MAMALIA KECIL TERESTRIAL DI GUNUNG KERINCI DAN GUNUNG TUJUH DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT (TNKS).

MAMALIA KECIL TERESTRIAL DI GUNUNG KERINCI DAN GUNUNG
TUJUH DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT
(TNKS)

SKRIPSI SARJANA BIOLOGI

OLEH:
KARMELIA KONTESA
0910422057

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2013

ABSTRAK

Inventarisasi Mamalia kecil terestrial telah dilaksanakan pada bulan Januari-Agustus
2013 di Gunung kerinci dan Gunung Tujuh. Hewan mamalia ditangkap dengan
menggunakan perangkap jebak (snap trap) dan perangkap lubang (pitfall trap)
dengan jumlah unit usaha 650 trap night. Hasil penelitian ditemukan 10 spesies

Mamalia kecil terestrial yang termasuk kedalam 4 famili dan 3 ordo,. Beberapa
spesies yang ditemukan di Gunung Kerinci juga ditemukan di Gunung Tujuh dengan
indeks persamaan Sorensen 42%. Spesies yang ditemukan dikedua lokasi adalah
Hylomys suillus, Lariscus insignis dan Niviventer rapit.

Kata kunci: mamalia kecil, terestrial, Gunung Kerinci, Gunung Tujuh.

ABSTRACT
An inventory of terrestrial small mammal was conducted in January and August
2013 in the Mt. Kerinci and Mt. Tujuh. The mammals were captured using snap and
pitfall traps with a total effort of 650 trap nights. This study found 10 species of
small mammals that belong to 4 families and 3 orders,. Some species were found in
both Mt. Kerinci and Mt. Tujuh. Similarity index of Sorensen between the two
locations was 42%. Those species inhabited in the two locations were Hylomys
suillus, Lariscus insignis and Niviventer rapit.
Key word: small mammal, terrestrial, Mt. Kerinci, Mt. Tujuh.

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mamalia merupakan kelas tertinggi dalam taksa hewan. Mamalia dapat hidup
diberbagai tipe habitat dibelahan bumi, mulai dari kutub sampai daerah khatulistiwa,
dari dasar laut sampai hutan lebat dan gurun pasir.

Ada sekitar 5.488 spesies

mamalia, 32% diantaranya merupakan endemik di Indonesia (Panggabean, 2000).
Beragam spesies mamalia terestrial saat ini telah dilindungi oleh undang-undang
dan sebagian

besar ternyata

ada

di ambang kepunahan, seperti badak Jawa

(Rhinoceros sundaicus) dan harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock).
Menurut Bennett (2002) dan Linkie et al. (2003), menurunnya populasi mamalia di
habitat alaminya terutama diakibatkan oleh perburuan. Perburuan telah menjadi
ancaman utama karena mengakibatkan berubahnya kepadatan, distribusi, dan

demografi

populasi mamalia.

Laju penurunan tersebut semakin cepat akibat

pengurangan luasan habitat karena pembukaan lahan untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
Mamalia kecil merupakan kelompok heterogen dari sudut pandang
taksonomi, mereka termasuk kedalam ordo Insektivora dan Rodentia. Berdasarkan
ukuran berat tubuh mamalia ini dibagi kedalam mamalia besar dan mamalia kecil.
Mamalia kecil berat tubuh individu dewasanya berkisar antara 2g-5kg (Stoddart,
1979). Mamalia kecil memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dan lebih
pendek rentang kehidupannya daripada mamalia besar. Metabolisme yang cepat dan

rentang hidup yang pendek biasanya terkait dengan tingginya tingkat reproduksi
(Stearns, 1992).
Penelitian lapangan tentang vertebrata yang dilakukan selama dua dekade
menunjukkan mamalia kecil merupakan elemen penting dalam jaringan hubungan
timbal balik yang kompleks, yang selanjutnya membentuk keragaman taksonomi dan

struktur hutan tropis (Amori, 2003). Penyebaran biji dan keanekaragaman merupakan
dua peran yang paling sering dipelajari pada mamalia kecil. Menurut Krystufek et al.
(2009), mamalia kecil terestrial diperkirakan memiliki tingkat keterancaman yang
tinggi terhadap kepunahan seperti halnya mamalia besar.

Hal ini disebabkan

kurangnya perhatian terhadap kelompok mamalia ini, khususnya dalam riset dan
aktifitas konservasi. Untuk mengurangi kepunahan terhadap speies-spesies hewan
yang tidak dapat bertahan dengan habitatnya yang telah terganggu, maka adanya
kawasan konservasi yang diperuntukkan menjaga keanekaragaman hayati (CEPF,
2001).
Indonesia telah memiliki sekitar 50 taman nasional, yang terbagi kedalam
taman nasional darat dan taman nasional laut, taman nasional ini yang akan menjaga
keanekaragaman hayati Indonesia. Salah satu taman nasional di Indonesia adalah
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang merupakan taman nasional terbesar di
Sumatera. TNKS memiliki luas ± 14.000 km2, meliputi 4 provinsi yakni: Sumatera
Barat, Jambi, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Taman Nasional Kerinci Seblat
merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah sampai ekosistem
sub alpin serta beberapa ekosistem yang khas seperti rawa gambut, rawa air tawar

dan danau (Departemen Kehutanan, 2004).

Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh termasuk kedalam kawasan TNKS. Gunung
Kerinci memiliki tipe ekositem dari hutan dataran rendah sampai sub alpin dengan
ketinggian 3.805 mdpl, temperatur pada gunung ini berkisar dari 70 C-280 C
(Departemen kehutanan, 2004) sedangkan Gunung Tujuh adalah gunung yang
disusun oleh bukit barisan. Puncak gunung ini terletak pada ketinggian 1.950 mdpl,
dengan suhu 110 C-270 C. Daerah ini diperkirakan sebagai salah satu daerah yang
memberikan pengaruh yang besar terhadap daerah sekitarnya karena Gunung Tujuh
memiliki curah hujan yang tinggi, dengan fluktuasi suhu tahunan yang kecil dan
kesuburan tanah yang menjadikan Gunung Tujuh kaya akan keanekaragaman
tumbuhan (Whitten et al., 1987).
Sedikit data mengenai mamalia terutama mamalia kecil, ada sekitar 836
spesies yang masuk dalam kategori data deficient, yang artinya belum diketahui
status keterancaman untuk spesies tertentu akibat kurangnya data (Vie et al., 2009).
Penelitian yang telah dilakukan di Kawasan TNKS mengenai mamalia kecil ada 2
yaitu: Robinson and Kloss (1916) dan Panggabean (2000). Di Sumatera Barat
inventarisasi mamalia kecil telah dilakukan oleh: Syafriwandi (2005); Hendri
(2008); Putri (2011) dan Solina (2012).
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latarbelakang diatas, maka perlu diketahui apa saja spesies- mamalia
kecil terestrial di Taman Nasional Kerinci Seblat khususnya Gunung Kerinci dan
Gunung Tujuh.
1.3 Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui spesies mamalia kecil
terestrial di Taman Nasional Kerinci Seblat khususnya Gunung Kerinci dan
Gunung Tujuh.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna untuk
memaksimalkan usaha konservasi di Taman Nasional Kerinci Seblat.