Respon Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas Jagung (Zea mays L) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Pupuk Organik

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) DATARAN RENDAH TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SKRIPSI Oleh : RAHMI / 080307034 PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) DATARAN RENDAH TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SKRIPSI Oleh : RAHMI / 080307034 PEMULIAAN TANAMAN Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi
Nama NIM Program Studi Minat

: Respon Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas Jagung (Zea mays L) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Pupuk Organik : Rahmi : 080307034 : Agroekoteknologi : Pemulian Tanaman

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Dr.Diana Sofia Hanafiah,SP MP) Ketua

(Ir. Syafruddin Ilyas) Anggota


Mengetahui :

(Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.sc.) Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Tanggal Lulus :

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT Rahmi "Response to The Growth And Production of Two lowland Maize Varieties (Zea maysL) to organic fertilizer" under the guidance of Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP.MP and Ir. Syafrudin Ilyas. This study aims to determine the growth and production responses of two lowland maize varieties to organic fertilizer this study was held in the home screen, faculty of agriculture, University of North Sumatera, which was held in January - May 2014. This study using randomized block design with 2 factors, factor 1: maize varieties, and factor 2 with 4 levels, namely P0: no manure (control), P1: 10 g of cow manure / plant, P2: 23 ml of liquid manure (cow urina) / plant, P3: 10 g of cow manure fertilizer +23 ml liquid manure / plant. The result from of this research refer to gave not significant effect parameter plant height the number,number of leaves,the age of flowering.intreraction organic fertilizer real effect to treatment varieties. The results entire character of the plant, namely plant height the number eat,showed low heritability,number of leaves (strands) the age of male flowering(day after planting), female flowering (day after planting) showed high heritability criteria. Keywords: organic fertilizer, corn, varieties.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK Rahmi “Respon Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas Jagung (Zea mays L) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Pupuk Organik” dibawah bimbingan Dr. Ir. Diana Sofia Hanafiah, MP dan Ir. Syafruddin Ilyas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi dua varietas jagung dataran rendah terhadap pemberian pupuk organik yang dilaksanakan di rumah kasa, Fakultas Pertanian Universitas sumatera Utara Medan, yang dilaksanakan pada Januari – Mei 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor, Faktor I : Varietas jagung (V), V1 Pioner 12, V2 Bisma Faktor II : Dosis pupuk kandang sapi (P) terdiri dari 4 taraf, yaitu: P0 : Tanpa upuk kandang (kontrol) P1 : 10 gr pupuk kandang sapi/tanaman P2 : 23 ml pupuk kandang cair (urine sapi)/tanaman P3 : 10 gr pupuk kandang sapi+23 ml pupuk kandang cair/tanaman Adapun hasil dari penelitian ini ialah aplikasi pupuk kandang menunjukkan pengaruh tidak nyata untuk tinggi tanaman,jumlah daun,umur berbunga.interaksi pupuk organik menunjukkan pengaruh yang nyata pada perlakuan varietas. Seluruh karakter tanaman yaitu tinggi tanaman, jumlah buah per plot (tongkol)menunjukkan heritabilitas rendah,jumlah daun(helai) umur berbunga jantan (HST) umur berbunga betina (HST) menunjukkan kriteria heritabilitas yang tinggi. Kata Kunci : Pupuk Organik , Jagung, Varietas
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP Rahmi lahir di Serdang Bedagai pada tanggal 10 September 1989 dari ayahanda Hamlet dan ibunda Rohani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Adapaun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Negeri 102049 Tanjung Beringin lulus tahun 2000, MTS Alwashliyah Tanjung Beringin lulus tahun 2004, MAS Alwahliyah Tanjung Beringin lulus tahun 2007. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pemuliaan Tanaman Departemen Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada tahun 2008 melalui jalur UMB. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Marihat pada bulan Juni – Juli 2011.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Respons Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Jagung (Zea mays L.) dataran rendah terhadap pemberian pupuk organik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Diana Sofia Hanafiah SP, MP. selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. Syafruddin Ilyas selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberi masukan dan bimbingan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesarsebesarnya kepada orang tua saya ayahanda Hamlet dan ibunda Rohani yang tak hentinya mendukung dan mendoakan hingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Dan juga kepada seluruh saudara saya yang telah ikut mendoakan dan mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada sahabat saya Dian Novita Sari SE, Evanlous SP, Wiwik Mayasari SP, Nova Christina Hutabarat SP, Yopi Operasisco SP, Junita Gurning SP serta sahabat anggota MILITAN 2008 yang senantiasa mendampingi saya dalam suka dan duka. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2014
Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………… i

ABSTRACT……………………………………………………………….. ii

RIWAYAT HIDUP……………………………………………………….. iii

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. iv

DAFTAR ISI………………………………………………………………. v

DAFTAR TABEL………………………………………………………… vii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… viii

PENDAHULUAN Latar Belakang……………………………………………………………… Tujuan Penelitian…………………………………………………………… Hipotesis Penelitian……………………………………………………….... Kegunaan Penelitian…………………………………………………………


1 3 3 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman…………………………………………………………….. Syarat Tumbuh………………………………………………………………
Iklim…………………………………………………………………….. Tanah……………………………………………………………………. Pupuk Kandang……………………………………………………………... Varietas……………………………………………………………………... Heritabilitas………………………………………………………………….

4 6 6 7 7 8 9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………………... Bahan dan Alat……………………………………………………………. Metode Penelitian………………………………………………………….

10 10 10

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan…………………………………………………………… Persiapan Media Tanam…………………………………………………… Aplikasi Pupuk Kandang Padat dan Cair………………………………… Penanaman Benih…………………………………………………………. Pemeliharaan Tanaman…………………………………………………….
Penyiraman……………………………………………………………. Penyisipan…………………………………………………………….. Penyiangan…………………………………………………………….. Pengendalian Hama dan Penyakit……………………………………… Panen…………………………………………………………………. Pengamatan Parameter……………………………………………………

14 14 14 14 14 14 15 15 15 15 15

Universitas Sumatera Utara

Tinggi Tanaman (cm)…………………………………………………. Jumlah Daun (helai)…………………………………………………… Umur Berbunga (HST)………………………………………………… Bobot Kering Pipilan Perplot (g)………………………………………. Heritabilitas……………………………………………………………..


15 15 16 16 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil………………………………………………………………………… 17
Tinggi Tanaman (cm)…………………………………………………… 17 Jumlah Daun Tanaman (helai)…………………………………………. 19 Umur Berbunga Jantan (HST)…………………………………………. 20 Umur Berbunga Betina (HST)…………………………………………. 21 Bobot Kering Pipilan Perplot…………………………………………… 22 Nilai Heritabilitas……………………………………………………….. 23 Pembahasan…………………………………………………………………. 23 Pengaruh Respon Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Terhadap Pemberian Pupuk Organik……………………………………………….. 23 Ppengaruh Interaksi Respon Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Terhadap Pemberian Pupuk Organik……………………………………. 25

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan…………………………………………………………………. 28 Saran………………………………………………………………………… 28

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL No. Hal. 1. Rataan tinggi tanaman umur 2 MST – 7 MST ………………………..18 2. Rataan jumlah daun tanaman umur 2 MST – 7 MST………………….19 3. Umur berbunga jantan ……………………………………………….. 20 4. Umur berbunga betina ……………………………………………….. 21 5. Rataan bobot kering pipilan per plot…..………………………………22 6. Nilai heritabilitas……………………………………………………... 23
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN No. Hal. 1. Kebutuhan Pupuk…………………………………………………….. 31 2. Deskripsi Varietas Pioner 12………………………………………… 32 3. Deskripsi Varietas Bisma……………………………………………. 33 4. Bagan Lahan Penelitian…………….................................................. 34 5. Bagan Plot Tanaman…………………………………………………. 35 6. Jadwal Kegiatan Penelitian…………………………………………… 36 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 2 MST……………………………37 8. Lampiran Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST…………………….. 37 9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 3 MST……………………………38 10. Lampiran Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST…………………….. 38 11. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 4 MST……………………………39 12. Lampiran Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST…………………….. 39 13. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 5 MST……………………………40 14. Lampiran Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MST…………………..…..40 15. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 6 MST……………………………41 16. Lampiran Sidik Ragam Tinggi Tanaman 6 MST…………………….. 41 17. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 7 MST……………………………42 18. Lampiran Sidik Ragam Tinggi Tanaman 7 MST…………………….. 42 19. Data Pengamatan Jumlah Daun 2 MST……………………………… 43 20. Lampiran Sidik Ragam Jumlah Daun 2 MST…………………………43 21. Data Pengamatan Jumlah Daun 3 MST………………………………. 44
Universitas Sumatera Utara

22. Lampiran Sidik Ragam Jumlah Daun 3 MST…………………………44 23. Data Pengamatan Jumlah Daun 4 MST………………………………. 45 24. Lampiran Sidik Ragam Jumlah Daun 4 MST…………………………45 25. Data Pengamatan Jumlah Daun 5 MST……………………………… 46 26. Lampiran Sidik Ragam Jumlah Daun 5 MST……………………….. 46 27. Data Pengamatan Jumlah Daun 6 MST……………………………… 47 28. Lampiran Sidik Ragam Jumlah Daun 6 MST…………………………47 29. Data Pengamatan Jumlah Daun 7 MST……………………………… 48 30. Lampiran Sidik Ragam Jumlah Daun 7 MST…………………………48 31. Data Pengamatan Umur Berbunga Jantan……………………………. 49 32. Lampiran Sidik Ragam Umur Berbunga Jantan……………………… 49 33. Data Pengamatan Umur Berbunga Betina……………………………. 50 34. Lampiran Sidik Ragam Umur Berbunga Betina………………………50 35. Data Pengamatan Bobot Kering Pipilan Perplot………………………51 36. Lampiran Sidik Ragam Bobot Kering Pipilan Perplot……………….. 51 37. Analisa Tanah …………………………………………………………52 38. Foto Bobot Kering Pipilan Perplot………………………………........ 53 39. Foto Lahan Penelitian………………………………………………… 55.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT Rahmi "Response to The Growth And Production of Two lowland Maize Varieties (Zea maysL) to organic fertilizer" under the guidance of Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP.MP and Ir. Syafrudin Ilyas. This study aims to determine the growth and production responses of two lowland maize varieties to organic fertilizer this study was held in the home screen, faculty of agriculture, University of North Sumatera, which was held in January - May 2014. This study using randomized block design with 2 factors, factor 1: maize varieties, and factor 2 with 4 levels, namely P0: no manure (control), P1: 10 g of cow manure / plant, P2: 23 ml of liquid manure (cow urina) / plant, P3: 10 g of cow manure fertilizer +23 ml liquid manure / plant. The result from of this research refer to gave not significant effect parameter plant height the number,number of leaves,the age of flowering.intreraction organic fertilizer real effect to treatment varieties. The results entire character of the plant, namely plant height the number eat,showed low heritability,number of leaves (strands) the age of male flowering(day after planting), female flowering (day after planting) showed high heritability criteria. Keywords: organic fertilizer, corn, varieties.
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK Rahmi “Respon Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas Jagung (Zea mays L) Dataran Rendah Terhadap Pemberian Pupuk Organik” dibawah bimbingan Dr. Ir. Diana Sofia Hanafiah, MP dan Ir. Syafruddin Ilyas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi dua varietas jagung dataran rendah terhadap pemberian pupuk organik yang dilaksanakan di rumah kasa, Fakultas Pertanian Universitas sumatera Utara Medan, yang dilaksanakan pada Januari – Mei 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor, Faktor I : Varietas jagung (V), V1 Pioner 12, V2 Bisma Faktor II : Dosis pupuk kandang sapi (P) terdiri dari 4 taraf, yaitu: P0 : Tanpa upuk kandang (kontrol) P1 : 10 gr pupuk kandang sapi/tanaman P2 : 23 ml pupuk kandang cair (urine sapi)/tanaman P3 : 10 gr pupuk kandang sapi+23 ml pupuk kandang cair/tanaman Adapun hasil dari penelitian ini ialah aplikasi pupuk kandang menunjukkan pengaruh tidak nyata untuk tinggi tanaman,jumlah daun,umur berbunga.interaksi pupuk organik menunjukkan pengaruh yang nyata pada perlakuan varietas. Seluruh karakter tanaman yaitu tinggi tanaman, jumlah buah per plot (tongkol)menunjukkan heritabilitas rendah,jumlah daun(helai) umur berbunga jantan (HST) umur berbunga betina (HST) menunjukkan kriteria heritabilitas yang tinggi. Kata Kunci : Pupuk Organik , Jagung, Varietas
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman jagung membutuhkan paling kurang 13 unsur hara yang diserap
melalui tanah. Hara N, P, K diperlukan dalam jumlah yang banyak dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut dengan hara sekunder. Hara primer dan sekunder lazim disebut hara makro (Akil dan Dahlan, 2005).
Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional karena merupakan sumber karbohidrat dan bahan baku industri pakan dan pangan. Disamping bijinya biomassa hijauan jagung diperlukan dalam pengembangan ternak sapi. Peluang ekspor semakin terbuka mengingat negara penghasil jagung seperti Amerika, Argentina dan Cina mulai membatasi volume ekspornya karena kebutuhan jagung merata. Upaya peningkatan produksi jagung baik intensifikasi maupun ekstensifikasi, selalu diiringi oleh penggunaan pupuk untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pada prinsipnya pemupukan dilakukan secara seimbang sesuai kebutuhan tanaman dengan mempertimbangkan kemampuan tanah untuk menyediakan hara secara alami, berkelanjutan system produksi dan keuntungan yang memadai bagi petani (Akil, 2009).
Peningkatan produktivitas tanaman dengan menggunakan pupuk anorganik bukan merupakan langkah yang bijaksana mengingat akhir-akhir ini terjadi peningkatan konsumen yang menghendaki produk pertanian yang bebas residu pestisida dan pupuk buatan agar produk tersebut aman dikonsumsi dan terciptanya lingkungan hidup yang sehat (Desiana dan Rahmah, 2011).
Universitas Sumatera Utara

Dampak yang lebih parah akibat penggunaan pupuk anorganik dan pestisida adalah mengakibatkan kerusakan pada tanah hingga tidak dapat lagi dipergunakan untuk kehidupan tanaman sebagai akumulasi residu kimia dalam tanah, serta timbulnya hama dan penyakit baru yang menyerang tanaman (Mulat,2003).
Kebutuhan hara tanaman jagung dapat dipenuhi dengan tujuan meningkatkan kandungan unsur hara dilahan tanam. Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik dapat berperan meningkatkan aktivitas biologi tanah yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah, memperbaiki sifat fisik tanah serta dapat mengurangi pemakaian pupuk anorganik. Penggunaan pupuk organik di maksudkan untuk mengurangi sampai meniadakan pupuk kimia untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman. Pupuk organik dapat bersumber dari bahan-bahan jerami padi, tandan kelapa sawit, kotoran hewan, dan lain-lain (Rahmawati,2005).
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kotoran padat, kotoran cair dari hewan ternak yang dikandangkan yang dapat bercampur dengan alas kandang dan sisa-sisa makanan. Sifat dan ciri pupuk kandang ditentukan oleh berbagai faktor antara lain: jenis ternak dan umurnya, makanan hewan ternak, hasil hewan ternak, jumlah dan macam alas kandang, bentuk atau struktur kandang dan tempat penyimpanan pupuk (Hasibuan 2006).
Salah satu usaha yang dilakukan untuk peningkatan kualitas dan kuantitas jagung adalah dengan penambahan bahan organik dalam tanah yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi gembur dan akar tanaman lebih mudah menembus tanah dan menyerap unsur hara yang ada di dalam tanah
Universitas Sumatera Utara


dengan baik hal ini akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Bahan organik tersebut salah satunya pupuk kandang (Rismunandar, 2001).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi dua varietas jagung dataran rendah terhadap pemberian pupuk organik. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respons pertumbuhan dan produksi dua varietas jagung dataran rendah terhadap pemberian pupuk organik. Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan respons dua varietas jagung dataran rendah terhadap beberapa taraf pemberian pupuk organik. Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Menurut Rukmana (1997) tanaman jagung dapat diklasifikasikan dalam
divisio Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, ordo Poales, genus Zea, spesies Zea mays L.
Tanaman jagung memiliki akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) .akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif berkembang menjadi akar serabut tebal. Akar penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah (Subekti,2005).
Jagung merupakan tanaman berumah satu. Jagung menghasilkan bunga jantan dalam satu pembungaan terminal (malai) dan bunga betina pada tunas samping (tongkol). Jagung adalah protandus, yaitu mekarnya bunga jantan (pelepasan tepung sari) biasa terjadi satu atau dua hari setelah muncul tangkai putik (umum dikenal sebagai rambut). Karena pemisahan tongkol dan malai bunga jantan serta protandri pembungaan nya, jagung merupakan spesies yang terutama menyerbuk silang (Fischer dan Palmer, 1992).
Daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 4-48 helaian, tergantung varietasnya. Daun terdiri dari tiga bagian yaitu kelopak daun, lidah daun dan helaian daun. Kelopak daun umumnya menembus batang. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak. Fungsi ligula adalah mencegah air masuk kedalam kelopak daun dan batang sempurna. Bentuknya memanjang antara helaian dan pelepah daun terdapat ligula dua baris bunga. Tiap-tiap jurai terdiri
Universitas Sumatera Utara

atas 5 hingga 12 bunga. Mahkota bunga nya berwarna kuning muda, bentuk bakal buahnya ada yang bulat panjang, berbentuk bola atau jurang melintang (Rismunandar,2001).
Kebanyakan ordo Poales memieliki bentuk batang seperti silinder panjang,jelas berbuku-buku dan beruas-reruas , bersekat pada buku-bukunya. Daun-daun tersusun berseling dalam dua baris pada batang. Batang tanaman jagung memiliki ruas-ruas dengan jumlah 8-21 ruas. Rata-rata batang tanaman jagung antara 1-3 meter diatas permukaan tanah (Tjitrosoepomo,2005).
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas jagung di selimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung terletak pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk lebih besar di banding yang terletak pada bagian bawah (Goldsworthy dan Fisher 1992).
Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas, misalnya pupuk kandang kuda, kambing dan ayam. Pupuk dingin lebih lama terurai, misalnya pada sapi dan kerbau (Hasibuan, 2006).

Pupuk kandang cair merupakan pupuk kandang berbentuk cair bersal dari kotoran hewan yang becampur dengan urine hewan yang dilarutkan dalam air dalam perbandingan tertentu. Urine yang dimanfaatkan oleh petani adalah urine sapi, kambing, kerbau, kuda dan babi. Para petani membuat pupuk kandang cair dari kotoran hewan yang masih segar dan dicampur dalam wadah yang berisi air, untuk melarutkan pupuk kandang dibutuhkan waktu sekitar 2 minggu. Cara penggunaan pupuk kandang cair disiramkam ke bagian perakaran tanaman dengan
Universitas Sumatera Utara

takaran satu bagian pupuk kandang cair dicampur satu bagian air (Hartatik dan Widowati, 2006).
Dewasa ini urin ternak dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk tanaman bersamaan dengan kotoran ternak atau bahan lainnya. Cara pemberian pada sistem budidaya organik biasanya dikocorkan atau disiramkan keakar tanaman. Penggunaan urin dan pupuk cair organik < 40 ml per hektar, Urin ternak dapat dijumpai dalam jumlah besar selain kotoran dari ternak (Anonim,1993).
Penggunaan bahan organik seperti pupuk kandang sudah lama dilakukan oleh petani. Jumlah maksimum pupuk kandang yang umum digunakan petani untuk tanaman pangan dan sayuran < 2 ton per hektar. Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk tanaman merupakan siklus unsur hara yang sangat bermaanfaat,disisi lain penggunaan pupuk kandang dapat mengurangi unsur hara yang bersifat racun bagi tanaman.(Hartatik dan Widowati, 2006) Syarat Tumbuh Iklim
Suhu optimum untuk tanaman jagung berkisar antara 24-25°C. Suhu optimal yang di perlukan untuk perkecambahan jagung adalah 30-32°C. Untuk pembungaan sampai pemasakan adalah 30°C. Intensifikasi radiasi matahari sangat di perlukan dalam jumlah yang cukup. Sebaiknya jagung mendapat cahaya matahari langsung (Nurmala, 2002).
Tanaman jagung akan tumbuh normal pada curah hujan yang berkisar 250500 mm pertahun. Curah hujan yang lebih ataupun kurang dari jumlah angka yang di sebutkan akan menurunkan produksi. Air banyak di butuhkan pada waktu perkecambahan dan setelah berbunga. Tanaman membutuhkan air lebih sedikit
Universitas Sumatera Utara

pada pertumbuhan vegetatif di banding dengan pertumbuhan generatif. Setelah tongkol mulai kuning air tidak di butuhkan lagi (Tobing dkk,1995). Tanah
Tanaman jagung tidak memilih–milih jenis tanah. Ditanah yang ringan dan banyak mengandung pasir hingga tanah yang berat pun dapat tumbuh dan menghasilkan, yang penting kesuburan tanahnya cukup mengandung zat hara yang dibutuhkan (Rismunandar, 2001).
Tanaman jagung dapat di tanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi sampai 1500 m di atas permukaan laut. Tanah-tanah yang mengandung kadar lempung sedang, di sertai dengan drainase yang baik serta mengandung banyak bahan organik yang tinggin adalah cocok untuk tanaman jagung. Kemasaman tanah (pH) yang diinginkan berkisar antara 5,5-6,8. Tanaman jagung yang di tumbuhkan pada tanah-tanah yang terlalu masam akan memberikan hasil yang rendah (Sutarya dan Grubben, 1995)
Keadaan basah memang diperlukan ketika biji jagung mulai ditanam, keadaan kering pada waktu penanaman adalah jelek. Keadaan yang terlalu basah tidak menguntungkan karena cenderung dapat mengundang berbagai penyakit tanaman (Kartasapoetra, 1988). Pupuk Kandang
Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman karena mengandung unsur hara makro seperti nitrogen, fosfor, serta kalium, dan unsur mikro seperti kalsium, magnesium, dan sulfur, juga akan menyumbangkan unsur hara bagi tanaman serta meningkatkan serapan unsur hara oleh tanaman. Disamping itu pemberian pupuk kandang juga dapat
Universitas Sumatera Utara

memperbaiki sifat fisika tanah, yaitu kapasitas tanah menahan air, kerapatan massa tanah, dan porositas total, memperbaiki stabilitas agregat tanah dan meningkatkan kandungan humus tanah, serta meningkatkan kesuburan tanah (Wigati dkk., 2006).
Pupuk organik yang banyak digunakan adalah pupuk kandang sapi padat dan urin sapi, karena selain mudah didapat pupuk kandang sapi padat mengandung unsur hara N total (%) 0,3, P total (% ) 0,2, K total (%) 0,15, C- total (%) 0,2, C/N (%) 20-25, dan urin sapi mengandung N total (%) 1,21, P total (%) 0,01, K total (%) 1,35 dan C total (%) 1,35 (Hartatik dan Widowati,2006)
Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang selalu memberikan respon tanaman yang terbaik pada musim pertama. Hal ini terjadi karena pupuk kandang relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pukan lainnya (Mulat, 2003).

Dalam penelitian Yetti dan Elita (2008) menjelaskan pupuk organik memberikan pengaruh yang positif terhadap tinggi tanaman, dimana pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk kandang sapi banyak mengandung asam amino yang berasal dari makanannya sehingga mengalami pelapukan karena keaktifan mikroorganisme pengurai menjadi meningkat, akibatnya ketersediaan unsur hara meningkat (Yetti dan Elita, 2008) Varietas
Varietas adalah sekelompok tanaman yang memiliki sifat yang dapat di pertahankannya setelah melewati berbagai proses pengujian keturunannya.
Universitas Sumatera Utara

Varietas berdasarkan pembentukannya dibedakan atas varietas hibrida dan varietas bersari bebas (Rukmana,1997).
Hibrida dibuat dengan mempersilangkan dua inbrida unggul karena itu pembuatan inbrida unggul merupakan langkah pertama dalam pembuatan hibrida. Varietas hibrida memberikan keuntungan yang tinggi bila ditanam pada lahan yang produktivitas yang tinggi. Varietas yang bersari bebas adalah varietas yang benihnya diambil dari pertanaman sebelumnya atau dapat dipakai terus menerus dari setiap pertanamannya dan belum tercampur atau diserbuki oleh varietas lain.(Kartasapoetra,1988).
Varietas jagung yang ditanam di Indonesia merupakan varietas yang menyerbuk alami (OP) dan varietas hibrida (F1). Penggunaan varietas hibrida menunjukkan peningkatan dri tahun ke tahun bersamaan dengan perkembangan industri perbenihan sayuran. Varietas menyerbuk alami berasal dari produksi petani atau penangkar benih melalui proses seleksi massa tanaman dilapangan sampai setelah panen. Benih yang berasal dari tanaman yang menyerbuk alami umumnya memiliki keragaman, antara lain penampilan morfologi tanaman, umur panen, daya hasil, dan kualitas hasil, tetapi memiliki adaptasi spesifik lokasi, sedangkan dalam era perdagangan bebas diperlukan benih jagung varietas unggul yang memiliki daya hasil tinggi, kualitas buah baik dan seragam, serta tersedia secara kontinu. Dalam hal ini varietas hibrida lebih dapat memenuhi permintaan pasar (Purwati, 2009). Heritabilitas
Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi genotipe dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang
Universitas Sumatera Utara

penting dalam program pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini diharapkan terjadi kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan oleh perubahan genetik disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam arti yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif, dan epistasis. Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).
Variasi genetik akan membantu dalam mengefisienkan kegiatan seleksi. Apabila variasi genetik dalam suatu populasi besar, ini menunjukkan individu dalam populasi beragam sehingga peluang untuk memperoleh genotip yang diharapkan akan besar. Sedangkan pendugaan nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor pengaruh genetik lebih besar terhadap penampilan fenotip bila dibandingkan dengan lingkungan. Untuk itu informasi sifat tersebut lebih diperankan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan, sehingga dapat diketahui sejauh mana sifat tersebut dapat diturunkan pada generasi berikutnya (Steel and Torrie, 1993).
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut, dimulai pada bulan Januari sampai dengan April 2014. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung varietas Bisma dan Pioner 12 sebagai objek penelitian, topsoil sebagai media tanam, kompos untuk campuran media tanam, pupuk kandang sebagai perlakuan dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk membersihkan lahan dan membuat plot tanaman, gembor untuk menyiram tanaman, tugal untuk membuat lubang tanam, tali raffia untuk membuat batas lahan, meteran untuk mengukur lahan, gunting/cutter untuk memotong, pacak sampel sebagai penanda sampel, alat tulis untuk menulis data, kalkulator untuk menghitung data, timbangan untuk menimbang,polibag dan peralatan lainnya yang mendukung penelitian ini. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu: Faktor I : Varietas jagung (V), yaitu:

V1 : Pioner 12 V2 : Bisma
Universitas Sumatera Utara

Faktor II : Dosis pupuk kandang sapi (P) terdiri dari 4 taraf, yaitu:

P0 : Tanpa pupuk kandang (kontrol)

P1 : 10 gr pupuk kandang sapi/tanaman

P2 : 23 ml pupuk kandang cair (urine sapi)/tanaman P3 : 10 gr pupuk kandang sapi+23 ml pupuk kandang cair/tanaman Sehingga diperoleh 8 kombinasi perlakuan yaitu :

V1P0 V1P1

V1P2

V1P3

V2P0 V2P1

V2P2


V2P3

Jumlah ulangan

:3

Jumlah plot

: 24

Luas lahan

: 16 m x 5 m

Jumlah tanaman sampel/plot

:4

Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 96


Jumlah tanaman seluruhnya

: 96

Luas plot

: 100 cm x 100 cm

Jarak tanaman

: 30 cm x 70 cm

Jarak antar plot

: 25 cm

Jarak antar blok

: 50 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam model

linier sebagai berikut:

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

i = 1, 2

j = 1, 2

k = 1, 2, 3, 4

Universitas Sumatera Utara

dimana:

Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan varietas ke-j dan dosis pupuk

kandang sapi pada taraf ke-k

µ = Nilai tengah

ρi = Efek blok ke-i αj = Efek varietas pada taraf ke-j βk = Efek dosis pupuk kandang sapi pada taraf ke-k (αβ)jk = Efek interaksi antara varietas pada taraf ke-j dan dosis pupuk kandang

sapi pada taraf ke-k

εijk = Efek galat pada blok ke-i yang disebabkan varietas pada taraf ke-j dan

dosis pupuk kandang sapi pada taraf ke-k

Jika perlakuan menunjukkan pengaruh dan berbeda nyata melalui analisis

sidik ragam, maka dilanjutkan dengan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)

pada taraf 5% (Steel and Torrie, 1993).

Heritabilitas

Menurut Stansfield (1991) untuk menganalisis apakah hasil peubah

amatan merupakan fenotip disebabkan lingkungan atau genotip, maka digunakan

heritabilitas, berdasarkan rumus:
σ2g σ2g h2 = =
σ2p σ2g + σ2e

dimana : h2 = heritabilitas
σ2p = varians penotipe

σ2g = varians genotipe σ2e = varians lingkungan

Dengan kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut: h2 < 0,2 : rendah, h2 > 0,5 : tinggi, h2 0,2- 0,5 : sedang

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan
Diukur areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 100 cm x 100 cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 25 cm dan jarak antar ulangan 50 cm. Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan adalah tanah top soil dicampur dengan pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1:1, kemudian dimasukkan dalam polibag. Aplikasi Pupuk Kandang Sapi Padat dan Pupuk Kandang Cair Sapi
Pada penelitian ini digunakan pupuk kandang sapi padat siap pakai. Pupuk kandang sapi padat dicampur kedalam tanah yang sudah diisi kedalam polybag dengan dosis 10 gram /polybag,kemudian didiamkan selama seminggu.
Pada aplikasi pupuk kandang sapi cair bahan yang digunakan adalah urin sapi. Urin sapi ditampung didalam ember kemudian dicampurkan dengan air dengan perbandingan 1:1,setelah itu ember ditutup agar tidak terjadi penguapan dan didiamkan selama 2 minggu,setelah itu diaplikasikan pada 2 MST. Penanaman Benih
Penanaman benih jagung di lakukan di lahan tanam dengan penugalan sedalam 3 cm. Jumlah benih untuk setiap lubang tanam adalah 2 biji.
Universitas Sumatera Utara

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari atau disesuaikan dengan kondisi lapangan, penyiraman dilakukan bertujuan untuk menjaga kelembaban tanah. Penyisipan
Penyisipan dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati atau pertumbuhannya abnormal dengan tanaman cadangan tanaman yang masih hidup. Penyisipan di lakukan paling lama 7 hari setelah tanam. Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan di lakukan 2 kali pada umur 2 MST dan 7 MST. Penyiangan di lakukan sesuai dengan kondisi keadaan lahan. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit hanya dilakukan apabila terjadi serangan, waktu dan dosis pemberian sesuai dengan kondisi di lapangan. Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara mematahkan tangkai tongkol jagung. Panen di lakukan pada saat tanaman berumur 14 MST.
Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Parameter Tinggi Tanaman (cm) Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST sampai 14 MST. Pengukuran dilakukan dari leher akar hingga ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran. Jumlah Daun (Helai)
Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal dengan alat ukur, di hitung seluruh daun yang ada. Dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman. Umur Berbunga (HST)
Umur berbunga jantan ditentukan saat bunga jantan pertama kali muncul. Umur berbunga dicatat sejak bunga pertama keluar.
Umur berbunga betina ditentukan saat bunga betina pertama kali muncul. Umur berbunga dicatat sejak bunga pertama keluar. Bobot Pipilan kering biji/plot (g)
Produksi pipilan kering di hitung dengan menjumlahkan produksi biji kering pertanaman dalam satu plot. Heritabilitas
Heritabilitas dihitung untuk tiap parameter. Dilakukan pada akhir penelitian dengan menggunakan rumus yang terdapat pada metode penelitian.
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
perlakuan varietas menunjukkan perbedaan yang nyata pada parameter tinggi tanaman mulai dari 2 sampai dengan 5 MST, sedangkan pada parameter jumlah daun menunjukkan pengaruh yang nyata hanya pada 4 MST saja. Pada perlakuan varietas parameter umur berbunga jantan dan umur berbunga betina menunjukkan pengaruh tidak nyata,sedangkan pada parameter bobot kering pipilan perplot perlakuan varietas menunjukkan pengaruh yang nyata. Pada perlakuan pupuk organik parameter tinggi tanaman menunjukkan pengaruh yang tidak nyata, pada parameter jumlah daun perlakuan pupuk organik juga menunjukkan pengaruh tidak nyata. Pada parameter umur berbunga jantan dan berbunga betina menunjukkan pengaruh yang tidak nyata, dan pada parameter bobot kering pipilan perplot juga menunjukkan pengaruh tidak nyata.
Untuk mengetahui hasil penelitian yang lebih terperinci mengenai masingmasing parameter penelitian akan dibahas pada paragraf sebagai berikut ini:
Tinggi Tanaman (cm) Data pengamatan dan sidik ragam dari tinggi tanaman saat 2,3,4,5,6 dan 7
MST dapat dilihat pada Lampiran 7-12. Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa pada perlakuan varietas menunjukkan perbedaan yang nyata pada saat tinggi tanaman 2,3,4, dan 5 MST, sedangkan pengaruh pupuk menujukkan pengaruh yang tidak nyata pada saat tinggi tanaman 2,3,4,5,6 dan 7 MST. Rataan
Universitas Sumatera Utara

tinggi tanaman pada saat 2 sampai 7 MST dapat dilihat pada Tabel 1. sebagai berikut :

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman (cm)

Minggu Setelah Tanam

Perlakuan

23

4

5

6

7

Varietas

V1 = pioner12 34.69a 47.94 a 74.61a 101.68a 122.34 141.61

V2 = Bisma 41.14b 55.06b 84.11 b 111.39b 128.11 146.63

Pupuk Organik

P0 = Kontrol 38.10 51.49 80.67 107.95 123.83 147.85

P1 = 10 g

37.84 5149 75.62 103.13 124.78 146.16

P2 = 23 ml

36.46 50.06 75.83 103.13 121.39 136.53

P3 =10g+23ml 39.26 52.97 85.83 111.92 130.92 145.96

Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa varietas menunjukkan pengaruh yang nyata pada parameter tinggi tanaman pada saat 2, 3, 4, dan 5 MST. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada varietas Bisma yaitu sebesar 111.39 cm, sedangkan tinggi tanaman pada varietas Pioner 12 tidak menunjukkan adanya perbedaan. Sedangkan pada perlakuan pupuk organik menunjukkan pengaruh yang tidak berpengaruh nyata pada tinggi tanaman saat 2 dan 7 MST. Pengaruh

Universitas Sumatera Utara

pupuk yang memberikan tinggi tanaman tertinggi adalah pada kisaran dosis kontrol yaitu sebesar 147.85 cm.

Jumlah Daun Tanaman (Helai)

Data pengamatan dan sidik ragam dari jumlah daun (helai) dapat dilihat pada Lampiran13-18. Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang menunjukkan perbedaan tidak nyata pada perlakuan varietas dan interaksi menujukkan pengaruh tidak nyata, sedangkan perlakuan pupuk belum menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan jumlah daun (helai) dapat dilihat pada Tabel 2. sebagai berikut :

Tabel 2. Rataan Jumlah Daun (Helai)

Minggu Setelah Tanam

Perlakuan

23

4

5

6

7

Varietas

V1 = pioner12 2.94 5.17 6.97a 8.33

10.42 11.89

V2 = Bisma 3.19 5.69 7.36b 8.99

10.39 12.28

Pupuk Organik

P0 = Kontrol 3.17 5.50 7.00 8.22 10.33 11.94

P1 = 10 g

3.11 5.50 7.28 8.33 10.50 12.00

P2 = 23 ml 3.11 5.11 6.78 8.11 10.33 12.28

P3 = 10g + 23ml 2.89 5.61 7.61 8.39 10.44 12.11

Keterangan: Angka-angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test(DMRT)pada taraf 5%

Universitas Sumatera Utara

Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa varietas yang menunjukkan hubungan yang masih berpengaruh nyata terhadap jumlah helai daun pertanaman adalah pada varietas Bisma dan varietas Pioner 12 yaitu pada 4 MST, sehingga berdasarkan persamaan yang telah dibentuk dapat diduga nilai optimal dari aplikasi pupuk kandang terhadap jumlah helai daun yaitu pada Varietas Bisma akan menghasilkan jumlah helai daun pada 4 MST sebanyak 7.36 helai, sedangkan varietas Pioner12 pada 4 MST menunjukkan sebesar 6.97 helai.

Umur Berbunga Jantan (HST)

Data pengamatan dan sidik ragam dari umur berbunga jantan dapat dilihat pada Lampiran 19 Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang menunjukkan pengaruh tidak nyata pada perlakuan varietas dan perlakuan interaksi pupuk menunjukkan pengaruh tidak nyata. Rataan jumlah jantan dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut :

Tabel 3. Umur bunga jantan (HST)

Varietas

Pupuk Organik (g/tanaman)

P0 P1

P2

P3

Rataan

V1 = Pioner 12 49.11 49.11

49.00

49.11

49.81

V2 = bisma

48.78 49.00

49.11

49.56

49.80

Rataan

48.94 49.55

49.55

49.33

49.85

Keterangan: Angka-angka dengan huruf yang sama pada yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT)pada taraf 5%

Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa varietas yang menunjukkan hubungan yang menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap parameter umur berbunga

Universitas Sumatera Utara

jantan yaitu pada varietas pioneer 12 dan varietas bisma sehingga berdasarkan persamaan yang telah dibentuk dapat diduga nilai optimal dari aplikasi pupuk kandang terhadap jumlah umur berbunga jantan (HST) masing-masing pada perlakuan pupuk kandang pada dosis 10 gr +23 ml /tanaman.

Umur Berbunga Betina (HST)

Data pengamatan dan sidik ragam dari Umur berbunga betina dapat dilihat pada Lampiran 20 Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang menunjukkan pengaruh tidak nyata pada perlakuan varietas sedangkan perlakuan interaksi dan pupuk menunjukkan pengaruh tidak nyata. Rataan jumlah umur berbunga betina (HST) dapat dilihat pada Tabel 4. sebagai berikut :

Tabel 4. Umur berbunga betina (HST)

Varietas

Pupuk Organik (g/tanaman)

P0 P1

P2

P3

Rataan

V1 = Pioner 12 56.44 56.44

56.44

56.67

56.55

V2 = bisma 57.11 56.67

56.44

56.33

57.13

Rataan

56.75 56.55

56.44

56.50

56.86

Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Mutiple Range Test(DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa perlakuan varietas menunjukkan pengaruh tidak nyata, umur berbunga betina tertinggi terdapat pada varietas Bisma. Perlakuan pupuk kandang menunjukkan pengaruh tidak nyata, rataan umur berbunga betina tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk 10gr +23 ml

Universitas Sumatera Utara

/polibag namun tidak berbeda nyata dengan aplikasi pupuk pada dosis 23 ml /tanaman.
Bobot kering pipilan per plot (g)
Data pengamatan dan sidik ragam dari rataan berat buah (g) dapat dilihat pada Lampiran 21 Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan yang menunjukkan perbedaan yang nyata hanya pada perlakuan varietas sedangkan perlakuan interaksi dan pupuk belum menunjukkan pengaruh yang nyata. Rataan berat buah (buah) dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut
Tabel 5. Bobot kering Pipilan Perplot

Varietas

Pupuk Kandang (g/tanaman) Rataan
P0 (0) P1 (10g) P2 (23 ml) P3 (10g + 23ml)

V1 = Pioner 12 111.7 168.83 163.87

150.43

149.99a

V2 = Bisma 20.93 71.27 70.8

175.37

117.29b

Rataan

69.3 120.05 117.33

162.91

Keterangan : Angka-angka dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%

Berdasarkan Tabel 5. dapat diketahui bahwa perlakuan varietas menunjukkan perbedaan yang nyata, pada bobot kering pipilan per plot buah tertinggi terdapat pada varietas Bisma. Perlakuan pupuk kandang menunjukkan pengaruh tidak nyata, rataan bobot kering pipilan per plot buah tertinggi terdapat pada perlakuan pupuk 10gr +23 ml /tanaman terdapat pada varietas Bisma yaitu sebesar 175.37 g.

Universitas Sumatera Utara

Nilai Heritabilitas

Perhitungan heritabilitas ialah salah satu cara yang dapat digunakan untuk menduga apakah suatu tampilan fenotipe pada suatu tanaman dipengaruh oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa seluruh parameter yang diamati menunjukkan kriteria heritabilitas yang tinggi.
Adapun hasil pendugaan heritabilitas pada msing-masing parameter amatan dapat dilihat pada Tabel 6. sebagai berikut ini :

Data Heritabilitas

Parameter

Pioner 12

Tinggi Tanaman

0.17

Jumlah Daun

0.83

Umur Berbunga Jantan

0.92

Umur Berbunga Betina

0.93

Bobot kering perplot

pipilan 0.07

Ket Bisma Rendah 0.20 Tinggi 0.65 Tinggi 0.95 Tinggi 0.93
Rendah 0.11

Ket Rendah Tinggi Tinggi Tinggi
Rendah

Berdasarkan Tabel 6 dapat di ketahui bahwa tinggi tanaman 9 (cm) dan jumlah bobot kering pipilan per tongkol menunjukkan criteria heritabilitas yang rendah. Sedangkan pada jumlah daun (helai) umur berbunga jantan dan betina (HST) menunjukkan kriteria heritabilitas yang tinggi. Hal ini berarti bahwa tampilan penotif yang di tunjukkan oleh tanaman disebabkan oleh pengaruh genetik tanaman.

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan
Pengaruh Respons Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas terhadap Pemberian Pupuk Organik
Hasil analisa data secara statistik menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman (cm) pada 7 MST,jumlah daun (helai),umur berbunga jantan dan betina,rataan bobot kering biji per tongkol.
Pemberian pupuk organik dan dua varietas berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada 2,3,4,5,6 dan 7 MST tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 147.85 cm dan terendah terdapat pada perlakuan P2 dengan konsentrasi urin 23 ml/tanaman yaitu sebesar 136.53 cm. Hal ini diduga karena pengaruh dari sifat pupuk organik, jenis tanaman dan ketersediaan unsur hara dalam tanah untuk diserap oleh tanaman. Salah satu sifat pupuk organik adalah diperlukan dalam jumlah banyak untuk dapat memenuhi kebutuhan unsur hara (Roesmarkam dkk, 2002) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik akan terlihat setelah beberapa tahun sehinnga diduga pengaruh pupuk organik belum optimal karena pupuk organik tidak dapat berpengaruh seketika itu juga untuk mendukung pertumbuhan tanaman.
Pengaruh perlakuan pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun tanaman jagung.jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan P2 dengan konsentrasi urine sebesar 23 ml/tanaman yaitu 12.28 helai dan terendah pada perlakuan kontrol. Hal ini di karenakan pupuk organik bereaksi sangat lambat sehingga unsur hara yang telah terdekomposisi di serap tanaman untuk membentuk daun di butuhkan pupuk tambahan. Hal ini sesuai dengan literatur
Universitas Sumatera Utara

(Damanik dkk, 2010) yang menyatakan bahwa unsur hara tanaman dilepaskan berangsur-angsur oleh karena itu kerjanya sangat lambat kedalam pertumbuhan tanaman.
Pengaruh perlakuan pupuk organik berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga jantan dan betina.pada parameter umur berbunga jantan perlakuan P1 dan P2 menunjukkan respon yang sama yaitu sebesar 49.5 hari,dan umur berbunga jantan terlambat pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 48.94 hari.sedangkan pada umur berbunga betina tercepat pada perlakuan kontrol yaitu sebesar 56.75 hari. Hal ini di duga dosis pupuk organik yang diberikan pada tanaman jagung belum seimbang untuk dapat mempercepat pembungaan pada tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan literatur Damanik dkk (2010) yang menyatakan bahwa pada prinsipnya keseimbangan hara atau kesu