Evaluasi Proses Kolaborasi Pengelolaan Taman Nasional Way Kambas.

i

EVALUASI PROSES KOLABORASI PENGELOLAAN TAMAN
NASIONAL WAY KAMBAS

KUMALA ARDACANDRA HAYUNINGRUM

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Proses
Kolaborasi Pengelolaan Taman Nasional Way Kambas adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015
Kumala Ardacandra Hayuningrum
NIM E34100091

ABSTRAK
KUMALA ARDACANDRA HAYUNINGRUM. Evaluasi proses kolaborasi
pengelolaan Taman Nasional Way Kambas. Dibimbing oleh HARYANTO R.
PUTRO dan ARZYANA SUNKAR.
Kolaborasi taman nasional merupakan suatu pendekatan yang mendorong
terwujudnya kemitraan yang menguntungkan setiap pihak yang terlibat. Penelitian
ini berfokus pada evaluasi proses kolaborasi yang bertujuan untuk meningkatkan
kinerja taman nasional. Analisis Hirarki Proses untuk mengambil keputusan
berdasarkan kriteria dan indikator, pembuatan nilai standar dilakukan dengan
menggunakan metode delphy yang terdiri dari para pakar dari taman nasional

serta para aktor kolaborasi. Nilai aktual setiap indikator dinilai berdasarkan skala
intensitas dari skala paling buruk hingga paling baik. Berdasarkan penelitian ini
diketahui nilai standar yaitu 0,761 sedangkan nilai aktual 0,790. Hal ini berarti
proses kolaborasi Taman Nasional Way Kambas telah memenuhi syarat minimum
yang ditetapkan oleh para pakar. Berdasarkan analisis sensitivitas, penguatan
proses kolaborasi dapat dilakukan dengan meningkatkan: 1) komitmen untuk
bekerjasama, 2) Konsistensi untuk melaksanakan hak dan kewajiban, 3) distribusi
kesetaraan biaya dan manfaat, dan 4) transparansi pengambilan keputusan.
Kata kunci: analisis hirarki proses, evaluasi proses kolaborasi, taman nasional
Way Kambas

ABSTRACT
KUMALA ARDACANDRA HAYUNINGRUM. Evaluation process management
collaboration way kambas national park.Supervised by HARYANTO R. PUTRO
andARZYANA SUNKAR.
Collaborative management of national park is an approach that encourages
the establishment of partnerships which promote mutual benefit for involved
parties. This study focus on evaluation of the collaborative process aimed to
sthrengthen and/or improved the collaborative perfomence in the park. Analytic
Hierarchy Process was used to make decision based on multi-criteria and

indicator, a site specific standard was developed based on delphy method involved
experts from national park, and collaborative actors.Actual value of each indicator
then assessed based on predefined intensity scale from very bad to very good.
This research show that standard values in Way Kambas National Park is 0,761,
while the actual value is 0,790. This mean that collaborative management process
in the park was beyond a minimum requirements defined by experts. Based on
sensitivity analysis, sthrengthening collaborative management process can be
carried with : 1) commitment to collaborative aggrement, 2) the consistency to
implement the agreement on rights and obligations, 3) equality distribution of
costs and benefits, and 4) improved transparency of decision-making process
Keywords: analytic hierarchi process, evaluation of collaborative process, Way
Kambas national park

iii

EVALUASI PROSES KOLABORASI PENGELOLAAN
TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS

KUMALA ARDACANDRA HAYUNINGRUM


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi: Evaluasi Proses Kolaborasi Pengelolaan Taman Nasional Way
Kambas
Nama
: Kumala Ardacandra Hay uningrum
: E34100091
NIM

Disetujui oleh


1f

Ir Haryanto R Putro, MS
Pembimbing I

Tanggal Lulus:

1 2 AUG 2015

Dr Ir Arzyana Sunkar, MSc
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya
yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul “Evaluasi
Proses Kolaborasi Pengelolaan Taman Nasional Way Kambas” dapat diselesaikan
dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini juga disusun untuk

mengembangkan wawasan penulis mengenai kolaborasi dalam pengelolaan taman
nasional.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ir Haryanto R Putro,
MS dan Ibu Dr Ir Arzyana Sunkar, MSc sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, masukan, dan bimbingan selama proses penyusunan skripsi
dari awal sampai akhir penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Pihak
Balai Taman Nasional Way Kambas serta kepada Yayasan Badak Indonesia,
Wildlife Conservation Society, Aliansi Lestari Rimba Terpadu, Yayasan
Penyelamatan Konservasi Harimau Sumatera, Yayasan Pendidikan dan
Konservasi Keanekaragaman Hayati, Silvagama, Unila, Vesswic dan PT Banyu
Kahuripan selaku mitra kerja Taman Nasionalyang bersedia meluangkan waktu
untuk membantu penulis. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan
dukungan selama penyusunan skripsi Novirin R, Winahyu A, Novita Puji, Joko M
J, Bayu Gagat, Destian N, Lyan Lavista, Wida A, Serjensil S, Adlan Y, Budi S,
Febrianti M, Intan P dan Meyliana. Penulis juga menyampaikan hormat dan
terima kasih kepada papa, mama dan ibu, Kahono Teguh S, Murwani Astuti dan
Nur Aida serta kakak dan adik tercinta, Kinanti Larasati, M Aulia dan Jasmine
yang selalu mendoakan, mengingatkan, memberi semangat, dukungan, dan kasih
sayang yang tak terhingga. Penulis juga tidak lupa berterima kasih kepada teman
seperjuangan Haris Munandar, keluarga KPG serta sahabat-sahabat Nepenthes

rafflesiana 47 yang telah memberikan semangat, dukungan, kritik dan sarannya.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015
Kumala Ardacandra Hayuningrum

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN


vii

PENDAHULUAN

19

Latar Belakang

19

Tujuan Penelitian

19

Manfaat Penelitian

19

Kerangka Pemikiran


210

METODE

311

Waktu dan Tempat

311

Alat dan Instrumen

311

Jenis Data

412

Teknik Pengumpulan Data


816

Pengolahan Data

1018

Analisis Data

1119

HASIL DAN PEMBAHASAN

1220

Kondisi Umum Kolaborasi Taman Nasional Way Kambas

1220

Penetapan Standar Proses Kolaborasi


1321

Penilaian Kinerja Proses Kolaborasi

1321

Penguatan Proses Kolaborasi

1724

SIMPULAN DAN SARAN

2028

Simpulan

2028

Saran

2028

DAFTAR PUSTAKA

2028

LAMPIRAN

23

DAFTAR TABEL
1 Kriteria dan indikator kolaborasi
2 Jenis data yang dikumpulkan
3 Panduan Kuisioner AHP
4 Program kolaborasi mitra kerja
5 Nilai proses kolaborasi Taman Nasional Way Kambas

113
146
179
20
12
22
14

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran
2 Struktur analisis hirarki proses kolaborasi
3 Matriks pairwise comparison

102
135
10
18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai aktual indikator
2 Indikator kolaborasi yang belum tercapai

31
23
34
26

3

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kolaborasi taman nasional merupakan suatu pendekatan yang mendorong
terwujudnya kemitraan yang menguntungkan setiap pihak yang terlibat. Binarso et
al (2004) menyampaikan bahwa kolaborasi diperlukan karena konservasi
memerlukan pendekatan, kesadaran, dan kepercayaan, sehingga keberhasilan
upayanya adalah keberhasilan kolektif berbagai pihak. Kolaborasi merupakan
bentuk partisipasi yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan secara aktif
(Kusumanto et al 2005) seperti Taman Nasional Kayan Mentarang bersama
masyarakat adat (Putro et al 2012), Taman Nasional Alas Purwo dengan berbagai
pihak dalam pengembangan ekowisata melalui Izin Pengusahaan Pariwisata Alam
(IPPA) (Hartono 2008) serta Taman Nasional Way Kambas dengan berbagai
mitra.
Pengelolaan kolaboratif yang terdapat di Taman Nasional Way Kambas
(TNWK) telah berlangsung dari tahun 1995. Kegiatan yang dilakukan berkaitan
dengan kelestarian satwa-satwa yang dilindungi dalam undang-undang, ekosistem
Way Kambas dan masyarakat sekitar (BTNWK 2010). Menurut Powell dan
Vagias (2009), kolaborasi memiliki keuntungan meliputi: peningkatan penelitian,
kepastian kegunaan hasil untuk para pemangku kepentingan, membangun
kepercayaan, peningkatan komitmen organisasi, penginformasian kepada
masyarakat, membangun pemahaman masyarakat, serta pendukung pengelolaan
ekosistem secara adaptif. Menurut Pomerenz et al. (2013) Kolaborasi memiliki
hambatan yaitu adanya perbedaan kepentingan setiap pihak yang terlibat dalam
pengelolaan kolaboratif. Kolaborasi sendiri sudah tercantum pada Peraturan
Menteri Kehutanan No. P 85/Menhut – II/2014, namun hingga saat ini belum ada
evaluasi mengenai kolaborasi baik proses maupun programnya. Evaluasi proses
kolaborasi sendiri sangat dibutuhkan karena berpengaruh dalam implementasi
program kolaborasi. Implementasi kolaborasi secara salah dapat meningkatkan
biaya transaksi dan menghilangkan sumberdaya yang besar (Putro et al. 2012),
sehingga dibutuhkan evaluasi proses kolaborasi Taman Nasional Way Kambas.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi proses kolaborasi pengelolaan
Taman Nasional Way Kambas.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan pertimbangan dalam pembentukan rencana tahunan serta
rencana strategis TNWK selanjutnya.
2. Sebagai bahan evaluasi TNWK dalam penentuan program kerja bersama mitra
kerja.
3. Diharapkan dapat meningkatkan kinerja pengelolaan kolaboratif TNWK.
4. Sebagai bahan pertimbangan evaluasi mitra kerja TNWK untuk meningkatakan
kinerja pengelolaan kolaboratif.

2
4
Kerangka Pemikiran
Taman Nasional Way Kambas memiliki tujuan pengelolaan yang tercantum
dalam Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) tahun 2006-2025 yang
menjadi acuan pada rencana strategis 2010-2014. Berdasarkan rencana
pengelolaan Taman Nasional Way Kambas banyak pihak yang tertarik dengan
kegiatan yang dikelola, sehingga dikembangkan program kolaborasi. Program
kerja kolaborasi yang dilaksanakan belum tentu sama dengan program kerja yang
dijalankan taman nasional, sehingga perlu diketahui kontribusi program
kolaborasi pada ketercapaian tujuan taman nasional.
Evaluasi proses kolaborasi dibutuhkan untuk mengetahui keberhasilan
proses pengelolaan kolaboratif yang pada TNWK. Evaluasi proses kolaborasi
yang dilakukan di TNWK menggunakan kriteria indikator yang telah
dikembangkan oleh Putro (2012). Analisis hirarki proses (AHP) dilakukan dengan
penilaian standart oleh pakar serta penilaian aktual yang dilakukan dengan
menggunakan skala intensitas dari sangat buruk hingga sangat baik, sehingga
dapat diketahui nilai proses kolaborasi pengelolaan Taman Nasional Way Kambas
berdasarkan hasil AHP (Gambar 1).

Gambar 1 Kerangka pemikiran

3

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di Taman Nasional Way Kambas, Provinsi
Lampung pada bulan Agustus hingga September 2014. Kawasan Taman Nasional
Way Kambas berada di dalam wilayah Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kecamatan Way Jepara, Kecamatan Labuhan Ratu, Kecamatan Sukadana,
Kecamatan Purbolinggo (Kabupaten Lampung Timur) serta Kecamatan Rumbia
dan Kecamatan Seputih Surabaya (Lampung Tengah) dengan luasan 125.621,30
Ha.
Alat dan Instrumen
Alat yang digunakan dalam pengambilan data, yaitu: kamera, alat tulis,
recorder, dan software expert choice 2000. Instrumen yang digunakan adalah
panduan wawancara, dan kuisioner analisis hirarki proses (AHP) yang
dikembangkan dari kriteria indikator (Tabel 1) berdasarkan struktur AHP dan
proses kolaborasi (Gambar 2)
Tabel 1 Kriteria dan indikator proses kolaborasi
Kriteria
(K1)
Komitmen untuk
bekerjasama

(K2)
Kesukarelaan dalam
bermitra

(K3)
Kesepakatan peran
dan tanggung jawab

Indikator
(I1) Visi dan misi/ tujuan mitra sejalan dengan visi
dan misi taman nasional
(I2) Adanya dokumen kesepakatan antara mitra
dengan taman nasional
(I3) Program yang dijalankan/ direncanakan sesuai
dengan landasan hukum yang berlaku di taman
nasional
(I4) Pelaksanaan program yang sesuai dengan
kesepakatan bersama
(I1) Proses pengambilan keputusan internal para pihak
mengenai program kolaborasi
(I2) Proses pengambilan keputusan bersama para
pihak mengenai program kolaborasi
(I3) Tiap pihak memiliki sumberdaya yang penting
untuk memobilisasi
(I1) Adanya dokumen kesepakatan tentang peran dan
tanggung jawab
(I2) Setiap pihak saling memahami tentang masingmasing peran dan tanggung jawab
(I3) Setiap pihak mengetahui tentang peran dan
tanggung jawab pihak lain
(I4) Adanya agenda untuk menjalankan peran dan
mekanisme pertanggung jawaban

4

Tabel 1
Kriteria
(K4)
Kesepakatan hak
dan kewajiban

Kriteria dan indikator kolaborasi (lanjutan)
Indikator
(I1) Adanya dokumen kesepakatan hak dan kewajiban
masing-masing mitra
(I2) Setiap mitra mengetahui tentang masing-masing
hak dan kewajiban
(I3) Adanya agenda untuk menjalankan kewajiban dan
mekanisme yang diperoleh dalam pemenuhan hak
(K5)
(I1) Tiap mitra memiliki alokasi anggaran untuk
Kesetaraan
program kolaborasi
distribusi biaya dan
(I2) Adanya mekanisme yang membuktikan alokasi
manfaat
anggaran dana untuk program kolaborasi
(I3) Setiap pihak mendapatkan manfaat sesuai dengan
yang diharapkan dalam kolaborasi
(K6)
(I1) Setiap pihak mengetahui konsekuensi atas
Saling bertanggung- kemitraan
gugat
(I2) Adanya sistem yang mendokumentasikan
konsekuensi kemitraan dan kesepakatan untuk
menuntut hak yang dimiliki
(I3) Adanya mekanisme yang di sepakati oleh tiap
pihak dalam mempertanggung-gugatkan konsekuensi
(K7)
(I1) Adanya mekanisme pengambilan keputusan
Transparasi
bersama yang disepakati
pengambilan
(I2) Keterlibatan pihak dalam pengambilan keputusan
keputusan
yang dapat mempengaruhi program kolaborasi³
(I3) Tiap pihak mengetahui keputusan pengelolaan
yang berhubungan dengan program kolaborasi³
(K8)
(I1) Adanya mekanisme penguatan kapasitas antar
Komitmen saling
pihak ³
menguatkan
(I2) Adanya program pengembangan kapasitas di tiap
kapasitas
mitra³
Sumber: Putro et al 2012, Borini-Feyerabend et al 2000,Pokorni et al 2003

Jenis Data
Penelitian dilakukan untuk mendapatkan data yang didasarkan penilaian
pakar (expert judgement) untuk menentukan bobot dan nilai setiap indikator, guna
menetapkan standar proses kolaborasi (struktur AHP pada Gambar 2). Selain itu
penelitian juga mengumpulkan data aktual setiap indikator (Tabel 1) meliputi
berbagai parameter/variabel sebagaimana disajikan pada Tabel 2.

3

Derajat kolaborasi

Prasyarat
kolaborasi

Syarat cukup
kolaborasi

Komitmen
untuk kerja
sama

Kesukarelaan
dalam
bermitra

Kesepakatan
peran dan
tanggung jawab

Kesepakatan
hak dan
kewajiban

Komitmen
menguatkan
kapasitas

Kesetaraan
distribusi biaya
dan manfaat

Indikator 1

Indikator 1

Indikator 1

Indikator 1

Indikator 1

Indikator 2

Indikator 2

Indikator 2

Indikator 2

Indikator 2

Indikator 3

Indikator 3

Indikator 3

Kesetaraan
distribusi biaya
dan manfaat

Saling
bertanggunggugat

Transparansi
pengambilan
keputusan

Indikator 1

Indikator 1

Indikator 1

Indikator 1

Indikator 2

Indikator 2

Indikator 2

Indikator 2

Indikator 3

Indikator 3

Indikator 3

Indikator 4
Sangat baik (SB), baik (B), buruk (Br), sangat buruk (SBr)

Gambar 2 Struktur analisis hirarki proses kolaborasi
5

14

6

Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan
Parameter
Visi dan misi

Dokumen
kesepakatan mitra
dengan taman
nasional
Kesesuaian
landasan hukum
dengan program
kolaborasi

Variabel
Visi Taman Nasional
Misi Taman Nasional
Visi Mitra Taman Nasional

Sumber
RPTN 2006-2025
Perjanjian kerjasama
Mitra Taman Nasional

Misi Mitra Taman Nasional
Tenggang waktu perjanjian

Perjanjian kerjasama

Program kolaborasi
Landasan hukum taman
nasional
Program kolaborasi

Kesesuaian
pelaksanaan
program kolaborasi

Program kolaborasi
Waktu pelaksanaan

Pengambilan
keputusan internal
Pengambilan
keputusan bersama
program kolaborasi

Agenda rapat
Kehadiran peserta rapat
Agenda rapat
Kehadiran peserta rapat
Level pengambilan
keputusan
Sumberdaya alam
Sumbedaya manusia
Peran taman nasional

Sumberdaya
program kolaborasi
Dokumen peran
dan tanggung
jawab
Pengambilan
keputusan internal
Pengambilan
keputusan bersama
program kolaborasi
Pengambilan
keputusan internal
Pengambilan
keputusan bersama
program kolaborasi
Sumberdaya
program kolaborasi

Ketercapaian tujuan

RPTN 2006-2025
Perjanjian kerjasama
Laporan kegiatan kolaborasi
Mitra Taman Nasional
Pegawai Taman Nasional
Perjanjian kerjasama
Laporan kegiatan kolaborasi
Daftar hadir rapat
Daftar hadir rapat

Observasi
Laporan kegiatan kolaborasi
Perjanjian kerjasama

Agenda rapat
Kehadiran peserta rapat
Agenda rapat

Daftar hadir rapat

Agenda rapat

Daftar hadir rapat

Agenda rapat
Kehadiran peserta rapat
Level pengambilan
keputusan
Sumberdaya alam
Sumbedaya manusia

Daftar hadir rapat

Daftar hadir rapat

Observasi
Laporan kegiatan kolaborasi

73

Parameter

Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan (lanjutan)
Variabel
Sumber

Dokumen peran
dan tanggung
jawab

Peran taman nasional
Tanggung jawab taman
nasional
Peran mitra taman nasional
Tanggung jawab mitra
taman nasional

Perjanjian kerjasama

Pemahaman peran
dan tanggung
jawab masingmasing

Peran taman nasional
Tanggung jawab taman
nasional
Peran mitra taman nasional
tanggung jawab mitra taman
nasional
Program kolaborasi
Peran taman nasional
Tanggung jawab taman
nasional
Peran mitra taman nasional
Tanggung jawab mitra
taman nasional
Program kolaborasi
Kegiatan mitra taman
nasional
Kegiatan taman nasional
Hak mitra taman nasional
Kewajiban mitra taman
nasional
Hak taman nasional
Kewajiban taman nasional
Hak mitra taman nasional
Kewajiban mitra taman
nasional
Hak taman nasional
Kewajiban taman nasional
Kegiatan mitra taman
nasional
Anggaran dana program
kolaborasi

Perjanjian kerjasama
Pengelola taman nasional

Pengetahuan peran
dan tanggung
jawab

Agenda peran dan
mekanisme
tanggung jawab
Dokumen hak dan
kewajiban

Pengetahuan hak
dan kewajiban

Agenda hak dan
tanggung jawab
Alokasi anggaran
dana program
kolaborasi
Mekanisme alokasi
anggaran dana

Anggaran dana program
kolaborasi

Mitra Taman Nasional

Perjanjian kerjasama
Pengelola taman nasional
Mitra Taman Nasional

Perjanjian kerjasama
Laporan kegiatan kolaborasi
Perjanjian kerjasama

Pengelola taman nasional
Mitra Taman Nasional

Perjanjian kerjasama
Laporan kegiatan kolaborasi
Laporan keuangan program
kolaborasi
Laporan keuangan program
kolaborasi

48
Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan (lanjutan)
Parameter
Variabel
Sumber
Alokasi anggaran
Anggaran dana program
Laporan kegiatan kolaborasi
dana program
kolaborasi
Laporan keuangan program
kolaborasi
kolaborasi
Mekanisme alokasi Anggaran dana program
Laporan keuangan program
anggaran dana
kolaborasi
kolaborasi
Manfaat program
Harapan program kolaborasi Pengelola taman nasional
kolaborasi
Manfaat selama program
Mitra taman nasional
Pengetahuan
Konsekuensi kemitraan
Pengelola taman nasional
konsekuensi
Mitra taman nasional
kemitraan
Sistem
Konsekuensi kemitraan
Pengelola taman nasional
dokumentasi
Dokumentasi konsekuensi
Mitra taman nasional
konsekuensi
Laporan kegiatan kolaborasi
Laporan fgd
Mekanisme
Konsekuensi kemitraan
Pengelola taman nasional
pertangggungMekanisme pertanggungMitra taman nasional
gugatkan
gugatkan
SOP program kolaborasi
Mekanisme
Mekanisme pengambilan
Pengelola taman nasional
pengambilan
keputusan
keputusan
Level pengambilan
Mitra taman nasional
keputusan
Keterlibatan pihak Pihak yang terlibat
Pengelola taman nasional
dalam pengambilan Peran tiap pihak
Mitra taman nasional
keputusan
Undangan rapat kordinasi
Pengetahuan
Keputusan pengelolaan
Pengelola taman nasional
keputusan
Mitra taman nasional
pengelolaan
Mekanisme
Mekanisme penguatan
Pengelola taman nasional
penguatan
kapasitas
Mitra taman nasional
kapasitas
Rencana kerja tahunan
Program
Program pengembangan
Rencana kerja tahunan
pengembangan
kapasitas
Daftar hadir program
kapasitas
pengembangan kapasitas
Pengelola taman nasional
Mitra taman nasional
Teknik Pengumpulan Data
Evaluasi proses kolaborasi dilakukan berdasarkan kriteria dan indikator
yang diacu dari berbagai sumber yang dikembangkan oleh Putro et al (2012) dan
diolah menggunakan analisis hirarki proses (AHP). Pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian terbagi menjadi dua tahap, yaitu: pengumpulan data
dalam penyusunan standar kolaborasi Taman Nasional Way Kambas dan
penyusunan nilai aktual Taman Nasional Way Kambas.

93
Penyusunan standar kolaborasi
Kuesioner
Penilaian pakar (expert judgement) diperoleh melaui pengisian kuisioner
analisis hirarki proses yang mengacu pada struktur AHP (Gambar 2) yang
digunakan untuk mengetahui nilai standar proses kolaborasi TNWK. Expert
judgement dilakukan untuk mendapatkan data guna menentukan bobot dalam
perbandingan berpasangan sesuai metode AHP pada level prinsip, kriteria dan
indikator, serta menentukan nilai standar setiap indikator yang harus dipenuhi
dalam proses kolaborasi.
Pengisian kuesioner pembobotan dilakukan dengan cara membandingkan
faktor satu dengan faktor lain (komponen kiri dengan komponen kanan dari baris
yang sama pada kolom isian), dan dilihat mana yang lebih berperan antara faktorfaktor tersebut, sehingga diketahui nilai masing-masing indikator berdasatkan
pakar. Pengisian kuisioner pembobotan dilakukan dengan menggunakan skala
rasio (Tabel 3). Sedangkaan kuisioner nilai standar digunakan untuk mengetahui
nilai standar yang harus dimiliki dalam pengelolaan kolaboratif di TNWK.
Penyebaran kuisioner AHP dilakukan kepada pengelola TNWK serta Mitra kerja
TNWK yaitu: YABI, WCS, ALeRT, PKHS, Unila, Silvagama.
Tabel 3 Panduan kuisioner AHP
Skala

Keterangan

Nilai 1

Kedua faktor sama pentingnya

Nilai 3
Nilai 5

Faktor yang satu sedikit lebih penting dari pada faktor yang
lainnya
Faktor satu esensial atau lebih penting dari pada faktor lainnya.

Nilai 7

Satu faktor jelas lebih penting dari pada faktor lainnya.

Nilai 9

Satu faktor mutlak lebih penting dari pada faktor lainnya

Nilai 2, 4,
6, 8

Nilai-nilai antara, diantara dua nilai pertimbangan yang
berdekatan

Nilai
Kebalikan

Jika untuk aktivitas i mendapat angka 2 jika dibandingkan dengan
aktivitas j, maka j mempunyai nilai ½ dibanding dengan i

Sumber: Satty 1993

Penyusunan nilai aktual
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data berbagai parameter/variabel
setiap indikator proses kolaborasi. Wawancara dilakukan dengan metode indepth
interview (wawancara mendalam) kepada pengelola serta mitra kerja taman
nasional. Wawancara dilakukan kepada humas TNWK, Kepala seksi III TNWK,
kordinator lapang WCS, kordinator lapang YAPEKA, kordinator lapang,
kordinator konsorsium dan staff edukasi YABI, kordinator lapang dan kordinator

410
konsorsium ALeRT, kordinator lapang Unila, kordinator lapang Silvagama,
humas Vesswic, dan kordinator PKHS dengan panduan wawancara terstruktur.
Observasi lapang
Observasi lapang dilakukan untuk melakukan verifikasi kesesuaian antara
berbagai parameter/variabel indikator AHP dengan kondisi. Observasi lapang
dilakukan terhadap beberapa indikator kolaborasi pada kriteria antara lain:
komitmen untuk bekerjasama, kesukarelaan dalam bermitra, kesepakatan peran
dan tanggung jawab, kesepakatan hak dan kewajiban, kesetaraan distribusi biaya
dan manfaat.
Content analysis
Content analysis dilakukan untuk mendapatkan data mengenai proses
kolaborasi di TNWK guna melakukan penilaian terhadap indikator yang relevan
antara lain . berbagai dokumen yang dikaji disajikan sebagai sumber data pada
Tabel 2.
Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan data tambahan mengenai
pengelolaan kolaborasi yang ada. Data tersebut digunakan untuk mendukung data
yang telah diperoleh dari wawancara, observasi lapang serta content analysis.
Sumber literatur dapat berasal dari buku atau jurnal mengenai kolaborasi, dan
dokumen perundang-undangan.
Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian terbagi menjadi dua yaitu pengolahan data
standar proses kolaborasi dan pengolahan data aktual. Pengolahan data standar
kolaborasi dilakukan untuk mentukan bobot dengan melakukan perbandingan
berpasangan sesuai dengan matriks yang disajikan dalam Gambar 3. Data
diperoleh dari kuesioner analisis hirarki proses (AHP) yang telah diisi oleh para
pakar sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan berdasarkan metode
delphy. Dalam hal ini data dari masing-masing pakar diolah untuk mendapatkan
rata-rata geometry sebagai input dalam perbandingan berpasangan dan penetapan
nilai standar pada masing-masing indikator.

Gambar 3 Matriks pairwise comparison
Permasalahan didalam pengukuran pendapat manusia yaitu konsistensi
pendapat tidak dapat dipaksakan. Jika A>B (misalnya 2 > 1) dan C>B (misalnya
3>1), tidak dapat dipaksakan bahwa C>A dengan angka 6>1 meskipun hal itu
konsisten. Pengumpulan pendapat antara satu faktor dengan yang lain adalah
bebas satu sama lain, dan hal ini dapat mengarah pada ketidak-konsistenan
jawaban yang diberikan responden. Namun, terlalu banyak ketidak-konsistenan

11
3
juga tidak diinginkan. Pengulangan wawancara pada sejumlah responden yang
sama kadang diperlukan apabila derajat ketidak-konsistenan besar.
C.I=

λ maksimum -n
n-1

Keterangan:
C.I
= Indeks Konsistensi
λmaksimum = nilai bobot terbesar dari ordo n
Apabila C.I bernilai nol, berarti matrik dianggap bernilai konsisten. Batas
ketidak-konsistenan yang ditetapkan Saaty (1993), diukur dengan menggunakan
Rasio Konsistensi (CR), yakni perbandingan indeks konsistensi dengan nilai
pembangkit random (RI). Nilai ini bergantung pada ordo matrik n. Dengan
demikian, rasio konsistensi dapat dirumuskan
C.I
R.I
Bila matrik bernilai CR lebih kecil dari 10%, ketidak-konsistenan pendapat
masih dapat diterima. Konsistensi dibutuhkan untuk mengetahui validasi dari
pendapat para pakar, karena pendapat seseorang dapat berbeda dan cenderung
tidak konsisten terhadap sesuatu (Nasution 2013).
Kegiatan pengolahan data aktual dilakukan untuk menetapkan nilai setiap
indicator berdasarkan hasil wawancara, content analysis dan observasi lapang.
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dilakukan pengelompokan, verifikasi
dan sintesis untuk menetapkan nilai setiap indikator sesuai dengan definisi skala
intensitas yang telah ditetapkan (sangat buruk, buruk, baik, dan sangat baik).
C.R=

Analisis Data
Perbandingan nilai standar dan nilai aktual
Perbandingan nilai standar dengan nilai actual dilakukan untuk mengetahui
apakah proses kolaborasi di TNWK telah memenuhi standar kolaborasi yang
ditetapkan oleh pakara. Apabila nilai aktual lebih besar daripada nilai standar
pakar maka proses kolaborasi dianggap berhasil, sebaliknya apabila nilai aktual
kurang dari nilai standar maka proses kolaborasi dianggap belum berhasil. analisis
juga dilakukan untuk mengetahui berbagai faktor yang mendukung maupun
menyebabkan kegagalan proses kolaborasi di TNWK.
Analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah bobot nilai masing-masing
faktor sehingga didapat perubahan bobot nilai yang sensitif terhadap perubahan
bobot. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui berbagai variabel yang
sensitif terhadap perubahan pada tingkat prinsip sesuai struktur AHP. Berdasarkan
hasil analisis sensitivitas dapat diperoleh rekomendasi untuk perbaikan proses
kolaborasi di masa yang akan datang.
Analisis deskriptif
Menurut Nazir (2003) tujuan dari analisis deskriptif yaitu membuat
deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-

4
12
fakta, sifat serta hubungan antar fenomena.Analisis deskriptif merupakan analisis
yang digunakan untuk memberikan penjelasan hasil analisis perbandingan nilai
standar dan aktual serta hasil analisis sensitivitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Kolaborasi Taman Nasional Way Kambas
Taman Nasional Way Kambas (TNWK) berdiri pada tahun 1989
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 444/Menhut-1I11989.
TNWK memiliki tipe ekosistem hutan dataran rendah dan hutan rawa serta
memiliki potensi keanekaragaman satwaliar berupa 50 jenis mamalia, 22 jenis
reptil dan 406 jenis burung (Dima 1999) sehingga menarik minat untuk
melakukan kolaborasi berbagai lembaga dalam konservasi keanekaragaman hayati,
ekowisata dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Program
kolaborasi di Way Kambas dimulai pada tahun 1995 berupa Suaka Rhino
Sumatera yang selanjutnya diikuti kegiatan-kegiatan lain. Kegiatan awal yang
menonjol pada TNWK terdapat dalam bidang konservasi keanekaragaman hayati
antara lain adalah tentang ekologi gajah (WWF), ekologi mentok rimba (Wetland
International), Harimau sumatera (Sumatran Tiger Foundation) dan Suaka Rhino
Sumatera (PHPA, IRF, Yayasan Mitra rhino, dan TSI) (Ahmad 1999). Setelah
kegiatan kolaborasi konservasi keanekaragaman hayati, pada tahun 2013 terdapat
kegiatan kolaborasi yang memiliki fokus pada ekowisata serta masyarakat
penyangga Way Kambas.
Program kolaborasi yang terdapat di Balai Taman Nasional Way Kambas
dikordinasikan oleh bidang humas. Selain itu setiap mitra yang berkolaborasi
dengan TNWK memiliki pendamping dari taman nasional, untuk kepentingan
pengawasan serta untuk membantu implementasi program kolaborasi pada tingkat
tapak. Pendamping setiap mitra merupakan staff fungsional yang menjabat
sebagai PEH, polhut maupun penyuluh, dengan jumlah pendamping yang
berbeda-beda pada setiap mitra yang ada. Hingga saat ini terdapat 9 mitra yang
berkolaborasi dengan TNWK dengan kontribusi yang berbeda terhadap
pengelolaan TNWK seperti yang tercantum dalam Tabel 4.
Tabel 4 Program kolaborasi mitra kerja
No
1
2
3
4

Mitra Kerja
Yayasan Badak Indonesia (YABI)
Penyelamatan Konservasi Harimau
Sumatera (PKHS)
Wildlife
Conservation
Society
(WCS)
Veterinary society for Sumatran
Wildlife Conservation (Vesswic)

Program mitra
Konservasi Badak sumatera
Konservasi Harimau sumatera
Mitigasi konflik satwaliar
Kesehatan Gajah sumatera

133
Tabel 4 Program kolaborasi mitra kerja (lanjutan)
No Mitra Kerja
5 Aliansi Lestari Rimba Terpadu
(ALeRT)
6 Yayasan Pendidikan dan Konservasi
Alam (YAPEKA)
7 Silvagama
8 Unila
9 Makin-Group

Program Mitra
Ekowisata minat khusus
Pemberdayaan masyarakat
Restorasi
Pengembangan ekonomi kreatif
Pendanaan Badak sumatera

Penetapan Standar Proses Kolaborasi
Penetapan standar kolaborasi dilakukan dengan penilain indeks konsistensi.
Menurut Saaty (1993) indeks konsistensi diperlukan untuk mengukur seberapa
besar konsistensi pengambil keputusan dalam membandingkan elemen-elemen
dalam matrik penilaian. Menurut Saaty (2005) penyatuan pandangan pakar lebih
baik daripada menggunakan seorang pakar yang ahli dalam hal tersebut. Nilai
konsistensi pakar didapatkan dengan melakukan pembobotan pada setiap level
prinsip, kriteria dan indikator. Nilai konsistensi setiap pakar terhadap prinsip dan
kriteria yang ada cenderung sama, sedangkan pada level indikator pendapat pakar
cenderung berbeda. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan pandangan setiap
pakar serta ketidakkonsistensi dalam pengambilan bobot pada level indikator.
Berdasarkan perhitungan analisis hirarki proses menggunakan program expert
choice 2000 diperoleh nilai standar para pakar yaitu 0,760 dengan nilai
konsistensi 0,04 sehingga pendapat pakar dapat diterima. Nilai standar indikator
merupakan nilai yang ditetapkan oleh pakar pada seluruh indikator terkait dengan
bobot yang ada.
Penilaian Kinerja Proses Kolaborasi
Keberhasilan proses kolaborasi TNWK menggunakan AHP dilakukan
dengan menentukan perwakilan mitra serta taman nasional yang mengerti tentang
kondisi kolaborasi TNWK. Proses kolaborasi TNWK dianggap berhasil apabila
nilai aktual ≥ nilai standar. Penentuan nilai dilakukan dengan menggunakan AHP
karena dapat menyatukan pandangan setiap pakar serta pengambilan keputusan
berdasarkan pengalaman pakar menggunakan skala rasio. Hal tersebut dilakukan
untuk menetapkan nilai standar kolaborasi yang ada.
Pengukuran capaian kinerja setiap indikator dilakukan untuk mengetahui
tingkat pemenuhan standar minimal. Penilaian proses kolaborasi dalam
pengeloaan TNWK dapat menilai ketercapaian tujuan pengelolaan kolaboratif
TNWK. Ditjen PHKA (2004) mendefinisikan penilaian pengelolaan sebagai
proses penilaian terhadap kemajuan yang telah dilakukan dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan, termasuk informasi mengenai efisiensi sumberdaya yang
digunakan untuk menghasilkan barang/jasa, kualitas output yang dihasilkan,
outcomes, dan efektifitas pelaksanaan dalam arti berapa kontribusi setiap kegiatan
terhadap hasil tujuan yang tercapai.

14
4
Nilai aktual merupakan nilai agregat dari setiap indikator yang ada pada
kondisi aktual yang terdapat pada TNWK. Berdasarkan total nilai aktual diperoleh
nilai proses kolaborasi Taman Nasional Way Kambas 0,791. Proses kolaborasi
Taman Nasional Way Kambas dianggap telah berhasil karena telah melewati
syarat nilai minimum yang diterapkan para pakar yaitu 0,760. Berdasarkan tabel
dapat dilihat masih terdapat beberapa indikator yang di bawah standar, sehingga
masih dibutuhkan peningkatan terhadap indikator yang belum tercapai.
Tabel 5 Nilai standar dan aktual proses kolaborasi TNWK
Indikator

Nilai
Standar
0,75
0,806
0,806

Nilai
aktual
0,889
0,972
0,861

0,806

0,861

Mekanisme hak
Anggaran
Mekanisme
anggaran
Manfaat

0,694

1

0,75

1

0,75

0,833

PKS peran

0,806

0,972

Pemahaman
peran
Pengetahuan
Peran
Pertanggung
jawaban
PKS hak

0,75

0,944

0,75

0,861

0,806

0,944

0,806

0,889

Pengetahuan
hak

0,806

0,917

Visi Misi
PKS
Landasan
hukum
Pelaksanaan
program
Keputusan
internal
Keputusan
bersama
Sumberdaya

Indikator

Nilai
Standar
0,75
0,75
0,75

Nilai
aktual
0,861
0,944
0,778

0,778

0,639

Konsekuensi

0,75

1

Dokumentasi
konsekuensi
mekanisme
pertanggunggugatkan
Pengambilan
keputusan
Keterlibatan pihak

0,722

0,778

0,75

0,528

0,75

0,722

0,75

0,5

Pengetahuan
keputusan
Penguatan
kapasitas
Pengembangan
kapasitas

0,75

0,5

0,75

0,722

0,75

0,361

Komitmen untuk bekerjasama terbagi menjadi 4 indikator yaitu visi/misi
mitra sejalan dengan taman nasional, adanya dokumen kesepakatan kerjasama,
program yang dijalankan sesuai dengan kesepakatan yang ada, serta pelaksanaan
program yang sesuai dengan landasan hukum yang berlaku. Indikator visi/ misi
mitra sejalan dengan taman nasional memiliki 0,889. Visi/misi taman nasional
merupakan landasan dalam indikator visi/ misi yang sejalan. Ketercapaian nilai
0,889 karena mitra memiliki visi/misi yang sejalan dengan Taman Nasional Way
Kambas. Hal tersebut dikarenakan visi/misi merupakan landasan dalam
pencapaian cita-cita suatu instansi/organisasi (Wibisono 2006). Dalam
pelaksanaan komitmen kerjasama diperlukan perjanjian kerjasama yang berisi

15
3
konteks kerjasama, serta operasional program kolaborasi yang akan dilakukan.
Berdasarkan kondisi aktual didapatkan nilai 0,972 terhadap perjanjian kerjasama
yang ada. Setiap mitra yang terdapat pada Taman Nasional Way Kambas
memiliki perjanjian kerjasama yang dilakukan dengan menggali konteks program
kolaborasi yang dilakukan serta dijelaskan lebih lanjut dalam rencana operasional
kegiatan. Program kolaborasi yang dilakukan merupakan program yang
berkelanjutan sehingga program tersebut dapat terus berjalan dan menyesuaikan
kondisi yang terjadi di Taman Nasional Way Kambas. Nilai aktual pelaksanaan
program sesuai dengan kesepakatan bersama yaitu 0,861. Pelaksanaan program
sesuai dengan kesepakatan bersama berarti tujuan program tercapai, waktu
pelaksanaan program sesuai dengan perencanaan sehingga tidak mengganggu
kegiatan lain yang ada. Pada pelaksanaannya terdapat beberapa pengunduran
waktu program kolaborasi tetapi hal tersebut tidak mempengaruhi program lain
yang ada. Indikator pelaksanaan program sesuai dengan landasan hukum memiliki
nilai aktual yaitu 0,861, hal tersebut telah memenuhi nilai standar dari para pakar
yaitu 0,806. Tingginya nilai aktual pada indikator tersebut karena landasan
hukum merupakan aspek yang harus ditaati oleh setiap mitra.
Kriteria kesepakatan peran dan tanggung jawab memiliki empat indikator
yaitu adanya perjanjian kerjasama peran dan tanggung jawab, setiap pihak
memahami peran dan tanggung jawab masing-masing, setiap pihak mengetahui
perang dan tanggung jawab pihak lain, serta adanya agenda untuk menjalankan
peran dan mekanisme pertanggungjawaban. Adanya perjanjian kerjasama peran
dan tanggung jawab memiliki nilai 0,972, lebih tinggi daripada nilai standar yang
ditetapkan pakar yaitu 0,806. Tingginya nilai indikator tersebut dikarenakan setiap
pihak yang bermitra dengan TNWK memiliki perjanjian kerjasama yang berisi
peran dan tanggung jawab masing-masing pihak. Berdasarkan kondisi aktual
peran dan tanggung jawab diketahui bahwa setiap mitra telah memahami peran
dan tanggung jawab masing-masing (0,944) serta mengetahui peran dan tanggung
jawab mitra lain (0,889). Hal tersebut terlihat dari berjalannya peran dan tanggung
jawab masing-masing mitra meskipun kegiatan tersebut tidak terdapat dalam
program yang ada tetapi berkaitan dengan peran serta tanggung jawab. Sedangkan
pengetahuan peran dan tanggung jawab pihak lain diketahui dengan adanya
kerjasama antar mitra ketika berkaitan dengan kegiatan mitra lain. Setiap peran
dan tanggung jawab yang ada memiliki agenda dalam pemenuhan peran yang ada
serta mekanisme dalam pertanggung jawaban. Berdasarkan kondisi aktual,
indikator tersebut memiliki nilai aktual 0,944. Hal tersebut dikarenakan setiap
mitra memiliki agenda yang dilaksanakan secara rutin untuk menjalankan peran
yang ada, meskipun terdapat beberapa yang mengalami pemunduran waktu.
Sedangkan untuk mekanisme pertanggungjawaban dilakukan kepada TNWK
setiap 6 bulan dan 1 tahun sekali dalam bentuk laporan program kolaborasi.
Kesepakatan hak dan kewajiban merupakan pembagian antara hak dan
kewajiban mitra serta taman nasional. Pembagian hak dan kewajiban dilakukan
agar mitra maupun taman nasional memiliki kejelasan hak dan kewajiban masingmasing. Kriteria kesepakan hak dan kewajiban terdiri dari tiga indikator yaitu
adanya dokumen kesepakan hak dan kewajiban, setiap mitra mengetahui masingmasing hak dan kewajiban, serta adanya agenda untuk menjalankan kewajiban
dan mekanisme dalam pemenuhan hak. Indikator adanya dokumen kesepakatan
hak dan kewajiban memiliki nilai aktual 0,861. Setiap mitra memiliki dokumen

416
kesepakatan hak dan kewajiban masing-masing, hal tersebut dikarenakan
dokumen kesepakatan hak dan kewajiban merupakan panduan dalam pelaksanaan
program kolaborasi. Indikator setiap mitra mengetahui masing-masing hak dan
kewajiban memiliki nilai aktual 0,917. Pengetahuan mitra terhadap hak dan
kewajiban masing-masing diketahui melalui pelaksanaan kegiatan kolaborasi yang
ada. Indikator adanya agenda untuk menjalankan kewajiban dan mekanisme
dalam pemenuhan hak memiliki nilai 0,861. Agenda dalam menjalankan
kewajiban terdapat pada kegiatan kolaborasi yang berjalan, sedangkan mekanisme
dalam pemenuhan hak terdapat dalam perjanjian kerjasama.
Kesetaraan distribusi biaya dan manfaat merupakan pembagian anggaran
dana program kolaborasi serta manfaat yang didapatkan setiap pihak. Dalam
kriteria kesetaraan distribusi biaya dan manfaat terbagi menjadi tiga indikator
yaitu adanya alokasi anggaran untuk program kolaborasi, adanya mekanisme yang
membuktikan alokasi anggaran dana untuk program kolaborasi, serta setiap pihak
mendapatkan manfaat sesuai dengan yang diharapkan dalam program kolaborasi.
Indikator alokasi anggaran dana program kolaborasi memiliki nilai aktual 0,944.
Pendanaan anggaran dana program kolaborasi dilakukan oleh mitra, karena
adanya keterbatasan pendanaan taman nasional (Putro et al 2012). Alokasi
anggaran program kolaborasi hingga saat ini telah mencakup kebutuhan,
sedangkan beberapa kegiatan yang mengalami pemunduran waktu maka anggaran
dana tersebut akan disimpan hingga kegiatan tersebut berlangsung atau dialihkan
untuk kegiatan yang lain yang mendesak. Anggaran yang dialokasikan untuk
program kolaborasi memiliki mekanisme untuk pertanggungjawaban. Mekanisme
pembuktian alokasi anggaran dana dapat dilakukan dengan pelaporan anggaran
dana yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Nilai aktual untuk indikator adanya
mekanisme untuk membuktikan alokasi anggaran dana untuk program kolaborasi
yaitu 0,778. Indikator setiap pihak mendapatkan manfaat sesuai dengan yang
diharapkan dalam kolaborasi memiliki nilai 0,639. Nilai aktual tersebut lebih kecil
dibandingankan dengan nilai standar yang terapkan, hal tersebut karena hingga
saa ini mitra TNWK belum merasakan manfaat yang diharapkan telah tercapai.
Kriteria saling bertanggung-gugat merupakan pengetahuan setiap pihak
mengenai konsokuensi kolaborasi serta mau mempertanggung-gugatkan program
kolaborasi yang dilaksanakan. Kriteria tersebut terbagi menjadi tiga indikator
yaitu: setiap pihak mengetahui konsekuensi atas kemitraan, adanya sistem
dokumentasi kemitraan dan kesepakatan menuntut hak yang dimiliki, serta adanya
mekanisme yang disepakati oleh setiap pihak dalam mempertanggung-gugatkan
konsekuensi. Berdasarkan kondisi aktual setip pihak mengetahui konsekuensi
kemitraan yang ada dengan nilai aktual 1. Konsekuensi kemitraan dalam hal ini
termasuk pendanaan program kolaborasi yang dilakukan oleh mitra serta
penyediaan tenaga ahli. Adanya sistem dokumentasi kemitraan dan kesepakatan
menuntut hak yang dimiliki memiliki nilai aktual 0,778. Pada mitra dokumentasi
konsekuensi dilakukan dengan pencatatan setiap diadakannya kegiatan terkait
persiapan program kolaborasi seperti FGD maupun rapat koordinasi, sedangkan
dalam taman nasional sistem dokumentasi dilaksanakan dibawah bidang humas.
Sedangkan mekanisme yangdisepakati untuk mempetanggung-gugatkan memiliki
nilai 0,528 lebih kecil daripada nilai standar yang ditetapkan para pakar. Hal
tersebut dikarenakan sudah adanya mekanisme pertanggung-gugatan tetapi hingga
saat ini belum berjalan.

173
Transparasi pengambilan keputusan dalam kolaborasi dilakukan dalam
kegiatan yang menyangkut program kolaborasi. Kriteria transparasi pengambilan
keputusan terbagi menjadi tiga indikator yaitu: adanya mekanisme pengambilan
keputusan bersama, keterlibatan tiap pihak dalam pengambilan keputusan yang
mempengaruhi program kolaborasi, serta setiap pihak mengetahui keputusan
pengelolaan yang berhubungan dengan program kolaborasi. Mekanisme
pengambilan keputusan bersama berhubungan dengan program kolaborasi yang
ada, sehingga setiap pihak yang berpengaruh dalam kolaborasi dapat berpatisipasi
sesuai dengan kesepakatan yang ada. Nilai aktual indikator tersebut adalah 0,722,
serta lebih kecil daripada nilai standart. Hal tersebut dikarenakan mekanisme
pengambilan keputusan belum berjalan karenahanya dilakukan oleh taman
nasional. Dalam pengambilan keputusan pengelolaan yang berpengaruh terhadap
program kolaborasi adanya keterlibatan setiap pihak sangat penting. Indikator
tersebut memiliki nilai aktual 0,5 karena keterlibatan mitra dalam pengambilan
keputusan sangat jarang dilakukan oleh pihak TNWK. Selain keterlibatan setiap
pihak, pemberitahuan keputusan pengelolaan yang berhubungan dengan program
kolaborasi juga sangat penting sehingga perlu dilakukan. Indikator tersebut
memiliki nilai 0,5, sehingga dapat diketahui nilai setiap indikator dalam kriteria
transparasi pengambilan keputusan bersama di bawah nilai standar yang ada.
Kriteria komitemen saling menguatkan kapasitas terbagi menjadi dua
indikator yaitu adanya mekanisme penguatan kapasitas dan adanya program
pengembangan kapasitas. Berdasarkan nilai aktual didapatkan nilai aktual adanya
mekanisme penguatan kapasitas 0,722. Hal tersebut dikarenakan dalam mekanism
penguatan kapasitas di TNWK belum terlaksana sepenuhnya. Sedangkan untuk
adanya program pengembangan kapasitas memiliki nilai 0,361. Hal tersebut
dikarenakan sebagian mitra tidak memiliki program pengembangan kapasitas
yang ditujukan kepada pihak TNWK, tetapi program pengembangan kapsitas
yang ada ditujukan kepada masyarakat. Selain itu terdapat mitra yang program
pengembangan kapasitanya belum terlaksana hingga saat ini.
Penguatan Proses Kolaborasi
Penguatan proses kolaborasi yang terdapat di Way Kambas dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan indikator dalam kriteria yang memiliki
sensitivitas tinggi. Indikator yang memiliki sensitivitas tinggi diketahui dari
dynamic sensitivity dengan percobaan trial and error. Sensitivitas indikator
diketahui dengan penambahan 10% dari setiap prinsip. Prinsip yang digunakan
terbagi menjadi prasyarat kolaborasi yang merupakan dasar dalam pelaksanaan
kolaborasi, serta syarat cukup kolaborasi yang merupakan kondisi agar program
kolaborasi berjalan. Berdasarkan percobaan dynamic sensitivity diketahui terdapat
enam indikator yang sensitif terhadap tujuan yang dicapai yaitu: visi dan misi
mitra sejalan dengan visi dan misi taman nasional, adanya dokumen kesepakatan
antara mitra dan taman nasional, dokumen kesepakatan hak dan kewajiban,
mekanisme pengambilan keputusan, keterlibatan tiap pihak dalam pengambilan
keputusan, dan adanya alokasi anggaran dana. Indikator tersebut terdapat dalam
empat kriteria yaitu: komitmen untuk bekerjasama, kesepakatan hak dan
kewajiban, kesetaraan distribusi biaya dan manfaat, serta transparasi pengambilan

418
keputusan. Ketika pengelola ingin prinsip prasyarat kolaborasi menjadi lebih baik
maka kriteria yang perlu ditingkatkan adalah komitmen untuk bekerjasama,
kesepakatan hak dan kewajiban. Sedangkan untuk meningkatkan syarat cukup
kolaborasi maka kriteria yang ditingkatkan yaitu kesetaraan distribusi biaya dan
manfaat serta transparasi pengambilan keputusan. Adanya indikator yang belum
tercapai mempengaruhi indikator lain dalam satu kriteria yang memiliki indikator
yang sensitif terhadap perubahan. Peningkatan dapat dilakukan dengan
meningkatkan indikator yang belum tercapai dalam kriteria yang sensitif
(Lampiran 2).
Kesesuaian program kolaborasi dengan landasan hukum
Ketidaktercapaian landasan hukum yang berlaku di TNWK terdapat pada
mitra YABI pada program penangkaran Badak sumatera terkait pengambilan
pakan badak yang dilakukan di zona inti. Zona inti adalah bagian kawasan taman
nasional yang tidak di perbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas
manusia (Depatemen Kehutanan 1990). Pengambilan pakan badak di zona inti
dilakukan karena kawasan ketersediaan pakan badak dan akses yang lebih dekat
dengan penangkaran badak.
Landasan hukum yang berlaku di taman nasional seringkali tidak tercapai
dalam pengelolaan taman nasional. Gavin et al (2009) menyampaikan ancaman
ketidak tercapaian landasan hukum disebabkan adanya penggunaan sumberdaya
illegal yang mencakup satwa dan tumbuhan.Pelanggaran hukum juga terjadi di
Taman Nasional Gonarezhou, Zimbabwe terhadap perburuan satwaliar (Gandiwa
et al 2014). Untuk mengurangi pengambilan pakan badak pada zona inti
dilakukan program restorasi pakan badak, yang di mulai pada tahun 2013, tetapi
hingga saat ini belum dapat diambil pakan melalui restorasi tersebut.
Kesesuaian program dengan rencana
Program kolaborasi yang terdapat di Taman Nasional Way Kambas tidak
tercapai pada mitra Silvagama. Hal tersebut dikarenakan adanya pemunduran
waktu pada program kolaborasi yang ada. Selain itu tidak tercapainya tujuan
dalam program silvagama. Silvagama merupakan mitra taman nasional yang
fokus pada kegiatan restorasi. Program penanaman serta pelatihan dalkarhut pada
kawasan restorasi mengalami pemunduran sehingga tidak sesuai dengan waktu
perencanaan yang telah disusun bersama. Selain itu tujuan dari kawasan restorasi
untuk mengembalikan habitat kawasan TNWK serta mengurangi kebakaran juga
belum tercapai. Hal tersebut dikarenakan kawasan restorasi mengalami kebakaran
sehingga tujuan yang di harapkan belum tercapai.
Manfaat program kolaborasi
Program kolaborasi yang terdapat pada Taman Nasional Way Kambas
belum terasa manfaat sesuai yang diharapkan oleh mitra kerja Taman Nasional
Way Kambas. Manfaat yang di harapkan mitra dalam program kolaborasi berupa:
kelestarian harimau, badak, satwa mangsa, dan ekosistem, masyarakat desa
penyangga yang mandiri, serta terciptanya ekowisata di Taman Nasional Way
Kambas yang melibatkan masyarakat. Ketidaktercapaian manfaat yang
diharapkan mitra berupa kelestarian satwa serta ekosistem terjadi pada mitra
YABI, PKHS, Unila, Makin-Group, Yapeka, Silvagama, ALeRT, Vesswic dan
WCS, hal tersebut terjadi dikarenakan masyarakat yang bergantung kepada taman

19
3
nasional serta belum adanya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
kelestarian satwa dan ekosistem taman nasional. Sedangkan terwujudnya
masyarakat desa penyangga mandiri dan ekowisata pada taman nasional terdapat
pada mitra AleRT dan Unila. Masyarakat desa penyangga taman nasional telah
dilakukan pelatihan agar tidak bergantung pada taman nasional serta
meningkatkan pendapatan. Sehingga manfaat yang diharapkan dalam program
kolaboratif tidak dapat dirasakan semua pihak apabila tidak ada kerjasama yang
baik antara pemerintah, LSM, dan masyarakat (Wunder 2007). Hal tersebut
dikarenakan kolaborasi merupakan proses sosial untuk mendapatkan manfaat
bersama (Imperial 2005).
Keputusan pengelolaan yang berhubungan dengan kolaborasi
Keputusan pengelolaan yang berhubungan dengan program kolaborasi di
laksanakan terhadap mitra Taman Nasional Way Kambas yang bekerjasama
dengan mitra lain melalui taman nasional antara lain : YABI, ALeRT, PT. Banyu
Kahuripan. Kerjasama melalui taman nasional dikarenakan taman nasional tidak
dapat menerima bantuan dana secara langsung sehingga membutuhkan pihak
ketiga. Pemberi bantuan dana yaitu PT. Banyu Kahuripan serta penerima dana
yaitu ALeRT dan YABI. Penerimaan dana oleh kedua mitra tersebut dikarenakan
tujuan pemberian dana adalah untuk kesejahteraan Badak sumatera di
penangkaran serta pembuatan ladang pakan badak.
Menurut Schoemaker and Jonker (200