakteri Endofit terhadap Perkecambahan Benih
7
Pengaruh Bakteri Endofit terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan
9
Pengaruh Bakteri Endofit terhadap Penekanan Penyakit HDB
10
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14
RIWAYAT HIDUP
17

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6

Skala penilaian berat serangan penyakit HDB pada padi
4
Asal dan ciri koloni bakteri endofit
7
Persentase daya berkecambah benih pada berbagai perlakuan bakteri endofit 8
Pengaruh perlakuan bakteri endofit pada benih terhadap tinggi tanaman
9
Pengaruh perlakuan bakteri endofit pada benih terhadap jumlah anakan
9
Pengaruh perlakuan bakteri endofit terhadap AUDPC dan indeks penekanan
penyakit HDB
12


DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5

Isolat bakteri endofit pada media King’s B Agar
Isolat X. oryzae pv. oryzae pada media Wakimoto Agar
Tinggi kecambah padi pada berbagai perlakuan bakteri endofit
Massa X. oryzae pv. oryzae dan gejala penyakit HDB
Persentase keparahan penyakit HDB pada berbagai perlakuan bakteri
endofit

6
7
8
10
11

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan sumber makanan pokok bagi hampir
seluruh masyarakat Indonesia (Susanto et al. 2003). Dari tujuh tanaman pangan
yang dibudidayakan di Indonesia (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang
hijau, ubi kayu, dan ubi jalar), padi merupakan komoditas yang paling tinggi
produksi per tahunnya. Total produksi padi pada tahun 2012 yaitu sebesar 69.05
juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau lebih besar 3.29 juta ton (5%)
dibandingkan tahun 2011 (BPS 2013a). Berdasarkan data statistik dari FAO
(2013), Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara produsen padi
terbesar di dunia setelah Tiongkok di posisi pertama dan India di posisi kedua.
Namun, karena ketidakstabilan produksi, pada tahun 2012 Indonesia masih harus
mengimpor beras sebanyak 1.81 juta ton untuk memenuhi kebutuhan pangan
nasional (BPS 2013b).
Salah satu yang menjadi faktor pembatas dalam budidaya padi ialah
organisme pengganggu tanaman (OPT). Xanthomonas oryzae pv. oryzae (I.)
Swings merupakan bakteri patogen tanaman yang menjadi penyebab penyakit
hawar daun bakteri (HDB) pada padi. Penyakit ini merupakan penyakit yang
paling serius pada tanaman padi di seluruh dunia (Zhang dan Wang 2013) yang
ditemukan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim sedang (USDA 2011).
Umumnya, penyakit HDB ditemukan pada sistem budidaya sawah irigasi dan
tadah hujan (Mew 1987). Terdapat dua macam gejala yang dihasilkan oleh
patogen ini, yaitu kresek dan hawar. Kresek merupakan gejala yang muncul pada
tanaman berumur < 30 hari, sedangkan hawar pada pertanaman yang telah
mencapai fase tumbuh anakan hingga fase pemasakan (Deptan 2009; IRRI 2010).
Proses infeksi dapat terjadi mulai dari persemaian hingga tanaman dewasa (IRRI
2010). Kerugian yang ditimbulkan dilaporkan dapat mencapai 50% di Afrika
Barat (Mew 1989) dan 20-50% di Jepang. Di wilayah Asia tropis seperti India,
Indonesia, dan Filiphina, kerugian yang ditimbulkan lebih besar daripada di
Jepang (Teng et al. 1990).
Pengendalian penyakit HDB dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
kimia sintetik, teknik budidaya, dan varietas tahan. Bahan kimia sintetik memiliki
keunggulan berupa respon yang cepat terhadap penekanan penyakit, namun
memiliki kelemahan berupa biaya yang relatif tinggi dalam usaha pengembangan
dan aplikasi serta dapat menimbulkan resistensi patogen (Soesanto 2008). Teknik
budidaya merupakan teknik pengendalian yang bersifat ekonomis dan tidak
menimbulkan resistensi patogen, namun penerapannya terkendala pada skala dan
lokasi (Zhang dan Mew 1989). Adapun penggunaan varietas tahan, sampai saat ini
diketahui sebagai teknik pengendalian yang paling efektif (IRRI 2010). Namun,
karena strain atau ras patogen terus mengalami perubahan, penggunaan varietas
tahan harus disesuaikan dengan ras atau patotipe patogen yang ada (Sudir et al.
2012). Selain itu, penggunaan varietas tahan ternyata juga bersifat spesifik lokasi.
Hal ini disebabkan oleh keberagaman ras patogen di setiap wilayah dan gen
ketahanan pada padi yang bersifat spesifik terhadap ras patogen tertentu (Zhang
dan Mew 1989).

2
Mengingat banyak faktor yang dapat memengaruhi pekembangan penyakit
HDB, pengendalian secara terpadu merupakan teknik pengendalian yang paling
baik untuk diterapkan. Bakteri endofit sebagai salah satu komponen pengendalian
hayati dapat diterapkan secara terpadu dengan komponen lainnya dalam
mengendalikan penyakit HDB. Soesanto (2008) menyatakan bahwa penggunaan
agens hayati dalam pengendalian penyakit tanaman tidak menimbulkan resistensi
terhadap patogen dan kontaminasi lingkungan. Dengan kata lain, bakteri endofit
sebagai agens hayati, aman untuk digunakan dalam pengendali penyakit HDB.
Bakteri endofit didefinisikan sebagai bakteri yang tidak merugikan tanaman
dan dapat diisolasi atau diekstraksi dari jaringan tanaman (Hallmann et al. 1997).
Peranan bakteri endofit terhadap pertumbuhan tanaman telah banyak diketahui
baik melalui produksi fitohormon sebagai pemacu pertumbuhan tanaman
(Yurnaliza et al. 2011) maupun melalui reaksi antibiosis terhadap patogen
tanaman (Munif et al. 2012). Namun tingkat keefektifan bakteri endofit dalam
mengendalikan penyakit HDB belum banyak diketahui, sehingga perlu dilakukan
pengujian mengenai keefektifannya dalam mengendalikan penyakit tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menguji keefektifan beberapa isolat bakteri endofit
asal padi sebagai agens hayati dalam menekan keparahan penyakit hawar daun
bakteri (X. oryzae pv. oryzae) dan memacu pertumbuhan tanaman padi.
Hipotesis
Bakteri endofit mampu menekan perkembangan penyakit HDB (X. oryzae
pv. oryzae) dan memacu pertumbuhan tanaman padi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai salah satu upaya dalam
penyediaan teknik pengendalian hayati yang ramah lingkungan serta efektif dalam
menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri (X. oryzae pv. oryzae) pada
padi.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu Laboratorium Bakteriologi
Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian dan rumah kaca
University Farm, Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian dimulai dari bulan
Februari hingga Juni 2014.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan yaitu isolat bakteri endofit dan X. oryzae pv.
oryzae patotipe IV (koleksi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi,
Subang, Jawa Barat), media biakan bakteri (King’s B Agar, Wakimoto Agar,
Nutrient Agar, dan Nutrient Broth), benih padi varietas Ciherang, tanah sawah,
aquades, dan pupuk (urea, SP18, dan KCl). Isolat bakteri endofit yang digunakan,
yaitu EA2 154, EA6 730, EB1 35, EB4 451, ED4 466, dan ED4 467. Adapun alatalat yang digunakan yaitu perlengkapan peremajaan bakteri dan perlengkapan
penanaman padi, kotak persemaian dan ember.
Metode Penelitian
Penyediaan Isolat Bakteri Endofit dan X. oryzae pv. oryzae
Isolat bakteri disiapkan melalui peremajaan pada media King’s B Agar
untuk bakteri endofit dan media Wakimoto Agar untuk X. oryzae pv. oryzae.
Proses inkubasi dilakukan selama 48 jam pada suhu ruang (25oC). Kemudian,
suspensi bakteri disiapkan melalui pembiakkan pada media Nutrient Broth untuk
bakteri endofit dan media Wakimoto Broth untuk X. oryzae pv. oryzae. Inkubasi
dilakukan selama 24 jam pada suhu ruang (25oC).
Pengaruh Bakteri Endofit terhadap Perkecambahan Benih
Benih padi disterilkan permukaannya melalui perendaman pada air steril
bersuhu 55oC selama 20 menit. Setelah itu, benih direndam dalam suspensi
bakteri endofit dengan konsentrasi 7 109 cfu/ml dan media NB tanpa bakteri
endofit (kontrol) selama 24 jam pada suhu ruang (25oC). Terdapat 350 benih padi
yang digunakan dengan masing-masing perlakuan terdiri dari 50 benih. Benih
yang telah diberi perlakuan ditanam pada media tanah sawah steril dalam baki
berukuran (25 20 5) cm. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi kecambah
dan daya berkecambahnya. Tinggi kecambah diukur setiap hari selama 2 minggu,
sedangkan daya berkecambah dihitung saat tanaman berusia 7 hari setelah tanam.
Daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus:

Pengaruh Bakteri Endofit terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan
Benih yang telah diberi perlakuan disemai pada media tanah sawah steril
dalam kotak persemaian berukuran 5 10 lubang tanam. Setelah dua minggu,
bibit dipindahtanamkan ke dalam ember (diameter atas= 30 cm, diameter bawah=

4
20 cm, tinggi= 25 cm). Terdapat 7 perlakuan (6 perlakuan bakteri endofit dan 1
kontrol) dengan masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan (tanaman uji),
sehingga total tanaman yang digunakan yaitu 35. Perawatan tanaman meliputi
penyiraman, penyiangan gulma dan pemupukan. Dosis pupuk yang digunakan
mengikuti rekomendasi oleh Sugiyanta et al. (2008) yaitu 250 kg/ha urea (30%
saat tanam, 40% saat 4 minggu setelah tanam (MST), dan 30% saat 6 MST), 100
kg/ha SP-36 (saat tanam), dan 100 kg/ha KCl (saat tanam). Pengamatan terhadap
tinggi tanaman dan jumlah anakan dilakukan secara bersamaan setiap minggu dari
minggu ke-3 hingga ke-10 setelah tanam. Rancangan percobaan yang digunakan
dalam pengujian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data hasil
pengamatan diolah menggunakan Microsoft Office 2010 dan dianalisis
menggunakan analisis ragam (anova) dengan program Statistical Analysis System
(SAS) versi 9.1.3 portable. Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan
uji Duncan pada taraf nyata 5%.
Pengaruh Bakteri Endofit terhadap Penekanan Penyakit HDB
Saat 8 MST, tanaman padi diinokulasi dengan X. oryzae pv. oryzae melalui
pengguntingan ujung daun dengan panjang sekitar 5 cm menggunakan gunting
yang telah dicelupkan dengan suspensi X. oryzae pv. oryzae pada konsentrasi 108
cfu/ml. Proses inokulasi dilakukan pada sore hari untuk menghindari cekaman
suhu yang terlalu tinggi bagi X. oryzae pv. oryzae. Jumlah daun yang diinokulasi
yaitu 10 daun per tanaman uji. Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur
panjang hawar setiap hari selama 2 minggu. Panjang hawar diukur mulai dari
ujung daun yang digunting hingga titik terjauh munculnya gejala. Data panjang
hawar kemudian dikonversi ke dalam persentase berat serangan dengan
membandingkan antara panjang hawar dengan panjang daun dan dikali 100%.
Dari data berat serangan, akan didapatkan skala serangannya. Skala dan berat
serangan yang digunakan mengacu pada standard evaluation system for rice
(SES) (IRRI 1996 dalam Suryadi dan Kadir 2004).

Skala
0
1
3
5
7
9

Tabel 1 Skala penilaian berat serangan penyakit HDB pada padi
Berat serangan
Tidak ada serangan
Serangan 1-5% dari luas daun
Serangan 6-12% dari luas daun
Serangan 13-25% dari luas daun
Serangan 26-50% dari luas daun
Serangan 51-100% dari luas daun

Melalui data skala dan persentase berat serangan, akan didapatkan nilai
persentase keparahan penyakit. Keparahan penyakit dihitung menggunakan rumus
Towsend dan Hueberger (1943) dalam Widjayanti et al. (2012):

ni
vi

= jumlah daun terinfeksi pada setiap kategori
= nilai numerik (skor) pada setiap kategori serangan

5
N
Z

= jumlah daun yang diamati
= nilai numerik (skor) untuk kategori serangan terberat

Setelah itu, dilanjutkan dengan menghitung Area Under the Disease
Progress Curve (AUDPC). AUDPC adalah jumlah penyakit pada setiap perlakuan
dari pengamatan pertama hingga pengamatan terakhir. Penghitungan AUDPC
menggunakan rumus Van der Plank (1963) dalam Widjayanti et al. (2012):

∑(

)

= data pengamatan ke-i
= data pengamatan ke-i +1
= waktu pengamatan ke-i +1
= waktu pengamatan ke-i
Setelah didapatkan nilai AUDPC maka akan didapatkan nilai indeks
penekanan penyakit. Indeks penekanan penyakit adalah suatu angka yang dapat
menyatakan tingkat keefektifan pengendalian suatu agens hayati terhadap patogen.
Rumus menghitung indeks penekanan penyakit yaitu:

Rancangan percobaan yang digunakan pada pengujian ini yaitu Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dalam waktu. Data hasil pengamatan diolah menggunakan
Microsoft Office 2010 dan dianalisis menggunakan analisis ragam (anova) dengan
program Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1.3 portable. Perlakuan yang
berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji Duncan pada taraf nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyediaan Isolat Bakteri Endofit dan X. oryzae pv. oryzae
Bakteri Endofit
Isolat bakteri endofit yang digunakan yaitu endofit akar (EA2 154 dan EA6
730), endofit batang (EB1 35 dan EB4 451), dan endofit daun (ED4 466 dan ED4
467) yang merupakan koleksi Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen
Proteksi Tanaman, IPB. Lokasi asal semua bakteri endofit tersebut yaitu Desa
Widomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Keenam
bakteri endofit tersebut merupakan hasil isolasi dari tanaman padi varietas Cempo.
Gambar 1 menunjukkan isolat bakteri endofit yang diremajakan pada media
King’s B Agar. Berdasarkan hasil peremajaan tersebut, didapatkan ciri-ciri
morfologi dari koloni tunggalnya seperti yang tertera pada Tabel 2.
Terdapat banyak spesies bakteri endofit yang dapat diisolasi dari satu
tanaman padi (Mano dan Morisaki 2008; Munif et al. 2012). Mano dan Morisaki
(2008) melaporkan bahwa persebaran bakteri endofit pada tanaman sangat luas
bergantung pada spesiesnya. Ada beberapa spesies bakteri endofit yang hanya
dapat ditemukan pada bagian akar, benih, atau daun, namun ada pula yang dapat
ditemukan pada bagian akar dan benih atau pada benih dan daun. Mereka
menambahkan bahwa bakteri endofit dapat masuk ke dalam tanaman melalui
stomata dan luka, baik luka pada akar akibat pertumbuhan akar lateral dan ujung
akar maupun pada bagian lain yang terbentuk secara alami. Menurut Rosenblueth
dan Martinez-Romero (2006), bakteri endofit memiliki kemampuan untuk
mengolonisasi tanaman, namun beberapa bakteri endofit lainnya dapat terbawa
melalui benih.
EA2 154

EB1 35

ED4 466

EA6 730

EB4 451

ED4 467

Gambar 1 Isolat bakteri endofit pada media King’s B Agar: EA (Endofit Akar),
EB (Endofit Batang), dan ED (Endofit Daun)

7
Tabel 2 Asal dan ciri koloni bakteri endofit
Ciri koloni
Asal bagian
Kode isolat
tanaman
Warna
Bentuk
Tepian
EA2 154
Abu-abu
Bundar
Berombak
Akar
EA6 730
Putih
Bundar
Licin
EB1 35
Kuning
Bundar
Licin
Batang
EB4 451
Putih
Bundar
Licin
ED4 466
Krem
Bundar
Bergelombang
Daun
ED4 467
Putih
Bundar
Bergelombang

Elevasi
Timbul
Cembung
Cembung
Cembung
Timbul
Timbul

X. oryzae pv. oryzae
X. oryzae pv. oryzae yang digunakan adalah X. oryzae pv. oryzae patotipe
IV dan merupakan koleksi Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi,
Subang, Jawa Barat. Suparyono et al. (2003) melaporkan bahwa X. oryzae pv.
oryzae patotipe IV memiliki virulensi yang tinggi terhadap semua varietas
diferensial (Kinmaze, Kogyoku, Tetep, Wase Aikoku, dan Java 14). Hasil
peremajaan pada media Wakimoto Agar menunjukkan bahwa koloni X. oryzae pv.
oryzae tersebut memiliki ciri berupa warna kuning terang, bentuk bundar, tepian
licin, dan elevasi cembung (Gambar 2). X. oryzae pv. oryzae merupakan bakteri
gram negatif dengan bentuk batang pendek berukuran 0.45-0.75 0.65-2.1 m,
memiliki flagela polar di salah satu ujungnya berukuran 0.03-8.75 m (Sudir et al.
2012), tidak membentuk spora, dan menghasilkan pigmen kuning yang dapat larut
dalam air (USDA 2011).

Gambar 2 Isolat X. oryzae pv. oryzae pada media Wakimoto Agar
Pengaruh Bakteri Endofit terhadap Perkecambahan Benih
Daya berkecambah benih padi pada perlakuan bakteri endofit dan kontrol
berkisar antara 90-98% (Tabel 3). Berdasarkan standar mutu benih padi yang
ditetapkan oleh Deptan (2003) maka benih padi yang digunakan dalam penelitian
ini memiliki mutu fisiologis yang baik, karena memiliki daya berkecambah  80%.
Daya berkecambah pada perlakuan bakteri endofit yaitu berkisar antara 90-98%,
sedangkan pada kontrol yaitu 90%. Data tersebut menunjukkan bahwa bakteri
endofit yang diuji tidak bersifat fitotoksik terhadap perkecambahan benih.

8
Tabel 3 Persentase daya berkecambah benih pada berbagai perlakuan bakteri
endofit
Perlakuan
Daya berkecambah (%)
EA2 154
92
EA6 730
94
EB1 35
96
EB4 451
90
ED4 466
96
ED4 467
98
Kontrol
90

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi kecambah pada perlakuan bakteri endofit memiliki perkembangan
yang bervariasi dari minggu pertama hingga minggu kedua (Gambar 3). Pada
minggu pertama, perlakuan EA2 154, EB1 35, dan ED4 467 memiliki kecambah
yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Namun pada minggu kedua,
perlakuan bakteri endofit yang memiliki kecambah lebih tinggi dibandingkan
dengan kontrol yaitu EA6 730, EB1 35, ED4 466, dan ED4 467. Data tersebut
menunjukkan bahwa hanya perlakuan EB1 35 dan ED4 467 yang konsisten
memiliki kecambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal ini
diduga merupakan pengaruh dari perbedaan kemampuan masing-masing bakteri
endofit dalam memproduksi fitohormon seperti IAA (Indole Acetic Acid) atau
auksin dan sitokinin. IAA dan sitokinin diketahui merupakan dua hormon yang
paling berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman sebagai hasil dari
introduksi bakteri endofit (Ting et al. 2008).

25
20
15
10
5
0

Minggu 1

Minggu 2

EA2 154 EA6 730 EB1 35 EB4 451 ED4 466 ED4 467 Kontrol
Perlakuan
Gambar 3 Tinggi kecambah padi pada berbagai perlakuan bakteri endofit
Yurnaliza et al. (2011) melaporkan bahwa bakteri endofit mampu memacu
pertumbuhan tanaman melalui produksi hormon IAA dengan konsentrasi hormon
yang bervariasi bergantung pada jenis dan usia kultur bakteri endofitnya. Produksi
IAA pada sebagian bakteri endofit akan semakin meningkat seiring bertambahnya
usia hingga batas waktu tertentu, sedangkan pada sebagian yang lain akan
semakin menurun. Marwan (2012) melaporkan bahwa konsentrasi hormon IAA
pada tanaman yang diberi perlakuan bakteri endofit sangat bervariasi dan
memiliki hubungan yang positif terhadap pertumbuhan tanaman. Introduksi
bakteri endofit pada padi dilaporkan mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman
baik terhadap panjang tajuk, panjang akar, maupun bobot keringnya (Munif et al.

9
2012). Pada penelitian lain, Ting et al. (2008) melaporkan bahwa tanaman pisang
yang diintroduksi bakteri endofit memiliki tinggi tanaman yang bervariasi
terhadap kontrol positif (tanpa perlakuan penyakit), namun lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrol negatif (dengan perlakuan penyakit).
Pengaruh Bakteri Endofit terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan
Introduksi bakteri endofit pada benih menunjukkan pengaruh pertumbuhan
tinggi tanaman yang bervariasi (Tabel 4). Berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%,
didapatkan bahwa perlakuan bakteri endofit berpengaruh terhadap pertambahan
tinggi tanaman pada 3 dan 5 MST, sedangkan pada minggu-minggu yang lain
tidak terlihat adanya pengaruh. Perlakuan bakteri endofit yang menghasilkan
tinggi tanaman nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol pada 3 MST yaitu
perlakuan ED4 467 dan ED4 466, sedangkan pada 5 MST yaitu perlakuan ED4
467, EB1 35, dan EA6 730.
Tabel 4 Pengaruh perlakuan bakteri endofit pada benih terhadap tinggi tanaman
Minggu ke- (cm)a
Perlakuan
3
4
5
6
10
EA2 154
62.9ab
74.5a
84.3bcd
100.7a
108.8a
EA6 730
63.0ab
74.6a
88.0abc
100.6a
110.5a
EB1 35
62.7ab
73.8a
88.7ab
99.9a
113.0a
EB4 451
61.4ab
73.6a
83.2cd
99.2a
108.8a
ED4 466
64.4a
73.9a
85.7abcd
100.2a
109.3a
ED4 467
64.6a
73.2a
89.3a
102.1a
110.8a
Kontrol
60.4b
71.6a
82.8d
97.0a
109.1a
a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan bakteri endofit tidak
mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman secara konsisten pada setiap
minggunya (Tabel 5). Meskipun demikian, tidak ada perlakuan bakteri endofit
yang memiliki tinggi tanaman nyata lebih rendah dibandingkan dengan kontrol.
Perlakuan bakteri endofit juga tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan.
Tabel 5 Pengaruh perlakuan bakteri endofit pada benih terhadap jumlah anakan
Minggu ke-a
Perlakuan
3
4
5
6
10
EA2 154
4.6a
9.6a
15.4a
18.2a
20.8a
EA6 730
4.8a
10.0a
15.8a
21.4a
24.4a
EB1 35
5.6a
11.0a
17.8a
22.6a
24.4a
EB4 451
4.0a
9.2a
14.8a
17.8a
21.8a
ED4 466
4.4a
9.0a
14.6a
17.6a
21.8a
ED4 467
5.6a
10.6a
17.0a
20.4a
24.4a
Kontrol
5.0a
9.8a
16.0a
19.6a
23.8a
a

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada
taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan).

10
Berdasarkan uji Duncan pada taraf 5% diketahui bahwa introduksi bakteri endofit
tidak menjadi penghambat dalam pembentukan anakan. Hal ini menunjukkan
bahwa keberadaan bakteri endofit tidak bersifat fitotoksik terhadap pertumbuhan
tanaman padi.
Bakteri endofit berinteraksi dengan mikroorganisme lain melalui kompetisi
terhadap ruang dan nutrisi yang tersedia di dalam tanaman inang. Sebagai pemacu
pertumbuhan tanaman, bakteri endofit yang mengolonisasi perakaran tanaman
padi secara endofit mampu menyediakan N dan memproduksi fitohormon bagi
tanaman inang (Mano dan Morisaki 2008). Pada penelitian lain, Isawa et al.
(2010) melaporkan bahwa bakteri endofit Azospirillum sp. strain B510 memiliki
efek pemacu pertumbuhan terhadap tanaman padi baik pada pengujian di rumah
kaca maupun di lapangan melalui peningkatan jumlah anakan produktif.
Peningkatan jumlah anakan produktif tersebut mampu meningkatkan produksi
padi sebesar 17%. Hastuti et al. (2012) juga melaporkan bahwa introduksi
Streptomyces spp. mampu meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah anakan padi.
Bakteri endofit memang diketahui sebagai agens hayati yang mampu
memacu pertumbuhan tanaman (plant growth promoter). Namun, tidak semua
bakteri endofit memiliki efek yang demikian. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Damayanti (2010), diketahui bahwa perlakuan bakteri endofit pada tanaman tomat
tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman.
Hal ini disebabkan oleh adanya interksi yang kompleks baik yang terjadi antara
bakteri endofit dengan tanaman inang, patogen, maupun dengan mikroorganisme
lain di dalam tanaman (Mano dan Morisaki 2008).
Pengaruh Bakteri Endofit terhadap Penekanan Penyakit HDB
Gejala penyakit HDB mulai terlihat pada 3 hari setelah inokulasi (HSI)
berupa garis-garis berwarna kuning-jingga pada bagian yang dilukai (Gambar 4).
Gambar 4a menunjukkan massa X. oryzae pv. oryzae yang terlihat pada kondisi
lembab. IRRI (2010) melaporkan bahwa dalam kondisi lembab (pagi hari), pada
daun padi yang sakit dapat ditemukan ooze bakteri menyerupai tetesan embun
putih. Ooze tersebut kemudian mengering dan menguning yang dapat diamati
pada bagian permukaan bawah daun. Pada gejala yang lebih lanjut, daun yang
telah menguning berubah warna menjadi putih keabu-abuan disertai bintik-bintik
hitam akbiat pertumbuhan beragam cendawan saprofitik. Kemudian, pada tingkat
a

b

Gambar 4 Massa X. oryzae pv. oryzae (a) dan gejala penyakit HDB (b)

11

Keparahan penyakit (%)a

yang lebih parah, gejala hawar dapat meluas hingga bagian pelepah daun. Gejala
HDB terus berkembang dari ujung ke arah pangkal daun (Gambar 4b). HDB
merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh X. oryzae pv. oryzae pada fase
dewasa (fase tumbuh anakan hingga pemasakan). Adapun saat persemaian atau
awal pindah tanam (usia < 30 hari), gejala penyakit disebut dengan istilah kresek.
Gejala kresek ditandai dengan warna daun yang hijau keabu-abuan dan
menggulung, kemudian berwarna kuning jerami, lembab, mengering, dan mati
(Deptan 2009; IRRI 2010).
Tingkat keparahan penyakit HDB bervariasi pada setiap perlakuan. Namun,
keenam bakteri endofit yang diuji menghasilkan keparahan penyakit yang lebih
rendah dibandingkan dengan kontrol (Gambar 5). Keparahan penyakit pada
perlakuan bakteri endofit berkisar antara 28.69-42.59%, sedangkan kontrol
sebesar 43.44%. Berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%, didapatkan tiga isolat
bakteri endofit yang memiliki keparahan penyakit nyata lebih rendah
dibandingkan dengan kontrol, yaitu ED4 466 (28.69%), EB1 35 (33.11%), dan
ED4 467 (33.67%).
Jika dikelompokkan berdasarkan sumber isolasi maka diperoleh isolat ED
(endofit daun) yang mampu menghasilkan keparahan penyakit paling rendah
diikuti oleh isolat EB (endofit batang) dan EA (endofit akar). Data tersebut
memunculkan dugaan bahwa asal isolat bakteri endofit memengaruhi
perkembangan penyakit HDB pada padi. Semakin dekat letak bakteri endofit
dengan lokasi munculnya gejala (daun) maka semakin baik tingkat penekanannya
terhadap penyakit HDB. X. oryzae pv. oryzae diketahui masuk ke dalam jaringan
tanaman melalui hidatoda dan luka (Huang dan De Cleene 1989) dan menyebar
dalam tanaman melalui pembuluh xilem (USDA 2011). Adapun stomata, bukan
merupakan pintu masuk bagi X. oryzae pv. oryzae meskipun termasuk yang paling
umum bagi kebanyakan bakteri patogen tanaman (Huang dan De Cleene 1989).

50
40
30

38.59ab

43.44a

42.59a
33.11bc

37.69ab

33.67bc
28.69c

20
10
0

EA2 154 EA6 730 EB1 35 EB4 451 ED4 466 ED4 467 Kontrol
Perlakuan
Gambar 5 Persentase keparahan penyakit HDB pada berbagai perlakuan bakteri
endofit (aAngka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan))
Penyakit HDB terus mengalami perkembangan sejak awal kemunculan
gejala (3 HSI) hingga akhir pengamatan (14 HSI). Melalui persentase keparahan
penyakit yang diperoleh pada setiap pengamatan, dapat diketahui nilai AUDPC
dan indeks penekanan penyakit pada masing-masing perlakuan. Pada Tabel 6,

12
Tabel 6

Pengaruh perlakuan bakteri endofit terhadap AUDPC dan indeks
penekanan penyakit HDB
Perlakuan
AUDPC
Indeks penekanan penyakit (%)
430.11
9.93
EA2 154
EA6 730
469.89
1.61
EB1 35
358.00
25.03
EB4 451
414.11
13.29
ED4 466
314.33
34.18
ED4 467
371.56
22.20
Kontrol
477.56
0.00
terlihat bahwa nilai AUDPC pada perlakuan bakteri endofit lebih rendah
dibandingkan dengan kontrol. AUDPC pada perlakuan bakteri endofit yaitu
berkisar antara 314.33-469.89, sedangkan pada kontrol yaitu 477.56. Semakin
kecil nilai AUDPC maka semakin rendah tingkat perkembangan penyakitnya.
Adapun indeks penekanan penyakit, pada perlakuan bakteri endofit yaitu berkisar
antara 1.61-34.18%, sedangkan pada kontrol yaitu 0.00% (tidak ada aktivitas
penekanan). Semakin besar nilai indeks penekanan penyakit maka semakin baik
penekanan terhadap perkembangan penyakitnya. Data tersebut menunjukkan
bahwa introduksi bakteri endofit mampu menekan perkembangan penyakit HDB
dengan penekanan paling baik berturut-turut dimiliki oleh perlakuan ED4 466
(34.18%), EB1 35 (25.03%), dan ED4 467 (22.20%).
Bakteri endofit berperan sebagai agens hayati dalam mengendalikan patogen
melalui peningkatan ketahanan tanaman baik secara langsung dengan berfungsi
sebagai antagonis (Hallmann 1999) maupun secara tidak langsung dengan
meningkatkan sistem resistensi dan toleransi terhadap cekaman lingkungan biotik
(Hallmann 1999; Marwan 2012). Secara langsung, bakteri endofit mampu
menghasilkan enzim lisis berupa selulase, -glukanase, dan protease (Malfanova
et al. 2011). Adapun secara tidak langsung, bakteri endofit mampu menginduksi
ketahanan sistemik tanaman melalui produksi peroksidase, polifenol oksidase, dan
asam salisilat. Peningkatan aktivitas ketiga senyawa tersebut dapat menjadi
indikator adanya induksi ketahanan tanaman oleh bakteri endofit (Marwan 2012).
Beberapa spesies bakteri endofit yang telah diketahui mampu menekan
perkembangan penyakit HDB yaitu Corynebacterium sp. (Ismail et al. 2011) dan
Streptomyces spp. (Hastuti et al. 2012). LPHP Banyumas (2011) melaporkan
bahwa aplikasi Corynebacterium sp. 5 ml/l air dapat menekan perkembangan
penyakit kresek sebesar 36.7% dan meningkatkan produksi Gabah Kering Panen
(GKP). Penekanan penyakit dan peningkatan produksi akan semakin baik dengan
meningkatnya konsentrasi Corynebacterium sp.. Adapun Streptomyces spp.
memiliki aktivitas penghambatan terhadap perkembangan X. oryzae pv. oryzae
pada pengujian in vitro melalui produksi kitinase, fosfatase, dan siderofor. Namun,
pada pengujian secara in planta bakteri endofit tersebut tidak memiliki pengaruh
yang nyata terhadap penakanan penyakit HDB (Hastuti et al. 2012).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Introduksi bakteri endofit pada benih padi mampu menekan keparahan
penyakit HDB. Keparahan penyakit pada perlakuan bakteri endofit yaitu 38.59%
(EA2 154), 42.59% (EA6 730), 33.11% (EB1 35), 37.69% (EB4 451), 28.69%
(ED4 466), dan 33.67% (ED4 467), sedangkan kontrol yaitu 43.44%. Tiga dari
enam bakteri endofit yang diuji, yaitu isolat ED4 466, EB1 35, dan ED4 467,
memiliki persentase keparahan penyakit yang nyata lebih rendah dibandingkan
dengan kontrol dengan nilai AUDPC masing-masing sebesar 314.33, 358.00, dan
371.56 serta indeks penekanan masing-masing sebesar 34.18%, 25.03%, dan
22.20%. Secara umum, bakteri endofit yang diuji tidak bersifat fitotoksik terhadap
perkecambahan benih padi. Pada pengujian lebih lanjut, diketahui bahwa
introduksi bakteri endofit tidak mampu meningkatkan tinggi tanaman secara
konsisten dan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan.
Saran
Perlu dilakukan identifikasi spesies bakteri ED4 466, EB1 35, dan ED4 467
yang telah diketahui efektif dalam menekan perkembangan penyakit HDB untuk
memastikan bahwa spesies bakteri endofit tersebut aman digunakan lebih lanjut
serta penelitian mengenai mekanisme bakteri endofit dalam menekan
perkembangan penyakit HDB.

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013a. Produksi padi, jagung, dan kedelai (angka
sementara tahun 2012) [internet]. Jakarta (ID): BPS; [diunduh 2014 Mar 25].
Tersedia pada: http://bps.go.id/brs_file/aram_01mar13.pdf.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013b. Laporan bulanan data sosial ekonomi
[internet]. Jakarta (ID): BPS; [diunduh 2014 Mar 26]. Tersedia pada:
http://bps.go.id/download_file/IP_Maret_2013.pdf.
Damayanti I. 2010. Seleksi dan karakterisasi bakteri endofit untuk menekan
kejadian penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum) pada tanaman tomat
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2003. Benih padi – bagian 4: kelas benih sebar
(BR) [internet]. Jakarta (ID): Deptan; [diunduh 2014 Jul 01]. Tersedia pada:
http://pphp. deptan.go.id/xplore/files/MUTU-STANDARISASI/STANDARMUTU/Standar_na sional/SNI_Horti/Benih/SNI 01-6233.4-2003.pdf.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2009. Hawar daun bakteri Xanthomonas oryzae
pv. oryzae [internet]. Jakarta (ID): Deptan; [diunduh 2014 Mar 24]. Tersedia
pada: http://203.176.181.70/bppi/lengkap/bpp09043.pdf.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2013. FAO Statistical Yearbook 2013:
World food and agriculture. Roma (IT): FAO; [diunduh 2014 Mar 27].
Tersedia pada: http://www.fao.org/docrep/018/i3107e/i3107e.PDF.
Hallmann J. 1999. Plant interactions with endophytic bacteria [abstrak]. Di dalam:
BSPP Presidential Meeting: Biotic interactions in plant-pathogen
associations; 1999 Des 19-22; Oxford. Oxford (UK): Department of
Agriculture and Horticulture. Session III – Interactions with prokaryotes.
Hallmann J, Quadt-Hallmann A, Mahaffee WF, Kloepper JW. 1997. Bacterial
endophytes in agricultural crops [abstrak]. Canad J Microbiol [internet].
[diunduh 2014 Agu 05]; 43(10): 895-914. Tersedia pada: http://nrcresearch
press.com/doi/abs/10.1139/m97-131#.U-B-x0Ds6ZQ.
Hastuti RD, Lestari Y, Suwanto A, Saraswati R. 2012. Endophytic Streptomyces
spp. as biocontrol agents of rice bacterial leaf blight pathogen (Xanthomonas
oryzae pv. oryzae). Hayati J Biosci. 19(4):155-162. doi: 10.4308/hjb.19.4.155.
Huang JS, De Cleene M. 1989. How rice plants are infected by Xanthomonas
oryzae pv. oryzae. Di dalam: Banta SJ et al., editor. Bacterial Blight of Rice.
Proceedings of the International Workshop on Bacterial Blight of Rice; 1988
Mar 14-18; Manila. Manila (PH): IRRI. hlm 31-42.
[IRRI] International Rice Research Institute. 2010. Bacterial blight [internet].
Manila (PH): IRRI; [diunduh 2014 Mar 29]. Tersedia pada: Rice Fact Sheet Bacterial blight - fs_bacterial_blight.pdf.
Isawa T, Yusida M, Awazaki H, Minamisawa K, Shinozaki S, Nakashita H. 2010.
Azospirillum sp. strain B510 enhances rice growth and yield. Microbes
Environ. 25(1):58-61. doi: 10.1264/jsme2.ME09174.
Ismail N, Taulu LA, Bahtiar. 2011. Potensi Corynebacterium sp. sebagai
pengendali penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi. Di dalam:
Inovasi Teknologi Mendukung Swasembada Jagung dan Diversifikasi
Pangan. Prosiding Seminar Serealia; 2011 Okt 3-4; Maros. Maros (ID):
Balitsereal. hlm 459-465.

15
[LPHP] Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman Banyumas. 2011.
Pemanfaatan Corynebacterium sp. untuk pencegahan penyakit kresek pada
tanaman padi [internet]. Banyumas (ID): LPHP Banyumas; [diunduh 2014
Agu 18]. Tersedia pada: http://www.laboratoriumphpbanyumas.com/isiweb
site/AGENSIA%20HAYATI/kajian%20corynebacterium.pdf.
Malfanova N. 2011. Characterization of Bacillus subtilis HC8, a novel plantbeneficial endophytic strain from giant hogweed. Microb Biotechnol
[internet]. [diunduh 2014 Agu 18]; (4):523-532. Tersedia pada: https://
openaccess.leidenuniv.nl/bitstream/handle/1887/20732/05.pdf?sequence=8.
Mano H, Morisaki H. 2008. Endophytic bacteria in the rice plant. Microbes
Environ. 23(2):109-117. doi: 10.1264/jsme2.23.109.
Marwan H. 2012. Potensi bakteri endofit sebagai agens pengendalian hayati
terhadap penyakit darah pada tanaman pisang [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Mew TW. 1987. Current status and future prospects of research on bacterial blight
of rice. Annu Rev Phytopathol [internet]. [diunduh 2014 Feb 13]; 25:359-382.
Tersedia pada: http://deepdyve.com/lp/annual-reviews/current-status-andfuture-prospects-of-research-on-bacterial-blight-of-H0R70ibWDR?short
Rental=true.
Mew TW. 1989. An overview of the world bacterial blight situation. Di dalam:
Banta SJ et al., editor. Bacterial Blight of Rice. Proceedings of the
International Workshop on Bacterial Blight of Rice; 1988 Mar 14-18; Manila.
Manila (PH): IRRI. hlm 7-12.
Munif A, Wiyono S, Suwarno. 2012. Isolasi bakteri endofit asal padi gogo dan
potensinya sebagai agens biokontrol dan pemacu pertumbuhan. J Fitopatol
Indones [internet]. [diunduh 2014 Feb 02]; 8(3):57-64. Tersedia pada:
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jfiti/article/download/6774/5207.
Rosenblueth M, Martinez-Romero E. 2006. Bacterial endophytes and their
interactions with hosts. MPMI. 19(8):827-837. doi: 10.1094/MPMI-19-0827.
Soesanto L. 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman. Jakarta
(ID): PT RajaGrafindo Persada.
Sudir, Nuryanto B, Kadir TS. 2012. Epidemiologi, patotipe, dan strategi
pengendalian penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi. Iptek Tan
Pangan [internet]. [diunduh 2014 Mar 26]; 7(2):79-87. Tersedia pada:
http://pangan.litbang.deptan.go.id/files/02-Sudir.pdf.
Sugiyanta, Rumawas F, Chozin MA, Mugnisyah WQ, Ghulamahdi M. 2008.
Studi serapan hara N, P, K dan potensi hasil lima varietas padi sawah (Oryza
sativa L.) pada pemupukan anorganik dan organik. Bul Agron [internet].
[diunduh 2014 Mar 15]; 36(3):196-203. Tersedia pada: http://journal.
ipb.ac.id/ index.php/jurnalagronomi/article/download/1377/475.
Suparyono, Sudir, Suprihanto. 2003. Komposisi patotipe patogen hawar daun
bakteri pada tanaman padi stadium tumbuh berbeda. Penelit Pertan Tan
Pangan [internet]. [diunduh 2014 Apr 01]; 22(1):45-50. Tersedia pada:
http://pangan.litbang.deptan.go.id/test.php?folder=files&filename=suparyon
&ext=pdf
Suryadi Y, Kadir TS. 2008. Kajian infeksi Xanthomonas oryzae pv. oryzae
terhadap beberapa genotipe padi: hubungan kandungan hara dengan intensitas

16
penyakit. JIPI [internet]. [diunduh 2013 Nov 26]; 15(1):26-36. Tersedia pada:
http://journal.ugm.ac.id/jip/article/view/1545/1341.
Susanto U, Daradjat AA, Suprihanto B. 2003. Perkembangan pemuliaan padi
sawah di Indonesia. J Litbang Pertan [internet]. [diunduh 2013 Nov 27];
22(3):125-131. Tersedia pada: http://203.176.181.70/bppi/lengkap/p3223036.
pdf.
Teng PS, Torres CQ, Nuque FL, Calvero SB. 1990. Current knowledge on crop
losses in tropical rice. Di dalam: Pollard L dan Cervantes E, editor. Crop Loss
Assessment in Rice. International Workshop on Crop Loss Assessment to
Improve Pest Management in Rice and Rice-based Cropping Systems in
South and Southeast Asia; 1987 Oct 11-17; Manila. Manila (PH): IRRI. hlm
39-54.
Ting ASY, Meon S, Kadir J, Radu S, Singh G. 2008. Endophytic microorganisms
as potential growth promoters of banana. BioControl. 53:541-553. doi: 10.
1007/s10526-007-9093-1.
[USDA] United State Department of Agricultre. 2011. Xanthomonas oryzae pv.
oryzae [internet]. Logan (US): USDA; [diunduh 2014 Feb 10]. Tersedia pada:
https://caps.ceris.purdue.edu/webfm_send/1502.
Widjayanti T, Nawangsih AA, Mutaqin KH. 2012. Pemanfaatan mulsa jerami dan
Plant Growth Promoting Rhizobacteria untuk menekan penyakit pustul
bakteri pada tanaman kedelai. J Fitopatol Indones [internet]. [diunduh 2014
Jun 19]; 8(6):161-169. Tersedia pada: http://jamu.journal.ipb.ac.id/index.
php/jfiti/article/view/6983/5413.
Yurnaliza, Siregar MW, Priyani N. 2011. Peran bakteri endofit penghasil IAA
(Indole Acetic Acid) terseleksi terhadap pertumbuhan tanaman padi (Oryza
sativa L.). Di dalam: Hutahean S et al., editor. Meningkatkan Peran Biologi
dalam Mewujudkan National Achievement with Global Reach. Prosiding
Seminar Nasional Biologi; 2011 Jan 22; Medan. Medan (ID): USU Press. hlm
219-228.
Zhang H, Wang S. 2013. Rice versus Xanthomonas oryzae pv. oryzae: a unique
pathosystem. Curr Opinion Plant Biol [internet]. [diunduh 2014]; 16(1):188195. Tersedia pada: http://new.croplab.org/files/COPB2013.pdf.
Zhang Q, Mew TW. 1989. Types of resistance in rice to bacterial blight. Di
dalam: Banta SJ et al., editor. Bacterial Blight of Rice. Proceedings of the
International Workshop on Bacterial Blight of Rice; 1988 Mar 14-18; Manila.
Manila (PH): IRRI. hlm 125-134.

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukoharjo pada tanggal 23 Januari 1993 dari pasangan
Sularno dan Sunarti. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun
2010 penulis lulus dari MAN 8 Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus
seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB dan diterima di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum
Dasar-dasar Proteksi Tanaman pada tahun ajaran 2012/2013 dan asisten
praktikum Hama Gudang dan Pemukiman pada tahun ajaran 2013/2014. Selain
itu, penulis juga aktif mengikuti organisasi kampus sebagai anggota Cybertron
Club Asrama Tingkat Persiapan Bersama IPB 2010/2011, ketua rohis mahasiswa
Departemen Proteksi Tanaman angkatan 47, staf divisi Eksternal dan Informasi
(Eksinfo) Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (Himasita) IPB 2011/2012,
dan ketua divisi Eksinfo Himasita IPB 2012/2013. Pada bulan Juli hingga Agustus
2013 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Profesi dengan judul program
Peningkatan Kualitas Tanaman Pangan dan Pengembangan Lahan Pekarangan di
Desa Cikalong, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang dengan
Sistem Pertanian Terpadu.
Penulis juga aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan seperti menjadi anggota
divisi Dana Usaha pada NPV (National Plant Protection Event) IPB 2012, ketua
divisi Penanggung Jawab Kelompok pada Pekan Orientasi Mahasiswa Proteksi
Tanaman 2012, ketua divisi Medis pada Migratoria Proteksi Tanaman 2013, dan
anggota divisi Sponsorship pada NPV IPB 2013. Selain itu, penulis juga pernah
mewakili IPB dalam perlombaan seni kaligrafi Islam tingkat mahasiswa nasional
pada Pergelaran Seni, Bahasa, dan Budaya Arab UPI, Bandung 2011 dan
mendapatkan pendanaan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dalam
program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan pada tahun 2012.