LAPORAN KASUS Reaksi Kusta Tipe 1 Pada Penderita Kusta Tipe Multibasiler Yang Telah Release From Treatment

II. LAPORAN KASUS

Seorang wanita, usia 34 tahun, wiraswasta, datang ke poliklinik kusta RSUP Haji Adam Malik Medan dengan keluhan utama timbul pembengkakan kemerahan pada pipi kiri dan bercak kemerahan pada pipi kanan yang disertai nyeri sejak 1 minggu sebelum datang berobat. Awalnya hanya berupa bercak merah yang timbul pada daerah bekas penyakit kusta yang lama dan seiring waktu menjadi semakin membengkak dan bertambah nyeri. Satu minggu ini pasien mengalami demam dan nyeri pada sendi terutama pada siku. Riwayat stress tidak dijumpai. Pasien mengatakan bahwa dalam 1 bulan terakhir sering merasa letih akibat faktor pekerjaan. Sebelumnya pasien telah berobat ke dokter umum dan mendapat obat makan dan salep namun tidak ada perbaikan. Pada tahun 2008, pasien didiagnosis menderita kusta tipe MB dan telah menyelesaikan pengobatan dengan MDT-MB secara teratur dalam 12 bulan. Pasien dinyatakan RFT release from treatment sejak bulan Agustus 2009. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 12080 mmHg, frekuensi nadi 100 xmenit, frekuensi pernafasan 24 xmenit, dan suhu 37,8 o Pasien kemudian didiagnosis banding dengan reaksi kusta tipe 1, kusta relaps, dan reaksi kusta tipe 2, dengan diagnosis sementara reaksi kusta tipe 1. C, status gizi baik, dan konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, tonsil tidak hiperemis. Berdasarkan pemeriksaan dermatologis didapatkan makula eritematosa yang edematous anular dengan ukuran plakat, pada regio maksilaris sinistra dan makula eritematosa anular dengan ukuran plakat pada regio maksilaris dekstra Gambar 1. Pada pemeriksaan neurologis ditemukan pembesaran saraf pada N. Ulnaris ++ disertai nyeri tekan. Pada pemeriksaan fungsi sensibilitas didapatkan rasa raba berkurang pada daerah lesi dan pada kedua telapak tangan. Pada telapak kaki dijumpai normal. Pada pemeriksaan fungsi saraf motorik didapatkan kekuatan otot pada regio manus dan pedis dekstra dan sinistra kuat. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan bateriologis BTA dari kedua cuping telinga dan lesi namun tidak didapatkan adanya BTA. Kemudian diagnosis kerja menjadi reaksi kusta tipe 1 pada penderita kusta tipe MB yang telah RFT. Kepada penderita di anjurkan untuk istirahat yang cukup serta mengurangi intensitas pekerjaan kemudian diberikan pengobatan untuk reaksi kusta berupa prednison 40 mghari diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah makan yang dosisnya diturunkan secara Universitas Sumatera Utara bertahap setiap 2 minggu sebesar 5-10 mg, parasetamol 3 x 500 mg, antasida 3 x 1 tab dan roboransia 1x1 tab. Gbr 2. Foto pasien saat pertama datang, tampak makula eritematosa yang edematous pada regio maksilaris sinistra dan makula eritem pada regio maksilaris dekstra Pada kontrol kedua, 2 minggu setelah pengobatan, tampak makula eritematosa yang edematous sudah mulai menyusut Gambar 3. Keluhan demam dan nyeri sudah tidak dijumpai. Kemudian prednison diturunkan menjadi 30 mg hari dosis tunggal pada pagi hari, antasida 3x1 tab, dan roboransi 1x 1 tab. Gbr 3. Foto pasien saat kontrol ke 2 Universitas Sumatera Utara Pada kontrol ke 4, didapati makula eritem semakin susut dan eritem semakin berkurang Gambar 4. Dosis prednison semakin berkurang menjadi 15 mg hari dosis tunggal pada pagi hari, antasida 3x1 tab, dan roboransia 1x1 tab. Gbr 4. Foto pasien kontrol ke 4 Pada kontrol ke 6, didapati makula eritematosa yang edematous pada regio maksilaris sinistra telah menghilang dan ruam hanya berupa makula eritem, sedangkan pada regio maksilaris dekstra tidak tampak kelainan Gambar 5. Dosis prednison adalah 5 mg hari selama 2 minggu dosis tunggal pada pagi hari, antasida 3x1 tab dan roboransia 1x1 tab. Dan kepada pasien dianjurkan untuk menghentikan pengobatan setelah 2 minggu kemudian. Universitas Sumatera Utara Gba 4. Foto pasien kontrol ke 6, makula eritem pada kedua regio maksilaris dekstra sinistra Prognosis quo ad vitam bonam, quo ad funtionam bonam, quo ad sanationam dubia ad bonam.

III. DISKUSI