Perilaku Kawin dan Siklus Reproduksi Deroceras laeve, Filicaulis bleekeri, dan Meghimatium bilineatum (Mollusca: Gastropoda)
PERILAKU KAWIN DAN SIKLUS REPRODUKSI Deroceras
laeve, Filicaulis bleekeri, dan Meghimatium bilineatum
(Mollusca: Gastropoda)
NUROH NAJMI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku Kawin Dan
Siklus Reproduksi Deroceras laeve, Filicaulis bleekeri, dan Meghimatium
bilineatum (Mollusca: Gastropoda) adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Nuroh Najmi
NIM G34090018
ABSTRAK
NUROH NAJMI. Perilaku Kawin dan Siklus Reproduksi Deroceras laeve,
Filicaulis bleekeri, dan Meghimatium bilineatum (Mollusca: Gastropoda).
Dibimbing oleh TRI HERU WIDARTO dan NOVA MUJIONO.
Deroceras laeve, Filicaulis bleekeri dan Meghimatium bilineatum adalah
anggota Gastropoda (Mollusca) yang hidup sebagai hama, namun berpotensi
sebagai sumber protein bagi pakan ternak. Penelitian perilaku kawin dan siklus
reproduksi ketiga jenis tersebut dilakukan selama 42 hari pengamatan. Tahapan
kawin yang dilakukan oleh F. bleekeri dan M. bilineatum dimulai dengan saling
menyentuhkan tentakel ke siput lain atau menyentuhkan tentakel ke badan atau
ekor siput lain, lalu siput tersebut bergerak mendekati siput yang akan menjadi
pasangan kawinnya, siput saling menempel dengan posisi berlawanan, dan siput
tersebut saling berpisah. Tahapan kawin yang teramati pada perilaku kawin D.
laeve adalah siput menyentuhkan tentakel ke badan atau ekor siput lain. Perilaku
kawin M. bilineatum dan F. bleekeri dengan posisi siput saling menempel dengan
posisi berlawanan memiliki durasi kawin terlama (rata-rata 281,5 detik dan 561,9
detik) selama 42 hari pengamatan. D. laeve menghasilkan telur sebanyak 264
butir, lama penetasan rata-rata 14 hari dan daya tetas telur 60.98 %. Fekunditas
telur per individu sebesar 0.31/hari.
Kata kunci : Deroceras laeve, Filicaulis bleekeri, Meghimatium bilineatum,
perilaku kawin, telur siput
ABSTRACT
NUROH NAJMI. Mating Behavior and Reproductive Cycle Deroceras
laeve, Filicaulis bleekeri, and Meghimatium bilineatum (Mollusca: Gastropoda).
Supervised by TRI HERU WIDARTO and NOVA MUJIONO.
Deroceras laeve, Filicaulis bleekeri and Meghimatium bilineatum are
members of Gastropoda (Mollusca) that live as pest. However they are potential
for protein source of animal livestock. Mating behavior and reproductive cycle of
those were inspected for 42 days. The mating phase of F. bleekeri and M.
bilineatum started from touching each other with tentacle or touching another
slug’s body or tail with tentacle, slug come closer to other which will be the
partner, stuck each other position, and withdrawal. The mating phase of D. laeve
investigated slug touched body or tail another slug with tentacle. Mating behavior
of M. bilineatum and F.bleekeri which stick each other position was the longest
mating duration (average 281,4 second and 561,9 second respectly) during 42
days observation. D. laeve produced 264 eggs, took average incubation period for
14 days and had hatching percentage 60.98%. The fecundity per individual is
0.31/day.
Key words : Deroceras laeve, Filicaulis bleekeri, mating behaviour,
Meghimatium bilineatum, slug egg
PERILAKU KAWIN DAN SIKLUS REPRODUKSI Deroceras
laeve, Filicaulis bleekeri, dan Meghimatium bilineatum
(Mollusca: Gastropoda)
NUROH NAJMI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Perilaku Kawin dan Siklus Reproduksi Deroceras laeve, Filicaulis
bleekeri, dan Meghimatium bilineatum (Mollusca: Gastropoda)
Nama
: Nuroh Najmi
NIM
: G34090018
Disetujui oleh
Ir Tri Heru Widarto, MSc
Pembimbing I
Nova Mujiono, SSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam penulis curahkan kepada
Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 hingga April 2013 bertempat
di Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Tri Heru Widarto MSc.
dan Bapak Nova Mujiono SSi selaku pembimbing yang selalu membimbing dan
memberikan arahan serta masukan kepada penulis selama penelitian hingga
penyusunan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada
Bapak Heryanto MSc staf Laboratorium Malakologi LIPI Cibonong Bogor yang
telah banyak memberikan saran. Terima kasih kepada pihak Laboratorium
Malakologi LIPI Cibonong Bogor dan kepada pihak Agropolitan Cipanas Cianjur.
Terima kasih kepada ayah, ibu, dan kakak yang selalu memberikan doa dan
semangat, serta kasih sayangnya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih
kepada teman teman yang selalu memberikan bantuan dan semangat.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, September 2013
Nuroh Najmi
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
BAHAN DAN METODE
1
HASIL DAN PEMBAHASAN
2
SIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
11
RIWAYAT HIDUP
13
DAFTAR GAMBAR
1 Perilaku kawin F. bleekeri
2 Tahapan kawin pada siput (F. bleekeri)
3 Rata-rata durasi kawin F. bleekeri selama 42 hari pengamatan
4 Rata-rata frekuensi kawin F. bleekeri selama 42 hari pengamatan
5 Organ F. bleekeri
6 Perilaku kawin M. bilineatum
7 Rata-rata durasi kawin M. bilineatum selama 42 hari pengamatan
8 Rata-rata frekuensi perilaku kawin M. bilineatum selama 42 hari
pengamatan
9 Telur M. bilineatum
10 D. laeve menyentuhkan tentakel ke badan siput lain
11 Rata-rata durasi perilaku kawin D. laeve selama 17 hari
12 Rata-rata frekuensi frekuensi D. laeve selama 17 hari
13 Lubang genital pada D. laeve
14 Produksi telur D. laeve selama 7 minggu (42 hari)
15 Telur D. laeve
16 D. laeve juvenil yang berhasil menetas
3
4
4
4
5
6
7
7
8
8
9
9
9
10
10
10
PENDAHULUAN
Siput tergolong kedalam filum Moluska dan kelas Gastropoda. Beberapa
jenis siput memiliki cangkang, sementara yang lainnya tidak memiliki cangkang.
Habitat siput adalah daerah yang lembab, diantara tumbuhan yang menjadi
sumber pakannya. Sepanjang siang hari hewan ini bersembunyi diantara
tumbuhan, menempel di balik daun atau bersembunyi di bawah batu, karena
hewan ini termasuk hewan nokturnal (Isnaningsih 2008).
Meghimatium bilineatum (Philomycidae) dan Filicaulis blekeeri
(Veronicellidae) merupakan dua jenis siput yang tidak memiliki cangkang,
sedangkan Deroceras laeve (Agriolimacidae) merupakan salah satu jenis siput
yang memiliki cangkang berukuran kecil. Tsai dan Wu (2008) menerangkan
Meghimatium bilineatum memiliki ukuran tubuh yang sedang dan ditemukan di
Taiwan. Barker (1999) menerangkan D. laeve merupakan salah satu siput yang
panjangnya bisa mencapai 25 mm, biasanya lebih kecil, ramping, dengan bagian
belakang yang sempit. Siput ini biasanya berwarna coklat, kelabu atau hitam. D.
laeve memiliki cangkang tipis yang tertutup selaput mantel, berwarna putih,
berbentuk oval panjang hingga berbentuk seperti telur dengan tepian yang lurus
hingga cembung. Gomes et al. (2008) menerangkan F. bleekeri merupakan salah
satu jenis siput yang termasuk kedalam famili Veronicellidae, siput darat tanpa
cangkang.
Beberapa jenis siput merupakan hama bagi tanaman pertanian sehingga
populasinya perlu dikendalikan. Terdapat dua tahapan yang paling efisien untuk
memerangi siput hama yaitu saat masih berupa telur dan juvenil karena
mobilitasnya masih terbatas (Grimm dan Paill 2001). Namun demikian menurut
Budiono (2006) keong dapat dijadikan sumber pakan yang cukup potensial bagi
ternak unggas.
Untuk mempelajari populasi maka harus diketahui terlebih dahulu mengenai
biologi reproduksinya. Masih sedikit studi tentang biologi reproduksi siput hama
pertanian. Penelitian ini akan mengkaji siklus reproduksi dari tiga jenis siput
terestrial, seperti mengamati perilaku kawin siput, durasi kawin siput, frekuensi
perilaku kawin siput, jumlah telur yang dihasilkan, daya tetas telur, fekunditas
telur per individu per hari, dan lama penetasan telur sehingga didapatkan data
biologis mengenai ketiga jenis siput terestrial ini.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga April 2013, bertempat di
Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan
sampel di Agropolitan Cianjur, Jawa Barat dan di halaman Student Center Institut
Pertanian Bogor.
Siput yang digunakan untuk penelitian ini yaitu Deroceras laeve, Filicaulis
bleekeri, dan Meghimatium bilineatum. Pengambilan sampel jenis M. bilineatum
dan D. laeve dilaksanakan di kawasan pertanian Agropolitan Cianjur, pada pukul
2
20.00-23.00 dan 05.00-07.00. Pengambilan sampel untuk jenis F. bleekeri
dilaksanakan di halaman Student Center IPB pukul 20.00-22.00. Siput disimpan
di dalam wadah (toples plastik) yang telah diberi kertas label, tanah, dan pakan
sayuran meliputi sawi hijau, sawi putih, dan wortel. Tutup wadah diberi lubang
untuk menjaga sirkulasi udara (Faberi et al. 2006).
Wadah yang digunakan berukuran diameter atas 20 cm, diameter bawah
16.5 cm, dan tinggi 22 cm. Wadah ditutup dengan kain basah pada saat siang hari
untuk menjaga kelembapan. Suhu dan kelembapan diukur setiap bulan
menggunakan alat termohigrometer TFA Dostmann Wertheim. Kisaran suhu
lingkungan yaitu 28°C-29°C dan kisaran kelembapan 68-70%. Siput ditempatkan
di dalam wadah sebanyak empat ekor, dan terdapat 5 wadah setiap jenis yang
dijadikan sebagai ulangan. Pemilihan siput dilakukan dengan cara, siput yang
saling berdekatan di dalam wadah sampel di masukkan bersamaan ke dalam
wadah.
Siput yang berada di wadah diamati perilaku kawinnya. Pengamatan
dilakukan pada malam hari pukul 20.00-01.00 di tempat yang gelap dengan
sedikit cahaya. Pengamatan perilaku kawin siput diperhatikan durasi siput selama
kawin dan frekuensi kawin siput. Selain itu variabel yang diamati meliputi jumlah
telur yang dihasilkan, persentase penetasan telur, fekunditas per individu per hari,
dan lama penetasan. Pengamatan dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan
Februari hingga April selama 42 hari pengamatan. Pengamatan organ reproduksi
siput menggunakan spesimen koleksi Museum Zoologi Bogor (MZB) dengan
bantuan mikroskop stereo Olympus SZX7 dan kamera Olympus E330 di
Laboratorium Moluska MZB.
Data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif menggunakan program
Minitab 16 dengan memperhatikan perilaku kawin siput, durasi kawin, frekuensi
kawin, dan membandingkan tiga jenis yang berbeda selama 42 hari pengamatan.
Selain itu dianalisis jumlah telur, daya tetas telur, fekunditas telur per individu per
hari, dan lama penetasan. Perhitungan fekunditas telur per individu yaitu
=x
Fekunditas telur per individu per hari =
HASIL DAN PEMBAHASAN
Filicaulis bleekeri
Perilaku kawin Filicaulis bleekeri yang diamati yaitu saling menempel
dengan posisi sejajar, saling menempel dengan posisi berlawanan, saling
menyentuhkan tentakel, saling mendekatkan kepala, saling menyilangkan badan,
dan menyentuhkan ekor atau badan siput lain dengan tentakel (Gambar 1).
3
a
b
c
d
e
f
Gambar 1 Perilaku kawin F. bleekeri a. Siput saling menyentuhkan tentakel; b.
Siput menyentuhkan tentakel ke badan atau ekor siput lainnya; c. Siput
saling mendekatkan kepala; d. Siput saling menempel dengan posisi
sejajar; e. Siput saling menempel dengan posisi berlawanan; f. Siput
saling menyilangkan badan
Durasi kawin menjelaskan berapa lama siput tersebut melakukan satu kali
perilaku kawin, sedangkan frekuensi menjelaskan banyaknya perilaku kawin yang
sudah dilakukan oleh siput. Tahapan kawin yang dilakukan oleh F. bleekeri
dimulai dengan adanya penjuluran tentakel ke badan siput lainnya, selanjutnya
siput tersebut bergerak dan saling menempel (Gambar 2). Perilaku saling
menempel ini dapat dilakukan dalam durasi waktu yang cukup lama. Setelah itu
dapat terjadi pemisahan siput. Selama 42 hari pengamatan, durasi terlama pada
perilaku kawin F. bleekeri yaitu perilaku saling menempel dengan posisi
berlawanan (Gambar 3e) dan durasi terendah perilaku saling menyilangkan badan
(Gambar 3f). Perilaku kawin yang sering dilakukan yaitu perilaku saling
menempel dengan posisi berlawanan (Gambar 4e). Frekuensi terkecil yang
dilakukan oleh F. bleekeri yaitu perilaku kawin saling menyilangkan badan
(Gambar 4f).
4
a
c
b
e
d
f
Gambar 2 Tahapan kawin pada siput (F. bleekeri) a dan b. Siput menyentuhkan
tentakel ke badan siput lain; c. Siput bergerak saling mendekat;
d. Siput saling menempel dengan posisi berlawanan; e dan f. Siput
bergerak untuk berpisah
Rata-rata durasi kawin (detik)
800
700
600
500
400
300
200
100
0
a
b
c
d
e
f
Perilaku kawin
Gambar 3 Rata-rata durasi kawin F. bleekeri selama 42 hari pengamatan
Gambar 4 Rata-rata frekuensi kawin F. bleekeri selama 42 hari pengamatan
5
Keterangan (berlaku untuk jenis Filicaulis bleekeri dan Meghimatium bilineatum)
a. Saling menyentuhkan tentakel
b. Menyentuhkan ekor atau badan siput lain dengan menggunakan tentakel
c. Siput saling mendekatkan kepala
d. Siput saling menempel posisi sejajar
e. Siput saling menempel posisi berlawanan
f. Saling menyilangkan badan
g. Siput melilitkan badan ke siput lain
Gomes dan Thome (2004) menerangkan bahwa F. bleekeri memiliki badan
yang lonjong dengan warna badan bervariasi dan terdapat corak garis
dipunggungnya. Warna corak garis tersebut biasanya lebih terang. Liang kelamin
betina F. bleekeri (Gambar 5a) berada pada 1/3 jarak antara parit kaki dan
pinggiran badan.
a
b
c
Gambar 5 Organ reproduksi F. bleekeri a. Lubang genital; b. Saluran reproduksi;
c. anus (gambar spesimen koleksi Museum Zoologi LIPI Bogor)
Meghimatium bilineatum
Perilaku kawin Meghimatium bilineatum yang diamati adalah saling
menempel dengan posisi sejajar, saling menempel dengan posisi berlawanan,
saling menyentuhkan tentakel, saling mendekatkan kepala, saling menyilangkan
badan, menyentuhkan ekor atau badan siput lain dengan tentakel, dan melilitkan
badan ke siput lain (Gambar 6).
6
b
a
c
e
d
f
g
Gambar 6 Perilaku kawin M. bilineatum a. Siput saling menyentuhkan tentakel;
b. Siput menyentuhkan tentakel ke badan atau ekor siput lainnya; c.
Siput saling mendekatkan kepala; d. Siput saling menempel dengan
posisi sejajar; e. Siput saling menempel dengan posisi berlawanan; f.
Siput saling menyilangkan badan; g. Siput saling melilitkan badan
Tahap precourtship yang dilakukan oleh F. bleekeri dan M. bilineatum
biasanya dengan cara saling mendekatkan tentakel ke siput lainnya atau
mendekatkan tentakel ke badan atau ekor siput lain. Perilaku ini cukup sering
dilakukan. Siput aktif pada malam hari. Aktivitas siput paling tinggi kisaran pukul
20.00 hingga pukul 01.00.
Perilaku kawin saling menempel dengan posisi berlawanan dan melilitkan
badan ke siput lain merupakan perilaku kawin yang memungkinkan terjadinya
7
kopulasi pada siput. Meghimatium bilineatum melakukan perilaku kawin dengan
cara saling menempel dengan posisi berlawanan memiliki rata-rata durasi kawin
paling besar dibandingkan dengan perilaku kawin lainnya (Gambar 7e) dan
perilaku melilitkan badan ke siput lain memiliki rata-rata durasi waktu yang
paling rendah (Gambar 7g). Perilaku kawin dengan cara saling menempel dengan
posisi berlawanan memiliki rata-rata frekuensi paling besar diantara perilaku
kawin lainnya (Gambar 8e) dan perilaku melilitkan badan ke siput lain memiliki
rata-rata frekuensi yang paling kecil (Gambar 8g).
Rata-rata durasi kawin (detik)
400
300
200
100
0
a
b
c
d
e
f
g
Perilaku kawin
Gambar 7 Rata-rata durasi kawin M. bilineatum selama 42 hari pengamatan
Gambar 8 Rata-rata frekuensi perilaku kawin M. bilineatum selama 42
hari pengamatan
Davinson et al. (2005) menerangkan terdapat dua karakter yang mencolok
dalam sistem perkawinan siput yaitu face to face, dan shell mounting. Perkawinan
face to face dilakukan oleh siput bercangkang kecil dan siput tidak bercangkang,
biasanya pada anggota Helicoidea, Limacoidea, Philomycidae. Pada pengamatan
perilaku kawin, terlihat berbagai perilaku kawin seperti siput yang saling
menempelkan badannya baik sejajar maupun berlawanan, saling mendekatkan
tentakel, saling menyentuhkan tentakel ke siput lainnya, dan melilitkan badan ke
siput lain.
8
Face to face merupakan suatu perilaku mating ditandai dengan siput yang
saling berhadapan untuk menarik pasangannya, seperti menggunakan tentakel
dengan cara saling menyentuhkan tentakel, saling mendekatkan kepala siput, atau
badan siput. Durasi terlama pada perilaku kawin M. bilineatum yaitu pada
perilaku saling menempelkan badannya dengan posisi berlawanan. M. bilineatum
memiliki ukuran badan yang cukup besar dengan 3 hingga 5 corak garis coklat
atau hitam di badannya dan warna putih kekuningan di permukaan belakangnya.
M. bilineatum bertelur sebanyak 15 butir, berada dalam satu clutch dan berwarna
putih (Gambar 9), jumlah telur tersebut dihitung dari pengamatan di permukaan,
kemungkinan di dalam cluth tersebut masih terdapat telur yang tidak terhitung
karena tertutupi oleh telur lainnya. M. bilineatum menghasilkan 15 butir telur
dalam 42 hari dan tidak berhasil menetas. Menurut Barker (1999) telur siput tidak
berhasil menetas disebabkan karena kekeringan atau adanya infeksi dari fungi
terutama dari jenis Fusarium.
Gambar 9 Telur M. bilineatum
Deroceras laeve
Tahapan perilaku kawin yang teramati pada Deroceras laeve yaitu hanya
menyentuhkan tentakel ke badan siput lain yang berada di dekatnya (Gambar 10).
Menurut Reise et al. (2007) perilaku menyentuhkan tentakel ke siput lain
merupakan salah satu perilaku precourtship untuk menarik pasangan siput lain.
Gambar 10 D. laeve menyentuhkan tentakel ke badan siput lain
Siput biasanya melakukan kawin dimulai dengan tahapan awal seperti
melakukan penjuluran tentakel sebagai tanda bahwa siput melakukan suatu tahap
pengenalan kepada siput lain yang akan menjadi pasangan kawinnya. Menurut
Reise et al. (2007) terdapat 4 tahapan kawin pada Deroceras yaitu precourtship,
courtship, copulation, dan withdrawal.
9
0,4
Rata-rata durasi kawin (detik)
0,3
0,2
0,1
0,0
-0,1
a
b
c
d
Perilaku kawin
e
f
g
Gambar 11 Rata-rata durasi perilaku kawin D. laeve selama 17 hari
Gambar 12 Rata-rata frekuensi frekuensi D. laeve selama 17 hari
Keterangan
b. Menyentuhkan ekor atau badan siput lain dengan menggunakan tentakel
Gambar 13 Lubang genital pada D. laeve (gambar spesimen koleksi Museum
Zoologi LIPI Bogor)
Siput ini hanya melakukan perilaku menyentuh ekor atau badan siput lain
dengan menggunakan tentakelnya sebanyak satu kali dalam satu wadah. Menurut
Foltz et al. (1980) Deroceras laeve dapat melakukan self-fertilization. Selffertilization merupakan sistem kawin yang normal dilakukan oleh D. laeve,
perilaku ini membantu proses reproduksi bagi siput yang terisolir. D. laeve
10
melakukan self- fertilization ketika siput ini berada dalam habitat yang berbeda
dengan koloninya, perilaku ini merupakan perilaku yang umum terjadi pada D.
laeve (Mohamed dan Ali 2011). Nicklas dan Hoffman (1981) menjelaskan bahwa
telur yang dihasilkan oleh D. laeve merupakan hasil dari partenogenesis.
Pertenogenesis merupakan proses perkembangan telur tanpa harus dibuahi
(Campbell et al. 2004). Menurut Barker (2001) D. laeve merupakan siput
pulmonata terestrial yang hermafrodit, meski begitu sebagian besar cara kawinnya
tetap memerlukan pasangan. Siput tersebut berperan sebagai jantan dan betina
pada waktu yang sama.
Deroceras laeve memiliki ukuran badan yang kecil. Fase pertumbuhan D.
laeve terbagi menjadi dua fase pertumbuhan yaitu juvenil dan dewasa (Faberi et
al. 2006). Reise et al. (2007) menerangkan telur yang dihasilkan adalah bukti
kesuksesan perkawinan pada siput, meskipun tidak diketahui apa yang
mempengaruhinya, siput tersebut telah sukses melakukan perkawinan atau telah
melakukan self-fertilization. Siput ini mampu menghasilkan telur sebanyak 264
butir (Gambar 14) dalam 42 hari (bulan Februari hingga Maret) dengan daya tetas
telur 60.98%. Fekunditas D. laeve per individu yaitu sebesar 0.31/ hari. Rata-rata
telur menetas selama 14 hari. D. laeve memiliki telur berwarna kelabu jernih
(Gambar 15). Setelah kurang lebih selama 14 hari telur tersebut menetas (Gambar
16). Menurut Barker (1999) siput ini menyimpan telurnya paling cepat tiga hari
setelah kawin dan meletakkannya di permukaan tanah, dibawah kayu, batu atau di
bawah tanah.
jumlah telur
20
15
10
5
0
1
2
3
4
5
6
7
minggu ke
Gambar 14 Produksi telur D. laeve selama 7 minggu (42 hari)
Gambar 15 Telur D. laeve
11
Gambar 16 D. laeve juvenil yang berhasil menetas
SIMPULAN
Deroceras laeve, Meghimatium bilineatum, dan Filicaulis bleekeri memiliki
perilaku kawin yang berbeda. Tahapan kawin yang dilakukan oleh F. bleekeri dan
M. bilineatum dimulai dengan saling menyentuhkan tentakel ke siput lain atau
menyentuhkan tentakel ke badan atau ekor siput lain, siput tersebut bergerak
mendekati siput yang akan menjadi pasangan kawinnya, siput saling menempel
dengan posisi berlawanan, dan siput tersebut saling berpisah (withdrawal).
Perilaku kawin dengan durasi terlama dan frekuensi terbesar pada M. bilineatum
dan F. bleekeri yaitu siput saling menempel dengan posisi berlawanan. Produksi
telur yang dihasilkan oleh M. bilineatum sebanyak 15 butir tetapi telur tersebut
tidak menetas. D. laeve bertelur sebanyak 264 butir, daya tetas telur 60.98%,
fekunditas telur per individu per hari sebesar 0.31 dan lama penetasan rata-rata
sekitar 14 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Barker GM. 1999. Naturalised terrestrial Stylomatophora (Mollusca:
Gastropoda). Selandia Baru (NZ): Manaaki Whenua Pr.
Barker GM. 2001. The Biology of Terrestrial Mollusc. Inggris (GB): CABI.
Budiono S. 2006. Teknik mengendalikan keong mas pada tanaman padi. Ilmu
Pertanian. 2(2): 128-133.
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Bilogi Ed ke-5. Manulu W,
penerjemah; Safitri A, editor. Jakarta (ID): Erlangga.Terjemahan dari:
Biology. Ed ke-5.
Davinson A, Wade CM, Mordan PB, Chiba S. 2005. Sex and darts in slugs and
snails (Mollusca: Gastropoda: Stylommatophora). J Zool Lond. 267: 329338.
Faberi AJ, López AN, Manetti PL, Clemente CL, Castillo A . 2006. Growth
and reproduction of the slug Deroceras laeve (Müller) (Pulmonata:
Stylommatophora) under controlled conditions. Span J of Agricultur Research.
4(4):345-350.
Foltz DW, Schaitkin BM, Selander RK. 1980. Gametik disequilibrium in the selfslug Deroceras laeve. Evol. 36 (1):80-85.
12
Grimm B, Paill W. 2001. Spatial distribution and home-range of the pest slug
Arion lusitanicus (Mollusca: Pulmonata). Acta Oecolog. 22: 219-227.
Gomes SR, Thome JW. 2004. Diversity and distribution of the Veronicellidae
(Gastropoda: Soleolifera) in the oriental and Australian biogeographical
regions. Memoirs Queensland Museum. 49(2):589-601.
Gomes SR, Picanco JB, Schilthuizen M, Thome JW. 2008. Valiguna flava
(Heynemann, 1885) from Indonesia and Malaysia: Redescription and
Comparison with Valiguna siamensis (Martens, 1867) (Gastropoda:
Soleolifera: Veronicellidae). The Velig. 50(3):163–170.
Isnaningsih NR. 2008. Siput telanjang (slug) sebagai hama tanaman budidaya.
Fauna Indones.8:21-24.
Mohamed MI, Ali RF. 2011. Laboratory studies on the terrestrial marsh slug
Deroceras laeve (Müller) (Agriolimacidae: Mollusca). Animal Biol.
2(3):133-141.
Nicklas NL, Hoffman RJ. 1981. Apomictic partenogenesis in hermaphroditic
terrestrial slug, Deroceras laeve (Muller). Biol. Bull. 160:123-135.
Reise H, Visser S, Hutchinson JMC. 2007. Mating behaviour in the terrestrial slug
Deroceras gorgonium: is extreme morphology associated with extreme
behaviour?. Animal Biol. 57:197-215.
Tsai CL, Wu SH. 2008. A new Meghimatium slug (Pulmonata: Philomycidae)
from Taiwan. Zool Stud. 47:759-766.
13
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 23 September 1991. Penulis
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Asep Saepudjaman dan
Sutini. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cilaku Cianjur dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Penulis menjadi asisten praktikum Struktur Hewan pada tahun ajaran 20122013. Tahun 2011 penulis mengikuti studi lapang di Hutan Pendidikan Gunung
Walat Sukabumi Jawa Barat dengan judul Serangga Pembentuk Puru di Hutan
Pendidikan Gunung Walat. Tahun 2012 penulis melaksanakan kegiatan praktek
lapang di Rumah Sakit Umum Kelas B Cianjur dari bulan Juli sampai Agustus
dengan judul Pemeriksaan Darah di Rumah Sakit Umum Kelas B Cianjur. Selain
itu pada tahun 2012 penulis mengikuti kegiatan magang di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dengan topik kegiatan
Kesehatan Ikan dan Lingkungan.
Selama perkuliahan penulis pernah mengikuti UKM FORCES tahun 2009,
selain itu juga penulis aktif di Badan Pengurus Harian (BPH) HIMABIO sebagai
bendahara 2 tahun 2011-2012, Badan Pengurus Harian (BPH) HIMABIO sebagai
bendahara umum tahun 2012-2013. Penulis aktif dalam kegiatan mahasiswa yaitu
Biologi On Experiment 2010, Lomba Cepat Tepat Biologi IPB 2010, Masa
Orientasi dan Informasi Biologi (MORFOLOGI) 2011. Penulis mengikuti Latihan
Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa IPB (LKMM IPB) 2012
laeve, Filicaulis bleekeri, dan Meghimatium bilineatum
(Mollusca: Gastropoda)
NUROH NAJMI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perilaku Kawin Dan
Siklus Reproduksi Deroceras laeve, Filicaulis bleekeri, dan Meghimatium
bilineatum (Mollusca: Gastropoda) adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Nuroh Najmi
NIM G34090018
ABSTRAK
NUROH NAJMI. Perilaku Kawin dan Siklus Reproduksi Deroceras laeve,
Filicaulis bleekeri, dan Meghimatium bilineatum (Mollusca: Gastropoda).
Dibimbing oleh TRI HERU WIDARTO dan NOVA MUJIONO.
Deroceras laeve, Filicaulis bleekeri dan Meghimatium bilineatum adalah
anggota Gastropoda (Mollusca) yang hidup sebagai hama, namun berpotensi
sebagai sumber protein bagi pakan ternak. Penelitian perilaku kawin dan siklus
reproduksi ketiga jenis tersebut dilakukan selama 42 hari pengamatan. Tahapan
kawin yang dilakukan oleh F. bleekeri dan M. bilineatum dimulai dengan saling
menyentuhkan tentakel ke siput lain atau menyentuhkan tentakel ke badan atau
ekor siput lain, lalu siput tersebut bergerak mendekati siput yang akan menjadi
pasangan kawinnya, siput saling menempel dengan posisi berlawanan, dan siput
tersebut saling berpisah. Tahapan kawin yang teramati pada perilaku kawin D.
laeve adalah siput menyentuhkan tentakel ke badan atau ekor siput lain. Perilaku
kawin M. bilineatum dan F. bleekeri dengan posisi siput saling menempel dengan
posisi berlawanan memiliki durasi kawin terlama (rata-rata 281,5 detik dan 561,9
detik) selama 42 hari pengamatan. D. laeve menghasilkan telur sebanyak 264
butir, lama penetasan rata-rata 14 hari dan daya tetas telur 60.98 %. Fekunditas
telur per individu sebesar 0.31/hari.
Kata kunci : Deroceras laeve, Filicaulis bleekeri, Meghimatium bilineatum,
perilaku kawin, telur siput
ABSTRACT
NUROH NAJMI. Mating Behavior and Reproductive Cycle Deroceras
laeve, Filicaulis bleekeri, and Meghimatium bilineatum (Mollusca: Gastropoda).
Supervised by TRI HERU WIDARTO and NOVA MUJIONO.
Deroceras laeve, Filicaulis bleekeri and Meghimatium bilineatum are
members of Gastropoda (Mollusca) that live as pest. However they are potential
for protein source of animal livestock. Mating behavior and reproductive cycle of
those were inspected for 42 days. The mating phase of F. bleekeri and M.
bilineatum started from touching each other with tentacle or touching another
slug’s body or tail with tentacle, slug come closer to other which will be the
partner, stuck each other position, and withdrawal. The mating phase of D. laeve
investigated slug touched body or tail another slug with tentacle. Mating behavior
of M. bilineatum and F.bleekeri which stick each other position was the longest
mating duration (average 281,4 second and 561,9 second respectly) during 42
days observation. D. laeve produced 264 eggs, took average incubation period for
14 days and had hatching percentage 60.98%. The fecundity per individual is
0.31/day.
Key words : Deroceras laeve, Filicaulis bleekeri, mating behaviour,
Meghimatium bilineatum, slug egg
PERILAKU KAWIN DAN SIKLUS REPRODUKSI Deroceras
laeve, Filicaulis bleekeri, dan Meghimatium bilineatum
(Mollusca: Gastropoda)
NUROH NAJMI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Perilaku Kawin dan Siklus Reproduksi Deroceras laeve, Filicaulis
bleekeri, dan Meghimatium bilineatum (Mollusca: Gastropoda)
Nama
: Nuroh Najmi
NIM
: G34090018
Disetujui oleh
Ir Tri Heru Widarto, MSc
Pembimbing I
Nova Mujiono, SSi
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam penulis curahkan kepada
Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 hingga April 2013 bertempat
di Departemen Biologi, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Tri Heru Widarto MSc.
dan Bapak Nova Mujiono SSi selaku pembimbing yang selalu membimbing dan
memberikan arahan serta masukan kepada penulis selama penelitian hingga
penyusunan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada
Bapak Heryanto MSc staf Laboratorium Malakologi LIPI Cibonong Bogor yang
telah banyak memberikan saran. Terima kasih kepada pihak Laboratorium
Malakologi LIPI Cibonong Bogor dan kepada pihak Agropolitan Cipanas Cianjur.
Terima kasih kepada ayah, ibu, dan kakak yang selalu memberikan doa dan
semangat, serta kasih sayangnya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih
kepada teman teman yang selalu memberikan bantuan dan semangat.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, September 2013
Nuroh Najmi
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
vi
PENDAHULUAN
1
BAHAN DAN METODE
1
HASIL DAN PEMBAHASAN
2
SIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
11
RIWAYAT HIDUP
13
DAFTAR GAMBAR
1 Perilaku kawin F. bleekeri
2 Tahapan kawin pada siput (F. bleekeri)
3 Rata-rata durasi kawin F. bleekeri selama 42 hari pengamatan
4 Rata-rata frekuensi kawin F. bleekeri selama 42 hari pengamatan
5 Organ F. bleekeri
6 Perilaku kawin M. bilineatum
7 Rata-rata durasi kawin M. bilineatum selama 42 hari pengamatan
8 Rata-rata frekuensi perilaku kawin M. bilineatum selama 42 hari
pengamatan
9 Telur M. bilineatum
10 D. laeve menyentuhkan tentakel ke badan siput lain
11 Rata-rata durasi perilaku kawin D. laeve selama 17 hari
12 Rata-rata frekuensi frekuensi D. laeve selama 17 hari
13 Lubang genital pada D. laeve
14 Produksi telur D. laeve selama 7 minggu (42 hari)
15 Telur D. laeve
16 D. laeve juvenil yang berhasil menetas
3
4
4
4
5
6
7
7
8
8
9
9
9
10
10
10
PENDAHULUAN
Siput tergolong kedalam filum Moluska dan kelas Gastropoda. Beberapa
jenis siput memiliki cangkang, sementara yang lainnya tidak memiliki cangkang.
Habitat siput adalah daerah yang lembab, diantara tumbuhan yang menjadi
sumber pakannya. Sepanjang siang hari hewan ini bersembunyi diantara
tumbuhan, menempel di balik daun atau bersembunyi di bawah batu, karena
hewan ini termasuk hewan nokturnal (Isnaningsih 2008).
Meghimatium bilineatum (Philomycidae) dan Filicaulis blekeeri
(Veronicellidae) merupakan dua jenis siput yang tidak memiliki cangkang,
sedangkan Deroceras laeve (Agriolimacidae) merupakan salah satu jenis siput
yang memiliki cangkang berukuran kecil. Tsai dan Wu (2008) menerangkan
Meghimatium bilineatum memiliki ukuran tubuh yang sedang dan ditemukan di
Taiwan. Barker (1999) menerangkan D. laeve merupakan salah satu siput yang
panjangnya bisa mencapai 25 mm, biasanya lebih kecil, ramping, dengan bagian
belakang yang sempit. Siput ini biasanya berwarna coklat, kelabu atau hitam. D.
laeve memiliki cangkang tipis yang tertutup selaput mantel, berwarna putih,
berbentuk oval panjang hingga berbentuk seperti telur dengan tepian yang lurus
hingga cembung. Gomes et al. (2008) menerangkan F. bleekeri merupakan salah
satu jenis siput yang termasuk kedalam famili Veronicellidae, siput darat tanpa
cangkang.
Beberapa jenis siput merupakan hama bagi tanaman pertanian sehingga
populasinya perlu dikendalikan. Terdapat dua tahapan yang paling efisien untuk
memerangi siput hama yaitu saat masih berupa telur dan juvenil karena
mobilitasnya masih terbatas (Grimm dan Paill 2001). Namun demikian menurut
Budiono (2006) keong dapat dijadikan sumber pakan yang cukup potensial bagi
ternak unggas.
Untuk mempelajari populasi maka harus diketahui terlebih dahulu mengenai
biologi reproduksinya. Masih sedikit studi tentang biologi reproduksi siput hama
pertanian. Penelitian ini akan mengkaji siklus reproduksi dari tiga jenis siput
terestrial, seperti mengamati perilaku kawin siput, durasi kawin siput, frekuensi
perilaku kawin siput, jumlah telur yang dihasilkan, daya tetas telur, fekunditas
telur per individu per hari, dan lama penetasan telur sehingga didapatkan data
biologis mengenai ketiga jenis siput terestrial ini.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga April 2013, bertempat di
Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor. Pengambilan
sampel di Agropolitan Cianjur, Jawa Barat dan di halaman Student Center Institut
Pertanian Bogor.
Siput yang digunakan untuk penelitian ini yaitu Deroceras laeve, Filicaulis
bleekeri, dan Meghimatium bilineatum. Pengambilan sampel jenis M. bilineatum
dan D. laeve dilaksanakan di kawasan pertanian Agropolitan Cianjur, pada pukul
2
20.00-23.00 dan 05.00-07.00. Pengambilan sampel untuk jenis F. bleekeri
dilaksanakan di halaman Student Center IPB pukul 20.00-22.00. Siput disimpan
di dalam wadah (toples plastik) yang telah diberi kertas label, tanah, dan pakan
sayuran meliputi sawi hijau, sawi putih, dan wortel. Tutup wadah diberi lubang
untuk menjaga sirkulasi udara (Faberi et al. 2006).
Wadah yang digunakan berukuran diameter atas 20 cm, diameter bawah
16.5 cm, dan tinggi 22 cm. Wadah ditutup dengan kain basah pada saat siang hari
untuk menjaga kelembapan. Suhu dan kelembapan diukur setiap bulan
menggunakan alat termohigrometer TFA Dostmann Wertheim. Kisaran suhu
lingkungan yaitu 28°C-29°C dan kisaran kelembapan 68-70%. Siput ditempatkan
di dalam wadah sebanyak empat ekor, dan terdapat 5 wadah setiap jenis yang
dijadikan sebagai ulangan. Pemilihan siput dilakukan dengan cara, siput yang
saling berdekatan di dalam wadah sampel di masukkan bersamaan ke dalam
wadah.
Siput yang berada di wadah diamati perilaku kawinnya. Pengamatan
dilakukan pada malam hari pukul 20.00-01.00 di tempat yang gelap dengan
sedikit cahaya. Pengamatan perilaku kawin siput diperhatikan durasi siput selama
kawin dan frekuensi kawin siput. Selain itu variabel yang diamati meliputi jumlah
telur yang dihasilkan, persentase penetasan telur, fekunditas per individu per hari,
dan lama penetasan. Pengamatan dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan
Februari hingga April selama 42 hari pengamatan. Pengamatan organ reproduksi
siput menggunakan spesimen koleksi Museum Zoologi Bogor (MZB) dengan
bantuan mikroskop stereo Olympus SZX7 dan kamera Olympus E330 di
Laboratorium Moluska MZB.
Data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif menggunakan program
Minitab 16 dengan memperhatikan perilaku kawin siput, durasi kawin, frekuensi
kawin, dan membandingkan tiga jenis yang berbeda selama 42 hari pengamatan.
Selain itu dianalisis jumlah telur, daya tetas telur, fekunditas telur per individu per
hari, dan lama penetasan. Perhitungan fekunditas telur per individu yaitu
=x
Fekunditas telur per individu per hari =
HASIL DAN PEMBAHASAN
Filicaulis bleekeri
Perilaku kawin Filicaulis bleekeri yang diamati yaitu saling menempel
dengan posisi sejajar, saling menempel dengan posisi berlawanan, saling
menyentuhkan tentakel, saling mendekatkan kepala, saling menyilangkan badan,
dan menyentuhkan ekor atau badan siput lain dengan tentakel (Gambar 1).
3
a
b
c
d
e
f
Gambar 1 Perilaku kawin F. bleekeri a. Siput saling menyentuhkan tentakel; b.
Siput menyentuhkan tentakel ke badan atau ekor siput lainnya; c. Siput
saling mendekatkan kepala; d. Siput saling menempel dengan posisi
sejajar; e. Siput saling menempel dengan posisi berlawanan; f. Siput
saling menyilangkan badan
Durasi kawin menjelaskan berapa lama siput tersebut melakukan satu kali
perilaku kawin, sedangkan frekuensi menjelaskan banyaknya perilaku kawin yang
sudah dilakukan oleh siput. Tahapan kawin yang dilakukan oleh F. bleekeri
dimulai dengan adanya penjuluran tentakel ke badan siput lainnya, selanjutnya
siput tersebut bergerak dan saling menempel (Gambar 2). Perilaku saling
menempel ini dapat dilakukan dalam durasi waktu yang cukup lama. Setelah itu
dapat terjadi pemisahan siput. Selama 42 hari pengamatan, durasi terlama pada
perilaku kawin F. bleekeri yaitu perilaku saling menempel dengan posisi
berlawanan (Gambar 3e) dan durasi terendah perilaku saling menyilangkan badan
(Gambar 3f). Perilaku kawin yang sering dilakukan yaitu perilaku saling
menempel dengan posisi berlawanan (Gambar 4e). Frekuensi terkecil yang
dilakukan oleh F. bleekeri yaitu perilaku kawin saling menyilangkan badan
(Gambar 4f).
4
a
c
b
e
d
f
Gambar 2 Tahapan kawin pada siput (F. bleekeri) a dan b. Siput menyentuhkan
tentakel ke badan siput lain; c. Siput bergerak saling mendekat;
d. Siput saling menempel dengan posisi berlawanan; e dan f. Siput
bergerak untuk berpisah
Rata-rata durasi kawin (detik)
800
700
600
500
400
300
200
100
0
a
b
c
d
e
f
Perilaku kawin
Gambar 3 Rata-rata durasi kawin F. bleekeri selama 42 hari pengamatan
Gambar 4 Rata-rata frekuensi kawin F. bleekeri selama 42 hari pengamatan
5
Keterangan (berlaku untuk jenis Filicaulis bleekeri dan Meghimatium bilineatum)
a. Saling menyentuhkan tentakel
b. Menyentuhkan ekor atau badan siput lain dengan menggunakan tentakel
c. Siput saling mendekatkan kepala
d. Siput saling menempel posisi sejajar
e. Siput saling menempel posisi berlawanan
f. Saling menyilangkan badan
g. Siput melilitkan badan ke siput lain
Gomes dan Thome (2004) menerangkan bahwa F. bleekeri memiliki badan
yang lonjong dengan warna badan bervariasi dan terdapat corak garis
dipunggungnya. Warna corak garis tersebut biasanya lebih terang. Liang kelamin
betina F. bleekeri (Gambar 5a) berada pada 1/3 jarak antara parit kaki dan
pinggiran badan.
a
b
c
Gambar 5 Organ reproduksi F. bleekeri a. Lubang genital; b. Saluran reproduksi;
c. anus (gambar spesimen koleksi Museum Zoologi LIPI Bogor)
Meghimatium bilineatum
Perilaku kawin Meghimatium bilineatum yang diamati adalah saling
menempel dengan posisi sejajar, saling menempel dengan posisi berlawanan,
saling menyentuhkan tentakel, saling mendekatkan kepala, saling menyilangkan
badan, menyentuhkan ekor atau badan siput lain dengan tentakel, dan melilitkan
badan ke siput lain (Gambar 6).
6
b
a
c
e
d
f
g
Gambar 6 Perilaku kawin M. bilineatum a. Siput saling menyentuhkan tentakel;
b. Siput menyentuhkan tentakel ke badan atau ekor siput lainnya; c.
Siput saling mendekatkan kepala; d. Siput saling menempel dengan
posisi sejajar; e. Siput saling menempel dengan posisi berlawanan; f.
Siput saling menyilangkan badan; g. Siput saling melilitkan badan
Tahap precourtship yang dilakukan oleh F. bleekeri dan M. bilineatum
biasanya dengan cara saling mendekatkan tentakel ke siput lainnya atau
mendekatkan tentakel ke badan atau ekor siput lain. Perilaku ini cukup sering
dilakukan. Siput aktif pada malam hari. Aktivitas siput paling tinggi kisaran pukul
20.00 hingga pukul 01.00.
Perilaku kawin saling menempel dengan posisi berlawanan dan melilitkan
badan ke siput lain merupakan perilaku kawin yang memungkinkan terjadinya
7
kopulasi pada siput. Meghimatium bilineatum melakukan perilaku kawin dengan
cara saling menempel dengan posisi berlawanan memiliki rata-rata durasi kawin
paling besar dibandingkan dengan perilaku kawin lainnya (Gambar 7e) dan
perilaku melilitkan badan ke siput lain memiliki rata-rata durasi waktu yang
paling rendah (Gambar 7g). Perilaku kawin dengan cara saling menempel dengan
posisi berlawanan memiliki rata-rata frekuensi paling besar diantara perilaku
kawin lainnya (Gambar 8e) dan perilaku melilitkan badan ke siput lain memiliki
rata-rata frekuensi yang paling kecil (Gambar 8g).
Rata-rata durasi kawin (detik)
400
300
200
100
0
a
b
c
d
e
f
g
Perilaku kawin
Gambar 7 Rata-rata durasi kawin M. bilineatum selama 42 hari pengamatan
Gambar 8 Rata-rata frekuensi perilaku kawin M. bilineatum selama 42
hari pengamatan
Davinson et al. (2005) menerangkan terdapat dua karakter yang mencolok
dalam sistem perkawinan siput yaitu face to face, dan shell mounting. Perkawinan
face to face dilakukan oleh siput bercangkang kecil dan siput tidak bercangkang,
biasanya pada anggota Helicoidea, Limacoidea, Philomycidae. Pada pengamatan
perilaku kawin, terlihat berbagai perilaku kawin seperti siput yang saling
menempelkan badannya baik sejajar maupun berlawanan, saling mendekatkan
tentakel, saling menyentuhkan tentakel ke siput lainnya, dan melilitkan badan ke
siput lain.
8
Face to face merupakan suatu perilaku mating ditandai dengan siput yang
saling berhadapan untuk menarik pasangannya, seperti menggunakan tentakel
dengan cara saling menyentuhkan tentakel, saling mendekatkan kepala siput, atau
badan siput. Durasi terlama pada perilaku kawin M. bilineatum yaitu pada
perilaku saling menempelkan badannya dengan posisi berlawanan. M. bilineatum
memiliki ukuran badan yang cukup besar dengan 3 hingga 5 corak garis coklat
atau hitam di badannya dan warna putih kekuningan di permukaan belakangnya.
M. bilineatum bertelur sebanyak 15 butir, berada dalam satu clutch dan berwarna
putih (Gambar 9), jumlah telur tersebut dihitung dari pengamatan di permukaan,
kemungkinan di dalam cluth tersebut masih terdapat telur yang tidak terhitung
karena tertutupi oleh telur lainnya. M. bilineatum menghasilkan 15 butir telur
dalam 42 hari dan tidak berhasil menetas. Menurut Barker (1999) telur siput tidak
berhasil menetas disebabkan karena kekeringan atau adanya infeksi dari fungi
terutama dari jenis Fusarium.
Gambar 9 Telur M. bilineatum
Deroceras laeve
Tahapan perilaku kawin yang teramati pada Deroceras laeve yaitu hanya
menyentuhkan tentakel ke badan siput lain yang berada di dekatnya (Gambar 10).
Menurut Reise et al. (2007) perilaku menyentuhkan tentakel ke siput lain
merupakan salah satu perilaku precourtship untuk menarik pasangan siput lain.
Gambar 10 D. laeve menyentuhkan tentakel ke badan siput lain
Siput biasanya melakukan kawin dimulai dengan tahapan awal seperti
melakukan penjuluran tentakel sebagai tanda bahwa siput melakukan suatu tahap
pengenalan kepada siput lain yang akan menjadi pasangan kawinnya. Menurut
Reise et al. (2007) terdapat 4 tahapan kawin pada Deroceras yaitu precourtship,
courtship, copulation, dan withdrawal.
9
0,4
Rata-rata durasi kawin (detik)
0,3
0,2
0,1
0,0
-0,1
a
b
c
d
Perilaku kawin
e
f
g
Gambar 11 Rata-rata durasi perilaku kawin D. laeve selama 17 hari
Gambar 12 Rata-rata frekuensi frekuensi D. laeve selama 17 hari
Keterangan
b. Menyentuhkan ekor atau badan siput lain dengan menggunakan tentakel
Gambar 13 Lubang genital pada D. laeve (gambar spesimen koleksi Museum
Zoologi LIPI Bogor)
Siput ini hanya melakukan perilaku menyentuh ekor atau badan siput lain
dengan menggunakan tentakelnya sebanyak satu kali dalam satu wadah. Menurut
Foltz et al. (1980) Deroceras laeve dapat melakukan self-fertilization. Selffertilization merupakan sistem kawin yang normal dilakukan oleh D. laeve,
perilaku ini membantu proses reproduksi bagi siput yang terisolir. D. laeve
10
melakukan self- fertilization ketika siput ini berada dalam habitat yang berbeda
dengan koloninya, perilaku ini merupakan perilaku yang umum terjadi pada D.
laeve (Mohamed dan Ali 2011). Nicklas dan Hoffman (1981) menjelaskan bahwa
telur yang dihasilkan oleh D. laeve merupakan hasil dari partenogenesis.
Pertenogenesis merupakan proses perkembangan telur tanpa harus dibuahi
(Campbell et al. 2004). Menurut Barker (2001) D. laeve merupakan siput
pulmonata terestrial yang hermafrodit, meski begitu sebagian besar cara kawinnya
tetap memerlukan pasangan. Siput tersebut berperan sebagai jantan dan betina
pada waktu yang sama.
Deroceras laeve memiliki ukuran badan yang kecil. Fase pertumbuhan D.
laeve terbagi menjadi dua fase pertumbuhan yaitu juvenil dan dewasa (Faberi et
al. 2006). Reise et al. (2007) menerangkan telur yang dihasilkan adalah bukti
kesuksesan perkawinan pada siput, meskipun tidak diketahui apa yang
mempengaruhinya, siput tersebut telah sukses melakukan perkawinan atau telah
melakukan self-fertilization. Siput ini mampu menghasilkan telur sebanyak 264
butir (Gambar 14) dalam 42 hari (bulan Februari hingga Maret) dengan daya tetas
telur 60.98%. Fekunditas D. laeve per individu yaitu sebesar 0.31/ hari. Rata-rata
telur menetas selama 14 hari. D. laeve memiliki telur berwarna kelabu jernih
(Gambar 15). Setelah kurang lebih selama 14 hari telur tersebut menetas (Gambar
16). Menurut Barker (1999) siput ini menyimpan telurnya paling cepat tiga hari
setelah kawin dan meletakkannya di permukaan tanah, dibawah kayu, batu atau di
bawah tanah.
jumlah telur
20
15
10
5
0
1
2
3
4
5
6
7
minggu ke
Gambar 14 Produksi telur D. laeve selama 7 minggu (42 hari)
Gambar 15 Telur D. laeve
11
Gambar 16 D. laeve juvenil yang berhasil menetas
SIMPULAN
Deroceras laeve, Meghimatium bilineatum, dan Filicaulis bleekeri memiliki
perilaku kawin yang berbeda. Tahapan kawin yang dilakukan oleh F. bleekeri dan
M. bilineatum dimulai dengan saling menyentuhkan tentakel ke siput lain atau
menyentuhkan tentakel ke badan atau ekor siput lain, siput tersebut bergerak
mendekati siput yang akan menjadi pasangan kawinnya, siput saling menempel
dengan posisi berlawanan, dan siput tersebut saling berpisah (withdrawal).
Perilaku kawin dengan durasi terlama dan frekuensi terbesar pada M. bilineatum
dan F. bleekeri yaitu siput saling menempel dengan posisi berlawanan. Produksi
telur yang dihasilkan oleh M. bilineatum sebanyak 15 butir tetapi telur tersebut
tidak menetas. D. laeve bertelur sebanyak 264 butir, daya tetas telur 60.98%,
fekunditas telur per individu per hari sebesar 0.31 dan lama penetasan rata-rata
sekitar 14 hari.
DAFTAR PUSTAKA
Barker GM. 1999. Naturalised terrestrial Stylomatophora (Mollusca:
Gastropoda). Selandia Baru (NZ): Manaaki Whenua Pr.
Barker GM. 2001. The Biology of Terrestrial Mollusc. Inggris (GB): CABI.
Budiono S. 2006. Teknik mengendalikan keong mas pada tanaman padi. Ilmu
Pertanian. 2(2): 128-133.
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004. Bilogi Ed ke-5. Manulu W,
penerjemah; Safitri A, editor. Jakarta (ID): Erlangga.Terjemahan dari:
Biology. Ed ke-5.
Davinson A, Wade CM, Mordan PB, Chiba S. 2005. Sex and darts in slugs and
snails (Mollusca: Gastropoda: Stylommatophora). J Zool Lond. 267: 329338.
Faberi AJ, López AN, Manetti PL, Clemente CL, Castillo A . 2006. Growth
and reproduction of the slug Deroceras laeve (Müller) (Pulmonata:
Stylommatophora) under controlled conditions. Span J of Agricultur Research.
4(4):345-350.
Foltz DW, Schaitkin BM, Selander RK. 1980. Gametik disequilibrium in the selfslug Deroceras laeve. Evol. 36 (1):80-85.
12
Grimm B, Paill W. 2001. Spatial distribution and home-range of the pest slug
Arion lusitanicus (Mollusca: Pulmonata). Acta Oecolog. 22: 219-227.
Gomes SR, Thome JW. 2004. Diversity and distribution of the Veronicellidae
(Gastropoda: Soleolifera) in the oriental and Australian biogeographical
regions. Memoirs Queensland Museum. 49(2):589-601.
Gomes SR, Picanco JB, Schilthuizen M, Thome JW. 2008. Valiguna flava
(Heynemann, 1885) from Indonesia and Malaysia: Redescription and
Comparison with Valiguna siamensis (Martens, 1867) (Gastropoda:
Soleolifera: Veronicellidae). The Velig. 50(3):163–170.
Isnaningsih NR. 2008. Siput telanjang (slug) sebagai hama tanaman budidaya.
Fauna Indones.8:21-24.
Mohamed MI, Ali RF. 2011. Laboratory studies on the terrestrial marsh slug
Deroceras laeve (Müller) (Agriolimacidae: Mollusca). Animal Biol.
2(3):133-141.
Nicklas NL, Hoffman RJ. 1981. Apomictic partenogenesis in hermaphroditic
terrestrial slug, Deroceras laeve (Muller). Biol. Bull. 160:123-135.
Reise H, Visser S, Hutchinson JMC. 2007. Mating behaviour in the terrestrial slug
Deroceras gorgonium: is extreme morphology associated with extreme
behaviour?. Animal Biol. 57:197-215.
Tsai CL, Wu SH. 2008. A new Meghimatium slug (Pulmonata: Philomycidae)
from Taiwan. Zool Stud. 47:759-766.
13
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 23 September 1991. Penulis
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Asep Saepudjaman dan
Sutini. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cilaku Cianjur dan pada
tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Penulis menjadi asisten praktikum Struktur Hewan pada tahun ajaran 20122013. Tahun 2011 penulis mengikuti studi lapang di Hutan Pendidikan Gunung
Walat Sukabumi Jawa Barat dengan judul Serangga Pembentuk Puru di Hutan
Pendidikan Gunung Walat. Tahun 2012 penulis melaksanakan kegiatan praktek
lapang di Rumah Sakit Umum Kelas B Cianjur dari bulan Juli sampai Agustus
dengan judul Pemeriksaan Darah di Rumah Sakit Umum Kelas B Cianjur. Selain
itu pada tahun 2012 penulis mengikuti kegiatan magang di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dengan topik kegiatan
Kesehatan Ikan dan Lingkungan.
Selama perkuliahan penulis pernah mengikuti UKM FORCES tahun 2009,
selain itu juga penulis aktif di Badan Pengurus Harian (BPH) HIMABIO sebagai
bendahara 2 tahun 2011-2012, Badan Pengurus Harian (BPH) HIMABIO sebagai
bendahara umum tahun 2012-2013. Penulis aktif dalam kegiatan mahasiswa yaitu
Biologi On Experiment 2010, Lomba Cepat Tepat Biologi IPB 2010, Masa
Orientasi dan Informasi Biologi (MORFOLOGI) 2011. Penulis mengikuti Latihan
Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa IPB (LKMM IPB) 2012