IDENTIFIKASI DAN PERKEMBANGAN BENDA-BENDA MUSEUM SIMALUNGUN DI KOTA MADYA PEMATANG SIANTAR.
IDENTIFIKASI DAN PERKEMBANGAN BENDA-BENDA MUSEUM
SIMALUNGUN DI KOTA MADYA PEMATANG SIANTAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
SAMUEL SIMANUNGKALIT
NIM. 3113121067
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
ABSTRAK
Samuel Simanungkalit, NIM : 3113121067, Identifikasi Dan Perkembangan
Benda-Benda Museum Simalungun Di Kota Madya Pematang Siantar. Skripsi
Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang berdirinya Museum
Simalungun, identifikasi dan perkembangan benda-benda Museum Simalungun
serta mengetahui upaya yang akan dilakukan pemerintah dalam menjaga
kelestarian benda-benda tersebut.
Penelitian ini dilakukan di Museum Simalungun Jalan Sudirman No. 20 Pematang
Siantar. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka peneliti
menggunakan metode penelitian lapangan dengan metode pendekatan kualitatif
deskriptif. Yang mana teknik untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan
cara observasi langsung ke lapangan atau observasi ke lokasi penelitian,
wawancara langsung kepada informan di Jalan Sudirman No. 20 Kota Madya
Pematang Siantar, serta melakukan studi pustaka dengan menggunakan bukubuku yang berkaitan dengan objek penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian maka diketahui bahwa Museum Simalungun berdiri
dikarenakan hasil permusyawarah raja-raja Simalungun yang bertujuan untuk
menjaga dan melindungi benda-benda cagar budaya yang bernilai sejarah agar
tidak lenyap ditelan zaman. Museum Simalungun ini dibangun oleh masyarakat
dan raja-raja Simalungun. Museum ini berisi benda-benda atau artefak yang tidak
ternilai harganya dan benda-benda tersebut berasal dari sumbangan masyarakat
dan raja-raja Simalungun. Pada saat ini benda-benda tersebut disusun di dalam
lemari namun masih ada yang terdapat diluar lemari serta benda-benda tersebut
juga diletakkan diluar rumah bolon seperti bebatuan. Benda-benda tersebut
disusun atau dikelompokkan sesuai dengan fungsi atau kegunaan bendabendanya. Namun seiring perkembangan zaman benda-benda yang ada di
Museum Simalungun ini mulai berhilangan sehingga mengurangi pengunjung
yang datang, untuk mengatasi hal tersebut pemerintah masih belum
memperhatikan secara serius mengenai benda-benda yang ada di Museum
Simalungun tersebut.
Kata Kunci : Identifikasi, Perkembangan, Benda-benda Museum.
i
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan, segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya yang tak terhingga berupa kesehatan serta
kemampuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “
Identifikasi dan Perkembangan Benda-Benda Museum Simalungun di Kota Madya
Pematang Siantar.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar
sarjana pendidikan. Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini masih terdapat
banyak sekali kekurangan, baik dari segi isi maupun dalam hal penyajian, mengingat
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis sendiri. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan sumbangan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan skripsi.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis tentu tidak sendiri. Penulis mendapat
banyak bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materil. Maka dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd, selaku Dekan FIS Universitas Negeri Medan.
3. Bapak dan Ibu Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
4. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan
Syarul Nizar, M.A selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah.
5. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan motivasi, kritik dan saran terhadap proses penulisan skripsi.
6. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik pengajar
dan juga dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi.
7. Bapak Dr. Hidayat, M.Si sebagai dosen pengajar dan juga dosen penguji yang telah
memberikan masukan dalam penulisan skripsi.
8. Bapak Dr. Phil Ichwan Azhari, M.S sebagai dosen pengajar dan juga dosen penguji
yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi.
9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan sejarah yang telah membimbing dan
pengajaran kepada penulis selama proses perkuliahan.
10. Kepada informan yang telah bekerjasama dalam memberikan informasi penelitian
skripsi.
11. Orang tua yang tercinta Ibunda Marline Sihombing dan Ayah saya Poltak
Simanungkalit, atas kasih sayangnya berupa doa dan dorongan serta bimbingannya
dan bantuan moril maupun materil, sehingga dapat memotivasi penulis dalam
menyelesaikan masa pendidikan sampai saat ini.
12. Teristimewa kepada Abang saya Robertus Simanungkalit dan adik saya Arie
Simanungkalit yang telah memberikan doa, dan motivasi yang tidak ada hentinya
kepada penulis, dalam menyelesaikan masa pendidikan sampai saat ini.
13. Kepada sabahat-sahabat seperjuangan penulis Surya Hidayat, Janter C. Sihombing,
Aziza Fajar Ningrum, M. Ghazali Bancin, Nuri Yunita, Ika Fadila, Yasipin Fahri,
Adiyati Utari, Reza Yazid, Putra Purba, Tri Ananda Putri, Thomson, Andri dan
teman-teman lainnya yang telah memberikan motivasi kepada penulis dan
memberikan banyak dukungan serta semangat bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan waktu yang diharapkan.
14. Teristimewa kepada Nita Ariany Purba yang sudah banyak membantu dan
mendukung dalam menyelesaikan skripsi saya ini.
15. Terima kasih kepada teman-teman seposko PPL 2014 di SMAN 1 GIRSANG
SIPANGANBOLON yang telah menjadi mitra sekaligus saudara sampai saat in.
16. Kepada teman-teman seperjuangan satu setambuk A dan B Reguler, A dan B
Ekstensi 2011, serta Kakanda dan Adinda Stambuk di Jurusan Pendidikan Sejarah.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi dunia pendidikan sejarah serta bagi siapa yang membacanya.
Medan,
Maret 2016
`Penulis
Samuel Simanungkalit
NIM : 3113121067
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak……………………………………………………………….
Kata Pengantar…………………………………………………........
Daftar Isi……………………………………………………………...
Daftar Gambar………………………………………………………
Daftar Tabel………………………………………………………….
Daftar Lampiran ...............................................................................
i
ii
v
vii
viii
ix
BAB I PENDAHULUAN………………………………………… ...
1.1
Latar Belakang Masalah…………………………………….....
1.2
Identifikasi Masalah……………………………………………
1.3
Pembatasan Masalah…………………………………………..
1.4
Rumusan Masalah…………………………………………......
1.5
Tujuan Penelitian……………………………………………...
1.6
Manfaat Penelitian…………………………………………….
1
1
4
4
5
5
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………. …
2.1
Kerangka Konseptual………………………………………….
2.1.1 Pengertian Identifikasi…………………………………
2.1.2 Pengertian Perkembangan……………………………...
2.1.3 Pengertian Museum Simalungun……………………….
2.1.4 Benda-Benda Bersejarah……………………………….
2.2
Kerangka Berfikir………………………………………………
7
7
7
8
8
11
13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………..
3.1
Metode Penelitian……………………………………………...
3.2
Lokasi Penelitian……………………………………………….
3.3
Informasi Penelitian…………………………………………….
3.4
Sumber Data……………………………………………………
3.5
Teknik Pengumpulan Data……………………………………..
3.6
Teknik Analisa Data……………………………………………
16
16
17
17
18
19
20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………
4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………
4.1.1 Tinjauan Geografis Lokasi Penelitian…………………….
4.2
Latar Belakang Berdirinya Museum Simalungun……………...
4.2.1 Struktur Organisasi Museum Simalungun………………..
4.2.2 Visi dan Misi Permuseuman Nasional……………………
4.2.3 Sarana Dan Prasarana Dalam Museum Simalungun……...
4.3
Identifikasi Benda-benda bersejarah di Museum Simalungun…
4.3.1 Benda-Benda Yang Berada Di Dalam Rumah Bolon
Bagian Atas………………………………………………….…
4.3.2 Benda-Benda Yang Berada Di Dalam Rumah Bolon
Bagian Bawah ……………………………………………
22
22
22
23
25
27
28
30
v
31
64
4.4
4.5
4.3.3 Benda Yang Berada Di Luar Rumah Bolon………………
Perkembangan Dan Kondisi Benda-benda Bersejarah di Museum
Simalungun………………………………………………………
4.4.1 Sistem Pengadaan Koleksi Museu Simalungun……………
4.4.2 Sistem Klasifikasi Koleksi di Museum Simalungun……….
Upaya Pelestarian / Konservasi Benda-benda Bersejarah
di Museum Simalungun Yang dilakukan oleh Pengurus
Yayasan Museum Simalungun dan Pemerintah di Kota
Madya Pematang Siantar..............................................................
80
85
89
91
93
BAB V PENUTUP……………………………………………………
5.1
Kesimpulan…………………………………………………….
5.2
Saran……………………………………………………………
95
95
98
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...
99
LAMPIRAN…………………………………………………………..
100
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15
Gambar 4.16
Gambar 4.17
Gambar 4.18
Gambar 4.19
Gambar 4.20
Gambar 4.21
Gambar 4.22
Gambar 4.23
Gambar 4.24
Gambar 4.25
Gambar 4.26
Gambar 4.27
Gambar 4.28
Gambar 4.29
Gambar 3.30
Gambar 4.31
Gambar 4.32
Gambar 4.33
Gambar 4.34
Gambar 4.35
Gambar 4.36
Kerangka Berfikir………………………………………..
Lemari I Alat Peralatan Makan Sirih Simalungun.............
Lemari 2 Alat Peralatan Rumah Tangga………………...
Lemari 3 Pakaian Pengantin dan Perhiasan……………..
Lemari 4 Alat dan Wadah Perhiasan…………………….
Lemari 5 Alat Perdagangan, Pandai Emas
Dan Pandai Besi…………………………………………
Lemari 6 Peralatan Permainan dan Kegemaran…………
Lemari 7 Peralatan Ilmu Pengetahuan Dan Religi………
Lemari 8 Duit/Uang Logam dan Kertas Yang
Digunakan Masyarakat Simalungun……………………..
Lemari 9 Peralatan Pertanian…………………………….
Lemari 10 Peralatan Berperang…………………………..
Gong………………………………………………………
Gipul………………………………………………………
Bodil Kirtorlap…………………………………………….
Gonrang Bolon…………………………………………….
Garuttung…………………………………………………..
Lemari 1……………………………………………………
Lemari 2……………………………………………………
Lemari 3……………………………………………………
Lemari 4……………………………………………………
Lemari 5…………………………………………………..
Lemari 6…………………………………………………..
Lemari 7…………………………………………………..
Lemari 8…………………………………………………..
Lemari 9…………………………………………………..
Lemari 10…………………………………………………
Lemari 11…………………………………………………
Batu Paranggiran………………………………………….
Batu Pengulu Balang………………………………………
Batu Atippa……………………………………………….
Batu Anisan……………………………………………….
Batu Palas…………………………………………………
Batu Tapean Anggir……………………………………….
Batu Parbolatan……………………………………………
Batu Parholian……………………………………………..
Batu Lak-Lak………………………………………………
Patung Catur Nagur………………………………………..
vii
13
31
33
41
44
47
51
54
56
58
60
62
62
63
63
64
65
67
69
70
71
72
73
74
76
77
79
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Data Modifikasi Klasifikasi Museum Simalungun 2016……..
viii
91
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Pedoman Wawancara………………………………......
Hasil Wawancara……………………………………....
Daftar Informan………………………………………..
Dokumentasi Penelitian Di Museum Simalungun……..
100
103
115
117
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Peninggalan
sejarah
merupakan
warisan
budaya
masa lalu
yang
mempresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat. Peninggalan
sejarah yang tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia merupakan kekayaan
budaya yang harus dijaga dan dilestarikan eksistensinya. Dengan adanya
peninggalan sejarah, bangsa Indonesia dapat belajar dari kekayaan budaya masa
lalu untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada
saat ini dan masa yang akan datang. Apabila bangunan sejarah terpelihara maka
pada suatu zaman akan memberikan ikatan yang berkesinambungan yang erat
antara masa kini dan masa lalu.
Negara Indonesia memiliki banyak peninggalan-peninggalan bersejarah
salah satunya ialah budaya. Indonesia memiliki budaya pada tiap-tiap sukubangsa
yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerusnya. Dari sekian
banyak budaya yang diwariskan terdapat beberapa macam bentuk mulai dari
benda artefak, nyanyian dan adat istiadat. Salah satu temapat peninggalanpeninggalan bersejarah yaitu berada di daerah sumatera utara.
Sumatera utara memiliki banyak budaya yang mana budaya tersebut berasal
dari berbagai suku, salah satunya ialah suku batak simalungun. Suku batak
simalungun ini mendiami wilayah Kabupaten Simalungun dan tersebar di
daerahnya. Suku batak Simalungun ini banyak mewarisi berbagai macam hasil
1
budaya dari nenek moyang terdahulu. Warisan budaya ini harus dilestarikan agar
terjaga kelestariannya dan tidak dicemari oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab. Untuk menjaga kelestarian dari budaya sebagai peninggalan
bersejarah masyarakat suku batak simalungun maka dibangunlah museum sebagai
tempat koleksi hasil budaya.
Museum ini dibangun oleh masyarakat simalungun dan pemerintah
setempat. Museum ini berisi berbagai macam koleksi-koleksi benda artefak yang
tidak ternilai harganya. Museum Simalungun ini dibangun pada april 1939.
Museum Simalungun dibangun atau diprakarsai oleh 7 orang raja simalungun
beserta utusan pemerintah, tokoh masyarakat, kepala distrik dan tungkat pada
pertemuan Harungguan. Diawal berdirinya Museum Simalungun ini bernama
Rumah Pusaka Simalungun namun seiring berkembangnya zaman diganti menjadi
Museum Simalungun. Pada desember 1939, akhirnya proses pembangunan selesai
dan resmi dibuka untuk umum pada tanggal 30 April 1940. Museum ini dikelola
secara professional 14 tahun oleh Yayasan Museum Simalungun yang didirikan
pada tanggal 27 September 1954. Dengan diresmikannya museum Simalungun
tersebut raja-raja marpitu memberikan sumbangan untuk mengisi koleksi museum
berupa Pustaha Lak-lak, Patung-patung batu peninggalan megalitik, peralatan
dapur, peralatan makan, peralatan tenun, perhiasan emas dan perak, koin dan
uangdan lain sebagainya. Maka selain dari pada benda-benda yang menjadi
koleksi, Museum Simalungun merupakan lembaran peristiwa sejarah yang sangat
penting bagi bangsa Simalungun, mengingat kepedulian raja-raja marpitu terhadap
generasi yang akan dating untuk tidak melupakan sejarah Simalungun.
2
Tujuan membangun Museum Simalungun pada masa itu adalah untuk
menjaga dan melindungi benda-benda cagar budaya yang bernilai sejarah agar
tidak lenyap ditelan zaman. Sejak Tanggal 7 Juni 1955 Museum Simalungun
dikelola yayasan museum simalungun. Biaya perawatan dan pemeliharaannya
diharapkan dari sumbangan pengunjung dan pemerintah Kabupaten Simalungun
dan Pemerintah Kota Pematangsiantar.
Namun pada saat ini museum Simalungun sangat memprihatinkan, bendabenda peninggalan sejarah di biarkan berlapuk dan tidak terawat, tanpa adanya
upaya pengawetan dan perawatan maksimal, bahkan ada yang hanya di letakan di
lemari tanpa penutup, ada juga yang di letakan begitu saja di lantai maupun di
sandarkan di dinding. Pengunjung yang dating ke museum sedikit berkurang, itu
dapat di lihat dari data pengunjung yang tertera di kantor museum. Koleksi
Museum Simalungun banyak yang berhilangan, koleksi yang tinggal hanya sekitar
20 % dari jumlah yang ada sebelumnya. Tidak ada upaya meramaikan kunjungan
ke museum oleh pengelola yang di percayakan kepada Yayasan Museum, ini
terjadi karena tidak dibekali ilmu permuseuman, begitu juga dana yang sangat
minim oleh pemerintah daerah, sehingga upaya mengenalkan museum dan
perawatan terkendala.
Melihat kondisi seperti ini diharapkan pemerintah dapat memberikan
perhatian yang khusus agar museum simalungun tidak punah dikarenakan
kurangnya perawatan terhadap benda-benda yang terdapat di museum simalungun
ini. Sebab benda-benda bersejarah dapat menjadi sumber penggalian tentang
3
sejarah dan budaya khususnya kehidupan penduduk Pematang Siantar serta
tingginya nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat pada masa yang lalu.
Berdasarkan latar belakang tersebutlah, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Identifikasi dan Perkembangan Benda-Benda
Museum Simalungun di Kota Madya Pematang Siantar”. Alasan peneliti
melakukan penelitian dikarenakan Museum Simalungun ini sering dikunjungi
oleh masyarakat dan tamu-tamu dari mancanegara yang melakukan kunjungan
wisata ke Pematang Siantar sehingga mereka dapat mengetahui sejarah dari
masyarakat Simalungun tersebut.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi identifikasi
masalah adalah sebagai berikut :
1. Latar belakang berdirinya Museum Simalungun di Kota Madya
Pematang Siantar.
2. Identifikasi dan perkembangan benda-benda peninggalan bersejarah
yang berada di Museum Simalungun.
3. Upaya pelestarian benda-benda bersejarah di Museum Simalungun yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Madya Pematang Siantar.
1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas perlu kiranya dibatasi masalah
dalam penelitian ini yaitu penelitian ini hanya membahas mengenai latar belakang
berdirinya Museum Simalungun di Kota Madya Pematang Siantar, identifikasi
dan perkembangan benda-benda peninggalan bersejarah yang berada di Museum
4
Simalungun, dan upaya pelestarian benda-benda bersejarah di Museum
Simalungun yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Madya Pematang Siantar.
1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah latar belakang berdirinya Museum Simalungun di Kota
Madya Pematang Siantar ?
2. Bagaimanakah identifikasi dan perkembangan benda-benda peninggalan
bersejarah yang berada di Museum Simalungun ?
3. Apa sajakah upaya pelestarian benda-benda bersejarah di Museum
Simalungun yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Madya Pematang
Siantar ?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Museum Simalungun di
Kota Madya Pematang Siantar.
2. Untuk
mengetahui
identifikasi
dan
perkembangan
benda-benda
peninggalan bersejarah yang berada di Museum Simalungun.
3. Untuk mengetahui upaya pelestarian benda-benda bersejarah di Museum
Simalungun yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Madya Pematang
Siantar.
5
1.6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas makaakan diperoleh manfaat dalam
penelitian ini yaitu :
1. Sebagai
sumber
wawasan
dan
pengetahuan
tentang
Museum
Simalungun yang berada di Kota Madya Pematang Siantar.
2. Sebagai sumber referensi bahan perbandingan terhadap hasil penelitian
yang telah ada maupun digunakan bagi penelitian sebagai bahan
rujukan.
6
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Melalui hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan serta
mengacu pada rumusan masalah, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Museum Simalungun dibangun oleh masyarakat Simalungun dan pemerintah
setempat. Museum ini berisi berbagai macam koleksi-koleksi benda artefak
yang tidak ternilai harganya. Museum Simalungun ini dibangun pada 10 april
1939 oleh 7 orang Raja-Raja Napitu atau Raja Suku Simalungun beserta
utusannya. Pada desember 1939 akhirnya proses pembangunan selesai dan
resmi dibuka untuk umum pada tanggal 30 April 1940.
2.
Benda-benda bersejarah yang menjadi koleksi di Museum Simalungun
dikelompokkan berdasarkan fungsi atau kegunaan masing-masing benda
walaupun masih ada terdapat benda-benda yang tidak dikelompokkan.
Pengelompokkan tersebut adalah alat peralatan makan sirih (podalayam,
lupak-lupak, tagan, tuktuk, pangupas, bajut hundul, tepak, gappil, bajut
marlakkop, gappil, dan partijuran), peralatan rumah tangga (parborasan,
salangan pinggan, sapah hayu, piring, tatabu, kuhur-kuhur, tuppanan,
haronduk, tambahur, patimah, hude-hude, palita, tapongan, sasakan, tuppanan
suluh, lohar, abal-abal, singgung, solpah, hitang, sonduk buluh, talam
resseng, serek kuningan, humbar, batil besar, batil paranggiran, pahar biasa,
pinggan jarojak, pinggan pasu ijo, pinggan pasu biru, tutup serek porselin,
95
dondang, hudon tanoh, sakkalan, tutup teko kopi, panggilingan ni lanssina,
tombuan, Gucci, balangan, renseng, londang, mare-mare, gappil, gayanggayang sarib dan pahar biasa), pakaian pengantin dan perhiasan (gotong, baju
toluk, hiou ragi panei, ulos suri-suri, bulang, baju soju, pisou suhul gading,
pisou puei, raot, raot badik dan sarung raot), alat dan wadah perhiasan
(tabung buluh, tabung tanduk, tabung holi-holi, tabung sarib, abal-abal, hopuk
lak-lak, tabung kuningan, liter, tabung-tabung, hopuk marpihas, golang, tittin,
hopuk kulit kayu, hopuk hotang, tabung/pot kayu, hopuk, ponding, rudang
hapias dan tangkuluk buluh), alat perdagangan pandai emas dan pandai besi
(dasing, pamondulan, dirip, panjabat, parpalu, pisou, rasip, palita, sihat,
nanggar, balliung, polas, tatambal, raot pinar, jakka, turpani pisou, roppa
silima, giring-giring dan panorad), peralatan permainan dan kegemaran (satur,
gasing, sappak hotang, dadu rappah, hukkung, lubuk, lanjaan si jonaha, onjaonja, garung, tabung, tapak margajah, girikan, batil, loting mambal, tanduk),
peralatan ilmu pengetahuan dan religi (pustaka, buluh-buluh tondung,
parhalaan, buluh marsurat, ulos suri-suri, zimat, tabung, stempel, gana-gana
dan tabung), duit/uang logam dan kertas yang digunakan masyarakat
simalungun (duit logam Indonesia, duit kertas Indonesia, duit Belanda, duit
Hongkong, duit Singapura, duit Muang Thai, duit lima rupiah, duit kortas,
duit kertas dan duit Malaysia), peralatan pertanian (assuan, agadi, aldoman,
baliung, balbal, dan garigit), peralatan berperang (suga, suga pikpihan, sior,
rantai gotong dan inal), diluar lemari (gong, gipul, bodil kirtorlap, gonrang
bolon dan garuttung), bagian bawah lemari 1 (batil, garung panginuman,
96
ramboan, akkal, sarib panginuman, sapah hayu, sakkalan, hopuk dan piring
hias), lemari 2 (rukun, ombusan, tanggungan, garigit, baluhat, garung
panginuman, parpagutanni dayok, gattang, tukkot balehat, tengtung, tajak,
gargar, andalu pakkuh dan hurungan dayok), lemari 3 (bubu, turbung, hirang
dan tandukan), lemari 4 (salangan ogung, suluh damar dan gonrang siduadua), lemari 5 (pahar dan batil), lemari 6 (gonrang kuningan perunggu),
lemari 7 (hirang, tapongan, garpei, roppa rarat, tuppanan dan haronduk),
lemari 8 (dondongan, hudei, parpandean, harang anduhur, kuhuran, salung,
garigit dan toppik) , lemari 9 (garuttung, toping, lanjaan si jonaha, uhiran
kayu, motip rumah berbentuk pinar mussuh dan setak), lemari 10 (raga,
tuppanan, garpei, gayang-gayang, slangan pinggan, haronduk dan roppa
darat), lemari 11 (serek, batil, samborik dan londang/dondang) serta pada
bagian luar halaman terdapat batu (paranggiran, pengulu balang, atippa,
anisan, palas, tapean anggir, parbolatan, parholian, lak-lak dan patung catur
raja nanggur).
3.
Adapun upaya yang dilakukan pemerintah terkhusus pemerintah Kabupaten
Simalungun masih kurang memadai dikarenakan letak Museum Simalungun
berada di Wilayah Administrasi Kota Madya Pematang Siantar yang dulunya
Kabupaten Simalungun sehingga pihak pemerintah Kabupaten Simalungun
enggan untuk mencampuri mengenai Museum Simalungun ini, sehingga
solusi yang diberikan yaitu ingin memindahkan Museum Simalungun ke
Pematang Raya namun masih perlu di pikirkan kembali dikarenakan berbagai
pertimbangan. Untuk mengatasi hal tersebut maka diharapkan pemerintah
97
Kabupaten Simalungun dapat bekerja sama dengan pihak pemerintah
Wilayah Administrasi Kota Madya Pematang Siantar demi menjaga
kelestarian Museum Simalungun ini agar tidak punah ditelan zaman.
5.2
Saran
Peninggalan-peninggalan leluhur Simalungun terkhusus yang berada di
Museum Simalungun memiliki nilai yang tak terhingga. Berdasarkan peninggalan
tersebut dapat dijadikan sebagai cermin jiwa dan kepribadian serta karakter
masyarakat Simalungun. Oleh karena itu, penulis memiliki beberapa saran sebagai
berikut :
1.
Semoga koleksi di Museum Simalungun dapat terus dijaga dan lebih
diperhatikan akan kelestariannya sehingga nilai budaya yang terkandung
dapat tersalurkan.
2.
Agar pemerintah dan masyarakat dapat lebih bekerja sama dalam jaga
koleksi di Museum Simalungun serta saling mendukung baik dukungan
moril maupun dukungan material sehingga museum dapat beroperasi dan
berkembang mewujudkan visi dan misinya.
3.
Diharapkan
pengurus
Museum
Simalungun
lebih
meningkatkan
kemampuan dalam pengelolaan museum agar Museum Simalungun mampu
menjangkau masyarakat luas bahkan mancanegara dam menjadi ikon
terbaik di Kota Madya Pematang Siantar.
98
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, dkk. 2012. Sejarah Etnis Simalungun. Pematang Siantar : Hutarih Jaya
Damanik, Djahutar. 1994. Peradaban Simalungun. Pematang Siantar : KPBS
Hastuti, Retno. 2011. ATLAS Tematik Kabupaten Simalungun. Klaten : PT Intan
Pariwara
Hatmoko. 2009. Museografia Majalah Ilmu Permuseuman. Jakarta : Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Museum
Hurlock, Elisabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Katalog Koleksi Museum Simalungun Pematang Siantar
Koentowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Pendidikan. Bandung : PT Benteng Pustaka
Moleong, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaha
Rosdakarya
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta : Kencana Prenadamedia
Purba, MD. 1978. Museum Simalungun. Medan : MD Purba
Sedyawati, Edi. 2009. Museografia Majalah Ilmu Permuseuman. Jakarta :
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Museum
Simanjuntak, Bungaran A. 2012. Konsepku Membangun Bangso Batak. Jakarta :
Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Sjamsuddin, Helius. 2011. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : OMBAK
Undang-Undang Nomor. 11 Tahun 2010
99
SIMALUNGUN DI KOTA MADYA PEMATANG SIANTAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
SAMUEL SIMANUNGKALIT
NIM. 3113121067
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
ABSTRAK
Samuel Simanungkalit, NIM : 3113121067, Identifikasi Dan Perkembangan
Benda-Benda Museum Simalungun Di Kota Madya Pematang Siantar. Skripsi
Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang berdirinya Museum
Simalungun, identifikasi dan perkembangan benda-benda Museum Simalungun
serta mengetahui upaya yang akan dilakukan pemerintah dalam menjaga
kelestarian benda-benda tersebut.
Penelitian ini dilakukan di Museum Simalungun Jalan Sudirman No. 20 Pematang
Siantar. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka peneliti
menggunakan metode penelitian lapangan dengan metode pendekatan kualitatif
deskriptif. Yang mana teknik untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan
cara observasi langsung ke lapangan atau observasi ke lokasi penelitian,
wawancara langsung kepada informan di Jalan Sudirman No. 20 Kota Madya
Pematang Siantar, serta melakukan studi pustaka dengan menggunakan bukubuku yang berkaitan dengan objek penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian maka diketahui bahwa Museum Simalungun berdiri
dikarenakan hasil permusyawarah raja-raja Simalungun yang bertujuan untuk
menjaga dan melindungi benda-benda cagar budaya yang bernilai sejarah agar
tidak lenyap ditelan zaman. Museum Simalungun ini dibangun oleh masyarakat
dan raja-raja Simalungun. Museum ini berisi benda-benda atau artefak yang tidak
ternilai harganya dan benda-benda tersebut berasal dari sumbangan masyarakat
dan raja-raja Simalungun. Pada saat ini benda-benda tersebut disusun di dalam
lemari namun masih ada yang terdapat diluar lemari serta benda-benda tersebut
juga diletakkan diluar rumah bolon seperti bebatuan. Benda-benda tersebut
disusun atau dikelompokkan sesuai dengan fungsi atau kegunaan bendabendanya. Namun seiring perkembangan zaman benda-benda yang ada di
Museum Simalungun ini mulai berhilangan sehingga mengurangi pengunjung
yang datang, untuk mengatasi hal tersebut pemerintah masih belum
memperhatikan secara serius mengenai benda-benda yang ada di Museum
Simalungun tersebut.
Kata Kunci : Identifikasi, Perkembangan, Benda-benda Museum.
i
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan, segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya yang tak terhingga berupa kesehatan serta
kemampuan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “
Identifikasi dan Perkembangan Benda-Benda Museum Simalungun di Kota Madya
Pematang Siantar.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar
sarjana pendidikan. Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini masih terdapat
banyak sekali kekurangan, baik dari segi isi maupun dalam hal penyajian, mengingat
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis sendiri. Oleh karena itu, dengan
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan sumbangan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan skripsi.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis tentu tidak sendiri. Penulis mendapat
banyak bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril maupun materil. Maka dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd, selaku Dekan FIS Universitas Negeri Medan.
3. Bapak dan Ibu Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
4. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku ketua Jurusan Pendidikan Sejarah dan
Syarul Nizar, M.A selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Sejarah.
5. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan motivasi, kritik dan saran terhadap proses penulisan skripsi.
6. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik pengajar
dan juga dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi.
7. Bapak Dr. Hidayat, M.Si sebagai dosen pengajar dan juga dosen penguji yang telah
memberikan masukan dalam penulisan skripsi.
8. Bapak Dr. Phil Ichwan Azhari, M.S sebagai dosen pengajar dan juga dosen penguji
yang telah memberikan masukan dalam penulisan skripsi.
9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan sejarah yang telah membimbing dan
pengajaran kepada penulis selama proses perkuliahan.
10. Kepada informan yang telah bekerjasama dalam memberikan informasi penelitian
skripsi.
11. Orang tua yang tercinta Ibunda Marline Sihombing dan Ayah saya Poltak
Simanungkalit, atas kasih sayangnya berupa doa dan dorongan serta bimbingannya
dan bantuan moril maupun materil, sehingga dapat memotivasi penulis dalam
menyelesaikan masa pendidikan sampai saat ini.
12. Teristimewa kepada Abang saya Robertus Simanungkalit dan adik saya Arie
Simanungkalit yang telah memberikan doa, dan motivasi yang tidak ada hentinya
kepada penulis, dalam menyelesaikan masa pendidikan sampai saat ini.
13. Kepada sabahat-sahabat seperjuangan penulis Surya Hidayat, Janter C. Sihombing,
Aziza Fajar Ningrum, M. Ghazali Bancin, Nuri Yunita, Ika Fadila, Yasipin Fahri,
Adiyati Utari, Reza Yazid, Putra Purba, Tri Ananda Putri, Thomson, Andri dan
teman-teman lainnya yang telah memberikan motivasi kepada penulis dan
memberikan banyak dukungan serta semangat bagi penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan waktu yang diharapkan.
14. Teristimewa kepada Nita Ariany Purba yang sudah banyak membantu dan
mendukung dalam menyelesaikan skripsi saya ini.
15. Terima kasih kepada teman-teman seposko PPL 2014 di SMAN 1 GIRSANG
SIPANGANBOLON yang telah menjadi mitra sekaligus saudara sampai saat in.
16. Kepada teman-teman seperjuangan satu setambuk A dan B Reguler, A dan B
Ekstensi 2011, serta Kakanda dan Adinda Stambuk di Jurusan Pendidikan Sejarah.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi dunia pendidikan sejarah serta bagi siapa yang membacanya.
Medan,
Maret 2016
`Penulis
Samuel Simanungkalit
NIM : 3113121067
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak……………………………………………………………….
Kata Pengantar…………………………………………………........
Daftar Isi……………………………………………………………...
Daftar Gambar………………………………………………………
Daftar Tabel………………………………………………………….
Daftar Lampiran ...............................................................................
i
ii
v
vii
viii
ix
BAB I PENDAHULUAN………………………………………… ...
1.1
Latar Belakang Masalah…………………………………….....
1.2
Identifikasi Masalah……………………………………………
1.3
Pembatasan Masalah…………………………………………..
1.4
Rumusan Masalah…………………………………………......
1.5
Tujuan Penelitian……………………………………………...
1.6
Manfaat Penelitian…………………………………………….
1
1
4
4
5
5
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………. …
2.1
Kerangka Konseptual………………………………………….
2.1.1 Pengertian Identifikasi…………………………………
2.1.2 Pengertian Perkembangan……………………………...
2.1.3 Pengertian Museum Simalungun……………………….
2.1.4 Benda-Benda Bersejarah……………………………….
2.2
Kerangka Berfikir………………………………………………
7
7
7
8
8
11
13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………………..
3.1
Metode Penelitian……………………………………………...
3.2
Lokasi Penelitian……………………………………………….
3.3
Informasi Penelitian…………………………………………….
3.4
Sumber Data……………………………………………………
3.5
Teknik Pengumpulan Data……………………………………..
3.6
Teknik Analisa Data……………………………………………
16
16
17
17
18
19
20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………
4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………
4.1.1 Tinjauan Geografis Lokasi Penelitian…………………….
4.2
Latar Belakang Berdirinya Museum Simalungun……………...
4.2.1 Struktur Organisasi Museum Simalungun………………..
4.2.2 Visi dan Misi Permuseuman Nasional……………………
4.2.3 Sarana Dan Prasarana Dalam Museum Simalungun……...
4.3
Identifikasi Benda-benda bersejarah di Museum Simalungun…
4.3.1 Benda-Benda Yang Berada Di Dalam Rumah Bolon
Bagian Atas………………………………………………….…
4.3.2 Benda-Benda Yang Berada Di Dalam Rumah Bolon
Bagian Bawah ……………………………………………
22
22
22
23
25
27
28
30
v
31
64
4.4
4.5
4.3.3 Benda Yang Berada Di Luar Rumah Bolon………………
Perkembangan Dan Kondisi Benda-benda Bersejarah di Museum
Simalungun………………………………………………………
4.4.1 Sistem Pengadaan Koleksi Museu Simalungun……………
4.4.2 Sistem Klasifikasi Koleksi di Museum Simalungun……….
Upaya Pelestarian / Konservasi Benda-benda Bersejarah
di Museum Simalungun Yang dilakukan oleh Pengurus
Yayasan Museum Simalungun dan Pemerintah di Kota
Madya Pematang Siantar..............................................................
80
85
89
91
93
BAB V PENUTUP……………………………………………………
5.1
Kesimpulan…………………………………………………….
5.2
Saran……………………………………………………………
95
95
98
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...
99
LAMPIRAN…………………………………………………………..
100
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15
Gambar 4.16
Gambar 4.17
Gambar 4.18
Gambar 4.19
Gambar 4.20
Gambar 4.21
Gambar 4.22
Gambar 4.23
Gambar 4.24
Gambar 4.25
Gambar 4.26
Gambar 4.27
Gambar 4.28
Gambar 4.29
Gambar 3.30
Gambar 4.31
Gambar 4.32
Gambar 4.33
Gambar 4.34
Gambar 4.35
Gambar 4.36
Kerangka Berfikir………………………………………..
Lemari I Alat Peralatan Makan Sirih Simalungun.............
Lemari 2 Alat Peralatan Rumah Tangga………………...
Lemari 3 Pakaian Pengantin dan Perhiasan……………..
Lemari 4 Alat dan Wadah Perhiasan…………………….
Lemari 5 Alat Perdagangan, Pandai Emas
Dan Pandai Besi…………………………………………
Lemari 6 Peralatan Permainan dan Kegemaran…………
Lemari 7 Peralatan Ilmu Pengetahuan Dan Religi………
Lemari 8 Duit/Uang Logam dan Kertas Yang
Digunakan Masyarakat Simalungun……………………..
Lemari 9 Peralatan Pertanian…………………………….
Lemari 10 Peralatan Berperang…………………………..
Gong………………………………………………………
Gipul………………………………………………………
Bodil Kirtorlap…………………………………………….
Gonrang Bolon…………………………………………….
Garuttung…………………………………………………..
Lemari 1……………………………………………………
Lemari 2……………………………………………………
Lemari 3……………………………………………………
Lemari 4……………………………………………………
Lemari 5…………………………………………………..
Lemari 6…………………………………………………..
Lemari 7…………………………………………………..
Lemari 8…………………………………………………..
Lemari 9…………………………………………………..
Lemari 10…………………………………………………
Lemari 11…………………………………………………
Batu Paranggiran………………………………………….
Batu Pengulu Balang………………………………………
Batu Atippa……………………………………………….
Batu Anisan……………………………………………….
Batu Palas…………………………………………………
Batu Tapean Anggir……………………………………….
Batu Parbolatan……………………………………………
Batu Parholian……………………………………………..
Batu Lak-Lak………………………………………………
Patung Catur Nagur………………………………………..
vii
13
31
33
41
44
47
51
54
56
58
60
62
62
63
63
64
65
67
69
70
71
72
73
74
76
77
79
80
81
81
82
82
83
83
84
84
85
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Data Modifikasi Klasifikasi Museum Simalungun 2016……..
viii
91
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Pedoman Wawancara………………………………......
Hasil Wawancara……………………………………....
Daftar Informan………………………………………..
Dokumentasi Penelitian Di Museum Simalungun……..
100
103
115
117
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Peninggalan
sejarah
merupakan
warisan
budaya
masa lalu
yang
mempresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat. Peninggalan
sejarah yang tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia merupakan kekayaan
budaya yang harus dijaga dan dilestarikan eksistensinya. Dengan adanya
peninggalan sejarah, bangsa Indonesia dapat belajar dari kekayaan budaya masa
lalu untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada
saat ini dan masa yang akan datang. Apabila bangunan sejarah terpelihara maka
pada suatu zaman akan memberikan ikatan yang berkesinambungan yang erat
antara masa kini dan masa lalu.
Negara Indonesia memiliki banyak peninggalan-peninggalan bersejarah
salah satunya ialah budaya. Indonesia memiliki budaya pada tiap-tiap sukubangsa
yang diwariskan oleh nenek moyang kepada generasi penerusnya. Dari sekian
banyak budaya yang diwariskan terdapat beberapa macam bentuk mulai dari
benda artefak, nyanyian dan adat istiadat. Salah satu temapat peninggalanpeninggalan bersejarah yaitu berada di daerah sumatera utara.
Sumatera utara memiliki banyak budaya yang mana budaya tersebut berasal
dari berbagai suku, salah satunya ialah suku batak simalungun. Suku batak
simalungun ini mendiami wilayah Kabupaten Simalungun dan tersebar di
daerahnya. Suku batak Simalungun ini banyak mewarisi berbagai macam hasil
1
budaya dari nenek moyang terdahulu. Warisan budaya ini harus dilestarikan agar
terjaga kelestariannya dan tidak dicemari oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab. Untuk menjaga kelestarian dari budaya sebagai peninggalan
bersejarah masyarakat suku batak simalungun maka dibangunlah museum sebagai
tempat koleksi hasil budaya.
Museum ini dibangun oleh masyarakat simalungun dan pemerintah
setempat. Museum ini berisi berbagai macam koleksi-koleksi benda artefak yang
tidak ternilai harganya. Museum Simalungun ini dibangun pada april 1939.
Museum Simalungun dibangun atau diprakarsai oleh 7 orang raja simalungun
beserta utusan pemerintah, tokoh masyarakat, kepala distrik dan tungkat pada
pertemuan Harungguan. Diawal berdirinya Museum Simalungun ini bernama
Rumah Pusaka Simalungun namun seiring berkembangnya zaman diganti menjadi
Museum Simalungun. Pada desember 1939, akhirnya proses pembangunan selesai
dan resmi dibuka untuk umum pada tanggal 30 April 1940. Museum ini dikelola
secara professional 14 tahun oleh Yayasan Museum Simalungun yang didirikan
pada tanggal 27 September 1954. Dengan diresmikannya museum Simalungun
tersebut raja-raja marpitu memberikan sumbangan untuk mengisi koleksi museum
berupa Pustaha Lak-lak, Patung-patung batu peninggalan megalitik, peralatan
dapur, peralatan makan, peralatan tenun, perhiasan emas dan perak, koin dan
uangdan lain sebagainya. Maka selain dari pada benda-benda yang menjadi
koleksi, Museum Simalungun merupakan lembaran peristiwa sejarah yang sangat
penting bagi bangsa Simalungun, mengingat kepedulian raja-raja marpitu terhadap
generasi yang akan dating untuk tidak melupakan sejarah Simalungun.
2
Tujuan membangun Museum Simalungun pada masa itu adalah untuk
menjaga dan melindungi benda-benda cagar budaya yang bernilai sejarah agar
tidak lenyap ditelan zaman. Sejak Tanggal 7 Juni 1955 Museum Simalungun
dikelola yayasan museum simalungun. Biaya perawatan dan pemeliharaannya
diharapkan dari sumbangan pengunjung dan pemerintah Kabupaten Simalungun
dan Pemerintah Kota Pematangsiantar.
Namun pada saat ini museum Simalungun sangat memprihatinkan, bendabenda peninggalan sejarah di biarkan berlapuk dan tidak terawat, tanpa adanya
upaya pengawetan dan perawatan maksimal, bahkan ada yang hanya di letakan di
lemari tanpa penutup, ada juga yang di letakan begitu saja di lantai maupun di
sandarkan di dinding. Pengunjung yang dating ke museum sedikit berkurang, itu
dapat di lihat dari data pengunjung yang tertera di kantor museum. Koleksi
Museum Simalungun banyak yang berhilangan, koleksi yang tinggal hanya sekitar
20 % dari jumlah yang ada sebelumnya. Tidak ada upaya meramaikan kunjungan
ke museum oleh pengelola yang di percayakan kepada Yayasan Museum, ini
terjadi karena tidak dibekali ilmu permuseuman, begitu juga dana yang sangat
minim oleh pemerintah daerah, sehingga upaya mengenalkan museum dan
perawatan terkendala.
Melihat kondisi seperti ini diharapkan pemerintah dapat memberikan
perhatian yang khusus agar museum simalungun tidak punah dikarenakan
kurangnya perawatan terhadap benda-benda yang terdapat di museum simalungun
ini. Sebab benda-benda bersejarah dapat menjadi sumber penggalian tentang
3
sejarah dan budaya khususnya kehidupan penduduk Pematang Siantar serta
tingginya nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat pada masa yang lalu.
Berdasarkan latar belakang tersebutlah, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Identifikasi dan Perkembangan Benda-Benda
Museum Simalungun di Kota Madya Pematang Siantar”. Alasan peneliti
melakukan penelitian dikarenakan Museum Simalungun ini sering dikunjungi
oleh masyarakat dan tamu-tamu dari mancanegara yang melakukan kunjungan
wisata ke Pematang Siantar sehingga mereka dapat mengetahui sejarah dari
masyarakat Simalungun tersebut.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi identifikasi
masalah adalah sebagai berikut :
1. Latar belakang berdirinya Museum Simalungun di Kota Madya
Pematang Siantar.
2. Identifikasi dan perkembangan benda-benda peninggalan bersejarah
yang berada di Museum Simalungun.
3. Upaya pelestarian benda-benda bersejarah di Museum Simalungun yang
dilakukan oleh Pemerintah Kota Madya Pematang Siantar.
1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas perlu kiranya dibatasi masalah
dalam penelitian ini yaitu penelitian ini hanya membahas mengenai latar belakang
berdirinya Museum Simalungun di Kota Madya Pematang Siantar, identifikasi
dan perkembangan benda-benda peninggalan bersejarah yang berada di Museum
4
Simalungun, dan upaya pelestarian benda-benda bersejarah di Museum
Simalungun yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Madya Pematang Siantar.
1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah latar belakang berdirinya Museum Simalungun di Kota
Madya Pematang Siantar ?
2. Bagaimanakah identifikasi dan perkembangan benda-benda peninggalan
bersejarah yang berada di Museum Simalungun ?
3. Apa sajakah upaya pelestarian benda-benda bersejarah di Museum
Simalungun yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Madya Pematang
Siantar ?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Museum Simalungun di
Kota Madya Pematang Siantar.
2. Untuk
mengetahui
identifikasi
dan
perkembangan
benda-benda
peninggalan bersejarah yang berada di Museum Simalungun.
3. Untuk mengetahui upaya pelestarian benda-benda bersejarah di Museum
Simalungun yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Madya Pematang
Siantar.
5
1.6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas makaakan diperoleh manfaat dalam
penelitian ini yaitu :
1. Sebagai
sumber
wawasan
dan
pengetahuan
tentang
Museum
Simalungun yang berada di Kota Madya Pematang Siantar.
2. Sebagai sumber referensi bahan perbandingan terhadap hasil penelitian
yang telah ada maupun digunakan bagi penelitian sebagai bahan
rujukan.
6
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Melalui hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan serta
mengacu pada rumusan masalah, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Museum Simalungun dibangun oleh masyarakat Simalungun dan pemerintah
setempat. Museum ini berisi berbagai macam koleksi-koleksi benda artefak
yang tidak ternilai harganya. Museum Simalungun ini dibangun pada 10 april
1939 oleh 7 orang Raja-Raja Napitu atau Raja Suku Simalungun beserta
utusannya. Pada desember 1939 akhirnya proses pembangunan selesai dan
resmi dibuka untuk umum pada tanggal 30 April 1940.
2.
Benda-benda bersejarah yang menjadi koleksi di Museum Simalungun
dikelompokkan berdasarkan fungsi atau kegunaan masing-masing benda
walaupun masih ada terdapat benda-benda yang tidak dikelompokkan.
Pengelompokkan tersebut adalah alat peralatan makan sirih (podalayam,
lupak-lupak, tagan, tuktuk, pangupas, bajut hundul, tepak, gappil, bajut
marlakkop, gappil, dan partijuran), peralatan rumah tangga (parborasan,
salangan pinggan, sapah hayu, piring, tatabu, kuhur-kuhur, tuppanan,
haronduk, tambahur, patimah, hude-hude, palita, tapongan, sasakan, tuppanan
suluh, lohar, abal-abal, singgung, solpah, hitang, sonduk buluh, talam
resseng, serek kuningan, humbar, batil besar, batil paranggiran, pahar biasa,
pinggan jarojak, pinggan pasu ijo, pinggan pasu biru, tutup serek porselin,
95
dondang, hudon tanoh, sakkalan, tutup teko kopi, panggilingan ni lanssina,
tombuan, Gucci, balangan, renseng, londang, mare-mare, gappil, gayanggayang sarib dan pahar biasa), pakaian pengantin dan perhiasan (gotong, baju
toluk, hiou ragi panei, ulos suri-suri, bulang, baju soju, pisou suhul gading,
pisou puei, raot, raot badik dan sarung raot), alat dan wadah perhiasan
(tabung buluh, tabung tanduk, tabung holi-holi, tabung sarib, abal-abal, hopuk
lak-lak, tabung kuningan, liter, tabung-tabung, hopuk marpihas, golang, tittin,
hopuk kulit kayu, hopuk hotang, tabung/pot kayu, hopuk, ponding, rudang
hapias dan tangkuluk buluh), alat perdagangan pandai emas dan pandai besi
(dasing, pamondulan, dirip, panjabat, parpalu, pisou, rasip, palita, sihat,
nanggar, balliung, polas, tatambal, raot pinar, jakka, turpani pisou, roppa
silima, giring-giring dan panorad), peralatan permainan dan kegemaran (satur,
gasing, sappak hotang, dadu rappah, hukkung, lubuk, lanjaan si jonaha, onjaonja, garung, tabung, tapak margajah, girikan, batil, loting mambal, tanduk),
peralatan ilmu pengetahuan dan religi (pustaka, buluh-buluh tondung,
parhalaan, buluh marsurat, ulos suri-suri, zimat, tabung, stempel, gana-gana
dan tabung), duit/uang logam dan kertas yang digunakan masyarakat
simalungun (duit logam Indonesia, duit kertas Indonesia, duit Belanda, duit
Hongkong, duit Singapura, duit Muang Thai, duit lima rupiah, duit kortas,
duit kertas dan duit Malaysia), peralatan pertanian (assuan, agadi, aldoman,
baliung, balbal, dan garigit), peralatan berperang (suga, suga pikpihan, sior,
rantai gotong dan inal), diluar lemari (gong, gipul, bodil kirtorlap, gonrang
bolon dan garuttung), bagian bawah lemari 1 (batil, garung panginuman,
96
ramboan, akkal, sarib panginuman, sapah hayu, sakkalan, hopuk dan piring
hias), lemari 2 (rukun, ombusan, tanggungan, garigit, baluhat, garung
panginuman, parpagutanni dayok, gattang, tukkot balehat, tengtung, tajak,
gargar, andalu pakkuh dan hurungan dayok), lemari 3 (bubu, turbung, hirang
dan tandukan), lemari 4 (salangan ogung, suluh damar dan gonrang siduadua), lemari 5 (pahar dan batil), lemari 6 (gonrang kuningan perunggu),
lemari 7 (hirang, tapongan, garpei, roppa rarat, tuppanan dan haronduk),
lemari 8 (dondongan, hudei, parpandean, harang anduhur, kuhuran, salung,
garigit dan toppik) , lemari 9 (garuttung, toping, lanjaan si jonaha, uhiran
kayu, motip rumah berbentuk pinar mussuh dan setak), lemari 10 (raga,
tuppanan, garpei, gayang-gayang, slangan pinggan, haronduk dan roppa
darat), lemari 11 (serek, batil, samborik dan londang/dondang) serta pada
bagian luar halaman terdapat batu (paranggiran, pengulu balang, atippa,
anisan, palas, tapean anggir, parbolatan, parholian, lak-lak dan patung catur
raja nanggur).
3.
Adapun upaya yang dilakukan pemerintah terkhusus pemerintah Kabupaten
Simalungun masih kurang memadai dikarenakan letak Museum Simalungun
berada di Wilayah Administrasi Kota Madya Pematang Siantar yang dulunya
Kabupaten Simalungun sehingga pihak pemerintah Kabupaten Simalungun
enggan untuk mencampuri mengenai Museum Simalungun ini, sehingga
solusi yang diberikan yaitu ingin memindahkan Museum Simalungun ke
Pematang Raya namun masih perlu di pikirkan kembali dikarenakan berbagai
pertimbangan. Untuk mengatasi hal tersebut maka diharapkan pemerintah
97
Kabupaten Simalungun dapat bekerja sama dengan pihak pemerintah
Wilayah Administrasi Kota Madya Pematang Siantar demi menjaga
kelestarian Museum Simalungun ini agar tidak punah ditelan zaman.
5.2
Saran
Peninggalan-peninggalan leluhur Simalungun terkhusus yang berada di
Museum Simalungun memiliki nilai yang tak terhingga. Berdasarkan peninggalan
tersebut dapat dijadikan sebagai cermin jiwa dan kepribadian serta karakter
masyarakat Simalungun. Oleh karena itu, penulis memiliki beberapa saran sebagai
berikut :
1.
Semoga koleksi di Museum Simalungun dapat terus dijaga dan lebih
diperhatikan akan kelestariannya sehingga nilai budaya yang terkandung
dapat tersalurkan.
2.
Agar pemerintah dan masyarakat dapat lebih bekerja sama dalam jaga
koleksi di Museum Simalungun serta saling mendukung baik dukungan
moril maupun dukungan material sehingga museum dapat beroperasi dan
berkembang mewujudkan visi dan misinya.
3.
Diharapkan
pengurus
Museum
Simalungun
lebih
meningkatkan
kemampuan dalam pengelolaan museum agar Museum Simalungun mampu
menjangkau masyarakat luas bahkan mancanegara dam menjadi ikon
terbaik di Kota Madya Pematang Siantar.
98
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, dkk. 2012. Sejarah Etnis Simalungun. Pematang Siantar : Hutarih Jaya
Damanik, Djahutar. 1994. Peradaban Simalungun. Pematang Siantar : KPBS
Hastuti, Retno. 2011. ATLAS Tematik Kabupaten Simalungun. Klaten : PT Intan
Pariwara
Hatmoko. 2009. Museografia Majalah Ilmu Permuseuman. Jakarta : Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Museum
Hurlock, Elisabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Katalog Koleksi Museum Simalungun Pematang Siantar
Koentowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Pendidikan. Bandung : PT Benteng Pustaka
Moleong, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaha
Rosdakarya
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta : Kencana Prenadamedia
Purba, MD. 1978. Museum Simalungun. Medan : MD Purba
Sedyawati, Edi. 2009. Museografia Majalah Ilmu Permuseuman. Jakarta :
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Museum
Simanjuntak, Bungaran A. 2012. Konsepku Membangun Bangso Batak. Jakarta :
Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Sjamsuddin, Helius. 2011. Metodologi Sejarah. Yogyakarta : OMBAK
Undang-Undang Nomor. 11 Tahun 2010
99