Kajian Teori Jurnal EDUMAT Volume 7 Nomor 13 Tahun 2016 | p4tkmatematika.org edumat v7 n13

810 menuju suatu target yang telah di tetapkan sebelumnya. Dengan kata lain, pembelajaran adalah komunikasi antar guru dengan siswa agar siswa dapat mengetahui informasi sebanyak-banyaknya mengenai apa yang sedang atau yang akan dipelajarinya. Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi, metode, dan prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang berbeda dari strategi, metode, dan prinsip pembelajaran. Menurut Yunus 2014: 118, model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran, dan memberikan petunjuk kepada pengajar di dalam kelas berkenaan dengan proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan. Problem Based Learning atau Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat menyajikan kondisi belajar yang aktif kepada siswa. Menurut Bound dalam Satiatava, 2013: 64 Problem Based Learning is a conception of knowledge, understanding, and education profoundly different from the more ususal conception underlying subject-based learning. Pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah konsep dari pengetahuan, pemahaman, dan pendidikan yang sangat berbeda dari kebanyakan konsep dasar belajar berbasis subjek. Hosnan 2014: 302 mengemukakan lima tahapan utama di dalam pembelajaran Problem Based Learning. Sintaks atau tahapan- tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1 Tahap 1 yaitu mengorientasikan siswa terhadap masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan 2 Tahap 2 yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar, guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya. 3 Tahap 3 yaitu membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. 4 Tahap 4 yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model. 5 Tahap 5 yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan. Evie 2013 menyatakan pembelajaran tutor sebaya adalah kegiatan belajar siswa dengan memanfaatkan teman sekelas yang mempunyai kemampuan lebih untuk membantu temannya dalam melaksanakan suatu kegiatan atau memahami suatu konsep. Selain itu, pembelajaran tutor sebaya merupakan interaksi antara kawan atau teman sebaya dengan gaya bahasa yang sederhana khas mereka yang dapat mengondisikan situasi belajar di dalam kelas menjadi lebih rileks dan menyenangkan. Diharapkan dengan adanya tutor sebaya, siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu untuk bertanya dan mengeluarkan 811 pendapat secara bebas kepada temannya sendiri. Sawali dalam Evie, 2013 menyatakan langkah-langkah metode tutor sebaya adalah sebagai berikut 1 Pilih materi yang memungkinkan materi dapat dipelajari siswa secara mandiri; 2 Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok- kelompok yang bertindak sebagai tutor sebaya, atau di sebut “mentor” 3 Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi kompetensi dasar. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya; 4 Beri Mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas; 5 Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi pembahasan sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Kemampuan awal atau pengetahuan awal siswa merupakan salah satu syarat yang harus di miliki oleh siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Karena kemampuan awal setiap siswa berbeda-beda ada baiknya dalam proses pembelajaran penggunaan model pembelajaran haruslah di tinjau atau di sesuaikan dengan kemampuan awal siswa. Menurut Mohammad 2015: 183 setiap individu mempunyai kemampuan belajar yang berlainan. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa sebelum ia mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal entry behavior ini menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Kemampuan awal siswa dapat diukur melalui tes awal, interview, atau cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan secara acak dengan distribusi perwakilan siswa yang representatif. Menurut Asep dkk 2012: 14 hasil belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris dari proses belajar yang di tentukan dalam waktu tertentu. Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seseorang siswa dalam proses pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan pengetahuan berupa skornilai perolehan siswa setelah mengikuti kegiatan proses pembelajaran.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pangkajene dengan responden penelitian adalah siswa kelas VIII pada semester genap tahun ajaran 20152016. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian expost facto, dengan menerapkan model Problem Based Learning berbasis tutor sebaya yang ditinjau dari kemampuan awal pada sebuah kelas yang ditunjuk sebagai kelas eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pangkajene Kabupaten Pangkep tahun ajaran 20152016. Sedangkan sampel penelitian terdiri dari 12 kelas VIII SMP Negeri 1 Pangkajene. Terpilih sebuah kelas yaitu kelas VIIID sebagai kelas eksperimen dengan teknik Simple random sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1 Statistik deskriptif, dan 2 Statistik 812 inferensial yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian yaitu dengan uji regresi linear sederhana. Sebelum pengujian hipotesis dengan statistik inferensial, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yakni uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov –Smirnov dan uji linearitas dengan perangkat Test for Linearity. Semua analisis dilakukan dengan bantuan program SPSS 21.

4. Hasil

Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar matematika siswa jika diterapkan model Problem Based Learning berbasis tutor sebaya pada siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 Pangkajene. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model Problem Based Learning berbasis tutor sebaya terhadap hasil belajar siswa, maka data-data penelitian yang telah diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial. Hasil analisis statistik deskriptif Berdasarkan skor yang telah diperoleh: a pada tes kemampuan awal yang diberikan kepada 32 siswa terlihat dalam tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Statistik Deskriptif Skor Kemampuan Awal Matematika Siswa Statistik Nilai Statistik Subjek Penelitian Skor rata-rata Median Modus Standar Deviasi Skor Minimum Skor Maksimum 32 45,83 46,66 40 1,71 20 80 Hasil tes kemampuan awal matematika siswa dengan beberapa materi prasyarat, menunjukkan skor rata-rata 45,83 dari jumlah sampel sebanyak 32 orang siswa. Sedangkan median diperoleh sebesar 46,66 artinya separuh siswa kelas VIIID memperoleh skor diatas 46,66 dan lainnya memperoleh skor dibawah 46,66. Perolehan skor frekuensi tertinggi atau modus diperoleh sebesar 40. Artinya dari 32 orang siswa nilai yang paling banyak diperoleh sebesar 40. Nilai maksimum diperoleh sebesar 80 sedangkan nilai minimum sebesar 20 dengan standar deviasi sebesar 1,71. b Pada Tes Hasil Belajar Siswa dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Statistik Deskriptif Skor Hasil Belajar Siswa Statistik Nilai Statistik Subjek Penelitian Skor rata-rata Median Modus Standar Deviasi Skor Minimum Skor Maksimum 32 81,25 80 80 1,33 60 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar kelompok siswa kelas VIIID SMP Negeri 1 Pangkajene setelah belajar dengan model pembelajaran Problem Based Learning adalah 81,25. Median diperoleh sebesar 80. Artinya separuh dari jumlah siswa kelas VIIID memperoleh skor diatas 80 dan selebihnya memperoleh skor dibawah 80. Sedangkan skor frekuensi tertinggi modus sebesar 80 dengan standar deviasi 1,33. Skor minimum yang diperoleh siswa adalah 60 sedangkan skor maksimum yang diperoleh siswa adalah 100. Distribusi frekuensi dan persentase skor hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3.