Pendugaan Pertumbuhan Dan Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima Belum Menghasilkan Pada Berbagai Dosis Pupuk Dan Bentuk Pangkas

PENDUGAAN PERTUMBUHAN DAN KERAGAAN
TANAMAN JERUK KEPROK BORNEO PRIMA
BELUM BERPRODUKSI PADA BERBAGAI
DOSIS PUPUK DAN BENTUK PANGKAS

TIARA SEPTIROSYA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

2

3

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pendugaan pertumbuhan
dan keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Prima belum berproduksi pada
berbagai dosis pupuk dan bentuk pangkas adalah benar karya saya dengan arahan

dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016

Tiara Septirosya
A252124081

i

RINGKASAN
TIARA SEPTIROSYA. Pendugaan Pertumbuhan dan Keragaan Tanaman Jeruk
Keprok Borneo Prima Belum Menghasilkan pada Berbagai Dosis Pupuk dan
Bentuk Pangkas. Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO dan ABDUL
QADIR.
Jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima)
merupakan komoditas lokal unggulan yang tumbuh di dataran rendah namun

memiliki kulit buah berwarna jingga. Sebagai komoditas baru, jeruk keprok
Borneo Prima harus dikembangkan untuk mengurangi impor jeruk. Pertumbuhan
tanaman didukung oleh beberapa aspek budidaya diantaranya aplikasi pupuk dan
bentuk pemangkasan yang sesuai dengan periode pertumbuhannya. Penelitian
dilakukan di kebun percobaan IPB, Sindang Barang, Bogor dari Februari 2014
hingga Februari 2015. Penelitian ini terdiri dari tiga percobaan terpisah.
Percobaan pertama ialah aplikasi pemupukan nitrogen (0, 20, 40, 60 g N per
pohon per aplikasi) dan pemangkasan (tanpa pemangkasan, pemangkasan terbuka
tengah, pemangkasan pagar). Percobaan kedua adalah pemupukan P K (15 g P+10
g K, 15 g P+15 g K, 20 g P+10 g K, 20 g P+15 g K per tanaman) dan
pemangkasan (tanpa pemangkasan, pemangkasan terbuka tengah, pemangkasan
pagar). Kedua percobaan ini bertujuan untuk memperoleh respon tanaman
terhadap pemupukan dan pemangkasan pada pertumbuhan dan keragaan tanaman.
Percobaan ketiga ialah analisis pertumbuhan akar tunas dan biomas tanaman yang
bertujuan untuk melihat ritme pertumbuhan akar dan tunas serta biomas tanaman
terhadap perlakuan. Data hasil percobaan pertama dan ketiga juga digunakan
untuk membuat pendugaan pertumbuhan tanaman jeruk Keprok Borneo Prima
yang belum menghasilkan.
Pupuk nitrogen berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan tanaman
jeruk keprok Borneo Prima belum berproduksi. Pemberian 20 g N per pohon per

aplikasi lebih efisien dalam meningkatkan jumlah tunas dan daun baru yang
terbentuk. Pemupukan fosfor dan kalium hanya berpengaruh pada jumlah tunas.
Jumlah tunas baru terbentuk paling banyak dengan pemupukan 15 g P+10 g K per
pohon per aplikasi. Perlakuan pemangkasan berpengaruh signifikan terhadap
keragaan tanaman (yaitu tinggi tanaman dan proyeksi bayangan tajuk dan
kehijauan daun. Pangkas terbuka tengah dan pangkas pagar membuat tajuk lebih
terbuka yang dapat meningkatkan intersepsi cahaya sehingga meningkatkan laju
fotosintesis. Tidak terdapat interaksi antar perlakuan pemupukan nitrogen dengan
pemangkasan, maupun perlakuan pemupukan fosfor kalium dengan pemangkasan.
Pertumbuhan tunas meningkat dua minggu setelah pemupukan nitrogen dan
pemangkasan, sedangakan peningkatan pertumbuhan akar secara cepat terjadi
sesaat setelah dormansi tunas terjadi. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa 20 g
N yang dikombinasikan dengan pangkas terbuka tengah merupakan perlakuan
paling efisien untuk pertumbuhan tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima belum
menghasilkan.
Kata kunci: indeks luas daun, nitrogen, pangkas pagar, pangkas terbuka tengah,
tunas

ii


SUMMARY
TIARA SEPTIROSYA. Prediction of Young Borneo Prima Mandarin Growth and
Tree Architecture on Different Fertilizer Dosage and Pruning Form. Supervised
by ROEDHY POERWANTO and ABDUL QADIR.
Borneo Prima mandarin (Citrus reticulata cv Borneo Prima) is a superior
local commodity that grown in lowland but has an orange skin. As a new
commodity, Borneo Prima Mandarin has to be developed in order to reduce citrus
import. Growth of the young plant is supported by pruning and nitrogen fertilizer
rate as the main nutrient in this period. The research was conducted at IPB
Research Station, Sindang Barang, Bogor from February 2014 to February 2015.
This research consisted of three separate experiments. First experiment was
aplication of N fertilizer (0, 20, 40 and 60 g N per tree per application) and
pruning, the second experiment was aplication of PK fertilizer (10 g P+5 g K, 20
g P+10 g K, 30 g P+15 g K, 40 g P+20 g K per plant) and pruning. These two
experiments aim to observe the effect of fertilizing and pruning on the growth and
performance of the plants. The third experiment was root shoot growth and
biomass analysis that aims to observe growth rhythm of root and shoot. The data
from first and third experiments were also used to make the estimation of young
Borneo Prima Mandarin.
Nitrogen fertilizer had a significant effect to vegetative growth of Borneo

Prima Mandarin. Aplication of 20 g N per plant can increase number of shoots
and new leaves. The combination of phosporus and potassium fertilizer just gave
a significant effect to number of shoot. The highest number of new shoots formed
by fertilizing 15 g P+10 g K per tree per application. Pruning treatments had
significant effect to plant architecture (i.e reduce plant height, land occupation).
Open center pruning and hedge pruning made the crown more open that can
increase the light interception so that increase the rate of photosynthesis. Shoot
growth increases two weeks after nitrogen fertilization and pruning, while the
rapid root growth occurs shortly after bud dormancy. The results of citrus growth
estimation indicate that 20 g N per plant combined with open center pruning was
the most efficient treatment for young Borneo Prima Mandarin’s growth.
Keywords: hedge pruning, leaf area index, nitrogen, open center pruning, shoot

iii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

v

PENDUGAAN PERTUMBUHAN DAN KERAGAAN
TANAMAN JERUK KEPROK BORNEO PRIMA
BELUM BERPRODUKSI PADA BERBAGAI
DOSIS PUPUK DAN BENTUK PANGKAS

TIARA SEPTIROSYA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

vi

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Darda Efendi, MSi

Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Boneo

Judul

��.,.:� ...�l pada Berbagai Dosis Pupuk dan Bentuk
Nama
NRP

Disetujui oleh
-omisi Pembimbing


��-

Diketahui oleh

Ketua Pro:: S:i
Agronomi

"

Dr Ir

,

'

--

S. iSe

Tanggal Lii: 27 fni 2016


Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Lulus:

2 3 fEB 2016

viii

ix

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian yang dilaksanakan
sejak Februari 2014 hingga Februari 2015 berjudul: Pendugaan Pertumbuhan dan
Keragaan Tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima Belum Berproduksi pada
berbagai Dosis Pupuk dan Bentuk Pangkas.
Penelitian ini dibiayai oleh Hibah Riset Insentif berjudul ‘Pengembangan
Jeruk Unggulan Indonesia Guna Pemenuhan Kebutuhan Gizi Masyarakat dan
Penghematan Devisa Negara Tahun II’ dan SPK Nomor Kontrak

25/SEK/INSINAS/PPK/I/2014 tanggal 27 Januari 2014, untuk itu penulis ucapkan
terima kasih. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun klimatologi Darmaga
Bogor atas bantuannya dalam penyediaan data agroklimat. Secara khusus, penulis
mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto MSc dan Dr Ir
Abdul Qadir MSi selaku komisi pembimbing atas arahan, masukan dan
bimbingan dari awal perencanaan penelitian hingga tesis ini selesai ditulis. Dr Ir
Darda Efendi MSi selaku dosen penguji yang telah memberi saran terhadap
penulisan tesis ini, penulis ucapkan terima kasih. Terimakasih juga penulis
ucapkan kepada teman-teman Pascasarjana Agronomi dan Hortikultura 2012 dan
2013 atas segala kebersamaan dan dukungannya. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, kakak dan seluruh keluarga, atas kasih sayang dan
do’a yang tidak pernah putus.
Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2016

Tiara Septirosya

x


xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Tujuan
Hipotesis
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jeruk
Pemupukan
Pemangkasan
Model Simulasi
METODE
Tempat dan Waktu
Bahan dan Alat
Metode Penelitian
Pelaksanaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Tanaman
Keragaan Tanaman
Pendugaan Pertumbuhan Tanaman Jeruk Belum Berproduksi
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xii
xiii
xiii
1
2
2
2
3
3
4
5
9
10
11
11
11
13
16
16
20
27
39
39
43
44

xii

DAFTAR TABEL

1
2
3
4
5
6
7
8

9

10
11

12

13
14

15
16
17

Rekomendasi pemupukan tanaman jeruk dari Balitjestro
Jumlah tunas dan daun baru tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada
dosis pemupukan nitrogen dan bentuk pangkas yang berbeda
Jumlah tunas dan daun baru tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada
dosis pemupukan P, K dan bentuk pangkas yang berbeda
Bobot kering beberapa bagian tanaman jeruk keprok Borneo Prima
pada berbagai dosis pupuk nitrogen dan bentuk pangkas
Tinggi tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dosis pupuk nitrogen
dan bentuk pangkas yang berbeda
Tinggi tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dosis pemupukan P,
K dan bentuk pangkas yang berbeda
Tinggi dan luas bayangan tajuk pada berbagai bentuk pangkas
Panjang tajuk arah Utara – Selatan dan Barat – Timur tanaman jeruk
keprok Borneo Prima pada dosis pemupukan nitrogen dan bentuk
pangkas yang berbeda
Panjang Tajuk arah Utara – Selatan dan Barat – Timur tanaman jeruk
keprok Borneo Prima pada dosis pemupukan P, K dan bentuk pangkas
yang berbeda
Kehijauan daun tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada dosis pupuk
nitrogen dan bentuk pangkas yang berbeda
Laju fotosintesis, transpirasi, konduktansi stomata, radiasi datang jeruk
keprok Borneo Prima pada dosis pupuk nitrogen dan bentuk pangkas
yang berbeda
Laju fotosintesis, laju transpirasi dan konduktansi stomata tanaman
jeruk keprok Borneo prima pada berbagai dosis pupuk kalium dan
fosfor serta bentuk pemangkasan
Peubah dan parameter pada input pemodelan
Indeks luas daun (ILD), koefisien pemadaman (k), radiasi intersepsi
(Qint), efisiensi penggunaan cahaya (LUE) dan fotosintesis (Pn)
tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada berbagai dosis pemupukan
nitrogen dan bentuk pemangkasan
Stock, flow dan converter model pertumbuhan jeruk keprok Borneo
Prima
Hasil simulasi jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo Prima
Validasi hasil simulasi

5
17
17
19
20
21
21

22

22
25

25

26
28

29
29
35
38

xiii

DAFTAR GAMBAR
1 Sketsa bentuk pemangkasan jeruk keprok Borneo Prima (a) tanpa
pemangkasan, (b) pangkas terbuka tengah (c) pangkas pagar
2 Pengaruh (a) pemupukan dan (b) pemangkasan terhadap ritme
pertumbuhan tunas dan akar tanaman jeruk Keprok Borneo Prima
3 Keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Prima pada awal percobaan
(a) dan akhir percobaan (b), dengan tanpa pemangkasan (1), pangkas
terbuka tengah (2) dan pangkas pagar (3)
4 Persentase intersepsi cahaya matahari ke tajuk pada berbagai bentuk
pangkas dan arah pertumbuhan tajuk (T) Timur, (B) Barat, (U) Utara
dan (S) Selatan
5 Diagram alir sistem pertumbuhan tanaman jeruk keprok Borneo Prima
6 MCL-S untuk sub model pertumbuhan tanpa pemangkasan
7 MCL-S untuk sub model pertumbuhan pangkas terbuka tengah
8 MCL-S untuk sub model pertumbuhan pangkas pagar
9 Hasil simulasi dan aktual jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo
Prima tanpa pemupukan nitrogen dan pemangkasan
10 Hasil simulasi dan aktual jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo
Prima tanpa pemupukan nitrogen dan pangkas terbuka tengah
11 Hasil simulasi dan aktual jumlah tunas tanaman jeruk keprok Borneo
Prima dengan pemupukan nitrogen dan pangkas terbuka pagar

14
18

23

24
28
31
31
32
36
36
37

DAFTAR LAMPIRAN
1

Data iklim Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika Stasiun
Klimatologi Darmaga Bogor

43

2

Hasil analisis tanah dan kriteria penilaian sifat kimia tanah
sebelum aplikasi perlakuan

43

1 PENDAHULUAN
Jeruk merupakan salah satu buah yang banyak diminati masyarakat
Indonesia. Konsumen Indonesia memiliki kecenderungan menyukai jeruk dengan
kulit berwarna jingga (Shanti 2007) yang tidak banyak diproduksi oleh petani
Indonesia. Jeruk dengan warna kulit kuning-jingga hanya dapat diproduksi di
daerah dataran tinggi yang luasnya semakin terbatas, sehingga kebutuhan terhadap
jeruk berwarna jingga sebagian besar dipenuhi melalui impor. Indonesia tercatat
sebagai pengimpor jeruk, terutama jeruk keprok, terbesar kedua di Asia Tenggara
setelah Malaysia (Hanif & Zamzami 2011). Berdasarkan data Direktorat Jenderal
Hortikultura (2015) volume impor jeruk Indonesia mencapai 22 054 ton pada
tahun 2014. Volume impor jeruk diperkirakan akan terus meningkat seiring
dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi seimbang.
Salah satu upaya untuk mengurangi impor jeruk nasional ialah dengan
meningkatkan produktivitas dan kualitas jeruk berwarna jingga di Indonesia.
Jeruk Keprok Borneo Prima merupakan salah satu komoditas hortikultura
unggulan baru di Kalimantan Timur, yang memiliki keunggulan sebagai jeruk
keprok dataran rendah dengan kulit buah berwarna jingga (BPPMD Kaltim 2009).
Sebagai komoditas baru, teknik budidaya yang diterapkan masih berdasarkan
pengalaman petani atau pun mengikuti teknik budidaya jeruk jenis lain. Penelitian
perlu dilakukan untuk memperoleh teknik budidaya terbaik agar tanaman dapat
berkembang secara optimum sehingga nantinya dapat menghasilkan jeruk yang
baik secara kualitas dan kuantitas.
Dosis pemupukan yang tepat merupakan salah cara untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman yang belum berproduksi (Alcantara et al. 2011; Hifni et al.
2013). Rasmussen dan Smith (1961) menyatakan bahwa tujuan pemupukan
tanaman jeruk yang belum berproduksi ialah untuk mendapatkan pertumbuhan
tanaman yang baik. Nitrogen merupakan unsur hara penting yang dibutuhkan pada
tanaman yang belum berproduksi (Menino et al. 2003). Berdasarkan hasil penelitian Boughalleb et al. (2011) menunjukkan bahwa dosis pemupukan nitrogen
berkorelasi positif terhadap peubah pertumbuhan tanaman Citrus lemon v. Eureka
dan Citrus sinensis cv. Maltese.
Pertumbuhan tanaman harus ditunjang oleh keragaan tanaman yang ideal.
Keragaan tanaman jeruk yang ideal adalah tanaman dengan bentuk tajuk yang
terbuka sehingga matahari dapat masuk ke seluruh bagian tajuk. Jeruk Borneo
Prima memiliki bentuk tajuk yang tidak membuka, dimana percabangannya
mengarah ke atas sehingga perlu dilakukan pemangkasan untuk meningkatkan
intersepsi cahaya matahari ke tajuk. Menurut Krajewski dan Krajewski (2011)
pemangkasan dilakukan untuk mengatur pertumbuhan tunas dan membentuk
kanopi tanaman untuk memperoleh struktur pohon yang kuat dan memaparkan
daun terhadap sinar matahari secara optimal. Pangkas terbuka tengah merupakan
salah satu bentuk pemangkasan yang umumnya diaplikasikan pada tanaman jeruk.
Pemangkasan tipe ini mengikuti bentuk percabangan ideal 1-3-9 (Susanto et al.
2005), yaitu satu batang utama, tiga cabang primer dan sembilan cabang sekunder.
Bentuk arsitektur dengan format 1-3-9 disebut ideal karena bentuk tersebut
memiliki permukaan tajuk yang luas. Tajuk yang memiliki permukaan luas akan
mendapat sinar matahari lebih banyak sehingga produktivitas tanaman juga akan
lebih tinggi. Pangkas pagar merupakan bentuk pemangkasan tipe baru untuk

2

tanaman jeruk. Pada pemangkasan tipe ini, tajuk arah Timur dan Barat dipangkas
habis, sehingga matahari dapat masuk ke tajuk secara optimal pada pagi hingga
sore hari.
Penerapan teknik budidaya berupa pemupukan dan pemangkasan tidak
terlepas dari tujuan untuk mendapatkan jeruk dengan kualitas yang lebih baik.
Teknik pemupukan dan pemangkasan yang sesuai akan dapat menunjang
pertumbuhan tanaman secara optimum dan diperoleh hasil serta kualitas yang
maksimum. Pertumbuhan dan keragaan tanaman yang telah dipupuk dan
dipangkas selanjutnya dapat diduga dengan menggunakan suatu alat pendugaan
berupa model simulasi. Hasil pendugaan ini dapat digunakan untuk menduga
produksi tanaman jeruk Keprok Borneo Prima saat telah memasuki fase generatif.
Tujuan
1. Mendapatkan dosis pupuk N, P dan K terbaik untuk mencapai pertumbuhan
optimum pada tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima belum berproduksi
2. Mendapatkan bentuk pemangkasan terbaik untuk mencapai pertumbuhan
optimum pada tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima belum berproduksi
3. Membuat alat pendugaan pertumbuhan tanaman Jeruk Keprok Borneo Prima
melalui model simulasi
Hipotesis
1. Terdapat dosis pupuk N, P dan K terbaik untuk pertumbuhan tanaman Jeruk
Keprok Borneo Prima belum berproduksi
2. Terdapat bentuk pemangkasan terbaik untuk pertumbuhan tanaman Jeruk
Keprok Borneo Prima belum berproduksi
3. Pertumbuhan tanaman jeruk Keprok Borneo Prima dapat diduga dari berbagai
dosis pupuk dan bentuk pangkas
Manfaat Penelitian
Mendapatkan dosis pupuk dan cara pemangksan terbaik untuk menyusun
SOP budidaya jeruk Borneo Prima.

3

2

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jeruk

Jeruk (Citrus sp.) merupakan salah satu tanaman tahunan yang berasal dari
Asia. Terdapat banyak kultivar jeruk khas yang berasal dari hibridisasi, mutasi
dan poliploidi pada spesies jeruk (Roy & Goldschmidt 1996).
Berdasarkarkan letak lintangnya Roy dan Goldschmidt (1996) membagi
daerah pertanaman jeruk menjadi tiga, yaitu:
1.
daerah subtropis (30 - 40° LU/LS) beriklim mediteran dengan cukup banyak
hujan pada musim dingin dan sangat panas pada musim panas
2.
daerah semitropik (20 - 28° LU/LS) beriklim dingin, kering dan panas,
daerah panas pada musim panas (hot summer) seperti di daerah Florida dan
Brazil
3.
daerah tropik (0 - 20° LU/LS) pada daerah ini tidak terdapat musim dingin
yang jelas dan hujan terjadi hampir sepanjang tahun.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruk pada tiga daerah tersebut
sangat berbeda. Introduksi tanaman dari suatu daerah ke daerah lainnya
menimbulkan perbedaan warna kulit buah. Menurut Ashari (2006) suhu malam
yang tidak terlalu dingin di daerah tropis menyebabkan kulit buah tetap berwarna
hijau atau tidak berubah menjadi kuning, sedangkan bila ditanam di daerah
asalnya akan berwarna jingga cerah. Verheij dan Coronel (1997) menambahkan
bahwa di daerah tropis jeruk membutuhkan waktu 1-2 bulan dari fase berbunga
hingga buah matang. Pada wilayah tropis memiliki ukuran jeruk yang cenderung
lebih besar, mengandung sari buah yang tinggi, namun asam sitratnya rendah.
Faktor lingkungan, terutama air dan suhu, mengatur waktu dan tingkat
berbunga di pohon jeruk. Hal ini menyebabkan intensitas dan durasi produksi
bunga yang juga bervariasi dengan adanya perbedaan iklim antar wilayah. Faktor
lingkungan juga mengatur jenis bunga yang dihasilkan, distribusi bunga di atas
pohon, persentase fruit set dan produksi yang dihasilkan.
Pertumbuhan tanaman jeruk pada umumnya mengikuti pola sigmoid yang
dapat dibagi menjadi empat tahap. Tahap pertama adalah fase pembelahan sel di
mana hampir semua sel dari buah matang akan diproduksi. Inilah jumlah sel awal
yang pada akhirnya akan menentukan ukuran buah akhir. Fase ini berlansung
sekitar 1 sampai 1.5 bulan setelah mekar, tergantung pada kondisi iklim dan
kultivar. Selama fase 2, sel berdiferensiasi menjadi berbagai jenis jaringan. Fase 3,
fase pembesaran sel, menghasilkan peningkatan pesat dalam ukuran buah dan
persentase total padatan terlarut. Selama fase ini volume sel dapat meningkatkan
hingga 1000 kali. Fase 3 berlangsung bervariasi tergantung kultivar, yakni sekitar
2 hingga 3 bulan untuk lemon dan limau dan untuk jeruk manis dan grape fruit
lebih dari 6 bulan.
Verheij dan Coronel (1997) menyatakan bahwa jeruk keprok (Citrus
reticulata) merupakan salah satu jenis jeruk yang banyak dibudidayakan di dalam
dan di luar negeri. Beberapa pakar menyebutkan bahwa Indo-Cina merupakan
tempat asal jeruk keprok. Jeruk keprok yang dikenal dalam perdagangan ialah
jeruk Satsuma yang berasal dari Jepang, jeruk keprok King dari Indo-Cina, jeruk

4

keprok Mediteran dari Italia, dan jeruk keprok biasa tersebar luas di daerah tropik
dan subtropik.
Jeruk keprok memiliki rasa yang khas, yaitu campuran rasa manis dan asam
sehingga terasa lebih segar dibandingkan jeruk siem. Jeruk keprok juga lebih
mudah dikupas dan tidak terasa pahit. Kulit jeruk yang pahit biasanya
mempengaruhi rasa jeruk karena rasa pahitnya akan masuk ketika pengupasan
kulit (jeruk siem biasanya sulit dikupas) (BPPMD 2009).
Komoditas jeruk keprok di Indonesia dikembangkan di daerah dataran
tinggi (>700 m dpl). Jeruk keprok yang terdapat di Indonesia antara lain keprok
Garut dari Jawa Barat, keprok Siompu dari Sulawesi Tenggara, keprok Tejakula
dari Bali, keprok Kacang dari Sumatera Barat, keprok Batu 55 dari Batu, keprok
Madura dari JawaTimur dan keprok So’e dari Nusa Tenggara Timur (BPPMD
2009).
Jeruk keprok Borneo Prima merupakan komoditas hortikultura baru yang
berasal dari Kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi
Kalimantan Timur. Pada tahun 2006 jeruk ini dikembangkan menjadi komoditas
unggulan karena memiliki keunikan sebagai jeruk dataran rendah yang
mempunyai kulit berwarna jingga (BPPMD 2009). Karakter jeruk keprok Borneo
Prima diantaranya memiliki permukaan batang yang halus, bentuk daun ovate
dengan tepi daun yang bergelombang dan memiliki percabangan yang rapat
(Hidayati 2015). Bunga pertama muncul dari tunas yang terletak di bagian dalam
tajuk dan diikuti oleh tunas yang berada di luar tajuk (Azizu 2015).
Pemupukan
Pemupukan merupakan tindakan penambahan unsur hara ke dalam tanah
apabila tanah tersebut tidak mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara
maksimum (Poerwanto & Susila 2014). Pengelolaan pupuk yang tepat perlu
disesuaikan dengan karakteristik tanah dan kebutuhan hara tanaman. Pemupukan
yang akurat dengan mempertimbangkan: (1) jumlah zat hara yang diberikan
kepada tanaman cukup dan berimbang sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan
keperluan tanaman untuk suatu target produksi tertentu, (2) setiap jenis pupuk
memiliki kualitas baik dan ramah lingkungan, (3) pemberiannya menurut kaidah
lima tepat, yaitu tepat jenis pupuk, kombinasi hara, dosis, waktu dan cara
aplikasinya (Santoso 2004).
Sampai saat ini dikenal sebanyak 16 unsur hara esensial bagi tanaman,
diantaranya unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Suatu unsur dikatakan
esensial apabila (1) tidak adanya unsur tersebut mengakibatkan pertumbuhan tidak
normal, tanaman gagal menyelesaikan daur hidupnya, atau kematian prematur; (2)
fungsi unsur tersebut spesifik dan tidak dapat digantikan oleh unsur lain; (3) unsur
tersebut mempengaruhi langsung pertumbuhan dan metabolisme (Munawar 2011).
Umumnya pada tanaman budidaya, sebagian besar N digunakan untuk
menghasilkan protein tanaman. Nitrogen juga merupakan bagian integral klorofil
yang mampu mengubah sinar matahari menjadi energi kimia yang diperlukan
untuk fotosintesis. Kecukupan pasokan N ke tanaman ditandai oleh aktivitas
fotosintesis yang tinggi, pertumbuhan vegetatif yang baik dan warna tanaman
yang hijau tua (Munawar 2011). Menurut Roy dan Goldschmidt (1996)
konsentrasi nitrogen dalam jaringan jeruk yang tertinggi terdapat di daun dan pada

5

buah yang belum matang. Jeruk kekurangan dalam N menunjukkan penurunan
berbunga dan berbuah. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan
pertumbuhan, pengurangan hasil dan penurunan kualitas buah .
Pada tanaman jeruk, fosfor (P) dibutuhkan dalam jumlah yang lebih
sedikit dari pada nitrogen, namun fosfor memiliki peran yang sangat penting.
Fosfor berperan sebagai komponen dari DNA, bahan genetik tanaman dan ATP
(Preece & Read 2005). Roy dan Goldschmidt (1996) menambahkan bahwa unsur
fosfor merupakan unsur yang sangat mobile dalam pohon.
Preece dan Read (2005) menyatakan bahwa pada tanaman jeruk, kalium
(K) merupakan bagian penting dari buah (40 % dari kandungan mineral total)
yang terlibat dalam translokasi karbohidrat. Kalium bertindak sebagai agen
osmotik dalam pembukaan dan penutupan stomata. Kalium berperan penting
dalam mengontrol keasaman buah, keseimbangan dan transportasi membran.
Kekurangan K dapat menghambat pertumbuhan vegetatif dan menurunkan ukuran
buah.
Dosis pupuk yang dibutuhkan tanaman dipengaruhi oleh varietas, umur,
hasil atau biomasa yang dihasilkan tanaman dan faktor lingkungan. Ada beberapa
pendekatan untuk menentukan dosis pupuk, yaitu analisis tanah atau daun,
percobaan lapangan pada berbagai umur tanaman, penggantian hara yang hilang
untuk pertumbuhan dan hasil panen serta gejala kasat mata. Bagi petani yang jauh
dari laboratorium ilmu tanah dan lahannya sempit serta terpencar, pendekatan
paling mudah dan sederhana adalah berdasarkan umur tanaman dan hasil panen
dikombinasi dengan analisis tanah.
Menurut Sutopo (2008) tanaman jeruk dalam hidupnya dibagi menjadi dua
periode yaitu saat tanaman masih dalam fase juvenil (vegetatif) atau periode
belum menghasilkan buah (TBM) dan tanaman dewasa atau periode tanaman
menghasilkan buah (TM). Saat TBM, penentuan dosis pupuk biasanya didasarkan
pada hasil percobaan lapangan pada berbagai umur tanaman. Setelah memasuki
periode TM, dosis pupuk bisa didekati melalui analisis tanah dan daun, gejala
kahat hara pada daun, atau hasil panen buah. Berdasarkan hasil penelitian Rahayu
(2014) menunjukkan bahwa dosis pupuk N pada taraf 10, 20 dan 30 g N per
tanaman per aplikasi tidak menunjukkan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan
vegetatif dan keragaan tanaman jeruk keprok Borneo Prima.
Tabel 1 Rekomendasi pemupukan tanaman jeruk dari Balitjestro (2008)
Umur
1 (tahun)
1
2
3
4
5

N

P2O5
(gram/pohon/aplikasi)
10 s/d 20
5 s/d 10
25 s/d 40
15 s/d 20
40 s/d 75
25 s/d 40
80 s/d 120
50 s/d 75
125 s/d 150
80 s/d 100

K2O
5
10 s/d 15
20 s/d 30
40 s/d 50
60 s/d 80

Aplikasi pupuk
(kali/tahun)
2–3
3–4
3–4
2–3
2

Pemangkasan
Menurut Raden (2009) pemangkasan bertujuan untuk mengoptimalkan
intersepsi cahaya dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan ke arah yang
menguntungkan sehingga produktivitas tinggi dan memudahkan manajemen

6

kebun. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengurangi kompetisi antara organ,
vegetatif dan generatif serta keseimbangan alokasi asimilat yang harus ditunjang
oleh intersepsi dan distribusi cahaya yang baik. Menurut Jackson (1980) dan
Poerwanto dan Susila (2014) pembentukan kanopi dalam pemangkasan dilakukan
untuk memaparkan sebanyak mungkin daun ke matahari untuk mencapai produksi
biomassa yang tinggi. Secara umum pemangkasan bertujuan untuk:
1. Mengontrol pertumbuhan dan ukuran pohon agar pemupukan, pengendalian
hama dan penyakit, pengendalian pembungaan serta panen dapat dilakukan
lebih mudah
2. Mendorong pertumbuhan cabang yang kuat dan sehat, sehingga dapat mendukung buah yang banyak.
3. Meningkatkan penetresi cahaya matahari pada tajuk, sehingga fotosintesis
ber-jalan optimum.
4. Mendorong agar distribusi buah seimbang pada pohon, sehingga buah yang
diproduksi seragam kualitas dan ukurannya.
5. Mendorong agar tanaman berbunga dan berbuah teratur, mengurangi terjadinya alternate bearing (tanaman berbuah banyak pada thun tertentu dan
berbuah sedikit pada tahun berikutnya)
6. Mengurangi transpirasi, sehingga bisa mengurangi air irigasi
7. Memaksimumkan persentase cabang berbunga
8. Memperbaiki pewarnaan buah
9. Merangsang pertumbuhan trubus baru
10. Mengurangi peluang serangan penyakit dengan membuang cabang mati dan
berpenyakit
11. Mengurangi kemungkinan kerusakan pohon oleh angin
Pengaruh pemangkasan pada tanaman terjadi pada perubahan rasio akar :
tunas. Pemangkasan pada cabang mengakibatkan produksi hormon-hormon dan
metabolit-metabolit yang dibuat oleh daun dan tunas tidak banyak sehingga dapat
menurunkan pertumbuhan akar. Pemangkasan pada akar menyebabkan aliran
nutrisi dari tanah dan suplai hormon-hormon dari akar ke batang akan berukurang
(Coombs et al. 1994).
Pada budidaya jeruk terdapat dua macam pemangkasan, yaitu pemangkasan
bentuk dan pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan bentuk dilakukan pada
tanamana belum berproduksi (umur 0–3 tahun). Pemangkasan ini bertujuan untuk
membentuk kerangka atau struktur percabangan yang diinginkan. Bentuk
percabangan yang paling ideal adalah mengikuti format 1-3-9, yaitu satu batang
utama, tiga cabang primer dan sembilan cabang sekunder. Pemangkasan
pemeliharaan merupakan pemangkasan yang dilakukan pada tanaman yang sudah
produktif, berumur > 3 tahun dan dilakukan setelah panen. Tujuan pemangkasan
ini adalah untuk meyeimbangkan pertumbuhan vegetatif dan generatif. Manfaat
dari pemangkasan bentuk, ialah:
1. Mempertahankan bentuk arsitektur pohon
2. Mengurangi terjadinya fluktuasi pembuhan tahunan
3. Mempertahankan iklim mikro ideal di sekitar tanaman dengan minimal 30 %
sinar matahari dapat menembus ke bagian dalam tajuk tanaman, sehingga
kondisi tanaman dan kebun tidak terlalu lembab yang dapat mengurangi
tingkat serangan hama dan penyakit
4. Mengefisienkan pemeliharaan kebun

7

5. Meningkatkan umur produktif tanaman
6. Menghilangkan ranting-ranting yang rusak
Menurut Wright dan Kelly (2008) bagian-bagian yang dipangkas pada tanaman jeruk terdiri atas:
1. Tunas air (Sprouts)
Tunas ini tumbuh dari atas atau di bawah bud union dan batang, yang
berwarna hijau dan herba. Bud union ialah tempat atau titik persambungan antara
batang atas dan batang bawah, dan dapat diidentifikasi dengan adanya perubahan
bentuk atau tekstur kulit dan lingkar batang. Tunas ini bila dibiarkan tumbuh akan
memiliki duri yang banyak, memiliki buah dengan rasa yang tidak enak dan
cenderung mengganggu pertumbuhan batang atas.
2. Cabang
Cabang besar dan kecil harus dipangkas jika mereka mati atau rusak, yang
saling silang, yang bergesekan atau merusak buah, atau menghambat akses ke
bagasi, tanah, atau sistem irigasi. Ranting yang mati karena shading yang
berlebihan di tengah kanopi tidak perlu dipangkas karena cabang-cabang ini akan
jatuh secara alami. Pada pohon kecil, cabang yang lemah dapat dihilangkan untuk
mendukung cabang-cabang yang lebih besar yang akan membentuk domba
perancah dari pohon. Cabang yang berukuran lebih besar dapat dipangkas untuk
memungkinkan penetrasi cahaya di daerah kanopi. Hal ini paling sering dilakukan
pada jeruk keprok untuk meningkatkan jumlah buah dan warna.
Pemangkasan pada tanaman jeruk sudah lama dipraktekan oleh petani dan
penanam jeruk. Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh
pemangkasan terhadap pertumbuhan tanaman jeruk, baik pada fase vegetatif
maupun generatif.
Morales dan Davies (2000) melaporkan hasil penelitian terhadap tanaman
jeruk Orlando (Citurs paradisi x Citrus reticulata) yang diberi perlakuan pruning
dan skirting pada fase generatif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
perlakuan pemangkasan berpengaruh terhadap jumlah buah per pohon, bobot buah
total dan persentase buah berukuran besar.
Pemangkasan juga berpengaruh terhadap intensitas serangan hama dan
penyakit. Hasil penelitian Yuliana (2012) menyimpulkan bahwa pemangkasan
jeruk keprok TM dan TBM di kebun Blawan, Bondowoso dapat menurunkan
severitas penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosoprioides Penz.). Pemangkasan dapat menurunkan severitas antraknose pada TM sebesar 33%, sedangkan
pada TBM sebesar 60%. Pada TM severitas dan intensitas hama dan penyakit ulat
peliang daun (Phyllocnistis citrella), kutu daun (Toxoptera citridus aurantii,
Aphis gossypii.), tungau (Tenuipalsus sp.), Eriophyes sheldoni Tetranychus sp.),
thrips (Scirtotfrips citri.), lalat buah (Dacus sp.), ulat daun (Papilio demolion),
kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri), embun jelaga (Odidium sp.), dan
kanker (Xanthomonas campestris Cv. Citri) cenderung meningkat sampai 4 MSP.
Pemangkasan pada TBM menurunkan severitas ulat peliang daun (Phyllocnistis
citrella) sebesar 15%, namun intensitas serangan tetap. Severitas dan intensitas
ulat daun (Papilio demolion) cenderung meningkat
Berdasarkan penelitian Yuliana (2012) pemangkasan TM dan TBM pada
tanaman jeruk dapat menurunkan severitas penyakit antraknosa (Colletotrichum
gloeosoprioides Penz.). Pemangkasan dapat menurunkan severitas antraknose
pada TM sebesar 33%, sedangkan pada TBM sebesar 60%. Pada TM severitas

8

dan intensitas hama dan penyakit ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella), kutu
daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.), tungau (Tenuipalsus sp.),
Eriophyes sheldoni Tetranychus sp.), thrips (Scirtotfrips citri.), lalat buah (Dacus
sp.), Ulat daun (Papilio demolion), kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri),
embun jelaga (Odidium sp.) dan kanker (Xanthomonas campestris cv. Citri)
cenderung meningkat sampai 4 MSP. Pemangkasan pada TBM menurunkan
severitas ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella) sebesar 15%, namun intensitas
serangan tetap. Severitas dan intensitas ulat daun (Papilio demolion) cenderung
meningkat.
Penelitian Rahayu (2014) menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan
pada tanaman jeruk keprok Borneo Prima (Citrus reticulata cv. Borneo Prima)
memberikan pengaruh yang nyata terhadap luas daun dengan daun terluas pada
perlakuan tanpa pemangkasan. Menurut Gardner et al. (2008) daun yang kekurangan cahaya cenderung berukuran lebih luas namun lebih tipis.
Penelitian Rahayu (2014) juga menunjukkan bahwa perlakuan pemangkasan berpengaruh nyata terhadap ILD. Tanaman yang tidak dipangkas memiliki
jumlah daun lebih banyak dan luas okupasi lahan lebih tinggi dibandingkan
tanaman yang dipangkas sehingga nilai ILD lebih tinggi. Tanaman yang dipangkas memiliki jumlah daun yang lebih sedikit akibat pemangkasan sehingga
okupasi lahan lebih rendah dan nilai ILD rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian
Munandar et al. (2004) yang menunjukkan bahwa pruning dan training pada
durian Monthong dapat menurunkan ILD 40% lebih rendah dibandingkan kontrol.
Pada penelitian tersebut juga dilaporkan bahwa perlakuan pemangkasan
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun total tanaman. Luas daun total tanaman
yang tidak dipangkas (kontrol) nyata paling tinggi dibandingkan dengan tanaman
yang tidak dipangkas. Tanaman yang dipangkas memiliki jumlah daun yang lebih
sedikit akibat apliaksi pemangkasan jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak
dipangkas dan hal tersebut sangat mempengaruhi luas daun total suatu tanaman.
Pada fase vegetatif tanaman, tanaman yang diberi perlakuan pemangkasan mungkin akan lebih sedikit berfotosintesis, namun permukaan kanopi yang terbuka
akan memungkinkan cahaya matahari tertangkap secara optimum oleh seluruh
permukaan daun, sehingga memiliki laju fotosintesis yang tinggi. Menurut Taiz
dan Zeiger (2002) jumlah daun total berhubungan dengan luas daun total. Semakin banyak jumlah daun maka luas daun total akan semakin meningkat pula.
Semakin banyak daun maka kemampuan membentuk fotosintat akan semakin
besar sehingga pembentukan organ-organ vegetatif akan lebih baik karena daun
pada tanaman berfungsi sebagai organ fotosintesis yang mengkonversi energi
cahaya menjadi energi kimia.
Daun-daun yang menerima cahaya matahari penuh merupakan sumber
(source) yang menunjang kelangsungan hidup tanaman, termasuk perkembangan
bunga dan pengisian buah. Daun-daun yang sudah tua atau berada di dalam tajuk
dan kurang mendapatkan sinar matahri mempunyai laju fotosintesis rendah sehingga cenderung menjadi sink yang membutuhkan energi dari source yang ada
(Suryadi 2010).
Pola tajuk membuka (open center) dapat meningkatkan pemerataan
intersepsi cahaya sehingga laju fotosintesis netto dan produksi per satuan luas
maksimum. Fotosintesis netto merupakan ukuran produksi asimilat yang dimanifestasikan sebagai pertambahan bobot bahan kering total atau laju tumbuh

9

absolut (LTA), laju tumbuh relatif (LTR) dan laju asimilasi bersih atau LAB (net
assimilation rate) merupakan komponen fisiologi khususnya daun menyumbangkan pertambahan bobot kering dan merefleksikan fungsi bentuk tajuk dalam
proses asimilasi (Lambers 1987).
Jika daun terlalu banyak, daun-daun bagian bawah tidak menerima cahaya
yang cukup untuk fotosintesis bersih sehingga daun-daun tersebut hanya berfungsi
sebagai sink. Jika indeks luas daun kumulatif mencapai level yang sangat tinggi,
respirasi daun-daun bagian bawah akan seimbang dengan fotosintesis daun-daun
bagian atas, akibatnya laju asimilasi bersih dan laju tumbuh tanaman menurun
sampai nol. Sitompul dan Guritno (1995) mengemukakan bahwa semakin tinggi
kerapatan antara daun akan menyebabkan semakin sedikit cahaya yang sampai ke
lapisan bawah. Nilai indeks luas daun (ILD) > 1 menggambarkan adanya saling
menaungi di antara daun pada lapisan bawah tajuk serta mendapat cahaya yang
kurang sehingga menyebabkan laju fotosintesis yang lebih rendah dibandingkan
tidak ternaungi, akan tetapi ILD < 1 tidak berarti tanpa naungan karena tergantung
pada posisi dan bentuk daun.
Rambe (2012) menyebutkan bahwa jeruk Gerga Lebong yang diberi
perlakuan pemangkasan dapat memperbaiki penampilan buah terutama terhadap
warna. Tanaman yang tidak dipangkas berwarna pucat karena ternaungi oleh
daun-daun yang tumbuh rimbun pada pohon, sedangkan tanaman yang diberi
perlakuan pemangkasan memiliki warna jingga cerah.
Model Simulasi
Model merupakan salah satu metode yang menyederhanakan suatu sistem
yang sangat komplek (Sitompul 2000). Pada pemodelan hanya faktor-faktor
penting yang paling relevan yang dimasukan ke dalam model (Boccara 2010).
Model dikembangkan dengan tujuan untuk studi tingkah laku sistem melalui
analisis rinci akan komponen atau unsur dan proses utama yang menyusun sistem
dan interaksinya anatara yang satu dengan yang lain. Simulasi adalah proses yang
diperlukan untuk operasionalisasi model atau penanganan model untuk meniru
tingkah-laku sistem yang sesungguhnya (Sitompul 2000).
Penggunanaan model dalam sistem produksi pertanian berkembang pesat.
Model dimanfaatkan untuk memecahkan masalah sistem produksi pertanian
seperti pengelolaan pengairan, pengaturan waktu tanam, pengendalian hama, tata
guna lahan, dan pola pergiliran tanaman (Sitompul & Guritno 1995).
Sebuah model tanaman adalah representasi sederhana dari tanaman. Hal
ini digunakan untuk mempelajari pertumbuhan tanaman dan respon pertumbuhan
komputasi ke lingkungan. Model tersusun dari unsur-unsur yang dianggap sebagai
penentu utama tingkah laku sistem. Secara umum, model tanaman yang digunakan dapat dibedakan menjadi descriptive models dan explanatory models (Penning
de Vries et al. 1989).

10

Descriptive models mendefinisikan perilaku sistem dengan cara yang
sederhana. Model ini mencerminkan sedikit atau tidak ada mekanisme yang
penyebab perilaku. Explanatory models terdiri dari deskripsi kuantitatif dari mekanisme dan proses yang menyebabkan perilaku dari sistem. Deskripsi ini adalah
pernyataan eksplisit dari teori ilmiah dan hipotesis. Model pertumbuhan explanatory berisi deskripsi dari proses yang berbeda seperti fotosintesis, ekspansi
luas daun dan induksi anakan. Setiap proses harus diukur dalam kaitannya dengan
faktor-faktor lingkungan, seperti radiasi dan suhu; dan dalam hubungannya
dengan status tanaman, termasuk luas daun, tahap pengembangan dan kandungan
nitrogen (Penning de Vries et al 1989).
Menurut Curry (1991) hasil tanaman dapat diprediksi dari perkembangan
pertumbuhan tunas (shoot), intersepsi cahaya dan distribusinya. Model hubungan
distribusi cahaya dengan proses fungsi fisiologi, seperti induksi pucuk bunga,
jumlah bunga menjadi buah (fruit set) dan kualitas buah dapat menjadi nilai yang
berguna untuk mendesain arsitektur tajuk.
Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa terdapat empat tipe model
dalam produksi tanaman yang dikembangkan untuk berbagai kondisi lingkungan.
Empat tipe model ini dikenal sebagai model produksi tingkat 1, 2, 3 dan 4. Pada
model produksi tingkat 1, proses pertumbuhan hanya dibatasi oleh faktor suhu dan
cahaya matahari sedangkan faktor tumbuh lainnya (hara, air, dsb) dianggap
optimal. Pada model produksi tingkat 2, pertumbuhan tanaman dibatasi oleh ketersediaan air, sedangkan pada model produksi tingkat 3 pertumbuhan tanaman
dibatasi oleh ketersediaan hara N. Pada model produksi tingkat 4 pertumbuhan
dibatasi oleh ketersedian fosfat atau oleh unsur lain seperti kalium pada waktu
tertentu selama siklus hidupnya.
Perkembangan pemodelan saat ini lebih banyak dilakukan dengan
menggunakan komputasi atau teknik simulasi. Perangkat lunak stella merupakan
salah satu jenis perangkat lunak yang telah umum digunakan pada pembuatan
model. Prusinkiewicz (2004) menyatakan beberapa manfaat penggunaan sistem
komputasi atau simulasi dalam pembuatan model. Pertama, sistem komputasi
dapat memberikan pemahaman kuantitatif terhadap mekanisme perkembangan
yang tidak dapat dijelaskan dengan pemahaman kualitatif. Kedua, memberikan
pemahaman tentang interaksi antara berbagai aspek, seperti proses fisiologis,
pengaruh lingkungan dan perkembangan tanaman.

3 METODE
Penelitian ini terdiri atas tiga percobaan, yaitu 1) Aplikasi pemupukan N
dan pemangkasan, 2) Aplikasi pemupukan P, K dan pemangkasan, serta 3)
Analisis pertumbuhan akar dan biomassa tanaman. Percobaan satu dan dua
bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi pupuk N, P dan K serta pemangkasan terhadap pertumbuhan dan model tajuk tanaman jeruk keprok Borneo
Prima belum berproduksi. Percobaan tiga bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan akar dan tunas serta biomassa tanaman. Data hasil percobaan satu dan
tiga juga digunakan untuk membuat pendugaan pertumbuhan tanaman jeruk
Keprok Borneo Prima belum menghasilkan dengan menggunakan model simulasi.

11

Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Sindang Barang, Desa
Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Lokasi
penelitian merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian tempat 250 mdpl.
Analisis tanah dan hara dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah,
Cimanggu, Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga
Februari 2015.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tanaman jeruk keprok Borneo Prima belum
menghasilkan berumur tiga tahun, pupuk urea (45% N), pupuk SP-36 (36% P2O5),
dan pupuk KCL (60% K). Peralatan yang digunakan ialah gunting pangkas,
meteran, lux meter, hand counter, thermohigrometer, leaf area meter (LiCor
3000), portable photosynthesis system (LiCor 6400), chlorophyll meter (SPAD502), curvimeter, alat budidaya dan alat tulis.
Metode Penelitian
Percobaan 1 Aplikasi pemupukan N dan pemangkasan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
yang terdiri atas dua faktor, yaitu:
1. Aplikasi pemupukan yang terdiri atas empat taraf:
a. 0 g N/pohon/aplikasi
b. 20 g N/pohon/aplikasi
c. 40 g N/pohon/aplikasi
d. 60 g N/pohon/aplikasi
2. Perlakuan pemangkasan terdiri atas tiga taraf:
a. Tanpa pemangkasan
b. Pemangkasan terbuka tengah
c. Pemangkasan pagar
Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak empat kali,
sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu
tanaman jeruk, sehingga tanaman jeruk yang diamati dalam percobaan ini berjumlah 48 tanaman.
Pengujian pengaruh perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji F, jika
uji F menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT
(Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Model rancangan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
� = �+
+
+� +
+ �
Keterangan :
Yijk
:
µ
:
αi
:
βj
:
ρk
:
(αβ)ij
:
εijk
:

nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j dan ulangan ke-k
nilai tengah populasi
pengaruh perlakuan pemupukan taraf ke-i
pengaruh perlakuan pemangkasan taraf ke-j
pengaruh aditif kelompok ke-k
pengaruh interaksi perlakuan αi dan βj
pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

12

Percobaan 2 Aplikasi pemupukan P K dan pemangkasan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
yang terdiri atas dua faktor, yaitu:
1. Aplikasi pemupukan yang terdiri atas empat taraf:
a. 15 g P/pohon/aplikasi + 10 g K/pohon/aplikasi
b. 15 g P/pohon/aplikasi + 15 g K/pohon/aplikasi
c. 20 g P/pohon/aplikasi + 10 g K/pohon/aplikasi
d. 20 g P/pohon/aplikasi + 15 g K/pohon/aplikasi
2. Perlakuan pemangkasan terdiri atas tiga taraf:
a. Tanpa pemangkasan
b. Pemangkasan terbuka tengah
c. Pemangkasan pagar
Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak empat kali,
sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu
tanaman jeruk, sehingga tanaman jeruk yang diamati dalam percobaan ini berjumlah 48 tanaman.
Pengujian pengaruh perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji F, jika
uji F menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT
(Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Model rancangan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
� = �+
+
+� +
+ �
Keterangan :
Yijk
:
µ
:
αi
:
βj
:
ρk
:
(αβ)ij
:
εijk
:

nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j dan ulangan ke-k
nilai tengah populasi
pengaruh perlakuan pemupukan taraf ke-i
pengaruh perlakuan pemangkasan taraf ke-j
pengaruh aditif kelompok ke-k
pengaruh interaksi perlakuan αi dan βj
pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Percobaan 3 Analisis pertumbuhan akar dan biomas tanaman
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
yang terdiri atas dua faktor, yaitu:
1. Aplikasi pemupukan yang terdiri atas empat taraf:
a. 0 g N/pohon/aplikasi (sebagai kontrol)
b. 20 g N/pohon/aplikasi
c. 40 g N/pohon/aplikasi
d. 60 g N/pohon/aplikasi
2. Perlakuan pemangkasan terdiri atas tiga taraf:
a. Tanpa pemangkasan
b. Pemangkasan terbuka tengah
c. Pemangkasan pagar
Terdapat 12 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali, sehingga
terdapat 36 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu tanaman
jeruk, sehingga tanaman jeruk yang diamati dalam percobaan ini berjumlah 36
tanaman.
Pengujian pengaruh perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji F, jika
uji F menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT

13

(Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%. Model rancangan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
� = �+
+
+� +
+ �
Keterangan :
Yijk
:
µ
:
αi
:
βj
:
ρk
:
(αβ)ij
:
εijk
:

nilai pengamatan pada perlakuan ke-i, kelompok ke-j dan ulangan ke-k
nilai tengah populasi
pengaruh perlakuan pemupukan taraf ke-i
pengaruh perlakuan pemangkasan taraf ke-j
pengaruh aditif kelompok ke-k
pengaruh interaksi perlakuan αi dan βj
pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Pelaksanaan
1.

2.

3.

Persiapan Tanaman
Tanaman jeruk keprok Borneo Prima yang digunakan pada penelitian
ini ialah tanaman yang telah berumur tiga tahun dan telah di tanam di lahan.
Tanaman ini berasal dari hasil okulasi dengan batang bawah Rough Lemon
(RL) dan batang atas Jeruk Keprok Borneo Prima. Persiapan tanaman
sebelum dilakukan aplikasi pemupukan dan pemangkasan meliputi pemilihan
tanaman contoh, pelabelan, dan penyiangan gulma yang tumbuh di bawah
tegakan tanaman yang bertujuan untuk menghindari persaingan serapan hara
antara tanaman dan gulma. Pada percobaan 1 dan 2 tanaman di tanam di
lahan dengan jarak tanam 4 m x 4 m yang bertujuan untuk mengamati
pertumbuhan vegetatif dan keragaan tanaman. Khusus untuk percobaan 3
tanaman ditanam pada kotak pengamatan akar berukuran 40 cm x 60 cm x 20
cm yang bertujuan untuk mengamati perakaran dari tanaman ini.
Analisis Tanah
Analisis tanah dilakukan sebelum aplikasi pemupukan. Analisis
dilakukan di Balai penelitian tanah, Bogor.
Pemangkasan
Tanaman sampel yang telah dipilih selanjutnya dipangkas sesuai
dengan perlakuan (Gambar 1), yakni pangkas terbuka tengah dan pangkas
pagar. Pemangkasan dilakukan setiap tiga bulan sekali selama percobaan.
Pada percobaan 1, pemangkasan dilakukan sebanyak tiga kali, yakni pada
Juni 2014 (periode 1), September 2014 (periode 2) dan Desember 2014
(periode 3). Pada percobaan 2, pemangkasan dilakukan sebanyak empat kali
selama penelitian berlangsung. Pemangkasan dilakukan pada bulan Maret
(periode 1), Juni 2014 (periode 2), September 2014 (periode 3) dan Desember
2014 (periode 4).
Pada pangkas terbuka tengah, dipilih dan dipelihara tiga percabangan
yang kuat dan letaknya tidak berdekatan (membentuk sudut 90 - 120° satu
dengan yang lain). Cabang-cabang yang lain dipangkas sehingga membentuk
tiga cabang primer dan setiap cabang primer dipelihara tiga cabang sekunder.
Pada pangkas terbuka tengah juga dilakukan pengendalian dominasi apikal
dengan cara memangkas batang utama yang tumbuh tegak. Pemangkasan
dilakukan dari ujung batang utama hingga 5 – 10 cm di dekat percabangan
yang akan dipelihara.
Pada pangkas pagar, percabangan yang tumbuh di arah Timur dan Barat
dipangkas, sedangkan percabangan yang tumbuh pada arah Utara dan Selatan

14

tetap dipertahankan. Cabang-cabang yang tumbuh dibagian Utara dan Selatan
diatur dan diikatkan ke sebilah kayu atau bambu dengan menggunakan tali.
Cabang diikat dengan sedikit longgar sehingga tidak merusak dan
mengganggu pertumbuhan cabang. Pemangkasan terhadap batang utama juga
dilakukan untuk menghambat pertumbuhan apikal tanaman. Pemangkasan
dilakukan dari ujung batang utama hingga 3 – 5 cm di dekat percabangan
yang akan dipelihara.

Gambar 1 Sketsa bentuk pemangkasan jeruk keprok Borneo Prima (a) tanpa
pemangkasan, (b) pangkas terbuka tengah dan (c) pangkas pagar
4.

Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap 3 komponen, yaitu pertumbuhan
tanaman, ke