Analisis Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut Di Kabupaten Sumbawa Barat.

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN
KAWASAN PESISIR BERBASIS RUMPUT LAUT
DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

RUSMIN NURYADIN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Analisis Keberlanjutan
Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut di Kabupaten Sumbawa
Barat” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Rusmin Nuryadin
NRP C252120061

RINGKASAN
RUSMIN NURYADIN. Analisis Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Pesisir
Berbasis Rumput Laut di Kabupaten Sumbawa Barat. Dibimbing oleh
KADARWAN SOEWARDI dan YONVITNER.
Pengembangan wilayah pesisir yang dilakukan di Kabupaten Sumbawa Barat saat
ini adalah budidaya rumput laut. Rumput laut sebagai salah satu komoditi
unggulan memiliki luas areal yang cukup besar yaitu seluas 1 550 ha dengan
tingkat pemanfaatannya sebesar 536 ha atau sekitar 34.58%. Permasalahan yang
ada di KSB adalah belum optimalnya pemanfaatan perairan. Kegiatan budidaya
rumput laut hanya dilakukan Kecamatan Taliwang dan Poto Tano. Informasi
wilayah sesuai untuk budidaya rumput laut belum terpetakan dengan jelas, aspek
daya dukung belum tertata dengan baik, menyebabkan pertumbuhan, produksi dan
mutu menjadi rendah. Kegiatan budidaya yang dilakukan hanya berdasarkan
pengalaman secara turun-temurun. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengkaji

kesesuaian perairan untuk pengembangan rumput laut, (2) menganalisis daya
dukung perairan, (3) menganalisis keberlanjutan pengembangan rumput laut dan
(4) menyusun strategi pengembangan rumput laut berkelanjutan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa luas kesesuaian perairan Kecamatan Pototano
sebesar 1 137 ha (77.42%), Taliwang sebesar 258.21 ha (17.58%) dan dan
Jereweh 73.48 ha (5%). Penentuan daya dukung perairan didasarkan pada luas
perairan sesuai dan sangat sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut serta
jumlah unit dan metode budidaya yang digunakan. Luas daya dukung di
Kecamatan Poto Tano sebesar 558 ha, jumlah unit budidaya 1 015 unit, metode
budidaya long line. Sedangkan di Kecamatan Taliwang 183 ha, jumlah unit
budidaya 2 635 unit, metode budidaya patok/tancap dan Kecamatan Jereweh 36
ha, jumlah unit budidaya 66 unit, metode budidaya long line.
Status keberlanjutan budidaya rumput laut di tiga kecamatan pesisir KSB
menunjukkan, metode long line dikategorikan kurang berkelanjutan dengan nilai
indek sebesar 49.28 dan tancap 61.02 cukup berkelanjutan. Dimensi yang perlu
mendapatkan perhatian lebih adalah dimensi teknologi karena masih tergolong ke
dalam status tidak berkelanjutan. Upaya perbaikan pada dimensi teknologi pada
atribut yang sensitif untuk meningkatkan nilai indek agar berada pada status
cukup berkelanjutan dan sangat berkelanjutan. Kebijakan tentang perbaikan
hendaknya tidak mengesampingkan aspek lainnya seperti ekologi, ekonomi, sosial

dan kelembagaan, sehingga kondisi tersebut tetap terjaga. Strategi pengembangan
budidaya rumput laut dilakukan dengan melihat atribut-atribut yang sensitif dari
ke kelima dimensi yang perlu menjadi prioritas utama. Strategi pengembangannya
adalah melalui peningkatan produksi di lokasi yang sudah ada kegiatan budidaya
rumput laut, pemenuhan jaminan ketersediaan modal, pasar dan kestabilan harga,
peningkatan pemanfaatan perairan untuk budidaya rumput laut di daerah-daerah
yang belum dimanfaatkan, pembentukan dan penguatan kelembagaan
pembudidaya dan penerapan teknologi budidaya rumput laut sesuai standar.
Kata kunci: Kesesuaian, Daya Dukung, Keberlanjutan, Rumput laut

SUMMARY
RUSMIN NURYADIN. Sustainability Analysis of Coastal Area Development
Based on Seaweed in West Sumbawa Regency. Supervised by KADARWAN
SOEWARDI and YONVITNER.
Development of coastal areas in West Sumbawa regency, is the cultivation of
seaweed. Seaweed as one commodity has a large enough area of 1 550 ha, the
utilization rate 536 ha or about 34.58%. The problems that exist in KSB the water
utilization is not optimal. Seaweed farming activities only carried out in some
point of the subdistrict is Taliwang and Pototano. Information corresponding area
for seaweed culture uncharted clearly, aspects carrying capacity not well ordered,

causing the growth, production and quality is low. Farming activities carried out
only based on the experience from generation to generation.The aims of this study
was to: (1) to evaluate the aquatic suitability for seaweed development, (2) to
analyze the suitable of aquatic carrying capacity for seaweed, (3) to analyze the
seaweed sustainability and (4) to develop the strategy of seaweed sustainability.
The analysis showed that the suitability waters area in Pototano districts of 1 137
ha (77.42%), Taliwang amounted to 258.21 ha (17.58%) and Jereweh 73.48 ha
(5%). Determination of the aquatic carrying capacity based on the amount of the
aquatic with category suitable and very suitable for seaweed farming activities in
each district, the number of units and the methods that used for cultivation.
Carrying capacity space in Pototano sub-district is 558 ha with the number of
farming units 1 015 units, long line cultivation methods. While in Taliwang subdistrict 183 ha, the number of farming units is 2 635 units, peg/step cultivation
methods and the Jereweh sub-district 36 ha, the number of farming units is 64
units, long line cultivation methods.
Sustainability status of seaweed in the three coastal districts of West Sumbawa
Regency showed that long line methods is less sustainable with the value of
sustanability index 49.28 and peg 61.02 that quite sustainable. Dimensions that
need to get more attention is the technological dimension because the status is not
sustainable. That is because the technological dimension were dominated by
attribute that have a bad scores. The efforts to improve the technological

dimensional in sensitive attributes to increase the value index to be sustainable
and highly sustainable. Policy of improvement should not rule out other aspects
such as the ecological, economic, social and institutional, so that the condition is
maintained.
Development strategy of seaweed cultivation in West Sumbawa regency done by
looking at the sensitive attributes from the five dimension that needs to be
priority. Development strategy is through the seaweed farming development in
suitable aquatic locations, increasing the value of commodities, seaweed
cultivation technology according to standards, the establishment and
strengthening of farmers and increasing the skills and knowledge of farmers.
Keywords: Suitability, Carrying Capacity, Sustainability, Seaweed

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN
KAWASAN PESISIR BERBASIS RUMPUT LAUT
DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

RUSMIN NURYADIN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Handoko Adi Susanto, MSc


PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tesis yang berjudul
“Analisis Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput Laut
di Kabupaten Sumbawa Barat” disusun sebagai salah satu syarat pencapaian studi
akhir Strata Dua (S-2) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Lautan, Institut Pertanian Bogor. Tesis ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, serta sebagai acuan bagi
pemerintah daerah dalam perumusan kebijakan tentang pengelolaan dan
pengembangan budidaya rumput laut yang berkelanjutan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Kadarwan
Soewardi selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Yonvitner selaku anggota
komisi pembimbing, atas segala arahan dan masukan sehingga penulisan tesis
dapat diselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Bapak Dr Handoko Adi Susanto M.Sc selaku dosen penguji yang bersedia
menguji dan memberikan arahan dan masukan terhadap kesempurnaan tesis
ini.
2. Bapak Dr Ir Achmad Fahrudin, M.Si sebagai ketua Program Studi Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir dan Lautan beserta staf yang memberikan layanan
administrasi yang baik.
3. Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan Kabupaten Sumbawa Barat
beserta stafnya yang telah memberi dukungan fasilitas dan data dalam
penyelesaian tesis ini,
4. Rekan-rekan mahasiswa SPL yang telah membantu dan memberikan masukan
selama penyusunan tesis,
5. Keluarga besar yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, pengertian
dan kasih sayang selama ini dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir penulis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
saran dan masukan yang konstruktif sangat diharapkan. Semoga tesis ini
bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Agustus 2015

Rusmin Nuryadin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


xi

DAFTAR GAMBAR

xii

DAFTAR LAMPIRAN

xii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kerangka Pemikiran
Manfaat Penelitian

1
1

3
4
4
5

2 METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Tahapan Penelitian
Bahan dan Alat Penelitian
Metode Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Analisis Data
Analisis Kesesuaian Perairan
Analisis Daya Dukung
Analisis Keberlanjutan
Strategi Pengembangan

6
6
6

7
8
9
9
9
12
14
18

3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis KSB
Keadaan Iklim KSB
Kondisi Sosial
Kondisi Oseanografi
Kegiatan Budidaya Rumput Laut di KSB

19
19
19
20
23
29

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesesuaian Perairan Budidaya Rumput Laut
Daya Dukung Perairan Budidaya Rumput Laut
Keberlanjutan Budidaya Rumput Laut
Strategi Pengembangan Budidaya Rumput Laut Berkelanjutan

32
32
36
37
58

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

63
63
63

DAFTAR PUSTAKA

64

LAMPIRAN

69

RIWAYAT HIDUP

76

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Parameter, alat, metode dan tempat pengukuran
Matrik kesesuaian perairan untuk metode long line
Matrik kesesuaian perairan untuk metode tancap
Parameter, satuan, metode pengumpulan data dan sumber data pada
analisis daya dukung perairan untuk budidaya rumput laut
Kriteria pembuatan skor dari masing-masing dimensi budidaya rumput
laut di KSB
Kategori status keberlanjutan budidaya rumput laut
Luas wilayah kecamatan di KSB tahun 2013
Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di KSB tahun 2013
Luas potensi areal, pemanfaatan dan jumlah produksi rumput laut
selama 5 tahun (2009-2013) di KSB
Luas kesesuaian perairan untuk budidaya rumput laut di kecamatan
pesisir KSB
Luas kesesuaian perairan kategori sangat sesuai dan sesuai di tiga
kecamatan pesisir KSB
Daya dukung perairan budidaya rumput laut di tiga kecamatan KSB
Nilai indek multidimensi budidaya rumput laut metode long line
Matrik kesesuaian perairan untuk metode long line
Nilai stres dan koefesien determinasi lima dimensi budidaya rumput
laut metode long line dan tancap
Atribut sensitif perdimensi keberlanjutan budidaya rumput laut di tiga
kecamatan KSB

8
10
10
12
15
17
19
21
29
33
33
37
54
54
54
58

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Kerangkan pemikiran penelitian
Peta lokasi penelitian
Tahapan penelitian
Metode long line
Metode tancap
Curah hujan tahun 2013 di KSB
Hari hujan tahun 2013 di KSB
Tingkat pendidikan penduduk KSB
Peta kedalaman perairan wilayah pesisir KSB
Peta kecerahan perairan wilayah pesisir KSB
Peta kecepatan arus perairan wilayah pesisir KSB
Peta suhu perairan wilayah pesisir KSB
Peta pH perairan wilayah pesisir KSB
Peta salinitas perairan wilayah pesisir KSB
Peta DO perairan wilayah pesisir KSB
Alur rantai pemasaran rumput laut di KSB
Peta kesesuaian perairan budidaya rumput laut
Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi

5
6
7
13
13
20
20
21
23
24
25
26
27
28
29
30
35
38

19 Nilai atribut dimensi ekologi terhadap keberlanjutan budidaya rumput
laut yang dinyatakan dalam bentuk root mean square (RMS)
20 Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekonomi
21 Nilai atribut dimensi ekonomi terhadap keberlanjutan budidaya rumput
laut yang dinyatakan dalam bentuk root mean square (RMS)
22 Nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial
23 Nilai atribut dimensi sosial terhadap keberlanjutan budidaya rumput
laut yang dinyatakan dalam bentuk root mean square (RMS)
24 Nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan
25 Nilai atribut dimensi kelembagaan terhadap keberlanjutan budidaya
rumput laut yang dinyatakan dalam bentuk root mean square (RMS)
26 Nilai indeks keberlanjutan dimensi teknologi
27 Nilai atribut dimensi teknologi terhadap keberlanjutan budidaya rumput
laut yang dinyatakan dalam bentuk root mean square (RMS)
28 Diagram layang-layang (kite diagram) nilai indeks keberlanjutan
budidaya rumput laut kelima dimensi
29 Scatter plot montecarlo dimensi ekologi budidaya rumput laut
30 Scatter plot montecarlo dimensi ekonomi budidaya rumput laut
31 Scatter plot montecarlo dimensi sosial budidaya rumput laut
32 Scatter plot montecarlo dimensi kelembagaan budidaya rumput laut
33 Scatter plot montecarlo dimensi teknologi budidaya rumput laut

39
42
42
45
45
47
48
50
51
53
55
56
56
57
57

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil analisis daya dukung perairan budidaya rumput laut metode long
line Kecamatan Poto Tano KSB
2 Hasil analisis daya dukung perairan budidaya rumput laut metode long
line Kecamatan Jereweh KSB
3 Hasil analisis daya dukung perairan budidaya rumput laut metode
tancap/patok Kecamatan Taliwang KSB
4 Hasil pangukuran kualitas air di KSB

69
71
73
75

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan
keanekaragaman sumberdaya alamnya, baik sumberdaya yang dapat pulih
(perikanan, hutam mangrove dan terumbu karang) maupun sumberdaya yang
tidak dapat pulih (minya bumi, gas serta mineral atau bahan tambang) (Dahuri et
al. 2013). Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut
yang sangat kaya akan sumberdaya alam dan jasa lingkungan (Djais et al. 2002).
Pemanfaatan wilayah pesisir dan laut dilakukan melalui berbagai kegiatan, seperti
perikanan, perhubungan, pertanian pesisir, pariwisata, permukiman, daerah latihan
militer dan sebagainya. Selain kegiatan pemanfaatan, terdapat juga beberapa
kegiatan pengelolaan sumberdaya alam seperti daerah konservasi hutan,
perlindungan satwa yang secara keseluruhan telah menempati ruang wilayah
pesisir dan laut (BP3SP 2008).
Pengembangan pesisir untuk kegiatan budidaya rumput laut tidak terlepas
dari faktor kesesuaian perairan. Faktor utama yang menjadi hambatan dalam
pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia adalah ketidakcocokan lokasi
perairan dan data parameter kualitas perairan yang tidak sesuai, disamping itu
penetuan lokasi budidaya sering didasarkan pada feeling (Ahmad et al.1995;
Hartoko dan Helmi 2004). Kesesuaian perairan penting diketahui, karena
menentukan lokasi perairan sesuai untuk peruntukan budidaya, sehingga
diharapkan nantinya lokasi yang sesuai ini mampu untuk dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Menurut Hardjowigeno (2001) bahwa kesesuaian lahan
merupakan kecocokan suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui
penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna lahan yang dihubungkan dengan
potensi wilayahnya, sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih
terarah usaha pemeliharaan kelestariannya.
Aktifitas budidaya yang dilakukan di wilayah pesisir haruslah sesuai dengan
daya dukung lingkungan. Daya dukung perairan merupakan hal yang perlu
diketahui untuk mengetahui berapa besar perairan mampu menampung adanya
kegiatan budidaya rumput laut. Hal ini jika diabaikan maka akan menimbulkan
berbagai permasalahan baik terhadap lingkungan perairan, konflik antar
masyarakat maupun dari kegiatan budidaya rumput laut yang dilakukan. Daya
dukung merupakan intensitas penggunaan maksimum lahan terhadap sumberdaya
alam yang berlangsung secara terus menerus tanpa merusak alam atau degradasi
lingkungan dan ekosistem sekitarnya (Pearce et al. 1986; Clark 1992; Ali 2003).
Penentuan daya dukung dalam budidaya rumput laut di Kabupaten
Sumbawa Barat (KSB) didasarkan pada pendekatan kapasitas perairan.
Pendekatan kapasitas perairan diartikan sebagai persentase perairan untuk
menampung dari adanya kegiatan budidaya. Konsep daya dukung dengan
pendekatan kapasitas perairan ini akan menunjukkan berapa persen perairan
beserta luasannya dapat dimanfaatkan dan jumlah unit budidaya yang dikelola
dalam luasan area tersebut. Menurut Kamlasi (2008) konsep daya dukung yang
digunakan dalam pengembangan budidaya rumput laut adalah daya dukung
ekologis. Daya dukung ekologis adalah jumlah maksimum organisme pada suatu

2

lahan yang dapat didukung tanpa mengakibatkan kematian karena faktor
kepadatan, serta tidak terjadinya kerusakan lingkungan secara permanen. Konsep
daya dukung tidak hanya ditekankan pada ekologi saja, akan tetapi daya dukung
ekonomi juga penting. Daya dukung ekonomi diartikan sebagai tingkat produksi
dari usaha yang memberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh tujuan
usaha secara ekonomi termasuk parameter-parameter kelayakan usaha sehingga
mampu menciptakan pengelolaan yang berkelanjutan (Scones 1993).
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan hidup saat ini tanpa menurunkan kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (WCED 1987; Dahuri et al. 2004). Konsep
pembangunan berkelanjutan muncul sebagai upaya untuk menghindari kerusakan
lingkungan akibat adanya perubahan pola pikir yang lebih mengutamakan
pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan lingkungan. Pembangunan
berkelanjutan pada dasarnya mencakup tiga dimensi penting, yaitu ekonomi,
sosial (budaya) dan lingkungan (Munasinghe 2002; Budiharsono 2006). Alder et
al. (2000) menjelaskan untuk menentukan kondisi perikanan secara keseluruhan
dilihat dari empat aspek yaitu aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan teknologi.
Selanjutnya Pitcher dan Preikshot (2001) pembangunan berkelanjutan mencakup
lima dimensi, yaitu ekologi, ekonomi, sosial, etika dan teknologi. Berdasarkan
konsep pembangunan berkelanjutan yang dijelaskan beberapa ahli, dapat
disimpulkan untuk keberlanjutan budidaya rumput laut ditekankan pada lima
dimensi yaitu ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan dan teknologi.
Kegiatan budidaya rumput laut sudah tidak dianggap sebagai pekerjaan
sampingan, akan tetapi merupakan pekerjaan utama. Hal ini dikarenakan bahwa
budidaya rumput laut telah mampu meningkatkan penghasilan dan menjadi salah
satu mata pencaharian di masyarakat. Selain meningkatkan nilai tambah ekonomi,
rumput laut juga sangat penting sebagai obat tradisional, bahan pengental,
pembentuk gel, stabilisator, kosmetik, pasta gigi dan produk makanan (Nontji
1993; Anggadiredja dan Sujatmiko 1994; Wang dan Chiang 1994; Winarno 1996;
Bixler et al. 2010).
Pengembangan wilayah pesisir yang dilakukan di KSB saat ini, adalah
budidaya rumput laut. Luas areal budidaya rumput laut sebesar 1 550 ha dengan
tingkat pemanfaatan sebesar 536 ha atau sekitar 34.58% dengan produksi sebesar
9 850 ton (BPS 2013). Masih rendahnya tingkat pemanfaatan dikarenakan
pengelolaan yang belum baik. Kegiatan budidaya rumput laut hanya dilakukan
dibeberapa titik wilayah kecamatan yaitu Taliwang dan Poto Tano. Disamping itu,
informasi wilayah sesuai untuk budidaya rumput laut belum terpetakan dengan
jelas, sehingga kegiatan budidaya dilakukan berdasarkan pengalaman yang sudah
turun temurun.
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya tingkat produksi adalah
penerapan teknologi. Masyarakat KSB melakukan kegiatan budidaya rumput laut
belum menerapkan standar budidaya yang tepat, baik penyediaan bibit unggul,
metode budidaya, penanganan pasca panen serta teknik pengolahan. Menurut
Kolang et al (1996) bibit yang baik untuk dibudidayakan adalah mono spesies,
bersih dan segar, sedangkan jarak tanam 20-25 cm (Afrianto dan Liviawaty 1993).
Metode budidaya rumput laut sistem long line memiliki ukuran konstruksi
panjang 50 meter dan lebar 100 meter, jarak antar tali ris 2 – 3 meter dan jarak
bibir 25-30 cm (BSN 2010).

3

Analisis keberlanjutan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
Rapseaweed yang dimodifikasi dari program Rapfish (Rapid Appraissal for
Fisheries) yang merupakan teknik untuk mengevaluasi keberlanjutan dalam
perikanan berdasarkan atribut penyusunnya. Menurut Fauzi dan Anna (2005)
atribut dari setiap dimensi akan dievaluasi dan dapat diperbaiki sesuai dengan
informasi terbaru, sementara ordinasi dari set atribut ini akan digambarkan dengan
menggunakan multidimensional scaling (MDS). Analisis Rapseaweed digunakan
untuk mengevaluasi serta memberikan gambaran tentang budidaya rumput laut
yang dilakukan, baik metode long line maupun tancap. Oleh karena itu penelitian
tentang Analisis Keberlanjutan Pengembangan Kawasan Pesisir Berbasis Rumput
Laut di KSB perlu dilakukan, sebagai upaya menciptakan pengelolaan terencana,
memperhatikan aspek kesesuaian perairan, daya dukung serta teknologi, guna
mengoptimalkan pemanfaatan dan peningkatan produksi perairan untuk
pengembangan budidaya rumput laut berkelanjutan.
Perumusan Masalah
Rumput laut sebagai salah satu komoditi unggulan di KSB memiliki luas
areal yang cukup besar yaitu seluas 1 550 ha namun tingkat pemanfaatannya baru
sebesar 536 ha atau sekitar 34.58%. Permasalahan yang ada di KSB adalah belum
optimalnya pemanfaatan perairan. Kegiatan budidaya rumput laut hanya
dilakukan dibeberapa titik wilayah kecamatan yaitu Taliwang dan Poto Tano.
Informasi wilayah sesuai untuk budidaya rumput laut belum terpetakan dengan
jelas, menyebabkan pertumbuhan, produksi dan mutu menjadi rendah. Kegiatan
budidaya dilakukan hanya berdasarkan pengalaman secara turun temurun.
Aspek daya dukung penting dalam aktifitas budidaya, karena terkait dengan
pengaturan tata letak dan jumlah unit budidaya yang dikelola. Kegiatan budidaya
yang dilakukan, selama ini masih belum tertata dengan baik, hal ini dapat
menimbulkan konflik antar masyarakat serta ketidakpastian hasil produksi.
Disamping itu, rendahnya penguasaan teknologi budidaya berpengaruh pada
kualitas mutu rumput laut yang dihasilkan karena terkait dengan standar budidaya
yang dilakukan, baik penyediaan bibit unggul, metode budidaya, penanganan
pasca panen serta teknik pengolahan. Ketersediaan bibit unggul dari kebun bibit
dapat menjamin budidaya tetap kontinyu. Metode budidaya dan penangangan
pasca panen yang baik akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.
Sektor kelembagaan juga merupakan suatu permasalahan di beberapa
daerah khususnya KSB. Ketidakefektipan dan kurangya lembaga seperti,
penyediaan sarana dan prasarana budidaya, penyuluhan, permodalan dan
penjamin mutu menyebabkan berdampak pada penurunan kuantitas dan kualitas
produksi rumput laut.
Sebagai upaya untuk meningkatkan produksi serta pemanfaatan potensi
perairan yang ada untuk menunjang keberlanjutan pengembangan kawasan pesisir
berbasis rumput laut, maka permasalahan yang perlu dikaji adalah :
1. Berapa luas areal sesuai untuk pengembangan rumput laut di KSB?
2. Berapa daya dukung perairan untuk pengembangan rumput laut di KSB?
3. Bagaimana status keberlanjutan pengembangan rumput laut di KSB?
4. Bagaimana strategi untuk mendukung keberlanjutan pengembangan rumput
laut di KSB?

4

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.

Tujuan dari penelitian ini adalah :
Mengkaji kesesuaian perairan untuk pengembangan rumput laut di KSB.
Menganalisis daya dukung perairan yang sesuai untuk rumput laut di KSB.
Menganalisis keberlanjutan pengembangan rumput laut di KSB.
Menyusun strategi pengembangan rumput laut berkelanjutan di KSB.
Kerangka Pemikiran

Pemanfaatan dan pengembangan kawasan pesisir KSB dilakukan melalui
kegiatan budidaya rumput laut, hal ini dilakukan karena memiliki potensi untuk
dikembangkan. Kegiatan budidaya rumput laut sudah lama dilakukan, namun
tingkat produksinya masih rendah. Dalam rangka untuk mengoptimalkan
pemanfaatan dan peningkatan produksi guna mencapai pembangunan yang
berkelanjutan, aspek lingkungan, kondisi sumberdaya manusia dan kelembagaan
penting untuk diketahui. Faktor lingkungan merupakan syarat teknis dalam
menunjang keberlanjutan pengembangan kawasan pesisir untuk budidaya rumput
laut, meliputi faktor fisika, kimia dan biologi, sehingga dapat diketahui kawasan
sesuai dan besarnya daya tampung perairan untuk budidaya rumput laut.
Kesesuaian perairan merupakan acuan yang digunakan untuk menentukan posisi
pengembangan budidaya rumput laut yang akan dilakukan, sedangkan daya
dukung memberikan batasan pengembangan untuk mengatur tata letak, luas usaha
serta jumlah unit budidaya yang dikelola, hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya konflik pemanfaatan di masyarakat. Sementara itu, dari sisi
sumberdaya manusia memegang peranan penting dalam keberlanjutan budidaya
rumput laut, termasuk partisipasi dan pengetahuan masyarakat dalam penyediaan
bibit unggul, metode budidaya, penanganan pasca panen serta teknik pengolahan,
karena berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan faktor kelembagaan dalam kegiatan budidaya sangat diharapkan,
sebagai upaya pemerintah daerah dalam mendukung pengembangan budidaya
rumput laut, melalui penyediaan sarana dan prasarana budidaya, penyuluhan,
permodalan, pemasaran, penjamin mutu dan industri pengolahan hasil panen. Hal
ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas rumput laut agar
memberikan nilai tambah ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
secara berkelanjutan.
Berdasarkan Pendekatan tersebut kerangka pemikiran penelitian disajikan
pada Gambar 1.

5

Potensi areal
budidaya rumput laut

Kondisi
Lingkungan

Kondisi sumberdaya
manusia

Kelembagaan

Kesesuain dan daya
dukung perairan

Partisipasi dan
pengetahuan tentang
budidaya rumput laut

Sarana prasarana
dan pengolahan

Pengembangan
kawasan berbasis
rumput laut

Penyediaan bibit unggul,
metode budidaya,
penanganan pasca panen
serta teknik pengolahan

Penyuluh, permodalan,
pemasaran dan penjamin
mutu

Pemberdayaan dan
kesejahteraan masyarakat

Budidaya rumput laut
berkelanjutan
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Manfaat Penelitian
1.
2.
3.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
Memberikan masukan ilmu pengetahuan kepada peneliti tentang
pengembangan budidaya rumput laut yang berkelanjutan.
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat pesisir dalam mengembangkan
kegiatan budidaya rumput laut secara berkelanjutan.
Dapat memberikan informasi dan rekomendasi pada instansi terkait sebagai
pertimbangan dalam mengambil langkah kebijakan pengelolaan sumberdaya
pesisir khususnya budidaya rumput laut di kawasan perairan KSB, guna
peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan bagi pengembangan
penelitian berikutnya.

6

2 METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu bulan April sampai Juli 2014.
Lokasi penelitian berada perairan KSB meliputi tiga kecamatan yaitu Poto Tano,
Taliwang dan Jereweh dengan pertimbangan terdapat kegiatan budidaya rumput
laut. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Tahapan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam lima tahapan seperti disajikan pada Gambar
3. Secara rinci penjelasan tahapan penelitian keberlanjutan budidaya rumput laut
sebagai berikut:
1. Pengumpulan data primer dan skunder meliputi pengukuran parameter
kualitas air (biofisik perairan), wawancara, kuisioner terkait aspek ekologi,
ekonomi, sosial, kelembagaan dan teknologi langsung di lapangan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi pemerintah dan
swasta yang terkait dengan penelitian ini.
2. Menentukan kesesuaian perairan meliputi penyusunan peta dasar, penentuan
batas dan titik sampling, pembuatan matrik kesesuaian perairan, pembobotan
dan pengharkatan dan analisisi spasial mengunakan perangkat lunak Arc GIS
10.1.

7

3.

4.

5.

Menghitung daya dukung perairan meliputi penentuan kapasitas perairan
berdasarkan hasil kesesuaian perairan, luas daya dukung perairan, luas unit
budidaya dan jumlah unit budidaya rumput laut.
Menentukan status keberlanjutan meliputi penyusunan atribut dari lima
dimensi keberlanjutan (ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan dan
teknologi), pembuatan skala atribut, penyusunan indeks keberlanjutan,
analisis ordinasi, leverage (atribut sensitif yang dominan) dan monte carlo
(pengaruh galat/error) serta nilai multidimensi keberlanjutan budidaya
rumput laut.
Strategi pengembangan budidaya rumput laut berkelanjutan meliputi
penyusunan strategi berdasarkan hasil analisis atribut sensitif Rapseaweed
pada masing-masing dimensi keberlajutan.
Persiapan

Pengumpulan data
(primer & sekunder)

1

Analisis Data

2

3

Kesesuaian
Perairan

5

Daya Dukung
Perairan

4

Keberlanjutan

Strategi Pengembangan
Budidaya Rumput Laut
Berkelanjutan
Gambar 3 Tahapan penelitian
Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang dijadikan obyek penelitian adalah rumput laut jenis Eucheuma
cottonii yang dibudidayakan oleh masyarakat. Sedangkan alat yang digunakan
adalah Global Positioning System (GPS), data citra, kamera, perahu serta alat-alat
pengukur parameter kualitas air yang disajikan pada Tabel 1.

8

Tabel 1 Paramater, alat, metode dan tempat pengukuran.
No

Parameter

A. Fisika
1 Kedalaman (m)
2 Kecerahan (m)
3 Kecepatan arus
(cm/dtk)
4 Suhu (c)
B. Kimia
5 Salinitas (ppt)
6 Disolved Oxigen
(DO) (mg/l)
7 pH
C. Biologi
8 Hama Pengganggu

Alat

Metode

Meteran
Secchi disk
Curren meter

Pengukuran langsung di lapangan
Pengukuran langsung di lapangan
Pengukuran langsung di lapangan

Termometer

Pengukuran langsung di lapangan

Refraktometer
DO meter

Pengukuran langsung di lapangan
Pengukuran langsung di lapangan

pH meter

Pengukuran langsung di lapangan
Wawancara

Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode survei bertujuan untuk mengumpulkan
data dan informasi pada lokasi kajian untuk mendapatkan data aktual terkait
kegiatan budidaya rumput laut yang ada di KSB, baik pengukuran biofisik
perairan maupun tentang kondisi sosial, ekonomi, kelembagaan dan teknologi
dalam menunjang pengembangan budidaya rumput laut berkelanjutan. Metode
deskriptif merupakan metode yang digunakan untuk memberikan gambaran
sosial, ekonomi masyarakat maupun politik (Sugiyono 2005; Nazir 1988). Metode
penelitian meliputi beberapa aspek yaitu:
1. Pengukuran parameter biofisik perairan
Pengukuran dilakukan pada 13 titik pengamatan, dilakukan secara purposive
sampling dengan pertimbangan ada kegiatan budidaya rumput laut. Data
parameter biofisik seperti kedalaman, kecerahan, kecepatan arus, suhu,
salinitas DO, pH dan hama pengganggu. Pengamatan hama pengganggu
dilakukan dengan metode visual dan wawancara langsung dengan
pembudidaya.
2. Mengkaji kesesuaian perairan
Pemetaan wilayah perairan yang sesuai untuk budidaya rumput laut dilakukan
dengan perangkat lunak Arc GIS 10.1. Penyusunan meliputi peta dasar,
penentuan batas dan titik sampling, pembuatan matrik kesesuaian perairan,
pembobotan dan pengharkatan dan analisisi spasial (overlay).
3. Mengkaji daya dukung perairan
Penentuan daya dukung perairan dilakukan dengan perhitungan kapasitas
perairan, penentuan luas dan jumlah unit dalam kawasan untuk budidaya
rumput laut.
4. Menganalisis status keberlanjutan budidaya rumput laut
Penentuan status keberlanjutan dimulai dengan penyusunan atribut dari lima
dimensi keberlanjutan (ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan dan teknologi),
pembuatan skala atribut, penyusunan indeks keberlanjutan, analisis ordinasi,

9

leverage (atribut sensitif yang dominan) dan monte carlo (pengaruh
galat/error) serta nilai multidimensi keberlanjutan budidaya rumput laut.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder. Data primer
biofisik diperoleh melalui pengukuran langsung. Sedangkan sosial, ekonomi,
melalui wawancara menggunakan kuisioner kepada responden. Metode
pengambilan responden dilakukan secara purposive sampling. Responden
berjumlah 35 orang dari kalangan pelaku budidaya, dipilih terkait proses budidaya
yang dilakukan mulai dari pemeliharaan sampai pemanenan. Pihak stakeholder
termasuk pengumpul rumput laut, terkait proses pembelian dan pemasaran hasil
budidaya serta instansi pemerintah tentang bantuan sarana dan prasarana budidaya
dan peraturan daerah tentang kegiatan budidaya rumput laut. Menurut Umar
(2003) data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan oleh
peneliti sebagai obyek penulisan.
Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi pemerintah dan swasta yang
terkait dengan penelitian ini seperti: BPS, instansi terkait, lembaga penelitian,
jurnal hasil penelitian dan perguruan tinggi. Menurut Sugiyono (2005) data
sekunder adalah yang tidak langsung diperoleh, misalnya penelitian harus melalui
orang lain atau mencari melalui dokumen.
Analisis Data
Analisis data merupakan proses untuk menyederhanakan kembali data yang
sudah diperoleh untuk mudah dipahami dan diinterpretasikan secara mendalam
terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Analisis data dalam penelitian
keberlanjutan pengembangan kawasan pesisir berbasis budidaya rumput laut
meliputi analisis kesesuaian perairan, daya dukung, keberlanjutan dan
merumuskan starategi pengembangan:
Analisis Kesesuaian Perairan Budidaya Rumput Laut
Analisis kesesuaian perairan dilakukan untuk menentukan lokasi perairan
yang sesuai untuk budidaya rumput laut. Pemilihan lokasi didasarkan pada faktor
lingkungan sebagai syarat tumbuh rumput laut. Secara rinci tahapan analisis
kesesuaian sebagai berikut:
1. Penyusunan peta dasar
Penyusunan peta kawasan dilakakukan dengan Sistem Informasi Geografis
(SIG). Menurut Sirajuddin (2008) bahwa penggunaan kawasan mengacu pada
kenyataan bagaimana kawasan tersebut digunakan. Penentuan kategori
penggunaan kawasan didasarkan pada jenis penggunaan yang dominan pada
kawasan tersebut. Jenis-jenis kegiatan yang memiliki kesamaan karakteristik
digolongkan ke dalam satu kategori dan dapat diperhitungkan sebagai satu jenis
dalam dominannya.

10

2. Penentuan batas penelitian dan titik sampling/pengamatan
Penentukan batas kawasan yang dimaksud adalah jarak terjauh ke arah laut
yang memungkinkan untuk dilakukan aktifitas budidaya rumput laut. Batasan
tersebut adalah sejauh 0.5-1000 meter dari garis pantai, selanjutnya dari batasan
kawasan tersebut ditentukan titik sampling (BP3SP 2008).
Penentuan titik sampling sebanyak 13 stasiun, dilakukan secara purposive
sampling dengan menggunakan perangkat Global Positioning System (GPS).
Pertimbangan dalam penentuan titik sampling adalah lokasi eksisting budidaya
rumput laut, cakupan lokasi penelitian, waktu dan biaya.
3. Penyusunan matrik kesesuaian perairan budidaya rumput laut
Penentuan matrik kesesuaian perairan budidaya rumput laut berdasarkan
paramater lingkungan termasuk faktor biofisik perairan yang yang mendukung
untuk pertumbuhan rumput laut. Parameter lingkungan perairan merupakan faktor
pembatas dan menjadi pertimbangan utama dalam penentuan tingkat kesesuaian
lahan bagi budidaya rumput laut. Berikut ini adalah matrik kesesuaian perairan
untuk budidaya rumput laut disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2 Matriks kesesuaian perairan untuk metode long line
No.

Kelas Kesesuaian (Skor)
S2 (2)
N(1)
11–20
20

Kriteria

Bobot

1

Kedalaman Perairan(m)

15

S1 (3)
5–10

2

Kecerahan (m)
Kecepatan Arus
(cm/dtk)
Suhu 0C
Salinitas (ppt)
pH
DO (mg/l)

25

>3

1–3

6

24–32–33
26–34–36
7,0–8,5–8,7
4–6

33
36
8,7
10 % Gagal Panen);
(1) Rendah (10 % - Gagal Panen);
(1) Rendah ( 1)
Mengacu pada perhitungan B/C:
(0) Tidak Layak (B/C < 1);
(1) Impas (B/C = 1);
(2) Layak (B/C > 1)
Mengacu pada ketersediaan pasar rumput
laut:
(0) Pasar Lokal;
(1) Pasar Nasional;
(2) Pasar Internasional (Ekspor)
Mengacu pada ketersediaan modal
pembudidaya:
(0) Pinjaman Middleman (Rentenir);
(1) Bantuan Pemerintah;
(2) Modal Sendiri

16

5. Kontribusi Usaha
Budidaya Terhadap
Pendapatan Keluarga

0; 1; 2

2

0

6. Harga Rumput Laut

0; 1; 2

2

0

Dimensi dan Atribut

Sosial

Mengacu pada Kasyono (1992):
(0) Rendah (75%)
Mengacu pada harga rumput laut selama 5
tahun:
(0) Cenderung Menurun;
(1) Relatif Stabil;
(2) Cenderung Meningkat

Skor

Baik

Buruk

Acuan Pemberian Skor

1. Tingkat Pendidikan

0; 1; 2

2

0

2. Partisipasi Keluarga
dalam Usaha Budidaya
Rumput Laut

0; 1; 2

2

0

3. Pengetahuan Masyarakat
Tentang Budidaya
Rumput Laut

0; 1; 2

2

0

4. Sosialisasi Pekerjaan

0; 1; 2

2

0

5. Alternatif Usaha Lain
Selain Budidaya Rumput
Laut

0; 1; 2

2

0

6. Usia Kepala Keluarga
Pembudidaya Rumput
Laut

0; 1; 2

2

0

Mengacu pada tingkat pendidikan
pembudidaya rumput laut:
(0) Rendah (tidak tamat SD)
(1) Sedang (tamat SMP)
(2) Tinggi (tamat SMA & PT)
Mengacu pada peran serta keluarga dalam
kegiatan budidaya rumput laut:
(0) Tidak Ada;
(1) 1-3 anggota keluarga;
(2) > 3 anggota keluarga
Mengacu pada penerapan teknik budidaya
rumput laut:
(0) Rendah;
(1) Sedang;
(2) Tinggi
(0) Individu
(1) Kerjasama Keluarga
(2) Kerjasama Kelompok
Mengacu pada ketersedian pekerjaan
lain/sampingan:
(0) Tidak ada;
(1) Ada (1 usaha lain);
(2) Banyak (> 1 usaha lain);
Mengacu pada struktur umur penduduk
bekerja berdasarkan KSB Dalam Angka:
(0) Belum Produktif (< 15 tahun);
(1) Kurang Produktif (> 65 tahun);
(2) Produktif (16-65 tahun)

Kelembagaan

Dimensi dan Atribut

Skor

Baik

Buruk

Acuan Pemberian Skor

1. Kelembagaan Permodalan

0; 1; 2

2

0

2. Kelembagaan Penyuluhan

0; 1; 2

2

0

3. Ketersediaan Perda
Tentang Budidaya
Rumput Laut
4. Dukungan Politik dan
Komitmen Pemerintah
Daerah
5. Kelembagaan Kelompok
Pembudidaya

0; 1; 2

2

0

0; 1; 2

2

0

0; 1; 2

2

0

6. Kelembagaan Penjamin

0; 1; 2

2

0

(0) Tidak ada;
(1) Ada tapi kurang efektif (