Museum Simalungun Sebagai Obyek Wisata Di Kota Pematang Siantar

(1)

MUSEUM SIMALUNGUN SEBAGAI OBYEK WISATA DI KOTA PEMATANG SIANTAR

KERTAS KARYA

Dikerjakan O

L E H

SAKTI TUA SIREGAR 072204052

FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR

DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN


(2)

MUSEUM SIMALUNGUN SEBAGAI OBYEK WISATA DI KOTA PEMATANG SIANTAR

Dikerjakan O

L E H

SAKTI TUA SIREGAR NIM. 072204052

Pembimbing

Drs. Marzaini Manday, MSPD NIP. 19570322 198602 1 002

Kertas Karya Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian

Program Pendidikan Non Gelar Fakultas Sastra USU Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Diploma III Dalam Program Studi Pariwisata

FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR

DALAM PROGRAM STUDI PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA MEDAN


(3)

Disetujui oleh:

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PARIWISATA BIDANG KEAHLIAN USAHA WISATA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, Desember 2010

PROGRAM STUDI PARIWISATA KETUA,

Drs. Ridwan Azhar M.Hum NIP. 19550923 198203 1 001


(4)

PENGESAHAN Diterima oleh:

PANITIA UJIAN PROGRAM PENDIDIKAN NON GELAR

FAKULTAS SASTRA USU MEDAN UNTUK MELENGKAPI SALAH SATU SYARAT UJIAN DIPLOMA III DALAM BIDANG STUDI PARIWISATA

Pada :

Tanggal :

Hari :

PROGRAM DIPLOMA III FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A NIP. 19520412 198503 2 001

Panitia Ujian

No Nama Tanda Tangan

1. Drs. Marzaini Manday, MSPD (……….)

2. Drs. Ridwan Azhar M.Hum (……….)


(5)

ABSTRAK

Kegitan pariwisata yang terus berjalan dari waktu kewaktu, tidak terlepas dari pengelolaan suatu objek wisata dengan propesional dan terprogaram. dengan pertumbuhan pariwisata yang semakin bergerak naik, membuktikan bahwa orang-orang di bumi ini membutuhkan perjalanan wisata dengan mengunjungi objek wisata yang di inginkan dan pastinya para wisatawan akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk biaya perjalanan wisatanya.

Museum yang merupakan tempat untuk menyimpan, dan memamerkan aneka ragam hasil daya cipta suatu budaya masyarakat lampau berupa artefak, dan lain-lainya. Museum berperan juga sebagai sumber pengetahuan bagi wisatawan yang berkunjung, dimana wisatawan akan menilai dari hasil karya cipta dari masyarakat dahulu, bahwa masyarakat dahulu sudah begitu majunya. Untuk itu diharapkan pengelolaan yang baik dari pemerintah Kota Pematang Siantar terhadap museum simalungun akan menjadi objek wisata yang menarik dan selalu menjadi tujun wisatawan.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis menyelesaikan kertas karya ini guna melengkapi persyaratan untuk mencapai gelar diploma III pariwisata bidang keahlian usaha wisata Fakultas sastra Universitas Sumatra Utara. Sholawat beriringkan salam pada junjungan nabi Muhammad SAW karena kita telah dibawanya dari alam gelap ke alam terang mendarang ini.

Adapun judul kertas karya ini adalah: “Museum Simalungun Sebagai Objek Wisata Di Kota Pematang Siantar”.

Dalam menyusun kertas karya ini penulis telah banyak menerima semangat, motivasi, dan bimbingan baik moril maupun materil dari berbagai pihak sehingga terwujudnya kertas karya ini

Adapun pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimah kasih kepada pihak terkait adapun ucapan tersebut ditujukkan kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis M.A selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Ridwan Azhar, M.Hum selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembaca.

3. Bapak Mukhtar M, S.sos, SE. Par, M.A selaku sekretaris Program Studi Pariwisata. Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.


(7)

4. Bapak Solahuddin Nasution SE, MSP, Selaku Ketua Koordinator Praktek Jurusan Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata.

5. Bapak Drs. Marzaini Manday, MSPD selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan bantuan serta arahan selama menyusun kertas karya ini. 6. Kepada kedua orang tua tercinta, A.Sanusi Siregar S.PdI dan Ibunda Derhani

Dasopang yang selalu memberikan senyuman terindah kepada penulis dalam suka maupun duka.

7. Kepada adik – adik penulis yang memberikan semangat dalam menyelesaikan kertas karya ini.

8. Kepada kawan – kawan satu jurusan terutama jurusan Usaha Wisata stambuk 2007, Koko, Dian, Refel, Arif, Aceh, Novrian, Kiki, Widya, Bulan, Pawen, dan teman lainnya dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

9. Kepada Alumni dan Senioren HmI komisariat Fakultas Sastra USU, yang telah memotivasi penulis dalam menyelesaikan kertas karya Terutama kepada, Beko, Bg Budi, Bg Daru, Bg Hotang, Bg Evan, Bg Zulfan, Bg Putra, Bg Juara, Bg Alang Vay, Bg Haris Sultan Imba, Bg Bambang TO, yang selalu memberikan arahan selama penulis berkegiatan di Sastra.

10. Kepada Hmi Komisariat Fakultas Sastra USU, Dedi Rahmad Sitinjak selaku ketua umum HmI komisariat Fakiltas Sastra USU dan juga kepada seluruh pengurus beserta jajarannya, Basri Buan, Jabal, Bei, Robbi, Indah, Ika, OPie, Tari, Benu, Takim, Nafator, yang memberikan izin untuk menggunakan Fasilitas yang ada di Sekretariat.


(8)

11. Kepada anggota PEMA Fakultas Sastra USU terutama Kepada Khalid Mawardi Saragih sebagai Gubernur Fakultas Sastra USU yang selalu mengingatkan penulis agar segera menyelesaikan kertas karya. Dan tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Baong, Mahaga, Eka, Bobo, yang sudi kiranya menemani penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. 12. Kepada seluruh penghuni kost tenina karena kalian keluarga kedua bagi

penulis, terimah kasih untuk semua.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa ketas kaya ini masih jauh dari sempurna yang mana hari ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan sumber bacaan yang diperoleh, untuk itu dengan hati yang terbuka penulis bersedia menerima keritkan yang sifatnya membangun dari pembaca guna menyempurnakan kertas karya ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimah kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini. Semoga kertas karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya

Medan, Desember 2010 Penulis

07220405 Sakti Tua Siregar


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Pembatasan Masalah... 2

1.3 Tujan Penulisan ... 3

1.4 Metode Penelitian ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN ... 6

2.1 Pengertian Pariwisata ... 6

2.2 Pengertian Prasarana dan Sarana Kepariwisataan ... 9

2.2.1 Prasarana Kepariwisataan ... 10

2.2.2 Sarana Kepariwisataan ... 11

2.3 Objek dan Atraksi Wisata ... 13

2.4 Industri Pariwisata ... 14

BAB III GAMBARAN UMUM PARIWISATA DI KOTA PEMATANG SIANTAR ... 17

3.1 Tinjauan Umum Kota Pematang Siantar ... 17

3.2 Keadaan Masyarakat Di Kota Pematang Siantar ... 20


(10)

BAB IV MUSEUM SIMALUNGUN SALAH SATU OBJEK WISATA

DIKOTA PEMATANG SIANTAR ... 25

4.1 Pengertian Museum Simalungun ... 25

4.2 Sejarah Perkembangan Museum Secara Umum ... 26

4.3 Latar Belakang dan Sejarah Museum Simalungun ... 30

4.4 Potensi Museum Simalungun ... 31

4.5 Peran Pemerintah, Masyarakat, Swasta Dalam Pengembangan Objek Wiasata Museum Simalunggun ... 34

BAB V PENUTUP ... 37

5.1 Kesimpulan ... 37

5.2 Saran ... 37


(11)

ABSTRAK

Kegitan pariwisata yang terus berjalan dari waktu kewaktu, tidak terlepas dari pengelolaan suatu objek wisata dengan propesional dan terprogaram. dengan pertumbuhan pariwisata yang semakin bergerak naik, membuktikan bahwa orang-orang di bumi ini membutuhkan perjalanan wisata dengan mengunjungi objek wisata yang di inginkan dan pastinya para wisatawan akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk biaya perjalanan wisatanya.

Museum yang merupakan tempat untuk menyimpan, dan memamerkan aneka ragam hasil daya cipta suatu budaya masyarakat lampau berupa artefak, dan lain-lainya. Museum berperan juga sebagai sumber pengetahuan bagi wisatawan yang berkunjung, dimana wisatawan akan menilai dari hasil karya cipta dari masyarakat dahulu, bahwa masyarakat dahulu sudah begitu majunya. Untuk itu diharapkan pengelolaan yang baik dari pemerintah Kota Pematang Siantar terhadap museum simalungun akan menjadi objek wisata yang menarik dan selalu menjadi tujun wisatawan.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Alasan Pemilihan Judul

Negara ini banyak memiliki budaya dari tiap - tiap suku bangsa yang diwariskan oleh nenek moyang kepada tiap generasi selanjutnya. Dari banyak budaya yang diwariskan ini terdapat beberapa macam yang berbeda bentuk mulai dari benda artefak, nyanyian, dan adat istiadat.

Sumatera Utara saja memiliki banyak budaya yang terdiri dari berbagai macam budaya dari berbagai suku bangsa, salah satunya Suku Batak Simalungun. Suku Batak Simalungun ini mendiami wilayah Kabupaten Simalungun dan tersebar di daerah lainnya. Banyak mewarisi berbagai macam hasil budaya dari para nenek moyang terdahulu. Warisan budaya ini harus dilestarikan agar terjaga keasliannya dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Untuk menjaga warisan budaya ini dibangun sebuah museum sebagai tempat koleksi hasil budaya.

Museum ini dibangun oleh masyarakat simalungun dan pemerintah setempat. Museum ini di isi berbagai macam koleksi-koleksi benda artefak yang tidak ternilai harganya. Penulis tertarik akan Museum Simalungun ini karena Museum Simalungun mempunyai potensi yang menjual untuk wisatawan dalam negeri dan luar negeri. Museum Simalungun dapat dijadikan objek wisata bagi wisatawan yang berkinjung ke Kota Pematang Siantar yang melakukan perjalanan wisata dari Medan ke Parapat, dapat singgah ke Museum Simalungun.


(13)

Namun pada saat ini Museum Simalungun sudah tidak mempunyai pesonanya untuk menarik wisatawan, keadaan museum sudah memprihatinkan dan perlu adanya kepedulian dari pemerintah kota untuk melakukan perbaikan, pengelolaan dan perawatan yang rutin. Hal ini menumbuhkan rasa ketertarikan penulis untuk memutuskan memilih judul yang membahas mengenai objek wisata museum yang dimiliki Pemerintah Kota Pematang Siantar. Adapun judul tersebut adalah “ Museum Simalungun Sebagai Salah Satu Objek Wisata Di Kota Pematang Siantar “. Hal ini juga didasarkan kepada penulis yang berdomisili di Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara.

Dalam dunia kepariwisataan dimana objek wisata merupakan tempat untuk dikunjungi wisatawan. Objek wisata sebagai daya tarik wisata merupakan aset yang sangat penting dan strategis untuk kepentingan yang dapat menghasilkan keuntungan bagi semua pihak yang ada di Kota Pematang Siantar. Sehingga pada kesempatan ini penulis menyadari pentingnya mengangkat judul ini sebagai perwujudan dari ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menjadi mahasiswa pada Program Pariwisata Studi Diploma III Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

1.2Pembatasan Masalah

Pada dasarnya untuk setiap karya tulis terutama dalam pembuatan kertas karya perlu diadakan pembatasan masalah agar tujuan tetap terarah dan tidak menyimpang dari sasaran semula. Pembatasan masalah ini sangat penting karena


(14)

hal-hal yang menyangkut objek wisata di kota Pematang Siantar sangat banyak. Disini penulis tidak mungkin membicarakannya secara menyeluruh. Karena itu penulis membuat batasan - batasan yang akan dibicarakan yaitu mengenai Museum Simalungun Sebagai objek Wisata yang ada di Kota Pematang Siantar.

1.3Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Sebagai salah satu syarat tugas akhir, dalam menyelesaikan perkuliahan di Program Studi DIII Pariwisata di bidang keahlian Usaha Wisata Fakultas Sastra USU pada semester akhir. Kegiatan ini telah menjadi bagian dari kurikulum akademis yang akan harus dilalui oleh setiap mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya.

2. Memperkenalkan Museum Simalungun yang ada di Kota Pematang Siantar sebagai salah satu objek wisata yang tidak kalah menarik dengan objek wisata yang lainya di Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui permasalahan yang menjadi kendala dalam pengelolaan dan pengembangan Museum Simalungun sebagai objek wisata.

4. Dari penulisan ini diharapkan kepada pemerintah setempat agar dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap pengembangan Museum Simalungun sebagai objek wisata dan pengelolaan seluruh isi museum berupa koleksi yang berharga sebagai sumber pengetahuan yang terus di eksplor para peneliti dari berbagai interdisiplin ilmu.


(15)

(16)

1.4Metode Penelitian

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis memperoleh data-data dan informasi dengan menggunakan dua metode penulisan, yaitu :

Library Research : yaitu mengumpulkan data dan informasi berdasarkan pada buku - buku, yang berkaitan dengan judul yang diambil penulis dalam penyusunan kertas karya ini.

1.5Sistematika Penulisan

Penulisan kertas karya ini dari beberapa bab yang dapat dirinci secara sistematis sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

yang terdiri dari alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Uraian Teoritis Kepariwisataan

Yang meliputi pembahasan tentang kepariwisataan secara garis besar yaitu pengertian pariwisata, objek dan atraksi wisata, industri pariwisata, serta sarana dan prasarana pariwisata.


(17)

BAB III : Gambaran Umum Pariwisata di Kota Pematang Siantar

Meliputi tinjauan kota Pematang Siantar, keadaan masyarakat Kota Pematang Siantar, sarana dan prasarana kepariwisataan Kota Pematang Siantar.

BAB IV : Museum Simalungun Sebagai Salah Satu Objek Objek Wisata di Kota Pematang Siantar

Pengertian museum, sejarah perkembangan museum, latar belakang dan sejarah museum simalungun, potensi museum simalungun, peran pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam pengembangan Museum Simalungun sebagai objek wisata.

BAB V Penutup, meliputi kesimpulan dari bab-bab yang disusun secara sistematis dan saran-saran dari penulis secara teoritis dan realistis yang dijumpai di lapangan.


(18)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata merupakan suatu gejala yang kompleks dimana banyak unsur terkait seperti akomodasi, transportasi, restoran dan lain sebagainya. Masing-masing unsur saling berkaitan satu sama lain dan saling melengkapi serta mendukung. Oleh karena itu defenisi pariwisata sendiri terkadang tidak dapat diuraikan secara terperinci. Namum meskipun demikian banyak ahli yang berusaha memberikan batasan-batasan tentang defenisi pariwisata agar benar-benar dapat dipahami oleh masyarakat.

Kata “pariwisata” untuk pertama kali diusulkan oleh bapak Prof. Priyono , Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di zaman Presiden Soekarno. Pada Munas Tourisme II di Tretes, Jawa Timur pada tanggal 12-14 juni 1958. sebelumnya untuk menyatakan pariwisata digunakan kata “Tourisme”. Sedangkan secara etimologi kata “pariwisata” berasal dari kata sansekerta yaitu kata pari dan wisata, masing-masing mempunyai arti :

• Pari berarti banyak, berkali, berputar-putar

• Wisata berarti perjalanan, berpergian

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kepariwisataan adalah perjalanan manusia dari tempat asal hingga kembali ketempat semula dengan segala


(19)

kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan selama melakukan perjalanan. Dalam literature kepariwisataan luar negri pariwisata disebut dengan kata ”tour”. Sedangkan untuk pengertian jamak, kata kepariwisataan dapat menggunakan kata “tourism” atau “tourisme”.

Sejalan dengan perkembangan zaman, batasan pengertian dari pariwisata sering mengalami perubahan dan pendat yang berbeda diantara pakar-pakar dibidangnya. Hal ini bukan hanya terjadi di dalam negeri tetapi di dunia pariwisata internasional.

Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa pakar tentang batasan pengertian pariwisata antara lain :

• Batasan pengertian pariwisata bersifat teknis di kemukakan oleh Prof. Hunzieker Dan Prof. K. Krapf , sebagaimana dikutip oleh (dalam Yoeti, 1982 : 107)

”Keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara , asalkan pendiaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperolehkan penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara itu”.

• Dr. Huber Gulden. Dikuiti oleh yoeti (dalam Yoeti,1982 : 108)

“Kepariwisataan adalah suatu seni dari lalu lintas orang, dimana manusia-manusia berdiam di suatu tempat asing untuk maksud tertentu, tetapi dengan kediamannya itu tidak boleh dimaksudkan menetap untuk melakukan


(20)

pekerjaan selama-lamanya atau meskipun sementara waktu, sifatnya masih berhubungan dengan pekerjaan”.

• Menurut Prof. Salah Wahab (dalam Yoeti,: 107)

“Suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapatkan pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam negeri itu sendiri atau diluar negeri, pendiaman orang-orang daridaerah lain (daerah tertentu, suatu negara atau benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang dialaminya di mana ia memperoleh pekerjaan tetap”.

• Ketetapan MPRS No. I-II tahun 1960. Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakeketnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi hiburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau Negara-negar lain (pariwisata luar negeri).

Dari beberapa batasan yang disebutkan diatas, tampak bahwa pada prinsipnya kepariwisataan dapat mencakup semua macam perjalanan, asal saja perjalanan tersebut sama dengan tamasyaan dan rekreasi. Dalam hal ini diberikan suatu garis pemisah yang mengatakan bahwa perjalanan tersebut di atas tidak bermaksud untuk memangku suatu jabatan di suatu tempat atau daerah tertentu, sebab perjalanan terakhir ini dapat digolongkan kedalam perjalanan bukan untuk tujuan tamasyaan atau pariwisata.


(21)

2.2 Pengertian Prasarana Dan Saran Kepariwisataan

Wisatawan dalam melakukan perjalanan pariwisata harus didukung dengan fasilitas yang mendukung, fasilitas itu terdapat dalam prasarana dan sarana pariwisata. Ini harus disediakan dalam pengembangan industri pariwisata yang selalu dibutuhkan setiap saatnya di daerah objek wisata.


(22)

2.2.1 Prasarana Kepariwisataan

Yang dimaksud dengan prasarana (Inferastructures) adalah fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Fungsinya adalah untuk melengkapi aran kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana semestinya. Dalam pengertian ini yang termasuk dalam prasarana kepariwisataan adalah :

A. Prasarana Umum

Prasarana umum ialah prasarana yang menyangkut ketentuan umum bagi perekonomian, dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

• Sistem penyediaan air bersih

• Pembangkit tenaga listrik

• Jaringan jalan raya dan jembatan

• Airport, Seaport, Terminal dan Stasiun

• Telekomunikasi

• Alat pengangkutan seperti pesawat terbang, bus, dan lain-lain.

Kebutuhan masyarakat banyak (basic needs of civilized life)

Kebutuhan masyarakat banyak yang sangat penting sesuai dengan kebutuhan. Yang termasuk didalamnya adalah :


(23)

• Apotek

• Bank dan ATM

• Pompa bensin

• Administrasi office, seperti polisi, pemerintahan, dan lain-lain.

2.2.2 Sarana Kepariwisataan

Prof. Salah Wahab memberi komentar tentang pengertian sarana kepariwisataan sebagai mana dikutip oleh (dalam yoeti 1982 : 170) “suatu bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan pada wisatawan, tetapi hidup dan kehidupannya tidak tergantung pada wisatawan. Dari pengertian yang disampaikan beliau, perusahaan tetap hidup, karena masyarakat tetap membutuhkannya. Termasuk dalam hal ini di antaranya, entertainment, night club, casinos, dan sebagainya”.

Kita mengenal ada tiga macam sarana kepariwisataan, yang mana satu sama lainnya saling melengkapi. Dalam usaha untuk membuat wisatawan lebih bayak yang akan berkunjung, lebih lama tinggal, dan lebih bayak mengeluarkan banyak uang di tempat yang akan dikunjungi. Oleh karena itu sarana dalam kepariwisataan memegang peranan penting. Ada tiga macam bentuk sarana yang dimaksudkan adalah :

A. Sarana Pokok kepariwisataan ( Main Toirism Superstrucktures)

Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada lalu lintas wisatawan dan traveler lainnya.


(24)

bagi kedatangan wisatawan. Terdapat beberapa perusahaan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah :

1. Perusahaan yang berkegiatan mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisata atau disebut juga”receptive tourist plant” yaitu perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour-tour, sight-seeing bagi wisatawan seperti travel agent, tour operator, dan lain-lain.

2. Perusahaan yang memberikan pelayanan di daerah tujuan kemana wisatawan itu pergi, yang biasanya disebut “residentyial tourist plan” yaitu perusahaan yang memberikan pelayanan untuk menginap, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan wisata misalnya hotel, hostel, home stay, cottege, dan sebagainya.

B. Sarana pelengkap kepariwisataan (Supplementing Tourism Superstructure) Sarana pelengkap kepariwisataan adalah fasilitas-fasilitas yang melengkapi saran pokok sedemikian rupa, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal ditempat atau di daerah wisata yang dikunjunginya. Dalam istilah kepariwisataan dikenal dengan “ recreative and sportive plant” dan termasuk di dalamnya adalah fasilitas untuk olah raga dan sebagainya.

C. Sarana penunjang kepariwisataan (Supporting Tourism Supeastructure)

Sarana penunjang adalah fasilitas yang diperlukan wisatawan, berfungsi tidak hanya melayani kebutuhan pokok dan sarana pelengkap, tetapi fungsinya yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak membelanjakan uangnya di tempat yang


(25)

di kunjungi tersebut. Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah night club, steambath, casino, sounenir shop, dan lain-lain.

2.3 Objek dan Atraksi Wisata

Unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah objek wisata dan atraksi wisata. Kedua unsur ini merupakan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan. Atau dalam arti lain objek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisatawan. Di luar negeri tidak mengenal terminologi objek wisata, dan objek wisata dikenal dengan sebutan tourist attraction (atraksi wisata).

Secara pintas produk wisata memiliki arti yang sama, namun sebenarnya berbeda secara prinsipil. Objek wisata adalah semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam, sedangkan atraksi wisata adalah sesuati yang menarik untuk dilihat, dinikmati dan dirasakan oleh wisatawan yang dibuat oleh manusia yang memerlukan persiapan terlebih dahulu. Dalam pengertian secara lengkap, objek wisata dan atraksi wisata merupakan segala sesuatu yang terdapat di Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang merupakan daya tarik agar orang datang ke tempat tersebut.

Daya tarik wisata disebut juga sebagai objek wisata yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke daerah tujuan wisata. Karena kedudukannya yang sangat


(26)

dan sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang.

Atraksi wisata diidentifikasikan dalam suatu penelitian, dan telah dikembangkan menjadi atraksi wisata yang berkualitas baik. Beberapa hal yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata adalah:

1. Benda-benda yang terdapat di alam semesta (Natural Amenities), seperti iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar, flora dan fauna, serta pusat-pusat kesehatan.

2. Hasil ciptaan manusia (Man-made supply), seperti benda-benda bersejarah, kebudayaan, dan keagamaan.

3. Tata cara hidup masyarakat (the way of life), seperti pembakaran mayat (ngaben) di Bali, upacara pemakaman mayat di Tana Toraja, upacara sekaten di Yogyakarta, dan sebagainya.

Ketiga hal di atas hendaknya sejalan dengan pola tujuan pemasaran pariwisata, yaitu dengan promosi yang dilakukan untuk mencapai sasaran wisatawan yang lebih banyak berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata untuk lebih lama tinggal dan lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang mereka kunjungi.

2.4 Industri Pariwisata

Dalam literatur kepariwisataan luar negeri kata “ industri pariwista” disebut dengan istilah “ tourist industry” atau disebut dengan dengan istilah “travel industry”.


(27)

Sebenarnya pengertian istilah diatas dapat disamakan dalam pengertian pariwisata modern perjalanan (travel) yang dianggap sama dengan pengertian pariwisata modern perjalanan (perjalanan wisata). Hal ini didasarkan banyaknya orang melakukan perjalanan travellers selalu memanfaatkan perjalanan tersebut dengan perjalanan wisata, sehingga akhirnya kita mengenal “business tourist” yang merupakan orang-orang yang melakukan perjalanan, yang tadinya untuk tujuan dinas atau bisnis setelah selesai melakukan perjalanan wisata.

Bila kita meninjau pariwisata dari segi ekonomi, seperti misalnya dari segi permintaan (demand) dan penawaran (supply). Menurut G.janata, pariwisata dapat dibagi dalam dua kelompok, terdiri dari dynamic sector dan static sector. Dimaksud denagan dynamic sector adalah kegiatan yang berhubungan dengan travel agent, tour operator, angkutan wisata dan pelayanan wisata lainya. Sedangkan yang dimaksud dengan statistic sector adalah perusahaan akomodasi perhotelan souvenir shop dan sebagainya.

Para ahli umumnya memberikan batasan pengertian kata “industry” sebagai berikut :

Industry, adalah segala Sesutu yang bertujuan untuk menghasilkan

barang-barang atau jasa-jasa.

Industry, adalah sekumpulan dari perusahaan –perusahaan, yang


(28)

Industry, adalah sekumpulan dari bermacam-macam perusahaan (firms) yang menggunakan bahan mentah yang sama.

Industry, adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan (firms) yang

mempunyai proses yang sama.

Dari pengertian-pengertian tersebut diatas kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan industri adalah segala usaha yang bertujuan untuk menciptakan atau menghasilkan barang atau jasa melalui suatu proses produksi. Sedangkan pengertian industri pariwisata adalah sekumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods servis) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan traveller pada umumnya pada umumnya, selama dalam perjalanannya.

Dapat dibayangkan betapa banyaknya jasa yang diperlukan oleh wisatawan kalau hendak melakukan perjalanan wisata, semenjak meninggalkan rumah dan kembali kerumahnya setelah melakukan perjalanan wisata. Jasa yang dibutuhkan tidak hanya dihasilkan oleh perusahaan yang mengelola jasa yang dibutuhkan oleh wisatwan melainkan melibatkan bayak perusahaan.


(29)

BAB III

GAMBARAN UMUM PARIWISATA

DI KOTA PEMATANG SIANTAR

3.1 Tinjauan Umum Kota Pematang Siantar

Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak Pematangsiantar yang strategis, ia dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa (2000). Pada tahun 1910 didirikan badan persiapan kota pematang siantar. Kemudian pada 1 juli 1917 berdasakan stad blad berdasrkan no : 285 pematangsiantar berubah menjadi gemente yang mempunyai otoritas sendiri. Sejak tahun 1939 berdasrkan stad blad 717 berubah menjadi gemente yang memiliki dewan. Pada saat penjajahan jepang satatus iti berubah menjadi siantar state dan tidak ada dewan. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pematangsiantar menjadi daerah otonomi sendiri, berdasrkan undang-undang No : 22/ 1948 menjadi kota kabupaten simalungun dan walikota dirangkap oleh bupati simalungun sejak tahun 1957.

Dengan dikelurkan undang-undang No : 5/ 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah berubah menjadi kota daerah tingkat II Pematangsiantar. Pada tanggal 10 maret 1986 kota daerah tingkat II Pematangsiantar diperluas menjadi 6 wilayah kecamatan, di mana Sembilan kelurahan/desa dari wilayah Kabupaten


(30)

Simalungun masuk menjadi wilayah kota pematangsiantar, sehingga wilayah kota Pematangsiantar bertambah 38 desa/kelurahan dengan luas wilayah menjadi 709.230 km2, kecamatan tersebut yaitu :

1. Siantar Barat 2. Siantar Marihat 3. Siantar Martoba 4. Siantar Selatan 5. Siantar Timur 6. Siantar Utara

Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini memiliki 8 hotel berbintang, 10 hotel melati dan 268 restoran. Walau berstatus kota, namun saat ini Pematangsiantar masih menjadi ibukota Kabupaten Simalungun. Ibukota Kabupaten Simalungun direncanakan akan dipindahkan secara resmi ke Pematangraya pada tahun 2007, namun sampai saat ini terus mengalami penundaan walaupun infrastruktur sudah disiapkan. Kota ini pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993 atas kebersihan dan kelestarian lingkungan kotanya.

Sementara itu, karena ketertiban pengaturan lalu lintasnya, kota ini pun meraih penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha pada tahun 1996. Sektor industri


(31)

yang menjadi tulang punggung perekonomian kota yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Simalungun ini adalah industri besar dan sedang. Dari total kegiatan ekonomi di tahun 2000 yang mencapai Rp 1,69 trilyun, pangsa pasar industri mencapai 38,18 % atau Rp 646 milyar. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22,77 % atau Rp 385 milyar.

Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak Pematangsiantar yang strategis, dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa (2000).

Kota pematang Siantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini memiliki 8 hotel berbintang, 10 hotel melati dan 268 restoran.

Nama-nama walikota Pematangsiantar 1. O.K.H. Salamuddin (1956 - 1957) 2. Jamaluddin Tambunan (1957 - 1959) 3. Rakutta Sembiring (1960 - 1964)

4. Abner Situmorang (1964 - 1964)

5. Pandak Tarigan (1964 - 1965)

6. Zainuddin Hasan (1965 - 1966)


(32)

8. Drs. M. Pardede (1966 - 1967) 9. Letkol Laurimba Saragih (1967 - 1974) 10. Kol. Sanggup Ketaren (1974 - 1979) 11. Kol. Drs. MJT. Sihotang (1979 - 1984) 12. Drs. Jabanten Damanik (1984 - 1989) 13. Drs. Zulkifli Harahap (1980 - 1994)

14. Drs. Abu Hanifah (1994 - 2000)

15. Drs. Marim Purba (2000 - 2005)

16. Drs. Nabari Ginting Msi (2005 - 2005)

17. Ir. R.E. Siahaan (2005 - 2010)

18. Hulman Sitorus, SE (2010 - sampai sekarang) 3.2 Keadaan Masyarakat Kota Pematang Siantar

Pematang Siantar yang tahun 1970-an mendapat julukan sebagai kota pelajar di Provinsi Sumatera Utara, jumlah sekolah dari SD sampai Perguruan Tinggi semakin meningkat diharapkan mampu memenuhi SDM daerah lebih progressif dan maksimal dengan tersedianya sumber daya dan potensi yang tersedia yang dapat memajukan Pematang Siantar dan Kabupaten simalungun menjadi lebih baik. Masalah kelistrikan dan Infrastruktur merupakan masalah yang sangat penting, seringnya pemadaman listrik menjadi faktor penghambat perkembangan perekonomian di daerah ini. Infrastruktur jalan-jalan menuju ke daerah maupun sarana umum lainya dirasakan masih sangat tertinggal. Kinerja aparat Pemerintahan yang buruk menjadi faktor utama kemunduran di daerah ini, KKN menjadi virus yang


(33)

sangat bahaya yang menjakiti para birokrat yang ada di Pemerintahan. Perombakan, penggantian sistem serta aparatnya dapat membantu kebuntuan perkembangannya. Di harapkan generasi muda dapat berkiprah berperan serta lebih dan lebih lagi demi kemajuan bersama.

Dalam bidang pemerintahan, kota yang berumur 130 tahun pada tanggal 24 April 2001, pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993 atas kebersihan dan kelestarian lingkungan kotanya. Pada waktu siang atau malam hari kehidupan di kota ini sepertinya tak pernah surut dilihat dari aktivitas masyarakatnya. Dengan udaranya yang sejuk dan airnya yang bening dimana-mana, kehidupan di kota ini aman dan kondusif menghidupkan perekonomian masyarakatnya.

Dengan keadaan tersebut, kota Pematang Siantar mempunyai nilai positif tersendiri untuk berinvestasi karena disamping aman, tertib dan tentram, jumlah penduduk yang relatif banyak dan bahan baku yang mencukupi khususnya yang berasal dari daerah interland. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000, Pematang Siantar berpenduduk 240.831 jiwa yang menjadikannya kota kedua terbesar setelah Medan, ibu kota Sumatera Utara. Penduduknya termasuk heterogen dengan 49,6 % dari etnis Toba, 14,2 % dari etnis Jawa dan 11,43 % dari etnis Simalungun. Etnis lain kurang dari 10 % masing-masing dari Melayu, Mandailing, Cina, Minang, Karo, dan lain-lain. Dari jumlah penduduk tersebut, terdapat angkatan kerja sekitar 85.000 jiwa dengan 86 % yang bekerja. Sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian kota yang terletak di tengahtengah Kabupaten Simalungun ini adalah


(34)

Rp 1,5 trilyun, pangsa sektor industri mencapai 38 % atau Rp 593 milyar. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22 % atau Rp 335 milyar. Dari ketiga kegiatan di sektor ini, subsektor perdagangan memberikan pemasukan sampai Rp 300 milyar.

Hasil industri andalan Kota Pematang Siantar adalah rokok putih filter dan nonfilter serta tepung tapioka. Pada tahun 2000, dengan tenaga kerja sebanyak 2.700 orang, NV Sumatra Tobacco Trading Company (STTC), produsen rokok yang berdiri sejak 1952, smenghasilkan 11,06 milyar batang rokok putih filter dan 75 juta batang rokok putih nonfilter. Dari seluruh hasil produksi rokok filter tersebut 88,14 % dijual ke luar negeri terutama ke Malaysia, negara-negara Timur Tengah dan Asia Timur, dengan nilai ekspor mencapai Rp 345 juta. Sisanya sebesar 11,86 % rokok putih filter dan seluruh hasil produksi rokok putih nonfilter dijual di dalam negeri dengan nilai penjualan mencapai Rp 83 milyar. Sementara itu, Taiwan menjadi negara tujuan penjualan tepung tapioka yang diproduksi kota ini. Tahun lalu, volume ekspor tepung tapioka mencapai 3,8 ton dan tepung Modified Starch mencapai 2,7 ton. Keseluruhan nilai penjualan ekspor kedua jenis komoditas ini mencapai Rp 12,9 milyar.


(35)

3.3 Sarana Dan Prasarana Kota Pematang Siantar A. Pendidikan

Di kota Pematangsiantar terdapat Sekolah Tinggi Theologia HKBP, yang kampusnya terletak di Jl. Sangnawaluh No. 6. Juga terdapat Universitas Simalungun atau disingkat USI. Selain itu kota ini juga tempat dimana Akademi seperti AMIK Parbina Nusantara berdiri.

Terdapat juga sekolah-sekolah swasta besar seperti Methodist, Sultan Agung, Kalam Kudus, Taman Asuhan, Taman Siswa,SMK Parbina Nusantara,SMA Budi Mulia,SMA Bintang Timur dan SMA Seminari.

Sekolah-sekolah swasta tersebut telah menghasilkan murid-murid berprestasi yang bertanding di ajang-ajang olahraga nasional. Secara total, Pematang Siantar memiliki 160 Sekolah Dasar, 43 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 28 Sekolah Menengah Umum, dan 7 Universitas/Akademi.

Di kota ini juga terdapat Museum Simalungun yang berisi koleksi peninggalan sejarah dan budaya Simalungun. Museum ini dikelola oleh Yayasan Museum Simalungun, dan berlokasi di Jalan Jendral Sudirman, diantara kantor Polres Siantar dan GKPS Sudirman.

B. Kesehatan

Terdapat 7 buah Rumah Sakit dari berbagai kategori di Pematang Siantar dengan kapasitas 597 tempat tidur.[2] Salah satu yang terbesar adalah Rumah Sakit


(36)

Umum Daerah dr. Djasamen Saragih, dengan kapasitas 220 tempat tidur, yang dilayani oleh 7 dokter umum, 3 dokter gigi, dan 25 dokter spesialis.

Rumah sakit di atas dibantu oleh 17 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dan 10 Puskesmas pembantu. Selain itu terdapat 17 Balai Pengobatan Umum (BPU) dan 235 Pos Pelayanan Terpadu (Pos Yandu).

C . Transportasi

Pematang Siantar dapat diakses melalui 2 sarana transport darat, Bus dan Kereta Api. Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh sarana Angkutan Kota dan Becak Motor atau Becak Sepeda. Terminal Bus terbesar di Pematang Siantar terdapat di Terminal Parluasan, yang merupakan titik transit bagi hampir seluruh Angkutan dalam dan luar Kota.


(37)

BAB IV

MUSEUM SIMALUNGUN SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI KOTA PEMATANGSIANTAR.

4.1 Pengertian Museum

Pengertian tentang museum dari zaman ke zaman mengalami perubahan. Hal ini disebabkan karena museum senantiasa mengalami perubahan tugas dan kewajibannya. Museum merupakan suatu gejala sosial atau kultural dan mengikuti sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang menggunakan museum itu sebagai prasarana sosial atau kebudayaan.

Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan dan sejak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei diperingati sebagai hari Hari Museum Internasional.

Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian. Bangunan lain yang diketahui


(38)

dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filosofi dan riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM.

Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan. Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun adalah Museum Radya Pustaka. Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal sebagai yang terlengkap koleksinya di Indonesia, Museum Wayang, Persada Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang khusus menyajikan koleksi seni rupa modern

Indonesia

4.2 Sejarah Perkembangan Museum Secara Umum

Museum berakar dari kata Latin “museion”, yaitu kuil untuk sembilan dewi Muse, anak-anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah menghibur. Dalam perkembangannya museion menjadi tempat kerja ahli-ahli pikir zaman Yunani kuna, seperti sekolahnya Pythagoras dan Plato. Dianggapnya tempat penyelidikan dan pendidikan filsafat sebagai ruang lingkup ilmu dan kesenian adalah tempat pembaktian diri terhadap ke sembilan Dewi Muse tadi. Museum yang tertua sebagai pusat ilmu dan kesenian adalah yang pernah terdapat di Iskandarsyah.

Benda-benda hasil seni rupa sendiri ditambah dengan benda-benda dari luar Eropa merupakan modal koleksi yang kelak akan menjadi dasar pertumbuhan museum-museum besar di Eropa. Museum ini jarang dibuka untuk masyarakat umum karena koleksinya menjadi ajang prestise dari pemiliknya dan biasanya hanya


(39)

diperlihatkan kepada para kerabat atau orang-orang dekat. Museum juga pernah diartikan sebagai kumpulan ilmu pengetahuan dalam karya tulis seorang sarjana. Ini terjadi di zaman ensiklopedis yaitu zaman sesudah Renaissance di Eropa Barat ditandai oleh kegiatan orang-orang untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan mereka tentang manusia, berbagai jenis flora maupun fauna serta tentang bumi dan jagat raya disekitarnya. Gejala berdirinya museum tampak pada akhir abad 18 seiring dengan perkembangan pengetahuan di Eropa. Negeri Belanda yang merupakan bagian dari Eropa dalam hal ini juga tidak ketinggalan dalam upaya mendirikan museum.

Perkembangan museum di Belanda sangat mempengaruhi perkembangan museum di Indonesia. Diawali oleh seorang pegawai VOC yang bernama G.E. Rumphius yang pada abad ke-17 telah memanfaatkan waktunya untuk menulis tentang Ambonsche Landbeschrijving yang antara lain memberikan gambaran tentang sejarah kesultanan Maluku, di samping penulisan tentang keberadaan kepulauan dan kependudukan. Memasuki abad ke-18 perhatian terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan baik pada masa VOC maupun Hindia-Belanda makin jelas dengan berdirinya lembaga-lembaga yang benar-benar kompeten, antara lain pada tanggal 24 April 1778 didirikan Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, lembaga tersebut berstatus lembaga setengah resmi dipimpin oleh dewan direksi. Pasal 3, dan 19 Statuten pendirian lembaga tersebut menyebutkan bahwa salah satu tugasnya adalah memelihara museum yang meliputi: pembukuan (boekreij), himpunan etnografis, himpunan kepurbakalaan, himpunan prehistori, himpunan


(40)

keramik, himpunan muzikologis, himpunan numismatik, pening dan cap-cap; serta naskah-naskah (handschriften), termasuk perpustakaan.

Pada waktu Inggris mengambil alih kekuasan dari Belanda, Raffles sendiri yang langsung mengepalai Batavia Society of Arts and Sciences. Jadi waktu inggris kegiatan perkumpulan itu tidak pernah berhenti, bahkan Raffles memberi tempat yang dekat dengan istana Gurbenur Jendral yaitu di sebelah Harmoni (Jl. Majapahit No. 3 sekarang).

Selama kolonial Inggris nama lembaga diubah menjadi "Literary Society". Namun ketika kolonial Belanda berkuasa kembali pada nama semula yaitu "Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Watenschapen" dan memusatkan perhatian pada ilmu kebudayaan, terutama ilmu bahasa, ilmu sosial, ilmu bangsa-bangsa, ilmu purbakala, dan ilmu sejarah

Di luar Pulau Jawa, atas prakarsa Dr.W.F.Y. Kroom (asisten residen Bali) dengan raja-raja, seniman dan pemuka masyarakat, didirikan suatu perkumpulan yang dilengkapi dengan museum yang dimulai pada tahun 1915 dan diresmikan sebagai Museum Bali pada tanggal 8 Desember 1932. Museum Rumah Adat Aceh didirikan di Nanggro Aceh Darussalam pada tahun 1915, Museum Rumah Adat Baanjuang didirikan di Bukittinggi pada tahun 1933, Museum Simalungun didirikan di Sumatera Utara pada tahun 1938 atas prakarsa raja Simalungun.

Memburuknya hubungan Belanda dan Indonesia akibat sengketa Papua Barat mengakibatkan orang Belanda meninggalkan Indonesia dan termasuk


(41)

orang-orang pendukung lembaga tersebut. Sejak itu terlihat proses Indonesianisasi terhadap berbagai hal yang berbau kolonial, termasuk pada tanggal 29 Februari 1950 Bataviaach Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang diganti menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI). LKI membawahkan dua instansi, yaitu museum dan perpustakaan. Pada tahun 1962 LKI menyerahkan museum dan perpustakaan kepada pemerintah, kemudian menjadi Museum Pusat beserta perpustakaannya. Periode 1962-1967 merupakan masa sulit bagi upaya untuk perencanaan medirikan Museum Nasional dari sudut profesionalitas, karena dukungan keuangan dari perusahaan Belanda sudah tidak ada lagi. Di tengah kesulitan tersebut, pada tahun 1957 pemerintah membentuk bagian Urusan Museum. Urusan Museum diganti menjadi Lembaga Urusan Museum-Museum Nasional pada tahun 1964, dan diubah menjadi Direktorat Museum pada tahun 1966. Pada tahun 1975, Direktorat Museum diubah menjadi Direktorat Permuseuman.

Pada tanggal 17 September 1962 LKI dibubarkan, Museum diserahkan pada pemerintah Indonesia dengan nama Museum Pusat di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Kebudayaan. Museum Pusat diganti namanya menjadi Museum Nasional pada tanggal 28 Mei 1979. Penyerahan museum ke pemerintah pusat diikuti oleh museum-museum lainnya. Yayasan Museum Bali menyerahkan museum ke pemerintah pusat pada tanggal 5 Januari 1966 dan langsung di bawah pengawasan Direktorat Museum. Begitu pula dengan Museum Zoologi, Museum Herbarium dan museum lainnya di luar Pulau Jawa mulai diserahkan kepada pemerintah Indonesia sejak museum-museum diserahkan ke pemerintah pusat, museum semakin


(42)

berkembang dan museum barupun bermunculan baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun oleh yayasan-yayasan swasta.

Perubahan politik akibat gerakan reformasi yang dipelopori oleh para mahasiswa pada tagun 1998, telah mengubah tata negara Republik Indonesia. Perubahan ini memberikan dampak terhadap permuseuman di Indonesia. Direktorat Permuseuman diubah menjadi Direktorat Sejarah dan Museum di bawah Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2000. Pada tahun 2001, Direktorat Sejarah dan Museum diubah menjadi Direktorat Permuseuman. Susunan organisasi diubah menjadi Direktorat Purbakala dan Permuseuman di bawah Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Pada tahun 2002. Direktorat Purbakala dan Permuseuman diubah menjadi Asdep Purbakala dan Permuseuman pada tahun 2004. Akhirnya pada tahun 2005, dibentuk kembali Direktorat Museum di bawah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

4.3 Latar Belakang Dan Sejarah Museum Simalungun

Rapat Harungguan yang diadakan pada 14 Januari 1937 dan dihadiri oleh tujuh orang Raja Simalungun, kepala distrik, Tungkat, tokoh masyarakat, dan tokoh pemerintahan setempat menyetujui didirikannya sebuah museum di Pematang Siantar yang bertujuan melestarikan budaya Batak Simalungun. Pembangunan museum ini dimulai pada April 1939 dan selesai pada Desember 1939. Semula museum ini disebut Rumah Pusaka Simalungun, diresmikan pada 30 April 1940.


(43)

Museum Simalungun dikelola oleh Yayasan Museum Simalungun yang didirikan pada 27 September 1954. Koleksi Museum Simalungun memiliki koleksi etnografi dan arkeologi mencapai 866 buah.Alamat Jalan Sudirman No. 20, Pematang Siantar, Kelurahan Proklamasi, Kecamatan Siantar Barat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara Telepon 0622-21954. Bagi pengunjung yang ingin melihat hasil karya nenek moyang pada masa lampau dengan mudah dapat membeli karcis masuk memiliki kategori harga karcis yaitu Dewasa: Rp 4.000 (rombongan Rp 3.500), Anak-anak: Rp 2.000 (rombongan Rp 1.500). waktu kunjungan yang diberikan pada hari Senin – Sabtu dengan waktu, pukul : 10.00 – 16.00 WIB, pada hari minggu museum tidak menerima kunjungan.

4.4 Potensi Museum Simalungun

Pematangsiantar - Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut), termasuk daerah yang paling kaya objek wisata. Objek wisatanya tersohor hingga ke mancanegara terutama Parapat di pesisir Danau Toba. Tempat ini paling banyak menyedot wisatawan mancanegara. Selain Parapat, ada wisata Gunung Dolok Simarjarunjung, wisata sejarah dan budaya Rumah Bolon Purba, Museum Simalungun dan Pantai Haranggaol. Di tengah popularitas Parapat di tingkat internasional, objek wisata lain justru terpuruk.

Salah satunya, museum Simalungun yang terdapat di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 10 Kota Pematang Siantar. Sampai kini museum tersebut relatif masuk hitungan dalam peta wisata. Padahal museum itu memiliki koleksi kebudayaan


(44)

material peninggalan sejarah dan budaya yang berusia ratusan tahun. Peninggalan arkeologi maupun etnografi yang berumur ratusan tahun itu tak terawat. Kini berdebu dan perlahan hancur dimakan rayap. Peninggalan sejarah yang terkenal dan tersimpan dalam museum itu antara lain samborik (alat rumah tangga yang terbuat dari kuningan untuk tempat sirih persembahan dan makanan adat), losung (alat menumbuk padi), baluhat (tempat air dari bambu), sapah (piring kayu) dan patiman (mangkok kayu tempat lauk-pauk), parlobong (kayu untuk membuat lobang untuk menanam padi), hudali (cangkul tempo dulu), assuan (cangkul dari batang enau), bubu (alat menangkap ikan dari ijuk) dan hirang (tempat hasil panen ikan) dan lain sebagainya.

lokasi museum yang tersembunyi di samping kiri gedung Gereja Kristen Protesan Simalungun (GKPS) Jalan Sudirman Pematangsiantar. Museum Simalungun yang berdiri sejak 14 Januari 1937 juga tertinggal dalam pembangunan pariwisata Kabupaten Simalungun dan Sumatra Utara karena tidak ada program-program pengembangan. Kondisi bangunan museum kurang tertata apik, sehingga kurang mampu memikat hati pengunjung. Selain itu kegiatan promosinya sangat minim. Bahkan tidak ada.

Hal ini dikarenakan kurangnya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Simalungun, Pemerintah Kota Pematangsiantar dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatra Utara. Bahkan kalangan intelektual dari Universitas Simalungun dan Universitas Sumatra Utara (USU) jarang melakukan studi mengenai peninggalan sejarah Simalungun yang ada di Museum Simalungun. Museum harus dikelola secara


(45)

profesional dengan cara memilah-milah objek kunjungan berdasarkan usia pengunjung. Misalkan museum untuk anak-anak yang dilengkapi permainan.

Kemudian ada museum untuk kalangan remaja yang dilengkapi alat-alat pembelajaran, museum untuk kalangan ilmuwan yang dilengkapi dengan kelengkapan bahan penelitian dan museum untuk umum yang menyajikan berbagai objek dan informasi tentang peninggalan sejarah dan budaya Simalungun. Pada saat era otonomi daerah sekarang, peluang untuk mengangkat kembali peninggalan sejarah dan seni-budaya Simalungun cukup luas. Namun untuk mencapai cita-cita itu, pemerintah daerah dan kalangan intelektual Simalungun harus memiliki komitmen yang tinggi memajukan objek wisata sejarah dan budaya, seperti Museum Simalungun di Pematangsiantar dan Rumah Bolon Simalungun di Pematang Purba.

Kalau objek wisata sejarah dan budaya di Simalungun mampu dikelola secara profesional dan mampu menarik minat wisatawan lokal saja, warisan sejarah dan budaya Simalungun akan bisa dipertahankan di masyarakat Simalungun. Nilai-nilai budaya dan sejarah yang terkandung di dalamnya akan lenyap karena tak pernah dikenal dan dipedulikan lagi oleh generasi muda Simalungun. Karena itu, kepada masyarakat Simalungun di mana pun berada, jangan sampai kita lupakan menjaga kelestarian sejarah leluhur.


(46)

4.5 Peran Pemerintah, Masyarakat, Swasta dalam Pengembangan Objek Wisata Museum Simalungun

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya dengan benda-benda peninggalan sejarah karena merupakan perpaduan dari berbagai suku, agama dan adat budaya yang masing-masing memiliki nilai budaya sendiri-sendiri dan kekayaan budaya inilah yang perlu dan harus dilestarikan. Dalam perkembangan zaman yang semangkin maju, pada saat sekarang semua orang berlomba-lomba membuat sesuatu yang baru dan menciptakan benda-benda yang berteknologi tinggi karena dianggap akan dapat meningkatkan taraf hidup dan kekayaan sehingga tidak dapat dihindari hal tersebut tentunya akan meninggalkan benda-benda yang sudah tua (kuno) bahkan ada yang merusak dan menghancurkannya demi kepentingan pribadi. Benda sejarah tersebut adalah sesuatu benda yang bernilai sangat tinggi karena ada pepatah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai sejarah dan budayanya.

Banyak dari kalangan orang-orang yang pintar dan maju meninggalkan atau tidak perduli dengan peninggalan sejarah budayanya, hal ini tentu disebabkan karena kurangnya kesadaran mengenai benda sejarah. Oleh karena itu hendaklah kita semua dapat saling mendukung dan menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat agar kita dapat mencintai dan melestarikan budaya kita. Masyarakat merupakan peranan penting dalam pembentukan budaya, masyarakat adalah pelaku dan menjalankan segala bentuk kekayaan budaya yang dihasilkannya. Apabila Masyarakat tidak mencintai budayanya dikarenakan kurang mengetahui tentang peninggalan sejarah


(47)

budaya atau masyarakat kurang mengerti dan tidak paham apa itu benda sejarah, apa itu peninggalan sejarah dan apa manfaatnya. Maka masyarakat akan tidak memiliki budaya, masyarakt akan tidak memeliki falsafah hidup yang membangun karakter yang terdapat didalam masyarakt itu sendiri. Oleh karena itu hendaklah pemerintah tetap gencar dan bergiat dalam pensosialisasian hal tersebut kepada masyarakat dan hendaknya pemerintah dapat bekerja sama mulai dari Pemerintah Pusat sampai pemerintah daerah maupun swasta, pihak swasta mempunyai peranan penting dalam mengembangkan museum sebagai objek wisata . Pihak swasta sebagai pemilik modal dapat menginvestasikan modalnya untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat yang membutuhkan. Pihak swasta diberikan kewenangan dalam pengelolaan museum dapat bekerja dengan propesional dan fokus dengan program-program yang dibentuk bersama antara pihak pemerintah dengan pihak swata, untuk mencapai kecerdasan bangsa dan menambah devisa yang merupakan salah satu andalan pemerintah dari sektor pariwisata. Pengelola museum harus mengetahui dan bisa memfasilitasi keinginan masyarakat. Museum tidak hanya memamerkan benda koleksi, tapi juga berfungsi sebagai tempat penelitian, ruang publik, dan pendidikan masyarakat.

suatu usulan yang baik dimana kurikulum dalam pendidikan hendaknya ada yang bermuatan Museum. Museum dalam keberadaannya di Instansi-instansi pemerintah yang berada dibawah naungan dinas pariwisata juga sangat menyulitkan berkembangnya museum, selayaknyalah museum ditempatkan dibawah dinas pendidikan karena museum adalah badan yang mengelola nilai sejarah yang


(48)

mengandung pendidikan dan bila perlu museum dikelola secara khusus atau dibawah naungan Direktorat Permuseuman Pusat. Dengan berbagai terobosan yang dilakukan pemerintah dan penempatan museum sebagaimana layaknya dan pengelolaannya yang baik tentu akan dapat dipastikan bahwa museum nantinya akan bernilai penting dan dapat dijadikan pusat pelestarian benda sejarah, pusat pendidikan sejarah bagi semua orang dan sebagai objek wisata yang akan terus dinikmati oleh para wisatawan.


(49)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, bukan untuk bekerja atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi untuk menikmati perjalanan (rekreasi) untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Dari uraian yang telah disampaikan dalam pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpuan bahwa pariwisata sangat potensial dikembangkan di Indonesia untuk meningkatkan devisa negara. Indonesia memiliki sumber daya alam yang menakjubkan dan cultur budaya memili potensi yang dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, sebagian besar sumber daya alam tersebut telah dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata yang menarik.

5.2 Saran

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2010 melaksanakan program yang sangat optimistis, yaitu Tahun Kunjung Museum 2010. Program ini memiliki peranan strategis sebagai wahana penguat program revitalisasi museum. Demikian diungkapkan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik dan Direktur Museum Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Intan Mardiana. Program Tahun Kunjung


(50)

Museum yang didukung dengan berbagai kegiatan di museum seluruh Indonesia tersebut, bertujuan untuk memperbesar jumlah pengunjung museum serta meningkatkan apresiasi dan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya bangsa.

Program yang dilakukan dengan mereposisi museum tersebut diharapkan menambah rasa keinginan masyarakat berkunjung ke museum sehingga museum menjadi lebih semarak dan hidup dalam pengelolaannya. Tahun Kunjung Museum 2010 merupakan momentum awal memulai Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang dilaksanakan selama 5 tahun (2010-2014).

Daya tarik wisata disebut juga sebagai objek wisata yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke daerah tujuan wisata. Karena kedudukannya yang sangat menentukan, maka daya tarik wisata harus dirancang dan dikelola secara profesional dan sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang.

Salah satu kegiatan dalam program GNCM adalah revitalisasi museum untuk mewujudkan museum Indonesia yang dinamis dan berdaya guna sesuai dengan standar ideal pengelolaan dan pemanfaatan museum. Dengan program GNCM, tahun 2014 akan terwujud museum Indonesia yang menarik dan informatif serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Yoeti, A. OKA. 1982. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pradnya Paramita

Direktorat Museum, Departemen Kebudayaan. 2010. Museum Simalungun. Jakarta Yoeti, A. OKA. 1996. Pemasaran Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

Lundberg, Donald E, dkk. 1997. Ekonomi Pariwisata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Website:

Peraerdiw bisya Mtaa, mRbeopulik Indonesia Generated: 21/06/2010


(1)

4.5 Peran Pemerintah, Masyarakat, Swasta dalam Pengembangan Objek Wisata Museum Simalungun

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya dengan benda-benda peninggalan sejarah karena merupakan perpaduan dari berbagai suku, agama dan adat budaya yang masing-masing memiliki nilai budaya sendiri-sendiri dan kekayaan budaya inilah yang perlu dan harus dilestarikan. Dalam perkembangan zaman yang semangkin maju, pada saat sekarang semua orang berlomba-lomba membuat sesuatu yang baru dan menciptakan benda-benda yang berteknologi tinggi karena dianggap akan dapat meningkatkan taraf hidup dan kekayaan sehingga tidak dapat dihindari hal tersebut tentunya akan meninggalkan benda-benda yang sudah tua (kuno) bahkan ada yang merusak dan menghancurkannya demi kepentingan pribadi. Benda sejarah tersebut adalah sesuatu benda yang bernilai sangat tinggi karena ada pepatah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai sejarah dan budayanya.

Banyak dari kalangan orang-orang yang pintar dan maju meninggalkan atau tidak perduli dengan peninggalan sejarah budayanya, hal ini tentu disebabkan karena kurangnya kesadaran mengenai benda sejarah. Oleh karena itu hendaklah kita semua dapat saling mendukung dan menghimbau kepada seluruh lapisan masyarakat agar kita dapat mencintai dan melestarikan budaya kita. Masyarakat merupakan peranan penting dalam pembentukan budaya, masyarakat adalah pelaku dan menjalankan segala bentuk kekayaan budaya yang dihasilkannya. Apabila Masyarakat tidak mencintai budayanya dikarenakan kurang mengetahui tentang peninggalan sejarah


(2)

budaya atau masyarakat kurang mengerti dan tidak paham apa itu benda sejarah, apa itu peninggalan sejarah dan apa manfaatnya. Maka masyarakat akan tidak memiliki budaya, masyarakt akan tidak memeliki falsafah hidup yang membangun karakter yang terdapat didalam masyarakt itu sendiri. Oleh karena itu hendaklah pemerintah tetap gencar dan bergiat dalam pensosialisasian hal tersebut kepada masyarakat dan hendaknya pemerintah dapat bekerja sama mulai dari Pemerintah Pusat sampai pemerintah daerah maupun swasta, pihak swasta mempunyai peranan penting dalam mengembangkan museum sebagai objek wisata . Pihak swasta sebagai pemilik modal dapat menginvestasikan modalnya untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat yang membutuhkan. Pihak swasta diberikan kewenangan dalam pengelolaan museum dapat bekerja dengan propesional dan fokus dengan program-program yang dibentuk bersama antara pihak pemerintah dengan pihak swata, untuk mencapai kecerdasan bangsa dan menambah devisa yang merupakan salah satu andalan pemerintah dari sektor pariwisata. Pengelola museum harus mengetahui dan bisa memfasilitasi keinginan masyarakat. Museum tidak hanya memamerkan benda koleksi, tapi juga berfungsi sebagai tempat penelitian, ruang publik, dan pendidikan masyarakat.

suatu usulan yang baik dimana kurikulum dalam pendidikan hendaknya ada yang bermuatan Museum. Museum dalam keberadaannya di Instansi-instansi pemerintah yang berada dibawah naungan dinas pariwisata juga sangat menyulitkan berkembangnya museum, selayaknyalah museum ditempatkan dibawah dinas pendidikan karena museum adalah badan yang mengelola nilai sejarah yang


(3)

mengandung pendidikan dan bila perlu museum dikelola secara khusus atau dibawah naungan Direktorat Permuseuman Pusat. Dengan berbagai terobosan yang dilakukan pemerintah dan penempatan museum sebagaimana layaknya dan pengelolaannya yang baik tentu akan dapat dipastikan bahwa museum nantinya akan bernilai penting dan dapat dijadikan pusat pelestarian benda sejarah, pusat pendidikan sejarah bagi semua orang dan sebagai objek wisata yang akan terus dinikmati oleh para wisatawan.


(4)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain, bukan untuk bekerja atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi untuk menikmati perjalanan (rekreasi) untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Dari uraian yang telah disampaikan dalam pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpuan bahwa pariwisata sangat potensial dikembangkan di Indonesia untuk meningkatkan devisa negara. Indonesia memiliki sumber daya alam yang menakjubkan dan cultur budaya memili potensi yang dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, sebagian besar sumber daya alam tersebut telah dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata yang menarik.

5.2 Saran

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2010 melaksanakan program yang sangat optimistis, yaitu Tahun Kunjung Museum 2010. Program ini memiliki peranan strategis sebagai wahana penguat program revitalisasi museum. Demikian diungkapkan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik dan Direktur Museum Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Intan Mardiana. Program Tahun Kunjung


(5)

Museum yang didukung dengan berbagai kegiatan di museum seluruh Indonesia tersebut, bertujuan untuk memperbesar jumlah pengunjung museum serta meningkatkan apresiasi dan kepedulian masyarakat terhadap warisan budaya bangsa.

Program yang dilakukan dengan mereposisi museum tersebut diharapkan menambah rasa keinginan masyarakat berkunjung ke museum sehingga museum menjadi lebih semarak dan hidup dalam pengelolaannya. Tahun Kunjung Museum 2010 merupakan momentum awal memulai Gerakan Nasional Cinta Museum (GNCM) yang dilaksanakan selama 5 tahun (2010-2014).

Daya tarik wisata disebut juga sebagai objek wisata yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke daerah tujuan wisata. Karena kedudukannya yang sangat menentukan, maka daya tarik wisata harus dirancang dan dikelola secara profesional dan sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang.

Salah satu kegiatan dalam program GNCM adalah revitalisasi museum untuk mewujudkan museum Indonesia yang dinamis dan berdaya guna sesuai dengan standar ideal pengelolaan dan pemanfaatan museum. Dengan program GNCM, tahun 2014 akan terwujud museum Indonesia yang menarik dan informatif serta mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Yoeti, A. OKA. 1982. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar. Jakarta: Pradnya

Paramita

Direktorat Museum, Departemen Kebudayaan. 2010. Museum Simalungun. Jakarta

Yoeti, A. OKA. 1996. Pemasaran Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

Lundberg, Donald E, dkk. 1997. Ekonomi Pariwisata. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Website: