Perkembangan Kota Pematang Siantar Pada Tahun 1960-1990

(1)

PERKEMBANGAN KOTA PEMATANG SIANTAR PADA

TAHUN 1960-1990

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN

O L E H

NAMA : SAMUEL.Y.E

NIM : 030706020

Pembimbing

Dra. Nurhabsyah, M.Si NIP. 131460526

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKILTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah Bapa melalui Putera-Nya Yesus Kristus atas berkat, kasih, serta penyertaan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di bidang Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Adapun skripsi ini berjudul Perkembangan Kota Pematang Siantar pada

Tahun 1960-1990. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

pendidikan sekaligus untuk meraih gelar kesarjanaan.

Saya sangat menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu saya mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk dapat mencapai kesempurnaan dari penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi saya maupun bagi setiap orang yang membacanya.

Medan, 15 Desember 2008


(3)

Ucapan Terima Kasih

Segala puji dan syukur kepada Allah Bapa melalui Putera-Nya Yesus Kristus atas berkat, kasih, serta penyertaan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di bidang Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Atas segala kritik, saran dan bantuan spiritual maupun materil yang telah diterima dari berbagai pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ayahanda, Drs. P.Sihotang dan Ibunda, L.M.Tobing yang selalu memberikan dukungan selama masa pendidikan hingga penulisan skripsi ini. Terima kasih atas doanya, apa yang telah kalian berikan pada saya tidak dapat dibalas dengan apapun. Abang-abang dan juga adik tersayang, terutama Abang Tunggul Sihotang, terima kasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan, semoga Tuhan Yesus memberikan rezeki dan juga kesehatan buat abang sekeluarga. Teruntuk Putri Amelia atas perhatiannya, cinta dan kesabaran serta yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Syaifuddin, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Ketua Departemen Ilmu Sejarah, Ibu Dra. Fitriaty Harahap, SU, yang sekaligus sebagai dosen penguji dan bimbingan yang telah diberikan dalam masa perkuliahan maupun dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

4. Sekretaris Departemen Ilmu Sejarah Ibu Dra. Nurhabsyah, M.Si, yang sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam


(4)

5. Seluruh Staff Pengajar di Departemen Ilmu Sejarah yang telah mendidik dan memberikan pengetahuan selama ini, semoga dapat bermanfaat. Bang Ampera yang telah membantu saya dalam segala bentuk administrative dan juga dalam proses sidang akhir.

6. Seluruh informan dan Instansi Pemerintahan dijajaran Kota Madya Pematang Siantar, yang telah memberikan informasi maupun sumber-sumber yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

7. Seluruh teman-teman di Departemen Ilmu Sejarah yang telah memberikan motivasi dan saran kepada saya terutama Bisler, Ciplek, Birink, Belli, Bohal, Nando, Brat, Jek, Zabeth, Sulis, dan lain-lain. Seluruh teman-teman di kost Terompet 34 terutama buat Bang Purba, Azmi, Hendri, Mail, Jhon, Ucil, terima kasih buat segala dukungannya.


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Wilayah Kota Pematang Siantar………..5

Tabel 2. Komposisi Menurut Penduduk………...16

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian………..16

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan……….17

Tabel 5. Komposisi Penduduk Pematang Siantar………..18

Tabel 6. Pusat-pusat perdagangan di Kota Madya Pem.Siantar………...46

Tabel 7. Kecenderungan Pengelompokan Jenis Industri………..47

Tabel 8. Sumber Pendapatan Daerah Kota Madya Pematang Siantar………..49

Tabel 9. Perkembangan Perindustrian di Kota Madya Pematang Siantar………51

Tabel10. Tata Guna Tanah……….53


(6)

ABSTRAK

Dalam perkembangan suatu kota, tidak terlepas dari berbagai faktor dan potensi yang ada di kota itu sendiri, salah satunya wilayah. Selain itu perkembangan suatu kota juga tidak terlepas dari peranan pemerintah dalam menyejahterakan kehidupan masyarakatnya.

Dalam proses perkembangan kota, Kota Madya Pematang Siantar telah menjalani proses yang cukup panjang dan telah mengalami perubahan secara bertahap, dari suatu massa ke massa berikutnya. Perkembangan yang terjadi di Kota Madya Pematang Siantar, tidak terlepas dari pengaruh daerah hinterlandnya dalam hal ini yang paling besar pengaruhnya adalah daerah Simalungun, selain itu letak wilayah Kota Madya Pematang Siantar yang sangat strategis juga mempengaruhi perkembangan di kota ini. Dalam perkembangannya Kota Madya Pematang Siantar mengalami berbagai permasalahan yang menyebabkan lambatnya perkembangan Kota Madya Pematang Siantar.

Dalam penulisan skripsi ini menjelaskan bagaimana proses perkembangan Kota Madya Pematang Siantar setelah menjadi Kota Madya Pematang Siantar dan juga permasalahan yang di hadapi oleh Kota Madya Pematang Siantar, sampai dengan prestasi yang telah di raih Kota Madya Pematang Siantar dari Pemerintah Pusat dalam perkembangan daerahnya.

Penulisan skripsi ini mempunyai tujuan untuk mengetahui proses terbentuknya dan pemekaran wilayah Kota Madya Pematang Siantar, selain itu untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat perkembangan Kota Madya Pematang Siantar. Adapun metode yang digunakan penulis dalam penyusunan tulisan ini dilakukan melalui tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan syarat-syarat penulisan sejarah, diantaranya yaitu Heuristik, Kritik Intern dan ekstern, Interpretasi, dan juga Historiografi.


(7)

ABSTRAK

Dalam perkembangan suatu kota, tidak terlepas dari berbagai faktor dan potensi yang ada di kota itu sendiri, salah satunya wilayah. Selain itu perkembangan suatu kota juga tidak terlepas dari peranan pemerintah dalam menyejahterakan kehidupan masyarakatnya.

Dalam proses perkembangan kota, Kota Madya Pematang Siantar telah menjalani proses yang cukup panjang dan telah mengalami perubahan secara bertahap, dari suatu massa ke massa berikutnya. Perkembangan yang terjadi di Kota Madya Pematang Siantar, tidak terlepas dari pengaruh daerah hinterlandnya dalam hal ini yang paling besar pengaruhnya adalah daerah Simalungun, selain itu letak wilayah Kota Madya Pematang Siantar yang sangat strategis juga mempengaruhi perkembangan di kota ini. Dalam perkembangannya Kota Madya Pematang Siantar mengalami berbagai permasalahan yang menyebabkan lambatnya perkembangan Kota Madya Pematang Siantar.

Dalam penulisan skripsi ini menjelaskan bagaimana proses perkembangan Kota Madya Pematang Siantar setelah menjadi Kota Madya Pematang Siantar dan juga permasalahan yang di hadapi oleh Kota Madya Pematang Siantar, sampai dengan prestasi yang telah di raih Kota Madya Pematang Siantar dari Pemerintah Pusat dalam perkembangan daerahnya.

Penulisan skripsi ini mempunyai tujuan untuk mengetahui proses terbentuknya dan pemekaran wilayah Kota Madya Pematang Siantar, selain itu untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat perkembangan Kota Madya Pematang Siantar. Adapun metode yang digunakan penulis dalam penyusunan tulisan ini dilakukan melalui tahapan-tahapan yang disesuaikan dengan syarat-syarat penulisan sejarah, diantaranya yaitu Heuristik, Kritik Intern dan ekstern, Interpretasi, dan juga Historiografi.


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang.

Bila kita amati wilayah Negara Republik Indonesia ternyata telah banyak mengalami dan menyimpan berbagai peristiwa sejarah. Peristiwa yang terjadi dalam ruang lingkup Negara Republik Indonesia ini biasa kita sebut dengan sejarah nasional. Tetapi satu hal yang tidak boleh di lupakan adalah Negara Republik Indonesia terdiri dari berbagai wilayah-wilayah yang lebih kecil lagi, yaitu Propinsi, Kabupaten/Kota Madya, Kecamatan, dan Desa/Kelurahan. Sebab secara umum, tidak semua peristiwa sejarah itu mempunyai pengaruh dalam kehidupan Rakyat Indonesia. Untuk itulah penelitian dan penulisan sejarah daerah mempunyai peranan yang sangat penting dan merupakan dasar daripada penulisan sejarah nasional untuk memperkaya khasanah Sejarah Indonesia.

Menurut Taufik Abdullah, lokal adalah tempat, ruang. Jadi pengertian Sejarah lokal adalah sejarah dari suatu tempat (locality) dan kelompok-kelompok masyarakat yang tinggal di dalamnya, yang batas geografisnya ditentukan oleh penulis sejarah1. Batas-batas geografis antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya kadang-kadang sukar untuk ditegaskan, hanya dalam ketentuan administratif antara satu daerah dengan daerah yang lainnya menjadi jelas2

Pada awalnya Kota Pematang Siantar merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Simalungun, namun melihat perkembangannya yang terjadi pada daerah

1

Taufik Abdullah, Sejarah Lokal Di Indonesia, Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press, 1979, hal 15.

2


(9)

tersebut, pada akhirnya oleh Pemerintah Pusat di ubah menjadi daerah yang otonom3. Perkembangan ekologi di Wilayah Pematang Siantar menjadi salah satu alasan dan faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan status Pematang Siantar menjadi Kota Madya. Ekologi yang dimaksudkan disini adalah interaksi manusia dan lingkungannya4.

Kota Pematang Siantar merupakan kota terbesar kedua di wilayah Sumatera Utara setelah Kota Madya Medan, dan juga merupakan Ibukota dari Kabupaten Simalungun. Dalam pola dasar pembangunan Sumatera Utara, Kota Pematang Siantar menyandang predikat pengembangan wilayah dan sesuai perkembangannya memiliki ragam fungsi.

Pada hakekatnya kota ini berasal dari sebuah kampung kecil tempat bersemayamnya seorang Raja Simalungun yaitu Raja Siantar. Daerah ini terletak di areal yang berbentuk pulau di apit oleh Sungai Bah Bolon yang bercabang dua yang oleh masyarakat Simalungun di namai “Pulau Holing” yang akhirnya disebut dengan Pematang yang berarti tempat kedudukan Istana Raja yang berkedudukan di Pulau Holing yakni Raja Siantar5.

Daerah Pematang Siantar juga telah menjadi incaran oleh bangsa asing khususnya Pihak Belanda. Hal ini di buktikan dengan kedatangan Belanda ke Tanah Simalungun. Sebenarnya pihak Belanda sudah lama mengadakan persiapan untuk menaklukan Simalungun dan daerah sekitarnya. Hal ini terjadi pada tahun 1865, Pasukan Kompeni Belanda telah menjelajahi daerah Simalungun bagian hilir dan pasukan tentara Belanda di bawah kepemimpinan Controleur Batubara (L.L. Scheemaker), telah masuk sampai ke kempung Pining, Bunut, Parhutaan Silai, Kwala Gunung, Bosar Maligas, dan juga Perdagangan.

3

Lembaran Negara Republik Indonesia No.59 Tahun 1956, Jakarta : 1956, Hal 474. 4


(10)

Pada Tahun 1866-1867 pasukan Belanda yang di pimpin oleh J.A.M. Van Baron de Raet menjelajahi daerah Simalungun bagian hulu yang dating dari Bangun Purba melalui Deli Tua, Tangkahan, Salah Buah, Bukum, Barus Jahe, Sinaman, Nagasaribu, Saribu Dolok, dan Pematang Purba.

Kedatangan Belanda ini membawa perlawanan oleh Rakyat Simalungun dan Rakyat Tanah Karo. Berbagai perlawan di lakukan oleh Rakyat Simalungun yang di pimpin oleh Raja yang berkuasa pada saat itu. Perlawanan itu juga di lakukan oleh Raja Sang Na Ualuh Damanik. Ia adalah seorang raja yang sangat gigih berjuang dan juga memiliki kepribadian yang kuat dan pantang menyerah sampai menjelang hayatnya. Pada akhir hayatnya di pembuangan, Raja Sang Na Ualuh mengungkapkan politiknya yang berbunyi “Orang Tua Kami Bersatu Di Dunia, Saya Di Pembuangan”.

Pada permulaan Abad ke-20 kira-kira pada tahun 1904 adalah titik permulaan timbulnya Pematang Siantar menjadi sebuah kota yang tidak terlepas dari campur tangan bangsa asing. Dari tahun-ketahun, Kota Pematang Siantar mengalami berbagai perkembangan dari berbagai aspek seperti : aspek pemerintahan, aspek ekonomi, aspek social-budaya, dan juga aspek pendidikan. Keseluruhan aspek ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Dalam perkembangan akhirnya pada tahun 1949 status Geemente menjadi Ibukota Kabupaten Simalungun dan pada tahun 1957 Pematang Siantar menjadi Kota Madya Pematang Siantar dan jalannya pemerintah sepenuhnya di pegang oleh seorang Walikota6. Dengan system pemerintahan tersebut dan juga status kota yang dikepalai

6

Kota Madya Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 1974. Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Pematang Siantar, 1975, hal 8.


(11)

oleh s

penulisan ini, proses perkembangan Kota Madya Pematang Siantar menyan

nisasi masyar

eorang Walikota, maka Pematang Siantar sudah terlepas dari Kabupaten Simalungun.

Daerah Tingkat II Kota Pematang Siantar merupakan salah satu daerah dari Wilayah Republik Indonesia yang banyak menyimpan berbagai peristiwa sejarah. Pembentukan Pematang Siantar menjadi salah satu daerah Kota Madya, ternyata telah mampu memberi sejumlah perubahan terhadap corak kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Didalam

gkut fisik maupun fungsinya, yang sudah pasti melibatkan partisipasi masyarakatnya.

Perubahan ekologi yang di maksudkan disini terjadi apabila salah satu dari komponen itu mengalami perubahan. Perubahan ekologi di suatu wilayah ini di sebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah perubahan keadaan alamiah lahan karena penggunaan tanah kota untuk berbagai keperluan. Selain itu, pola pembagian pemukiman, kemajuan tekhnologi, kemajuan transportasi, perubahan orga

akat, pembangunan jalan-jalan beraspal, rumah sakit dan perlengkapannya, pusat-pusat pendidikan, semuanya itu sangat mempengaruhi perkembangan ekologi kota.

Padatnya kegiatan yang terjadi dalam suatu wilayah tertentu membutuhkan tempat atau ruang yang memadai. Maka itu perlu di lakukan perluasan wilayah agar aktifitas masyarakat tidak terganggu karena lahan kota yang sempit. Demikian halnya dengan Kota Pematang Siantar, dimana pertambahan penduduk dan segala aktifiatas masyarakatnya terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan daerah tersebut tidak mampu lagi menampung segala bentuk aktifitas penduduknya. Sempitnya lahan daerah yang ada, menghambat pembangunan fasilitas kebutuhan masyarakat seperti


(12)

perumahan, sekolah, fasilitas kesehatan, maupun penyediaan sarana listrik dan juga air minum. Guna mengantisipasi perkembangan ke depan, perlu di lakukan pemekaran wilayah agar mampu mengurangi beban kota dan memberikan ruang gerak yang lebih

Kota Pematang Siantar dapat di lih i tabel berikut

Ta

.1. Luas Wilay

ta Pematang Siantar

NO. TAHUN LUAS AH

luas lagi bagi kebutuhan masyarakatnya. Luas wilayah at dar ini :

bel

ah Ko

WILAY

1. 1960 1.248 Ha

2. 1970 1.248 Ha

3. 1980 7.023 Ha

4. 1990 7.997 Ha

Sumber : Kota Madya Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 1975, Kantor Statisti

un tersebut Kota Pematang Siantar telah berhasil

k Kota Madya Pematang Siantar.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis meneliti dan ingin mengungkapkan perkembangan Kota Pematang Siantar secara fisik dengan mengambil judul

“Perkembangan Kota Pematang Siantar 1960-1990”. Adapun alasan penulis memulai

tahun 1960 di karenakan, Kota Pematang Siantar mengalami perkembangan secara fisik, namun perkembangan Pematang Siantar tidaklah dapat dikatakan berkembang secara pesat bahkan dapat dikatakan mengalami perkembangan yang lambat di bandingkan dengan perkembangan kota-kota lainnya di Sumatera Utara antara lain Kota Medan, Kota Binjai, dan kota lainnya. Adapun alasan penulis membatasi penulisannya sampai tahun 1990, hal ini di karenakan pada tah


(13)

menerima penghargaan dari pemerintah pusat yakni Penghargaan Adipura dan Pengha

nyak

atang Siantar, ok permasalahan yang akan di bahas oleh penulis adalah sebagai berikut :

kang terbentuknya Kota Madya Pematang Siantar.

dalam penelitian mengenai perkembangan

ekaran wilayah Kota

enghambat pertumbuhan

yang di lakukan oleh penulis, maka

Siantar. rgaan Wahana Tata Nugraha.

1.2.

Permasalahan.

Dalam perkembangannya sebagai daerah kota madya, Pematang Siantar telah mengalami berbagai peristiwa sejarah. Peristiwa-peristiwa sejarah tersebut sangat ba dan tidak semua bias di tulis dan di teliti satu persatu.

Melihat begitu banyaknya peristiwa sejarah yang ada di Kota Pem maka pok

1. Bagaimana latar bela

2. Bagaimana perkembangan Kota Madya Pematang Siantar.

1.3.

Tujuan dan Manfaat.

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis

Kota Madya Pematang Siantar, adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses terbentuknya dan pem Madya Pematang Siantar.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan p dan perkembangan Kota Madya Pematang Siantar. Sehubungan dengan penulisan dan penelitian

ada beberapa hal yang bermanfaat bagi kita, antara lain adalah :

1. Untuk memperkaya informasi bagi masyarakat khususnya masyarakat Kota Pematang


(14)

2. Memberikan wawasan pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai pertumbuhan dan perkembangan Kota Madya Pematang SIantar

H.TK.II Pematang Siantar, yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Kota

Madya

.

gandung unsure-unsur yang ketat, karena itu perubahan tidak bias

di ram ang

menyeb faktor tersebut

1.

yang dinamis.

3. Memberikan kepada penulis mengenai penulisan suatu karangan ilmiah.

1.4.

Tinjauan Pustaka.

telaah pustaka atau tinjauan pustaka adalah suatu pengamatan terhadap buku-buku yang ada relevansinya dengan bahan penulisan. Dalam penulisan ini ada beberapa buku yang dapat di jadikan telaah pustaka, antara lain adalah Program Report Wali Kota

Madya KD

Pematang Siantar. Buku ini berisikan laporan Wali Kota Madya Pematang Siantar mengenai perkembangan-perkembangan yang di capai dalam menjalankan fungsi dan tugasnya

Selain itu juga Master Plan Kota Madya Pematang Siantar, yang di terbitkan oleh Pemerintah Daerah Kota Madya dan bekerjasama dengan Dinas Tata Kota Pematang Siantar.

N. Daldjoeni dalam bukunya Seluk Beluk Masyarakat Kota, menyatakan perkembangan adalah suatu pertumbuhan yang menjadikan masyarakat untuk selalu berubah. Proses ini men

alkan. Beliau dalam bukunya menyebutkan ada beberapa faktor y abkan suatu wilayah berkembang menjadi sebuah kota yang lebih besar,

adalah :


(15)

2.

kan pabrik-pabrik besar. Hal ini upah dan aneka jaminan social, akibatnya produksi massal dari industri kota itu

ngan yang lebih lanjut.

u lain seperti ilmu s

enelitian yang dilakukan oleh penulis dalam menyusun tulisan, tahapan-tahapan penulisan yang disesuaikan dengan syarat-syarat penulis

sebagai

1.

Penemuan Tekhnologi, di tambah lagi dengan penggunaan modal besar dalam usaha dagang dan industri mencipta

menarik banyak tenaga kerja dari daerah pertanian melalui tingginya

sendiri perkemba

3. Peranan transportasi dan komunikasi merupakan hal penting di kota.

1.5.

Metode Penelitian.

Kemajuan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang, sangat berpengaruh terhadap ilmu sejarah, setiap gejala sejarah tampak sebagai kompleksitas yang mencakup berbagai aspek atau memiliki berbagai dimensi. Analisis terhadap suatu unsure dan faktor penyebab yang melatar-belakangi gejala sejarah, oleh karena itu penggarapan sejarah harus menggunakan metodologi dan teori serta konsep-konsep dari ilmu-ilm

osiologi, antropologi dan lain-lain. Metodologi adalah ilmu yang membahas mengenai cara-cara yang di gunakan untuk mengumpulkan data dan menjelaskan segala suatu peristiwa sejarah dengan bantuan seperangkat konsep dan teori7.

Metode p dilakukan melalui

an sejarah. Secara kronologis penulis menempuh langkah-langkah penulisan berikut :

Heuristik

7


(16)

Yaitu proses pemilihan objek dan pengumpulan informasi atau sumber yang berkaitan dengan tulisan yang sedang dikaji. Untuk mengumpulkan sumber-sumber atau data mengenai peralihan sistem Pemerintahan Kota Madya Pematang Siantar penulis melakukan dua metode. Metode yang pertama dilakukan melalui metode studi pustaka (library research). Penulis mengumpulkan sumber yang berupa buku-buku yang relevan dari Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dan juga Perpustakaan Daerah Kota Madya Pematang Siantar yang sifatnya tidak di perjual-belikan. Selanjutnya penulis melakukan studi lapangan (field research), yakni penulis mengadakan peninjauan langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan sumber-sumber primer dan sumber-sumber sekunder. Penulis mengumpulkan sumber-sumber dilapangan melalui narasumber/informan dengan teknih wawancara. Tekhnik penyaring data dari informan di lakukan dengan

ancara mendalam/bebas terhadap informan. Untuk

2.

pakah pernyataan merupakan fakta historis. Kritik intern meliputi isi dan bahasa. menggunakan metode waw

melakukan wawancara maka diambil beberapa informan yang dinilai dapat memberi keterangan-keterangan atau orang yang mengetahui banyak mengenai perkembangan Kota Madya Pematang Siantar sebagai lahan penulisan.

Kritik Intern dan Ekstern

Proses ini merupakan proses kedua sesudah pengumpulan data. Kritik intern yaitu melihat dan menyelidiki isi dari sumber-sumber sejarah dalam hal ini buku-buku yang dikumpilkan. Dalam proses menulis, penulis meneliti a

yang di buat


(17)

sumber-sumber penulisan yang meliputi penelitian terhadap otentik tidaknya tulisan, bentuk kertas dan usia dari sumber yang bersangkutan.

Interpretasi 3.

hasil pengamatan dan menganalisa sumber-sumber dengan

yang terjadi di Kota Madya Pematang Siantar.

. Historiografi

Proses ini adalah tahapan terakhir dalam langkah-langkah penulisan sejarah dimana penulis melakukan pemaparan atas hasil sintesa dengan merangkum semuanya menjadi sebuah tulisan ilmiah.

Yaitu suatu

berpedoman pada fenomena yang telah di selidiki. Dalam menganalisis permasalahan, penulis juga menggunakan ilmu bantu sosiologi. Karena dalam permasalahannya, penulis berbicara tentang sistem dan struktur serta perubahan

4


(18)

BAB II

2.1.

Letak Geografis.

besar yaitu Bah Bolon dan mempunyai 12 sungai kecil yaitu Bah Sorm

sudah memiliki kepala pemerintahan sendiri dan sudah terpisah dari Kabupaten Simalungun. Pada awalnya Kota Pematang memiliki luas 1248 Ha, namun setelah terjadi

GAMBARAN UMUM KOTA MADYA PEMATANG SIANTAR

Wilayah Kota Madya Pematang Siantar terletak di tangah-tengah Kabupaten Simalungun dengan keadaan topografi berbukit-bukit rendah dan berada pada ketingian ± 400 m di atas permukaan laut. Daerah ini terletak pada posisi 3º.01’- 2º.54’.40” LU dan 99º.05’- 99º.02’ BT, dengan suhu rata-rata 24,7ºC dan curah hujan 2808 mm/tahun.

Kota madya Pematang Siantar di kelilingi oleh daerah pertanian yang luas dan subur seperti persawahan, perkebunan karet, kelapa sawit dan teh. Daerah Tingkat II Pematang Siantar mempunyai satu buah sungai

a, Bah Kapul, Bah Bane, Bah Kadang, Bah Kahean, Bah Sigulang-gulang, Bah Sibarmbang, Bah Silulu, Bah Sibatu-batu, Bah Kora, Bah Kaitan, dan Bah Silobang. Sungai-sungai ini sebagian dimanfaatkan oleh sebagian penduduk untuk mengairi sawah, tambak ikan, alat drainage alamiah dan menjadi batas alam wilayah kecamatan dan kelurahan.


(19)

perluasan wilayah maka Kota Pematang Siantar memiliki luas wilayah swluas 7997,06 Ha, dan di bagi menjadi 10 kampung yaitu : Kampung Aek Nauli, Kampung Kristen Timur,

ng Suka Damai.

daerah hukum kota praja, pa erah membagi daerah kota praja ini dalam dua kecamatan yaitu :

imur, dengan resort :

r

ung Lama

erdasarkan Peraturan Pemerintah No.35 Tahun 1981, Kota Madya Pematang Siantar menjadi empat wilayah kecamatan yang peresmiannya dilaksanakan oleh

Kampung Kristen Barat, Kampung Timbanggalung Baru, Kampung Timbanggalung Lama, Kampung Melayu, Kampung Kota, Kampung Tomuan, dan Kampu

Untuk pelaksanaan administrasi pemerintahan dalam da tahun 1959 Pemerintah Da

1. Daerah Kecamatan Siantar T - Kampung Kota

- Kampung Kristen Timu - Kampung Kristen Barat - Kampung Tomuan - Kampung Suka Damai 2. Daerah Kecamatan Siantar Barat

- Kampung Melayu - Kampung Timbanggal

- Kampung Timbanggalung Baru - Kampong Bantan

- Kampung Aek Nauli B


(20)

Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982 8 Keempat kecamatan tersebut

lung 2.

atan tambahan tersebut adalah Kecamatan Siantar Martob

n lagi yaitu Kecamatan Siantar Marihat dangan pusat pemerintahannya be

s-batas Kota Madya Pematang Siantar adalah sebagai berikut :

tasan dengan Desa Karang Sari, Rambung Merah,

puran.

- Sebelah Utara berbatasan dengan Bah Kapul dan Desa Sinaksak.

adalah :

1. Kecamatan Siantar Barat ibukotanya Timbangga Kecamatan Siantar Timur ibukotanya Tomuan 3. Kecamatan Siantar Utara ibukotanya Sukadame 4. Kecamatan Siantar Selatan Ibukotanya Kristen

Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 1986 tanggal 10 Maret 1986 tantang masuknya sembilan desa dari wilayah Kabupaten Simalungun ke wilayah Kota Madya Pematang Siantar. Akibatnya Kota Madya Pematang Siantar berkembang menjadi enam kecamatan9. Dua kecam

a dengan pusat pemerintahannya berada di Kelurahan Martoba, sedangkan satu kecamata

rkedudukan di kelurahan Marihat. Secara administrative, bata

- Sebelah Timur berba dan Marihat Baris.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Marihat Baris, Silampuyang, dan Desa Bah Sam

8

Kota Madya Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 1990. Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Madya

Pematang Siantar, hal 9. 9


(21)

- Sebelah Barat berbatasan dengan Talun Kondot, Nagori Simpang Pane,

an teratur. Selain itu kota pematang Siantar memiliki taman bunga, taman hewan

ng berkembang cepat sebagai akibat dari urbanisasi dan industrialisasi. Pada awalny

dan Siborna.

2.2. Keadaan Penduduk.

Setelah menjadi Kota Madya Pematang Siantar 1955, Kota pematang Siantar mengalami perkembangan pada tahun 1960 dimana Pematang Siantar termasuk kota indah, bersih, d

terbaik di Suamatera, jalan-jalan yang mulus, perencanaan kota yang memadai, hotel yang bertaraf Internasional. Pematang Siantar juga memiliki salah satu alat transportasi yang cukup unik yaitu BSA (Becak Siantar Asli), yang dapat di jadikan ciri khas kota ini.

Kota Madya Pematang Siantar adalah daerah kedua terpenting dan terbesar setelah Kota Medan. Perkembangan Daerah ini termasuk cepat di bandingkan dengan daerah-daerah lain yang ada di Sumatera Utara. Pematang Siantar merupakan contoh daerah ya

a penduduk asli Kota Pematang Siantar di dominasi oleh Suku Batak Simalungun, namun setelah terjadinya urbanisasi, maka penduduk Kota Pematang Siantar terdiri dari berbagai macam suku antara lain Tapanuli, Jawa, Aceh, Padang, Karo, Cina, India, dan Melayu.

Pusat pertokoan terutama dimiliki Warga Negara Keturunan Tionghoa, sedangkan pasar dan toko-toko kelontong kecil dimiliki oleh orang asli pribumi. Pematang Siantar juga berfungsi sebagai kota transit dagang bagi daerah perkebunan di sekitarnya, dan kota


(22)

persing

rasarana dan sarana kota di bina kembali. Akibat adanya

keturunan Cina dalam hal monopoli bidang perdaga

mengalami kemerosotan bahkan ada gahan bagi mereka yang ingin berkunjung ke daerah Danau Toba. Pertambahan penduduk yang mendadak dan perencanaan pengembangan yang tidak memadai pada tahun 1965 membawa akibat fatal bagi Pematang Siantar. Gangguan keamanan karena adanya pemberontakan PKI (1965) ikut mempengaruhi urbanisasi di Pematang Siantar.

Perkampungan baru bermunculan tanpa rencana serta tanpa prasaranadan sarana yang memadai. Selama bertahun-tahun Kota Pematang Siantar mengalami giliran pemadaman listrik bahkan terkadang bagi daerah tertentu berbulan-bulan tidak mendapat aliran listrik. Setingkat demi setingkat p

perbaikan wajah kota yang lama tidak dapat di kenali lagi. Beberapa daerah taman dan tempat berjalan kaki yang dahulu terawatt baik dan teduh hamper tidak ada lagi. Beberapa sudut pusat kota yang dahulu longgar, kini telah di jejali dengan berbagai bangunan perumahan dan perkantoran.

Dalam periode tahun 1960-1966 merupakan masa puncak perkembangan dan pertumbuhan kota dan penduduk Pematang Siantar, ternyata kedudukan orang pribumi hampir dapat menggeser kedudukan orang

ngan. Pusat pertokoan banyak berpindah tangan dari orang keturunan Cina ke orang asli pribumi. Hal ini di mungkinkan karena adanya peristiwa G 30 S PKI, dimana pada masa itu telah bermunculan gerakan anti Cina, akibatnya banyak orang Cina yang berkeluaran dari daerah Pematang Siantar.

Tetapi semenjak tahun 1968 keadaan tersebut berbalik seakan-akan masa jaya orang asli pribumi pudar kembali, Kota Pematang Siantar kembali di dominasi oleh orang keturunan Cina, keadaan ekonomi kota mengalami perubahan dan pergeseran besar-besaran. Hampir semua pengusaha besar Indonesia


(23)

yang bangkrut dan yang banyak berpindah tempat atau berdagang ke kota-kota kecil seperti Tebing Tinggi, Kisaran, Tanjung Balai, dan Rantau Prapat. ina in ali lag e ntar secara be ngsu eada

ke n ti Cina yang sem ereda.

TABEL.2. Komposisi Menurut Penduduk

NO. SUKU

1

Etnis C i kemb i k Pematang Sia rangsur-a r setelah k an aman dari gangguan ama an gerakan an akin m

960

1970

1980

1990

1. Batak Toba 46,38 % 50,12 % 45,51% 59,05 % 2. Simalungun 15 % 9,10 % 8,11 % 11,55 % 3. Karo 1,30 % 3,11 % 2,44 % 11,84 % 4. Mandailing/Angkola 5 % 3,15 % 5,03 % 2,86 % 5. Jawa 20,07 % 16,27 % 20,73 % 1,58 % 6. Cina 10,06 % 14,23 % 13,87 % 12,23 % 7. Dan Lain-lain 2,19 % 4,08 % 4,67 % 1,07 %

Sumber

:

Kota Madya Pematang Siantar dalam Angka Tahun 1990

Dari table di atas dapat kita lihat bahwa suku Karo semakin meningkat. Pada umumnya Suku Karo yang dating ke Pematang Siantar biasanya bekerja sebagai pegawai pemerintahan maupun sebagai pedagang buah. Sedangkan pada periode 1981-1990

ami penurunan, hal ini di karenakan Kota Pematang Siantar

pada umumnya .

2

Mata

an.

terlihat bahwa suku Jawa mengal

beralih menjadi kota industri kecil menengah. Perubahan tersebut mengakibatkan menyempitnya lahan perkebunan, sehingga orang-orang Jawa yang

bekerja sebagai buruh kebun, banyak yang pindah ke daerah Simalungun


(24)

Mata pencaharian penduduk Mad

pa ba raris hal tersebut ihat d erik

TABEL.3. Komposisi Penduduk

rut M

caha

No. Pekerjaan

di Kota ya Pematang Siantar sebagian berada da gian non-ag dapat di l ari table b ut ini :

Menu

ata Pen

rian.

1960 1970 1980 1990

1. Pegawai/ABRI 35,6 % 17,65 % 19,15 % 15,10 % 2. Pedagang 25,18 % 19,04 % 19,15 % 14,38 % 3. Petani 9,93 % 10,78 % 4,97 % 18,77 % 4. Karyawan 12,81 % 26,98 % 37,17% 21,75 %

5.

Dan Lain-lain 16,48 % `25,55 % 18,09 % 10,00 %

Sumber : Kota Madya Pematang Siantar dalam Angka Tahun 1990.

2.4.

Pendidikan.

Kota Madya Pematang Siantar merupakan kota pendidikan. Di Kota ini telah berdiri lembaga-lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi. Pelajar yang menuntut ilmu di kota ini bukan hanya penduduk asli Pematang Siantar melainkan juga banyak yang berasal dari daerah-daerah tetangga seperti Dairi, Simalungun, dan Tapanuli Utara. Hal ini di mungkinkan dengan adanya

arena letak

d P rateg i duku an ada nspor g

lan n para p jar yang ingin menun u. K si pe du rut pendidikan di lihat pada tabel di bawah ini :

TABEL.4. Komposisi Penduduk

sarkan

at Pen

n.

fasilitas dan sarana yang menunjang iklim pendidikan tersebut, antara lain k

aerah ematang Siantar yang st is dan d ng deng nya tra tasi yan car sehingga memudahka ela tut ilm omposi ndu k menurut menu dapat


(25)

NO. Tingkat

Pendidikan

1960

1970

1980

1990

1. Taman Kanak-kanak - 790 1.580 1.999 2. Sekolah Dasar 9.310 18.620 37.249 38.440

3. SLTP 2.616 5.232 10.465 18.033

4. SLTA 3.556 7.113 14.272 13.710

5. Perguruan Tinggi 791 1.582 3.165 13.848

Sumber : Kota Madya Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 1990.

Jumlah penduduk Kota Madya Pematang Siantar setiap tahunnya mengalami bkan dengan tingginya angka kelahiran, tetapi juga di sebabkan meningkatnya jumlah pendatang ke Pem

yang berasal dari daerah-daerah yang berdekatan dengan Kota Pema lain, Parapat, Tebing Tinggi, dan Simalungun.

Tabel.5. Komposisi Penduduk Pematang Siantar.

TAHUN JUMLAH UDUK LUAS YAH

peningkatan. Pertambahan penduduk ini selain di seba

atang Siantar tang Siantar, antara

PEND WILA

1960 114.900 1.248

1970 129.200 1.248

1980 219.316 7.023

1990 227.234 7.997

Sumber : Kantor Statistik Kota Madya Pematang Siantar Tahun 1990.

Pertambahan penduduk tersebut meningkat cepat sekitar tahun 1950-an, ketika emata


(26)

industri, pemerintahan, pendidikan, dan militer10. Selain itu Pematang Siantar menjadi daerah pusat suplai bagi perkebunan besar (teh, karet, kelapa sawit, dan cokelat) dari daerah yang berada di sekitar Pematang Siantar.

Pemusatan penduduk berada di empat kelurahan yang merupakan pusat kota yaitu Kelurahan Dwikora, Kelurahan Proklamasi, Kelurahan Pahlawan, dan Kelurahan Simalungun. Kepadatan penduduk di empat kelurahan tersebut ± 14.167 jiwa/Km. makin ke pinggir kota, kepadatan penduduk semakin berkurang. Dengan demikian penyebaran penduduk tidak merata di setiap kecamatan. Jumlah penduduk menurut kantor statistic Kota Madya Pematang Siant

laki 11.076 jiwa dan perempuan 116.158 jiwa.

se

ar adalah 227.234 jiwa yang terdiri dari

laki-10

B.N. Marbun, Kota Indonesia Masa Depan ; Masalah dan Prospek, Jakarta : Penerbit Erlangga, 1994, hal. 15.


(27)

BAB III

LATAR BELAKANG TERBENTUKNYA KOTA MADYA

3.1.

PEMATANG SIANTAR

Sejarah Ringkas Kerajaan Siantar.

Sebelum menjadi Kota Madya, Pematang Siantar mempunyai sejarah mengenai awal mulanya Pematang Siantar. Pematang Siantar berasal dari sebuah kampung tempat bersemayamnya seorang raja yaitu Raja Siantar. Daerah ini terletak di areal yang berbentuk pulau di apit oleh Sungai Bah Bolon yang bercabang dua, dan oleh masyarakat Simalungun di namai “Pulau Holing” akhirnya disebut dengan nama Pematang yang berarti Istana Raja atau biasa di sebut Rumah Bolon11.

Raja Siantar bermarga Damanik Bariba yang menjalankan pemerintahan bebas merdeka tanpa di pengaruhi oleh Kolonial Belanda. Raja Siantar yang terkenal adalah Raja Sang Naualuh Damanik, beliau merupakan Raja Siantar yang terakhir. Raja Sang Naualuh Damanik adalah keturunan ke-14 dari Raja Siantar. Ketika Raja Na Martuah (Ayahanda Sang Naualuh) meninggal pada Tahun 1865, Sang Naualuh masih remaja.

11


(28)

Oleh karena itu untuk jalannya roda pemerintahan, diangkatlah Paman dari Sang Naualuh yang bernama Raja Itam menjadi Pemagku Raja (Mangkubumi).

Pada Tahun 1865, Pematang Siantar telah menjadi incaran oleh bangsa Asing, khususnya Bangsa Belanda. Hal ini di buktikan dengan kedatangan Belanda ke Tanah Simalungun. Sebenarnya pihak Belanda telah lama mengadakan persiapan untuk menaklukan Simalungun dan daerah sekitarnya, hal ini dapat di lihat dengan datangnya pasukan kompeni Belanda ke daerah Simalungun bagian hilir dan pasukan Tentara Belanda di bawah kepemimpinan Controleur Batubara telah masuk sampai ke darah Kampung Pining, Bunut, Parhutaan Silai, Kwala Gunung, Bosar Maligas, dan juga Perdagangan. Maksud dari kedatangan Bangsa Belanda ini adalah untuk memperluas daerah jajahannya, selain itu tujuan perluasan daerah jajahan ini adalah untuk mencari tanah u

ntuk di jadikan daerah perkebunan. Melihat keadaan tersebut, pada tahun 1885, Raja Itam mengadakan hubungan rahasia dengan Baron Von Horn ( orang Jerman kelahiran Amerika) pemilik perkebunan di Helvetia. Raja Itam meminta bantuan kepada Jerman Raya untuk mengusir Kolonial Belanda dari Siantar dengan imbalan, Baron Von Horn diberi kosesi untuk berkebun di daerah Siantar. Tetapi rencana ini tidak berhasil karena rahasia itu segera di ketahui oleh pihak Belanda dan akhirnya Baron Von Horn segera di usir12

Pada tahun 1883, Harajaan Siantar menobatkan Sang Naualuh menjadi Raja Siantar, beliau adalah seorang pemimipin yang mempunyai tekad dan semangat membangun demi kesejahteraan rakyatnya. Dia bekerjasama dengan rakyatnya secara bergotongroyong membangun Kerajaan Siantar dan merintis jaln dari Siantar sampai ke

12

M.D. Purba, Mencari Hari Jadi Kota Pematang Siantar, Makalah. Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Madya Pematang Siantar, 1988, hal 1.


(29)

Perdagangan. Beliau adalah seorang pemimpin yang peduli terhadap rakyatnya, hal ini dapat di lihat seringnya Beliau turun ke lapangan untuk memantau rakyatnya yang sedang giat bertenun.

Keinginan Kolonial Belanda untuk menguasai rakyat dan daerah Siantar selalu gagal akibat kepemimpinan Sang Naualuh. Berbagai usaha di lakukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda, bahkan untuk mengambil hati Sang Naualuh, Belanda mengeluarkan besluit pada tanggal 23 Oktober 1889 No.25, isinya mengakui Sang Naualuh sebagai Raja S

kerjasam

erundingan kerjasama tidak di penuhi. Ketika Sang Naualuh dan Bah Bolak Urat liau di tangkap oleh B

13

2.

iantar. Usaha ini selalu tidak berhasil, bahkan Sang Naualuh selalu menolak a dengan pihak Belanda, bahkan panggilan untuk ke Batu bara untuk melakukan p

(pembantu dalam pemerintahan) melakukan kunjungan rutin ke daerah, Be

elanda. Berdasarkan artikel 47 RR, Raja Sang Naualuh dan Bah Bolak Urat di kenakan hukuman buangan politik (internering) ke Bengkalis pada tahun 1906 . Isi dari UUD itu adalah :

“Gubernur Jenderal dapat dengan semufakat bersama Dewan Hindi Belanda, terhadap orang-orang yang lahir di Indonesia untuk kepentingan keamanan dan ketertiban umum, menunjuk suatu tempat tinggalnya, atau melarangnya untuk bertempat tinggal di dalam bagian-bagian tertentu di Indonesia”14.

3.

Proses Pembentukan Kota Madya Pematang Siantar.

Pada tahun 1910 Pemerintah Belanda telah membentuk Badan Persiapan Kota Pematang Siantar, dan berdasarkan statblad No.285 tanggal 1 Juli 1917, Pematang Siantar berubah menjadi Geemente yang punta otonomi sendiri. Semenjak 1 Januri 1939

RR atau Regerings Reglement adalah UUD yang di pergunakan Pemerintah Belanda di Indonesia sejak 13

tahun 1848-11925. 14


(30)

berdasarkan statblad No.717, Pematang Siantar naik statusnya menjadi Geemente yang punya dewan. Dewan Kota ini disebut dengan nama Geemente Raad (Dewan Perwakilan Rakyat Kota Besar)15.

Seperti yang telah diceritakan bahwa Kota Madya Pematang Siantar yang sebelumnya merupakan kerajaan kecil akhirnya telah berkembang menjadi suatu kota

kan datangnya penduduk yang berasal ari daerah sekitar dengan tujuan utama yaitu memperoleh fasilitas-fasilitas yang dimiliki didikan. Hal ini dibuktikan sampai dengan tahun 1957 jumlah penduduk yang berm

jiwa . Melihat jumlah penduduk yang semakin meningkat, akhirnya pemerintah pusat

yang besar dan juga ramai dengan segala bentuk aktifitasnya. Pertumbuhan dan perkembangan Kota Madya Pematang Siantar setelah Proklamasi Kemerdekaan telah berkembang dengan pesat, sehingga menjadikan Kota Pematang Siantar sebagai pusat pelayanan regional yang dapat mensuplai kebutuhan hidup daerah yang berada disekitarnya. Pusat layanan tersebut terwujud dalam bentuk pasar, fasilitas pendidikan, kesehatan, transportasi yang memadai, dan juga kantor-kantor pemerintahan.

Kelengkapan fasilitas yang ada di daerah ini menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk Kota Pematang Siantar, hal ini dikarena

d

kota tersebut terutama fasilitas pen

ukim di Pematang Siantar berjumlah kurang lebih 50.000

16

menaikan status Kota Pematang Siantar menjadi Kota Praja, dengan mengacu berdasarkan Undang-Undang N0.1 Tahun 1957.

3.3. Perluasan Wilayah.

15

Kota Madya Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 1986, Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Madya Pematang Siantar, hal 8.

16

Master Plan Kota Madya Pematang Siantar Tahun Rencana 1975-2000, Dinas Tata Kota DATI II Pematang Siantar, 1975, hal 76.


(31)

Perkembangan kota-kota di Indonesia terutama di Sumatera Utara dapat dikategorikan dalam tiga periode yang tidak dapat terlepas dari perkembangan sejarah Indonesia. Periode pertama, perkembangan kota-kota hanya bertujuan untuk kepentingan kekuasaan colonial, yang di tuangkan melalui pembentukan pemerintahan kota atau stadsgemente dengan undang-undang desentralisasi dan selanjutnya di atur dengan stadsgemente ordonantie tahun 1926 17.

aan semesta berenca

Periode kedua, perkembangan kota-kota masa setelah perang kemerdekaan, sampai dengan berakhirnya masa perencanaan semesta berencana, dimana pada masa itu sama sekali tidak ada pengarahan terhadap pembinaan fisik maupun pemerintahan. Masa perencanaan ini di mulai semenjak Tahun 1949-1965. Kota-kota yang berkembang pada masa ini contohnya adalah Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Palembang, Mojokerto, Makasar, dll.

Periode ketiga, yaitu perkembangan kota-kota setelah masa perencan

na. Maksud dari periode ini adalah perkembangan kota-kota sesuai dengan REPELITA NASIONAL dan REPELITA DAERAH. Dalam rencana ini telah di mulai pengarahan garis besar mengenai perkembangan kotaContohnya adalah : Bengkulu, Depok, Kisaran, Ambon, Irian Jaya, dan lain-lain. Sekarang ini perkembangan kota-kota di Indonesia harus sesuai dengan Repelita Nasional dan Repelita Daerah, jadi bukan hanya untuk daerah-daerah yang disebutkan pada periode ketiga.

Perkembangan Kota Madya Pematang Siantar ditinjau dari ketiga periode di atas, termasuk kedalam periode kedua dimana pengembangan kota mulai di laksanakan pada tahun 1955. Karena tidak adanya perencanaan mengenai pengembangan kota,

17


(32)

menyebabkan keadaan Kota Pematang Siantar menjadi semrawut atau tidak terkendali. Akibat kecepatan perkembangan penduduk yang lebih tinggi daripada kecepatan memba

g dan kondisi lingkungan 18. kem

meningkatnya yang tersedia daerah ini terutam Pematang Sia faktor yaitu :

1.

penduduk di Kota

ngun sarana-sarana kebutuhan masyarakat, menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas fasilitas kebutuhan masyarakat di dalam kota. Fasilitas-fasilitas kebutuhan masyarakat yang di maksud disini adalah : kebutuhan perumahan, air minum, pusat kesehatan, sarana jalan dan juga angkutan umum. Dengan kata lain pembangunan yang di laksanakan hanya terfokus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa memperhatikan penataan ruan

Per bangan pembangunan di Kota Madya Pematang Siantar menyebabkan fungsi dan peranan Kota Madya Pematang Siantar, sehingga areal tanah tidak dapat lagi menampung segala kegiatan dan kebutuhan masyarakat di a untuk kegiatan pembangunan. Melihat kondisi tersebut, maka Kota ntar perlu adanya pemekaran. Perlunya pemekaran itu mengingat beberapa

Kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Kota Pematang Siantar di Tahun 1970-1980 mengalami peningkatan sampai 8,6 %. Jika di tahun 1971 jumlah

Pematang Siantar sebanyak 129.200 jiwa, maka pada tahun 1980 mencapai 150.700 jiwa. Kemudian pada tahun 1981-1990 jumlah penduduk Kota Pematang Siantar meningkat rata-rata 2,75 % pertahun sehingga jumlah penduduk Kota Madya Pematang

18

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Daerah Tingkat II Pematang Siantar, Pemerintah Daerah Tingkat II Pematang Siantar, 1994, hal.IV.1.


(33)

Siantar pada tahun 1990 tercatat sebanyak 224.562 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata 32 jiwa /hektar.

Penyediaan tanah yang tidak memungkinkan lagi bagi peningkatan aktifitas pembanguan. Pembangunan gedung-gedung Sekolah Dasar Inpres maupun Puskesmas dan lain sebagainya berlokasi di luar batas administrasi kota akibat tidak tersedianya lagi tanah untuk membangun sarana tersebut.

Batas administratif Kota Madya Pematang Siantar dengan Kabupaten Simalungun yang mengapitnya sudah kabur diakibatkan padatnya bangunan-bangunan. Hal ini j

2.

3.

elas menjadi

utan biaya-biaya seperti Ipeda, listrik, air, gas, maupun fasilitas perkantoran lainnya cukup

di masa yang akan dating. Selain itu juga mempercepat suatu maslah baik bagi Kota Pematang Siantar maupun bagi Kabupaten Simalungun, contohnya : perumahan penduduk dan perkantoran yang terdapat di Kecamatan Siantar Marihat dan Siantar Utara. Akibatnya sering terjadi satu bangunan yang terletak di dua daerah Tingkat II, sehingga pemung

menyulitkan bagi kedua Pemerintah Daerah tersebut.

4. Pemekaran diperlukan untuk menampung pertambahan penduduk

perkembangan pembangunan kota terutama sarana dan pendidikan, perdagangan, perindustrian, maupun fasilitas olah raga, pembangunan jalan, dan lain sebagainya.


(34)

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka Pemerintah Daerah Kota Madya Pematang Siantar mengusulkan kepada Pemerintah Pusat agar luas wilayah Pematang Siantar di perluas.

Usaha ini sebenarnya telah di rintis semenjak Pematang Siantar di pimpin oleh seorang Wali Kota Rakoetta Sembiring, pada tahun 1962. Kemudian usaha ini di lanjutkan pada masa kepemimpinan M.J.T. Sihotang pada tahun 1979-1984, dan pada masa p

a siding dewan pada tanggal 28 Agustus 1985.

Pe tar

Su

yang terd

n 1 ) y

emerintahan Jabanten Damanik usulan perluasan wilyah baru dapat dilaksanakan. Hal ini di karenakan harus menungga keputusan dari DPRD Kabupaten Simalungun. Untuk membahas masalah ini DPRD Simalungun membentuk Panitia Khusus (Pansus) yang diketuai oleh Horpe Purba. Akhirnya DPRD Simalungun secara aklamasi menyetujui sembilan desa diserahkan untuk perluasan Kota Madya Pematang Siantar. Persetujuan ini di keluarkan dengan SK Dewan Perwakilan Rakyat Daerah SImalungun secara aklamasi pad

Permohonan ini direalisasikan oleh Pemerintah Pusat dengan keluarnya Peraturan merintah No. 15 Tahun 1986, sehingga luas wilayah Kota Madya Pematang Sian menjadi 7.023 Hektar. Walaupun luas Kota Madya Pematang Siantar sudah ditambah, namun belum mampu menampung kepadatan penduduk. Oleh sebab itu berdasarkan rat Keputusan Bersama antar DPRD Kabupaten Simalungun dengan Pemerintah Kota Pematang Siantar, luas wilayah Kota Madya Pematang SIantar menjadi 7.997,06 Hektar,

iri dari :

1. Wilayah Kota Madya Daerah Tingkat II Pematang Siantar sebelum perluasan ( Peraturan Pemerintah N0. 15 Tahu 986 , aitu seluas =1.248 Ha. 2. Desa SIopat Suhu = 187 Ha.


(35)

3. Desa Bah Kapul di gabungkan de gan b kas bagian wilayah Desa nagori n e

k d sebagian bekas wilayah Desa

Silampuyang = 891,76 Ha.

= 1.203,84 Ha.

.4.

Daerah Kota Madya Pematang Siantar

mbu Master Plan kota telah

Pemata melaku

pada ti

Unit Concept, Multiple Nuclei Concept 19.

Bosar = 2.276,26 Ha.

4. Desa Simarimbun digabung an engan

5. Desa Martoba

6. Desa Tambun Nabolon = 598,40 Ha.

7. Desa Naga Huta = 400,40 Ha.

8. Desa Pematang Marihat = 547,36 Ha. 9. Desa Suka Raja = 199,56 Ha. 10.Desa Baringin Pancur Nauli = 448,48 Ha.

3

Konsep Tata Ruang Kota Madya Pematang Siantar.

Untuk memperjelas kedudukan Kota Madya Pematang Siantar dalam wilayah regional Sumatera Utara, maka Pemerintah

me at Master Plan (rencana induk kota). Dalam penyusunan

dianalisa selain potensi kota namun potensi Hinterlandnya, hubungan Kota Madya ng Siantar dengan kota-kota lainnya, serta sebagai acuan/pedoman dalam kan penataan ruang dan pemanfaatan ruang secara optimal.

Didalam merencanakan tata ruang wilayah suatu daerah umumnya didasarkan ga macam konsep tata ruang yaitu : Consentric Zone Concept, Neighbourhood


(36)

Jalur Konsentrik merupakan konsep pengelompokan fasilitas ekonomi yang mengutamakan pada suatu pusat pelayananyaitu pusat kota. Konsep ini mengarahkan perkembangan kota cenderung terpusat pada pusat kota, sehingga kegiatan social ekonomi hanya akan berkembang di pusat kota saja, karena pusat kota menyediakan seluruh fasilitas social ekonomi untuk seluruh kebutuhan penduduk.

Neighbourhood Unit Concept (konsep unit lingkungan).

Konsep ini mengarahkan perkembangan kota ke segala arah dan menyebar fasilitas sosial ekonmi pada masing-masing wilayah bagian kota, akan tetapi sistem pelayanan fasilitas sosial hanya dapat melayani bagian wilaya

2.

h kotanya ungsional antara bagian wilayah kota

3.

ilayah kota masing-masing sehingga antar bagian wilayah kota masing-masing, sehingga anatar bagian wilayah kota memiliki keterkaitan dan saling mempunyai secara sendiri. Oleh karena itu keterkaitan f

sangat rendah dan bagian wilayah kecil tumbuh dan berkembang namun perkembangannya tidak merata. Konsep ini memekarkan pada tiap unit lingkungan, dimana masing-masing unit lingkungan dibatasi oleh pola hijau yang terdiri dari taman, lapangan olagraga, dan sebagainya. Dengan mengembangkan konsep ini maka masing-masing pusat pelayanan akan memiliki keberadaan fasilitas sosial ekonomi yang sesuai dengan hirarkinya masing-masing.

Multiple Nuclei Concept (konsep pusat).

Konsep pusat banyak sebagai konsep ketiga atau konsep terakhir. Konsep ini mengarahkan perkembangan kota ke segala arah dengan penyebaran fasilitas social ekonomi, karekteristik dan potensi sosial ekonomi serta fisik bagian w


(37)

ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Untuk memacu perkembangan Kota Madya Pematang Siantar serta untuk mendapatkan perkembangan kota madya sesuai dengan yang diharapkan, maka yang dipilih adalah konsep kedua dan ketiga. Dimana pusat-pusat pengembangan diarahkan ke daerah-daerah yang belum dikembangkan sesuai dengan keadaan daerah serta potensi daerah tersebut.

Kondisi/struktur Kota Madya Pematang Siantar pada umumnya cenderung mengelompok (konsentris) di pusat kota, dalam perkembangannya daerah ini mempunyai bentuk

nan tersebut dapat di lakukan dengan jalan mengurangi atau

ngal aerah lain.

mbag Wilaya

untuk p demiki Wilaya 1.

wilayah yang berada di Kecamatan Siantar Timur, dan sebagian wilayah yang tidak teratur. Untuk menciptakan pembangunan secara merata di seluruh wilayah Kota Madya Pematang Siantar maka perlu dilakukan pembangunan pusat-pusat pelayanan yang baru. Dengan adanya pusat-pusat layanan yang baru, maka penyebaran pembangunan dan pemerataan jumlah penduduk dapat terlaksana. Untuk mendorong tumbuhnya pusat-pusat laya

me ihkan sebagian fungsi pusat kota ke d

Pe ian wilayah Kota Madya Pematang Siantar menjadi beberapa Bagian h Kota (BWK) yang masing-masing memiliki pusat pelayanan yang bertujuan emerataan pertumbuhan fisik dan penyebaran kegiatan sosial ekonomi. Dengan an Pemerintah Daerah, Kota Madya Pematang Siantar dibagi menjadi lima Badan

h Kota, antara lain :

Bagian Wilayah Kota A (BWK A).

Badan Wilayah Kota A merupakan pusat kota yang mencakup seluruh Kecamatan di Siantar Barat, sebagian wilayah Kecamatan Siantar Utara, seluruh


(38)

Kecamatan Siantar Selatan. Jika dilihat dari letak lokasi, BWK A menempati posisi ditengah kota yang dilintasi oleh jalan utama yang menghubungkan antara

n baru, empe

lan memindahkan pabrik-pabrik ke daerah lain.

ebelah Taman Bunga. Lokasi trategis, dimana berdekatan dengan hotel dan

2.

Kota Madya Pematang Siantar dengan daerah yang lain yang berada di sekitarnya dan pusat Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Sebagai pusat kota, BWK A juga merupakan daerah pusat bisnis atau yang disebut dengan CBD (Central Bisnis District) karena didaerah ini banyak terdapat bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan took pusat perbelanjaan.

Untuk mendukung fungsi diatas, maka Pemerintah Daerah Pematang Siantar membangun fasilitas-fasilitas yang lain seperti pembangunan jala

m rbaiki jalan-jalan yang rusak, memperbaiki saluran drainase, dan membuat jalur hijau di sepanjang jalan sehingga menimbulkan lingkungan yang bersih, nyaman, dan indah. Pemerintah Daerah setempat juga menghindarkan lokasi ini dari pabrik-pabrik yang masih beroperasi, hal ini dikarenakan agar polusi udara dapat dikurangi dengan ja

Sebagai daerah transit untuk menuju daerah wisata Parapat atau Danau Toba, Pemerintah Daerah Kota Madya Pematang Siantar menyediakan areal khusus untuk bus-bus pariwisata yang berlokasi di s

ini dipilih karena letaknya sangat s juga pusat perbelanjaan.

BWK A ini juga ditetapkan sebagai pusat perdagangan regional dan lokal, pusat pemerintahan, pusat perkantoran, pusat rekreasi dan olah raga, pusat pendidikan, pusat kesehatan, dan pusat perumahan.


(39)

gan akhir sampah. Industri yang

iatas, maka Pemerintah Daerah membangun ran drainase dan menyediakan fasilitas

3. ota C (BWK C).

BWK B merupakan daerah pinggiran disebelah Utara kota dengan pusat pelayanan masyarakat berada di Desa Martoba. Wilayah BWK ini mencakup daerah Desa Martoba dan Desa Tambun Nabolon, kedua desa ini terletak di Kecamatan Siantar Martoba, luas daerah ini adalah 1.211 Ha dengan jumlah penduduknya yang masih sedikit. Pemerintah Kota Pematang Siantar menjadikan daerah BWK B sebagai pusat industri, perdagangan, pertanian, perumahan, dan terminal terpadu, dan juga tempat pembuan

dipusatkan didaerah ini meliputi industri rokok, industri makanan dan minuman, industri korek api, industri pengetaman kayu (meubel), dan juga industri percetakan 20. Penetapan lokasi kawasan Industri di daerah Siantar Martoba dikarenakan di daerah ini masih banyak lahan kosong dan untuk lebih mempercepat perkembangan daerah tersebut.

Untuk mendukung fungsi d jaringan jalan, memperbaiki salu

pergudangan yang lebih baik lagi. Pemindahan industri di kawasan ini masuh banyak mengalami kendala, karena banyak pengusaha yang belum mau memindahkan industrinya ke daerah ini. Hal ini dikarenakan belum lancarnya aliran air bersih di daerah tersebut.

Bagian Wilayah K

Luas BWK C meliputi areal seluas 1.161,60 Ha dengan jumlah penduduk sebesar 6.212 jiwa. Bila ditinjau dari letak lokasi, BWK C terletak pada persimpangan jalan utama lintas Sumatera yang berada di Perdagangan. Daerah

20


(40)

ini merupakan kawasan pinggiran disebelah Utara kota dengan pusat pelayanan di Desa Bah Kapul.

BWK C berfungsi sebagai perumahan dan sub perdagangan, pendidikan, . Pembangunan didaerah ini difokuskan pada emban

4.

erintah daerah sebagai daerah tempat pembangunan dapun tujuan dari pembagian pemukiman ini

5.

kompleks militer dan pusat rekreasi

p gunan daerah pemukimam militer (terutama komplek ABRI) dan pengadaan air bersih (PAM). Daerah ini merupakan kawasan pertanian/perkebunan yang luas. Untuk mempermudah penyaluran hasil-hasil pertanian, maka jalan-jalan yang berada di daerah tersebut diaspal dan di beton. Bagian Wilayah Kota D (BWK D).

Kawasan ini merupakan daerah pinggiran disebelah Selatan kota dengan pusat kotanya di Desa Sukaraja. Daerah ini meliputi Desa Beringin Pancur Nauli, Sukaraja, Pematang Marihat, Pardamean, Suka Maju, Desa Karo, Desa Kristen, dan juga Desa Toba. Letak BWK D berada pada jalan lintas menuju ke daerah Tanah Jawa. BWK D ini berfungsi sebagai daerah pusat pendidikan terutama Perguruan Tinggi (UISU dan USI), perumahan, bangunan umum dan pertanian. Daerah ini dipilih oleh pem

lokasi perumahan (permukiman). A

bertujuan untuk mengurangi slum area yang ada disekitar terminal dan pasar (Siantar Utara) dan daerah CBD (Central Bisnis District). BWK D mempunyai luas lahan seluas 1.398 Ha, adapun daerah yang sudah dikelola sebanyak 18,62 % dari luas BWK D tersebut.


(41)

buatan ang dimaksud disini adalah daerah wisata yang sengaja dibuat oleh Pemerintah

h dalam jangka panjang dititik beratkan pada bidang ekonomi dengan sasaran utama keseimbangan antara sektor pertanian dan sektor industri serta

Daerah Kota Madya Pem mana mengarahkan daerah ini sebagai kota industr

BWK E merupakan salah satu daerah pinggiran kota dengan pusat layanannya berada di daerah Naga Huta, yang terdiri dari Desa Simarimbun, Naga Huta, dan sebagian Desa Bah Kapul. Jika dilihat dari lataknya, kawasan ini oleh jalan lintas Sumatera dan merupakan persimpangan jalan ke Sidamanik dan Seribu Dolok. Daerah ini berfungsi sebagai daerah sub perdagangan, akomodasi, daerah wisata buatan, perumahan dan bangunan umum. Daerah wisata

y

Daerah sebagai pendukung potensi Kota Madya Pematang Siantar sebagai daerah penunjang pariwisata. Sebagai kota transit dan sekaligus sebagai pintu gerbang daerah pariwisata, Kota Madya Pematang Siantar memiliki sebuah hotel berbintang tiga dan 12 buah hotel tidak berbintang. Beberapa objek wisata buatan yang dimaksud diatas adalah pemandian Karang Anyar dan Karang Sari.

Berdasarkan kondisi sistem pusat-pusat pelayanan dan kawasan pengembangan kota yang ada, maka Kota Madya Pematang Siantar terdiri dari lima BWK yang dibagi atas satu pusat layanan utama dan empat sub pusat pelayanan bagian wilayah kota. Pembangunan daera

terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan atang Siantar yang


(42)

pendidikan, dan kota pusat perdagangan untuk wilayah pembangunan II Dataran Tinggi Sumatera Utara 21.

3.5. Faktor Penghambat dan Pendukung Perkembangan Kota Madya

Meningkatnya kegiatan-kegiatan masyarakat Kota Madya Pematang Siantar terutama pada bidang ekonomi dan industri, yang menyebabkan terjadinya perubahan pada wajah Kota Pematang Siantar. Bila diamati kegiatan-kegiatan perdagangan, industri, jasa, maupun pendidikan hanya terpusat pada satu wilayah saja yaitu daerah pusat kota. Tidak adanya keseimbangan antara bagian wilayah kota yang satu dengan kota yang lainnya sehingga menimbulkan ketimpangan dalam pembangunan. Artinya pembangunan hanya dilaksanakan di pusat kota

Pematang Siantar.

sedangkan bagian wilayah kota yang lain seolah-olah baik

lain itu perluasan wilayah juga njad i, karena daerah-daerah yang baru masuk ke wilayah

daerah menjad daerah

pembangunan dimasing-masing

dia an, padahal setiap wilayah bagian kota memiliki potensi yang sangat bagus untuk mendukung perkembangan Kota Pematang Siantar. Se

me i suatu permasalahan sendir

Kota Madya Pematang Siantar dapat dikatakan masih tertinggal dibandingkan dengan lain yang berada di Kota Madya Pematang Siantar. Dengan demikian hal tersebut i tanggung jawab Pemerintah Daerah Kota Pematang Siantar untuk membangun yang masih tertinggal itu.

Berikut ini akan dipaparkan permasalahan kecamatan yang ada di Kota Madya Pematang Siantar. : a. Kecamatan Siantar Timur.

21

Program Report Walikota Madya KDH Tingkat II Pematang Siantar tahun 1984-1989, Pemerintah Daerah Kota Madya Pematang Siantar, 1989, hal 11.


(43)

Kecamatan Siantar Timur dengan ibukotanya Tomuan berada di daearah pusat kota. Didaerah ini banyak terdapat pertokoan, pabrik-pabrik, pusat kesehatan, dan pusat pendidikan (TK, SD, SLTP, SLTA, maupun Perguruan Tinggi).

Timur adalah mengenai

it-parit sangat kecil dan tidak terawat. pembuangan akhir.

iman dari Kecamatan Siantar Selatan ke Siantar Timur,

rta tumpukan sampah.

bang Galung merupakan daerah emerintahan, pelayanan umum, pusat pemukiman, dan

t Pembuangan Sampah.

- Kepadatan pembangunan cukup tinggi.

Permasalahan yang dihadapi oleh Kecamatan Siantar drainase (saluran pembuangan), diantaranya :

- Pembuangan domestic/par

- Tidak adanya pelepasan air kotor ke saluran - Adanya limbah kir

karena kondisi Topografi Siantar Timur lebih rendah daripada Siantar Selatan.

- Sering terjadi banjir apabila musim hujan dating.

- Saluran pembuangan akhir, sungai dangkal dan banyak kedapan, sediment se

- Tidak adanya tempat pembuangan sampah. b. Kecamatan Siantar Barat.

Daerah Siantar Barat dengan Ibukotanya Tim pusat perdagangan, pusat p

pusat pendidikan. Kecamatan Siantar Barat sebagai salah satu daerah CBD (Central Bisnis District), maka permasalahan yang mendominasi di daerah ini adalah :

- Tidak adanya Tempa


(44)

c. Kecamatan Siantar Utara.

Wilayah Kecamatan Siantar Utara dapat dijumpai bangunan terminal regional dan erdagangan. Artinya di daerah g. Permasalahan yang

dak adanya Tempat Pembuangan Sampah (TPS).

e.

yang pusat pemerintahannya berada di Kelurahan

dangkan aliran listrik juga masih minim. lokal, selain itu juga merupakan daerah sub pusat p

ini banyak terdapat pasar tradisional, pertokoan, dan warun dihadapi daerah ini adalah :

- Munculnya Slum Area (daerah kumuh) disekitar terminal dan pasar.

- Drainase/saluran pembuangan domestic kurang dan kecil, sehingga membuat sampah menjadi tersumbat.

- Saluran pembuangan akhir/sungai dangkal. - Ti

d. Kecamatan Siantar Selatan.

Kecamatan Siantar Selatan dengan Ibukotanya Kelurahan Kristen, merupakan salah satu daerah pusat perkantoran akan tetapi tidak didukung dengan sarana-sarana dan prasarana-sarana yang memadai, seperti jalan-jalan yang berada di daerah ini kurang bagus dan jumlahnya masih sedikit. Akibatnya wilayah ini terlihat tidak terawatt.

Kecamatan Siantar Martoba. Kecamatan Siantar Martoba

Martoba adalah daerah yang dikelilingi oleh pertanian dan perkebunan yang subur, di daerah ini juga dipusatkan daerah perkantoran militer. Namun sangat disayangkan karena di daerah ini jalan-jalannya kurang terawatt baik dan jumlahnya sangat sedikit. Selain itu juga sarana air bersih di wilayah ini belum ada, se


(45)

f. Kecamatan Siantar Marihat.

adya Kecamatan Siantar Martoba. r Marihat verada di Kelurahan Marihat.

sekali, Dinas Kebersihan Kota Pematang Siantar akan m engambil sampah-sampah tersebut dan kemudian ecamatan Siantar Martoba.

Usaha-Sebagai salahsatu daerah yang baru masuk kedalam wilayah Kota M Pematang Siantar, kondisinya hampir sama dengan

Pusat Pemerintahan Kecamatan Sianta

Selain drainase yang kurang baik, permasalahan yang muncul di daerah ini antara lain :

- Kondisi jalan yang kurang baik.

- Memiliki jalan yang sempit, sehingga tidak ramai dilalui kendaraan. - Belum masuknya saluran air bersih (PAM)

- Masih kurangnya aliran listrik.

Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing kecamatan ini membutuhkan penanganan yang cepat dan seriuz, terutama di Kecamatan Siantar Martoba dan Kecamatan Siantar Marihat yang masih tertinggal bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Khusus untuk masalah TPS di empat kecamatan, Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Madya Pematang Siantar menganjurkan kepada masyarakat di daerah tersebut agar mengumpulkan sampahnya di kantong-kantong plastik atau dibuang ke TPS sementara. Dalam tempo waktu dua hari

elakukan patroli keliling untuk m

di buang ke tempat penampungan sampah yang berada di K

usaha ini memungkinkan Kota Madya Pematang Siantar memperoleh predikat kebersihan untuk kategori kota sedang. Hal ini sangat mendukung kebijakan Pemerintah Daerah setempat untuk menjadikan Kota Madya Pematang Siantar menjadi kota industri dan perdagangan yang sejuk dan indah.


(46)

3.6.

Pematang Siantar Sebagai Kota Pariwisata

Sesuai dengan letak Kota Pematang Siantar yang merupakan pintu gerbang ke Daerah Wisata Danau Toba khusunya daerah Parapat, Kota Pematang Siantar memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi perkembangan pariwisata di Sumatera Utara.

tujuan dalam pembenahan asset-asset pariwisata ini, Siantar kepada turis-turis yang ingin menuju daerah wisata

tersebut sehing Adapu

merupakan salah satu objek terkenal di Sumatera Utara dan juga menjadi cirri khas dari Kota Pematang Sianta

a.

Tentara Belanda. Namun setelah Kemerdekaan Republik Indonesia di

Dalam pengembangan potensi pariwisata yang dimiliki Kota Pematang Siantar, maka Pemerintah Kota Pematang Siantar melakukan pembenahan objek-objek wisata yang dimiliki kota ini. Adapun

adalah untuk memperkenalkan Kota Pematang

Danau Toba, dengan harapan dapat di singgahi oleh para turis ga menambah pendapatan kota.

n objek-objek pariwisata yang ada di Kota Pematang Siantar, yang

r adalah :

Taman Hewan Pematang Siantar

Kota Pematang Siantar memiliki salah satu taman hewan terbesar di Sumatera Utara, karena taman hewan ini di bangun di atas tanah seluas 4,5 Ha. Taman hewan Pematang Siantar didirikan oleh Pemerintah Belanda pada tahun 193622.

Pada awalnya taman hewan ini didirikan oleh Pemerintah Belanda dengan maksud untuk memberikan sarana rekreasi bagi para keluarga dan

22

Objek-objek Wisata Pematang Siantar, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pematang Siantar, 2007, hal 2.


(47)

Proklamirkan di Pematang Siantar, taman hewan Pematang Siantar di kelola oleh Pemerintah Daerah Pematang Siantar. Semenjak Pematang s Kota Madya, taman hewan ini berkembang dengan pesat,

b.

ak ini baru di jadikan bagai sarana transportasi di Kota Pematang Siantar pada tahun 1959, imana pada tahun tersebut jumlah Becak Siantar masih terbatas yaitu 50 nit23. Namun pada tahun 1965 jumlah becak siantar menjadi bertambah

Siantar berstatu

hal ini dapat di buktikan dengan semakin meningkatnya jumlah pengunjung dan juga semakin banyaknya jenis-jenis hewan yang di datangkan dari berbagai Negara. Jenis-jenis hewan tersebut adalah : Harimau, Ular, Buaya Albino, Burung, dan lain-lain.

Becak Siantar

Salah satu yang menjadi cirri khas dari Kota Pematang Siantar adalah sarana transportasi becak. Becak ini mempunyai cirri khas tersendiri dari becak-becak yang ada di Indonesia, hal ini di karenakan Becak Siantar menggunakan motor-motor besar sebagai penghelanya. Motor-motor yang di gunakan sebagai penarik becak merupakan sala satu asset sejarah di Kota Pematang Siantar, hal ini dikarenakan motor-motor tersebut merupakan peninggalan dari masa penjajahan Sekutu di Pematang Siantar.

Pada awalnya motor-motor besar ini merupakan sarana angkutan bagi tentara-tentara sekutu pada masa itu. Becak-becak ini sebagian besar di produksi pada tahun 1940-1950. Becak-bec

se d u

23


(48)

200 unit, hal ini dikaren peremajaan becak-becak yang sudah

BAB IV

di kota ini. Disamping itu letak Kota Pematang Siantar yang berada

sat kota perindustrian. Dengan akan adanya

rusak karena becak siantar tidak di produksi lagi.

PERKEMBANGAN KOTA MADYA PEMATANG SIANTAR

Kota Madya Pematang Siantar sesuai dengan fungsinya telah berkembang sebagai sebuah kota terbesar kedua di Sumatera Utara, hal ini terjadi semenjak tumbuhnya Kota Pematang Siantar pada abad ke-20.

Daerah kawasan pegunungan yang menjadi daerah hinterlandnya yang meliputi Kabupaten Simalungun, Tanah Karo, Dairi, dan juga Tapanuli Utara yang memiliki tanah-tanah subur dengan iklim yang sangat sesuai untuk pertanian sehingga dapat memproduksi hasil-hasil pertaniannya seperti sayur-mayur, kopi, beras, hortikultura, serta hasil-hasil perkebunan seperti karet, sawit, dan teh. Pada umumnya hasil-hasil pertanian tersebut di pasarkan di Kota Pematang Siantar dan merupakan bahan-bahan mentah bagi industri yang beroperasi

di persimpangan jalan, sehingga Kota Pematang Siantar menjadi kota persinggahan barang-barang jadi bagi keperluan daerah hinterlandnya. Keadaan ini semakin memantapkan Kota Madya Pematang Siantar untuk tumbuh dan berkembang menjadi kota pusat kegiatan perdagangan dan juga pu


(49)

d an pertumbuhan Kota Madya Pematang Siantar di dorong dan di pengaruhi oleh wilayah pendukungnya.

Dalam usaha peningkatan kesejahteraan rakyat, maka pembangunan sangatlah penting di dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia. Disamping itu tujuan pembangunan sangat berhubungan dengan usaha pewarisan masa depan yang akan menjamin kebahagiaan bagi generasi yang akan datang.

Kota Madya Pematang Siantar merupakan suatu kota yang ramai dengan segala aktifitas kehidupan masyarakatnya dalam berbagai macam kegiatan dalam memenuhi kehidupannya. D

emiki

alam hal ini dari tahun ke tahun Pemerintah Daerah selalu mengambil

n yang dimaksud, maka pemerintah daerah menetapkan rencana-rencana dan

ehingga sasaran pembangunan berbagai kebijaksanaan yang merupakan pra conditioning, seperti halnya dalam menciptakan ketertiban, keamanan demi terciptanya suatu keadaan di mana terdapat jaminan kehidupan yang tenang, terwujudnya suatu lingkungan yang sehat dan tentram, adanya jaminan lapangan pekerjaan (mata pencaharian), serta tersedianya fasilitas-fasilitas-fasilitas dan juga alat komunikasi yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.

Didalam mencapai tujuan pembangunan tercapai dengan sebaik-baiknya, maka Pemerintah Daerah Kota Madya Pematang Siantar, selaku administrator pembangunan telah mencanagkan program-program pembaharuan dan modernisasi dengan landasan master plan Kota Madya Pematang Siantar. Dalam rencana mencapai tujuan pembanguna

program-program pengembangan system perencanaan terpadu.

Pokok-pokok kebijaksanaan dalam mewujudkan perencanaan terpadu tersebut, maka haruslah di selaraskan dengan karakteristik kota s


(50)

pada prinsipnya di arahkan pada pemantapan fungsi kota sebagai pusat kegiatan perdaga

ikut ini akan di kemukakan perkembangan yang di alami oleh Kota Madya Pemata

airi, dan Kabupaten Tapanuli Utara.

ngan, industri, pendidikan, serta peranannya untuk mendukung perkembangan pariwisata.

Setelah mengetahui kebijakan-kebijakan yang di ambil oleh Pemerintah Daerah, maka ber

ng Siantar dalam kurun waktu per-sepuluh tahun :

4.1.

Kota Madya Pematang Siantar pada Tahun 1960-1970.

Perkembangan kota-kota di Indonesia pada umumnya masih mengacu pada program kerja dari Pemerintah Pusat, yaitu dengan mengacu pada program perencaan semesta yaitu pengembangan kota-kota sesuai dengan Repelita Nasional dan Repelita Daerah.

Pada dasarnya di tahun ini pembangunan di Kota Madya Pematang Siantar masih baru akan di rintis. Perkembangan Kota Madya Pematang Siantar, pada awalnya di mulai setelah Pematang Siantar di resmikan menjadi Kota Madya. Pembangunan Kota Madya Pematang Siantar di mulai dari sistem dan fungsi pemerintahan, dimana dalam fungsi pemerintahan, Kota Madya Pematang Siantar memiliki peranan sebagai pusat pemerintahan di wilayah pembangunan II Dataran Tinggi Sumatera Utara yang meliputi Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo, Kabupaten D

Selain itu Kota Madya Pematang Siantar masih merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Simalungun. Untuk menghindari terjadinya tumpang tindih tugas pemerintahan antara Pemerintahan Kota Madya Pematang Siantar dengan Pemerintah Kabupaten Simalungun maka pusat pemerintahan Kota Madya Pematang Siantar berada


(51)

di pusat kota tepatnya di jalan Merdeka, sedagkan pusat pemerintahan Kabupaten Simalungun berada di pinggiran Kota Pematang Siantar.

amun setelah menjadi Kota Madya, Kota Pematang Siantar tidak mempunyai Kota Madya Pemata

adya Pematang Siantar, maka pemerintah mengambil kebijakan yang telah di tetapka

h ini di ambil karena Pemerintah Kota Pematang Siantar ingin adanya tanggung jawab bersama di dalam mewujudkan pembangunan di Kota Madya Pematang Siantar.

N

perencanaan mengenai pengembangan kota sehingga menyebabkan keadaan

ng Siantar menjadi semerawut/tidak terkendali. Perkembangan pembangunan di daerah Kota Madya Pematang Siantar menyebabkan meningkatnya fungsi dan peranan Kota Madya Pematang Siantar, sehingga areal tanah yang tersedia tidak dapat lagi menampung segala kegiatan dan kebutuhan masyarakat di daerah ini terutama untuk kegiatan pembangunan.

4.2. Kota Madya Pematang Siantar Pada Tahun 1971-1980.

Keadaan Kota Madya Pematang Siantar pada massa ini tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya, di mana Pemerintah Daerah Kota Madya Pematang Siantar dalam usahanya membangun perkembangan kota masih terbentur dengan permasalahan luas wilayah yang masih sempit. Setelah mengetahui bahwa yang menghambat pembangunan di Kota M

n untuk perkembangan dan pembangunan Kota Pematang Siantar. Kepala Pemerintahan Daerah, dalam hal ini Wali Kota, menjalin hubungan baik dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dimana DPRD merupakan suatu lembaga yang mewakili masyarakat Kota Pematang Siantar dan juga sebagai lembaga pembawa aspirasi masyarakat. Langka


(52)

Berhasilnya usaha-usaha pembangunan sangat tergantung dari sikap tanggap, pengertian, kesadaran, dan partisipasi masyarakat Kota Pematang Siantar. Pemerintah Daerah Kota Madya dalam hal ini mengerahkan segala potensi besar yang di miliki oleh lam mensukseskan pembangunan Kota Madya

t kegiatan dan pengembangan wilyah, maka emperhatikan beberapa aspek dalam mendukung

pek-aspek tersebut yaitu :

2. Aspek perkembangan kegiatan dalam kota. Kota.

kepadatan enduduk yang cenderung mengambil lokasi ke daerah tengah kota dan pinggiran kota, masyarakat Pematang Siantar di da

Pematang Siantar.

Dalam kedudukan kota sebagai pusa pembangunan Kota Pematang Siantar m perkembangan Kota Pematang Siantar. As

1. Aspek Kependudukan.

3. Aspek Fasilitas Sosial 4. Aspek Ekonomi Kota. 5. Aspek Transportasi Kota. 6. Aspek Tata Guna Tanah.

4.2.1

Aspek Kependudukan.

Perkembangan penduduk Kota Madya Pematang Siantar pada masa ini cenderung sedikit lambat dari tahun sebelumnya, pertambahan penduduk Pematang Siantar hanya sebesar 1,18 %. Walaupun demikian perkembangan dan pertambahan penduduk adalah monoton, hal ini terjadi karena adanya usaha dari pemerintah untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan penduduk di dalam kota. Perkembangan yang monoton tidak terjadi di setiap wilayah, hal ini di sebabkan karena adanya persoalan-persoalan


(53)

sedangkan daerah pusat kota merupakan daerah out migrasi. Keadaan pusat kota yang demiki

, -kegiatan yang sifatnya statis. Kegiatan

in itu juga ada pasar yang di d terseb n oleh karena ara lain, kare sebut berdekatan dengan pusat kota, wilayah per itu juga berdekatan n stasiun ke a api sesbilitas, sehin mudahkan proses ma barang-barang yang berasal dari luar wilayah Kota Pematang Siantar.

T

el.6.

rdagangan d

Madya Pematang

ntar.

NO. Luas Areal (M2) Juml ios

an menunjukkan bahwa jauhnya daerah pusat kota untuk menampung perkembangan penduduk, sehingga dengan demikian menunjukkan perlu adanya/penyediaan wilayah dan fisik ke arah pinggiran kota dan tengah kota.

4.2.2. Aspek perkembangan Kegiatan Dalam Kota.

Sifat perkembangan kegiatan-kegiatan yang di maksud di sini adalah perkembangan yang bersifat dinamis dan kegiatan

yang sifatnya dinamis adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan perdagangan dan perindustrian, sedangkan kegiatan yang bersifat statis adalah kegiatan yang berhubungan dengan pemerintahan dan juga perumahan. Kegiatan-kegiatan ini sangat mempunyai peran penting dalam perkembangan Kota Madya Pematang Siantar.

4.2.2.a. Kegiatan

Perdagangan

Kegiatan perdagangan yang dominan di Kota Madya Pematang Siantar adalah pasar yang berlokasi di daerah pusat kota seperti halnya Pasar Parluasan yang terletak di Kelurahan Dwikora dan Kelurahan Pahlawan, sela

terdapat di daerah tengah kota seperti Pasar Horas. Lokasi perdagangan yang berada aerah ut disebabka beberapa hal ant na wilayah ter

dagangan denga

ret yang menjadi ak gga me suknya

ab

Pusat-pusat Pe

i Kota

Sia


(54)

1 Pasar Horas 24.778 3.419

2 Pasar Dwikora 26.600 1.213

3 Pasar Wandelpat 432 48

4 Pasar Diponegoro 1.000 34

5 Pasar Rambung Merah 400 50

Sumber : Kompilasi Data Master Plan Ko Pemerintah Daerah Kota Pematang Siantar.

ta Pematang Siantar 1970-1980,

ota Madya Pematang Siantar tersebar di daerah pusat k

oriented. Dalam penempatan wilayah industri ini di

pengaruhi oleh

berlokasi di sekitar/di sepanjang jalur pengelompokkan industri di Kota Pem t i lihat dari indeks intensitas, spesialisasi, akses daerah, indeks daerah terhadap jalur regi ta, maka

4.2.2.b. Daerah

Kegiatan

Industri

Pergerakan kegiatan industri berdasarkan indeks intensitas penggunaan industri di setiap wilayah. Kegiatan industri di K

ota dan di daerah tengah kota.

Industri yang berada di pusat kota pada umumnya industri yang bersifat

market oriented, sedangkan industri yang berlokasi di tengah kota merupakan jenis

industri yang bersifat material

faktor ruang dan jaringan jalan.

Melihat intensitas penggunaan industri di Kota Pematang Siantar terlihat bahwa pada daerah pusat kota, indeks intensitas paling tinggi berada pada daerah Kampubg Simalungun, begitu juga pada daerah tengah kota berada di wilayah kampung Tomuan dan kampung Melayu.

Pada umumnya industri tersebut

jalan regional dan juga perlintasan kereta api. Kecenderungan dan atang Sian ar apabila d


(55)

terdapa ayah tertentu saja. Tabel berikut ini merupakan pembagian wilayah Kota P ar da kegiatan industri :

Tabel.7. Kecenderungan Pengelompokan Jenis Industri

. No. Inte s Spesialisasi Akses

daerah A.Jalur Reg.kota Pusat Kota Total t hanya di wil

ematang Siant lam

Wilayah nsita

1. Pusat Kota

-Pahlawan :

-Simalungun 5 5 5 5 3 1 1 5 5 5 19 21 2. Tengah ota

- K.Merdeka 1 1 5 5 5 17

K

- K.Melayu 1 5 5 5 5 21

3. Pinggiran Kota :

5 5 1 17

- Asuhan 1 5

- Suka Maju 1 1 5 1 1 9

Sumber : Badan Pusat Statistika Kota Madya Pematang Siantar, 1980.

4.2.3. Aspek Fasilitas Sosial Kota

Pada massa tahun 1970-1980, penyebaran fasilitas sosial kota semakin merata di banding dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa Kota Madya Pematang Siantar mampu berkembang setelah resmi menjadi Kota Madya. Penyebaran fasilitas sosial di Kota Madya Pematang Siantar pada umumnya pada wilayah pusat kota, sehingga tidak memberikan keuntungan bagi penduduk pada wilayah yang aksesbilitasnya rendah. Namun selain di pusat kota, Pemerintah Daerah juga membangun fasilitas-fasilitas sosial, seperti di daerah Kampung Melayu, Timbanggalung, Suka Dame,


(56)

Toba, Kampung Karo, Kampung Kristen, Teladan, dan juga Kelurahan Martimbang. Namun pelayanan sosial yang sempurna hanya pada pusat kota dan sebahagian kecil di

aerah tengah kota dengan karakteristik yang demikian timbul kecenderungan untuk ah, sehingga secara tidak langsung terjadi kepadatan daerah

kota berdasarkan aspek ekonomi kota di cerminkan melalui kegiatan-kegiata

, perkembangan kegiatan ekonomi kota serta

Sumber pendapatan K ematang Siantar bersumber dari lima sektor yaitu sektor pajak, distribusi, perusahaan, subsidi Daerah Tingkat 24. Un le lihat tabel ber i :

Tabel.8. Sumber Pendapatan Daerah Kota Madya Pematang Siantar.

buhan tahun antar sumbe d

mendirikan bangunan-bangunan rum

yang terkontrol, dan juga pembangunan bangunan-bangunan liar pada daerah pusat kota.

4.2.4. Aspek Ekonomi Kota

Fungsi

n ekonomi yang selalu meningkat dilihat dari segi penyerapan tenaga kerja, investasi, dan pemasukan keuangan kota. Untuk mencapai tujuan tersebut di lakukan pendekatan terhadap sektor pendapatan kota

tenaga kerja.

ota Madya P

I, dan juga Ipeda tuk bih jelasnya ikut in

Rata-rata Pertum

Per r

NO.

Rata-rata % sumber

pendapatan (+) % (-) % Jenis pendapatan

1. Pajak-pajak 8,94 1,71 % -

2. Retribusi 4,36 0,84 -

3. Perusahaan 47,69 1,63 -

24


(57)

4. Subsidi D.TK.I 30,49 - 1,73

5. Ipeda 3,16 0,61 -

6. Lain-lain 5,16 0,01 -

Sumber : Kompilasi Data Master Plan Kota Madya Pematang Siantar 1970-1980, Badan Pusat Statistik Kota Madya Pematang Siantar.

Siantar di dominasi oleh industri-industri-industri yang berada di Kota Pematang Siantar pada u

industri terseb yang berada di

1.

: perkebunan, rokok, korek api, dan juga industri pada industri ini banyak menampung jumlah tenaga Sub-sektor pemasukan yang paling besar dalam sektor pajak adalah pajak tontonan dan pembangunan, sedangkan dari sub-sektor perusahaan yang paling banyak menyumbangkan pendapatan terbesar berasal dari perusahaan air minum, perusahaan listrik, perusahaan perkebunan, dan juga perusahaan-perusahaan besar lainnya.

Perkembangan Ekonomi Kota Madya Pematang industri. Hal ini di karenakan bahwa

mumnya mampu menyerap tenaga kerja yang besar, selain itu industri-ut mampu menyumbangkan pajak yang besar. Ada beberapa jenis industri

Kota Madya Pematang Siantar, yaitu : Industri Manufakturing.

Pada Kota Madya Pematang Siantar, industri manufacturing jumlahnya lebih banyak di bandingkan dengan industri-industri lainnya, selain itu industri manufacturing ini juga lebih banyak menampung jumlah tenaga kerja di bandingkan dengan industri lainnya. Contoh dari industri manufacturing ini adalah

tenun. Walaupun

kerja dan kuantitasnya lebih banyak, tapi pada industri ini juga menunjukkan jumlah penurunan, terutama industri pembuatan korek api dan juga industri tenun.


(1)

transportasi perdagangan yang membongkar hasil produksinya di pinggir-pinggir jalan pusat kota, sehingga membuat semrawutnya pusat kota. Beban perkotaan yang terus bertambah ini merupakan faktor perluasan wilayah. Perluasan wilayah atau pemekaran kota ini sangat membantu Pemerintah Kota Madya Pematang Siantar untuk mengurangi beban yang

4.

ti taman hewan terbesar hasil peninggalan Belanda dan juga alat

silitas-fasilitas pendidikan di banding dengan daerah-daerah lain di sekitarnya.

unan/perkembangan di Kota Madya Pematang Siantar pada umumnya untuk

ada.

Pematang Siantar merupakan salah satu kota yang mendukung kepariwisataan di Propinsi Sumatera Utara, hal ini di buktikan dengan adanya objek-objek wisata seper

transportasi yang unik yang dapat di jadikan sebagai objek wisata dan juga alat transportasi.

5. Kota Pematang Siantar merupakan pusat pendidikan bagi daerah hinterlandnya. Hal ini didasari karena di Kota Pematang Siantar terdapat fa

Pembang

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dengan memperhatikan dan meningkatkan beberapa aspek, yaitu : aspek kependudukan, aspek kegiatan-kegiatan dalam kota, aspek sosial kota, aspek ekonomi kota, aspek transportasi kota, aspek tata guna tanah.


(2)

Mengingat pertumbuhan Kota Madya Pematang Siantar yang akan terus mbangunan juga akan terus di lakukan. Dalam m

meningkat, maka pe elaksanakan

pembangunan, sebaik

sehingga tercipta kese ruang dan wilayah.

melaksanakan pemban

1. nataan kembali ruang kota sehingga keadaan kota

2. apat

3. ng nantinya akan jadi

Perlu adanya peningkatan atau perbaikan-perbaikan fasilitas-fasilitas sosial seperti rumah ibadah, sekolah, rumah sakit, dll. . Perlu adanya tempat pengolahan limbah dari industri-industri

sehingga tidak ada pencemaran lingkungan.

. Perlu adanya pembukaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat kota, sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya.

nya pemerintah daerah memperhatikan lingkunga sekitarnya, imbangan dan keserasian dalam pemanfaatan

Beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh pemerintah daerah dalam gunan di daerah adalah sebagai berikut :

Perlunya pe

Pematang Siantar terlihat tertib dan tidak semwrawut.

Perlu adanya perbaikan-perbaikan jaringan jalan sehingga d mendukung peningkatan aktifitas perkotaan.

Perlu adanya renovasi asset-asset sejarah ya

objek wisata yang akan banyak di kunjungi oleh wisatawan-wisatawan.

4.

5

6


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku

Abdullah, Taufik, Sejarah Lokal di Indonesia, Jogyakarta : Universitas Gajah Mada Press, 1979

Daldjoeni.N, Seluk Beluk Masyarakat Kota, Bandung : Alumni, 1997.

Gie, The Liang, Pembahasan Tentang Perundang-undangan Pemerintah Daerah di Indonesia, Jogyakarta : Penerbit KARYA, 1971.

_____________, Pertumbuhan Pemerintah Daerah di Negara Republik Indonesia Jilid II, Djakarta : Gunung Agung, 1968.

Hadibroto.H.S, Perencanaan Regional dan Pembangunan Kota di Sumatera Utara, Majalah Kota Praja, Edisi No.4. Tahun VIIi, Jakarta : LD3ES, 1979.

Kartodirjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dan Metodologi Sejarah, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Jogyakarta : Tiara Wacana Jogya, 1994.

Marbun.B.N, Kota Indonesia Masa Depan ; Masalah dan Prospek, Jakarta : Erlangga, 1994.

Pamudji. S,Masalah Perkotaan di Indonesia dan Usaha-usaha Pembinaannya, Masalah Perkotaan di Indonesia dan Usaha-usaha Pembinaannya, Jakarta : Departemen Administrasi Institut Ilmu Pemerintahan, 1979.

Daftar Refrensi, Arsip, dan Makalah .

Kota Madya Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 1965, Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Madya Pematang Siantar, 1966.

Kota Madya Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 1970, Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Madya Pematang Siantar, 1971.

Kota Madya Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 1974, Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Madya Pematang Siantar, 1975.


(4)

Kota Madya Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 1986, Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Madya Pematang Siantar, 1987.

Kota Madya Pematang Siantar Dalam Angka Tahun 1990, Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Madya Pematang Siantar, 1991.

Master Plan Kota Madya Pematang Siantar Buku II Tahun 1975, Kantor Arsip dan Perpustakaan Kota Madya Pematang Siantar, 1975.

Purba.M.D, Mencari Hari Jadi Kota Pematang Siantar, makalah 1988.

Pemda KODYA DATI-II Pem.Siantar, Kertas Kerja Musyawarah Komisariat Wilayah BKS-AKSI se-Sum.Utara – Aceh. 1984.


(5)

LAMPIRAN

Lembaran Negara Republik Indonesia No.59 Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-Kota Besar dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara, Jakarta, 1956.

Lembaran Negara Republik Indonesia No.15 Tahun 1986 Tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Madya Pematang Siantar dan Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun, Jakarta, 1986.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 Tahun 1981 Tentang Pembentukan Kecamatan di Binjai, Siantar, dan Sibolga, Jakarta 1981.

Daftar Informan

1. Nama : Mangasa Sianipar, SH. Alamat : Jl. Catur No.2

Pekerjaan : Pegawai PEMDA TK.II Pematang Siantar

Umur : 51 Tahun

2. Nama : W.Turnip Alamat : Jl. Nagur Ujung

Pekerjaan : Pegawai PEMDA TK.II Pematang Siantar

Umur : 52 Tahun

3. Nama : V. Sihotang, SE Alamat : Perumnas Batu Enam

Pekerjaan : Pegawai PEMDA TK.II Pematang Siantar

Umur : 50 Tahun

4. Nama : Suryadi, BBA Alamat : Jl. Porsea


(6)

Umur : 50 Tahun

5. Nama : Laden Damanik Alamat : Jl. Kasuari Pekerjaan : Tokoh Adat

Umur : 80 Tahun

6. Nama : Kadim Damanik Alamat : Jl. Renvile Pekerjaan : Tokoh Adat