Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Pada Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat
ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA USAHA PETERNAKAN
SAP1 PERAH RAKYAT DI KECAMATAN SUKARAJA
KABUPATEN SUKABUMI PROPINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
FRANCISKA RATNA D.P.
JURUSAN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000
RINGKASAN
FRANCISKA RATNA D.P. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja pada Usaha
Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Sukamja Kabupaten Sukabumi
Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
: Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi.
Pembimbing Anggota : Ir. Ujang Sehabudin
Tenaga kerja pada usaha petemakan sapi perah rakyat berasal dari tenaga
kerja keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja keluarga berperan penting dalam
setiap kegiatan usahaternak.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui curahan tenaga kerja keluarga
dan luar keluarga dalam usaha peternakan sapi perah, (2) mengetahui produktivitas
tenaga kerja pada usaha petemakan sapi perah dan (3) menentukan faktor- faktor
yang mempengaruhi produktivitas tenaga kej a pada usaha peternakan sapi perah.
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data prinier
dikumpulkan melalui kuesioner berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara
dengan petemak. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait seperti
KUD Gemah Ripah dan Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi. Pengambilan
sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Sampel yang
diambil sebanyak 60 peternak sapi perah di Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Sukabumi. Data yang diperoleh ditabulasikan kemudian dianalisis menggunakan
analisis deskriptif, analisis produktivitas dan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa curahan tenaga keja dalam kegiatan
usahatemak sapi perah sebesar 2,52 HKPihari untuk tenaga kej a keluarga dan tenaga
kerja luar keluarga 1,s 1 HKF'ihari.
Hasil perhitungan didapatkan rata-rata
produktivitas teknis tenaga kerja keluarga sebesar 4,32 ST/HKP dan tenaga kerja luar
keluarga sebesar 4,29 ST/HKP. Sedangkan rataan produktivitas ekonomis tenaga
kerja keluarga sebesar Rp 8.150,60/HKP dan tenaga k e j a luar keluarga sebesar Rp
10.372,32/HKP. Berdasarkan analisis regresi berganda, diperoleh nilai R~ adjusted
sebesar 0,808 yang berarti bahwa 80,s persen variasi produktivitas tenaga kerja pada
usaha peternakan sapi perah dapat dijelaskan oleh variasi dalam pengalaman,
pendapatah usahaternak sapi perah, curahan tenaga keja dan pendidikan.
Berdasarkan uji F (a=0,01) menunjukkan bahwa seluruh variabel-variabel
independen (pengalaman, pendapatan usahaternak sapi perah, curahan tenaga kerja
dan pendidian) dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
produktivitas tenaga keja. Berdasarkan uji t, diperoleh bahwa variabel-variabel yang
berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kej a adalah pengalaman (a=0,0 I),
pendapatan usahaternak sapi perah (a=0,01), curahan tenaga keja (a=0,05) dan
p e n d i d i i (a=0.01) dengan nilai koefisien regresi berturut-turut: 0,113; 0,000094;
2,190; - 0,6604.
ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA USAHA PETERNAKAN
SAP1 PERAH RAKYAT DI KECAMATAN SUKARAJA
KABUPATEN SUKABUMI PROPINSI JAWA BARAT
Skripsi mempakan salah satu syarat untuk rnernperoleh
gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
OLEH:
FRANCISKA RATNA D.P.
DO3496024
JURUSAN SOSLAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000
ANALISIS PRODUKTMTAS TENAGA KERJA PADA USAHA PETERNAKAN
SAP1 PERAH RAKYAT DI KECAMATAN SUKARAJA
KABUPATEN SUKABUMI PROPINSI JAWA BARAT
Oleh:
Franciska Ratna D.P.
DO3496024
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 16 November 2000
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Ujang Sehabudin
Ketua Jurusan
Sosial Ekonomi Industri Petemakan
Fakultas Petemakan
Institut Pertanian Bogor
Dekan
Fakultas Petemakan
Institut Pertanian Bogor
Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA.
Prof. Dr. Ir. Soedarmadi H., MSc.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 3 Desember 1977, sebagai anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak M. Risdiono dan Ibu E. Sri Hartini.
Pada tahun 1982, penulis mulai masuk sekolah Taman Kanak-kanak Santa
Maria Rembang, dan selanjutnya masuk ke SD Katolik Rembang, lulus pada tahun
1990. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan ke SMP Ov. Slamet Riyadi
Rembang dan lulus pada tahun 1993. Kemudian penulis ~nelanjutkanke SMU Negeri
2 Rembang, lulus pada tahun 1996. Pada tahun itu juga penulis diterima sebagai
mahasiswa Fakultas Petemakan Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Undangan Masuk Seleksi IPB).
Selama kuliah, penulis aktif di organisasi paduan suara "Agria Swara" IPB.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Petemakan, penulis
melakukan penelitian yang bejudul
"
Analisis Produktivitas Tenaga Kerja pada
Usaha Petemakan Sapi Perah Rakyat Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi
Propinsi Jawa Barat", dibawah bimbingan Ibu Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi dan
Bapak Ir. Ujang Sehabudin.
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kasih atas
Kasih dan Anugrah yang telah diberikannya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa penghargaan dan ucapan
terimakasih kepada:
1. Keluargaku tercinta: Papa, Mama dan adikku Wawan atas cinta kasih, doa dan
dukungan yang telah diberikan selama ini.
2. Ibu Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi dan Bapak Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dari awal hingga
selesainya skripsi ini.
3. Bapak Ir. H. Amimddin Saleh, MS dan Ibu Dr. Hj. Nur Aeni Sigit, MS atas
kesediaannya sebagai dosen penguji.
4. Bapak Ir.
Alla Asmara atas kesediaannya sebagai dosen penilai pada saat
seminar.
5. Bapak Siroj, Bapak Ajad dan seluruh staf KUD Gemah Ripah yang telah
membantu penulis selama melakukan penelitian.
6. Mak Enyik dan Teh Een yang telah memberikan tempat naungan selama penulis
melakukan penelitian.
7. Staf Akadernik Fapet: Pak Ali, Pak Tibian, Pak Rosyid dan Nana atas keIjasarna
dan bantuan yang diberikan.
8. Mas Adi Tedjo dan Frater Untung, terirnakasih atas doa dan dukungannya.
9. Fajar, Vilda, Evayanti, Melati, Marlina, Endan, Yusrizal, Nugraheni, Yuliadini
dan ternan-ternan SEIP'33 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Tak
lupa untuk sahabatku Wida, terirnakasih atas persahabatannya selarna ini
10. Ternan-ternanku di Pondok Kantika: Mami, Tiur, Widia, Linda, Jule, Mbak Ary,
Dwi, Santi, Antiek, Labueni, Elsa, Daniek, Bhe dan Mbak Elisa, terirnakasih
banyak atas hiburan, pengertian dan doa yang diberikan, serta kebersarnaannya.
11. Ternan-ternan "",t9ie'l",t S1fj",t'R,,4 " yang tidak rnungkin penulis sebutkan satu
per satu.
12. Ingrid, Andi Manalu, Roland dan Randy, terirnakasih atas bantuannya serta
Handy ternan setiaku dari SD.
13. Sernua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas dukungan dan
doa sehingga penulis dapat rnenyelesaikan skripsi ini.
Penulis rnenyadari bahwa skripsi ini rnasih jauh dari sernpuma, narnun penulis
berharap tulisan ini dapat bennanfaat bagi yang rnernbacanya.
Bogor, 3 Desernber 2000
Penulis
DAFfARISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................ .
RIWA YAT HID"UP.................................................................................
II
KA TA PENGANTAR ............................................................................
iii
DAFTAR TABEL...................................................................................
VII
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
IX
PENDAHULUAN...................................................................................
1
Latar Belakang .................................................................................
I
Pennasalahan....................................................................................
2
Tujuan Penelitian .............................................................................
3
Kegunaan Penelitian.........................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................
5
Usaha Petemakan Sapi Perah...........................................................
5
Tenaga KeIja sebagai Faktor Produksi ............................................
8
Curahan Tenaga Kerja......................................................................
9
Produktivitas Tenaga KeIja ..............................................................
11
METODE PENELITIAN........................................................................
14
Populasi dan Sampel............................................................ .... .... ....
14
Pengumpulan Data ...........................................................................
14
Data dan Instrumentasi. ... ....... ... .............. .........................................
14
Analisis Data ....................................................................................
15
Batasan IStilall.. ................................. .................... ...........................
20
Halaman
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
22
Keadaan Umum Lokasi Penelitian...................................................
22
Penduduk dan Mata Pencaharian ................... :.................................
23
Keadaan Petemakan .........................................................................
24
Karakteristik Petemak Contoh .........................................................
25
\ Produksi Susu...................................................................................
32
Curahan Tenaga Kerja......................................................................
32
Produktivitas Tenaga Kerja ............................................................. .
38
Faktor - faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga KeIja...
40
KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................
43
Kesimpulan ......................................................................................
43
Saran .......................... ,......................................................................
44
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
45
LAMPlRAN............................................................................................
47
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Halaman
1
Produksi Susu Bangsa - bangsa Sapi Perab ................................
6
2
Bentuk Peningkatan Produktivitas Tenaga Kelja .......................
12
3
Penduduk Kecamatan SUkaraja menurut Jenis
Mata Pencabarian ........................................................................
23
Populasi Ternak di Kecamatan Sukaraja Tahun 1998 dan 1999
(ekor)...........................................................................................
24
Distribusi Peternak Contoh menurut Umur di Kecamatan
Sukaraja.......................................................................................
25
Distribusi Peternak Contoh menurut Tingkat Pendidikan di
Kecamatan Sukaraja....................................................................
26
Distribusi Peternak Contoh menurut Mata Pencabarian Utama
di Kecamatan Sukaraja................................................................
27
Rata-rata Komposisi Pemilikan Sapi Perab di Kecamatan
Sukaraja.......................................................................................
29
Besar Anggota Keluarga Peternak Contoh di Kecamatan
Sukaraja ................ :......................................................................
30
Lama Beternak Sapi Perab dari Peternak Contoh di Kecamatan
Sukaraja.......................................................................................
31
Skala Usaba Beternak Sapi Perab Peternak Contoh di
Kecamatan Sukaraja....................................................................
31
Curahan Tenaga Kelja Peternak Contoh pada Usaba
Peternakan Sapi perah berdasarkan Jenis Pekeljaan ...................
34
Produktivitas Teknis dan Ekonomis Tenaga Kerja pada Usaba
Peternakan Sapi Perab Rakyat di Kecamatan Sukaraja ...............
39
4
5
6
7
8
9
10
II
12
13
"'y
Nomor
14
15
Teks
Halaman
Hasil Analisis Regresi Faktor - faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas Tenaga Kerja pada Usaha Petemakan Sapi
Perah Rakyat di Kecamatan Sukaraja ......................................... .
41
Uji Multikolenearitas Faktor - faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas Tenaga Kerja pada Usaha Petemakan Sapi Perah
Rakyat dengan Matrik Korelasi Pearson ..................................... .
42
DAFTAR LAMPlRAN
Nomor
Teks
Halaman
Faktor - faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga
Kerja pada Usaha Petemakan Sapi Perah Rakyat......................
48
2
Hasil Analisis Regresi Berganda ............................................... .
50
3
Uji Heterokedastisitas dengan Menggunakan Model Goldfield
dan Quant .................................................................................. .
51
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Petemakan sebagai bagian dari usaha pertanian berusaha untuk terus
meningkatkan peranannya sebagai penghasil produk pangan asal temak yang bemilai
gizi tinggi. Salah satu tujuan pengembangan petemakan dalam Pembangunan Lima
Tahun (Pelita) VI adalah untuk meningkatkan produksi hasil temak, yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan protein hewani berupa daging, telur, dan susu serta untuk
meningkatkan pendapatan petemak. Dalam upaya meningkatkan peranannya,
subsektor petemakan juga harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
terlibat di dalamnya.
Petemak sebagai pengelola usaha petemakan rakyat dan
karyawan di perusahaan petemakan, keduanya merupakan sumber daya yang terlibat
langsung dalam subsektor petemakan.
Sektor petemakan sapi perah merupakan salah satu sektor usaha petemakan
yang prospeknya cukup baik. Dalam perkembangannya usaha petemakan sapi perah
di Indonesia umurnnya dilakukan dalam dua bentuk yaitu petemakan sapi perah
rakyat kecil dan perusahaan petemakan sapi perah.
Kedua jenis usaha tersebut
umurnnya berada di daerah dataran tinggi yang beriklim sejuk sesuai dengan kondisi
yang diperlukan untuk betemak sapi perah.
Sebagai upaya untuk meningkatkan
usaha petemakan sapi perah diperlukan teknologi yang tepat dan sesuai sehingga
diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan petemak memperoleh
keuntungan yang optimal.
Perencanaan pembangunan peternakan senng mengalami kesulitan karena
infonnasi yang tersedia mengenai penyerapan tenaga kerja dalam subsektor
peternakan dirasakan masih terbatas. Umumnya tenaga kerja yang digunakan pada
usaha peternakan adalah tenaga kerja keluarga. Keterlibatan tenaga kerja keluarga
dalam suatu usaha peternakan sapi perah berperan penting dalam setiap kegiatan
usahatani sehubungan dengan tingkat produktivitas yang dicirikan oleh pendapatan
total.
Alokasi tenaga kerja pada berbagai kegiatan usahatani ternyata belum
berimbang, karena petani terlalu mengkonsentrasikan kerja pada pengolahan lahan
untuk memenuhi kebutuhan pangan sehingga kegiatan usahatani lainnya kurang
mendapat perhatian. Pengalokasian tenaga kerja yang belurn terarah ini menunjukkan
bahwa petani belurn dapat berpikir dan bekerja secara proporsional, terutama dalam
mencari kesempatan untuk memperoleh keuntungan dalam alokasi penggunaan
tenaga kerja yang belum optimal. Berdasarkan hal itu, kajian mengenai produktivitas
tenaga keIja dalam usaha peternakaan sapi perah perlu dilakukan dalam rangka
pengelolaan yang lebih terencana dan ekonomis untuk mendapatkan hasil yang
optimal dengan pemakaian tenaga kerja yang produktif dan efisien.
Permasalahan
Usaha peternakan sebagai bagian dari usaha pertanian mengalami
perkembangan yang cukup pesat untuk meningkatkan peranannya, terutama kualitas
surnber daya manusia yang digunakan. Tenaga keIja sebagai input dalam usahatani
memiliki dua fungsi yaitu: (I) Sebagai pekerja dan (2) Sebagai pengelola seluruh
input yang digunakan.
Besar kecilnya penggunaan tenaga keIja akan turut
2
menentukan pendapatan usaha yang dilakukan.
Melihat besarnya pengaruh dan
peranan tenaga keIja dalam usaha peternakan maka penelitian ini mencoba menjawab
permasalahan:
(I)
Berapa besar curahan tenaga kerja dalam usaha peternakan sapi perah, baik
tenaga keIja keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga?
(2)
Bagaimana produktivitas tenaga kerja pada usaha peternakan sapi perah? V
(3)
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam usaha
peternakan sapi perah terse but?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, rnaka tujuan dari
penelitian adalah:
(I)
Mengetahui curahan tenaga kerja dalam usaha peternakan sapi perah, baik
tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga.
(2)
Mengetahui produktivitas'tenaga kerja pada usaha peternakan sapi perah.
(3)
Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja
pada usaha peternakan sapi perah.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
(I)
8agi peternak, dalam rangka mengevaluasi penggunaan tenaga kerja dalam
usaha peternakan sapi perah sehingga diperoleh penggunaan yang optimal.
(2)
8agi pemerintah dan instansi terkait, khususnya Dinas Peternakan dan
koperasilKUD sapi perah, sebagai masukan bagi pengembangan usaha
peternakan sapi perah di wilayahnya.
(3)
8agi penelitian selanjutnya, sebagai bahan informasi dengan penelitian yang
lebih luas, baik cakupan anal isis maupun wilayah.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Peternakan Sa pi Perah
Berdasarkan Undang-undang No 6/1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Petemakan dan Kesehatan Hewan usaha petemakan dikelompokkan menjadi dua
bentuk, yaitu: (1) Usaha petemakan; dan (2) Perusahaan petemakan. Berdasarkan
jumlah sapi perah yang dipelihara, petemakan sapi perah dapat dibagi atas petemakan
kecil atau petemakan rakyat dan petemakan besar atau perusahaan petemakan.
Petemakan rakyat memelihara sapi perah paling banyak sepuluh ekor, pada umumnya
tidak memiliki lahan khusus untuk penanaman hijauan pakan dan menggantungkan
kebutuhan hijauan pakan pada rumput-rumput alamo
Petemakan besar atau
perusahaan petemakan memiliki sapi perah lebih dari sepuluh ekor, pada umumnya
sudah memiliki lahan untuk tanaman hijauan meskipun kadang-kadang belum
mencukupi dan sedikit banyak masih tergantung pada rumput-rumput alam (Siregar,
1996). Menurut Djarsanto (1992),
usaha petemakan rakyat mempunyai ciri-ciri
antara lain skala usaha kecil atau rumah tangga dengan tipologi sebagai cabang usaha,
teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk kurang terjamin, belum
sepenuhnya berorientasi pasar dan belum peka terhadap perubahan-perubahan.
Perusahaan petema.!(an merupakan usaha petemakan yang diselenggarakan dalam
suatu perusahaan secara komersial dan mempunyai ijin usaha, serta dalam proses
produksinya telah menggunakan teknologi baru.
Erwidodo (1993) menyatakan
bahwa petemakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha keluarga di
· pedesaan dalam skala kecil, sedangkan skala usaha besar masih sangat terbatas dan
umumnya merupakan usaha sapi perah yang baru tumbuh.
Guswar (Wiyono, 1997) merinci usaha petemakan sapi perah mulai dari skala
kecil (5-20 ekor), menengah (21-200 ekor), dan besar (Iebih dari 200 ekor). Usaha
petemakan sapi perah skala kecil pada umumnya adalah usaha sambi Ian di samping
pekerjaan utama sebagai petani.
Peternak skala usaha menengah sudah mampu
mengembangkan penelitian, tetapi masih tergantung pada instansi lain (Perguruan
Tinggi).
Peternak skala besar sudah merupakan industri dengan menggunakan
manajemen, teknologi penelitian yang canggih untuk rneningkatkan mutu genetik dan
tatalaksana pemeliharaannya. Usaha skala besar ini diharapkan dapat menjadi mitra
yang baik bagi usaha peternakan sapi perah menengah dan keci!.
Menurut Blakely dan Bade (1991) ada lima bangsa sapi perah yang dikenal di
daerah tropik yaitu Ayrshire, Brown Swiss, Guernsey, Jersey, dan Fries Holland. Di
Indonesia sapi perah yang dipelihara umumnya bangsa sapi perah Fries Holland (FH)
dan peranakannya.
Sapi perah FH merupakan bangsa sapi perah yang memiliki
tingkat produksi susu tertinggi dan kadar lemak terendah dibandingkan dengan
bangsa sapi perah lainnya (Tabel I).
Tabel I. Produksi Susu Bangsa-bangsa Sapi Perah
Bangsa Sapi Perah
Ayrshire
Brown Swiss
Guernsey
Fries Holland
Jersey
Rataan Produksi Susu (Kgffahun)
5.000
5.000 - 5.500
4.500
5.750
4.000
Persentase Lemak Susu (%)
4,0
4,0
4,7
3,7
5,0
Swnber: Blakely dan Bade, (1991).
6
Menurut Sudono (1999), masa laktasi sapi adalah masa dimana sapi itu
sedang menghasilkan susu antara waktu beranak dengan masa kering. Produksi susu
per hari mulai menurun setelah laktasi dua bulan. Kadar lemak susu mulai menurun
setelah satu sampai dua bulan masa laktasi, dan setelah dua sampai tiga bulan masa
laktasi maka kadar lemak susu mulai konstan dan naik sedikit. SelruUutnya dikatakan
juga bahwa sapi yang beranak pada umur yang tua (3 tahun) akan menghasilkan susu
yang lebih ban yak daripada sapi yang beranak pada umur muda (2 tahun). Produksi
susu akan terus meningkat dengan bertambahnya umur sapi sampai tujuh atau
delapan tahun. Meningkatnya hasil susu tiap laktasi dari umur dua tahun sampai
umur tujuh tahun itu disebabkan bertambah besamya sapi karena pertumbuhan dan
jumlah tenunan-tenunan pembuluh dalam ambing bertambah. Setelah umur tujuh
sampai delapan tahun produksi susu akan menurun sedikit demi sedikit sampai sapi
berumur II atau 12 tahun. Turunnya produksi susu disebabkan aktivitas-aktivitas
kelenjar-kelenjar ambing sudah berkurang. Kemampuan sapi dara untuk berproduksi
tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan badannya, tetapi juga pertumbuhan
ambingnya yang mencapai pertumbuhan yang maksimum pada laktasi ketiga atau
keempat.
Hasil penelitian Pardede (1998) menjelaskan bahwa rata-rata produksi susu di
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung sebesar 14,64 liter/ekorlhari. Hasil
penelitian Simbolon (1999) mengungkapkan bahwa rataan produksi susu di
Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur sebesar 12 liter/ekorlhari. Hasil penelitian
Chaprialin (2000) meIijelaskan bahwa di Kecamatan Sukabumi diperoleh rata-rata
produks'si susu sebesar 12,79 liter/ekorlhari. Biaya produksi dalam usaha petemakan
7
sapi perah adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usaha petemakan sapi perah
yang mencakup biaya pakan, tenaga ketja, pembangunan kandang, peralatan, obatobatan, dan transportasi (Siregar, 1996).
Tenaga Kerja sebagai Faktor Produksi
Tenaga kerja atau man power menurut Simanjuntak (1998) adalah kelompok
penduduk dalam usia kerja (working-age population).
Secara praktis pengertian
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja yang dibedakan hanya oleh batas umur.
Berdasarkan Undang-undang No 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan telah
menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun, sehingga tenaga kerja didefinisikan
sebagai penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih.
Mubyarto (1989) menyatakan bahwa faktor produksi pertanian terdiri dari
lahan, tenaga kerja, dan modal. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman dan hewan
yang baik pada areal tanah tertentu merupakan hasil kerjasama antar manusia dan
modal yang digunakan. Dikatakan pula bahwa untuk mencapai produksi yang sesuai
dengan yang diinginkan dalam usahatani maka faktor manusia sebagai petani sangat
berperan. Tenaga kerja dalam usahatani merupakan faktor penting khususnya tenaga
ketja petani dan anggota keluarganya, dimana tenaga kerja menjadi unsur penentu
terutama dalam usahatani komcrsial (Tohir, 1991).
Tcnaga ketja dalam usahatani sebagian besar berasal dari keluarga petani
sendiri yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak. Tenaga kerja
dari luar keluarga dapat berupa tenaga ketja harian atau borongan tergantung pada
keperiuan (Mubyarto, 1989). Dikatakan juga bahwa peranan seorang petani dalam
8
usahatani tidak hanya menyumbangkan tenaganya melainkanjuga seorang pemimpin
usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan.
Menurut Hemanto (1989), tenaga kerja dibedakan atas tiga jenis, yaitu tenaga
kerja manusia, tenaga kerja temak, dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia
dapat
mengerjakan
semua Jems
pekerjaan
usahatani
berdasarkan
tingkat
kemampuannya. Tenaga kerja temak digunakan untuk pengolahan tanah dan untuk
angkutan sedangkan tenaga kelja mekanik digunakan untuk pengolahan tanah,
pemupukan, penanaman dan lain-lain yang sifatnya substitusi pengganti tenaga kerja
temak dan atau manusia.
Faktor tenaga kerja di dalam usaha petemakan harus diperhitungkan, karena
biaya tenaga kerja merupakan biaya produksi terbesar kedua setelah biaya pakan
yaitu 20-30 persen dari biaya produksi. Penggunaan tenaga kerja yang efisien pada
usaha petemakan sapi perah di Indonesia, yaitu seorang tenaga kerja menangani
enam sampai tujuh ekor sapi dewasa (6 -7 ST). Berdasarkan hal ini maka makin
tinggi efisiensi penggunaan tenaga kerja maka makin tinggi pendapatan yang akan
diterima (Sudono, I 999}.
Curahan Tenaga Kerja
Menurut Soekartawi et al (1986}) anggapan yang biasa dipakai tanpa
memperhatikan kebiasaan bekerja adalah bahwa delapan jam kerja sarna dengan satu
hari kerja.
Oleh karena itu dalam prakteknya digunakan ukuran setara jam kerja
tenaga kerja pria dewasa atau hari kerja pria (HKP) dengan menggunakan faktor
konversi 0,8 HKP untuk wanita dan 0,5 HKP untuk anak-anak.
NセM
Mセ
-- ------
Kelemahan dari
9
pendekatan ini adalah bahwa seorang pekerja wanita atau anak-anak dianggap bekerja
efektif seperti seorang pria. Widagdo (Rivianti, 1993) menyatakan bahwa dalam satu
tahun seseorang bersedia bekelja selama 300 hari kerja sedangkan pada usaha
petemakan yang digunakan untuk pemeliharaan temak adalah sekitar 50 persen dari
waktu yang lazim dipergunakan untuk usaha pertaniannya.
Hasil penelitian Syaf (1993) menyatakan semakin tinggi urnur petemak maka
curahan jam kerja petemak pada usaha sapi perah akan semakin menurun. Semakin
tinggi pendidikan petemak maka curahan jam keljanya akan semakin besar, karena
apabila petemak mempunyai pendidikan yang cukup tinggi maka petemak tersebut
akan lebih mudah menerima dan mencoba metode-metode baru dalam pemeliharaan
temak seperti pemberian pakan hijauan unggul seperti Penniseturn purpureurn,
melakukan pencatatan produksi, dan inseminasi buatan. Semakin tinggi pendidikan
anak-anak maka curahan jam kerja anak akan semakin menurun karena anak lebih
memusatkan perhatiannya pada pendidikan yang sedang ditempuh yaitu belajar dan
sekolah.
Semakin banyak anggota keluarga maka curahan jam kerja istri akan
semakin menurun karena istri lebih banyak mengurus keperJuan keluarga, misalnya
menjaga anak dan mengurus dapur.
Hasil penelitian Pardede (1998)
ュ・ョセェオォ。@
rataan curahan jam kerja yang
mencakup tenaga kelja keluarga maupun tenaga kelja luar keluarga dalam mengelola
usaha sapi perah adalah 14,67 jamlhari.
Sihite (1998) dalam penelitiannya
mendapatkan perbandingan antara pemilikan sapi perah dengan curahan jam kerja
adalah 1,85 STIHKP yang berarti bahwa untuk memelihara 1,85 satuan ternak
membutuhkanjumlah tenaga kerja sebesar satu HKP setiap harinya. Rivianti (1993)
10
mengemukakan bahwa peranan tenaga kerja pria dalam pemeliharaan ternak sapi
perah adalah mencari hijauan, membersihkan kandang, memperbaiki kandang,
memandikan sapi, dan memerah susu.
Tenaga keIja wanita biasanya melakukan
pekerjaan mencacah hijauan, memberi makan dan minum.
Tenaga keIja luar
keluarga biasanya melakukan pekerjaan memberi makan dan minum, membersihkan
kandang, memandikan sapi, memerah susu, mengawinkan sapi, mengangkut susu,
mencari hijauan, dan mencacah hijauan.
Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran)
dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu
(Simanjuntak, 1998).
Pernyataan yang sarna diungkapkan oleh Reksohadiprodjo
(1995) bahwa produktivitas adalah peningkatan proses produksi. Proses peningkatan
produksi berarti perbandingan yang membaik antara jumlah sumber daya yang
dipergunakan (masukan) dengan jumlah barang dan jasa yang diproduksi (keluaran).
Pengurangan dalam masukan dengan pengeluaran tetap atau kenaikan keluaran
dengan masukan tetap merupakan peningkatan produktivitas.
Menurut Simanjuntak (1998), peningkatan produktivitas dapat terwujud
dalam empat bentuk (Tabel 2).
Selanjutnya juga dijelaskan bahwa peningkatan
produktivitas manusia merupakan sasaran yang strategis karena peningkatan
produktivitas faktor-faktor produksi lain (alam dan modal) sangat tergantung pada
kemampuan tenaga manusia memanfaatkannya.
11
Tabel 2. Bentuk Peningkatan Produktivitas Tenaga KeIja
Uraian
Mula-mula
Bentuk I
Bentuk2
Bentuk 3
Bentuk 4
100
80
90
Output
120
120
135
Indeks Prestasi
1.2
1.5
1.5
100
120
150
180
1.5
1.5
iョセオエ@
Keterangan
Input berkurang, output sarna
Input berkurang, output lebih
banyak
Input sarna, output lebih banyak
Input meningkat, output lebih
「。ョセォ@
Sumber: Simanjuntak, (\998)
Meningkatnya mutu pendidikan berhubungan dengan produktivitas karena hal
Inl
berkaitan dengan kemampuan untuk lebih memahami dan mengadaptasi
perubahan-perubahan di lingkungan kerjanya dengan lebih cepat.
Akibatnya
peningkatan mutu pendidikan cenderung memudahkan pengembangan teknologi dan
pertumbuhan produktivitas (Moelyono, 1993).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah kelangkaan sumber
daya yang diukur dari rasio modal dan tenaga kerja, perubahan angkatan kerja,
inovasi, teknologi dampak regulasi dan kualitas keIja. Ditambahkan juga bahwa
kenaikan sumbangan tenaga keIja pada produktivitas adalah karena tenaga keIja lebih
sehat, lebih terdidik, dan lebih bergizi. Produktivitas dapat pula meningkat karena
hari keIja yang lebih pendek, biasanya perbaikan produksi 20 persen, karena
peningkatan kualitas keIja (Reksohadiprodjo, 1995). Pardede (1998) mengemukakan
bahwa tingkat pendidikan juga mempengaruhi produktivitas petemak.
Semakin
tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah petemak menyerap informasi dan mencoba
inovasi baru dalam menunjang usahanya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula produktivitasnya. Ada tiga
12
faktor yang mempengaruhi kualitas tenaga keIja dan pada gilirannya juga
mempengaruhi produktivitas tenaga keIja, yaitu sikap keIja, pengetahuan dan
ketrampilan, dan kesempatan atau peluang (Cascio dalam Ekawati, 1998).
Hasil penelitan Triyono (1990) mengungkapkan bahwa dengan meningkatnya
umur maka produktivitas petemak akan menurun, karena kondisi fisik petemak yang
semakin tua. Pemyataan yang sarna diungkapkan oleh Ridwan (1993) dalam hasil
penelitiannya yang mengungkapkan bahwa antara umur petemak dengan curahan jam
kerja petemak berkorelasi sangat nyata dimana semakin tinggi umur petemak maka
curahanjam kerjanya pada usaha sapi perah akan semakin menurun.
Hasil penelitian Rivianti (1993) tentang Analisis Tenaga KeIja pada Usaha
Petemakan Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor menyatakan
bahwa efisiensi teknis usahatemak sapi perah adalah sebesar 21,61 literlHKP artinya
satu HKP tenaga keIja hanya mampu menghasilkan produksi susu sebesar 21,61
literlhari.
Hasil penelitan Pardede (1998) tentang Dampak Penyuluhan terhadap
Produktivitas Tenaga Kerja Petemak Sapi Perah di Pangalengan Bandung
mengungkapkan bahwa rataan produktivitas keIja petemak adalah 47,61 literlHKP,
yang berarti bahwa satu HKP tenaga keIja menghasilkan produksi susu sebanyak
47,61 literlhari.
13
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabwni. Penelitian
ini dilakukan selama dua bulan yaitu dari bulan April sampai Mei 2000.
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah 104 peternak di Kecamatan_Sukaraja
kセャji。エ・ォ⦅qキョゥN@
Sampel diambil sebanyak 60 peternak yang terrnasuk anggota
KUD Gemah Ripah. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple
ramdom sampling).
Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini
sekunder.
adalah data primer dan data
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada usaha
peternakan dan wawancara dengan peternak yang bersangkutan dengan menggunakan
kuesioner. Data primer mencakup karakteristik peternak sapi perah yang mencakup
tingkat pendidikan, wnur, jumlah tanggungan keluarga, mata pencaharian utarna dan
sambilan, serta deskripsi usahaternak sapi perah yang mencakup pernilikan ternak,
jumlah pakan yang diberikan, penjualan susu, harga susu, total produksi susu,
curahan tenaga kelja keluarga dan luar keluarga, alokasi tenaga kelja keluarga dan
luar keluarga, dan upah atau gaji tenaga kerja. Data sekunder dikwnpulkan dari
instansi terkait seperti KUD Gemah Ripah Kecamatan Sukaraja dan Dinas Peternakan
Kabupaten Sukaburni. Data sekunder mencakup jwnlah peternak sapi perah, populasi
/
\
I.....
ternak sapi perah, harga rata-rata susu dan data lain yang berhubungan dengan
penelitian tersebut.
Analisis Data
Data yang diperoleh ditabulasikan kemudian dilakukan analisis yang
mencakup:
I) Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hal-hal yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif, seperti keadaan lokasi penelitian, karakteristik peternak,
karakteristik usaha peternakan sapi perah, dan curahan tenaga kerja.
2) Analisis Produktivitas Tenaga KeIja
Produktivitas tenaga keIja adalah perbandingan antara sumber daya yang
digunakan (masukan) dengan jumlah barang dan jasa yang diproduksikan (keluaran).
Pengukuran produktivitas ada dua cara yaitu secara teknis (produktivitas teknis) dan
secara ekonomis (produktivitas ekonomis).
Produktivitas Teknis Tenaga Kerja =
Jumlah Ternak yang dimiliki (ST)
Jumlah Tenaga Kerja (HKP)
Produktivitas Ekonomis Tenaga Kerja =
Pendapatan Usahaternak (Rp)
Jumlah Tenaga Kerja (HKP)
3) Analisis Regresi
Analisis regresi. ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas tenaga keIja dalam usaha peternakan sapi perah rakyat.
Untuk memperjeIas analisis regresi diperlukan spesifikasi model yang akan diduga
15
sesuai dengan ketersediaan data, keterbatasan jumlah sampel dan pengukuran
terhadap faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi produktivitas tenaga ketja dalam
usaha peternakan.
Model yang digunakan adalah model regresi berganda, yaitu persamaan yang
menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam
usaha petemakan.
Model regresi berganda yang dibuat merupakan model yang
diduga sesuai dengan keadaan responden. Secara matematis model regresi berganda
tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Produktivitas tenaga kerja (STIHKP)
Xl = Pengalaman Betemak (tabun)
X2 = Pendapatan Usahatemak Sapi Perah (Rplbulan)
X3 = Curahan Tenaga Ketja (HKP)
D
a
=
Pendidikan (dummy),
D= I
D=O
= Intersep
b.,b:z,b3 ,b4 = koefisien masing-masing variabel independen
e
=
galat
Untuk menentukan faktor yang berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh
nyata digunakan uji sebagai berikut (Arief, 1993):
16
a)
Uji - F
Uji - F untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen
secara
bersama - sarna berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja.
Fhitung =
Jumlah Kuadrat Regresi /(k-I)
Jumlah Kuadrat Sisa/(n - k)
Keterangan:
n = lumlah sampel
k = lumlah variabel independen
Bila
Fhitung
>
Ftabel.
maka seluruh variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga keIja.
b)
Uji-t
Uji - t untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen
te,rhadap produktivitas tenaga kerja.
bi
;i
=
1,2,3,4
S (bi)
Keterangan: S (bi) ;" standar deviasi
Jika Thitung
> Ttabel. maka variabel ke-i berpengaruh nyata terhadap
produktivitas tenaga keIja.
c)
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan sebagai pengukur tingkat kebaikan
model. Koefisien tersebut menjelaskan variasi total dalam variabel dependent (Y)
yang dijelaskan oleh variasi seluruh variabel independen dalam model. Semakin
17
tinggi keragaman yang dapat diterangkan oleh model terse but, semakin besar
koefisien determinasi.
R2 =
I-JKS
JKT
Keterangan:
R2
=
Koefisien determinasi
JKS = J umlah kuadrat sisa
JKT = Jumlah kuadrat total
Pengujian model dengan menggunakan kriteria ekonometrik yang bertujuan
untuk menguji apakah model tersebut melanggar asumsi - asumsi ekonometrik, yaitu:
1) Pengujian Autocorrelation
Autocorrelation adalah korelasi antar anggota serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu atau ruang.
Pengujian autocorrelation menggunakan
metode statistik d dari Durbin-Watson. ( Nilai d dapat diketahui dari program
komputer kemudian melakukan tes Durbin-Watson dengan menggunakan asumsi
sebagai berikut (Gujarati dan Zain, 1997):
•
Jika hipotesis Ho adalah tidak ada autocorrelation positif, maka jika:
d < dL : menolak Ho
d> du : terima Ho
dL ::::: d::::: du : tidak ada kesimpulan
18
•
Jika hipotesis Ho adalah tidak ada autocorrelation negatif, maka jika:
d> 4-dL : menolak Ho
d< 4 -du : terima Ho
4 - du セ@ d セ@ 4 - dL : tidak ada kesimpulan
•
Jika Ho adalah dua-ujung, yaitu tidak ada autocorrelation baik positif atau
negatif, maka jika:
d < dL : menolak Ho
d> 4-dL : menolak Ho
du < d < 4 - du : terima Ho
dL < d, du atau 4 - du < d < 4 - dL : tidak ada kesimpulan
Keterangan:
d = nilai Durbin- Watson
dL = nilai batas minimum
d u = nilai batas maksimum
2) Pengujian multicollinearity
Multicollinerity adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas diantara
satu dengan yang laitinya.
Pengujian multicollinerity dilakukan dengan
membandingkan koefisien'detenninasi (R2) dengan korelasi sederhana HセI@
antara dua
peubah penjelas. Jika R2 > セ@ berarti tidak terdapat kolinearitas ganda sedangkan bila
セ@
::: R2 berarti terdapat kolinearitas ganda yang serius.
Hasil penguj ian
multicollinearity dapat dilihat pada lampiran 2.
19
3) Aswnsi Heterokedastisitas
Aswnsi homokedastisitas atau penyebaran sarna yaitu varians yang sarna.
Untuk dapat memenuhi asumsi heterokedastisitas perlu diuji kehadiran situasi
heterokedastisitas dalam varians error terms suatu model regresi.
Metode yang
digunakan untuk mendeteksi adalah model Goldfield-Quant (Arief, 1993). Prosedur
pengujiannya dapat dilihat pada lampiran 3.
Batasan Istilah
+ Tenaga kerja adalah tenaga manusia yang digunakan untuk menangani usaha
petemakan sapi perah antara lain memerah, memberi pakan, membersihkan
kandang yang diukur dalarn jarn per hari yang selanjutnya dikonversikan dengan
satuan Hari Kerja Pria (HKP).
•
Tenaga kerja dewasa adalah tenaga keJja yang berusia diatas 15 tahun atau sudah
menikah baik pria maupun wanita.
•
Tenaga kerja anak-anak adalah tenaga keJja yang berada di bawah wnur 15 tahun
baik pria maupun wanita.
•
Tenaga kerja keluarga adalah tenaga kelja yang berasal dari dalam keluarga yang
terdiri dari kepala keluarga (petemak), istri, dan anak-anak.
•
Tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga
petemak yang diberi upah atau ァセゥN@
+ Curahan jam keJja adalah jumlah waktu yang dipakai seorang anggota keluarga
dalam melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dengan ukuran waktu jam per hari.
20
•
Produktivitas tenaga kelja adalah kemampuan seorang tenaga kelja dalam
mengelola usahatemak sapi perah yang diukur dengan STIHKP dan RpfHKP.
•
Petemak sapi perah adalah orang yang mengelola dan bertanggung jawab
terhadap usaha petemakannya.
•
Hari kerja pria (HKP) adalah satuan untuk mengukur alokasi waktu kelja dimana
satu HKP setara dengan delapan jam kerja tenaga kerja pria dewasa, untuk tenaga
kerja wanita setara dengan 0,8 HKP dan untuk anak-anak setara dengan 0,5 HKP.
•
Satuan temak (ST) adalah satuan yang digunakan untuk menentukan populasi
temak sapi perah dimana 1ST setara dengan satu ekor sapi dewasa baik perah
maupun potong; 0,5 ST setara dengan satu ekor sapi dara dan sapi jantan muda;
0,25 ST setara dengan satu ekor pedet.
•
Pendapatan petemak adalah selisih antara penerimaan dari usaha petemakan
dengan biaya produksi.
•
Sapi laktasi adalah sapi-sapi betina dewasa yang sedang berproduksi atau
menghasilkan susu.
•
Produksi susu adalah jumlah susu yang dihasilkan oleh sapi-sapi laktasi
(Iiterlhari).
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Urnun Lokasi Penelitian
Kecamatan Sukaraja termasuk wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II
Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Wilayah Kecamatan Sukaraja terletak di sebelah
Timur kota Sukabumi atau berdasarkan geografis terletak antara 1060 45' - 1060 51'
Bujur Timur dan 6 0 55 ' - 7 0 03' Lintang Selatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
RI No.3 Tahun 1995 dan Keputusan Gubemur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat
No. 33 Tahun 1995, tentang perubahan batas wilayah Kodya maka batas wilayah
Kecamatan Sukaraja adalah sebelah Utara berbatasan dengan Taman Nasional Gede
Pangrango, sebelah Selatan berbatasan dengan Kodya Sukabumi dan Kecamatan
Gegerbitung, sebelah Barat berbatasan dengan Kodya Daerah Tingkat II Sukabumi
dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.
Letak wilayah Kecamatan Sukaraja berada di kaki Gunung Gede yang
mempunyai ketinggian antara 500-1.300 dpl (di atas permukaan laut).
Keadaan
topografi yang demikian menyebabkan wilayah Kecamatan Sukaraja pada umumnya
berbukit-bukit dengan kemiringan antara 20"10 -30%. Curah hujan setiap tahunnya
3.349 mmltahun dengan rata-rata hari hujan 18 harilbulan. Jenis tanah di Kecamatan
Sukaraja sebagian besar Latosol (merah kecoklatan).
Luas wilayah Kecamatan Sukaraja yaitu 9.936,24 ha yang terdiri dari lahan
sawah 3.981,46 ha dan luas tanah darat 5.304,45 ha (tanpa luas hutan negara ± 650,32
hektar).
Wilayah Kecamatan Sukaraja terletak 5 km sebelah Timur ibukota
Sukabumi, 95 Ian arah Barat ibukota Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat
(Bandung) dan 120 Ian arah Tenggara ibukota negara (Jakarta).
Penduduk dan Mata Pencaharian
Jumlah penduduk Kecamatan Sukaraja pada tahun 1999 tercatat sebanyak
144.447 orang, terdiri dari 72.059 pria dan 72.388 wanita.
Penyebaran penduduk
menurutjenis mata pencahariannya terlihat pada Tabel3.
Tabel 3. Penduduk Kecamatan Sukaraja menurut Jenis Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk (jiwa)
Mata Pencaharian
28.155
Petani
13.485
Buruh Tani
Pedagang
5.633
1.812
Pegawai Negeri Sipil
1.697
Jasa
Swasta
1.124
Pensiunan
1.080
Peternak
195
ABRI
171
Total
53.312
Swnber: Monografi Kecamatan Sukaraja, 1999
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Persentase (%)
52,74
25,29
10,57
3,39
3,18
2,11
2,03
0,37
0,32
100,00
Dari Tabel 3 tarnpak bahwa sebagian besar penduduk Sukaraja (78,4%) hidup
dari kegiatan bidang pertanian. Hal ini rnenunjukkan bahwa Kecarnatan Sukaraja
merupakan kdndisi daerah yang subur dan potensial untuk pengembangan pertanian.
Tanaman pertanian yang terdapat di Kecarnatan Sukaraja adalah padi, sayuran dan
tanarnan pangan lainnya.
23
Keadaan Peternakan
Peternak sapi perah ini tergabung dalam kelompok-kelompok tani Sulanjana I,
Sulanjana II dan Cikole. Pada saat penelitian dilakukan, kelompok tani Sulanjana I
memiliki anggota 32 peternak, Sulanjana II memiliki anggota 35 peternak dan Cikole
memiliki anggota 37 peternak. Sapi perah yang dimiliki dan dipelihara oleh peternak
umumnya adalah sapi Fries Holland (FH) dan keturunannya.
Pada tahun 1999 populasi ternak sapi perah mengalami peningkatan (Tabel 4),
hal ini disebabkan karena adanya bantuan kredit sapi perah dari pemerintah yang
lebih dikenal dengan program UPSUS yang dikoordinasi oleh KUD Gemah Ripah.
Tabel 4. Populasi Ternak di Kecamatan Sukaraja Tahun 1998 dan 1999
(ekor)
Tahun 1998
J enis Ternak
Ayam Ras Pedaging
I
1.610.200
Ayam Kampung
102.037
2
28.100
Ayam Ras Petelur
3
4
18.715
Itik
Domba
5.332
5
Kambing
1.005
6
Sapi Perah
415
7
Kerbau
254
8
Kuda
30
9
10 SaEi Potong
5
Sumber: Dinas pセエ・イョ。ォ@
Kabupaten Sukabumi, 1998 dan 1999
No
Tahun 1999
1.747.200
133.817
251.000
18.921
5.685
9.40
553
323
43
28
Tabel 4 menunjukkan bahwa populasi ternak unggas terutama ayam ras
pedaging mempunyai populasi yang sangat besar. Sapi perah merupakanjenis ternak
ruminansia yang mempunyai populasi terbesar. Ini menunjukkan bahwa ternak sapi
perah telah lama dikenal oleh masyarakat Kecamatan Sukaraja.
24
Karakteristik Peternak Contoh
Karakteristik peternak sapi perah yang dilihat pada penelitian ini antara lain
umur, pendidikan, mata pencaharian, penguasaan dan pemilikan ternak, besar
keluarga, lama beternak dan skala usaha.
Umur
Peternak contoh sapi perah rata-rata berumur 41 tahW1 dengan kisaran umur
dari 15 - 85 tahun (Tabel 5).
Tabel 5. Distribusi Peternak Contoh menurut Umur di Kecamatan Sukaraja
KeJompok Umur (tahW1)
Jumlah responden (orang)
Persentase (%)
15 - 35
16
26,67
36-55
35
58,33
9
15,00
60
100,00
> 55
Total
Dari Tabel 5 terlihat bahwa 85 persen peternak sapi perah tergolong tenaga
kerja dalam batas usia produktif 15 - 55 tahW1. Kondisi ini berarti masih
memW1gkinkan W1tuk peningkatan ketrampilan dalam memelihara ternak sebab
kelomJ>ok usia tersebut umumnya dicirikan dengan kondisi fisik dan kemampuan
berpikir yang masih kuat. Interval umur yang frekuensinya paling besar terletak pada
kelompok umur 36 - 55 tahW1 sebesar 58,33 persen dan hanya 15 persen yang berada
diatas usia kerja produktif.
25
Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana yang dapat menambah pengetahuan
seseorang untuk dapat mengerjakan sesuatu lebih cepat dan tepat. Menurut Mosher
(1987), pendidikan merupakan faktor-faktor pelancar pembangunan pertanian. Petani
men genal pengetahuan, ketrampilan dan cara-cara baru dalam melakukan kegiatan
usahataninya melalui pendidikan.
Ditinjau dari segi pendidikan, petemak di
Kecamatan Sukaraja mayoritas tamatan SD. Petemak yang mencapat tingkat
pendidikan lllJ1iutan pertama 11,67 persen dan 1,66 persen mencapal tingkat
pendidikan lanjutan atas.
Secara umum, tingkat pendidikan petemak sapi perah di Kecamatan Sukaraja
tergolong rendah (Tabel 6). Pengetahuan mereka mengenai betemak diperoleh dari
warisan orang tua, pengalaman sendiri atau belajar dari pengalaman orang lain.
Tabel 6. Distribusi Petemak Contoh menurut Tingkat Pendidikan di
Kecamatan Sukaraja
Pendidikan
Jumlah responden
Persentase
4
6,67
48
80,00
SLTP
7
11,67
SLTA
1
1,66
60
100,00
Tidak tamat SD
SD
Total
Kecepatan petemak dalam menyerap atau menenma infonnasi maupun
inovasi akan berpengaruh pada tingkat produktivitas. Infonnasi maupun inovasi yang
didapatkan akan diterapkan dalam usaha petemakan mereka, sehingga produksi akan
26
meningkat. Tingkat pendidikan yang tinggi akan menyebabkan infonnasi mudah
diserap serta mudah dalam menerima dan mencoba inovasi baru untuk memlljukan
usaha petemakan sapi perah. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin
tinggi juga tingkat produktivitasnya.
Selain pendidikan fonnal, pendidikan non fonnal juga menunjang proses
pembangunan pertanian khususnya di bidang peternakan.
Pendidikan dan latihan
merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan sumber daya
manusia. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan di luar pendidikan fonnal dapat pula
meningkatkan produktivitas kerja.
Peternak yang diambil sebagai responden di Kecamatan Sukaraja,
16,67
persen diantaranya pernah mengikuti pendidikan non fonnal seperti latihan memerah,
kursus pemeliharaan, cara-cara melakukan Inseminasi Buatan, dan lain sebagainya
yang dapat menunjang produktivitas dan menambah penghasilan keluarga.
Mata Pencaharian
Pada umumnya usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Sukaraja
merupakan mata pencaharian utama (Tabel 7).
Tabel7. Distribusi Peternak Contoh menurut Mata Pencaharian Utama di
Kecamatan Sukaraja
Mata Pencaharian
Jumlah responden
Persentase
Beternak Sapi Perah
39
65,00
Bertani
14
23,33
7
11,67
60
100,00
Di luar Pertanian
Total
27
Hasil penelitan menunjukkan bahwa 65 persen petemak mengusahakan usaha
petemakan sapi perah sebagai mata pencaharian utama, sedangkan 23,33 persen
petemak yang mempunyai mata pencaharian utama sebagai petani dimana betemak
sebagai usaha sambilan dan 11,67 persen sisanya bekerja di luar pertanian, betemak
sapi perah hanya sebagai sambilan.
Petemak yang memilih usaha petemakan sapi perah sebagai mata pencaharian
utama, terdorong oleh sifat produksi sapi perah yang tidak bersifat musiman dan
dapat dijadikan sebagai penghasilan keluarga, di samping itu para petemak juga
terdorong oleh adanya kemudahan yang diberikan pemerintah melalui koperasi yaitu
dengan adanya paket kredit sapi perah, pasokan konsentrat dan penampungan serta
pemasaran susu secara kolektif oleh KUD Gemah Ripah.
Penguasaan dan Pemilikan Ternak
Pemilikan sapi perah di Kecamatan Sukaraja sangat bervariasi yaitu berkisar
satu ekor hingga lebih dari sepuluh ekor untuk setiap petemak. Rata-rata pemilikan
temak dari 60 petemak contoh sebesar 4,03 satuan temak, sedangkan persentase sapi
laktasi sebesar 54,60 persen. lumlah sapi laktasi tersebut secara teknis tennasuk
kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan pendapat Sudono (1999), yang
merJelaskan bahwa minimal persentase sapi laktasi 60 persen.
Sudono (1999) berpendapat bahwa persentase sapi laktasi secara teknis
termasuk efisien apabila persentase sapi laktasi sekurang-kurangnya 60 persen dari
jumlah sapi yang dipelihara agar produksi susu dapat berIangsung kontinu dan usaha
petemakan dapat, menghasilkan keuntungan yang memadai, sehingga
SAP1 PERAH RAKYAT DI KECAMATAN SUKARAJA
KABUPATEN SUKABUMI PROPINSI JAWA BARAT
SKRIPSI
FRANCISKA RATNA D.P.
JURUSAN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000
RINGKASAN
FRANCISKA RATNA D.P. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja pada Usaha
Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Sukamja Kabupaten Sukabumi
Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
: Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi.
Pembimbing Anggota : Ir. Ujang Sehabudin
Tenaga kerja pada usaha petemakan sapi perah rakyat berasal dari tenaga
kerja keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja keluarga berperan penting dalam
setiap kegiatan usahaternak.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui curahan tenaga kerja keluarga
dan luar keluarga dalam usaha peternakan sapi perah, (2) mengetahui produktivitas
tenaga kerja pada usaha petemakan sapi perah dan (3) menentukan faktor- faktor
yang mempengaruhi produktivitas tenaga kej a pada usaha peternakan sapi perah.
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data prinier
dikumpulkan melalui kuesioner berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara
dengan petemak. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait seperti
KUD Gemah Ripah dan Dinas Peternakan Kabupaten Sukabumi. Pengambilan
sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). Sampel yang
diambil sebanyak 60 peternak sapi perah di Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Sukabumi. Data yang diperoleh ditabulasikan kemudian dianalisis menggunakan
analisis deskriptif, analisis produktivitas dan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa curahan tenaga keja dalam kegiatan
usahatemak sapi perah sebesar 2,52 HKPihari untuk tenaga kej a keluarga dan tenaga
kerja luar keluarga 1,s 1 HKF'ihari.
Hasil perhitungan didapatkan rata-rata
produktivitas teknis tenaga kerja keluarga sebesar 4,32 ST/HKP dan tenaga kerja luar
keluarga sebesar 4,29 ST/HKP. Sedangkan rataan produktivitas ekonomis tenaga
kerja keluarga sebesar Rp 8.150,60/HKP dan tenaga k e j a luar keluarga sebesar Rp
10.372,32/HKP. Berdasarkan analisis regresi berganda, diperoleh nilai R~ adjusted
sebesar 0,808 yang berarti bahwa 80,s persen variasi produktivitas tenaga kerja pada
usaha peternakan sapi perah dapat dijelaskan oleh variasi dalam pengalaman,
pendapatah usahaternak sapi perah, curahan tenaga keja dan pendidikan.
Berdasarkan uji F (a=0,01) menunjukkan bahwa seluruh variabel-variabel
independen (pengalaman, pendapatan usahaternak sapi perah, curahan tenaga kerja
dan pendidian) dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
produktivitas tenaga keja. Berdasarkan uji t, diperoleh bahwa variabel-variabel yang
berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kej a adalah pengalaman (a=0,0 I),
pendapatan usahaternak sapi perah (a=0,01), curahan tenaga keja (a=0,05) dan
p e n d i d i i (a=0.01) dengan nilai koefisien regresi berturut-turut: 0,113; 0,000094;
2,190; - 0,6604.
ANALISIS PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA USAHA PETERNAKAN
SAP1 PERAH RAKYAT DI KECAMATAN SUKARAJA
KABUPATEN SUKABUMI PROPINSI JAWA BARAT
Skripsi mempakan salah satu syarat untuk rnernperoleh
gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor
OLEH:
FRANCISKA RATNA D.P.
DO3496024
JURUSAN SOSLAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000
ANALISIS PRODUKTMTAS TENAGA KERJA PADA USAHA PETERNAKAN
SAP1 PERAH RAKYAT DI KECAMATAN SUKARAJA
KABUPATEN SUKABUMI PROPINSI JAWA BARAT
Oleh:
Franciska Ratna D.P.
DO3496024
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 16 November 2000
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota
Ir. Ujang Sehabudin
Ketua Jurusan
Sosial Ekonomi Industri Petemakan
Fakultas Petemakan
Institut Pertanian Bogor
Dekan
Fakultas Petemakan
Institut Pertanian Bogor
Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA.
Prof. Dr. Ir. Soedarmadi H., MSc.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rembang pada tanggal 3 Desember 1977, sebagai anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak M. Risdiono dan Ibu E. Sri Hartini.
Pada tahun 1982, penulis mulai masuk sekolah Taman Kanak-kanak Santa
Maria Rembang, dan selanjutnya masuk ke SD Katolik Rembang, lulus pada tahun
1990. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan ke SMP Ov. Slamet Riyadi
Rembang dan lulus pada tahun 1993. Kemudian penulis ~nelanjutkanke SMU Negeri
2 Rembang, lulus pada tahun 1996. Pada tahun itu juga penulis diterima sebagai
mahasiswa Fakultas Petemakan Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Undangan Masuk Seleksi IPB).
Selama kuliah, penulis aktif di organisasi paduan suara "Agria Swara" IPB.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Petemakan, penulis
melakukan penelitian yang bejudul
"
Analisis Produktivitas Tenaga Kerja pada
Usaha Petemakan Sapi Perah Rakyat Di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi
Propinsi Jawa Barat", dibawah bimbingan Ibu Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi dan
Bapak Ir. Ujang Sehabudin.
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kasih atas
Kasih dan Anugrah yang telah diberikannya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa penghargaan dan ucapan
terimakasih kepada:
1. Keluargaku tercinta: Papa, Mama dan adikku Wawan atas cinta kasih, doa dan
dukungan yang telah diberikan selama ini.
2. Ibu Ir. Lucia Cyrilla ENSD, MSi dan Bapak Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dari awal hingga
selesainya skripsi ini.
3. Bapak Ir. H. Amimddin Saleh, MS dan Ibu Dr. Hj. Nur Aeni Sigit, MS atas
kesediaannya sebagai dosen penguji.
4. Bapak Ir.
Alla Asmara atas kesediaannya sebagai dosen penilai pada saat
seminar.
5. Bapak Siroj, Bapak Ajad dan seluruh staf KUD Gemah Ripah yang telah
membantu penulis selama melakukan penelitian.
6. Mak Enyik dan Teh Een yang telah memberikan tempat naungan selama penulis
melakukan penelitian.
7. Staf Akadernik Fapet: Pak Ali, Pak Tibian, Pak Rosyid dan Nana atas keIjasarna
dan bantuan yang diberikan.
8. Mas Adi Tedjo dan Frater Untung, terirnakasih atas doa dan dukungannya.
9. Fajar, Vilda, Evayanti, Melati, Marlina, Endan, Yusrizal, Nugraheni, Yuliadini
dan ternan-ternan SEIP'33 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Tak
lupa untuk sahabatku Wida, terirnakasih atas persahabatannya selarna ini
10. Ternan-ternanku di Pondok Kantika: Mami, Tiur, Widia, Linda, Jule, Mbak Ary,
Dwi, Santi, Antiek, Labueni, Elsa, Daniek, Bhe dan Mbak Elisa, terirnakasih
banyak atas hiburan, pengertian dan doa yang diberikan, serta kebersarnaannya.
11. Ternan-ternan "",t9ie'l",t S1fj",t'R,,4 " yang tidak rnungkin penulis sebutkan satu
per satu.
12. Ingrid, Andi Manalu, Roland dan Randy, terirnakasih atas bantuannya serta
Handy ternan setiaku dari SD.
13. Sernua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas dukungan dan
doa sehingga penulis dapat rnenyelesaikan skripsi ini.
Penulis rnenyadari bahwa skripsi ini rnasih jauh dari sernpuma, narnun penulis
berharap tulisan ini dapat bennanfaat bagi yang rnernbacanya.
Bogor, 3 Desernber 2000
Penulis
DAFfARISI
Halaman
RINGKASAN ........................................................................................ .
RIWA YAT HID"UP.................................................................................
II
KA TA PENGANTAR ............................................................................
iii
DAFTAR TABEL...................................................................................
VII
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
IX
PENDAHULUAN...................................................................................
1
Latar Belakang .................................................................................
I
Pennasalahan....................................................................................
2
Tujuan Penelitian .............................................................................
3
Kegunaan Penelitian.........................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................
5
Usaha Petemakan Sapi Perah...........................................................
5
Tenaga KeIja sebagai Faktor Produksi ............................................
8
Curahan Tenaga Kerja......................................................................
9
Produktivitas Tenaga KeIja ..............................................................
11
METODE PENELITIAN........................................................................
14
Populasi dan Sampel............................................................ .... .... ....
14
Pengumpulan Data ...........................................................................
14
Data dan Instrumentasi. ... ....... ... .............. .........................................
14
Analisis Data ....................................................................................
15
Batasan IStilall.. ................................. .................... ...........................
20
Halaman
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
22
Keadaan Umum Lokasi Penelitian...................................................
22
Penduduk dan Mata Pencaharian ................... :.................................
23
Keadaan Petemakan .........................................................................
24
Karakteristik Petemak Contoh .........................................................
25
\ Produksi Susu...................................................................................
32
Curahan Tenaga Kerja......................................................................
32
Produktivitas Tenaga Kerja ............................................................. .
38
Faktor - faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga KeIja...
40
KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................
43
Kesimpulan ......................................................................................
43
Saran .......................... ,......................................................................
44
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
45
LAMPlRAN............................................................................................
47
DAFTAR TABEL
Nomor
Teks
Halaman
1
Produksi Susu Bangsa - bangsa Sapi Perab ................................
6
2
Bentuk Peningkatan Produktivitas Tenaga Kelja .......................
12
3
Penduduk Kecamatan SUkaraja menurut Jenis
Mata Pencabarian ........................................................................
23
Populasi Ternak di Kecamatan Sukaraja Tahun 1998 dan 1999
(ekor)...........................................................................................
24
Distribusi Peternak Contoh menurut Umur di Kecamatan
Sukaraja.......................................................................................
25
Distribusi Peternak Contoh menurut Tingkat Pendidikan di
Kecamatan Sukaraja....................................................................
26
Distribusi Peternak Contoh menurut Mata Pencabarian Utama
di Kecamatan Sukaraja................................................................
27
Rata-rata Komposisi Pemilikan Sapi Perab di Kecamatan
Sukaraja.......................................................................................
29
Besar Anggota Keluarga Peternak Contoh di Kecamatan
Sukaraja ................ :......................................................................
30
Lama Beternak Sapi Perab dari Peternak Contoh di Kecamatan
Sukaraja.......................................................................................
31
Skala Usaba Beternak Sapi Perab Peternak Contoh di
Kecamatan Sukaraja....................................................................
31
Curahan Tenaga Kelja Peternak Contoh pada Usaba
Peternakan Sapi perah berdasarkan Jenis Pekeljaan ...................
34
Produktivitas Teknis dan Ekonomis Tenaga Kerja pada Usaba
Peternakan Sapi Perab Rakyat di Kecamatan Sukaraja ...............
39
4
5
6
7
8
9
10
II
12
13
"'y
Nomor
14
15
Teks
Halaman
Hasil Analisis Regresi Faktor - faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas Tenaga Kerja pada Usaha Petemakan Sapi
Perah Rakyat di Kecamatan Sukaraja ......................................... .
41
Uji Multikolenearitas Faktor - faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas Tenaga Kerja pada Usaha Petemakan Sapi Perah
Rakyat dengan Matrik Korelasi Pearson ..................................... .
42
DAFTAR LAMPlRAN
Nomor
Teks
Halaman
Faktor - faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga
Kerja pada Usaha Petemakan Sapi Perah Rakyat......................
48
2
Hasil Analisis Regresi Berganda ............................................... .
50
3
Uji Heterokedastisitas dengan Menggunakan Model Goldfield
dan Quant .................................................................................. .
51
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Petemakan sebagai bagian dari usaha pertanian berusaha untuk terus
meningkatkan peranannya sebagai penghasil produk pangan asal temak yang bemilai
gizi tinggi. Salah satu tujuan pengembangan petemakan dalam Pembangunan Lima
Tahun (Pelita) VI adalah untuk meningkatkan produksi hasil temak, yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan protein hewani berupa daging, telur, dan susu serta untuk
meningkatkan pendapatan petemak. Dalam upaya meningkatkan peranannya,
subsektor petemakan juga harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
terlibat di dalamnya.
Petemak sebagai pengelola usaha petemakan rakyat dan
karyawan di perusahaan petemakan, keduanya merupakan sumber daya yang terlibat
langsung dalam subsektor petemakan.
Sektor petemakan sapi perah merupakan salah satu sektor usaha petemakan
yang prospeknya cukup baik. Dalam perkembangannya usaha petemakan sapi perah
di Indonesia umurnnya dilakukan dalam dua bentuk yaitu petemakan sapi perah
rakyat kecil dan perusahaan petemakan sapi perah.
Kedua jenis usaha tersebut
umurnnya berada di daerah dataran tinggi yang beriklim sejuk sesuai dengan kondisi
yang diperlukan untuk betemak sapi perah.
Sebagai upaya untuk meningkatkan
usaha petemakan sapi perah diperlukan teknologi yang tepat dan sesuai sehingga
diharapkan dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan petemak memperoleh
keuntungan yang optimal.
Perencanaan pembangunan peternakan senng mengalami kesulitan karena
infonnasi yang tersedia mengenai penyerapan tenaga kerja dalam subsektor
peternakan dirasakan masih terbatas. Umumnya tenaga kerja yang digunakan pada
usaha peternakan adalah tenaga kerja keluarga. Keterlibatan tenaga kerja keluarga
dalam suatu usaha peternakan sapi perah berperan penting dalam setiap kegiatan
usahatani sehubungan dengan tingkat produktivitas yang dicirikan oleh pendapatan
total.
Alokasi tenaga kerja pada berbagai kegiatan usahatani ternyata belum
berimbang, karena petani terlalu mengkonsentrasikan kerja pada pengolahan lahan
untuk memenuhi kebutuhan pangan sehingga kegiatan usahatani lainnya kurang
mendapat perhatian. Pengalokasian tenaga kerja yang belurn terarah ini menunjukkan
bahwa petani belurn dapat berpikir dan bekerja secara proporsional, terutama dalam
mencari kesempatan untuk memperoleh keuntungan dalam alokasi penggunaan
tenaga kerja yang belum optimal. Berdasarkan hal itu, kajian mengenai produktivitas
tenaga keIja dalam usaha peternakaan sapi perah perlu dilakukan dalam rangka
pengelolaan yang lebih terencana dan ekonomis untuk mendapatkan hasil yang
optimal dengan pemakaian tenaga kerja yang produktif dan efisien.
Permasalahan
Usaha peternakan sebagai bagian dari usaha pertanian mengalami
perkembangan yang cukup pesat untuk meningkatkan peranannya, terutama kualitas
surnber daya manusia yang digunakan. Tenaga keIja sebagai input dalam usahatani
memiliki dua fungsi yaitu: (I) Sebagai pekerja dan (2) Sebagai pengelola seluruh
input yang digunakan.
Besar kecilnya penggunaan tenaga keIja akan turut
2
menentukan pendapatan usaha yang dilakukan.
Melihat besarnya pengaruh dan
peranan tenaga keIja dalam usaha peternakan maka penelitian ini mencoba menjawab
permasalahan:
(I)
Berapa besar curahan tenaga kerja dalam usaha peternakan sapi perah, baik
tenaga keIja keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga?
(2)
Bagaimana produktivitas tenaga kerja pada usaha peternakan sapi perah? V
(3)
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam usaha
peternakan sapi perah terse but?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, rnaka tujuan dari
penelitian adalah:
(I)
Mengetahui curahan tenaga kerja dalam usaha peternakan sapi perah, baik
tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga.
(2)
Mengetahui produktivitas'tenaga kerja pada usaha peternakan sapi perah.
(3)
Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja
pada usaha peternakan sapi perah.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
(I)
8agi peternak, dalam rangka mengevaluasi penggunaan tenaga kerja dalam
usaha peternakan sapi perah sehingga diperoleh penggunaan yang optimal.
(2)
8agi pemerintah dan instansi terkait, khususnya Dinas Peternakan dan
koperasilKUD sapi perah, sebagai masukan bagi pengembangan usaha
peternakan sapi perah di wilayahnya.
(3)
8agi penelitian selanjutnya, sebagai bahan informasi dengan penelitian yang
lebih luas, baik cakupan anal isis maupun wilayah.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Peternakan Sa pi Perah
Berdasarkan Undang-undang No 6/1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Petemakan dan Kesehatan Hewan usaha petemakan dikelompokkan menjadi dua
bentuk, yaitu: (1) Usaha petemakan; dan (2) Perusahaan petemakan. Berdasarkan
jumlah sapi perah yang dipelihara, petemakan sapi perah dapat dibagi atas petemakan
kecil atau petemakan rakyat dan petemakan besar atau perusahaan petemakan.
Petemakan rakyat memelihara sapi perah paling banyak sepuluh ekor, pada umumnya
tidak memiliki lahan khusus untuk penanaman hijauan pakan dan menggantungkan
kebutuhan hijauan pakan pada rumput-rumput alamo
Petemakan besar atau
perusahaan petemakan memiliki sapi perah lebih dari sepuluh ekor, pada umumnya
sudah memiliki lahan untuk tanaman hijauan meskipun kadang-kadang belum
mencukupi dan sedikit banyak masih tergantung pada rumput-rumput alam (Siregar,
1996). Menurut Djarsanto (1992),
usaha petemakan rakyat mempunyai ciri-ciri
antara lain skala usaha kecil atau rumah tangga dengan tipologi sebagai cabang usaha,
teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk kurang terjamin, belum
sepenuhnya berorientasi pasar dan belum peka terhadap perubahan-perubahan.
Perusahaan petema.!(an merupakan usaha petemakan yang diselenggarakan dalam
suatu perusahaan secara komersial dan mempunyai ijin usaha, serta dalam proses
produksinya telah menggunakan teknologi baru.
Erwidodo (1993) menyatakan
bahwa petemakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha keluarga di
· pedesaan dalam skala kecil, sedangkan skala usaha besar masih sangat terbatas dan
umumnya merupakan usaha sapi perah yang baru tumbuh.
Guswar (Wiyono, 1997) merinci usaha petemakan sapi perah mulai dari skala
kecil (5-20 ekor), menengah (21-200 ekor), dan besar (Iebih dari 200 ekor). Usaha
petemakan sapi perah skala kecil pada umumnya adalah usaha sambi Ian di samping
pekerjaan utama sebagai petani.
Peternak skala usaha menengah sudah mampu
mengembangkan penelitian, tetapi masih tergantung pada instansi lain (Perguruan
Tinggi).
Peternak skala besar sudah merupakan industri dengan menggunakan
manajemen, teknologi penelitian yang canggih untuk rneningkatkan mutu genetik dan
tatalaksana pemeliharaannya. Usaha skala besar ini diharapkan dapat menjadi mitra
yang baik bagi usaha peternakan sapi perah menengah dan keci!.
Menurut Blakely dan Bade (1991) ada lima bangsa sapi perah yang dikenal di
daerah tropik yaitu Ayrshire, Brown Swiss, Guernsey, Jersey, dan Fries Holland. Di
Indonesia sapi perah yang dipelihara umumnya bangsa sapi perah Fries Holland (FH)
dan peranakannya.
Sapi perah FH merupakan bangsa sapi perah yang memiliki
tingkat produksi susu tertinggi dan kadar lemak terendah dibandingkan dengan
bangsa sapi perah lainnya (Tabel I).
Tabel I. Produksi Susu Bangsa-bangsa Sapi Perah
Bangsa Sapi Perah
Ayrshire
Brown Swiss
Guernsey
Fries Holland
Jersey
Rataan Produksi Susu (Kgffahun)
5.000
5.000 - 5.500
4.500
5.750
4.000
Persentase Lemak Susu (%)
4,0
4,0
4,7
3,7
5,0
Swnber: Blakely dan Bade, (1991).
6
Menurut Sudono (1999), masa laktasi sapi adalah masa dimana sapi itu
sedang menghasilkan susu antara waktu beranak dengan masa kering. Produksi susu
per hari mulai menurun setelah laktasi dua bulan. Kadar lemak susu mulai menurun
setelah satu sampai dua bulan masa laktasi, dan setelah dua sampai tiga bulan masa
laktasi maka kadar lemak susu mulai konstan dan naik sedikit. SelruUutnya dikatakan
juga bahwa sapi yang beranak pada umur yang tua (3 tahun) akan menghasilkan susu
yang lebih ban yak daripada sapi yang beranak pada umur muda (2 tahun). Produksi
susu akan terus meningkat dengan bertambahnya umur sapi sampai tujuh atau
delapan tahun. Meningkatnya hasil susu tiap laktasi dari umur dua tahun sampai
umur tujuh tahun itu disebabkan bertambah besamya sapi karena pertumbuhan dan
jumlah tenunan-tenunan pembuluh dalam ambing bertambah. Setelah umur tujuh
sampai delapan tahun produksi susu akan menurun sedikit demi sedikit sampai sapi
berumur II atau 12 tahun. Turunnya produksi susu disebabkan aktivitas-aktivitas
kelenjar-kelenjar ambing sudah berkurang. Kemampuan sapi dara untuk berproduksi
tidak hanya dipengaruhi oleh pertumbuhan badannya, tetapi juga pertumbuhan
ambingnya yang mencapai pertumbuhan yang maksimum pada laktasi ketiga atau
keempat.
Hasil penelitian Pardede (1998) menjelaskan bahwa rata-rata produksi susu di
Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung sebesar 14,64 liter/ekorlhari. Hasil
penelitian Simbolon (1999) mengungkapkan bahwa rataan produksi susu di
Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur sebesar 12 liter/ekorlhari. Hasil penelitian
Chaprialin (2000) meIijelaskan bahwa di Kecamatan Sukabumi diperoleh rata-rata
produks'si susu sebesar 12,79 liter/ekorlhari. Biaya produksi dalam usaha petemakan
7
sapi perah adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usaha petemakan sapi perah
yang mencakup biaya pakan, tenaga ketja, pembangunan kandang, peralatan, obatobatan, dan transportasi (Siregar, 1996).
Tenaga Kerja sebagai Faktor Produksi
Tenaga kerja atau man power menurut Simanjuntak (1998) adalah kelompok
penduduk dalam usia kerja (working-age population).
Secara praktis pengertian
tenaga kerja dan bukan tenaga kerja yang dibedakan hanya oleh batas umur.
Berdasarkan Undang-undang No 25 Tahun 1997 tentang ketenagakerjaan telah
menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun, sehingga tenaga kerja didefinisikan
sebagai penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih.
Mubyarto (1989) menyatakan bahwa faktor produksi pertanian terdiri dari
lahan, tenaga kerja, dan modal. Oleh karena itu, pertumbuhan tanaman dan hewan
yang baik pada areal tanah tertentu merupakan hasil kerjasama antar manusia dan
modal yang digunakan. Dikatakan pula bahwa untuk mencapai produksi yang sesuai
dengan yang diinginkan dalam usahatani maka faktor manusia sebagai petani sangat
berperan. Tenaga kerja dalam usahatani merupakan faktor penting khususnya tenaga
ketja petani dan anggota keluarganya, dimana tenaga kerja menjadi unsur penentu
terutama dalam usahatani komcrsial (Tohir, 1991).
Tcnaga ketja dalam usahatani sebagian besar berasal dari keluarga petani
sendiri yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak. Tenaga kerja
dari luar keluarga dapat berupa tenaga ketja harian atau borongan tergantung pada
keperiuan (Mubyarto, 1989). Dikatakan juga bahwa peranan seorang petani dalam
8
usahatani tidak hanya menyumbangkan tenaganya melainkanjuga seorang pemimpin
usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan.
Menurut Hemanto (1989), tenaga kerja dibedakan atas tiga jenis, yaitu tenaga
kerja manusia, tenaga kerja temak, dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia
dapat
mengerjakan
semua Jems
pekerjaan
usahatani
berdasarkan
tingkat
kemampuannya. Tenaga kerja temak digunakan untuk pengolahan tanah dan untuk
angkutan sedangkan tenaga kelja mekanik digunakan untuk pengolahan tanah,
pemupukan, penanaman dan lain-lain yang sifatnya substitusi pengganti tenaga kerja
temak dan atau manusia.
Faktor tenaga kerja di dalam usaha petemakan harus diperhitungkan, karena
biaya tenaga kerja merupakan biaya produksi terbesar kedua setelah biaya pakan
yaitu 20-30 persen dari biaya produksi. Penggunaan tenaga kerja yang efisien pada
usaha petemakan sapi perah di Indonesia, yaitu seorang tenaga kerja menangani
enam sampai tujuh ekor sapi dewasa (6 -7 ST). Berdasarkan hal ini maka makin
tinggi efisiensi penggunaan tenaga kerja maka makin tinggi pendapatan yang akan
diterima (Sudono, I 999}.
Curahan Tenaga Kerja
Menurut Soekartawi et al (1986}) anggapan yang biasa dipakai tanpa
memperhatikan kebiasaan bekerja adalah bahwa delapan jam kerja sarna dengan satu
hari kerja.
Oleh karena itu dalam prakteknya digunakan ukuran setara jam kerja
tenaga kerja pria dewasa atau hari kerja pria (HKP) dengan menggunakan faktor
konversi 0,8 HKP untuk wanita dan 0,5 HKP untuk anak-anak.
NセM
Mセ
-- ------
Kelemahan dari
9
pendekatan ini adalah bahwa seorang pekerja wanita atau anak-anak dianggap bekerja
efektif seperti seorang pria. Widagdo (Rivianti, 1993) menyatakan bahwa dalam satu
tahun seseorang bersedia bekelja selama 300 hari kerja sedangkan pada usaha
petemakan yang digunakan untuk pemeliharaan temak adalah sekitar 50 persen dari
waktu yang lazim dipergunakan untuk usaha pertaniannya.
Hasil penelitian Syaf (1993) menyatakan semakin tinggi urnur petemak maka
curahan jam kerja petemak pada usaha sapi perah akan semakin menurun. Semakin
tinggi pendidikan petemak maka curahan jam keljanya akan semakin besar, karena
apabila petemak mempunyai pendidikan yang cukup tinggi maka petemak tersebut
akan lebih mudah menerima dan mencoba metode-metode baru dalam pemeliharaan
temak seperti pemberian pakan hijauan unggul seperti Penniseturn purpureurn,
melakukan pencatatan produksi, dan inseminasi buatan. Semakin tinggi pendidikan
anak-anak maka curahan jam kerja anak akan semakin menurun karena anak lebih
memusatkan perhatiannya pada pendidikan yang sedang ditempuh yaitu belajar dan
sekolah.
Semakin banyak anggota keluarga maka curahan jam kerja istri akan
semakin menurun karena istri lebih banyak mengurus keperJuan keluarga, misalnya
menjaga anak dan mengurus dapur.
Hasil penelitian Pardede (1998)
ュ・ョセェオォ。@
rataan curahan jam kerja yang
mencakup tenaga kelja keluarga maupun tenaga kelja luar keluarga dalam mengelola
usaha sapi perah adalah 14,67 jamlhari.
Sihite (1998) dalam penelitiannya
mendapatkan perbandingan antara pemilikan sapi perah dengan curahan jam kerja
adalah 1,85 STIHKP yang berarti bahwa untuk memelihara 1,85 satuan ternak
membutuhkanjumlah tenaga kerja sebesar satu HKP setiap harinya. Rivianti (1993)
10
mengemukakan bahwa peranan tenaga kerja pria dalam pemeliharaan ternak sapi
perah adalah mencari hijauan, membersihkan kandang, memperbaiki kandang,
memandikan sapi, dan memerah susu.
Tenaga keIja wanita biasanya melakukan
pekerjaan mencacah hijauan, memberi makan dan minum.
Tenaga keIja luar
keluarga biasanya melakukan pekerjaan memberi makan dan minum, membersihkan
kandang, memandikan sapi, memerah susu, mengawinkan sapi, mengangkut susu,
mencari hijauan, dan mencacah hijauan.
Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran)
dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu
(Simanjuntak, 1998).
Pernyataan yang sarna diungkapkan oleh Reksohadiprodjo
(1995) bahwa produktivitas adalah peningkatan proses produksi. Proses peningkatan
produksi berarti perbandingan yang membaik antara jumlah sumber daya yang
dipergunakan (masukan) dengan jumlah barang dan jasa yang diproduksi (keluaran).
Pengurangan dalam masukan dengan pengeluaran tetap atau kenaikan keluaran
dengan masukan tetap merupakan peningkatan produktivitas.
Menurut Simanjuntak (1998), peningkatan produktivitas dapat terwujud
dalam empat bentuk (Tabel 2).
Selanjutnya juga dijelaskan bahwa peningkatan
produktivitas manusia merupakan sasaran yang strategis karena peningkatan
produktivitas faktor-faktor produksi lain (alam dan modal) sangat tergantung pada
kemampuan tenaga manusia memanfaatkannya.
11
Tabel 2. Bentuk Peningkatan Produktivitas Tenaga KeIja
Uraian
Mula-mula
Bentuk I
Bentuk2
Bentuk 3
Bentuk 4
100
80
90
Output
120
120
135
Indeks Prestasi
1.2
1.5
1.5
100
120
150
180
1.5
1.5
iョセオエ@
Keterangan
Input berkurang, output sarna
Input berkurang, output lebih
banyak
Input sarna, output lebih banyak
Input meningkat, output lebih
「。ョセォ@
Sumber: Simanjuntak, (\998)
Meningkatnya mutu pendidikan berhubungan dengan produktivitas karena hal
Inl
berkaitan dengan kemampuan untuk lebih memahami dan mengadaptasi
perubahan-perubahan di lingkungan kerjanya dengan lebih cepat.
Akibatnya
peningkatan mutu pendidikan cenderung memudahkan pengembangan teknologi dan
pertumbuhan produktivitas (Moelyono, 1993).
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah kelangkaan sumber
daya yang diukur dari rasio modal dan tenaga kerja, perubahan angkatan kerja,
inovasi, teknologi dampak regulasi dan kualitas keIja. Ditambahkan juga bahwa
kenaikan sumbangan tenaga keIja pada produktivitas adalah karena tenaga keIja lebih
sehat, lebih terdidik, dan lebih bergizi. Produktivitas dapat pula meningkat karena
hari keIja yang lebih pendek, biasanya perbaikan produksi 20 persen, karena
peningkatan kualitas keIja (Reksohadiprodjo, 1995). Pardede (1998) mengemukakan
bahwa tingkat pendidikan juga mempengaruhi produktivitas petemak.
Semakin
tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah petemak menyerap informasi dan mencoba
inovasi baru dalam menunjang usahanya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula produktivitasnya. Ada tiga
12
faktor yang mempengaruhi kualitas tenaga keIja dan pada gilirannya juga
mempengaruhi produktivitas tenaga keIja, yaitu sikap keIja, pengetahuan dan
ketrampilan, dan kesempatan atau peluang (Cascio dalam Ekawati, 1998).
Hasil penelitan Triyono (1990) mengungkapkan bahwa dengan meningkatnya
umur maka produktivitas petemak akan menurun, karena kondisi fisik petemak yang
semakin tua. Pemyataan yang sarna diungkapkan oleh Ridwan (1993) dalam hasil
penelitiannya yang mengungkapkan bahwa antara umur petemak dengan curahan jam
kerja petemak berkorelasi sangat nyata dimana semakin tinggi umur petemak maka
curahanjam kerjanya pada usaha sapi perah akan semakin menurun.
Hasil penelitian Rivianti (1993) tentang Analisis Tenaga KeIja pada Usaha
Petemakan Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor menyatakan
bahwa efisiensi teknis usahatemak sapi perah adalah sebesar 21,61 literlHKP artinya
satu HKP tenaga keIja hanya mampu menghasilkan produksi susu sebesar 21,61
literlhari.
Hasil penelitan Pardede (1998) tentang Dampak Penyuluhan terhadap
Produktivitas Tenaga Kerja Petemak Sapi Perah di Pangalengan Bandung
mengungkapkan bahwa rataan produktivitas keIja petemak adalah 47,61 literlHKP,
yang berarti bahwa satu HKP tenaga keIja menghasilkan produksi susu sebanyak
47,61 literlhari.
13
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabwni. Penelitian
ini dilakukan selama dua bulan yaitu dari bulan April sampai Mei 2000.
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah 104 peternak di Kecamatan_Sukaraja
kセャji。エ・ォ⦅qキョゥN@
Sampel diambil sebanyak 60 peternak yang terrnasuk anggota
KUD Gemah Ripah. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple
ramdom sampling).
Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini
sekunder.
adalah data primer dan data
Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada usaha
peternakan dan wawancara dengan peternak yang bersangkutan dengan menggunakan
kuesioner. Data primer mencakup karakteristik peternak sapi perah yang mencakup
tingkat pendidikan, wnur, jumlah tanggungan keluarga, mata pencaharian utarna dan
sambilan, serta deskripsi usahaternak sapi perah yang mencakup pernilikan ternak,
jumlah pakan yang diberikan, penjualan susu, harga susu, total produksi susu,
curahan tenaga kelja keluarga dan luar keluarga, alokasi tenaga kelja keluarga dan
luar keluarga, dan upah atau gaji tenaga kerja. Data sekunder dikwnpulkan dari
instansi terkait seperti KUD Gemah Ripah Kecamatan Sukaraja dan Dinas Peternakan
Kabupaten Sukaburni. Data sekunder mencakup jwnlah peternak sapi perah, populasi
/
\
I.....
ternak sapi perah, harga rata-rata susu dan data lain yang berhubungan dengan
penelitian tersebut.
Analisis Data
Data yang diperoleh ditabulasikan kemudian dilakukan analisis yang
mencakup:
I) Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan hal-hal yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif, seperti keadaan lokasi penelitian, karakteristik peternak,
karakteristik usaha peternakan sapi perah, dan curahan tenaga kerja.
2) Analisis Produktivitas Tenaga KeIja
Produktivitas tenaga keIja adalah perbandingan antara sumber daya yang
digunakan (masukan) dengan jumlah barang dan jasa yang diproduksikan (keluaran).
Pengukuran produktivitas ada dua cara yaitu secara teknis (produktivitas teknis) dan
secara ekonomis (produktivitas ekonomis).
Produktivitas Teknis Tenaga Kerja =
Jumlah Ternak yang dimiliki (ST)
Jumlah Tenaga Kerja (HKP)
Produktivitas Ekonomis Tenaga Kerja =
Pendapatan Usahaternak (Rp)
Jumlah Tenaga Kerja (HKP)
3) Analisis Regresi
Analisis regresi. ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas tenaga keIja dalam usaha peternakan sapi perah rakyat.
Untuk memperjeIas analisis regresi diperlukan spesifikasi model yang akan diduga
15
sesuai dengan ketersediaan data, keterbatasan jumlah sampel dan pengukuran
terhadap faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi produktivitas tenaga ketja dalam
usaha peternakan.
Model yang digunakan adalah model regresi berganda, yaitu persamaan yang
menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam
usaha petemakan.
Model regresi berganda yang dibuat merupakan model yang
diduga sesuai dengan keadaan responden. Secara matematis model regresi berganda
tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Produktivitas tenaga kerja (STIHKP)
Xl = Pengalaman Betemak (tabun)
X2 = Pendapatan Usahatemak Sapi Perah (Rplbulan)
X3 = Curahan Tenaga Ketja (HKP)
D
a
=
Pendidikan (dummy),
D= I
D=O
= Intersep
b.,b:z,b3 ,b4 = koefisien masing-masing variabel independen
e
=
galat
Untuk menentukan faktor yang berpengaruh nyata atau tidak berpengaruh
nyata digunakan uji sebagai berikut (Arief, 1993):
16
a)
Uji - F
Uji - F untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen
secara
bersama - sarna berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kerja.
Fhitung =
Jumlah Kuadrat Regresi /(k-I)
Jumlah Kuadrat Sisa/(n - k)
Keterangan:
n = lumlah sampel
k = lumlah variabel independen
Bila
Fhitung
>
Ftabel.
maka seluruh variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga keIja.
b)
Uji-t
Uji - t untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen
te,rhadap produktivitas tenaga kerja.
bi
;i
=
1,2,3,4
S (bi)
Keterangan: S (bi) ;" standar deviasi
Jika Thitung
> Ttabel. maka variabel ke-i berpengaruh nyata terhadap
produktivitas tenaga keIja.
c)
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan sebagai pengukur tingkat kebaikan
model. Koefisien tersebut menjelaskan variasi total dalam variabel dependent (Y)
yang dijelaskan oleh variasi seluruh variabel independen dalam model. Semakin
17
tinggi keragaman yang dapat diterangkan oleh model terse but, semakin besar
koefisien determinasi.
R2 =
I-JKS
JKT
Keterangan:
R2
=
Koefisien determinasi
JKS = J umlah kuadrat sisa
JKT = Jumlah kuadrat total
Pengujian model dengan menggunakan kriteria ekonometrik yang bertujuan
untuk menguji apakah model tersebut melanggar asumsi - asumsi ekonometrik, yaitu:
1) Pengujian Autocorrelation
Autocorrelation adalah korelasi antar anggota serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu atau ruang.
Pengujian autocorrelation menggunakan
metode statistik d dari Durbin-Watson. ( Nilai d dapat diketahui dari program
komputer kemudian melakukan tes Durbin-Watson dengan menggunakan asumsi
sebagai berikut (Gujarati dan Zain, 1997):
•
Jika hipotesis Ho adalah tidak ada autocorrelation positif, maka jika:
d < dL : menolak Ho
d> du : terima Ho
dL ::::: d::::: du : tidak ada kesimpulan
18
•
Jika hipotesis Ho adalah tidak ada autocorrelation negatif, maka jika:
d> 4-dL : menolak Ho
d< 4 -du : terima Ho
4 - du セ@ d セ@ 4 - dL : tidak ada kesimpulan
•
Jika Ho adalah dua-ujung, yaitu tidak ada autocorrelation baik positif atau
negatif, maka jika:
d < dL : menolak Ho
d> 4-dL : menolak Ho
du < d < 4 - du : terima Ho
dL < d, du atau 4 - du < d < 4 - dL : tidak ada kesimpulan
Keterangan:
d = nilai Durbin- Watson
dL = nilai batas minimum
d u = nilai batas maksimum
2) Pengujian multicollinearity
Multicollinerity adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas diantara
satu dengan yang laitinya.
Pengujian multicollinerity dilakukan dengan
membandingkan koefisien'detenninasi (R2) dengan korelasi sederhana HセI@
antara dua
peubah penjelas. Jika R2 > セ@ berarti tidak terdapat kolinearitas ganda sedangkan bila
セ@
::: R2 berarti terdapat kolinearitas ganda yang serius.
Hasil penguj ian
multicollinearity dapat dilihat pada lampiran 2.
19
3) Aswnsi Heterokedastisitas
Aswnsi homokedastisitas atau penyebaran sarna yaitu varians yang sarna.
Untuk dapat memenuhi asumsi heterokedastisitas perlu diuji kehadiran situasi
heterokedastisitas dalam varians error terms suatu model regresi.
Metode yang
digunakan untuk mendeteksi adalah model Goldfield-Quant (Arief, 1993). Prosedur
pengujiannya dapat dilihat pada lampiran 3.
Batasan Istilah
+ Tenaga kerja adalah tenaga manusia yang digunakan untuk menangani usaha
petemakan sapi perah antara lain memerah, memberi pakan, membersihkan
kandang yang diukur dalarn jarn per hari yang selanjutnya dikonversikan dengan
satuan Hari Kerja Pria (HKP).
•
Tenaga kerja dewasa adalah tenaga keJja yang berusia diatas 15 tahun atau sudah
menikah baik pria maupun wanita.
•
Tenaga kerja anak-anak adalah tenaga keJja yang berada di bawah wnur 15 tahun
baik pria maupun wanita.
•
Tenaga kerja keluarga adalah tenaga kelja yang berasal dari dalam keluarga yang
terdiri dari kepala keluarga (petemak), istri, dan anak-anak.
•
Tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga
petemak yang diberi upah atau ァセゥN@
+ Curahan jam keJja adalah jumlah waktu yang dipakai seorang anggota keluarga
dalam melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dengan ukuran waktu jam per hari.
20
•
Produktivitas tenaga kelja adalah kemampuan seorang tenaga kelja dalam
mengelola usahatemak sapi perah yang diukur dengan STIHKP dan RpfHKP.
•
Petemak sapi perah adalah orang yang mengelola dan bertanggung jawab
terhadap usaha petemakannya.
•
Hari kerja pria (HKP) adalah satuan untuk mengukur alokasi waktu kelja dimana
satu HKP setara dengan delapan jam kerja tenaga kerja pria dewasa, untuk tenaga
kerja wanita setara dengan 0,8 HKP dan untuk anak-anak setara dengan 0,5 HKP.
•
Satuan temak (ST) adalah satuan yang digunakan untuk menentukan populasi
temak sapi perah dimana 1ST setara dengan satu ekor sapi dewasa baik perah
maupun potong; 0,5 ST setara dengan satu ekor sapi dara dan sapi jantan muda;
0,25 ST setara dengan satu ekor pedet.
•
Pendapatan petemak adalah selisih antara penerimaan dari usaha petemakan
dengan biaya produksi.
•
Sapi laktasi adalah sapi-sapi betina dewasa yang sedang berproduksi atau
menghasilkan susu.
•
Produksi susu adalah jumlah susu yang dihasilkan oleh sapi-sapi laktasi
(Iiterlhari).
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Urnun Lokasi Penelitian
Kecamatan Sukaraja termasuk wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II
Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Wilayah Kecamatan Sukaraja terletak di sebelah
Timur kota Sukabumi atau berdasarkan geografis terletak antara 1060 45' - 1060 51'
Bujur Timur dan 6 0 55 ' - 7 0 03' Lintang Selatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
RI No.3 Tahun 1995 dan Keputusan Gubemur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat
No. 33 Tahun 1995, tentang perubahan batas wilayah Kodya maka batas wilayah
Kecamatan Sukaraja adalah sebelah Utara berbatasan dengan Taman Nasional Gede
Pangrango, sebelah Selatan berbatasan dengan Kodya Sukabumi dan Kecamatan
Gegerbitung, sebelah Barat berbatasan dengan Kodya Daerah Tingkat II Sukabumi
dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur.
Letak wilayah Kecamatan Sukaraja berada di kaki Gunung Gede yang
mempunyai ketinggian antara 500-1.300 dpl (di atas permukaan laut).
Keadaan
topografi yang demikian menyebabkan wilayah Kecamatan Sukaraja pada umumnya
berbukit-bukit dengan kemiringan antara 20"10 -30%. Curah hujan setiap tahunnya
3.349 mmltahun dengan rata-rata hari hujan 18 harilbulan. Jenis tanah di Kecamatan
Sukaraja sebagian besar Latosol (merah kecoklatan).
Luas wilayah Kecamatan Sukaraja yaitu 9.936,24 ha yang terdiri dari lahan
sawah 3.981,46 ha dan luas tanah darat 5.304,45 ha (tanpa luas hutan negara ± 650,32
hektar).
Wilayah Kecamatan Sukaraja terletak 5 km sebelah Timur ibukota
Sukabumi, 95 Ian arah Barat ibukota Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat
(Bandung) dan 120 Ian arah Tenggara ibukota negara (Jakarta).
Penduduk dan Mata Pencaharian
Jumlah penduduk Kecamatan Sukaraja pada tahun 1999 tercatat sebanyak
144.447 orang, terdiri dari 72.059 pria dan 72.388 wanita.
Penyebaran penduduk
menurutjenis mata pencahariannya terlihat pada Tabel3.
Tabel 3. Penduduk Kecamatan Sukaraja menurut Jenis Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk (jiwa)
Mata Pencaharian
28.155
Petani
13.485
Buruh Tani
Pedagang
5.633
1.812
Pegawai Negeri Sipil
1.697
Jasa
Swasta
1.124
Pensiunan
1.080
Peternak
195
ABRI
171
Total
53.312
Swnber: Monografi Kecamatan Sukaraja, 1999
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Persentase (%)
52,74
25,29
10,57
3,39
3,18
2,11
2,03
0,37
0,32
100,00
Dari Tabel 3 tarnpak bahwa sebagian besar penduduk Sukaraja (78,4%) hidup
dari kegiatan bidang pertanian. Hal ini rnenunjukkan bahwa Kecarnatan Sukaraja
merupakan kdndisi daerah yang subur dan potensial untuk pengembangan pertanian.
Tanaman pertanian yang terdapat di Kecarnatan Sukaraja adalah padi, sayuran dan
tanarnan pangan lainnya.
23
Keadaan Peternakan
Peternak sapi perah ini tergabung dalam kelompok-kelompok tani Sulanjana I,
Sulanjana II dan Cikole. Pada saat penelitian dilakukan, kelompok tani Sulanjana I
memiliki anggota 32 peternak, Sulanjana II memiliki anggota 35 peternak dan Cikole
memiliki anggota 37 peternak. Sapi perah yang dimiliki dan dipelihara oleh peternak
umumnya adalah sapi Fries Holland (FH) dan keturunannya.
Pada tahun 1999 populasi ternak sapi perah mengalami peningkatan (Tabel 4),
hal ini disebabkan karena adanya bantuan kredit sapi perah dari pemerintah yang
lebih dikenal dengan program UPSUS yang dikoordinasi oleh KUD Gemah Ripah.
Tabel 4. Populasi Ternak di Kecamatan Sukaraja Tahun 1998 dan 1999
(ekor)
Tahun 1998
J enis Ternak
Ayam Ras Pedaging
I
1.610.200
Ayam Kampung
102.037
2
28.100
Ayam Ras Petelur
3
4
18.715
Itik
Domba
5.332
5
Kambing
1.005
6
Sapi Perah
415
7
Kerbau
254
8
Kuda
30
9
10 SaEi Potong
5
Sumber: Dinas pセエ・イョ。ォ@
Kabupaten Sukabumi, 1998 dan 1999
No
Tahun 1999
1.747.200
133.817
251.000
18.921
5.685
9.40
553
323
43
28
Tabel 4 menunjukkan bahwa populasi ternak unggas terutama ayam ras
pedaging mempunyai populasi yang sangat besar. Sapi perah merupakanjenis ternak
ruminansia yang mempunyai populasi terbesar. Ini menunjukkan bahwa ternak sapi
perah telah lama dikenal oleh masyarakat Kecamatan Sukaraja.
24
Karakteristik Peternak Contoh
Karakteristik peternak sapi perah yang dilihat pada penelitian ini antara lain
umur, pendidikan, mata pencaharian, penguasaan dan pemilikan ternak, besar
keluarga, lama beternak dan skala usaha.
Umur
Peternak contoh sapi perah rata-rata berumur 41 tahW1 dengan kisaran umur
dari 15 - 85 tahun (Tabel 5).
Tabel 5. Distribusi Peternak Contoh menurut Umur di Kecamatan Sukaraja
KeJompok Umur (tahW1)
Jumlah responden (orang)
Persentase (%)
15 - 35
16
26,67
36-55
35
58,33
9
15,00
60
100,00
> 55
Total
Dari Tabel 5 terlihat bahwa 85 persen peternak sapi perah tergolong tenaga
kerja dalam batas usia produktif 15 - 55 tahW1. Kondisi ini berarti masih
memW1gkinkan W1tuk peningkatan ketrampilan dalam memelihara ternak sebab
kelomJ>ok usia tersebut umumnya dicirikan dengan kondisi fisik dan kemampuan
berpikir yang masih kuat. Interval umur yang frekuensinya paling besar terletak pada
kelompok umur 36 - 55 tahW1 sebesar 58,33 persen dan hanya 15 persen yang berada
diatas usia kerja produktif.
25
Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu sarana yang dapat menambah pengetahuan
seseorang untuk dapat mengerjakan sesuatu lebih cepat dan tepat. Menurut Mosher
(1987), pendidikan merupakan faktor-faktor pelancar pembangunan pertanian. Petani
men genal pengetahuan, ketrampilan dan cara-cara baru dalam melakukan kegiatan
usahataninya melalui pendidikan.
Ditinjau dari segi pendidikan, petemak di
Kecamatan Sukaraja mayoritas tamatan SD. Petemak yang mencapat tingkat
pendidikan lllJ1iutan pertama 11,67 persen dan 1,66 persen mencapal tingkat
pendidikan lanjutan atas.
Secara umum, tingkat pendidikan petemak sapi perah di Kecamatan Sukaraja
tergolong rendah (Tabel 6). Pengetahuan mereka mengenai betemak diperoleh dari
warisan orang tua, pengalaman sendiri atau belajar dari pengalaman orang lain.
Tabel 6. Distribusi Petemak Contoh menurut Tingkat Pendidikan di
Kecamatan Sukaraja
Pendidikan
Jumlah responden
Persentase
4
6,67
48
80,00
SLTP
7
11,67
SLTA
1
1,66
60
100,00
Tidak tamat SD
SD
Total
Kecepatan petemak dalam menyerap atau menenma infonnasi maupun
inovasi akan berpengaruh pada tingkat produktivitas. Infonnasi maupun inovasi yang
didapatkan akan diterapkan dalam usaha petemakan mereka, sehingga produksi akan
26
meningkat. Tingkat pendidikan yang tinggi akan menyebabkan infonnasi mudah
diserap serta mudah dalam menerima dan mencoba inovasi baru untuk memlljukan
usaha petemakan sapi perah. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin
tinggi juga tingkat produktivitasnya.
Selain pendidikan fonnal, pendidikan non fonnal juga menunjang proses
pembangunan pertanian khususnya di bidang peternakan.
Pendidikan dan latihan
merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan sumber daya
manusia. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan di luar pendidikan fonnal dapat pula
meningkatkan produktivitas kerja.
Peternak yang diambil sebagai responden di Kecamatan Sukaraja,
16,67
persen diantaranya pernah mengikuti pendidikan non fonnal seperti latihan memerah,
kursus pemeliharaan, cara-cara melakukan Inseminasi Buatan, dan lain sebagainya
yang dapat menunjang produktivitas dan menambah penghasilan keluarga.
Mata Pencaharian
Pada umumnya usaha peternakan sapi perah di Kecamatan Sukaraja
merupakan mata pencaharian utama (Tabel 7).
Tabel7. Distribusi Peternak Contoh menurut Mata Pencaharian Utama di
Kecamatan Sukaraja
Mata Pencaharian
Jumlah responden
Persentase
Beternak Sapi Perah
39
65,00
Bertani
14
23,33
7
11,67
60
100,00
Di luar Pertanian
Total
27
Hasil penelitan menunjukkan bahwa 65 persen petemak mengusahakan usaha
petemakan sapi perah sebagai mata pencaharian utama, sedangkan 23,33 persen
petemak yang mempunyai mata pencaharian utama sebagai petani dimana betemak
sebagai usaha sambilan dan 11,67 persen sisanya bekerja di luar pertanian, betemak
sapi perah hanya sebagai sambilan.
Petemak yang memilih usaha petemakan sapi perah sebagai mata pencaharian
utama, terdorong oleh sifat produksi sapi perah yang tidak bersifat musiman dan
dapat dijadikan sebagai penghasilan keluarga, di samping itu para petemak juga
terdorong oleh adanya kemudahan yang diberikan pemerintah melalui koperasi yaitu
dengan adanya paket kredit sapi perah, pasokan konsentrat dan penampungan serta
pemasaran susu secara kolektif oleh KUD Gemah Ripah.
Penguasaan dan Pemilikan Ternak
Pemilikan sapi perah di Kecamatan Sukaraja sangat bervariasi yaitu berkisar
satu ekor hingga lebih dari sepuluh ekor untuk setiap petemak. Rata-rata pemilikan
temak dari 60 petemak contoh sebesar 4,03 satuan temak, sedangkan persentase sapi
laktasi sebesar 54,60 persen. lumlah sapi laktasi tersebut secara teknis tennasuk
kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan pendapat Sudono (1999), yang
merJelaskan bahwa minimal persentase sapi laktasi 60 persen.
Sudono (1999) berpendapat bahwa persentase sapi laktasi secara teknis
termasuk efisien apabila persentase sapi laktasi sekurang-kurangnya 60 persen dari
jumlah sapi yang dipelihara agar produksi susu dapat berIangsung kontinu dan usaha
petemakan dapat, menghasilkan keuntungan yang memadai, sehingga