Pelengkungan Cabang Dan Pemupukan Jeruk Keprok Borneo Prima Pada Periode Transisi Di Lahan Rawa Kabupaten Paser Kalimantan Timur
PELENGKUNGAN CABANG DAN PEMUPUKAN JERUK
KEPROK BORNEO PRIMA PADA PERIODE TRANSISI
DI LAHAN RAWA KABUPATEN PASER
KALIMANTAN TIMUR
MUHAMAD NOOR AZIZU
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pelengkungan Cabang
dan Pemupukan Jeruk Keprok Borneo Prima pada Periode Transisi di Lahan
Rawa Kabupaten Paser Kalimantan Timur adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Muhamad Noor Azizu
NIM A252120011
RINGKASAN
MUHAMAD NOOR AZIZU. Pelengkungan Cabang dan Pemupukan Jeruk
Keprok Borneo Prima pada Periode Transisi Di Lahan Rawa Kabupaten Paser
Kalimantan Timur. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO, M RAHMAD
SUHARTANTO dan KETTY SUKETI.
Jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) merupakan
komoditas lokal unggulan yang perlu dikembangkan sebagai upaya untuk
mengurangi impor jeruk. Tanaman jeruk keprok borneo prima telah ditanam
secara luas di desa Padang Pengrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser.
Tanaman jeruk ini ditanam pada area seluas 298 ha dan telah berumur 5 tahun,
namun belum memasuki periode berbuah. Hal ini diduga karena kondisi
lingkungan dan teknik budidaya yang belum sesuai.
Transisi merupakan perubahan kemampuan dari tidak mampu menjadi
mampu menghasilkan bunga. Transisi pertumbuhan juvenil ke dewasa pada
tanaman jeruk terjadi sekali dalam siklus hidup tanaman. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendapatkan teknik pelengkungan cabang dan dosis pupuk yang
tepat jeruk keprok Borneo Prima pada periode transisi di lahan rawa. Penelitian
dilaksanakan di kebun jeruk petani desa Padang Pengrapat, Kecamatan Tanah
Grogot, Kabupaten Paser Kalimantan Timur, pada lahan rawa dengan ketinggian
tempat ± 15 m dpl, pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014.
Penelitian terdiri atas 2 percobaan. Kedua percobaan masing-masing
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 3 ulangan. Percobaan
1 terdiri atas 2 faktor. Faktor pertama adalah pelengkungan cabang yang terdiri
atas 2 taraf, yaitu tidak dilengkungkan (A1) dan dilengkungkan (A2). Faktor kedua
adalah dosis pupuk kandang yang terdiri atas 4 taraf, yaitu kontrol (K1), 40 kg per
tanaman (K2), 60 kg per tanaman (K3), dan 80 kg per tanaman (K4). Percobaan 2
terdiri atas 3 faktor. Faktor pertama adalah dosis pupuk N yang terdiri atas 5 taraf,
yaitu kontrol (N1), 45 g per tanaman (N2), 90 g per tanaman (N3), 135 g per
tanaman (N4) dan, 180 g per tanaman (N5). Faktor kedua adalah dosis pupuk P
yang terdiri atas 2 taraf, yaitu kontrol (P1) dan 36 g per tanaman (P2). Faktor
ketiga adalah dosis pupuk K yang terdiri atas 2 taraf, yaitu kontrol (K1) dan 165 g
per tanaman (K2).
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pelengkungan cabang dapat
menyebabkan tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang berumur 5 tahun menjadi
berbunga dan berbuah, sedangkan yang tidak dilengkungkan cabangnya tidak
berbunga dan berbuah, selain itu pelengkungan cabang meningkatkan
pertumbuhan vegetatif (jumlah tunas baru, total panjang tunas baru per pohon dan
total daun baru per pohon). Pemberian pupuk kandang sampai dengan 80 kg per
tanaman pada periode transisi belum dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif
dan generatif (jumlah bunga per cabang dan jumlah buah per cabang) sampai
dengan 90 HSP (Hari Setelah Perlakuan). Tidak terdapat interaksi antara
pemberian pupuk kandang dan pelengkungan cabang terhadap pertumbuhan
vegetatif dan generatif. Pemberian 135 g N per tanaman dengan penambahan
pupuk P sebanyak 36 g per tanaman dengan atau tanpa penambahan pupuk 165 g
K per tanaman dapat meningkatkan jumlah tunas baru. Pemberian 135 g N per
tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif (total panjang tunas baru per
pohon dan total daun baru per pohon) tanaman jeruk keprok Borneo Prima,
demikian pula dengan pemberian fosfor 36 g per tanaman. Pemberian kalium
sampai dengan 165 g per tanaman tidak dapat meningkatkan pertumbuhan
vegetatif sampai akhir pengamatan (60 HSP). Pemberian N sampai dengan 180 g
per tanaman, P sampai dengan 36 g per tanaman, dan K sampai dengan 165 g per
tanaman belum meningkatkan jumlah bunga dan jumlah buah per cabang sampai
dengan akhir pengamatan.
.
Kata kunci: juvenil, lahan rawa, pupuk kandang, N, P, dan K
SUMMARY
MUHAMAD NOOR AZIZU. Bending and Fertilization in Transition Period of
Mandarin Citrus cv. Borneo Prima in Swamp Land Paser Regency East
Kalimantan. Supervised by ROEDHY POERWANTO, M RAHMAD
SUHARTANTO dan KETTY SUKETI.
Mandarin citrus cv. Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) is
superior local variety that needs to be developed, in order to reduce citrus import.
Borneo Prima Mandarin Citrus have been planted in Padang Pengrapat, Tanah
Grogot Paser Regency. This citrus are 5 years old, but the citrus crop has not
entered a fruitful period. This is allegedly due to environmental conditions and
cultivation techniques are not appropriate. Transition is the changes in ability to
produce flowers. The transition of juvenile to adult growth on citrus occur once
time in the life cycle of plants. The purpose of this research to find the best
fertilization and bending technology of mandarin citrus cv. Borneo Prima on
transition period at swamp land. The experiment was conducted from October
2013 to March 2014 in the citrus farm orchard in village of Padang Pengrapat,
Tanah Grogot, Paser, East Borneo.
The research used Randomized Block Design with three replications. The
first factor was bending (with out bending and bending). The second factor was
manure rate (0, 40, 60 and 80 kg per plant). The second experiment consisted of
three factors. The first factor was rate of nitrogen fertilizer (0, 45, 90, 135 and 180
g per plant). The second factor was rate of phosphorus fertilizer (0 and 36 g per
plant). The third factor was rate of potassium fertilizer (0 and 165 g per plant).
The results showed that there was no interaction between manure
application and branch bending on the vegetative and generative growth of
Borneo Prima tangerine plants. Manure up to 80 kg per plant during the period of
transition has not been able to increase the vegetative and generative growth of
plants up to 90 DAT (Days After Treatment). Bending branches increased the
number of new shoots, the total length of the shoot, the total number of leaves,
number of flowers per branch and the number of fruits per branch. Application of
135 g N per plant with the addition of 36 g P per plant with or without the
addition of 165 g K per plant could increase the number of new shoots.
Application of 135 g N per plant increased vegetative growth (total length of
shoots and the total number of leaves) of Borneo Prima tangerine plants, as well
as application of 36 g P per plant. Application of K up to 165 g per plant could not
increase vegetative growth until the end of the observation (60 DAT). Application
of N up to 180 g per plant, P up to 36 g per plant, and K up to 165 g per plant did
not increase the number of flower and the number of fruits per branch until the
end of the observation.
Keywords: juvenile, swamp land, manure, N, P, and K
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PELENGKUNGAN CABANG DAN PEMUPUKAN JERUK
KEPROK BORNEO PRIMA PADA PERIODE TRANSISI
DI LAHAN RAWA KABUPATEN PASER
KALIMANTAN TIMUR
MUHAMAD NOOR AZIZU
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji luar Komisi pada Ujian Tesis: Ir Winarso Drajad Widodo MS PhD
PRAKATA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala atas limpahan karunia dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini
berhasil diselesaikan. Penulis memilih tema pemupukan tanaman dan
teknologi pembungaan jeruk keprok dengan judul Pelengkungan Cabang
dan Pemupukan Jeruk Keprok Borneo Prima pada Periode Transisi di Lahan
Rawa Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama
enam bulan sejak bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc selaku ketua komisi pembimbing, Dr Ir
M Rahmad Suhartanto, MSi dan Dr Ir Ketty Suketi, MSi selaku anggota
komisi pembimbing atas segala bimbingan, arahan, dan saran kepada
penulis selama penelitian hingga tersusunnya tesis ini
Dr Ir Maya Melati, MS, MSc selaku penguji dan Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura serta Dr Ani Kurniawati, SP, MSi selaku Wakil
Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura.
Ir Winarso Drajad Widodo, MS, PhD selaku dosen penguji luar komisi pada
ujian tesis serta seluruh staf pengajar dan staf laboratorium yang telah
membagikan ilmu kepada penulis.
Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan Pusat Kajian
Buah-Buahan Tropika-Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.
Keluarga tercinta, Ibunda Nurbaya dan Ayahanda Azizu, kakak Novesty
Noor Azizu, adik Azelia Monica Azizu, Muhammad Akhmil Azizu dan
Muhamad Alfaro, atas doa dan dorongan semangat kepada penulis
Rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura angkatan 2012 atas kebersamaan
dan persaudaraan selama mengikuti perkuliahan.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat.
Bogor, Februari 2015
Muhamad Noor Azizu
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
1
1
3
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk Keprok Borneo Prima
Pemupukan
Pelengkungan Cabang
Klasifikasi Lahan Rawa
4
4
4
9
10
3 METODE
Kondisi Lokasi Penelitian
Metode Penelitian
Pelaksanaan Percobaan
Pengamatan
Analisis Data
11
11
12
13
15
16
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1
Pertumbuhan Vegetatif
Pertumbuhan Generatif
Percobaan 2
Pertumbuhan Vegetatif
Pertumbuhan Generatif
16
16
16
20
24
24
27
5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
29
29
30
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
34
RIWAYAT HIDUP
45
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Rekomendasi pemupukan jeruk berdasarkan umur tanaman
Standar kecukupan unsur hara pada tanaman jeruk
Pengaruh dosis pupuk kandang dan pelengkungan cabang
terhadap jumlah tunas baru
Pengaruh dosis pupuk kandang dan pelengkungan cabang
terhadap total panjang tunas baru per pohon
Pengaruh dosis pupuk kandang dan pelengkungan cabang
terhadap total daun baru per pohon
Pengaruh dosis pupuk kandang dan pelengkungan cabang
terhadap jumlah bunga per cabang
Pengaruh dosis pupuk kandang dan pelengkungan cabang
terhadap jumlah buah per cabang
Kandungan karbohidrat, nitrogen dan rasio C/N
Interaksi antara dosis pupuk N, P, dan K terhadap jumlah tunas
baru
Pengaruh dosis pupuk N, P, dan K terhadap total panjang tunas
baru per pohon
Pengaruh dosis pupuk N, P, dan K terhadap total daun baru per
pohon
Pengaruh dosis pupuk N, P, dan K terhadap jumlah bunga per
cabang
Pengaruh dosis pupuk N, P, dan K terhadap jumlah buah per
cabang
5
6
17
18
19
20
22
23
24
25
26
27
28
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Pohon jeruk Keprok Borneo Prima yang ditanam di pematang
sawah
Proses pelengkungan cabang
(a) tunas vegetatif juvenil, (b) tunas vegetatif dewasa, dan (c)
tunas campuran vegetatif generatif.
Kurva dan persamaan regresi respon jumlah bunga per cabang
pada 75 HSP (a), dan jumlah buah per cabang pada 90 HSP (b)
terhadap peningkatan taraf dosis pupuk kandang
Kurva respon jumlah bunga per cabang pada 75 HSP (a), dan
jumlah buah per cabang pada 90 HSP (b) terhadap peningkatan
taraf dosis pupuk N
12
14
17
21
29
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
Denah percobaan 1 di lahan
Denah percobaan 2 di lahan
Alur pelaksanaan penelitian percobaan 1 di lapang
Alur pelaksanaan penelitian percobaan 2 di lapang
Analisis kandungan karbohidrat total daun metode Luff-Schoorl
Analisis kandungan nitrogen daun metode Semi mikro Kjeldhal
Data panjang tunas vegetatif juvenil maupun panjang tunas
vegetatif dewasa pada tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang
dilengkungkan cabangnya dan yang tidak dilengkungkan
cabangnya
8 Rekapitulasi hasil percobaan 1 dosis pupuk kandang,
pelengkungan cabang dan interaksi pada jeruk keprok Borneo
Prima
9 Hasil analisis tanah awal, dosis pupuk kandang 0, 40, 60, dan 80
kg per tanaman
10 Rekapitulasi hasil percobaan 2 pemupukan N, P, dan K dan
interaksi pada jeruk keprok Borneo Prima
11 Hasil analisis tanah N 135, P 36, dan K 165 g per tanaman
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permintaan buah jeruk semakin meningkat akibat peningkatan jumlah
penduduk, pendapatan dan kesadaran masyarakat akan nilai gizi. Peningkatan ini
justru menyebabkan Indonesia mengimpor jeruk segar dalam jumlah besar.
Volume impor jeruk pada bulan Januari sampai Oktober 2013 mencapai 0.086
juta ton (Kementan 2013), sedangkan produksi jeruk tahun 2013 mencapai 1.41
juta ton (BPS 2013). Jeruk yang diimpor adalah jeruk yang berwarna jingga,
sedangkan sebagian besar jeruk Indonesia berwarna hijau. Tingginya permintaan
jeruk impor terjadi karena penampilan jeruk keprok yang berwarna jingga yang
lebih disukai dari pada jeruk berwarna hijau.
Indonesia mempunyai beberapa varietas jeruk keprok berwarna jingga
yang dihasilkan di dataran tinggi, jika varietas tersebut ditanam di dataran rendah
maka akan menghasilkan buah berwarna hijau. Pengembangan jeruk keprok di
dataran tinggi sulit dilakukan karena keterbatasan lahan dan persaingan dengan
tanaman budidaya lainnya.
Tahun 2007 Departemen Pertanian melepas jeruk keprok varietas baru
yang adaptif di dataran rendah, diberi nama jeruk keprok Borneo Prima. Jeruk
keprok tersebut cukup unik karena buahnya berwarna jingga seperti jeruk keprok
yang tumbuh di dataran tinggi (BPPMD 2009). Jeruk ini dikembangkan di
Kalimantan Timur secara luas di lahan rawa. Teknik budidaya yang baku untuk
jeruk keprok Borneo Prima belum ada. Budidaya jeruk tersebut masih mengikuti
teknik budidaya jeruk keprok dari daerah lain, sehingga perlu dikembangkan
standar baku budidaya jeruk keprok di lahan rawa. Di desa Padang Pengrapat
Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser jeruk keprok Borneo Prima sudah
ditanam dengan luas area 298 ha dan telah berumur 5 tahun, tetapi tanaman jeruk
tersebut belum memasuki periode berbuah yang diduga disebabkan oleh kondisi
lingkungan dan teknik budidaya yang belum sesuai.
Kondisi lingkungan tanaman jeruk keprok Borneo prima selalu tergenang
dimana tanaman jeruk keprok Borneo Prima ditanam di lahan rawa. Pada lahan
rawa tingkat kesuburan tanah sangat rendah serta terjadi pencucian yang tinggi.
Rendahnya tingkat kesuburan tanah serta tingginya pencucian menyebabkan
ketersediaan hara khususnya hara makro (N, P dan K) rendah. Sehingga untuk
meningkatkan tingkat kesuburan tanah dilakukan dengan pemberian pupuk
kandang.
Salah satu teknik budidaya jeruk keprok Borneo Prima yang dilakukan dan
belum sesuai adalah pemupukan. Pemupukan hanya dilakukan satu kali yaitu saat
penanaman, sehingga tanaman kekurangan hara dan hal inilah yang menyebabkan
kondisi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kurang baik. Pemberian pupuk
nitrogen diharapkan mampu memperbaiki kondisi pertumbuhan tanaman jeruk,
namun tanaman jeruk tidak hanya membutuhkan pupuk nitrogen saja, tetapi juga
membutuhkan pupuk P dan K untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
jeruk. Dengan kondisi pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruk yang telah
baik, barulah tanaman akan memasuki periode transisi. Selain dengan pemberian
2
pupuk kandang, pupuk N, P, dan K, juga dilakukan pelengkungan cabang untuk
merangsang tanaman menuju periode transisi pertumbuhan juvenil ke dewasa.
Transisi pertumbuhan juvenil ke dewasa pada tanaman jeruk terjadi sekali
dalam siklus hidup tanaman. Transisi tersebut merupakan perubahan kemampuan
dari tidak mampu menjadi mampu menghasilkan bunga. Transisi pertumbuhan
juvenil ke dewasa terjadi terkait dengan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya. Menurut Poerwanto dan Susila (2014) faktor tersebut adalah
1) faktor eksternal yaitu adanya pengaruh lingkungan seperti suhu, cekaman
kekeringan dan panjang hari, 2) faktor internal yaitu kandungan N, karbohidrat,
asam amino dan hormon, serta 3) faktor yang melibatkan manipulasi oleh manusia
seperti girdling/ringing, pemangkasan akar dan daun, pelengkungan cabang dan
pemberian ZPT (paclobutrazol).
Pelengkungan cabang pada tanaman jeruk bertujuan untuk menghambat
pertumbuhan vegetatif dan mendorong pertumbuhan generatif. Pelengkungan
cabang dilakukan dengan cara menarik cabang ke arah horizontal. Pada kondisi
cabang yang dilengkungkan, pergerakan fotosintat dari daun ke akar terhambat,
sehingga menyebabkan akumulasi karbohidrat dan hormon di tajuk. Hasil
penelitian Notodimedjo (1994) menunjukkan bahwa pelengkungan cabang dengan
disertai defoliasi buatan pada apel dapat meningkatkan persentase kuncup apel
yang membuka baik di musim hujan maupun kemarau.
Tanaman jeruk keprok memiliki pertumbuhan dominansi apikal, dimana
pertumbuhan tanaman mengarah ke atas. Meristem apikal memproduksi hormon
auksin dan hormon auksin ditransferkan ke akar atau ke seluruh bagian tanaman.
Aliran auksin dari daerah apikal menuju akar, akan melewati tunas-tunas lateral.
Tunas-tunas lateral yang dilewati auksin pertumbuhannya terhambat.
Pelengkungan cabang mempengaruhi pergerakan hormon auksin, sehingga
mematahkan dominansi apikal. Pelengkungan cabang akan menghambat
pergerakan auksin dari daerah meristem apikal ke akar, sehingga terjadi
penumpukan di daerah tajuk atau cabang yang dilengkungkan. Terhambatnya
hormon auksin pada cabang yang dilengkungkan memacu munculnya tunas-tunas
lateral. Menurut Mullins (1967) cabang horizontal mengandung auksin dan
giberelin yang kurang daripada cabang yang tumbuh ke atas, hal ini akibat
pergerakan grafitasi yang mempengaruhi metabolisme maupun distribusi zat
tumbuh tanaman apel. Dengan berkurangnya zat pendorong pertumbuhan ini
kadar zat penghambat pertumbuhan meningkat dan menstimulasi pembungaan.
Menurut Ryugo (1988) ketika dahan atau cabang dilengkungkan dari orientasi
vertikal menyebabkan tunas apikal kehilangan dominansinya, karena kandungan
giberelin terus menurun ketika cabang dilengkungkan dan pertumbuhan tunas
berkurang pada waktu yang sama. Penurunan kandungan giberelin yang
berkorelasi dengan peningkatan pembentukan kuncup bunga.
Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang
cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, serta
menjadi salah satu faktor utama yang menentukan produksi tanaman. Belum ada
informasi mengenai teknik pemupukan dan dosis pupuk pada jeruk keprok Borneo
Prima di lahan rawa yang tepat karena pemupukan dilakukan hanya mengikuti
anjuran jeruk varietas lain dan bukan pada lahan rawa. Lahan rawa selain
dimanfaatkan untuk perluasan areal pertanian, juga menjadi daerah perluasan
pemukiman melalui program transmigran. Dengan demikian, pengembangan
3
tanaman jeruk keprok Borneo Prima menjadi usaha alternatif disamping
komoditas pertanian lainnya, khususnya tanaman padi dalam meningkatkan
pendapatan petani dikawasan lahan rawa. Namun permasalahan yang ada pada
lahan rawa adalah tingkat kesuburan tanahnya yang sangat rendah.
Pemupukan yang rasional dan ilmiah adalah pemupukan yang diberikan
berdasarkan kepada potensi atau status hara dan kebutuhan tanaman (Poerwanto
2000). Keadaan tersebut mendorong dilakukan serangkaian penelitian pemupukan
nitrogen, fosfor, kalium dan pupuk kandang pada tanaman jeruk keprok Borneo
Prima di lahan rawa. Kekurangan salah satu dari ketiga unsur tersebut
menyebabkan tanaman akan mengalami gangguan pertumbuhan. Menurut Alva et
al. (2006) nitrogen (N) adalah komponen asam amino dan protein yang sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan pohon jeruk. Menurut Marschner
(2012) fosfor (P) memacu perkembangan perakaran tanaman, meningkatkan
penggunaan dan pengangkutan hara tanaman yang berpengaruh pada produksi
tanaman. Menurut Zekri dan Obreza (2013) kalium (K) berfungsi untuk
memperkuat jaringan batang tanaman dan meningkatkan kualitas buah.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik
pelengkungan cabang dan dosis pupuk yang tepat jeruk keprok Borneo Prima
pada periode transisi di lahan rawa.
Hipotesis
Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan, maka disusun hipotesis sebagai
berikut:
1. Terdapat taraf dosis pupuk kandang yang memberikan pengaruh pada periode
transisi pertumbuhan vegetatif ke generatif tanaman jeruk keprok Borneo
Prima di lahan rawa.
2. Terdapat pelengkungan cabang yang dapat memberikan pengaruh pada
periode periode transisi pertumbuhan vegetatif ke generatif tanaman jeruk
keprok Borneo Prima di lahan rawa.
3. Terdapat interaksi antara dosis pupuk kandang dan pelengkungan cabang
yang memberikan pengaruh pada periode transisi pertumbuhan vegetatif ke
generatif tanaman jeruk keprok Borneo Prima di lahan rawa.
4. Terdapat dosis pupuk nitrogen, fosfor dan kalium yang memberikan pengaruh
pada periode transisi pertumbuhan vegetatif ke generatif tanaman jeruk
keprok Borneo Prima di lahan rawa.
5. Terdapat interaksi antara dosis nitrogen dan fosfor, nitrogen dan kalium,
fosfor dan kalium, dan nitrogen, fosfor dan kalium yang memberikan
pengaruh pada periode transisi pertumbuhan vegetatif ke generatif tanaman
jeruk keprok Borneo Prima di lahan rawa.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk Keprok Borneo Prima
Jeruk keprok Borneo Prima merupakan jeruk keprok dataran rendah yang
memiliki karakteristik seperti jeruk keprok dataran tinggi yaitu berkulit buah
jingga. Jeruk keprok ini berasal dari desa Tanjung Labu Kecamatan Rantau
Pulung Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Tinggi tanaman 3.5
m, lebar tajuk 1.9 m, bantuk tajuk tanaman menjulang dan percabangan rapat
mengarah ke atas. Lingkar batang bawah 45 cm dan lingkar batang atas 31 cm.
Bentuk penampang batang tanaman bulat agak pipih dan warna batang coklat
kehijauan. Bentuk daun jorong dengan panjang daun 8.2-9.6 cm dan lebar daun
3.5-5 cm. Warna daun bagian atas hijau tua dan warna daun bagian bawah hijau
muda. Tepi daun beringgit dan ujung daun runcing dengan permukaan daun halus.
Panjang tangkai daun 1.2-2.5 cm. Mahkota bunga berwarna putih dengan jumlah
6 helai. Kepala putik berwarna krem dan benang sari berwarna kuning dengan
jumlah 18 buah. Kelopak bunga berwarna hijau dan berjumlah 7 helai. Jumlah
bunga per tandan 2-5 kuntum. Buah jeruk keprok Borneo Prima berbentuk bulat
agak lonjong dengan ukuran rata-rata tinggi 5.6-6.4 cm, diameter 6.1-7.6 cm.
Bentuk pangkal buah berkonde dan bentuk ujung buah melekuk ke dalam. Kulit
buah muda berwarna hijau dan kulit buah masak berwana kuning. Buah ini
memiliki ketebalan kulit 3.5-6 mm. Daging buah berwarna oranye dengan tekstur
agak lunak dan rasa daging buah manis agak asam dan segar. Kandungan kadar
gula 8.5-11.6%, kadar asam 0.23-0.30%, kadar vitamin C 86.96 mg/100 mg,
kadar juice 19.79-26.24% dan kadar serat 0.50-0.99%. Bobot buah antara 60 g
sampai 290 g per buah dengan panjang tangkai buah 0.4-2.5 cm. Jumlah buah per
tandan 2-4 buah. Biji berwarna putih kehijauan dan berbentuk oval. Tiap buah
memiliki 7-22 biji dengan ukuran panjang 11-12 mm dan diameter 6-7 mm.
Tanaman jeruk keprok Borneo Prima berbunga pada bulan April sampai dengan
Mei dan juga pada bulan Oktober sampai dengan Nopember. Waktu panen jeruk
keprok Borneo Prima pada bulan Oktober sampai dengan Nopember dan bulan
April sampai dengan Mei. Hasil buah per pohon adalah 18 sampai dengan 22 kg
per pohon per tahun. Persentase bagian buah yang dapat dikonsumsi 68-73%
dengan daya simpan buah pada suhu kamar sekitar 15 sampai dengan 20 hari
setelah panen (Ditbenih 2007).
Pemupukan
Tumbuh kembang suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang
tersedia dalam media tanamnya, begitu pula dengan tanaman jeruk. Tanaman
jeruk memerlukan paling sedikit dua belas macam unsur esensial untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur-unsur tersebut dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu unsur makro primer, makro sekunder, dan mikro. Unsur makro
primer adalah unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, meliputi nitrogen
(N), fosfor (P), dan kalium (K). Unsur makro sekunder adalah unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah banyak hanya dalam kondisi tertentu, meliputi kalsium
(Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S). Unsur mikro adalah unsur hara yang
5
dibutuhkan dalam jumlah sedikit tetapi bila kekurangan akan mempengaruhi
produksi dan kelangsungan hidup tanaman, meliputi besi (Fe), seng (Zn), mangan
(Mn), tembaga (Cu), boron (B), dan molibdenum (Mo) (Balitjestro 2008).
Banyaknya tingkatan dosis N pada pohon jeruk yang masih kecil (belum
menghasilkan) dalam perkebunan jeruk skala kecil harus ditekankan pada
kebutuhan dosis per pohon (Zaman et al. 2005). Pada jeruk juga diketahui bahwa
N dan K merupakan dua dari sejumlah hara yang penting untuk pertumbuhan,
hasil, dan kualitas buah. Dua hara ini dibutuhkan dalam jumlah yang cukup pada
tahap pertumbuhan kritis, terutama di saat inisiasi dan perkembangan buah (Alva
et al. 2005; Hammami et al. 2010).
Standar pemupukan nitrogen untuk tanaman jeruk telah ditentukan oleh
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Tanaman Subtropika (Balitjestro) yaitu
sebanyak 10 sampai dengan 20 g per pohon untuk tanaman jeruk umur satu tahun
(Tabel 1). Standar tersebut dibuat secara umum berdasarkan umur tanaman jeruk
tanpa memperhatikan faktor budidaya lainnya dan faktor lingkungan. Menurut
Taufik et al. (2000) bahwa dosis pupuk yang tepat pada tanaman jeruk keprok
Selayar umur satu tahun adalah 150 g urea, 40 g SP36, dan 30 g KCl per pohon.
Tabel 1 Rekomendasi pemupukan jeruk berdasarkan umur tanamana
Umur
(tahun)
1
2
3
4
5
a
Dosis pupuk g per pohon
Nitrogen
P2O5 (Fosfor)
K2O (Kalium)
10 s/d 20
5 s/d 10
5
25 s/d 40
15 s/d 20
10 s/d 15
40 s/d 75
25 s/d 40
20 s/d 30
80 s/d 120
50 s/d 75
40 s/d 50
125 s/d 150
80 s/d 100
60 s/d 80
Aplikasi pupuk
2 – 3 kali/tahun
3 – 4 kali/tahun
3 – 4 kali/tahun
2 – 3 kali/tahun
2 kali/tahun
: Balitjestro (2008)
Sumber N yang banyak beredar di pasar adalah urea, ZA, dan pupuk
majemuk NPK. Sumber P yang banyak beredar di pasar adalah SP36, fospat alam,
dan pupuk majemuk NPK. Sumber K yang banyak beredar di pasaran adalah ZK,
KCl, dan pupuk majemuk NPK. Pupuk-pupuk tersebut merupakan unsur sintetis
yang sengaja dibuat dan ditambahkan pada tanah untuk membantu pemenuhan
kebutuhan unsur hara mikro primer pada tanaman jeruk. Unsur-unsur lainnya
yang merupakan unsur makro sekunder dan unsur mikro dapat diberikan dalam
bentuk sintetis dan dapat juga menggunakan pupuk organik seperti pemberian
pupuk kandang. Sebagai contoh, sumber Ca dapat diperoleh dari pupuk sintetis
SP36, fosfat alam, kapur atau dolomit yang juga sekaligus mengandung Mg.
Kebutuhan S lebih sedikit dibandingkan N dan biasanya dapat terpenuhi dari
pemberian pupuk kandang, pupuk ZA, dan pupuk ZK. Pemenuhan unsur mikro
biasanya dapat terpenuhi jika tanah diberi pupuk kandang secara teratur
(Balitjestro 2008).
Menurut Balitjestro (2008) dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman
dipengaruhi oleh jenis atau varietas, umur, hasil atau biomasa yang dihasilkan
tanaman, dan faktor lingkungan. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan
dosis pupuk, yaitu analisis tanah atau daun, percobaan lapangan pada berbagai
umur tanaman, penggantian hara yang hilang untuk pertumbuhan dan hasil panen,
6
dan gejala kasat mata. Rekomendasi berdasarkan umur tanaman digunakan
terutama pada periode tanaman belum menghasilkan buah (TBM). Awalnya,
tanaman perlu dipupuk N lebih banyak agar pertumbuhan vegetatifnya optimal.
Saat berumur 3 tahun, tanaman mulai memasuki transisi menuju periode
menghasilkan buah/dewasa (TM) sehingga porsi P dan K ditingkatkan guna
mendukung pembentukan organ generatifnya. Walaupun tanaman muda
membutuhkan dosis pupuk lebih rendah, aplikasinya harus lebih sering karena
jangkaun akar untuk menyerap pupuk masih sempit/terbatas. Pada umur 4 tahun
ke atas, pupuk diaplikasikan dua kali setahun yaitu setelah panen dan empat bulan
setelah pemupukan pertama.
Penentuan dosis pupuk pada tanaman jeruk sebaiknya berdasarkan hasil
analisis daun. Analisis pada tanaman jeruk dilakukan dengan mengambil jaringan
daun yang telah berkembang penuh umur 4-6 bulan diambil dari ranting terminal
yang tidak menyangga bunga atau buah, kemudian dianalisis kadar unsur haranya
dan dibandingkan dengan standar kecukupan hara tanaman jeruk. Secara umum
analisis tanaman dapat digunakan untuk identifikasi status hara, mengkoreksi
tingkat kritis, dan menduga serapan unsur hara pada tanaman tahunan. Konsep
analisis daun pada tanaman jeruk dikembangkan oleh Embleton et al. (1973)
(Tabel 2). Konsep nilai standar yang dikembangkan merupakan harga rata-rata
kadar hara tanaman yang pertumbuhan dan produksinya baik.
Tabel 2 Standar kecukupan unsur hara pada tanaman jeruka
Unsur
N (%)
P (%)
K (%)
Ca (%)
Mg (%)
S (%)
B (ppm)
Fe (ppm)
Mn (ppm)
Zn (ppm)
Cu (ppm)
Mo (ppm)
Li (ppm)
As (ppm)
F (ppm)
a
Sangat
rendah
< 2.2
< 0.09
< 0.40
< 1.60
< 0.16
< 0.14
< 21.0
< 36.0
< 16.0
< 16.0
< 3.60
< 0.06
Rendah
Optimum
Tinggi
2.2-2.3
0.09-1.1
0.40-0.69
1.6-2.9
0.16-0.25
0.14-0.19
21-30
36-59
16-24
16-24
3.60-4.90
0.06-0.09
2.4-2.6
0.12-0.16
0.70-1.09
3.0-5.5
0.26-0.60
0.2-0.3
31-100
60-120
25-200
25-100
5-16
0.1-3.0
0.30
> 2.30
> 7.00
> 1.20
> 0.60
> 260
> 250
> 1 000
> 300
> 22
> 100
> 35
>5
> 100
Kriteria berdasarkan Embleton et al. (1973)
Nitrogen
Nitrogen ialah unsur hara makro yang berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun
(Hardjowigeno 2010). N merupakan bahan penting penyusun asam amino, amida
dan nukleoprotein, serta asam esensial untuk pembelahan sel, pembesaran sel
untuk pertumbuhan. N bergerak dari tubuh tanaman; N berpindah ke jaringan
muda sehingga defisiensi pertama kali tampak pada daun-daun yang lebih tua.
7
Defisiensi N menggangu proses pertumbuhan, menyebabkan tanaman kerdil,
menguning dan berkurangnya hasil panen berat keringnya (Gardner et al. 2008).
Sedangkan gejala kelebihan N adalah memperlambat kematangan tanaman
(terlalu banyak pertumbuhan vegetatif), batang-batang lemah dan mudah roboh
dan mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno 2010).
Menurut Poerwanto (2003) meskipun nitrogen merupakan unsur yang
paling banyak menyusun atmosfer bumi, namun jumlah nitrogen dalam tanah
dalam bentuk yang tersedia hanya sedikit. Tiga bentuk nitrogen dalam tanah ialah:
1. N organik, bagian bahan organik tanah. Nitrogen dalam bentuk ini tidak segera
tersedia untuk pertumbuhan tanaman
2. N ammonium, difiksasi oleh mineral liat. Dalam bentuk ammonium yang
difiksasi oleh liat, ketersediaan untuk tanaman rendah.
3. Ammonium dan ion nitrat atau senyawa terlarut yang digunakan tanaman.
Menurut Hardjowigeno (2010) hilangnya N dari tanah, antara lain:
digunakan oleh tanaman dan mikroorganisme, N dalam bentuk NH4+ diikat oleh
mineral liat jenis illit sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman dan terjadi
pencucian. N dalam bentuk NO3- (nitrat) mudah dicuci oleh air hujan (pencucian).
N dapat kembali ke tanah melalui pelapukan bahan organik. Nitrogen yang
berasal dari bahan organik ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman melalui tiga tahap
reaksi yang melibatkan aktivitas mikroorganisme. Tahap reaksi tersebut ialah:
1. Tahap reaksi aminisasi ialah pembentukan senyawa amino dari bahan organik
(protein) oleh bermacam-macam mikroorganisme.
2. Tahap reaksi amonifikasi ialah pembentukan amonium dari senyawa-senyawa
amino oleh mikroorganisme.
3. Tahap reaksi nitrifikasi ialah perubahan senyawa amonium menjadi nitrat yang
disebabkan oleh bakteri Nitrosomonas dan kemudian menjadi nitral oleh
bakteri Nitrosococcus.
Fosfor
Fosfor (P) merupakan salah satu unsur makro primer yang dibutuhkan oleh
tanaman. Tanaman membutuhkan unsur ini dalam jumlah banyak namun
ketersediaannya dalam tanah sangat rendah. Terdapat dua bentuk P dalam tanah
yaitu P organik dan P anorganik. P hadir dalam semua jaringan hidup.
Terkonsentrasi di bagian-bagian tanaman yang lebih muda, bunga dan biji-bijian.
P diperlukan untuk fotosintesis, pemecahan karbohidrat dan transfer energi dalam
tanaman. Hal ini membantu tanaman menyimpan dan menggunakan energi dari
fotosintesis untuk mengembangkan akar dan melawan stres. P terlibat dalam
serapan hara dan translokasi. P juga penting untuk pembelahan sel dan
pembesaran. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman berkurang ketika pasokan
P terlalu rendah (Zekri dan Obreza 2013). Menurut Poerwanto (2003) P
merupakan penyusun karbohidrat dan senyawa kaya N.
Menurut Hardjowigeno (2010) sebab-sebab kekurangan P didalam tanah
adalah jumlah P di tanah sedikit, sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak
dapat diambil oleh tanaman dan terjadi pengikisan (fiksasi) oleh Al pada tanah
masam atau oleh Ca pada tanah alkalis. Menurut Zekri dan Obreza (2013)
penyebab defisiensi P adalah kurangnya P-tersedia dalam tanah. Kekurangan P
dapat terjadi akibat pencucian dan erosi, pada tanah berpasir. P juga dapat
bereaksi dengan tanah liat, besi (Fe), aluminium (Al) atau kalsium (Ca) dalam
8
tanah dan menjadi kurang tersedia dan kurang bergerak. Pada tanah asam kuat,
seperti yang ditemukan di Brasil, P bisa menjadi cepat tersedia melalui fiksasi
atau imobilisasi oleh Fe dan Al. Ketersediaan fosfor juga dapat dikurangi dalam
tanah berkapur melalui Ca fiksasi. Pertumbuhan berkurang ketika pasokan P
terlalu rendah. P sangat mobile pada tanaman, sehingga bila kekurangan mungkin
bergerak dari daun tua ke daun muda dan daerah aktif tumbuh lain di mana energi
yang dibutuhkan untuk membentuk biji dan buah
Gajala kekurangan P terlihat pada pertumbuhan tanaman terhambat
(kerdil), karena sel terganggu dan daun-daun menjadi ungu atau coklat mulai dari
ujung daun (Hardjowigeno 2010). Kekurangan P pada tanaman jeruk dapat
diperbaiki dengan menerapkan pupuk P pada tanah atau dedaunan setelah
mengkonfirmasikan defisiensi P menggunakan analisis daun dan analisis tanah.
(Zekri dan Obreza 2013).
Kalium
Kalium (K) adalah salah satu unsur penting yang sangat dibutuhkan
tanaman selain N dan P. Pada awalnya kalium tidak banyak dipakai oleh para
petani, hal ini disebabkan karena unsur K banyak terdapat di dalam tanah
sehingga pengaruhnya tidak terlalu terlihat pada awal penanaman. K diketahui
mempengaruhi banyak reaksi enzimatik dan berkaitan dengan hampir setiap
fungsi utama tanaman. K membantu mengatur pasokan karbon dioksida (CO2)
untuk tanaman dengan mengendalikan pembukaan dan penutupan stomata. Hal ini
meningkatkan efisiensi air tanaman dan penggunaan gula untuk pemeliharaan dan
fungsi pertumbuhan yang normal. Selain itu, K bekerja untuk memindahkan gula
dari fotosintesis ke penyimpanan lainnya. K bekerja dengan fosfor (P) untuk
merangsang dan memelihara pertumbuhan akar tanaman dan merangsang sintesis
protein dari asam amino (Zekri dan Obreza 2013). K meningkatkan kesehatan
tanaman, ketahanan terhadap penyakit, dan toleransi terhadap nematoda dan
serangga. Laju fotosintesis turun tajam ketika tanaman kekurangan K (Gardner et
al. 2008).
Kekurangan K menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang lambat, daun
kecil, mengurangi ukuran buah, kulit yang sangat tipis dan konsentrasi asam
rendah dalam buah. Konsentrasi K cukup rendah di pohon menyebabkan
penurunan dalam pertumbuhan tanpa gejala defisiensi visual. Timbulnya gejala
defisiensi penglihatan atau visual berarti bahwa produksi telah terganggu serius.
Gejala muncul pertama pada daun yang lebih tua karena K cenderung
berkonsentrasi di jaringan berkembang pesat (Zekri dan Obreza 2013). Unsur K
mudah bergerak (mobile) di dalam tanaman sehingga gelaja-gejala kekurangan K
pada daun terutama terlihat pada daun tua, karena daun-daun muda yang masih
tubuh dengan aktif menyedot K dari daun-daun tua tersebut (Hardjowigeno 2010).
Kalium berasal dari mineral primer dan mineral sekunder seperti misalnya
tanah liat. Umumnya, tanah yang kandungan tanah liatnya tingga cenderung untuk
mengandung K relatif tinggi juga, sedangkan tanah organik dan berpasir
umumnya rendah K nya (Gardner et al. 2008). Pemupukan K dibutuhkan bagi
daerah yang ditanami tanaman yang cepat menghasilkan dan daerah yang
tanahnya berpasir, sedangkan pada tanah bertekstur berat, pembebasan bentuk
mineral K terlalu lambat (Zekri dan Obreza 2013). K yang tidak dapat
dipertukarkan, diikat oleh mineral liat illit (Hardjowigeno 2010).
9
Pasokan N dan P yang relatif tinggi dan yang rendah K, pertumbuhan
mungkin cepat pada awalnya, tetapi konsentrasi K dalam tanaman dapat menurun,
yang menyebabkan defisiensi. Defisiensi K dapat diperbaiki dengan memberikan
kalium klorida atau kalium sulfat ke dalam tanah. Namun, dalam tanah bertekstur
halus, salin, atau berkapur, aplikasi K ke tanah kadang-kadang tidak efektif atau
lambat untuk memperbaiki kekurangan K. Aplikasi kalium nitrat atau monokalium fosfat melalui daun dapat sangat efektif dan cepat untuk memperbaiki
kekurangan K. Aplikasi penyemprotan K pada daun telah ditunjukkan untuk
meningkatkan ukuran buah. Aplikasi penyemprotan potasium nitrat (KNO3) pada
daun, lebih cepat dibandingkan dengan pupuk yang diaplikasikan ke tanah, karena
serapan tanaman jauh lebih cepat, tetapi efek positif berlangsung dalam waktu
yang lebih singkat (Zekri dan Obreza 2013).
Pupuk Kandang
Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006) pemberian berbagai jenis dan
takaran pupuk kandang (sapi, ayam, dan kambing) dapat memperbaiki sifat fisik
tanah Ultisol. Menurut Sugiyatno et al. (2010) bahwa penggunaan pupuk organik
dari kotoran kambing sebagai substitusi pupuk kandang sapi tidak memberikan
pengaruh pada perkembangan generatif tanaman jeruk selama 6 bulan.
Kandungan bahan organik di lahan pertanian biasanya rendah (C
KEPROK BORNEO PRIMA PADA PERIODE TRANSISI
DI LAHAN RAWA KABUPATEN PASER
KALIMANTAN TIMUR
MUHAMAD NOOR AZIZU
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pelengkungan Cabang
dan Pemupukan Jeruk Keprok Borneo Prima pada Periode Transisi di Lahan
Rawa Kabupaten Paser Kalimantan Timur adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Muhamad Noor Azizu
NIM A252120011
RINGKASAN
MUHAMAD NOOR AZIZU. Pelengkungan Cabang dan Pemupukan Jeruk
Keprok Borneo Prima pada Periode Transisi Di Lahan Rawa Kabupaten Paser
Kalimantan Timur. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO, M RAHMAD
SUHARTANTO dan KETTY SUKETI.
Jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) merupakan
komoditas lokal unggulan yang perlu dikembangkan sebagai upaya untuk
mengurangi impor jeruk. Tanaman jeruk keprok borneo prima telah ditanam
secara luas di desa Padang Pengrapat Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser.
Tanaman jeruk ini ditanam pada area seluas 298 ha dan telah berumur 5 tahun,
namun belum memasuki periode berbuah. Hal ini diduga karena kondisi
lingkungan dan teknik budidaya yang belum sesuai.
Transisi merupakan perubahan kemampuan dari tidak mampu menjadi
mampu menghasilkan bunga. Transisi pertumbuhan juvenil ke dewasa pada
tanaman jeruk terjadi sekali dalam siklus hidup tanaman. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mendapatkan teknik pelengkungan cabang dan dosis pupuk yang
tepat jeruk keprok Borneo Prima pada periode transisi di lahan rawa. Penelitian
dilaksanakan di kebun jeruk petani desa Padang Pengrapat, Kecamatan Tanah
Grogot, Kabupaten Paser Kalimantan Timur, pada lahan rawa dengan ketinggian
tempat ± 15 m dpl, pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014.
Penelitian terdiri atas 2 percobaan. Kedua percobaan masing-masing
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 3 ulangan. Percobaan
1 terdiri atas 2 faktor. Faktor pertama adalah pelengkungan cabang yang terdiri
atas 2 taraf, yaitu tidak dilengkungkan (A1) dan dilengkungkan (A2). Faktor kedua
adalah dosis pupuk kandang yang terdiri atas 4 taraf, yaitu kontrol (K1), 40 kg per
tanaman (K2), 60 kg per tanaman (K3), dan 80 kg per tanaman (K4). Percobaan 2
terdiri atas 3 faktor. Faktor pertama adalah dosis pupuk N yang terdiri atas 5 taraf,
yaitu kontrol (N1), 45 g per tanaman (N2), 90 g per tanaman (N3), 135 g per
tanaman (N4) dan, 180 g per tanaman (N5). Faktor kedua adalah dosis pupuk P
yang terdiri atas 2 taraf, yaitu kontrol (P1) dan 36 g per tanaman (P2). Faktor
ketiga adalah dosis pupuk K yang terdiri atas 2 taraf, yaitu kontrol (K1) dan 165 g
per tanaman (K2).
Hasil percobaan menunjukkan bahwa pelengkungan cabang dapat
menyebabkan tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang berumur 5 tahun menjadi
berbunga dan berbuah, sedangkan yang tidak dilengkungkan cabangnya tidak
berbunga dan berbuah, selain itu pelengkungan cabang meningkatkan
pertumbuhan vegetatif (jumlah tunas baru, total panjang tunas baru per pohon dan
total daun baru per pohon). Pemberian pupuk kandang sampai dengan 80 kg per
tanaman pada periode transisi belum dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif
dan generatif (jumlah bunga per cabang dan jumlah buah per cabang) sampai
dengan 90 HSP (Hari Setelah Perlakuan). Tidak terdapat interaksi antara
pemberian pupuk kandang dan pelengkungan cabang terhadap pertumbuhan
vegetatif dan generatif. Pemberian 135 g N per tanaman dengan penambahan
pupuk P sebanyak 36 g per tanaman dengan atau tanpa penambahan pupuk 165 g
K per tanaman dapat meningkatkan jumlah tunas baru. Pemberian 135 g N per
tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif (total panjang tunas baru per
pohon dan total daun baru per pohon) tanaman jeruk keprok Borneo Prima,
demikian pula dengan pemberian fosfor 36 g per tanaman. Pemberian kalium
sampai dengan 165 g per tanaman tidak dapat meningkatkan pertumbuhan
vegetatif sampai akhir pengamatan (60 HSP). Pemberian N sampai dengan 180 g
per tanaman, P sampai dengan 36 g per tanaman, dan K sampai dengan 165 g per
tanaman belum meningkatkan jumlah bunga dan jumlah buah per cabang sampai
dengan akhir pengamatan.
.
Kata kunci: juvenil, lahan rawa, pupuk kandang, N, P, dan K
SUMMARY
MUHAMAD NOOR AZIZU. Bending and Fertilization in Transition Period of
Mandarin Citrus cv. Borneo Prima in Swamp Land Paser Regency East
Kalimantan. Supervised by ROEDHY POERWANTO, M RAHMAD
SUHARTANTO dan KETTY SUKETI.
Mandarin citrus cv. Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima) is
superior local variety that needs to be developed, in order to reduce citrus import.
Borneo Prima Mandarin Citrus have been planted in Padang Pengrapat, Tanah
Grogot Paser Regency. This citrus are 5 years old, but the citrus crop has not
entered a fruitful period. This is allegedly due to environmental conditions and
cultivation techniques are not appropriate. Transition is the changes in ability to
produce flowers. The transition of juvenile to adult growth on citrus occur once
time in the life cycle of plants. The purpose of this research to find the best
fertilization and bending technology of mandarin citrus cv. Borneo Prima on
transition period at swamp land. The experiment was conducted from October
2013 to March 2014 in the citrus farm orchard in village of Padang Pengrapat,
Tanah Grogot, Paser, East Borneo.
The research used Randomized Block Design with three replications. The
first factor was bending (with out bending and bending). The second factor was
manure rate (0, 40, 60 and 80 kg per plant). The second experiment consisted of
three factors. The first factor was rate of nitrogen fertilizer (0, 45, 90, 135 and 180
g per plant). The second factor was rate of phosphorus fertilizer (0 and 36 g per
plant). The third factor was rate of potassium fertilizer (0 and 165 g per plant).
The results showed that there was no interaction between manure
application and branch bending on the vegetative and generative growth of
Borneo Prima tangerine plants. Manure up to 80 kg per plant during the period of
transition has not been able to increase the vegetative and generative growth of
plants up to 90 DAT (Days After Treatment). Bending branches increased the
number of new shoots, the total length of the shoot, the total number of leaves,
number of flowers per branch and the number of fruits per branch. Application of
135 g N per plant with the addition of 36 g P per plant with or without the
addition of 165 g K per plant could increase the number of new shoots.
Application of 135 g N per plant increased vegetative growth (total length of
shoots and the total number of leaves) of Borneo Prima tangerine plants, as well
as application of 36 g P per plant. Application of K up to 165 g per plant could not
increase vegetative growth until the end of the observation (60 DAT). Application
of N up to 180 g per plant, P up to 36 g per plant, and K up to 165 g per plant did
not increase the number of flower and the number of fruits per branch until the
end of the observation.
Keywords: juvenile, swamp land, manure, N, P, and K
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PELENGKUNGAN CABANG DAN PEMUPUKAN JERUK
KEPROK BORNEO PRIMA PADA PERIODE TRANSISI
DI LAHAN RAWA KABUPATEN PASER
KALIMANTAN TIMUR
MUHAMAD NOOR AZIZU
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Penguji luar Komisi pada Ujian Tesis: Ir Winarso Drajad Widodo MS PhD
PRAKATA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa
ta’ala atas limpahan karunia dan rahmat-Nya sehingga karya ilmiah ini
berhasil diselesaikan. Penulis memilih tema pemupukan tanaman dan
teknologi pembungaan jeruk keprok dengan judul Pelengkungan Cabang
dan Pemupukan Jeruk Keprok Borneo Prima pada Periode Transisi di Lahan
Rawa Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama
enam bulan sejak bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014.
Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc selaku ketua komisi pembimbing, Dr Ir
M Rahmad Suhartanto, MSi dan Dr Ir Ketty Suketi, MSi selaku anggota
komisi pembimbing atas segala bimbingan, arahan, dan saran kepada
penulis selama penelitian hingga tersusunnya tesis ini
Dr Ir Maya Melati, MS, MSc selaku penguji dan Ketua Program Studi
Agronomi dan Hortikultura serta Dr Ani Kurniawati, SP, MSi selaku Wakil
Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura.
Ir Winarso Drajad Widodo, MS, PhD selaku dosen penguji luar komisi pada
ujian tesis serta seluruh staf pengajar dan staf laboratorium yang telah
membagikan ilmu kepada penulis.
Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan Pusat Kajian
Buah-Buahan Tropika-Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.
Keluarga tercinta, Ibunda Nurbaya dan Ayahanda Azizu, kakak Novesty
Noor Azizu, adik Azelia Monica Azizu, Muhammad Akhmil Azizu dan
Muhamad Alfaro, atas doa dan dorongan semangat kepada penulis
Rekan-rekan Agronomi dan Hortikultura angkatan 2012 atas kebersamaan
dan persaudaraan selama mengikuti perkuliahan.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat.
Bogor, Februari 2015
Muhamad Noor Azizu
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Hipotesis
1
1
3
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk Keprok Borneo Prima
Pemupukan
Pelengkungan Cabang
Klasifikasi Lahan Rawa
4
4
4
9
10
3 METODE
Kondisi Lokasi Penelitian
Metode Penelitian
Pelaksanaan Percobaan
Pengamatan
Analisis Data
11
11
12
13
15
16
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1
Pertumbuhan Vegetatif
Pertumbuhan Generatif
Percobaan 2
Pertumbuhan Vegetatif
Pertumbuhan Generatif
16
16
16
20
24
24
27
5 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
29
29
30
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
34
RIWAYAT HIDUP
45
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Rekomendasi pemupukan jeruk berdasarkan umur tanaman
Standar kecukupan unsur hara pada tanaman jeruk
Pengaruh dosis pupuk kandang dan pelengkungan cabang
terhadap jumlah tunas baru
Pengaruh dosis pupuk kandang dan pelengkungan cabang
terhadap total panjang tunas baru per pohon
Pengaruh dosis pupuk kandang dan pelengkungan cabang
terhadap total daun baru per pohon
Pengaruh dosis pupuk kandang dan pelengkungan cabang
terhadap jumlah bunga per cabang
Pengaruh dosis pupuk kandang dan pelengkungan cabang
terhadap jumlah buah per cabang
Kandungan karbohidrat, nitrogen dan rasio C/N
Interaksi antara dosis pupuk N, P, dan K terhadap jumlah tunas
baru
Pengaruh dosis pupuk N, P, dan K terhadap total panjang tunas
baru per pohon
Pengaruh dosis pupuk N, P, dan K terhadap total daun baru per
pohon
Pengaruh dosis pupuk N, P, dan K terhadap jumlah bunga per
cabang
Pengaruh dosis pupuk N, P, dan K terhadap jumlah buah per
cabang
5
6
17
18
19
20
22
23
24
25
26
27
28
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
Pohon jeruk Keprok Borneo Prima yang ditanam di pematang
sawah
Proses pelengkungan cabang
(a) tunas vegetatif juvenil, (b) tunas vegetatif dewasa, dan (c)
tunas campuran vegetatif generatif.
Kurva dan persamaan regresi respon jumlah bunga per cabang
pada 75 HSP (a), dan jumlah buah per cabang pada 90 HSP (b)
terhadap peningkatan taraf dosis pupuk kandang
Kurva respon jumlah bunga per cabang pada 75 HSP (a), dan
jumlah buah per cabang pada 90 HSP (b) terhadap peningkatan
taraf dosis pupuk N
12
14
17
21
29
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
Denah percobaan 1 di lahan
Denah percobaan 2 di lahan
Alur pelaksanaan penelitian percobaan 1 di lapang
Alur pelaksanaan penelitian percobaan 2 di lapang
Analisis kandungan karbohidrat total daun metode Luff-Schoorl
Analisis kandungan nitrogen daun metode Semi mikro Kjeldhal
Data panjang tunas vegetatif juvenil maupun panjang tunas
vegetatif dewasa pada tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang
dilengkungkan cabangnya dan yang tidak dilengkungkan
cabangnya
8 Rekapitulasi hasil percobaan 1 dosis pupuk kandang,
pelengkungan cabang dan interaksi pada jeruk keprok Borneo
Prima
9 Hasil analisis tanah awal, dosis pupuk kandang 0, 40, 60, dan 80
kg per tanaman
10 Rekapitulasi hasil percobaan 2 pemupukan N, P, dan K dan
interaksi pada jeruk keprok Borneo Prima
11 Hasil analisis tanah N 135, P 36, dan K 165 g per tanaman
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permintaan buah jeruk semakin meningkat akibat peningkatan jumlah
penduduk, pendapatan dan kesadaran masyarakat akan nilai gizi. Peningkatan ini
justru menyebabkan Indonesia mengimpor jeruk segar dalam jumlah besar.
Volume impor jeruk pada bulan Januari sampai Oktober 2013 mencapai 0.086
juta ton (Kementan 2013), sedangkan produksi jeruk tahun 2013 mencapai 1.41
juta ton (BPS 2013). Jeruk yang diimpor adalah jeruk yang berwarna jingga,
sedangkan sebagian besar jeruk Indonesia berwarna hijau. Tingginya permintaan
jeruk impor terjadi karena penampilan jeruk keprok yang berwarna jingga yang
lebih disukai dari pada jeruk berwarna hijau.
Indonesia mempunyai beberapa varietas jeruk keprok berwarna jingga
yang dihasilkan di dataran tinggi, jika varietas tersebut ditanam di dataran rendah
maka akan menghasilkan buah berwarna hijau. Pengembangan jeruk keprok di
dataran tinggi sulit dilakukan karena keterbatasan lahan dan persaingan dengan
tanaman budidaya lainnya.
Tahun 2007 Departemen Pertanian melepas jeruk keprok varietas baru
yang adaptif di dataran rendah, diberi nama jeruk keprok Borneo Prima. Jeruk
keprok tersebut cukup unik karena buahnya berwarna jingga seperti jeruk keprok
yang tumbuh di dataran tinggi (BPPMD 2009). Jeruk ini dikembangkan di
Kalimantan Timur secara luas di lahan rawa. Teknik budidaya yang baku untuk
jeruk keprok Borneo Prima belum ada. Budidaya jeruk tersebut masih mengikuti
teknik budidaya jeruk keprok dari daerah lain, sehingga perlu dikembangkan
standar baku budidaya jeruk keprok di lahan rawa. Di desa Padang Pengrapat
Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Paser jeruk keprok Borneo Prima sudah
ditanam dengan luas area 298 ha dan telah berumur 5 tahun, tetapi tanaman jeruk
tersebut belum memasuki periode berbuah yang diduga disebabkan oleh kondisi
lingkungan dan teknik budidaya yang belum sesuai.
Kondisi lingkungan tanaman jeruk keprok Borneo prima selalu tergenang
dimana tanaman jeruk keprok Borneo Prima ditanam di lahan rawa. Pada lahan
rawa tingkat kesuburan tanah sangat rendah serta terjadi pencucian yang tinggi.
Rendahnya tingkat kesuburan tanah serta tingginya pencucian menyebabkan
ketersediaan hara khususnya hara makro (N, P dan K) rendah. Sehingga untuk
meningkatkan tingkat kesuburan tanah dilakukan dengan pemberian pupuk
kandang.
Salah satu teknik budidaya jeruk keprok Borneo Prima yang dilakukan dan
belum sesuai adalah pemupukan. Pemupukan hanya dilakukan satu kali yaitu saat
penanaman, sehingga tanaman kekurangan hara dan hal inilah yang menyebabkan
kondisi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kurang baik. Pemberian pupuk
nitrogen diharapkan mampu memperbaiki kondisi pertumbuhan tanaman jeruk,
namun tanaman jeruk tidak hanya membutuhkan pupuk nitrogen saja, tetapi juga
membutuhkan pupuk P dan K untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
jeruk. Dengan kondisi pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruk yang telah
baik, barulah tanaman akan memasuki periode transisi. Selain dengan pemberian
2
pupuk kandang, pupuk N, P, dan K, juga dilakukan pelengkungan cabang untuk
merangsang tanaman menuju periode transisi pertumbuhan juvenil ke dewasa.
Transisi pertumbuhan juvenil ke dewasa pada tanaman jeruk terjadi sekali
dalam siklus hidup tanaman. Transisi tersebut merupakan perubahan kemampuan
dari tidak mampu menjadi mampu menghasilkan bunga. Transisi pertumbuhan
juvenil ke dewasa terjadi terkait dengan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya. Menurut Poerwanto dan Susila (2014) faktor tersebut adalah
1) faktor eksternal yaitu adanya pengaruh lingkungan seperti suhu, cekaman
kekeringan dan panjang hari, 2) faktor internal yaitu kandungan N, karbohidrat,
asam amino dan hormon, serta 3) faktor yang melibatkan manipulasi oleh manusia
seperti girdling/ringing, pemangkasan akar dan daun, pelengkungan cabang dan
pemberian ZPT (paclobutrazol).
Pelengkungan cabang pada tanaman jeruk bertujuan untuk menghambat
pertumbuhan vegetatif dan mendorong pertumbuhan generatif. Pelengkungan
cabang dilakukan dengan cara menarik cabang ke arah horizontal. Pada kondisi
cabang yang dilengkungkan, pergerakan fotosintat dari daun ke akar terhambat,
sehingga menyebabkan akumulasi karbohidrat dan hormon di tajuk. Hasil
penelitian Notodimedjo (1994) menunjukkan bahwa pelengkungan cabang dengan
disertai defoliasi buatan pada apel dapat meningkatkan persentase kuncup apel
yang membuka baik di musim hujan maupun kemarau.
Tanaman jeruk keprok memiliki pertumbuhan dominansi apikal, dimana
pertumbuhan tanaman mengarah ke atas. Meristem apikal memproduksi hormon
auksin dan hormon auksin ditransferkan ke akar atau ke seluruh bagian tanaman.
Aliran auksin dari daerah apikal menuju akar, akan melewati tunas-tunas lateral.
Tunas-tunas lateral yang dilewati auksin pertumbuhannya terhambat.
Pelengkungan cabang mempengaruhi pergerakan hormon auksin, sehingga
mematahkan dominansi apikal. Pelengkungan cabang akan menghambat
pergerakan auksin dari daerah meristem apikal ke akar, sehingga terjadi
penumpukan di daerah tajuk atau cabang yang dilengkungkan. Terhambatnya
hormon auksin pada cabang yang dilengkungkan memacu munculnya tunas-tunas
lateral. Menurut Mullins (1967) cabang horizontal mengandung auksin dan
giberelin yang kurang daripada cabang yang tumbuh ke atas, hal ini akibat
pergerakan grafitasi yang mempengaruhi metabolisme maupun distribusi zat
tumbuh tanaman apel. Dengan berkurangnya zat pendorong pertumbuhan ini
kadar zat penghambat pertumbuhan meningkat dan menstimulasi pembungaan.
Menurut Ryugo (1988) ketika dahan atau cabang dilengkungkan dari orientasi
vertikal menyebabkan tunas apikal kehilangan dominansinya, karena kandungan
giberelin terus menurun ketika cabang dilengkungkan dan pertumbuhan tunas
berkurang pada waktu yang sama. Penurunan kandungan giberelin yang
berkorelasi dengan peningkatan pembentukan kuncup bunga.
Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang
cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, serta
menjadi salah satu faktor utama yang menentukan produksi tanaman. Belum ada
informasi mengenai teknik pemupukan dan dosis pupuk pada jeruk keprok Borneo
Prima di lahan rawa yang tepat karena pemupukan dilakukan hanya mengikuti
anjuran jeruk varietas lain dan bukan pada lahan rawa. Lahan rawa selain
dimanfaatkan untuk perluasan areal pertanian, juga menjadi daerah perluasan
pemukiman melalui program transmigran. Dengan demikian, pengembangan
3
tanaman jeruk keprok Borneo Prima menjadi usaha alternatif disamping
komoditas pertanian lainnya, khususnya tanaman padi dalam meningkatkan
pendapatan petani dikawasan lahan rawa. Namun permasalahan yang ada pada
lahan rawa adalah tingkat kesuburan tanahnya yang sangat rendah.
Pemupukan yang rasional dan ilmiah adalah pemupukan yang diberikan
berdasarkan kepada potensi atau status hara dan kebutuhan tanaman (Poerwanto
2000). Keadaan tersebut mendorong dilakukan serangkaian penelitian pemupukan
nitrogen, fosfor, kalium dan pupuk kandang pada tanaman jeruk keprok Borneo
Prima di lahan rawa. Kekurangan salah satu dari ketiga unsur tersebut
menyebabkan tanaman akan mengalami gangguan pertumbuhan. Menurut Alva et
al. (2006) nitrogen (N) adalah komponen asam amino dan protein yang sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan pohon jeruk. Menurut Marschner
(2012) fosfor (P) memacu perkembangan perakaran tanaman, meningkatkan
penggunaan dan pengangkutan hara tanaman yang berpengaruh pada produksi
tanaman. Menurut Zekri dan Obreza (2013) kalium (K) berfungsi untuk
memperkuat jaringan batang tanaman dan meningkatkan kualitas buah.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik
pelengkungan cabang dan dosis pupuk yang tepat jeruk keprok Borneo Prima
pada periode transisi di lahan rawa.
Hipotesis
Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan, maka disusun hipotesis sebagai
berikut:
1. Terdapat taraf dosis pupuk kandang yang memberikan pengaruh pada periode
transisi pertumbuhan vegetatif ke generatif tanaman jeruk keprok Borneo
Prima di lahan rawa.
2. Terdapat pelengkungan cabang yang dapat memberikan pengaruh pada
periode periode transisi pertumbuhan vegetatif ke generatif tanaman jeruk
keprok Borneo Prima di lahan rawa.
3. Terdapat interaksi antara dosis pupuk kandang dan pelengkungan cabang
yang memberikan pengaruh pada periode transisi pertumbuhan vegetatif ke
generatif tanaman jeruk keprok Borneo Prima di lahan rawa.
4. Terdapat dosis pupuk nitrogen, fosfor dan kalium yang memberikan pengaruh
pada periode transisi pertumbuhan vegetatif ke generatif tanaman jeruk
keprok Borneo Prima di lahan rawa.
5. Terdapat interaksi antara dosis nitrogen dan fosfor, nitrogen dan kalium,
fosfor dan kalium, dan nitrogen, fosfor dan kalium yang memberikan
pengaruh pada periode transisi pertumbuhan vegetatif ke generatif tanaman
jeruk keprok Borneo Prima di lahan rawa.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA
Jeruk Keprok Borneo Prima
Jeruk keprok Borneo Prima merupakan jeruk keprok dataran rendah yang
memiliki karakteristik seperti jeruk keprok dataran tinggi yaitu berkulit buah
jingga. Jeruk keprok ini berasal dari desa Tanjung Labu Kecamatan Rantau
Pulung Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Tinggi tanaman 3.5
m, lebar tajuk 1.9 m, bantuk tajuk tanaman menjulang dan percabangan rapat
mengarah ke atas. Lingkar batang bawah 45 cm dan lingkar batang atas 31 cm.
Bentuk penampang batang tanaman bulat agak pipih dan warna batang coklat
kehijauan. Bentuk daun jorong dengan panjang daun 8.2-9.6 cm dan lebar daun
3.5-5 cm. Warna daun bagian atas hijau tua dan warna daun bagian bawah hijau
muda. Tepi daun beringgit dan ujung daun runcing dengan permukaan daun halus.
Panjang tangkai daun 1.2-2.5 cm. Mahkota bunga berwarna putih dengan jumlah
6 helai. Kepala putik berwarna krem dan benang sari berwarna kuning dengan
jumlah 18 buah. Kelopak bunga berwarna hijau dan berjumlah 7 helai. Jumlah
bunga per tandan 2-5 kuntum. Buah jeruk keprok Borneo Prima berbentuk bulat
agak lonjong dengan ukuran rata-rata tinggi 5.6-6.4 cm, diameter 6.1-7.6 cm.
Bentuk pangkal buah berkonde dan bentuk ujung buah melekuk ke dalam. Kulit
buah muda berwarna hijau dan kulit buah masak berwana kuning. Buah ini
memiliki ketebalan kulit 3.5-6 mm. Daging buah berwarna oranye dengan tekstur
agak lunak dan rasa daging buah manis agak asam dan segar. Kandungan kadar
gula 8.5-11.6%, kadar asam 0.23-0.30%, kadar vitamin C 86.96 mg/100 mg,
kadar juice 19.79-26.24% dan kadar serat 0.50-0.99%. Bobot buah antara 60 g
sampai 290 g per buah dengan panjang tangkai buah 0.4-2.5 cm. Jumlah buah per
tandan 2-4 buah. Biji berwarna putih kehijauan dan berbentuk oval. Tiap buah
memiliki 7-22 biji dengan ukuran panjang 11-12 mm dan diameter 6-7 mm.
Tanaman jeruk keprok Borneo Prima berbunga pada bulan April sampai dengan
Mei dan juga pada bulan Oktober sampai dengan Nopember. Waktu panen jeruk
keprok Borneo Prima pada bulan Oktober sampai dengan Nopember dan bulan
April sampai dengan Mei. Hasil buah per pohon adalah 18 sampai dengan 22 kg
per pohon per tahun. Persentase bagian buah yang dapat dikonsumsi 68-73%
dengan daya simpan buah pada suhu kamar sekitar 15 sampai dengan 20 hari
setelah panen (Ditbenih 2007).
Pemupukan
Tumbuh kembang suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang
tersedia dalam media tanamnya, begitu pula dengan tanaman jeruk. Tanaman
jeruk memerlukan paling sedikit dua belas macam unsur esensial untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur-unsur tersebut dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu unsur makro primer, makro sekunder, dan mikro. Unsur makro
primer adalah unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, meliputi nitrogen
(N), fosfor (P), dan kalium (K). Unsur makro sekunder adalah unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah banyak hanya dalam kondisi tertentu, meliputi kalsium
(Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S). Unsur mikro adalah unsur hara yang
5
dibutuhkan dalam jumlah sedikit tetapi bila kekurangan akan mempengaruhi
produksi dan kelangsungan hidup tanaman, meliputi besi (Fe), seng (Zn), mangan
(Mn), tembaga (Cu), boron (B), dan molibdenum (Mo) (Balitjestro 2008).
Banyaknya tingkatan dosis N pada pohon jeruk yang masih kecil (belum
menghasilkan) dalam perkebunan jeruk skala kecil harus ditekankan pada
kebutuhan dosis per pohon (Zaman et al. 2005). Pada jeruk juga diketahui bahwa
N dan K merupakan dua dari sejumlah hara yang penting untuk pertumbuhan,
hasil, dan kualitas buah. Dua hara ini dibutuhkan dalam jumlah yang cukup pada
tahap pertumbuhan kritis, terutama di saat inisiasi dan perkembangan buah (Alva
et al. 2005; Hammami et al. 2010).
Standar pemupukan nitrogen untuk tanaman jeruk telah ditentukan oleh
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Tanaman Subtropika (Balitjestro) yaitu
sebanyak 10 sampai dengan 20 g per pohon untuk tanaman jeruk umur satu tahun
(Tabel 1). Standar tersebut dibuat secara umum berdasarkan umur tanaman jeruk
tanpa memperhatikan faktor budidaya lainnya dan faktor lingkungan. Menurut
Taufik et al. (2000) bahwa dosis pupuk yang tepat pada tanaman jeruk keprok
Selayar umur satu tahun adalah 150 g urea, 40 g SP36, dan 30 g KCl per pohon.
Tabel 1 Rekomendasi pemupukan jeruk berdasarkan umur tanamana
Umur
(tahun)
1
2
3
4
5
a
Dosis pupuk g per pohon
Nitrogen
P2O5 (Fosfor)
K2O (Kalium)
10 s/d 20
5 s/d 10
5
25 s/d 40
15 s/d 20
10 s/d 15
40 s/d 75
25 s/d 40
20 s/d 30
80 s/d 120
50 s/d 75
40 s/d 50
125 s/d 150
80 s/d 100
60 s/d 80
Aplikasi pupuk
2 – 3 kali/tahun
3 – 4 kali/tahun
3 – 4 kali/tahun
2 – 3 kali/tahun
2 kali/tahun
: Balitjestro (2008)
Sumber N yang banyak beredar di pasar adalah urea, ZA, dan pupuk
majemuk NPK. Sumber P yang banyak beredar di pasar adalah SP36, fospat alam,
dan pupuk majemuk NPK. Sumber K yang banyak beredar di pasaran adalah ZK,
KCl, dan pupuk majemuk NPK. Pupuk-pupuk tersebut merupakan unsur sintetis
yang sengaja dibuat dan ditambahkan pada tanah untuk membantu pemenuhan
kebutuhan unsur hara mikro primer pada tanaman jeruk. Unsur-unsur lainnya
yang merupakan unsur makro sekunder dan unsur mikro dapat diberikan dalam
bentuk sintetis dan dapat juga menggunakan pupuk organik seperti pemberian
pupuk kandang. Sebagai contoh, sumber Ca dapat diperoleh dari pupuk sintetis
SP36, fosfat alam, kapur atau dolomit yang juga sekaligus mengandung Mg.
Kebutuhan S lebih sedikit dibandingkan N dan biasanya dapat terpenuhi dari
pemberian pupuk kandang, pupuk ZA, dan pupuk ZK. Pemenuhan unsur mikro
biasanya dapat terpenuhi jika tanah diberi pupuk kandang secara teratur
(Balitjestro 2008).
Menurut Balitjestro (2008) dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman
dipengaruhi oleh jenis atau varietas, umur, hasil atau biomasa yang dihasilkan
tanaman, dan faktor lingkungan. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan
dosis pupuk, yaitu analisis tanah atau daun, percobaan lapangan pada berbagai
umur tanaman, penggantian hara yang hilang untuk pertumbuhan dan hasil panen,
6
dan gejala kasat mata. Rekomendasi berdasarkan umur tanaman digunakan
terutama pada periode tanaman belum menghasilkan buah (TBM). Awalnya,
tanaman perlu dipupuk N lebih banyak agar pertumbuhan vegetatifnya optimal.
Saat berumur 3 tahun, tanaman mulai memasuki transisi menuju periode
menghasilkan buah/dewasa (TM) sehingga porsi P dan K ditingkatkan guna
mendukung pembentukan organ generatifnya. Walaupun tanaman muda
membutuhkan dosis pupuk lebih rendah, aplikasinya harus lebih sering karena
jangkaun akar untuk menyerap pupuk masih sempit/terbatas. Pada umur 4 tahun
ke atas, pupuk diaplikasikan dua kali setahun yaitu setelah panen dan empat bulan
setelah pemupukan pertama.
Penentuan dosis pupuk pada tanaman jeruk sebaiknya berdasarkan hasil
analisis daun. Analisis pada tanaman jeruk dilakukan dengan mengambil jaringan
daun yang telah berkembang penuh umur 4-6 bulan diambil dari ranting terminal
yang tidak menyangga bunga atau buah, kemudian dianalisis kadar unsur haranya
dan dibandingkan dengan standar kecukupan hara tanaman jeruk. Secara umum
analisis tanaman dapat digunakan untuk identifikasi status hara, mengkoreksi
tingkat kritis, dan menduga serapan unsur hara pada tanaman tahunan. Konsep
analisis daun pada tanaman jeruk dikembangkan oleh Embleton et al. (1973)
(Tabel 2). Konsep nilai standar yang dikembangkan merupakan harga rata-rata
kadar hara tanaman yang pertumbuhan dan produksinya baik.
Tabel 2 Standar kecukupan unsur hara pada tanaman jeruka
Unsur
N (%)
P (%)
K (%)
Ca (%)
Mg (%)
S (%)
B (ppm)
Fe (ppm)
Mn (ppm)
Zn (ppm)
Cu (ppm)
Mo (ppm)
Li (ppm)
As (ppm)
F (ppm)
a
Sangat
rendah
< 2.2
< 0.09
< 0.40
< 1.60
< 0.16
< 0.14
< 21.0
< 36.0
< 16.0
< 16.0
< 3.60
< 0.06
Rendah
Optimum
Tinggi
2.2-2.3
0.09-1.1
0.40-0.69
1.6-2.9
0.16-0.25
0.14-0.19
21-30
36-59
16-24
16-24
3.60-4.90
0.06-0.09
2.4-2.6
0.12-0.16
0.70-1.09
3.0-5.5
0.26-0.60
0.2-0.3
31-100
60-120
25-200
25-100
5-16
0.1-3.0
0.30
> 2.30
> 7.00
> 1.20
> 0.60
> 260
> 250
> 1 000
> 300
> 22
> 100
> 35
>5
> 100
Kriteria berdasarkan Embleton et al. (1973)
Nitrogen
Nitrogen ialah unsur hara makro yang berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun
(Hardjowigeno 2010). N merupakan bahan penting penyusun asam amino, amida
dan nukleoprotein, serta asam esensial untuk pembelahan sel, pembesaran sel
untuk pertumbuhan. N bergerak dari tubuh tanaman; N berpindah ke jaringan
muda sehingga defisiensi pertama kali tampak pada daun-daun yang lebih tua.
7
Defisiensi N menggangu proses pertumbuhan, menyebabkan tanaman kerdil,
menguning dan berkurangnya hasil panen berat keringnya (Gardner et al. 2008).
Sedangkan gejala kelebihan N adalah memperlambat kematangan tanaman
(terlalu banyak pertumbuhan vegetatif), batang-batang lemah dan mudah roboh
dan mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno 2010).
Menurut Poerwanto (2003) meskipun nitrogen merupakan unsur yang
paling banyak menyusun atmosfer bumi, namun jumlah nitrogen dalam tanah
dalam bentuk yang tersedia hanya sedikit. Tiga bentuk nitrogen dalam tanah ialah:
1. N organik, bagian bahan organik tanah. Nitrogen dalam bentuk ini tidak segera
tersedia untuk pertumbuhan tanaman
2. N ammonium, difiksasi oleh mineral liat. Dalam bentuk ammonium yang
difiksasi oleh liat, ketersediaan untuk tanaman rendah.
3. Ammonium dan ion nitrat atau senyawa terlarut yang digunakan tanaman.
Menurut Hardjowigeno (2010) hilangnya N dari tanah, antara lain:
digunakan oleh tanaman dan mikroorganisme, N dalam bentuk NH4+ diikat oleh
mineral liat jenis illit sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman dan terjadi
pencucian. N dalam bentuk NO3- (nitrat) mudah dicuci oleh air hujan (pencucian).
N dapat kembali ke tanah melalui pelapukan bahan organik. Nitrogen yang
berasal dari bahan organik ini dapat dimanfaatkan oleh tanaman melalui tiga tahap
reaksi yang melibatkan aktivitas mikroorganisme. Tahap reaksi tersebut ialah:
1. Tahap reaksi aminisasi ialah pembentukan senyawa amino dari bahan organik
(protein) oleh bermacam-macam mikroorganisme.
2. Tahap reaksi amonifikasi ialah pembentukan amonium dari senyawa-senyawa
amino oleh mikroorganisme.
3. Tahap reaksi nitrifikasi ialah perubahan senyawa amonium menjadi nitrat yang
disebabkan oleh bakteri Nitrosomonas dan kemudian menjadi nitral oleh
bakteri Nitrosococcus.
Fosfor
Fosfor (P) merupakan salah satu unsur makro primer yang dibutuhkan oleh
tanaman. Tanaman membutuhkan unsur ini dalam jumlah banyak namun
ketersediaannya dalam tanah sangat rendah. Terdapat dua bentuk P dalam tanah
yaitu P organik dan P anorganik. P hadir dalam semua jaringan hidup.
Terkonsentrasi di bagian-bagian tanaman yang lebih muda, bunga dan biji-bijian.
P diperlukan untuk fotosintesis, pemecahan karbohidrat dan transfer energi dalam
tanaman. Hal ini membantu tanaman menyimpan dan menggunakan energi dari
fotosintesis untuk mengembangkan akar dan melawan stres. P terlibat dalam
serapan hara dan translokasi. P juga penting untuk pembelahan sel dan
pembesaran. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman berkurang ketika pasokan
P terlalu rendah (Zekri dan Obreza 2013). Menurut Poerwanto (2003) P
merupakan penyusun karbohidrat dan senyawa kaya N.
Menurut Hardjowigeno (2010) sebab-sebab kekurangan P didalam tanah
adalah jumlah P di tanah sedikit, sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak
dapat diambil oleh tanaman dan terjadi pengikisan (fiksasi) oleh Al pada tanah
masam atau oleh Ca pada tanah alkalis. Menurut Zekri dan Obreza (2013)
penyebab defisiensi P adalah kurangnya P-tersedia dalam tanah. Kekurangan P
dapat terjadi akibat pencucian dan erosi, pada tanah berpasir. P juga dapat
bereaksi dengan tanah liat, besi (Fe), aluminium (Al) atau kalsium (Ca) dalam
8
tanah dan menjadi kurang tersedia dan kurang bergerak. Pada tanah asam kuat,
seperti yang ditemukan di Brasil, P bisa menjadi cepat tersedia melalui fiksasi
atau imobilisasi oleh Fe dan Al. Ketersediaan fosfor juga dapat dikurangi dalam
tanah berkapur melalui Ca fiksasi. Pertumbuhan berkurang ketika pasokan P
terlalu rendah. P sangat mobile pada tanaman, sehingga bila kekurangan mungkin
bergerak dari daun tua ke daun muda dan daerah aktif tumbuh lain di mana energi
yang dibutuhkan untuk membentuk biji dan buah
Gajala kekurangan P terlihat pada pertumbuhan tanaman terhambat
(kerdil), karena sel terganggu dan daun-daun menjadi ungu atau coklat mulai dari
ujung daun (Hardjowigeno 2010). Kekurangan P pada tanaman jeruk dapat
diperbaiki dengan menerapkan pupuk P pada tanah atau dedaunan setelah
mengkonfirmasikan defisiensi P menggunakan analisis daun dan analisis tanah.
(Zekri dan Obreza 2013).
Kalium
Kalium (K) adalah salah satu unsur penting yang sangat dibutuhkan
tanaman selain N dan P. Pada awalnya kalium tidak banyak dipakai oleh para
petani, hal ini disebabkan karena unsur K banyak terdapat di dalam tanah
sehingga pengaruhnya tidak terlalu terlihat pada awal penanaman. K diketahui
mempengaruhi banyak reaksi enzimatik dan berkaitan dengan hampir setiap
fungsi utama tanaman. K membantu mengatur pasokan karbon dioksida (CO2)
untuk tanaman dengan mengendalikan pembukaan dan penutupan stomata. Hal ini
meningkatkan efisiensi air tanaman dan penggunaan gula untuk pemeliharaan dan
fungsi pertumbuhan yang normal. Selain itu, K bekerja untuk memindahkan gula
dari fotosintesis ke penyimpanan lainnya. K bekerja dengan fosfor (P) untuk
merangsang dan memelihara pertumbuhan akar tanaman dan merangsang sintesis
protein dari asam amino (Zekri dan Obreza 2013). K meningkatkan kesehatan
tanaman, ketahanan terhadap penyakit, dan toleransi terhadap nematoda dan
serangga. Laju fotosintesis turun tajam ketika tanaman kekurangan K (Gardner et
al. 2008).
Kekurangan K menyebabkan pertumbuhan vegetatif yang lambat, daun
kecil, mengurangi ukuran buah, kulit yang sangat tipis dan konsentrasi asam
rendah dalam buah. Konsentrasi K cukup rendah di pohon menyebabkan
penurunan dalam pertumbuhan tanpa gejala defisiensi visual. Timbulnya gejala
defisiensi penglihatan atau visual berarti bahwa produksi telah terganggu serius.
Gejala muncul pertama pada daun yang lebih tua karena K cenderung
berkonsentrasi di jaringan berkembang pesat (Zekri dan Obreza 2013). Unsur K
mudah bergerak (mobile) di dalam tanaman sehingga gelaja-gejala kekurangan K
pada daun terutama terlihat pada daun tua, karena daun-daun muda yang masih
tubuh dengan aktif menyedot K dari daun-daun tua tersebut (Hardjowigeno 2010).
Kalium berasal dari mineral primer dan mineral sekunder seperti misalnya
tanah liat. Umumnya, tanah yang kandungan tanah liatnya tingga cenderung untuk
mengandung K relatif tinggi juga, sedangkan tanah organik dan berpasir
umumnya rendah K nya (Gardner et al. 2008). Pemupukan K dibutuhkan bagi
daerah yang ditanami tanaman yang cepat menghasilkan dan daerah yang
tanahnya berpasir, sedangkan pada tanah bertekstur berat, pembebasan bentuk
mineral K terlalu lambat (Zekri dan Obreza 2013). K yang tidak dapat
dipertukarkan, diikat oleh mineral liat illit (Hardjowigeno 2010).
9
Pasokan N dan P yang relatif tinggi dan yang rendah K, pertumbuhan
mungkin cepat pada awalnya, tetapi konsentrasi K dalam tanaman dapat menurun,
yang menyebabkan defisiensi. Defisiensi K dapat diperbaiki dengan memberikan
kalium klorida atau kalium sulfat ke dalam tanah. Namun, dalam tanah bertekstur
halus, salin, atau berkapur, aplikasi K ke tanah kadang-kadang tidak efektif atau
lambat untuk memperbaiki kekurangan K. Aplikasi kalium nitrat atau monokalium fosfat melalui daun dapat sangat efektif dan cepat untuk memperbaiki
kekurangan K. Aplikasi penyemprotan K pada daun telah ditunjukkan untuk
meningkatkan ukuran buah. Aplikasi penyemprotan potasium nitrat (KNO3) pada
daun, lebih cepat dibandingkan dengan pupuk yang diaplikasikan ke tanah, karena
serapan tanaman jauh lebih cepat, tetapi efek positif berlangsung dalam waktu
yang lebih singkat (Zekri dan Obreza 2013).
Pupuk Kandang
Menurut Prasetyo dan Suriadikarta (2006) pemberian berbagai jenis dan
takaran pupuk kandang (sapi, ayam, dan kambing) dapat memperbaiki sifat fisik
tanah Ultisol. Menurut Sugiyatno et al. (2010) bahwa penggunaan pupuk organik
dari kotoran kambing sebagai substitusi pupuk kandang sapi tidak memberikan
pengaruh pada perkembangan generatif tanaman jeruk selama 6 bulan.
Kandungan bahan organik di lahan pertanian biasanya rendah (C