7 rights”. Bahkan Statuta Roma 1998 menyebut kejahatan ini sebagai kejahatan yang paling
serius the most serious crimes. Beberapa tindak pidana tersebut merupakan jenis kejahatan yang telah diatur pula dalam berbagai konvensi internasional misalnya
Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Genosida 1949, Konvensi Anti Penyiksaan dan jenis-jenis kejahatan sebagaimana yang diatur dalam Statuta Roma 1998.
Berbagai pengadilan internasional telah digelar untuk mengadili kejahatan-kejahatan tersebut.
Dalam hukum nasional, sebagian dari tindak pidana ini; yaitu genosida dan tindak pidana terhadap kemanusiaan sudah diatur dalam pengaturan khusus yaitu Undang-
undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
4
Dalam UU tersebut tindak pidana genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan masuk dalam kategori “pelanggaran HAM
yang berat” yang mempunyai karakteristik berbeda dengan tindak pidana umum sebagaimana diatur dalam KUHP saat ini.
2. Tujuan dan Sistematika Penulisan
Tulisan ini bertujuan meninjau pengaturan dalam RUU KUHP dalam Bab mengenai Tindak Pidana Terhadap Hak Asasi Manusia dan melakukan analisis atas pengaturan
tersebut dari perspektif perlindungan kepada korban dan hak asasi manusia. Hasil tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan kepada pembentuk
kebijakan untuk mengkaji ulang pengaturan Tindak Pidana terhadap Hak Asasi Manusia ke dalam RUU KUHP. Selain itu, tulisan ini pun dapat digunakan sebagai bahan
melakukan kampanye dan advokasi adanya aturan pidana yang komperhensif yang memberi jaminan penuntutan terhadap para pelaku dan perlindungan kepada korban
pelanggaran HAM.
3. Perumusan Masalah
Ada asumsi bahwa penyatuan tindak pidana khusus tentang pelanggaran berat HAM ke dalam RUU KUHP tidaklah pas. Tindak pidana ini memiliki karakteristik khusus,
4
Terminologi yang digunakan dalam UU No. 26 Tahun 2000 adalah “Kejahatan” dan bukan “tindak pidana” sebagaimana perumusan dalam RUU KUHP.
8 terutama dalam hal prinsip-prinsip khusus hukum pidana yang berlaku hanya untuk
kasus-kasus tersebut. Dengan asumsi sebagaimana di atas, ada tiga permasalahan yang ingin dikaji
dalam paper ini: 1 Apakah perumusan genosida, kejahatan kemanusiaan, dan kejahatan perang yang
dimasukkan ke dalam bab Tindak Pidana HAM memenuhi prinsip-prinsip dan standar hukum pidana internasional dan hukum hak asasi manusia?
2 Apakah perumusan genosida, kejahatan kemanusiaan dan kejahatan perang yang dimasukkan ke dalam Bab Tindak Pidana HAM secara teknis sudah tepat dan
lengkap? 3 Apakah perumusan genosida, kejahatan dan kemanusiaan dan kejahatan perang
tersebut akan berdampak lebih efektif terhadap penegakan HAM dan hak-hak korban?
4. Metode Kajian
Guna menjawab tiga permasalah di atas, maka tim kajian memilih melakukan penelusuran literatur baik yang diterbitkan di dalam negeri maupun referensi
internasional; paper-paper dan buku yang mengulas tentang pelanggaran HAM berat dan praktik-praktik peradilan internasional untuk kasus-kasus genosida, kejahatan perang dan
kejahatan kemanusiaan ICTY dan ICTR, maupun laporan-laporan tentang Pengadilan HAM di Indonesia.
Tim juga melakukan pembacaan kritis terhadap instrumen-instrumen hukum internasional dan yang berkaitan dengan ketiga bentuk kejahatan tersebut. Selanjutnya
tim melakukan pembacaan kritis terhadap RUU KUHP dengan tahapan sebagai berikut: Pertama, melihat ketentuan-ketentuan umum hukum pidana yang terkandung
dalam Buku I RUU KUHP. Ketentuan ini dikaji untuk melihat apakah prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk menerapkah kejahatan berkarakteristik khusus sesuai dengan
ketentuan-ketentuan umum hukum pidana dalam RUU KUHP. Kedua, melihat ketentuan dalam Bab IX tentang tindak pidana HAM, pasal 394-
404 apakah unsur-unsur delik dalam ketentuan tersebut telah memadai. Ketiga, menganalisis kemungkinan penegakannya dengan perumusan
sebagaimana tertera dalam RUU KUHP.
9
5. Sistematika Penulisan