Pemetaan Polutan Udara dan Suhu Permukaan Sebagai Dasar Pertimbangan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Timur

PEMETAAN POLUTAN UDARA DAN SUHU PERMUKAAN
SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN
RUANG TERBUKA HIJAU DI JAKARTA TIMUR

TOMI WARMAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemetaan Polutan
Udara Sebagai Dasar Pertimbangan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau di
Jakarta Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Tomi Warman
NIM E34090075

ABSTRAK
TOMI WARMAN. Pemetaan Polutan Udara dan Suhu Permukaan Sebagai Bahan
Pertimbangan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Timur. Dibimbing Oleh
SITI BADRIYAH RUSHAYATI dan LILIK BUDI PRASETYO.
Jakarta Timur sebagai salah satu kotamadya di Provinsi DKI Jakarta telah banyak
mengalami perkembangan khususnya dibidang pembangunan. Meningkatnya kebutuhan
manusia akan pemukiman, industri dan teknologi akan memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk memetakan polutan udara di Jakarta
Timur dan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam pengembangan
pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Jakarta Timur. Metode yang digunakan
yaitu interpolasi Inverse Distance Weighting (IDW) dan Klasifikasi terbimbing
(supervised). Hasil penelitian ini menujukan konsentrasi polutan tertinggi di Jakarta
Timur yaitu wilayah Kecamatan Cakung dengan konsentrasi TSP, konsentrasi NO2
terdapat di wilayah yaitu Kecamatan Cakung, Duren Sawit, Pulogadung dan Kramat Jati,

untuk konsentrasi SO2 di wilayah yaitu Kecamatan Cakung, Kecamatan Cipayung,
Ciracas, Kramat Jati, Pasar Rebo. Konsentrasi Timbal (Pb) tersebar secara merata di
wilayah Jakarta Timur dengan konsentasi ≤0.2 µg/Nm³, sedangkan untuk suhu
permukaan tertinggi terdapat di wilayah Kecamatan Ciracas. Wilayah yang harus menjadi
prioritas pertama pengembangan ruang terbuka hijau yaitu wilayah Kecamatan Cakung,
Ciracas dan prioritas kedua adalah Cipayung, Duren Sawit, Kramat Jati, Pasar Rebo dan
Polugadung.
Kata kunci: hutan kota, interpolasi, polutan udara, ruang terbuka hijau, suhu permukaan

ABSTRACT
TOMI WARMAN. Mapping Surface Temperature and Air Pollutants for Consideration
the Green Open Space Development in East Jakarta. Suvervised by SITI BADRIRAH
RUSHAYATI and LILIK BUDI PRASETYO.
East Jakarta as one of municipality in DKI Jakarta has been rapidity developing
particularly in construction sector. Incrase of human needs in terms of residentials,
industries, and technologies would give negative impacts to the environment. This
research was intended to map air pollutant in East Jakarta, which would provide
considerations and recommendation for the goverment in developing green open space
(GOS) for improving quality of public convenience. The methods used were Inverse
Distance Weighting (IDW) interpolation and supervised classification. The results

showed that the highest concentration of pollutant in East Jakarta was Cakung Subdistrict with Total Suspended Particulate (TSP), Nitrogen Dioxide (NO2) concentration
was showed in Cakung Sub-district, Duren Sawit, Pulagadung and Kramat Jati.
Moreover, the highest concentration of Sulfur Dioxide (SO2) was showed in Cakung Subdictrict, Cipayung Sub-district, Ciracas, Kramat Jati, Pasar Rebo. Heavy metal (Pb)
distribution spread evenly in wide area of East Jakarta with concentration ≤0.2 µg/Nm³,
while the highest temperature surface was showed in Ciracas Sub-district. The districts
that should be the first priority of developing green open space are Cakung Sub-district,
Ciracas and the second priority are Sub-district Duren Sawit, Pulogadung, Cipayung,
Pasar Rebo, Kramat Jati, Jatinegara, Matraman dan Makasar.
Keyword: air pollutants, green open space, priority location, urban forest, surface
temperature

PEMETAAN POLUTAN UDARA DAN SUHU PERMUKAAN
SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN
RUANG TERBUKA HIJAU DI JAKARTA TIMUR

TOMI WARMAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan

pada
Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Pemetaan Polutan Udara dan Suhu Permukaan Sebagai Dasar
Pertimbangan Pembangunan Ruang Terbuka Hijau di Jakarta
Timur
Nama
: Tomi Warman
NIM
: E34090075

Disetujui oleh

Dr Ir Siti Badriyah Rushayati, MSi

Pembimbing I

Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini adalah
Pembangunan Ruang Terbuka Hijau, dengan judul Pemetaan Polutan Udara dan
Suhu Permukaan Sebagai Dasar Pertimbangan Pembangunan Ruang Terbuka
Hijau di Jakarta Timur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Siti Badriyah Rushayati,

MSi dan Bapak Prof Dr Ir Lilik Budi Prasetyo, MSc selaku pembimbing yang
telah banyak memberikan saran. Ungkapkan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak, Mama, Kakak, Isteri tercinta Rismayani Nursyah, SE dan seluruh
keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya, serta tak lupa teman-teman dari
labolatorium Analisis Lingkungan dan Permodelan Spasial yang telah banyak
membantu dalam penelitian ini, kawan-kawan Anggrek Hitam KSHE 46 serta
rekan-rekan angkatan 46 Fakultas Kehutanan IPB atas dukungan dan doanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2015
Tomi Warman

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii


DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

1

Manfaat Penelitian

1


METODE

2

Waktu dan Tempat Penelitian

2

Bahan

2

Alat

2

Prosedur Analisis Data

2


HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

6

Pemetaan Sebaran Polutan Udara

7

Pengembangan Ruang Terbuka Hijau
SIMPULAN DAN SARAN

15
17

Simpulan


17

Saran

18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

20

DAFTAR TABEL
1 Kelas Konsentrasi Polutan Udara
2 Kelas Suhu Permukaan di Jakarta Timur
3 Deskripsi Kelas-kelas Penutupan Lahan di Jakarta Timur
4 Luas Sebaran Konsentrasi Polutan Debu (TSP) di Jakarta Timur
5 Luas Sebaran Konsentrasi Polutan Nitrogen Dioksida (NO₂) di Jakarta

6 Luas Sebaran Konsentrasi Sulfur Dioksida (SO2) di Jakarta Timur
7 Luas Sebaran Polutan Timbal (Pb) di Jakarta Timur
8 Luas Sebaran Suhu Permukaan di Jakarta Timur
9 Kelas Prioritas Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Timur
10 Wilayah Prioritas Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Timur

4
5
6
8
9
10
12
13
16
16

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Peta Pemantauan Polutan Udara Provinsi DKI Jakarta
Tahapan Pengolahan Peta Polutan Udara
Tahapan Identifikasi Penutupan Lahan
Peta Sebaran Polutan Debu (TSP) di Jakarta Timur
Peta Sebaran Nitrogen Dioksida (NO2) di Jakarta Timur
Peta Sebaran Sulfur Dioksida (SO2) di Jakarta Timur
Peta Sebaran Timbal (Pb) di Jakarta Timur
Peta Sebaran Suhu Permukaan Jakarta Timur
Peta Penutupan Lahan di Jakarta Timur

3
3
6
8
10
11
12
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Perhitungan Luas Sebaran Penutupan Lahan
2 Kualitas Udara Ambien di DKI Jakarta Bulan Oktober 2013
3 Luas dan Persentase Sebaran Suhu Permukaan
4 Luas dan Persentase Sebara Polutan Nitrogen Dioksida (NO2)
5 Luas dan Persentase Sebaran Polutan Sulfur Dioksida (SO₂)
6 Luas dan Persentase Sebaran Polutan Timbal (Pb)
7 Luas dan Persentase Sebaran Polutan Debu (TSP)

20
21
22
23
24
25
26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jakarta Timur sebagai salah satu kotamadya di Provinsi DKI Jakarta
telah banyak mengalami perkembangan yang cukup pesat, khususnya dalam
bidang pembangunan. Banyaknya lahan terbangun di kota ini yang dihasilkan
dalam pembangunan infrastruktur kota seperti pembangunan gedung bertingkat,
kawasan perdagangan, industri, pemukiman, sarana dan prasarana fisik sebagai
penunjang aktivitas penduduk yang mencapai 294 unit pada tahun 2011 (BPS
2012) dan pertumbuhan penduduk yang cepat dari tahun 2006 mencapai 2 160
706 jiwa dan meningkat pada tahun 2011 mencapai 2 640 145 jiwa (BPS 2012)
serta diperparah peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang beropersi
mencapai 10 253 unit setiap harinya. Hal ini merupakan salah satu penyebab
menurunnya kualitas lingkungan akibat polusi udara yang dihasilkan oleh
kendaraan bermotor setiap harinya (Dahlan 2007). Peningkatnya kebutuhan
manusia akan pemukiman, industri dan teknologi akan memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan sehingga terjadinya pencemaran udara yang
memberikan dampak buruk bagi kenyamanan masyarakat, pada tahun 2011
tercatat 522 308 jiwa terinfeksi saluran pernafasan di wilayah DKI Jakarta
(BPS 2012).
Pengembangan Ruang terbuka Hijau (RTH) merupakan solusi untuk
meningkatkan kembali kualitas udara dan menurunkan suhu permukaan di
perkotaan serta dengan diimbangi kegitan pematauan kualitas udara
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 41 tahun 1991 mengenai pengendalian
pencemaran udara menjelaskan mengenai kegiatan pemantauan kualitas udara,
batas-batas ambien maksimal yang berada di udara. Batas maksimal yang telah
ditentukan merupakan batas suatu polutan yang akan berdampak negatif
terhadap lingkungan sehingga suatu kota dapat dikatakan tercemar apabila
polutan tersebut melebihi batas maksimal. Pengendalian pencemaran udara
merupakan salah satu suatu kegiatan untuk mengetahui kandungan udara,
sehingga dengan kegiatan ini diharapkan dapat ditentukannya tindakan yang
tepat apabila terjadi peningkatan polutan terutama polutan yang
membahayakan bagi kenyamanan dan kesehatan masyarakat.

Tujuan
1. Memetakan sebaran polutan udara dan suhu permukaan di Jakarta Timur.
2. Menentukan wilayah yang mempunyai akumulasi polutan dan suhu
permukaan tertinggi di Jakarta Timur.
3. Menentukan prioritas pengembangan ruang terbuka hijau di Jakarta Timur.

Manfaat Penelitian
Pemetaan polutan udara di Jakarta Timur diharapkan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah dalam pengembangan pembangunan Ruang

2

Terbuka Hijau (RTH) guna meningkatkan kualitas kenyamanan bagi
masyarakat.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitan dilaksanakan pada bulan Oktober dan pengolahan data
dilakukan pada bulan Febuari tahun 2014, dengan lokasi penelitian di Jakarta
Timur, sedangkan untuk pengolahan dan analisis data dilakukan di
Laboratorium Analisis Lingkungan dan Permodelan Spasial Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB.

Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data konsentrasi
polutan udara NO2, SO2, TSP dan Pb dari Balai Pengelolaan Lingkungan
Hidup (BPLHD) Jakarta pada bulan Oktober 2013, data suhu dari Badan
Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada bulan Oktober 2013.
citra satelit Landsat 8 path 122/64 akuisisi 12 Oktober 2013 dan peta
administrasi Jakarta Timur.
Alat
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari GPS (Global
Positioning System). kamera digital. separangkat komputer yang dilengkapi
dengan software Erdas Imagine versi 9.1. ArcGis versi 9.3 dan MS. Office
2010.
Prosedur Analisis Data
Jenis data yang diambil pada penelitian ini terdiri dari atas data primer
dan data sekunder. Data primer berupa kondisi fisik Jakarta Timur berupa titik
pengamatan penutupan lahan yang dapat mewakili. Sedangkan data sekunder
data konsentrasi polutan udara dari Balai Pengelolaan Lingkungan Hidup
(BPLHD) Jakarta, data pengukuran suhu di wilayah Jakarta dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta citra Landsat 8 path
122/64 akuisisi 12 Oktober 2013. Data fisik pada saat pengukuran serta
koordinat lokasi pengambilan contoh udara diolah menggunakan perangkat
lunak komputer. Tahapan tersebut meliputi memetakan koordinat lokasi
pengukuran pada peta Jakarta Timur dan interpretasi Citra Landsat 8. Tahapan
yang dilakukan yakni dengan memperbaikin citra (image restoration), hal
pertama yang dilakukan yakni koreksi geometri guna menentukan koordinat
yang akan digunakan agar mempermudah dalam proses analisis data.
Kemudian tahap pemotongan citra (subset image), pemotongan wilayah sesuai
objek penelitian yakni wilayah Jakarta Timur.

3
Pengolahan polutan udara
Pembuatan peta polutan udara memerlukan nilai di titik pengamatan
polutan udara setiap bulan yang tersebar diseluruh wilayah DKI Jakarta. Lokasi
pemantauan di wilayah DKI Jakarta di sajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1 Peta Pemantauan Polutan Udara Provinsi DKI Jakarta

Data yang digunakan berasal dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah (BPLHD) Provinsi DKI Jakarta, sebanyak 9 titik polutan udara untuk
NO2, SO2, Debu (TSP) dan Pb. Tahapan pengolahan peta polutan udara
disajikan dalam Gambar 2.
Data Koordinat dan Kualitas Udara
Data Excel
ARCGIS
Transformasi Koordinat

(UTM)

Interpolasi
Reclassify
Overlay

Peta
Administrasi

Peta Kualitas Udara
Gambar 2 Tahapan Pengolahan Peta Polutan Udara

4

Metode pengambilan sample udara menggunakan metode manual sesaat
dengan menggunakan alat penyaring untuk setiap ambien udara berdasarkan
lokasi yang telah ditentukan dan setiap konsentrasi polutan dihitung dengan
data rata-rata selama 24 jam. Nilai pada setiap parameter akan diinterpolasi
antar titik sehingga diperoleh zona/daerah yang mempunyai range atau nilai
kisaran tertentu untuk masing-masing polutan udara. Jenis interpolasi yang
dipakai dalam penelitian adalah Inverse Distance Weighting (IDW). Model ini
mengasumsikan bahwa nilai titik diduga akan dipengaruhi oleh titik lain yang
berdekatan secara spasial dan nilai titik pengamatan yang saling berdekatan
akan memiliki nilai yang sama dibandingkan nilai titik yang lebih jauh (Childs
2004).
Hasil dari pengolahan data interpolasi pada software ArcGis dikelaskan
menjadi 5 kelas berdasarkan ambang batas baku mutu menurut Keputusan
Gubernur Nomor 51 Tahun 2001 tentang Penetapan Baku Mutu Udara Ambien
dan Baku Mutu Kebisingan di Provinsi DKI Jakarta. Namun dari hasil
pemantauan polutan udara hanya polutan TSP yang melebihi ambang batas
baku mutu, sehingga jenis polutan lainnya disesuai dari hasil interpolasi
dengan pembangian rata. Pembagian kelas konsentrasi polutan udara disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1 Kelas Konsentrasi Polutan Udara

I

TSP
(µg/Nm³)
≤170

SO2
(µg/Nm³)
≤30

NO2
(µg/Nm³)
≤10

Pb
(µg/Nm³)
≤0.2

II

>170 ‒ ≤200

>30 ‒ ≤35

>10 ‒ ≤17

>0.2 ‒ ≤0.4

III

>200 ‒ ≤230

>35 ‒ ≤40

>17 ‒ ≤24

>0.4 ‒ ≤0.6

IV

>230 ‒ ≤260

>40 ‒ ≤45

>24 ‒ ≤31

>0.6 ‒ ≤0.8

V

>260

>45 ‒ ≤50

>31 ‒ ≤38

>0.8 ‒ ≤1

Kelas

Pengolahan suhu udara
Pengolahan citra Landsat 8 dilakukan untuk menghasilkan peta
distribusi suhu permukaan. Proses dilakukan dengan membuat model pada
menu Model Maker ERDAS Imagine 9.1 yang sudah tersedia untuk
mengkonversi nilai-nilai pixel pada Landsat 8 band 10. Konversi nilai Digital
menjadi nilai radiansi dengan rumus sebagai berikut (USGS 2013, YCEO
2010):

Keterangan :
= Nilai Radian (Watts/m2*srad*µm))
L�
ML
= Faktor pengkali specifik band thermal
Qcal
= Nilai digital citra spesifik band thermal
AL
= Faktor penambah spesifik band thermal

5
Suhu permukaan didapatkan setelah proses konversi Radian Spektral
menjadi temperatur. Persamaan konversi radian spektral menjadi temperatur
adalah sebagai berikut (USGS 2013):

Keterangan :
T
= Suhu dalam derajat Kelvin
K2
= Konstanta (1321.08) (Kelvin)
K1
= Konstanta (774.89) (Watts/m2*srad*µm))
= Nilai spectral radiasi
L�
C= T-273

Keterangan:
C = suhu dalam derajat Celcius
T = suhu dalam derajat Kelvin
Hasil peta suhu permukaan akan dikelaskan menjadi 5 kelas suhu
permukaan dengan mengambil jarak interval sebesar 3 oC. Kelas suhu disajikan
dalam Tabel 2.
Tabel 2 Kelas Suhu Permukaan di Jakarta Timur
Kelas
I
II
III
IV
V

Rentang
≤30 °C
>30 ‒ ≤33 °C
>33 ‒ ≤36 °C
>36 ‒ ≤39 °C
>39 °C

Identifikasi penutupan lahan
Identifikasi penutupan lahan pada tahap ini, analisis menggunakan
software Erdas 9.1 dan dilakukan pengklasifikasian objek kedalam 9 kelas
yang ditentukan meliputi areal terbangun, areal terbuka, pohon, rumput,
sawah/semak, ladang, badan air, no data (awan dan bayangan). Tahap
selanjutnya dilakukan klasifikasi citra menggunakan proses klasifikasi
terbimbing (supervised classification) dengan kategori yang sudah ditentukan.
Setelah itu memilih daerah latihan (signature) yang mewakili tiap katergori
kelas, kemudian pemilihan daerah (area of interest) yang akan diidentifikasi
sebagai salah satu tipe penutupan lahan. Proses identifikasi dilakukan secara
otomatis berdasarkan pola spektral yang telah ditentukan pada proses
pemilihan daerah, hasil identifikasi kemudian digabungkan dengan kelas
penutupan lahan yang sama (recode). Tahap akhir dilakukan koreksi citra dari
hasil identifikasi dan dilakukan pengukuran akurasi dengan berpedoman pada
titik kontrol menggunakan GPS pada lokasi penelitian. Tahap pengolahan
penutupan lahan disajikan dalam Gambar 3.

6

Erdas 9.1
Klasifikasi Terbimbing
Penentuan Daerah latihan
Pemilihan Daerah (AOI)

Identifikasi Penutupan Lahan
Recode
Akurasi
Peta Penutupan Lahan
Gambar 3 Tahapan Identifikasi Penutupan Lahan

Deskripsi dari 9 kelas penutupan lahan yang telah ditentukan untuk identifikasi
di Jakarta Timur disajikan dalam Tabel 3.

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Tabel 3 Deskripsi Kelas-kelas Penutupan Lahan di Jakarta Timur
Kelas
Deskripsi
Penutupan
Pohon
Tumbuhan berkayu dengan diameter ≥20 cm
Rumput
Lahan yang ditumbuhi oleh rerumputan
Sawah/ Semak Lahan berbentuk pematang sawah, ditumbuhi padi/semak
Areal
Kawasan pemukiman, industri,bangunan, jalan dan fasiltas
Terbangun
publik lainnya
Areal Terbuka Lahan yang ditumbuhi sedikit tumbuhan dan tidak digunaakan
untuk penggunaan lain
Ladang
Lahan yang digunakan unruk perkebunaan (pisang, mangga
dan lain-lain)
Badan air
Lahan (permukaan) yang selalu dialiri/digenangi air, termasuk
sungai
Bayangan
No data
Awan
No data

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Letak dan luas
Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan bagian wilayah Provinsi
DKI Jakarta memiliki luas wilayah 187.73 Km2 dengan ketinggian 16 mdpl.
Luas wilayah itu merupakan 28.39% wilayah Provinsi DKI Jakarta 662.33 Km2,

7
terdiri atas 10 kecamatan dan 65 kelurahan (Pemkot Administrasi Jaktim,
2013).
Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur memiliki perbatasan dengan:
1. Utara
: Kota Administrasi Jakarta Utara dan Jakarta Pusat
2. Timur
: Kabupaten Bekasi (Provinsi Jawa Barat),
3. Selatan
: Kabupaten Bogor (Provinsi Jawa Barat), dan
4. Barat
: Kota Administrasi Jakarta Selatan.
Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Timur dibagi ke dalam 10
Kecamatan, yaitu Kecamatan Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung, Makasar, Kramat
jati, Jatinegara, Duren Sawit, Cakung, Pulogadung dan Matraman. Adapun
jumlah kelurahan di Kota Administrasi Jakarta Timur adalah 65 kelurahan.
Berdasarkan BPS (2013) jumlah penduduk di wilayah Jakarta Timur mencapai
2 801 784 jiwa.

Kondisi fisik dan wilayah
Jakarta Timur mempunyai iklim tropis dengan suhu rata-rata sekita 27.6
o
C, suhu minimum rata-rata 23.1 oC, suhu maksimum rata-rata 33.1 oC dan
kelembaban udara sebesar 78% (BPS 2013). Curah hujan rata-rata 190.2 mm
per hari, tekanan udara 1011.6 mb dan kecepatan angin 10.9 knot serta arah
angin pada bulan Januari‒Maret ke arah utara, April‒September ke arah timur
laut dan Oktober‒Desember ke arah barat, hal ini yang menimbul hujan lebat
seperti wilayah lain di Indonesia. Sebagai wilayah dataran rendah yang
letaknya jauh dari pantai, didominasi oleh areal rawa dan persawahan.

Pemetaan Sebaran Polutan Udara
Sebaran polutan debu (TSP)
Debu atau TSP (Total Suspended Particulate) merupakan salah satu
bahan pencemar udara yang mempunyai diameter 0.1 µm sampai 100 µm yang
patut menjadi perhatian bersama yaitu debu yang dihasilkan oleh pengolahan
bahan padat dari industri (Sastrawijayan 2001). Hasil pada Tabel 4 sebaran
polutan TSP tertinggi terdapat di wilayah Cakung dengan konsentrasi >260
µg/Nm³ luas sebesar 0.76 Ha sekitar 0.004%, sedangkan untuk sebaran polutan
terendah masuk ke dalam selang ≤170 µg/Nm³ terdapat di wilayah Matraman
3.06 Ha (0.02%). Wilayah Jakarta Timur lebih mendominasi pada selang >170
‒ ≤200 µg/Nm³ dengan luas sebaran mencapai 11 155.85 Ha (60.71%).
Tingginya konsentrasi di wilayah ini diakibatkan aktivitas industri dan
tingginya aktivitas kendaraan bermotor. Menurut Awan et. Al (2011)
menyatakan bahwa konsentrasi debu dan partikulat berbanding lurus dengan
aktivitas lalu lintas dan industri. Konsentrasi di wilayah Cakung perlu
perhatian lebih dari pemerintah kota karena nilai konsentrasi yang didapat telah
melebihi baku mutu yang ditentukan berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor
51 tahun 2001 mengenai Penetapan Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Mutu
Kebisingan di DKI Jakarta yakni 230 µg/Nm³. Luas sebaran konsentrasi
polutan debu (TSP) disajikan pada Tabel 4.

8

Tabel 4 Luas Sebaran Konsentrasi Polutan Debu (TSP) di Jakarta Timur
Selang Polutan Debu (TSP) (Ha)
>170 ‒ ≤200 >200‒≤230 >230‒≤260
(µg/Nm³)
(µg/Nm³)
(µg/Nm³)
1.40
3477.6
579.65
2675.65
19.8
0.00
955.26
749.4
0.00
1100.73
1101.0
0.00
1039.67
0.0
0.00
1350.79
0.0
0.00
2148.00
0.0
0.00
909.95
302.8
0.00
492.63
0.0
0.00

Cakung
Cipayung
Ciracas
Duren Sawit
Jatinegara
Kramat jati
Makasar
Pasar Rebo
Matraman

≤170
(µg/Nm³)
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
3.06

Pulogadung

0.00

481.76

986.0

0.00

0.00

Total (Ha)

3.06

11155.85

6636.7

579.65

0.76

Kecamatan

>260
(µg/Nm³)
0.76
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

Selain itu, konsentrasi di wilayah Jakarta Timur lebih mendominasi pada
selang >170 ‒ ≤200 µg/Nm³ hal ini menujukan meskipun konsentrasi TSP di
wilayah Jakarta Timur masih di bawah baku mutu yang telah ditentukan,
pemerintah perlu melakukan tindakan pencegahan di wilayah/kecamatan yang
masih dibawah baku mutu, agar kenyamanan dan kesehatan masyarakat tidak
terganggu. Peta sebaran konsentrasi polutan debu (TSP) di Jakarta Timur
disajikan dalam Gambar 4.

Gambar 4 Peta Sebaran Polutan Debu (TSP) di Jakarta Timur

9
Polutan TSP berserta turunnya dapat menyebabkan kurangnya daya
pandangan dan menyerap sinar matahari, khusus untuk polutan yang dihasilkan
oleh industri dan kendaraan bermotor dapat memberikan dampak negatif
terhadap manusia seperti bronchitis. Menurut Suharto (2011) menyatakan
bahwa partikel debu yang berdiameter 0.1–150 µm sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia seperti luka saluran pernapasan.

Sebaran polutan Nitrogen Dioksida (NO₂)
Nitrogen Dioksida (NO2) merupakan hasil samping pembakaran yang
timbul dari kombinasi nitrogen dan oksigen di atmosfer. Hasil awal reaksi ini
adalah sejumlah reaksi fotokimia sehingga terbentuknya Ozon (O3) (Patra
2002). Luasan sebaran konsentrasi polutan NO2 disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Luas Sebaran Konsentrasi Polutan Nitrogen Dioksida (NO₂) di Jakarta
Timur
Kecamatan
Cakung
Cipayung
Ciracas
Duren Sawit
Jatinegara
Kramat jati
Makasar
Matraman
Pasar Rebo
Pulogadung
Total (Ha)

≤10
(µg/Nm³)
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

Selang Nitrogen Dioksida (NO₂) (Ha)
>10 ‒ ≤17 >17 ‒ ≤24
>24 ‒ ≤31
(µg/Nm³)
(µg/Nm³)
(µg/Nm³)
0.00
1.65
4057.77
0.00
2695.48
0.00
0.00
1704.70
0.00
0.00
928.60
1273.11
192.73
845.10
0.00
87.57
1263.22
1.84
0.00
2148.00
0.00
0.00
495.69
0.00
0.00
1212.78
0.00
0.00
325.88
1141.87
280.31
11621.10
6474.59

>31 ‒ ≤38
(µg/Nm³)
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

Hasil pengolahan data wilayah Jakarta Timur memiliki konsentrasi
tertinggi polutan NO2 terdapat di wilayah kecamatan Cakung yang masuk
kedalam selang antara >24 ‒ ≤31 µg/Nm³ dengan luas sebaran mencapai
4057.77 Ha (99.96%). Tingginya konsentrasi di wilayah Cakung dikarena
deket dengan areal industri pabrik dan jalur masuk dari daerah Bekasi, Jawa
Barat. Konsentrasi terendah >10 ‒ ≤17 terdapat pada kecamatan Jatinegara
dengan luas sebaran mencapi 192.73 Ha atau 18.54%, rendahnya konsentrasi di
wilayah ini di pengaruhi letak kecamatan yang jauh dari areal pabrik.
Konsentrasi di Jakarta Timur lebih didominasi pada selang >17 ‒ ≤24 µg/Nm³
dengan luasan sebaran mencapai 11621.10 Ha atau 63.24%. Sebaran polutan
NO2 di Jakarta Timur masih dibawah baku mutu yang telah ditetapkan
pemerintah yakni 92.5 µg/Nm³. Salah satu solusi dalam mengurangi polutan
NO2 adalah dengan pembuatan jalur hijau, pengurangan konsentrasi NO2 pada
tempat bervegetasi pada jarak 15 ‒ 25 meter dari bahu jalan akan lebih efektif
daripada lahan terbuka (Sulistijorini 2009). Peta sebaran polutan NO2 yang
disajikan pada Gambar 5.

10

Gambar 5 Peta Sebaran Nitrogen Dioksida (NO2) di Jakarta Timur

Sebaran polutan Sulfur Dioksida (SO2)
Senyawa Sulfur Dioksida (SO2) merupakan hasil reaksi belerang dengan
oksigen, tidak berwarna dan merupakan hasil pembangkit listrik tenaga uap
dengan menggunakan bahan bakar batu bara (Suharto 2011). Sebaran
konsentrasi polutan SO2 di Jakarta Timur disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Luas Sebaran Konsentrasi Sulfur Dioksida (SO2) di Jakarta Timur
Kecamatan
Cakung
Cipayung
Ciracas
Duren Sawit
Jatinegara
Kramat jati
Makasar
Matraman
Pasar Rebo
Pulogadung
Total (Ha)

≤30
(µg/Nm³)
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

Selang Sulfur Dioksida (SO2)
>30 ‒ ≤35
>35 ‒ ≤40 >40 ‒ ≤45
(µg/Nm³)
(µg/Nm³)
(µg/Nm³)
3324.37
735.05
0.00
1814.69
880.79
0.00
209.05
1495.65
0.00
2201.71
0.00
0.00
1039.67
0.00
0.00
1316.69
34.10
0.00
2148.00
0.00
0.00
495.69
0.00
0.00
344.89
867.89
0.00
1467.76
0.00
0.00
14362.52
4013.48
0.00

>40 ‒ ≤50
(µg/Nm³)
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

Hasil pengolahan data polutan SO2 pada hasil penghitungan pada Tabel 6,
didapatkan kecamatan yang memiliki konsentasi tinggi adalah Kecamatan

11
Ciracas dengan konsentrasi pada selang >35 ‒ ≤40 µg/Nm³ dengan luas sebaran
mencapai 1495.65 Ha atau 87.74%, wilayah Cipayung 880.79 Ha (32.68%),
Kecamatan Kramat Jati 34.10 Ha (2.52%) dan Pasar Rebo 867.89 Ha (71.56%),
tingginya konsentrasi di 5 wilayah ini dikarenakan wilayah ini berdeketan
dengan areal pabrik sehingga memberikan efek buruk untuk wilayah sekitarnya.
Kecamatan yang memiliki konsentrasi terendah terdapat di Kecamatan Cakung
masuk kedalam selang >30 ‒ ≤35 µg/Nm³ luas sebaran mencapai 3324.37 Ha
atau 81.89% dari luasan kecamatan Cakung. Rendahnya konsentrasi di wilayah
Kecamatan Cakung dikarenakan jumlah RTH yang cukup tinggi. Wilayah
Jakarta Timur mendominasi pada selang ≤30 µg/Nm³. Peta sebaran konsentrasi
polutan SO2 ditampilkan pada Gambar 6.

Gambar 6 Peta Sebaran Sulfur Dioksida (SO2) di Jakarta Timur

Sebaran polutan Timbal (Pb)
Timbal (Pb) merupakan bahan aditif yang sering digunakan untuk
meningkatkan mutu bensin, sedangkan salah satunya partikel Pb yang ada di
udara berupa senyawa anorganik yang berukuran kecil yang dikeluarkan dari
kegiatan industri dan gas buang kendaraan bermotor. Hasil pengolahan
didapatkan sebaran polutan timbal (Pb) di Jakarta Timur masuk kedalam selang
≤0.2 µg/Nm³, hal ini menujukan tingkat konsentrasi di wilayah Jakarta Timur
masih terbilang rendah dibawah baku mutu yakni 2 µg/Nm³. Peta sebaran
timbal di Jakarta Timur disajikan pada Gambar 7.

12

Gambar 7 Peta Sebaran Timbal (Pb) di Jakarta Timur

Sebaran polutan Pb terbilang merata disetiap kecamatan hampir 100%
dari luas setiap kecamatan yang ada di Jakarta Timur, Kecamatan Cakung
dengan luasan terbesar tercemar mencapai 4059.42 Ha dan Mantraman dengan
luas wilayah terkecil tercemar mencapai 495.69 Ha. Luas sebaran polutan
timbal (Pb) disajikan dalam Tabel 7.
Tabel 7 Luas Sebaran Polutan Timbal (Pb) di Jakarta Timur
Kecamatan
Cakung
Cipayung
Ciracas
Duren
Sawit
Jatinegara
Kramat jati
Makasar
Matraman
Pasar Rebo
Pulogadung
Total (Ha)

≤0.2
(µg/Nm³)
4059.42
2695.48
1704.70

Selang Polutan Timbal (Pb) (Ha)
>0.2 ‒ ≤0.4 >0.4 ‒ ≤0.6 >0.6 ‒ ≤0.8
(µg/Nm³)
(µg/Nm³)
(µg/Nm³)
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

>0.8 ‒ ≤1
(µg/Nm³)
0.00
0.00
0.00

2201.71

0.00

0.00

0.00

0.00

1039.67
1350.79
2148.00
495.69
1212.78
1467.76
18376.00

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

13
Sebaran suhu permukaan
Kebutuhan lahan yang besar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
akan meningkatkan perubahan terhadap lingkungan, salah satunya alih fungsi
lahan dari areal bervegetasi menjadi areal terbangun di wilayah perkotaan dari
pesatnya pertambahan penduduk kota dan memberikan dampak negatif bagi
masyarakat khususnya peningkatan suhu permukaan sehingga tingkat
kenyamanan bagi masyarakat semakin menurun. Berdasarkan hasil citra
Landsat 8 bulan Oktober tahun 2013, sebanyak 7901.65 Ha (43.00%) luas suhu
permukaan di wilayah Jakarta Timur berada pada selang >33 ‒ ≤36 °C, ini
menunjukan wilayah Jakarta Timur memiliki suhu yang terbilang tinggi.
Wilayah Kecamatan Ciracas memiliki suhu permukaan di atas 39 °C
sebesar 0.06 ha atau 0.004% dari luasan kecamatan Ciracas. Tingginya suhu
permukaan ini dikarenakan tutupan lahan yang mendominasi yakni areal
terbangun, bangunan beton dan aspal akan menyerap panas sepanjang hari dan
melepaskan dengan lambat pada malam hari (Irwan 2004). Albedo merupakan
perbandingan radiasi yang datang dengan radiasi yang dipantulkan, bangunan
memiliki albedo yang rendah, semakin rendah nilai albedo maka semakin
banyak radiasi matahari yang diserap dibandingkan radiasi matahari yang
dipantulkan kembali ke atmosfer. Sebaran suhu permukaan terendah dengan
selang ≤30 °C terdapat di wilayah Kecamatan Cakung, penurunan suhu di
kecamatan ini dikarenakan wilayah Cakung banyak memiliki RTH 1246 Ha
(31%) yang lebih banyak areal bekas industri yang ditumbuhi semak dan
alang-alang serta badan air 156.74 Ha (4%) dari luasan kecamatan Cakung, hal
ini memberikan dampak positif guna penurunan suhu permukaan. Luasan
sebaran suhu permukaan Jakarta Timur disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Luas Sebaran Suhu Permukaan di Jakarta Timur
Kecamatan
Cakung
Cipayung
Ciracas
Duren Sawit
Jatinegara
Kramat jati
Makasar
Matraman
Pasar Rebo
Pulogadung
Total (Ha)

≤30 °C
1280.94
189.15
18.11
186.71
29.82
28.65
319.39
50.59
84.35
655.01
2842.73

Selang Suhu Permukaan (Ha)
>30 ‒≤33 °C >33‒≤36 °C
>36‒≤39 °C
2367.31
410.28
0.88
1555.07
951.25
0.00
461.45
1202.25
22.83
886.42
1128.58
0.00
237.70
761.84
10.32
199.76
1074.79
47.59
842.88
897.19
88.54
73.77
369.02
2.31
376.94
751.46
0.03
450.82
354.98
6.95
7452.13
7901.65
179.44

>39 °C
0.00
0.00
0.06
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.06

Menurut Rushayati (2010) menyatakan bahwa penyerapan radiasi sinar
matahari yang dilakukan tumbuhan pada siang hari melalui fotosintesis dan
penguapan akan menurunkan suhu serta meningkatkan kelembaban udara.
Peta sebaran suhu permukaan di Kotamadya Jakarta Timur yang disajikan pada
Gambar 8.

14

Gambar 8 Peta Sebaran Suhu Permukaan Jakarta Timur

Identifikasi penutupan lahan
Tutupan lahan yang terdapat di kecamatan Jakarta Timur terbagi atas 10
kecamatan yaitu Cakung, Ciracas, Cipayung, Pasar Rebo, Kramat jati, Makasar,
Duren Sawit, Jatinegara, Pulogadung dan Matraman. Dari hasil interpretasi
citra, penutupan lahan dibagi atas 9 kelas klasifikasi meliputi ladang, sawah,
rumput, areal terbangun, pohon, areal terbuka, awan, badan air dan bayangan.
Kelas penutupan lahan untuk Jakarta Timur didominasi oleh areal terbangun
mencapi 8756.71 Ha (48%), sedangkan untuk Ruang Terbuka Hijau di Jakarta
Timur luas total RTH mencapai 6069.01 Ha (33%). Berdasarkan hasil
pengolahan data pada kecamatan Cipayung memiliki Ruang Terbuka Hijau
dengan luasan sebaran terbesar mencapai 1713.65 ha (64%) dengan komposisi
pohon sebesar 1476.81 Ha (55%), sawah sebesar 63.36 Ha (2%), rumput 23.92
Ha (1%), Ladang 149.56 Ha (6%). Ruang Terbuka Hijau di kecamatan
Cipayung masih tinggi karena selain masih jauh dari perkotaan, kecamatan ini
banyak terdapat lahan untuk bercocok tanam, areal ini dekat instansi militer
yang didominasi banyak pepohonan dimana daerah ini banyak ditutupi vegetasi
tinggi, masih adanya petani di daerah pinggran perkotaan ini memiliki dampak
positif bagi lingkungan dalam menghadapi perubahan iklim global khususnya
dalam menurunkan suhu permukaan dan konsentasi polutan. Pemerintah perlu
membatasi dalam pengalih fungsian lahan untuk menjaga keseimbangan
lingkungan, kenyamanan dan kesehatan masyarakat karena tidak menuntut
kemungkinan lahan-lahan di wilayah ini akan beralih fungsi menjadi areal
terbangun, mengingat tingginya kebutuhan masyarakat akan kebutuhan
pemukiman tiap tahunnya. Peta penutupan lahan di Jakarta Timur disajikan
dalam Gambar 9.

15

Gambar 9 Peta Penutupan Lahan di Jakarta Timur

Pengembangan Ruang Terbuka Hijau
Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dari tahun ke tahun haruslah
menjadi hal yang diutamakan, mengingat laju pertumbuhan penduduk serta
perkembangan teknologi yang meningkat setiap tahunnya, pemerintah perlu
merencanakan pengelolaan ruang yang dapat dimanfaatkan secara optimal
berdasarkan peruntukannya. Peraturan Pemerintah No.63 tahun 2002 mengenai
hutan kota, dimana ruang untuk hutan kota 10% dari luasan kota itu sendiri.
Berkurangnya areal bervegetasi yang beralih fungsi menjadi areal terbangun,
berimbas buruk terhadap lingkungan khususnya kenyamanan dan kesehatan
masyarakat, dengan adanya hal itu pemerintah perlu memberikan kebijakan
yang tepat, guna memprioritaskan wilayah yang perlu dikembangkan dalam
pembangunan RTH agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga. Berdasarkan
hasil penelitian pada peta sebaran polutan dan suhu permukaan, terbagi 2 kelas.
Prioritas pertama dalam pengembangan RTH di Jakarta Timur merupakan
kelas yang memiliki kriteria polutan diatas baku mutu dan suhu permukaan
tertinggi, kelas tersebut menjadi prioritas utama dalam mengurangi polutan dan
suhu permukaan dengan membangun RTH yang disesuaikan dengan
karakteristik masing-masing wilayah. Kelas prioritas kedua merupakan
kategori sedang, kelas ini merupakan kelas dengan kriteria polutan mendekati
baku mutu dan suhu permukaan yang terbilang cukup tinggi, kelas prioritas ini
perlu ditingkatkan kembali akan ketersediaan RTH. Kelas prioritas
pengembangan hutan kota di Jakarta Timur disajikan pada Tabel 9.

16

Tabel 9 Kelas Prioritas Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Timur
Kelas

Suhu (oC)

Rentang Konsentrasi Polutan (µg/Nm³)
TSP

SO2

NO2

Pb

Prioritas 1

>39

≥230

>35 ‒ ≤40

>24 ‒ ≤31

≤0.2

Prioritas 2

>36 ‒ ≤39

>200 ‒ ≤230

>30 ‒ ≤35

>17 ‒ ≤24

≤0.2

Kecamatan Cakung menjadi proritas pertama pengembangan RTH
karena tingkat TSP >260 µg/Nm³ yang melebihi baku mutu yang telah tetapkan
pemerintah, selain itu konsentrasi SO₂ yang mencapai >35 ‒ ≤40 µg/Nm³ dan
NO₂ >24 ‒ ≤31 µg/Nm³ dan Kecamatan Ciracas merupakan daerah yang perlu
perhatian lebih karena suhu permukaan di daerah ini mencapai suhu permukaan
>39°C hal ini dikarenakan penutupan lahan didominasi areal terbangun
khususnya industri, pemukiman dan jalur kendaraan, konsentrasi TSP >200 ‒
≤230 µg/Nm³ yang mendekati baku mutu, SO2 >35 ‒ ≤40 µg/Nm³ dan NO2 >17
‒ ≤24 µg/Nm³, meskipun masih dibawah baku mutu kita perlu mengantisipasi
dampak terburuk yang akan ditimbul guna menjaga kenyaman dan kesehatan
masyarakat. Wilayah prioritas pengembangan RTH berdasarkan konsentrasi
polutan dan suhu permukaan di Jakarta Timur disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 10 Wilayah Prioritas Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Timur
Kecamatan
Cakung
Cipayung
Ciracas
Duren
Sawit
Jatinegara
Kramat jati
Makasar
Pasar Rebo
Matraman
Pulogadung

Suhu
(°C)

Selang

Kelas
Prioritas

>36 ‒ ≤39
>36 ‒ ≤39
>39

TSP
(µg/Nm³)
>260
>200 ‒ ≤230
>200 ‒ ≤230

SO2
(µg/Nm³)
>35 ‒ ≤40
>35 ‒ ≤40
>35 ‒ ≤40

NO2
(µg/Nm³)
>24 ‒ ≤31
>17 ‒ ≤24
>17 ‒ ≤24

Pb
(µg/Nm³)
≤0.2
≤0.2
≤0.2

>36 ‒ ≤39

>200 ‒ ≤230

>30 ‒ ≤35

>24 ‒ ≤31

≤0.2

II

>36 ‒ ≤39
>36 ‒ ≤39
>36 ‒ ≤39
>36 ‒ ≤39
>36 ‒ ≤39
>36 ‒ ≤39

>170 ‒ ≤200
>170 ‒ ≤200
>170 ‒ ≤200
>200 ‒ ≤230
>170 ‒ ≤200
>200 ‒ ≤230

>30 ‒ ≤35
>35 ‒ ≤40
>30 ‒ ≤35
>35 ‒ ≤40
>30 ‒ ≤35
>30 ‒ ≤35

>17 ‒ ≤24
>24 ‒ ≤31
>17 ‒ ≤24
>17 ‒ ≤24
>17 ‒ ≤24
>24 ‒ ≤31

≤0.2
≤0.2
≤0.2
≤0.2
≤0.2
≤0.2

II
II
II
II
II
II

I
II
I

Wilayah yang masuk kelas prioritas kedua yaitu Duren Sawit dan
Polugadung memiliki konsentrasi TSP >200 ‒ ≤230 µg/Nm³, SO2 >30 ‒ ≤35
µg/Nm³, NO₂ >24 ‒ ≤31 µg/Nm³ dengan suhu permukaan >36 ‒ ≤39 °C,
Kecamatan Cipayung dan Pasar Rebo memiliki konsentrasi TSP >200‒≤230
µg/Nm³, SO₂ >35 ‒ ≤40 µg/Nm³, NO2 >17 ‒ ≤24 µg/Nm³ dengan suhu
permukaan 36 ‒ ≤39 °C, Kramat Jati dengan konsentrasi TSP >170 ‒ ≤200
µg/Nm³, SO₂ >35 ‒ ≤40 µg/Nm³, NO₂ >24 ‒ ≤31 µg/Nm³ serta suhu
permukaan diantara >36‒≤39 °C, untuk wilayah Jatinegara, Matraman dan
Makasar memiliki konsentrasi TSP >170 ‒ ≤200 µg/Nm³, SO2 >30 ‒ ≤35
µg/Nm³, NO2 >17 ‒ ≤24 µg/Nm³ dengan suhu permukaan mencapai >36 ‒ ≤39

17
°C. Berdasarkan peta sebaran polutan dan suhu permukaan di Jakarta Timur,
maka prioritas pertama pengembangan RTH dapat dilakukan di kecamatan
Cakung dan Ciracas. Sedangkan untuk wilayah prioritas kedua yaitu
Kecamatan Duren Sawit, Pulogadung, Cipayung, Pasar Rebo, Kramat Jati,
Jatinegara, Matraman dan Makasar. Pengembangan RTH di Jakarta Timur
dapat dikembangkan dengan pembangunan hutan kota, pembangunan wind
break berupa penghalang pohon guna memecahkan terpaan angin yang datang
disekitar perbatasan wilayah baik antar kotamadaya di DKI Jakarta ataupun
antar perbatasan provinsi DKI‒Jawa Barat. Hal ini diharapkan dapat mereduksi
polutan udara yang terbawa oleh angin dari sumber pencemar, sedangkan
untuk wilayah industri dapat dilakukan penghijauan atau pembangunan hutan
kota secara menyebar di masing-masing areal industri, untuk perkantoran dapat
dibangun taman kantor atau taman atap (roof top garden), untuk pemukiman
dapat dikembangkan taman perkarangan baik tanaman hias ataupun tanaman
obat keluarga (TOGA) dan untuk jalan raya dapat dibangun hutan kota
berbentuk jalur hijau jalan. Selain itu, untuk mengatasi kurangnya ketersediaan
lahan dapat dikembangan taman vertikal, yaitu penamanman tumbuhan
dilakukan pada bidang vertikal, dapat dilakukan dinding bangunan industri
yang cukup kuat dan kokoh (Pradipta 2012) dan penanaman pada pot. Hal ini
diharapkan dapat menurunkan suhu permukaan dan menjerap polutan sehingga
kualitas udara di perkotaan menjadi lebih baik dan lebih nyaman serta
merupakan peran aktif dalam mengurangi pemanasan global yang sedang
terjadi saat ini.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Daerah dengan konsentrasi polutan tertinggi di wilayah Jakarta Timur
yaitu Kecamatan Cakung untuk konsentrasi debu (TSP), Kecamatan Duren
Sawit, Kecamatan Pulogadung, Kecamatan Kramat Jati dan Kecamatan
Cakung untuk konsentrasi Nitrogen Dioksida (NO2), kemudian untuk
konsentrasi Sulfur Dioksida (SO2) terdapat di Kecamatan Cakung, Kecamatan
Cipayung, Kecamatan Ciracas, Kecamatan Kramat Jati, Kecamatan Pasar Rebo,
serta untuk konsentrasi timbal (Pb) tersebar secara merata di wilayah Jakarta
Timur dengan konsentasi ≤0.2 µg/Nm³, sedangkan untuk suhu permukaan
tertinggi terdapat di Kecamatan Ciracas.
Pengembangan ruang terbuka hijau di Jakarta Timur dapat dibangun
dengan hutan kota berupa windbreak, jalur hijau, taman kantor, taman obat
keluarga serta taman vertikal dan pemilihan lokasi akan lebih efektif dengan
mempertimbangan wilayah dengan tingkat polutan dan suhu permukaan.
Wilayah yang harus menjadi prioritas pertama pengembangan RTH yaitu
wilayah Kecamatan Cakung, Ciracas dan prioritas kedua pengembangan RTH
yaitu Kecamatan Duren Sawit, Pulogadung, Cipayung, Pasar Rebo, Kramat Jati,
Jatinegara, Matraman dan Makasar.

18

Saran
1.

2.

Pemerintah DKI Jakarta, khususnya Jakarta Timur sebaiknya
memprioritaskan pengembangan kebutuhan ruang terbuka hijau di
wilayah Kecamatan Cakung, Ciracas, Duren Sawit, Pulogadung,
Cipayung, Pasar Rebo, Kramat Jati, Jatinegara, Matraman dan Makasar
dengan membangun hutan kota berupa wind break dan jalur hijau di
dekat perbatasan dalam atau luar kota serta pengembangan disesuaikan
dengan karakteristik dari masing-masing kecamatan.
Perlu dilakukannya pengecekan ulang mengenai pengembangan RTH
yang ada di Jakarta Timur untuk memaksimalkan lahan-lahan RTH yang
tersisa guna menurunkan dan meningkatkan kembali kualitas udara serta
suhu permukaan di Jakarta Timur.

DAFTAR PUSTAKA
Awan MA, Ahmed Sh, Aslam Mr, Qazi IA. 2011. Determination of total
suspended particulate matter and heavy metal in ambient air of four
cities of Pakistan. Iranica Journal of Energy and Environment. 2 (2):
128-132.
[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 2012. Statistik Indonesia. Jakarta (ID).
Badan Standarisasi Nasional.
[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 2013. Statistik Indonesia. Jakarta (ID).
Badan Standarisasi Nasional.
Childs C. 2004. Interpolating Surface in ArcGIS Spatial Analyst. ArcUSER
hlm: 32-35.
Dahlan EN. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan Hutan KotaSebagai Sink Gas
CO2, Antropogenik dari Bahan Bakar Minyak dan Gas Di Kota Bogor
Dengan Pendekatan Sistem Dinamik [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Irwan DZ. 2004. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. PT Bumi
Aksara. Jakarta.
Patra DA. 2002. Faktor Tanaman Dan Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi
Kemempuan Tanaman dalam Menyerap Polutan Gas NO2 [tesis]. Bogor
(ID). Institut Pertanian Bogor.
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur. Letak Geografi Kota Adminitrasi
Jakarta Timur. http:///www.timur.jakarta.go.id/menu-geografi.html. [24
Desember 2014].
Pradipta R. 2012. Pemetaan Distribusi Suhu Permukaan Sebagai Dasar
Pengembangan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Sidoarjo. [skripsi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Rachmawati DS. 2005. Peranan Hutan Kota Dalam Menejerap Dan Menyerap
Timbal (Pb) Di Udara Ambien (Studi Kasus di Jalan Tol Jagorawi
Bogor) [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

19
Rushayati SB, Dahlan EN, Hermawan R. 2010. Ameliorasi Iklim Melalui
Zonasi Hutan Kota Berdasarkan Peta Sebaran polutan Udara. Forum
Geografi. 25(1):73-84.
Staptelton RM. 2004. Pollution A‒Z Volume 1. New York (US): Macmillan.
Reference USA.
Sastrawijaya T. 1991. Pencemaran Lingkungan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Suharto I. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. CV Andi
Offset. Yogyakarta.
Sulistijorini. 2009. Keefektifan dan Toleransi Jenis Tanaman Jalur Hijau Jalan
dalam Mereduksi Pencemaran NO2 akibat aktivitas transportasi.
[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[USGS] United States Geological Survey. 2013. Landsat 8 Data User
Handbook. America: USGS.
[YCEO] The Yale Centerfor Observation. 2010. Converting Landsat TM and
ETM+ thermal bands to temperature. http:///www.yale.edu/ceo. [20
Oktober 2013].

20

Lampiran 1 Hasil Perhitungan Luas Sebaran Penutupan Lahan
Selang Tutupan Lahan (Ha)
Kecamatan

RTH

Areal
Terbangun

Areal
terbuka

Awan

Badan
air

Bayangan

Ladang

Rumput
/semak

Sawah

Pohon

2059.65

54.61

376.96

156.74

167.61

84.44

1.11

237.5

920.38

1243.41

Cipayung

624.96

267.44

1.18

87.9

0.17

149.56

23.92

63.36

1476.81

1713.65

Ciracas

894.33

107.54

1.17

22.87

0.07

8.51

4.83

0.19

664.99

678.52

Duren Sawit

1148.3

201.95

150.53

4.29

193.6

17.41

14.82

5

466

503.23

Jatinegara

683.84

135.82

29.29

3.21

38.6

39

0.12

0

110

149.12

Kramatjati

804.2

165.8

12.11

8.54

4.5

1

0.31

0.51

353.63

355.45

852

260.54

48.9

37.56

48.9

27.08

138.01

16.79

718.33

900.21

Matraman

354.24

4.5

48.62

37.56

20.05

0.04

0.14

0

30.47

30.65

Pasar Rebo

697.02

85.73

3.79

18.6

0.06

0.02

4.23

0

403.36

407.61

Polugadung

638.17

134.51

394.24

0.24

213.83

2.24

9.27

4.13

71.52

87.16

8756.71

1418.44

1066.79

377.51

687.39

329.3

196.76

327.5

5215.49

6069.01

Cakung

Makasar

Total (Ha)

2

Lampiran 2 Kualitas Udara Ambien di DKI Jakarta Bulan Oktober 2013
Lokasi Pengambilan Sampel Oktober 2013
Parameter

Baku Mutu
Kuningan

Tebet

JIEP

KBN

Kramat Pela

Ciracas

Istiqlal

Ancol

Kali
deres

NO₂
(Nitrogen Dioksida)

92,5 µg/Nm³

24.70

9.55

30,55

20.20

22.45

20.00

28.30

34.10

15.60

SO₂ µg/Nm³
(Sulfur Dioksida)

260 µg/Nm³

29.80

34.25

31.05

46.60

31.15

35.55

31.55

44.60

32.85

Pb (Timbal)

2 µg/Nm³

0.21

0.27

0.12

0.23

0.41

0.12

0.29

0.19

0.94

153.10

176.30

212.85

332.65

200.25

201.45

170.50

160.80

187.60

230 µg/Nm³
TSP (Debu)
Sumber: BPLHD DKI Jakarta

21

3
22

Lampiran 3 Luas dan Persentase Sebaran Suhu Permukaan
Suhu Permukaan (Ha)
Kecamatan
Cakung

≤30 °C

>30 ‒ ≤33 °C

>33 ‒ ≤36 °C

>36 ‒ ≤39 °C

>39 °C

1280.94

31.55%

2367.31

58.32%

410.28

10.11%

0.88

0.02%

0.00

0.00%

189.15

7.02%

1555.07

57.69%

951.25

35.29%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

18.11

1.06%

461.45

27.07%

1202.25

70.53%

22.83

1.34%

0.06

0.00%

186.71

8.48%

886.42

40.26%

1128.58

51.26%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Jatinegara

29.82

2.87%

237.70

22.86%

761.84

73.28%

10.32

0.99%

0.00

0.00%

Kramat jati

28.65

2.12%

199.76

14.79%

1074.79

79.57%

47.59

3.52%

0.00

0.00%

319.39

14.87%

842.88

39.24%

897.19

41.77%

88.54

4.12%

0.00

0.00%

Matraman

50.59

10.21%

73.77

14.88%

369.02

74.45%

2.31

0.47%

0.00

0.00%

Pasar Rebo

84.35

6.96%

376.94

31.08%

751.46

61.96%

0.03

0.00%

0.00

0.00%

Pulogadung

655.01

44.63%

450.82

30.72%

354.98

24.18%

6.95

0.47%

0.00

0.00%

2842.73

15.47%

7452.13

40.55%

7901.65

43.00%

179.44

0.98%

0.06

0.00%

Cipayung
Ciracas
Duren Sawit

Makasar

Total

4

Lampiran 4 Luas dan Persentase Sebara Polutan Nitrogen Dioksida (NO2)
Polutan Nitrogen Dioksida (NO₂)
Kecamatan

≤10
(µg/Nm³)

>10 ‒ ≤17
(µg/Nm³)

>17 ‒ ≤24
(µg/Nm³)

>24 ‒ ≤31
(µg/Nm³)

>31 ‒ ≤38
(µg/Nm³)

Cakung

0.00

0.00%

0.00

0.00%

1.65

0.04%

4057.77

99.96%

0.00

0.00%

Cipayung

0.00

0.00%

0.00

0.00%

2695.48

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Ciracas

0.00

0.00%

0.00

0.00%

1704.70

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Duren Sawit

0.00

0.00%

0.00

0.00%

928.60

42.18%

1273.11

57.82%

0.00

0.00%

Jatinegara

0.00

0.00%

192.73

18.54%

845.10

81.29%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Kramat jati

0.00

0.00%

87.57

6.48%

1263.22

93.52%

1.84

0.14%

0.00

0.00%

Makasar

0.00

0.00%

0.00

0.00%

2148.00

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Matraman

0.00

0.00%

0.00

0.00%

495.69

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Pasar Rebo

0.00

0.00%

0.00

0.00%

1212.78

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Pulogadung

0.00

0.00%

0.00

0.00%

325.88

22.20%

1141.87

77.80%

0.00

0.00%

Total (Ha)

0.00

0.00%

280.31

1.53%

11621.10

63.24%

6474.59

35.23%

0.00

0.00%

23

5
24

Lampiran 5 Luas dan Persentase Sebaran Polutan Sulfur Dioksida (SO₂)
Polutan Sulfur Dioksida (SO)
Kecamatan

≤30
(µg/Nm³)

>30 ‒ ≤35
(µg/Nm³)

>35 ‒ ≤40
(µg/Nm³)

>40 ‒ ≤45
(µg/Nm³)

>45 ‒ ≤50
(µg/Nm³)

Cakung

0.00

0.00%

3324.37

81.89%

735.05

18.11%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Cipayung

0.00

0.00%

1814.69

67.32%

880.79

32.68%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Ciracas

0.00

0.00%

209.05

12.26%

1495.65

87.74%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Duren Sawit

0.00

0.00%

2201.71

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Jatinegara

0.00

0.00%

1039.67

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Kramat jati

0,00

0,00%

1316.69

97.48%

34.10

2.52%

0.00

0.00%

0.00

0,00%

Makasar

0.00

0,00%

2148.00

100,00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Matraman

0.00

0.00%

495.69

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Pasar Rebo

0.00

0.00%

344.89

28.44%

867.89

71.56%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Pulogadung

0.00

0.00%

1467.76

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Total (Ha)

0.00

0.00%

14362.52

78.16%

4013.48

21.84%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

6

Lampiran 6 Luas dan Persentase Sebaran Polutan Timbal (Pb)
Polutan Timbal (Pb)
Kecamatan

≤0.2
(µg/Nm³)

>0.2 ‒ ≤0.4
(µg/Nm³)

>0.4 ‒ ≤0.6
(µg/Nm³)

>0.6 ‒ ≤0.8
(µg/Nm³)

>0.8 ‒ ≤1
(µg/Nm³)

Cakung

4059.42

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Cipayung

2695.48

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Ciracas

1704.70

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Duren Sawit

2201.71

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Jatinegara

1039.67

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Kramat jati

1350.79

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Makasar

2148.00

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Matraman

495.69

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Pasar Rebo

1212.78

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Pulogadung

1467.76

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

Total (Ha)

18376.00

100.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

0.00

0.00%

25

7
26

Lampiran 7 Luas dan Persentase Sebaran Polutan Debu (TSP)
Polutan Debu (TSP)
Kecamatan

≤170
(µg/Nm³)

>170 ‒ ≤200
(µg/Nm³)

>200 ‒ ≤230
(µg/Nm³)

>230 ‒ ≤260
(µg/Nm³)

>260
(µg/Nm³)

Cakung

0.00

0.00%

1.40

0.03%

3477.61

85.67%

579.65

14.28%

0.76

0.02%

Cipayung

0.00

0.00%

2675.65

99.26%

19.83

0.