Analisis kebijakan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan di kawasan pesisir barat kabupaten Serang Provinsi Banten

(1)

6 ANALISIS PEMODELAN PENGEMBANGAN PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

6.1 Analisis Input-Output 6.1.1 Analisis Keterkaitan

Keterkaitan aktivitas antar sektor dapat dianalisis dari tabel input-output, analisis keterkaitan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh suatu sektor pariwisata terhadap sektor industri, sektor jasa, sektor perdagangan, sektor pertanian dan sektor lainnya dalam sistem perekonomian. Dengan demikian dapat diukur tingkat ketergantungan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian serta sejauh mana pertumbuhan suatu sektor dipengaruhi oleh sektor-sektor lainnya.

Analisis keunggulan kompetitif menggunakan Input-Output memberikan gambaran tentang hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antar satu sektor dalam perekonomian suatu wilayah secara menyeluruh pada satu tahun tertentu. Dasar penyusunan tabel dalam penelitian ini adalah Tabel Input-Output Kabupaten Serang, Banten 2006 Updating yang terdiri atas 9 sektor yang dikeluarkan oleh BPS yang di dikelompokan menjadi 5 sektor, hasil analisis input-output disajikan selengkapnya pada Lampiran 13.

Selanjutnya dengan menggunakan tabel hasil analisis input-output dapat dilakukan beberapa analisis yang berkaitan dengan tujuan penelitian antara lain: (1) keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkages) dan keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkages), (2) pengganda pendapatan (income multiplier) dan pengganda tenaga kerja (employment multiplier), pengganda ekologi/lingkungan (air bersih) dan (3) Kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran.

1) Keterkaitan Langsung ke Depan dan ke Belakang

Keterkaitan langsung ke depan (KLD) menunjukan akibat suatu sektor tertentu terhadap sektor industri, sektor jasa, sektor perdagangan, sektor pariwisata dan sektor pertanian yang menggunakan sebagian output tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan langsung ke belakang (KLB) menunjukan akibat dari suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang


(2)

menyediakan input antara bagi sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Pengaruh peningkatan suatu sektor akan terlihat pada sektor-sektor yang mensuplai atau menyediakan bahan baku sebagai inputnya. Seberapa besar dampaknya terhadap sektor-sektor yang mensuplai disebut sebagai keterkaitan ke belakang. Koefisien keterkaitan ke belakang baik langsung maupun tidak langsung dari sektor kegiatan di Kabupaten Serang, Provinsi Banten dapat dilihat pada Tabel 30.

Berdasarkan hasil analisis dapat diartikan bahwa koefisien keterkaitan langsung ke belakang sektor pariwisata adalah 0,3633 angka ini menunjukan bahwa dengan adanya kenaikan satu unit output pada sektor pariwisata membutuhkan output sektor lain sebesar 0,3633 unit, atau dengan kata lain output tersebut akan digunakan oleh sektor pariwisata sebagai input dalam proses pengembangannya

Selanjutnya hasil analisis keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang terlihat bahwa sektor yang memiliki nilai KLD yang tergolong tinggi adalah jasa, perdagangan, dan industri. Tingginya nilai KLD menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut berperan penting terhadap sektor-sektor-sektor-sektor lain yang menggunakan output-nya secara langsung dalam perekonomian Kabupaten Serang. Berdasarkan nilai koefisien input setiap sektor, diketahui bahwa sektor yang paling banyak menggunakan output dari sektor pariwisata adalah jasa (0,6035), perdagangan (0,3071), industri (0,2784), pariwisata (0,1834), dan pertanian ( 0,0224).

Sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang (KLB) yang tergolong tinggi berturut-turut adalah sektor pertanian, pariwisata, perdagangan, jasa dan industri. Tingginya nilai KLB menunjukan bahwa tingginya pengaruh sektor tersebut terhadap sektor-sektor yang menyediakan input, baginya secara langsung dalam perekonomian Kabupaten Serang. Sektor yang paling banyak menyediakan input bagi sektor pariwisata adalah sektor pertanian sebesar (0,4468), sektor pariwisata (0,3633), sektor perdagangan (0,2317), sektor jasa (0,2138) dan sektor industri sebesar (0,1392), selanjutnya disajikan selengkapnya pada Tabel 30 sebagai berikut:


(3)

Tabel 30 Keterkaitan Langsung ke Depan Dan ke Belakang Masing-masing Sektor di Kabupaten Serang

Sumber: Hasil analisis, 2006

Nilai koefisien input dari masing-masing sektor dapat digunakan untuk mengetahui keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung ke belakang dari masing-masing sektor. Keterkaitan langsung ke depan mengindikasikan dampak dari suatu sektor terhadap sektor lainnya yang menggunakan output sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan langsung ke belakang mengindikasikan akibat dari suatu output terhadap sektor-sektor lainnya yang menyediakan input bagi sektor-sektor tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total. Keterkaitan langsung ke depan yang paling tinggi sektor jasa dan ke belakang sektor pertanian merupakan keterkaitan yang saling mempengaruhi antar sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainya. Hasil analisis koefisien keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang selengkapnya disajikan pada Tabel 31 sebagai berikut:

Tabel 31 Koefisien Keterkaitan Langsung ke Depan dan ke Belakang masing- masing sektor di Kabupaten Serang

Kode

Sektor 1 2 3 4 5

1 0,074978851 0,040603388 0,010360054 4,50406E-05 0,152368843 2 0,018933045 0,105243862 0,026002400 0,290546434 0,162772358 3 0,020113004 0,045334739 0,097471332 0,063205531 0,080943454 4 0,024718451 0,020242462 0,095103421 0,005916441 0,037380662 5 0,000445593 0,002327342 0,002768434 0,003581630 0,013296669

Sumber: Hasil Analisis 2006

Keterangan: (1) Industri, (2) Jasa, (3) Perdagangan, (4) Pariwisata, (5) Pertanian Sektor

Keterkaitan

Ke Depan Ke Belakang Industri 0,278356177 0,139188944 Jasa 0,603498098 0,213751792 Perdagangan 0,307068059 0,231705641 Pariwisata 0,183361437 0,363295077 Pertanian 0,022419669 0,446761986


(4)

6.1.2 Daya penyebaran

Daya penyebaran (power of dispersion) merupakan ukuran tentang pengaruh relatif dari peningkatan output suatu sektor terhadap perkembangan semua sektor lainnya, baik melalui keterkaitan input (pasar input yang disebut koefisien penyebaran) maupun melalui keterkaitan output (pasar output yang disebut sebagai kepekaan penyebaran). Koefisien penyebaran menunjukan pengaruh suatu sektor terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah, sedangkan kepekaan penyebaran menggambarkan kepekaan sektor dalam menerima pengaruh pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya secara rinci bahwa sektor yang memiliki nilai kepekaan penyebaran yang tergolong tinggi adalah jasa (1,3072), perdagangan (1,0336), industri (0,9875), pariwisata (0,9175) dan pertanian (0,7543). Tingginya nilai kepekaan penyebaran menunjukan bahwa sektor-sektor tersebut sangat peka dalam menerima pengaruh pertumbuhan ekonomi dalam perekonomian wilayah Kabupaten Serang, Banten.

Sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran yang tergolong tinggi berturut-turut adalah pertanian (1,1528), pariwisata (1,0786), perdagangan (0,9681), jasa (0,9367) dan industri (0,8638). Tingginya nilai koefisien penyebaran ini menunjukan besarnya pengaruh sektor tersebut dalam perekonomian wilayah Kabupaten Serang, Banten. Pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian karena menyangkut aktivitas masyarakat luas di pedesaan, secara rinci kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran disajikan pada Tabel 32 sebagai berikut:

Tabel 32 Kepekaan Penyebaran dan Koefisien Kepekaan Masing- masing Sektor di Kabupaten Serang

Sumber: Hasil Analisis, 2006 Keterangan: (P) Peringkat.

Sektor Kepekaan Penyebaran

P Koefisien Penyebaran

P

Industri 0,9875 3 0,8638 5

Jasa 1,3072 1 0,9367 4

Perdagangan 1,0336 2 0,9681 3

Pariwisata 0,9175 4 1,0786 2


(5)

Hasil analisis Input-Output pada sektor pariwisata cukup relevan dengan kondisi perekonomian wilayah Kabupaten Serang, Provinsi Banten yakni sektor pariwisata mengalami fluktuasi perkembangan. Total nilai input pariwisata meningkat sebesar 0,18% pada tahun 2006 demikian juga nilai investasinya meningkat sebesar 0,5% (BPS Banten, 2007), sedangkan nilai output pariwisata Kabupaten Serang, Provinsi Banten mengalami penurunan sebesar 0,36% pada tahun 2006 (BPS Banten, 2007). Sektor yang memiliki nilai kepekaan penyebaran yang lebih besar dari satu adalah jasa, perdagangan dan koefisien penyebaran adalah pertanian dan pariwisata. Hal tersebut menunjukan bahwa jasa dan perdagangan merupakan sektor kunci dalam perekonomian Kabupaten Serang.

Koefisien penyebaran pariwisata (1,0786) lebih besar dari kepekaan penyebaran (0,9175), dengan demikian sektor pariwisata lebih kuat dipengaruhi oleh sektor-sektor penyedia output daripada pengguna input yang bersangkutan. Dengan kata lain sektor pariwisata lebih besar dipengaruhi oleh sektor-sektor lain dari pada mempengaruhi sektor itu sendiri. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa sektor pariwisata dan sektor pertanian termasuk pada kondisi kurang berkembang. Agar kedua sektor tersebut lebih berperan maka perlu dilakukan berbagai kebijakan yang dapat mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi, dengan demikian sektor pariwisata dapat mencapai kategori sektor andalan.

Gambar 16 memberikan ilustrasi pengelompokkan sektor ekonomi di Kabupaten Serang, Provinsi Banten berdasarkan kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran sebagai berikut:


(6)

Gambar 16 Pengelompokan Sektor Ekonomi di Kabupaten Serang berdasarkan Daya Penyebaran dan Koefisien Penyebaran

Keterangan (Sd1) Sektor Industri, (Sd2) Sektor Jasa, (Sd3) Sektor Perdagangan, (Sd4) Sektor Pariwisata, (Sd5) Sektor Pertanian

Berdasarkan analisis keterkaitan kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran sebagaimana terlihat pada Gambar 16 sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Serang, Banten dapat dikelompokkan ke dalam 4 kelompok sebagai berikut:

Kelompok I : adalah sektor-sektor yang mempunyai kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran tinggi disebut sebagai sektor Andalan, artinya sektor-sektor tersebut mempunyai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran lebih besar dari rata-rata semua sektor, sehingga sektor ini mempunyai peranan yang sangat menentukan terhadap perekonomian wilayah. Dari hasil analisis tersebut tidak terdapat sektor ekonomi yang dianggap sebagai sektor andalan.

Kelompok II : adalah sektor-sektor yang mempunyai kepekaan penyebaran tinggi dan koefisien penyebaran rendah disebut sebagai sektor Potensial, artinya sektor-sektor tersebut mempunyai koefisien penyebaran yang lebih kecil dari rata-rata semua sektor, tetapi mempunyai kepekaan penyebaran yang lebih besar dari rata-rata semua sektor. Sektor ekonomi yang


(7)

termasuk kelompok II adalah sektor jasa (Sd2), dan sektor perdagangan (Sd3) dan sektor industri (Sd1).

KelompokIII : adalah sektor-sektor yang mempunyai kepekaan penyebaran rendah dan koefisien penyebaran rendah disebut sebagai sektor Jenuh, artinya sektor-sektor tersebut mempunyai koefisien penyebaran yang lebih besar dari rata-rata semua sektor, tetapi kepekaan penyebaran lebih kecil dari rata-rata semua sektor. Dari hasil analisis tersebut tidak terdapat sektor ekonomi yang dianggap sebagai sektor jenuh.

Kelompok IV : adalah sektor-sektor yang mempunyai kepekaan penyebaran rendah dan koefisien penyebaran yang tinggi disebut sebagai sektor Kurang Berkembang, artinya sektor-sektor tersebut mempunyai koefisien penyebaran yang lebih besar dari satu sehingga memiliki dampak ekonomi yang besar namun memiliki kepekaan penyebaran yang kurang dari satu. Sektor-sektor yang termasuk kelompok ini adalah sektor pariwisata (Sd4) dan sektor pertanian (Sd5), sehingga sektor-sektor tersebut memiliki peluang yang besar untuk menjadi sektor andalan apabila dilakukan intervensi kebijakan yang tepat.

6.1.3 Dampak Pengganda

Dampak pengganda adalah dampak yang terjadi secara langsung terhadap berbagai kegiatan ekonomi wilayah sebagai akibat adanya perubahan pada variabel eksogen perekonomian wilayah tersebut. Dampak pengganda yang dianalisis dalam penelitian ini adalah dampak pengganda pendapatan dan pengganda tenaga kerja.

Perhitungan koefisien pengganda pendapatan bertujuan untuk mengetahui pengaruh kenaikan permintaan akhir suatu sektor dalam sistem perekonomian terhadap peningkatan pendapatan tenaga kerja yang bekerja di sektor tersebut. Semakin besar nilai pengganda pendapatan suatu sektor semakin besar pula peningkatan pendapatan masyarakat yang diperoleh dari sektor tersebut akibat kenaikan permintaan akhir.

Pengganda Pendapatan Tipe I (PP I) merupakan nilai koefisien PP I menunjukkan perubahan pendapatan akibat peningkatan nilai output seluruh sektor. Tabel 33 menunjukkan bahwa sektor yang memiliki nilai koefisien PP I


(8)

yang tergolong tinggi adalah pariwisata (1,10641E-06), perdagangan (7,68591E-07), pertanian (4,17628E-(7,68591E-07), jasa (4,00013E-(7,68591E-07), industri (1,38257E-07). Tingginya nilai koefisien PP I tersebut menunjukkan bahwa sektor pariwisata dapat diandalkan dalam peningkatan pendapatan masyarakat. Dalam rangka mendukung sektor pariwisata untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, maka sektor lain yang perlu dikembangkan adalah sektor-sektor perdagangan dan pertanian. Hasil analisis pengganda pendapatan tipe I disajikan secara rinci pada Tabel 33 sebagai berikut:

Tabel 33 Pengganda Pendapatan Tipe I per Sektor di Kabupaten Serang

Kode Sektor (PP I) P

1 Industri 1,38257E-07 5

2 Jasa 4,00013E-07 4

3 Perdagangan 7,68591E-07 2

4 Pariwisata 1,10641E-06 1

5 Pertanian 4,17628E-07 3

Sumber: Hasil Analisis 2006 Keterangan: P : Peringkat

PP I : Pengganda Pendapatan Tipe I

Pengganda tenaga kerja (employment multiplier) adalah besarnya kesempatan kerja yang tersedia pada sektor tersebut sebagai akibat penambahan permintaan akhir dari sektor yang bersangkutan sebesar satu satuan rupiah. Hasil perhitungan pengganda tenaga kerja adalah untuk mengetahui pengaruh langsung setiap unit permintaan akhir suatu sektor terhadap kesempatan kerja yang diciptakan output sektor bersangkutan. Mekanisme pengganda tenaga kerja sama halnya dengan mekanisme yang terjadi pada pengganda pendapatan.

Nilai koefisien Pengganda Tenaga Kerja Tipe I (PTK I) menunjukan perubahan langsung jumlah tenaga kerja akibat peningkatan nilai output seluruh sektor, dan pengaruh terhadap pendorong perubahan jumlah tenaga kerja. Tabel 36 menunjukan bahwa sektor yang memiliki nilai koefisien PTK I yang tinggi berturut-turut adalah pariwisata sebesar (9,3635), pertanian sebesar (5,0036), perdagangan sebesar (1,3467), jasa sebesar (1,2079) dan industri sebesar (1,1289).

Tingginya nilai koefisien PTK I untuk pariwisata tersebut menunjukan bahwa sektor-sektor tersebut dapat diandalkan dalam peningkatan penyerapan


(9)

tenaga kerja atau kesempatan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa untuk memperluas kesempatan kerja di Kabupaten Serang, maka prioritas sektor yang perlu dikembangkan adalah sektor-sektor pariwisata dan pertanian. Selanjutnya hasil analisis pengganda tenaga kerja tipe I secara rinci disajikan pada Tabel 34 sebagai berikut:

Tabel 34 Pengganda Tenaga Kerja Tipe I per Sektor di Kabupaten Serang, Provinsi Banten

Kode Sektor (PTK I) P

1 Industri 1.128924425 5

2 Jasa 1.207984243 4

3 Perdagangan 1.346713744 3

4 Pariwisata 9.363540799 1

5 Pertanian 5.003596355 2

Sumber: Hasil Analisis 2006

Keterangan: P : Peringkat, PTK I : Pengganda Tenaga Kerja Tipe I

6.1.4 Pengganda Input- Output Lingkungan

Dasar perhitungan pengganda lingkungan yang di analisis adalah air bersih yang digunakan untuk berbagai sektor (PAB I), pendekatan input-output lingkungan ini hampir mirip perhitungan pengganda tenaga kerja.

Pengganda lingkungan ini mengukur perubahan kebutuhan air bersih (liter/tahun) oleh semua sektor yang disebabkan oleh peningkatan output atau permintaan akhir suatu sektor sebesar satu satuan (dalam juta rupiah). Tabel 35 menunjukkan bahwa sektor industri memiliki nilai pengganda air bersih yang tertinggi yakni jasa (299,56), industri (250,00) dan selanjutnya diikuti oleh sektor, perdagangan (15,99), pertanian (97,77), pariwisata (24,94). Selanjutnya hasil analisis pengganda kebutuhan air bersih secara lengkap disajikan pada Tabel 35 sebagai berikut:

Tabel 35 Pengganda Air Bersih Tipe I per Sektor di Kabupaten Serang Kode Sektor (PAB I) P

1 Industri 250,0000000 2

2 Jasa 299, 5698360 1

3 Perdagangan 159, 9877153 3

4 Pariwisata 24,94441092 5

5 Pertanian 97,76996475 4

Sumber: Hasil Analisis 2006


(10)

Ditinjau dari aspek lingkungan (kebutuhan air bersih) maka jumlah kebutuhan aktivitas pariwisata relatif kecil dibanding industri, pertanian maupun jasa dan perdagangan.

6.1.5 Implikasi Kebijakan dari Analisis Input-Output

Hasil analisis Input-Output menunjukan bahwa berbagai potensi keunggulan sektor-sektor yang perlu mendapat perhatian dalam menyusun kebijakan adalah: (1) sektor yang memiliki nilai KLD tinggi berturut-turut adalah jasa, perdagangan, industri, pariwisata dan pertanian. Sektor yang memiliki nilai KLB tinggi berturut-turut adalah pertanian, pariwisata, perdagangan, jasa dan industri. (2) sektor yang memiliki nilai kepekaan penyebaran tinggi secara berurutan adalah jasa, perdagangan, industri, pariwisata dan pertanian. Sektor yang memiliki nilai koefisien penyebaran tinggi berturut-turut adalah pertanian, pariwisata, perdagangan, jasa dan industri. Sektor Kunci dalam perekonomian wilayah Kabupaten Serang yakni memiliki nilai kepekaan penyebaran dan koefisien penyebaran yang lebih besar dari 1 adalah jasa dan perdagangan serta pertanian dan pariwisata (3) sektor yang memiliki nilai koefisien pengganda pendapatan tipe I tinggi secara berturut-turut adalah pariwisata, perdagangan, pertanian, jasa, industri, (4) Sektor yang memiliki nilai koefisien pengganda tenaga kerja tipe I tinggi secara berturut-turut adalah pariwisata, pertanian, perdagangan, jasa dan industri. (5) sektor yang memiliki nilai kebutuhan air bersih tinggi berturut-turut adalah jasa, industri, perdagangan, pertanian dan pariwisata. Hal tersebut menunjukan bahwa sektor pariwisata dan pertanian dapat diandalkan dalam peningkatan pendapatan dan penyerapan lapangan kerja serta relatif ramah lingkungan.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat dirumuskan kebijakan pengembangan pariwisata serta keterkaitannya dengan sektor ekonomi lainnya di Kabupaten Serang sebagai berikut:

1. Kebijakan pengembangan sektor pariwisata memberikan dampak yang besar pada pendapatan masyarakat, penyerapan lapangan kerja dan relatif lebih ramah lingkungan karena kebutuhan air yang lebih sedikit. Sektor-sektor


(11)

ekonomi yang mendukung pengembangan pariwisata adalah sektor perdagangan, jasa dan pertanian.

2. Kebijakan mendorong sektor jasa, perdagangan dan industri memberikan dampak kepada peningkatan output yang relatif lebih besar dibanding sektor lainnya karena memiliki keterkaitan ke depan maupun ke belakang yang relatif lebih tinggi.

3. Kebijakan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi relatif lebih besar di arahkan pada sektor jasa, perdagangan, pariwisata dan pertanian. Peningkatan tersebut dapat dilakukan melalui berbagai kebijakan diantaranya adalah meningkatkan investasi, peningkatan pengeluaran pemerintah maupun efisiensi dalam program-program pembangunan.

6.2 Analisis Pemodelan Dinamik

Sistem dinamik dapat memberikan suatu pemahaman dan gambaran bagaimana suatu sumberdaya harus dikelola secara benar agar tercipta keseimbangan ekosistem di masa depan. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan skenario dengan menggunakan model simulasi dinamik dalam rentang waktu 20 tahun (2005-2025). Simulasi dilakukan berdasarkan asumsi bahwa kecenderungan sistem saat ini akan terus berlanjut di masa yang akan datang dan selanjutnya dilakukan beberapa skenario sebagai berikut:

6.2.1 Perilaku Dasar (Model Eksisting)

Skenario ini disebut skenario dasar atau model eksisting, menggambarkan dinamika pengembangan pariwisata pesisir di kawasan barat Kabupaten Serang, Banten khususnya Kecamatan Anyer dan Kecamatan Cinangka seandainya kondisi-kondisi awal pada kurun waktu tahun 2002-2004 terus berlanjut sampai tahun 2025.

Kunjungan wisatawan untuk wisata dengan kategori rekreasi dan kunjungan wisatawan yang menginap hanya meningkat pada tahun-tahun awal kemudian pada tahun kelima (2010) mulai tejadi penurunan. Rasio daya dukung atau DCR (Demand Capacity Ratio) juga terjadi penurunan pada tahun yang sama (2010) hingga kurun waktu 20 tahun ke depan. Perilaku pertumbuhan pariwisata,


(12)

12:26 PM Mon, Feb 15, 2010 MODEL EKSISTING FEB 2010

Page 1

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

Time 1: 1: 1: 2: 2: 2: 3: 3: 3: 4: 4: 4: 5: 5: 5: 0 3500000 7000000 0 1 2 1 4 7 0 5000000 10000000 50000 450000 850000

1: PDRB Prwst 2: DCR 3: PDRB Perkapita 4: Inv Prwst 5: Tenaga Kerja

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5

dan pendapatan perkapita, investasi pariwisata dan tenaga kerja mencerminkan penurunan yang sangat tajam, dan pada akhir tahun simulasi 2025 stagnan. Dengan asumsi bahwa pariwisata di kawasan Kabupaten Serang, dari tahun 2002 tidak mengalami perubahan yang signifikan akibat rendahnya kunjungan wisata baik domestik maupun mancanegara.

Pertumbuhan pariwisata mulai menunjukkan peningkatan pada tahun ke tujuh (7) kemudian menurun perlahan-lahan sampai akhir tahun simulasi hingga konstan. Pertumbuhan PDRB pariwisata pada tahun ke 20 yakni Rp. 4.262,587 (milyar), DCR terjadi penurunan yang diakibatkan oleh adanya trend kunjungan wisata. PDRB pariwisata perkapita sebesar Rp. 441.000, investasi pariwisata sebesar Rp. 5,308 (milyar) dan penyerapan tenaga kerja sebesar 64.110 orang, sampai akhir kurun simulasi tahun ke 2025, seperti terlihat pada Gambar 17 sebagai berikut:

Gambar 17 Perilaku Model Eksisting

Dari model eksisting terlihat bahwa tanpa intervensi kebijakan maka sektor pariwisata kurang berkembang, sehingga agar faktor pariwisata dapat lebih berperan perlu dilakukan berbagai kebijakan diantaranya peningkatan bangkitan hari puncak kunjungan inap, peningkatan laju pengeluaran pemerintah, peningkatan laju pertumbuhan investasi dan laju pertumbuhan produktivitas tenaga kerja.


(13)

8:14 AM Tue, Feb 16, 2010 MODEL HPKI FEB 2010

Page 1

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

Time 1: 1: 1: 2: 2: 2: 3: 3: 3: 4: 4: 4: 5: 5: 5: 0 10000000 20000000 1 1 2 0 10 20 0 4500000 9000000 700000 800000 900000

1: PDRB Prwst 2: DCR 3: PDRB Perkapita 4: Inv Prwst 5: Tenaga Kerja

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4

4 4 4

5

5

5

5 6.2.2 Perilaku Model Eksisting dengan Skenario 1

Skenario 1 adalah model eksisting yang diikuti dengan kebijakan meningkatkan Bangkitan Hari Puncak Kunjungan Inap (BHPKI) yaitu mengarahkan pariwisata yang ada ke arah pariwisata yang berkelanjutan. Kebijakan ini dilakukan dengan cara mengubah beberapa komponen yang berhubungan dengan industri pariwisata seperti: (1) menggeser DCR dari 1-2% dengan asumsi bahwa dengan mengembangkan kawasan wisata dan fasilitas wisata (seperti bertambahnya hotel bertingkat) maka jumlah wisatawan dapat ditingkatkan. (2) mengubah laju produktivitas tenaga kerja dari 5% menjadi 7% per tahun, dengan asumsi industri pariwisata memiliki kinerja produktivitas tenaga kerjanya lebih tinggi dibanding pada kondisi awal/eksisting. Gambar 18 memperlihatkan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan kunjungan wisatawan yang diikuti oleh peningkatan PDRB pariwisata, investasi pariwisata, PDRB pariwisata per kapita serta rasio daya dukung (DCR) yang masih memenuhi syarat keberlanjutan peningkatan.

Selanjutnya pada tahun ke 20 (2025) (akhir tahun simulasi) DCR mencapai kisaran 1,63% dengan asumsi bahwa rasio daya dukung kawasan tetap dipertahankan sesuai dengan kapasitas yang ditetapkan sehingga tidak terjadi kerusakan wilayah pesisir. PDRB pariwisata perkapita meningkat menjadi Rp 13,4 juta per tahun, investasi pariwisata juga terjadi peningkatan menjadi Rp. 7.897 milyar dan PDRB pariwisata sebesar Rp.15.407 milyar. Lebih lanjut diikuti dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja mencapai sebesar 868.799 orang/tahun (2025), perubahan perilaku model tersebut disajikan pada Gambar 18 sebagai berikut:

Gambar 18 Perubahan Perilaku Model Eksisting Dilakukan Kebijakan Bangkitan Hari Puncak Kunjungan Menginap Terhadap Tenaga Kerja. Yang Dikehendaki


(14)

6.2.3 Perilaku Model Skenario 2

Skenario 2 adalah model dasar dan skenario 1 yang diikuti kebijakan peningkatan laju pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan diperkuat dengan laju pertumbuhan investasi. Kebijakan meningkatkan laju investasi pada tingkat nilai rata-rata laju pertumbuhan investasi sektor industri adalah sebesar 7,8% (diperoleh berdasarkan data historis statistik Kabupaten Serang) dilakukan pada simulasi skenario 2 serta diperkuat dengan laju pertumbuhan investasi sektor jasa yang ditingkatkan menjadi 10% per tahun.

Simulasi tersebut memperlihatkan bahwa parameter bangkitan hari puncak kunjungan inap wisata berdampak secara signifikan terhadap pendapatan per kapita, investasi dan DCR yang meningkat dari tahun ke dua hingga akhir tahun simulasi (tahun ke 20) terhadap tenaga kerja yakni dari 64.110 orang menjadi 870.780 orang per tahun pada tahun 2025 (tahun akhir simulasi). Setelah dilakukannya kebijakan pengeluaran pemerintah dan investasi maka PDRB per kapita menjadi Rp. 25,9 juta pertahun hingga akhir kurun waktu simulasi atau 20 tahun kedepan.

Dengan dilakukannya kebijakan peningkatan laju pertumbuhan pengeluaran pemerintah pada tahun ke 2, PDRB pariwisata meningkat dari Rp. 370.303 milyar menjadi Rp. 1.524,052 milyar dan pada akhir kurun waktu simulasi sebesar Rp. 30.889 milyar, DCR berkisar dari 1-1,60%, PDRB pariwisata per kapita menjadi Rp. 25,9 juta sedangkan investasi pariwisata meningkat dari Rp. 7.897 milyar menjadi Rp. 16.760 milyar pada tahun ke 20 (2025) serta terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja dari 767.612 orang menjadi 870.780 orang pada akhir tahun simulasi. Secara keseluruhan dari lima parameter penting dalam pengembangan pariwisata mengalami peningkatan yang signifikan, seperti disajikan pada Gambar 19.


(15)

12:44 PM Mon, Feb 15, 2010 MOOEL PERT'AN PENGELUARAN PEMERINTAH FEB 2010

Page 1

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

Time 1: 1: 1: 2: 2: 2: 3: 3: 3: 4: 4: 4: 5: 5: 5: 0 20000000 40000000 1 1 2 0 15 30 0 10000000 20000000 700000 800000 900000

1: PDRB Prwst 2: DCR 3: PDRB Perkapita 4: Inv Prwst 5: Tenaga Kerja

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5

12:45 PM Mon, Feb 15, 2010 MODEL PERT'AN INVESTASI SEKTOR PRWST FEB 2010

Page 1

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

Time 1: 1: 1: 2: 2: 2: 3: 3: 3: 4: 4: 4: 5: 5: 5: 0 10000000 20000000 1 1 2 0 10 20 0 10000000 20000000 700000 800000 900000

1: PDRB Prwst 2: DCR 3: PDRB Perkapita 4: Inv Prwst 5: Tenaga Kerja

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5

Gambar 19 Perubahan Perilaku Model Laju Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pariwisata

Dampak kebijakan peningkatan laju pertumbuhan investasi pada wilayah Kabupaten Serang, berdampak pada terjadinya kenaikan perekonomian yang signifikan, dengan peningkatan laju pertumbuhan investasi maka DCR pada tahun 20 menjadi 1,59% dan investasi pariwisata terjadi peningkatan Rp.17.712 milyar sedangkan penyerapan tenaga kerja sebesar 870.780 orang (2025), secara rinci dapat dilihat pada Gambar 20 sebagai berikut:

Gambar 20 Perubahan Perilaku Model Laju Pertumbuhan Investasi Terhadap Pariwisata


(16)

1:15 PM Mon, Feb 15, 2010 MODEL LJ PERTUMH RODV TK YDKH FEB 2010

Page 1

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

Time 1: 1: 1: 2: 2: 2: 3: 3: 3: 4: 4: 4: 5: 5: 5: 0 10000000 20000000 1 1 2 0 10 20 0 10000000 20000000 700000 800000 900000

1: PDRB Prwst 2: DCR 3: PDRB Perkapita 4: Inv Prwst 5: Tenaga Kerja

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5

6.2.4 Perilaku Model Skenario 3

Skenario 3 adalah kebijakan skenario dasar dan skenario 1, skenario 2 dan dilakukan peningkatan kebijakan laju pertumbuhan produktivitas tenaga kerja. Hasil simulasi menunjukan perilaku yang relatif sama dengan kebijakan peningkatan laju pertumbuhan investasi pariwisata yakni PDRB pariwisata sebesar Rp. 13.416 milyar, DCR berkisar dari 1,00-1,59%, PDRB pariwisata per kapita berkisar Rp.12,23 juta serta investasi pariwisata dan penyerapan tenaga kerja relatif sama. Namun demikian terjadi percepatan peningkatan tenaga kerja pada tahun ke 10 dari 833.368 hingga 870.780 orang sampai akhir kurun waktu simulasi pada tahun ke 20 (tahun 2025), perilaku kebijakan skenario 3 selengkapnya disajikan pada Gambar 21 sebagai berikut:

Gambar 21 Perubahan Perilaku Model Laju Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Terhadap Pariwisata

6.2.5 Perilaku Model Skenario Gabungan

Perubahan perilaku model skenario gabungan (skenario dasar dengan skenario 1, 2, dan 3, terdiri dari parameter ekologi, ekonomi dan sosial). Kebijakan tersebut meliputi peningkatan bangkitan kunjungan wisata, laju pengeluaran pemerintah dan peningkatan laju investasi serta diikuti dengan meningkatnya produktivitas tenaga kerja. Dampak dari kebijakan dengan skenario gabungan yakni ekologi, ekonomi dan sosial berdampak positif pada jumlah wisatawan yang berkunjung sampai pada kapasitas kawasan secara optimal yakni meningkat dari 8% sampai 15% per tahun. Hal ini mencerminkan terjadinya kenaikan yang sangat signifikan dari tahun pertama sampai akhir kurun waktu


(17)

1:16 PM Mon, Feb 15, 2010 MODEL GABUNGAN (EKO,EKON ,SOS) FEB 2010

Page 1

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

Time 1: 1: 1: 2: 2: 2: 3: 3: 3: 4: 4: 4: 5: 5: 5: 0 10000000 20000000 1 1 2 0 10 20 0 10000000 20000000 700000 800000 900000

1: PDRB Prwst 2: DCR 3: PDRB Perkapita 4: Inv Prwst 5: Tenaga Kerja

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5

simulasi tahun 2025 serta memperlihatkan bahwa pengembangan wisata secara optimal tercapai pada tingkat kunjungan wisata tersebut.

Berdasarkan hasil simulasi skenario gabungan (ekologi, ekonomi dan sosial) tersebut pada akhir tahun ke 20 terjadi peningkatan investasi pariwisata yang signifikan Rp. 3.477 milyar serta meningkatnya PDRB pariwisata Rp. 277.442 milyar. DCR meningkat sampai 3% yang berarti tidak melebihi 4% karena apabila melebihi nilai 4% maka meningkatnya kunjungan wisata akan berdampak negatif terhadap kelestarian. Nilai PDRB pariwisata per kapita meningkat menjadi Rp. 225 juta per tahun serta tenaga kerja yang diserap mencapai 870.780 orang pada akhir kurun waktu simulasi tahun ke 20 (2025), seperti terlihat pada Gambar 22 sebagai berikut :

Gambar 22 Perubahan Perilaku Model Gabungan Ekologi, Ekonomi dan Sosial di Kawasan Barat Kabupaten Serang

Dari analisis kebijakan tersebut dapat diketahui bahwa kebijakan skenario gabungan menunjukkan hasil yang terbaik. Pola pemanfaatan ruang optimal dapat tercapai dan menghasilkan tingkat PDRB yang tertinggi, DCR masih dibawah 4%, PDRB pariwisata per kapita, investasi dan PDRB meningkat signifikan dibanding skenario sebelumnya. Berdasarkan analisis tersebut kebijakan skenario gabungan memberikan hasil yang terbaik dibandingkan dengan kebijakan lainnya.


(18)

6.2.6 Verifikasi Struktur Model

Model telah menunjukkan kondisi yang sesuai dengan konsep keberlanjutan pembangunan yakni keberlanjutan pengembangan pariwisata dengan menggabungkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial dalam struktur model. Dari hasil output menunjukan bahwa pengembangan pariwisata dibatasi oleh kesesuaian dan daya dukung sumber daya, hal tersebut menunjukan bahwa struktur model yang dibangun dapat menggambarkan keberlanjutan pengembangan pariwisata harus mempertimbangkan daya dukung ekosistem.

Struktur model yang dibangun mampu menggambarkan bahwa interaksi antar aspek ekologi, eknomi, dan sosial. Peningkatan aktivitas pariwisata melalui kebijakan peningkatan investasi maupun kebijakan ekonomi lainnya mampu mendorong pertumbuhan PDRB dan mampu menyerap lapangan kerja. Namun peningkatan kedua aspek tersebut dibatasi oleh aspek ekologi.

6.2.7 Validasi Perilaku Model

Berdasarkan hasil validasi lima komponen yang terakumulasi dalam kriteria PDRB pariwisata, daya dukung, PDRB per kapita, investasi pariwisata dan tenaga kerja yang termasuk dalam tiga aspek yakni ekologi, sosial dan ekonomi di kawasan pesisir barat Serang, Banten dapat berkelanjutan. Dari model tersebut dicapai peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sumberdaya pesisir.

Pengujian validasi model dalam penelitian ini lebih difokuskan pada uji prediksi perilaku model di masa depan. Uji prediksi dilakukan dengan mengamati suatu kecenderungan model atas perubahan-perubahan variabel. Prediksi hasil perilaku simulasi menunjukan kemiripan dengan kondisi eksisting.


(1)

8:14 AM Tue, Feb 16, 2010 MODEL HPKI FEB 2010

Page 1

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

Time

1: 1: 1:

2: 2: 2:

3: 3: 3:

4: 4: 4:

5: 5: 5:

0 10000000 20000000

1 1 2

0 10 20

0 4500000 9000000

700000 800000 900000

1: PDRB Prwst 2: DCR 3: PDRB Perkapita 4: Inv Prwst 5: Tenaga Kerja

1

1

1

1

2

2

2

2

3

3

3

3 4

4 4 4

5

5

5

5 6.2.2 Perilaku Model Eksisting dengan Skenario 1

Skenario 1 adalah model eksisting yang diikuti dengan kebijakan meningkatkan Bangkitan Hari Puncak Kunjungan Inap (BHPKI) yaitu mengarahkan pariwisata yang ada ke arah pariwisata yang berkelanjutan. Kebijakan ini dilakukan dengan cara mengubah beberapa komponen yang berhubungan dengan industri pariwisata seperti: (1) menggeser DCR dari 1-2% dengan asumsi bahwa dengan mengembangkan kawasan wisata dan fasilitas wisata (seperti bertambahnya hotel bertingkat) maka jumlah wisatawan dapat ditingkatkan. (2) mengubah laju produktivitas tenaga kerja dari 5% menjadi 7% per tahun, dengan asumsi industri pariwisata memiliki kinerja produktivitas tenaga kerjanya lebih tinggi dibanding pada kondisi awal/eksisting. Gambar 18 memperlihatkan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan kunjungan wisatawan yang diikuti oleh peningkatan PDRB pariwisata, investasi pariwisata, PDRB pariwisata per kapita serta rasio daya dukung (DCR) yang masih memenuhi syarat keberlanjutan peningkatan.

Selanjutnya pada tahun ke 20 (2025) (akhir tahun simulasi) DCR mencapai kisaran 1,63% dengan asumsi bahwa rasio daya dukung kawasan tetap dipertahankan sesuai dengan kapasitas yang ditetapkan sehingga tidak terjadi kerusakan wilayah pesisir. PDRB pariwisata perkapita meningkat menjadi Rp 13,4 juta per tahun, investasi pariwisata juga terjadi peningkatan menjadi Rp. 7.897 milyar dan PDRB pariwisata sebesar Rp.15.407 milyar. Lebih lanjut diikuti dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja mencapai sebesar 868.799 orang/tahun (2025), perubahan perilaku model tersebut disajikan pada Gambar 18 sebagai berikut:

Gambar 18 Perubahan Perilaku Model Eksisting Dilakukan Kebijakan Bangkitan Hari Puncak Kunjungan Menginap Terhadap Tenaga Kerja. Yang Dikehendaki


(2)

6.2.3 Perilaku Model Skenario 2

Skenario 2 adalah model dasar dan skenario 1 yang diikuti kebijakan peningkatan laju pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan diperkuat dengan laju pertumbuhan investasi. Kebijakan meningkatkan laju investasi pada tingkat nilai rata-rata laju pertumbuhan investasi sektor industri adalah sebesar 7,8% (diperoleh berdasarkan data historis statistik Kabupaten Serang) dilakukan pada simulasi skenario 2 serta diperkuat dengan laju pertumbuhan investasi sektor jasa yang ditingkatkan menjadi 10% per tahun.

Simulasi tersebut memperlihatkan bahwa parameter bangkitan hari puncak kunjungan inap wisata berdampak secara signifikan terhadap pendapatan per kapita, investasi dan DCR yang meningkat dari tahun ke dua hingga akhir tahun simulasi (tahun ke 20) terhadap tenaga kerja yakni dari 64.110 orang menjadi 870.780 orang per tahun pada tahun 2025 (tahun akhir simulasi). Setelah dilakukannya kebijakan pengeluaran pemerintah dan investasi maka PDRB per kapita menjadi Rp. 25,9 juta pertahun hingga akhir kurun waktu simulasi atau 20 tahun kedepan.

Dengan dilakukannya kebijakan peningkatan laju pertumbuhan pengeluaran pemerintah pada tahun ke 2, PDRB pariwisata meningkat dari Rp. 370.303 milyar menjadi Rp. 1.524,052 milyar dan pada akhir kurun waktu simulasi sebesar Rp. 30.889 milyar, DCR berkisar dari 1-1,60%, PDRB pariwisata per kapita menjadi Rp. 25,9 juta sedangkan investasi pariwisata meningkat dari Rp. 7.897 milyar menjadi Rp. 16.760 milyar pada tahun ke 20 (2025) serta terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja dari 767.612 orang menjadi 870.780 orang pada akhir tahun simulasi. Secara keseluruhan dari lima parameter penting dalam pengembangan pariwisata mengalami peningkatan yang signifikan, seperti disajikan pada Gambar 19.


(3)

12:44 PM Mon, Feb 15, 2010 MOOEL PERT'AN PENGELUARAN PEMERINTAH FEB 2010

Page 1

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

Time 1: 1: 1: 2: 2: 2: 3: 3: 3: 4: 4: 4: 5: 5: 5: 0 20000000 40000000 1 1 2 0 15 30 0 10000000 20000000 700000 800000 900000

1: PDRB Prwst 2: DCR 3: PDRB Perkapita 4: Inv Prwst 5: Tenaga Kerja

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5

12:45 PM Mon, Feb 15, 2010 MODEL PERT'AN INVESTASI SEKTOR PRWST FEB 2010

Page 1

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

Time 1: 1: 1: 2: 2: 2: 3: 3: 3: 4: 4: 4: 5: 5: 5: 0 10000000 20000000 1 1 2 0 10 20 0 10000000 20000000 700000 800000 900000

1: PDRB Prwst 2: DCR 3: PDRB Perkapita 4: Inv Prwst 5: Tenaga Kerja

1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5

Gambar 19 Perubahan Perilaku Model Laju Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pariwisata

Dampak kebijakan peningkatan laju pertumbuhan investasi pada wilayah Kabupaten Serang, berdampak pada terjadinya kenaikan perekonomian yang signifikan, dengan peningkatan laju pertumbuhan investasi maka DCR pada tahun 20 menjadi 1,59% dan investasi pariwisata terjadi peningkatan Rp.17.712 milyar sedangkan penyerapan tenaga kerja sebesar 870.780 orang (2025), secara rinci dapat dilihat pada Gambar 20 sebagai berikut:

Gambar 20 Perubahan Perilaku Model Laju Pertumbuhan Investasi Terhadap Pariwisata


(4)

1:15 PM Mon, Feb 15, 2010 MODEL LJ PERTUMH RODV TK YDKH FEB 2010

Page 1

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

Time 1:

1: 1:

2: 2: 2:

3: 3: 3:

4: 4: 4:

5: 5: 5:

0 10000000 20000000

1 1 2

0 10 20

0 10000000 20000000

700000 800000 900000

1: PDRB Prwst 2: DCR 3: PDRB Perkapita 4: Inv Prwst 5: Tenaga Kerja

1

1

1

1

2

2

2

2

3

3

3

3

4

4

4

4

5

5

5

5

6.2.4 Perilaku Model Skenario 3

Skenario 3 adalah kebijakan skenario dasar dan skenario 1, skenario 2 dan

dilakukan peningkatan kebijakan laju pertumbuhan produktivitas tenaga kerja. Hasil simulasi menunjukan perilaku yang relatif sama dengan kebijakan peningkatan laju pertumbuhan investasi pariwisata yakni PDRB pariwisata sebesar Rp. 13.416 milyar, DCR berkisar dari 1,00-1,59%, PDRB pariwisata per kapita berkisar Rp.12,23 juta serta investasi pariwisata dan penyerapan tenaga kerja relatif sama. Namun demikian terjadi percepatan peningkatan tenaga kerja pada tahun ke 10 dari 833.368 hingga 870.780 orang sampai akhir kurun waktu simulasi pada tahun ke 20 (tahun 2025), perilaku kebijakan skenario 3 selengkapnya disajikan pada Gambar 21 sebagai berikut:

Gambar 21 Perubahan Perilaku Model Laju Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Terhadap Pariwisata

6.2.5 Perilaku Model Skenario Gabungan

Perubahan perilaku model skenario gabungan (skenario dasar dengan skenario 1, 2, dan 3, terdiri dari parameter ekologi, ekonomi dan sosial). Kebijakan tersebut meliputi peningkatan bangkitan kunjungan wisata, laju pengeluaran pemerintah dan peningkatan laju investasi serta diikuti dengan meningkatnya produktivitas tenaga kerja. Dampak dari kebijakan dengan skenario gabungan yakni ekologi, ekonomi dan sosial berdampak positif pada jumlah wisatawan yang berkunjung sampai pada kapasitas kawasan secara optimal yakni meningkat dari 8% sampai 15% per tahun. Hal ini mencerminkan terjadinya kenaikan yang sangat signifikan dari tahun pertama sampai akhir kurun waktu


(5)

1:16 PM Mon, Feb 15, 2010 MODEL GABUNGAN (EKO,EKON ,SOS) FEB 2010

Page 1

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00

Time 1:

1: 1:

2: 2: 2:

3: 3: 3:

4: 4: 4:

5: 5: 5:

0 10000000 20000000

1 1 2

0 10 20

0 10000000 20000000

700000 800000 900000

1: PDRB Prwst 2: DCR 3: PDRB Perkapita 4: Inv Prwst 5: Tenaga Kerja

1

1

1

1

2

2

2

2

3

3

3

3

4

4

4

4

5

5

5

5

simulasi tahun 2025 serta memperlihatkan bahwa pengembangan wisata secara optimal tercapai pada tingkat kunjungan wisata tersebut.

Berdasarkan hasil simulasi skenario gabungan (ekologi, ekonomi dan sosial) tersebut pada akhir tahun ke 20 terjadi peningkatan investasi pariwisata yang signifikan Rp. 3.477 milyar serta meningkatnya PDRB pariwisata Rp. 277.442 milyar. DCR meningkat sampai 3% yang berarti tidak melebihi 4% karena apabila melebihi nilai 4% maka meningkatnya kunjungan wisata akan berdampak negatif terhadap kelestarian. Nilai PDRB pariwisata per kapita meningkat menjadi Rp. 225 juta per tahun serta tenaga kerja yang diserap mencapai 870.780 orang pada akhir kurun waktu simulasi tahun ke 20 (2025), seperti terlihat pada Gambar 22 sebagai berikut :

Gambar 22 Perubahan Perilaku Model Gabungan Ekologi, Ekonomi dan Sosial di Kawasan Barat Kabupaten Serang

Dari analisis kebijakan tersebut dapat diketahui bahwa kebijakan skenario gabungan menunjukkan hasil yang terbaik. Pola pemanfaatan ruang optimal dapat tercapai dan menghasilkan tingkat PDRB yang tertinggi, DCR masih dibawah 4%, PDRB pariwisata per kapita, investasi dan PDRB meningkat signifikan dibanding skenario sebelumnya. Berdasarkan analisis tersebut kebijakan skenario gabungan memberikan hasil yang terbaik dibandingkan dengan kebijakan lainnya.


(6)

6.2.6 Verifikasi Struktur Model

Model telah menunjukkan kondisi yang sesuai dengan konsep keberlanjutan pembangunan yakni keberlanjutan pengembangan pariwisata dengan menggabungkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial dalam struktur model. Dari hasil output menunjukan bahwa pengembangan pariwisata dibatasi oleh kesesuaian dan daya dukung sumber daya, hal tersebut menunjukan bahwa struktur model yang dibangun dapat menggambarkan keberlanjutan pengembangan pariwisata harus mempertimbangkan daya dukung ekosistem.

Struktur model yang dibangun mampu menggambarkan bahwa interaksi antar aspek ekologi, eknomi, dan sosial. Peningkatan aktivitas pariwisata melalui kebijakan peningkatan investasi maupun kebijakan ekonomi lainnya mampu mendorong pertumbuhan PDRB dan mampu menyerap lapangan kerja. Namun peningkatan kedua aspek tersebut dibatasi oleh aspek ekologi.

6.2.7 Validasi Perilaku Model

Berdasarkan hasil validasi lima komponen yang terakumulasi dalam

kriteria PDRB pariwisata, daya dukung, PDRB per kapita, investasi pariwisata dan tenaga kerja yang termasuk dalam tiga aspek yakni ekologi, sosial dan ekonomi di kawasan pesisir barat Serang, Banten dapat berkelanjutan. Dari model tersebut dicapai peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sumberdaya pesisir.

Pengujian validasi model dalam penelitian ini lebih difokuskan pada uji prediksi perilaku model di masa depan. Uji prediksi dilakukan dengan mengamati suatu kecenderungan model atas perubahan-perubahan variabel. Prediksi hasil perilaku simulasi menunjukan kemiripan dengan kondisi eksisting.