Aktivitas Perilaku Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve pada daun bawang (Allium fistulotum) di Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas.

AKTIVITAS PERILAKU Meghimatium bilineatum DAN Deroceras laeve
PADA DAUN BAWANG (Allium fistulotum) DI KAWASAN PERTANIAN
AGROPOLITAN CIPANAS

HARIS RIZKY PRATAMA

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aktivitas Perilaku
Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve pada daun bawang (Allium
fistulotum) di Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Haris Rizky Pratama
NIM G34090009

ABSTRAK
HARIS RIZKY PRATAMA. Aktivitas Perilaku Meghimatium bilineatum
dan Deroceras laeve pada daun bawang (Allium fistulotum) di Kawasan Pertanian
Agropolitan Cipanas. Dibimbing oleh TRI HERU WIDARTO dan HERYANTO.
Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve merupakan gastropoda yang
tidak memiliki cangkang. Binatang ini menjadi hama bagi beberapa komoditas
pertanian contohnya daun bawang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
aktivitas perilaku M. bilineatum dan D. laeve pada daun bawang di Kawasan
Pertanian Agropolitan Cipanas. Aktivitas perilaku yang diamati yaitu kemunculan,
lokomosi, makan, kembali ke tempat persembunyian dan kawin. Pengamatan
dilakukan mulai pukul 18.00 WIB sampai dengan 06.00 WIB selama 20 hari.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa puncak aktivitas perilaku kemunculan M.
bilineatum pada pukul 19.00 WIB. Sedangkan, aktivitas lokomosi mencapai

puncaknya pada pukul 19.00 WIB dan 02.00 WIB, sementara puncak aktivitas
makan terjadi pada pukul 23.00 WIB. Pukul 03.00 WIB merupakan puncak
aktivitas kembali ke persembunyian. Aktivitas kawin tidak banyak dijumpai.
Untuk D. laeve puncak aktivitas kemunculan, lokomosi, makan dan kembali ke
persembunyian berturut-turut pada pukul 18.00, pukul 18.00 dan 04.00, pukul
22.00 WIB, dan pukul 05.00 WIB. Aktivitas kawin tidak banyak dijumpai.
Kata kunci : Meghimatium bilineatum, Deroceras laeve, aktivitas perilaku,
Kawasan Agropolitan.

ABSTRACT
HARIS RIZKY PRATAMA. The behavioural activities of Meghimatium
bilineatum and Deroceras laeve on leek (Allium fistulotum) at Agropolitan
Agricultural Region, Cipanas. Supervised by TRI HERU Widarto and
HERYANTO.
Meghimatium bilineatum and Deroceras laeve are gastropod without
shells. These animals live as pests in horticultural commodities (such as Allium
fistulotum). This study aims to determine the behavioural activities of the M.
bilineatum and D. laeve on Allium fistulotum in Agropolitan Agricultural Regions,
Cipanas. The observed behavioural activities are their emerging, locomotion,
feeding, returning to their hideout and mating. Observations were carried out from

18:00 in the twilight until 6:00 in the morning for 20 days. The results of this
study indicated that the M. bilineatum’s behavioural emerging activity was peaked
at 19:00, locomotion activity peaked at 19:00 and 02:00, feeding activity peaked
at 23:00 pm, and returning to their hideout peaked at 03:00, while mating activity
was not too often found. For D. laeve’s emerging activity, locomotion activity,
feeding activity, returning to their hideout peaked at 18:00, at 18:00 and 04:00, at
22:00, and respectively, at 05.00. Meanwhile mating activity of this slug is not too
obvious.
Key word: Meghimatium bilineatum, Deroceras laeve, behavioural activity,
Agropolitan Region.

AKTIVITAS PERILAKU Meghimatium bilineatum DAN Deroceras laeve
PADA DAUN BAWANG (Allium fistulotum) DI KAWASAN PERTANIAN
AGROPOLITAN CIPANAS

HARIS RIZKY PRATAMA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains

pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Aktivitas Perilaku Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve
pada daun bawang (Allium fistulotum) di Kawasan Pertanian
Agropolitan Cipanas.
Nama
: Haris Rizky Pratama
NIM
: G34090009

Disetujui oleh

Ir Tri Heru Widarto. MSc

Pembimbing I

Ir Heryanto. MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana. MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya lah penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini telah
dilaksanakan dari bulan Januari 2013 hingga Maret 2013 di Kawasan Pertanian
Agropolitan Cipanas.
Penelitian ini dapat berjalan dengan lancar atas bantuan dan kerjasama dari
berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam kegiatan penelitian di
lapangan maupun ketika penyusunan karya ilmiah. Terima kasih penulis
sampaikan kepada Ir Tri Heru Widarto. Msc selaku pembimbing I dan Ir Heryanto.

Msc selaku pembimbing II atas segala bimbingan ilmu serta saran yang diberikan.
Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pengurus Kawasan
Pertanian Agropolitan Cipanas yang telah mengizinkan dan memberikan tempat
untuk melakukan penelitian.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua, saudara
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan, semangat, bantuan, doa serta
nasihat agar penelitian ini berjalan dengan lancar.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
.

Bogor, Agustus 2013
Haris Rizky Pratama

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

BAHAN DAN METODE

1

HASIL DAN PEMBAHASAN

2

Aktivitas kemunculan Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve


2

Aktivitas lokomosi Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve

3

Aktivitas makan Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve

5

Aktivitas kembali ke persembunyian Meghimatium bilineatum
dan Deroceras laeve

7

Aktivitas kawin Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve

9

Pengaruh kondisi lingkungan terhadap aktivitas


10

SIMPULAN

12

DAFTAR PUSTAKA

13

RIWAYAT HIDUP

17

DAFTAR TABEL
1

Hasil analisis uji regresi pengaruh kondisi lingkungan terhadap Aktivitas
perilaku Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve


11

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Rerata persentase aktivitas (a) kemunculan Meghimatium bilineatum dan
(b) kemunculan Deroceras laeve
Rerata persentase aktivitas (a) lokomosi Meghimatium bilineatum dan
(b) lokomosi Deroceras laeve
Rerata persentase aktivitas (a) makan Meghimatium bilineatum dan
(b) makan Deroceras laeve
Rerata persentase aktivitas (a) kembali ke persembunyian Meghimatium
bilineatum dan (b) kembali ke persembunyian Deroceras leave
Rerata persentase aktivitas (a) kawin Meghimatium bilineatum dan
(b) kawin Deroceras laeve


3
4
6
8
9

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Gambar aktivitas kemunculan dan kembali ke persembunyian
Meghimatium bilineatum
Gambar aktivitas kemunculan dan kembali ke persembunyian
Deroceras laeve
Gambar aktivitas lokomosi Meghimatium bilineatum
dan Deroceras laeve
Gambar aktivitas makan Meghimatium bilineatum
Gambar aktivitas makan dan diam Deroceras laeve

15
15
15
16
16

PENDAHULUAN
Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve adalah dua spesies siput
terestrial anggota kelas Gastropoda (Filum Mollusca) dengan cangkang
rudimenter (ukuran cangkang sangat kecil) atau tidak memiliki cangkang (Cook
2000). Meghimatium termasuk kedalam famili Philomycidae dengan warna tubuh
coklat dan garis gelap di bagian sisi serta terkadang terdapat spot diantara
keduanya. Siput ini memiliki panjang tubuh 40-60 mm (Azuma 1982).
Meghimatium bilineatum memiliki garis longitudinal ungu kecoklatan pada
tubuhnya (Li Tsai dan Kuei Wu 2008). Siput ini menyukai tempat yang lembab
dibawah semak-semak (Wiktor et al. 2000), lahan pertanian dan di bawah kayu
mati.
Deroceras termasuk kedalam famili Agriolimacidae. Warna tubuhnya
coklat gelap sampai abu-abu terang dengan pola mirip sidik jari di bagian mantel.
Lehernya panjang sehingga mantel terlihat seperti berada di bagian tengah tubuh.
Bagian kepala berwarna gelap sedangkan bagian tentakelnya berwarna hitam.
Deroceras memiliki lendir bening dan lengket. Panjang tubuhnya berkisar 20-30
mm dengan lebar 2-3 mm (Jutting 1952). Siput ini dijumpai pada ketinggian
1105-1728 m dpl. Mereka menyerang tanaman pada bagian daun dan batang.
Deroceras laeve terbagi kedalam dua fase pertumbuhan yaitu juvenil dan dewasa
(Faberi et al. 2006).
Agropolitan Cipanas adalah kawasan pertanian yang berada di Kecamatan
Pacet. Kawasan ini merupakan pusat produksi sayur mayur yang didalamnya
terdapat lebih dari 100 macam sayuran, sayuran yang ditangani dalam penelitian
adalah daun bawang. Beberapa macam siput menjadi hama di kawasan pertanian
dan menimbulkan dampak negatif terhadap tanaman inang. Aktivitas mereka lebih
aktif pada malam hari untuk menghindari evaporasi dari tubuh secara berlebihan
(Isnaningsih 2008). Studi dan publikasi mengenai perilaku dan aktivitas siput
terestrial di kawasan pertanian di Indonesia masih sangat minim. Pengetahuan
tentang perilaku dan aktivitas siput terestrial di kawasan pertanian diharapkan
dapat digunakan untuk meminimalisir dampak negatif yang diakibatkannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghimpun informasi tentang aktivitas
perilaku M. bilineatum dan D. laeve di Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas.

BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan Maret 2013
di Kawasan Pertanian Agropolitan Cipanas. Penelitian lapangan ini menggunakan
metode pengamatan langsung yang bersifat eksploratif dan deskriptif dengan
tahapan-tahapan yaitu pengamatan awal, pengamatan aktivitas perilaku dan
analisis data.
Pengamatan awal dilakukan sebelum penelitian dimulai untuk mempelajari
kondisi lingkungan dan mengetahui jenis siput serta tempat siput tersebut
ditemukan. Pengamatan aktivitas perilaku siput dilakukan pada malam hari sejak
matahari terbenam hingga matahari terbit. Aktivitas perilaku harian masing-

2
masing spesies diamati setiap hari selama 20 hari sejak pukul 18.00 WIB sampai
pukul 06.00 WIB. Pengamatan dibagi kedalam 12 jam pengamatan yaitu 7 hari
dilakukan pengamatan pada menit 0-20 tiap jamnya dan 7 hari pada menit 20-40
serta 6 hari pada menit 40-60. Setiap jamnya diamati sebanyak 10 individu M.
bilineatum dan D. laeve.
Lokasi pengamatan dilakukan pada petak sawah yang ditanami daun
bawang saja karena M. bilineatum dan D. laeve banyak ditemukan pada petak
sawah daun bawang dibandingkan dengan petak sawah tanaman lainnya. Selain
itu faktor keamanan penelitian yang dilakukan saat malam menjadi alasan
dipilihnya petak sawah daun bawang saja sebagai tempat pengamatan.
Pengamatan aktivitas perilaku menggunakan lampu senter dengan
pencahayaan yang tidak terlalu kuat agar tidak menginterfensi aktivitas siput yang
diamati. Pengamatan difokuskan pada perpindahan dan pergerakan dari satu
tempat ke tempat lain serta segala aktivitas yang dilakukan oleh siput tersebut.
Aktivitas dibagi menjadi ; a. aktivitas kemunculan b. aktivitas lokomosi c.
aktivitas makan d. aktivitas kembali ke persembunyian e. aktivitas kawin.
Aktivitas perilaku yang terjadi selama pengamatan dicatat ke dalam tabel.
Aktivitas yang terjadi juga didokumentasikan. Pengamatan komponen lingkungan
yang dicatat yaitu suhu, kelembaban dan kecepatan angin dengan menggunakan
termohygroanemometer.
Analisis data dilakukan dengan membuat grafik aktivitas kemunculan,
lokomosi, makan, kembali ke persembunyian dan kawin M. bilineatum dan D.
laeve pada setiap jamnya. Analisis data menggunakan uji regresi yang terdapat
dalam program SPSS statistics untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan
terhadap aktivitas perilaku M. bilineatum dan D. laeve.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Aktivitas Kemunculan Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve
Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve mulai muncul dari tempat
persembunyian yang berupa celah-celah bebatuan di dinding-dinding pematang
sawah dan celah-celah tanah pada pengamatan jam ke-1 (18.00). Persentase
jumlah individu M. bilineatum yang muncul hanya sebesar 25 % (Gambar 1a)
sedangkan presentase jumlah individu D. laeve yang muncul dari tempat
persembunyiannya pada pengamatan jam ke-1 (18.00) merupakan presentase
tertinggi dengan nilai presentase 87.5% (Gambar 1b). Meghimatium bilineatum
dan Deroceras laeve muncul sendiri-sendiri dari tempat persembunyiannya dan
tidak berkelompok. Tempat persembunyian M. bilineatum dan D. laeve yang
berupa celah-celah bebatuan pada dinding pematang sawah dan celah-celah tanah
ini merupakan tempat yang ideal untuk berlindung ketika sedang tidak aktif pada
siang hari. Hal ini sesuai dengan Hyman (1967) yang mengatakan binatang
pulmonata terestrial bersembunyi pada siang hari dalam keadaan diam di bawah
batu, kayu, di bawah tanaman atau terkubur di dalam tanah. Siput bersembunyi di
tempat-tempat tersebut karena tempat tersebut mampu melindungi mereka dari
sinar matahari dan suhu lingkungan yang panas pada siang hari.

3
a

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jam ke-

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Persentase Jumlah Individu

Persentase Jumlah Individu

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

b

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jam ke-

Gambar 1 Rerata persentase aktivitas (a) kemunculan Meghimatium bilineatum
dan (b) kemunculan Deroceras laeve
Persentase tertinggi kemunculan M. bilineatum terjadi pada pengamatan
jam ke-2 (19.00) sebesar 90.5 % (Gambar 1a). Pengamatan jam ke 2 (19.00)
dilaksanakan ketika kondisi cahaya sudah gelap. Kondisi cahaya yang gelap
merupakan saat yang tepat bagi M. bilineatum untuk muncul karena binatang ini
termasuk binatang nokturnal. Persentase jumlah kemunculan D. laeve menurun
drastis pada pengamatan jam ke-2 dan ke-3 (19.00 dan 20.00) dengan nilai
12.25 % dan 2% (Gambar 1b). Penurunan persentase terjadi karena puncak
kemunculan D. laeve telah terjadi pada pengamatan jam ke-1 (18.00). Persentase
jumlah individu M. bilineatum dan D. laeve setelah pengamatan jam ke-3 (pukul
20.00) memiliki nilai 0%, artinya tidak ada lagi individu yang muncul dari tempat
persembunyian karena diperkirakan semua M. bilineatum dan D. laeve sudah
berlokomosi menuju sawah dan mencari makan. Kemunculan D. laeve dan M.
bilineatum yang puncaknya terjadi saat senja pada pengamatan jam ke-1 dan ke-2
(18.00 dan 19.00) sesuai dengan Hyman (1967) yang menyebutkan bahwa
binatang-binatang pulmonata terestrial muncul pada saat senja.
Persentase tertinggi kemunculan D. laeve terdapat pada pengamatan jam
ke-1 (18.00) lebih awal daripada persentase tertinggi kemunculan M. bilineatum
yang terdapat pada pengamatan jam ke-2 (19.00). Hal ini terjadi karena sarang D.
laeve lebih dekat dengan sawah jika dibandingkan dengan sarang M. bilineatum
sehingga D. laeve lebih cepat muncul daripada M. bilineatum. Disamping itu, D.
laeve mempunyai kecepatan merayap yang relatif tinggi sehingga dapat keluar
dari sarangnya dengan lebih cepat (Quick 1960).

Aktivitas Lokomosi Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve
Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve mulai melakukan aktivitas
lokomosi bersamaan dengan awal kemunculannya pada pengamatan jam ke-1
(18.00) dengan nilai persentase 16 % untuk M. bilineatum (Gambar 2a) dan
65.5 % untuk D. laeve (Gambar 2b). Sebagian besar M. bilineatum masih berada
di persembunyian dan kebanyakan dari mereka belum melakukan aktivitas
lokomosi pada pengamatan jam ke-1 (18.00) sedangkan untuk D. laeve
pengamatan jam ke-1 (18.00) ini merupakan persentase tertinggi aktivitas

4
lokomosinya. Persentase aktivitas lokomosi tertinggi M. bilineatum terjadi pada
pengamatan jam ke-2 dan ke-3 (19.00 dan 20.00) dengan nilai 93% dan 83%
(Gambar 2a). Pengamatan jam ke-2 (19.00) persentase aktivitas lokomosi D. laeve
tidak jauh berbeda dengan pengamatan jam ke-1 yaitu sebesar 60.5% (Gambar 2b).
Persentase tertinggi aktivitas lokomosi D. laeve yang diperoleh pada pengamatan
jam ke-1 (18.00) lebih cepat daripada persentase aktivitas lokomosi M. bilineatum
yang baru mencapai persentase tertinggi pada pengamatan jam ke-2 (19.00). Hal
ini terjadi karena puncak waktu kemunculan D. laeve juga lebih cepat daripada
puncak waktu kemunculan M. bilineatum.
Siput-siput ini muncul dari persembunyian setelah itu langsung memulai
melakukan aktivitas lokomosi menuju sawah tempat mereka mendapatkan
makanan. Hal ini sesuai dengan Kerkut dan Taylor (1956) yang mengatakan
perilaku lokomosi binatang-binatang gastropoda terestrial berpotensi memiliki
fungsi yang salah satunya orientasi terhadap sumber daya seperti makanan.
Pengamatan aktivitas lokomosi D. laeve jam ke-3 dan ke-4 (20.00 dan
21.00) persentase mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pengamatan
jam ke-1 dan ke-2 yaitu 42.5% dan 30%. Persentase lokomosi D. laeve cenderung
kecil dan stabil dengan nilai 18.5%, 15%, 19.5%, 15.5%, 15%, 23% (Gambar 2b)
pada pengamatan jam ke-5, 6 ,7, 8, 9, 10 (22.00, 23.00, 24.00, 01.00, 02.00,
03.00). Pengamatan aktivitas lokomosi M. bilinetum pada jam ke-4,5,6 (21.00,
22.00, 23.00) persentase juga mengalami penurunan dengan nilai masing-masing
61%, 23%, 21% (Gambar 2a). Penurunan nilai persentase aktivitas lokomosi
terjadi karena pada saat itu M. bilineatum dan D. laeve sedang melakukan
aktivitas makan dan tidak banyak bergerak pada saat melakukan aktivitas makan.
Aktivitas lokomosi hanya terjadi akibat berpindah tempat dari bagian pangkal ke
bagian tengah atau bagian atas tanaman atau daerah disekitar tempat makan yang
jaraknya dekat.
a

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

b

Persentase Jumlah Individu

Persentase Jumlah Iindividu

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jam ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jam ke-

Gambar 2 Rerata persentase aktivitas (a) lokomosi Meghimatium bilineatum
dan (b) lokomosi Deroceras laeve
Lokomosi M. bilineatum dan D. laeve lambat, bergerak perlahan dan
terkadang diam sejenak dalam perjalanan. Lokomosi M. bilineatum dan D. laeve
menghasilkan jejak-jejak lendir yang terdapat disepanjang jalan yang dilewatinya
dan pada tanaman tempat makannya. Hal ini sesuai dengan Denny (1980) yang

5
mengatakan lokomosi gastropoda terestrial lambat dan menghasilkan jejak lendir.
Jejak-jejak lendir tersebut bisa digunakan untuk menelusuri pergerakan siput.
Lendir tersebut sebenarnya berfungsi untuk melapisi bagian luar tubuh siput dan
membantu mencegah kekeringan pada jaringan lunak tubuhnya. Selain itu, lendir
juga berfungsi sebagai perekat untuk menempel ke permukaan sehingga siput
tidak jatuh ketika berada pada posisi vertikal (Ewoldt et al. 2007). Lendir-lendir
M. bilineatum dan D. laeve yang menempel pada tanaman dapat menurunkan
kualitas tanaman dan menurunkan nilai jual. Petani biasa melakukan pemungutan
siput untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan. Petani dapat
memungut M. bilineatum dan D. laeve sebelum siput ini sampai ke sawah jika
telah mengetahui aktivitas lokomosinya,.
Persentase jumlah individu M. bilineatum yang melakukan aktivitas
lokomosi mengalami peningkatan kembali pada pengamatan jam ke-8 dan ke-9
(01.00 dan 02.00) dengan nilai nilai 57% dan 80% (Gambar 2a) sedangkan untuk
D. laeve terjadi peningkatan aktivitas lokomosi pada pengamatan jam ke 11-12
(05.00-06.00) dengan nilai 58% dan 42% (Gambar 2b). Hal ini terjadi karena M.
bilineatum dan D. laeve telah selesai melakukan aktivitas makan dan mulai
bergerak kembali menuju tempat persembunyian. Pengamatan jam ke 10, 11, 12
(03.00, 04.00, 05.00) persentase M. bilineatum yang melakukan aktivitas
lokomosi sudah sangat kecil yaitu 7% , 2.5%, 1.5% (Gambar 2a). Nilai persentase
yang kecil karena sebagian besar M. bilineatum telah kembali masuk ke tempat
persembunyiannya. Menurut Kerkut dan Taylor (1956) perilaku lokomosi
binatang-binatang gastropoda terestrial ini berpotensi memiliki fungsi orientasi
kembali keperlindungan.

Aktivitas Makan Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve
Pengamatan jam ke-1 persentase jumlah individu M. bilineatum dan D.
laeve yang melakukan aktivitas makan bernilai 0% begitu juga pada pengamatan
jam ke-2 (19.00) untuk M. bilineatum. Meghimatium bilineatum dan Deroceras
laeve belum ada yang melakukan aktivitas makan karena mereka belum ada yang
sampai ke sawah dan baru muncul dari tempat persembunyiannya. Deroceras
laeve mulai melakukan aktivitas makan pada pengamatan jam ke-2 (19.00)
dengan nilai 32,5% (Gambar 3b) sedangkan M. bilineatum mulai melakukan
aktivitas makan pada pengamatan jam ke-3 (20.00) dengan nilai persentase
sebesar 15% (Gambar 3a). Awal aktivitas makan D. laeve dan M. bilineatum
dimulai setelah persentase tertinggi aktivitas lokomosinya. Kebanyakan
gastropoda melakukan awal aktivitas makan setelah aktivitas lokomosi (Bailey
dan Wedgwood 1991; Hommay et al. 1998).
Awal aktivitas makan D. laeve yang terdapat pada pengamatan jam ke-2
(19.00) lebih cepat daripada awal aktivitas makan M. bilineatum yang terdapat
pada pengamatan jam ke-3 (20.00). Hal ini terjadi karena puncak aktivitas
lokomosi D. laeve terjadi pada pengamatan jam ke-1 (18.00) lebih cepat daripada
puncak lokomosi M. bilineatum yang terjadi pada pengamatan jam ke-2 (19.00)
sehingga D. laeve dapat lebih cepat sampai ke sawah dan mulai melakukan
aktivitas makannya lebih awal.

6
Deroceras laeve yang melakukan aktivitas makan pada pengamatan jam
ke-3 dan ke-4 (20.00 dan 21.00) memiliki nilai sebesar 45% dan 59 % (Gambar
3b) sedangkan persentase M. bilineatum yang melakukan aktivitas makan pada
pengamatan jam ke-4 dan ke-5 (21.00 dan 22.00) memiliki nilai sebesar 41.5%
dan 74.5% (Gambar 3a). Peningkatan persentase terjadi karena M. bilineatum dan
D. laeve sudah banyak yang sampai ke sawah. Persentase tertinggi D. laeve yang
melakukan aktivitas makan sebesar 67% (Gambar 3b) terjadi pada pengamatan
jam ke-5 (22.00) sedangkan persentase tertinggi M. bilineatum terdapat pada
pengamatan jam ke-6 (23.00) dengan nilai 80% (Gambar 3a). Hal ini terjadi
karena sebagian besar M. bilineatum dan D. laeve telah berada pada tanaman daun
bawang tempat mereka makan.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

b

Persentase Jumlah Individu

Persentase Jumlah Individu

a

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Jam ke-

Jam ke-

Gambar 3 Rerata persentase aktivitas (a) makan Meghimatium bilineatum dan
(b) makan Deroceras laeve
Berdasarkan hasil pengamatan ketika aktif makan D. laeve lebih banyak
terlihat pada bagian atas pangkal daun bawang, batang daun bawang, tengah daun
bawang, dan ujung daun bawang sedangkan M. bilineatum lebih menyukai bagian
pangkal daun dan bagian-bagian daun yang sudah tua dan menguning. Struktur
daun yang tua lebih halus sehingga memudahkan untuk dimakan. Meghimatium
bilineatum yang melakukan aktivitas makan jarang ditemukan pada bagian ujung
daun bawang. Ukuran M. bilineatum yang lebih besar daripada D. laeve
diperkirakan menjadi penyebab M. bilineatum sulit mencapai bagian atas dan
ujung daun bawang yang memiliki permukaan yang sempit sehingga menyulitkan
M. bilineatum untuk mencapai bagian tersebut.
Pada saat melakukan aktivitas makan M. bilineatum terlihat menempel
pada bagian pangkal daun bawang dan tidak melakukan aktivitas lain.
Meghimatium bilineatum terlihat mengeluarkan lendir dari bagian mulut ketika
melakukan aktivitas makan. Pada beberapa daun bawang ditemukan kotorankotoran hasil sisa pencernaan M. bilineatum, kotoran tersebut menempel pada
tanaman. Daun bawang yang dimakan D. laeve memiliki titik titik putih kecil dan
lubang kecil yang menandakan bekas aktivitas makan D. laeve. Tanaman daun
bawang yang terdapat kotoran serta titik-titik putih dan lubang-lubang kecil dapat
menurunkan nilai jual. Hal ini menjadi salah satu dampak negatif yang
ditimbulkan oleh aktivitas M. bilineatum dan D. laeve.

7
Persentase jumlah individu D. laeve yang aktif makan cenderung stabil
pada pengamatan jam ke-6,7,8,9,10 (23.00, 24.00, 01.00, 02.00, 03.00) dengan
nilai 58.5%, 53%, 51.5%, 52.5%, 51.5% (Gambar 3b) karena pada saat itu D.
laeve lebih banyak menghabiskan waktunya ditempat makan. Tidak selamanya D.
laeve melakukan aktivitas makan selama selang waktu tersebut. Ada saat dimana
D. laeve diam. Pada saat aktif makan bagian kepala dan mulut D. laeve terlihat
aktif dan jelas. Pada saat diam bagian kepala dan mulut tidak aktif, terlihat seperti
mengatup dan ukurannya lebih pendek jika dibandingkan dengan ukuran ketika
aktif. Hal ini sesuai dengan (Barker 2001) yang mengatakan terdapat dua pola
perilaku makan siput yaitu mereka dapat menerima makanan sampai oesophagus
mereka penuh atau mereka menolaknya.
Pengamatan jam ke-7 dan ke-8 (pukul 24.00 dan 01.00) persentase M.
bilineatum yang melakukan aktivitas makan sebesar 60 % dan 27.5 % (Gambar
3a). Terdapat penurunan persentase yang cukup drastis diantara pengamatan jam
ke-7 dan ke-8 untuk aktivitas makan M. bilineatum. Deroceras laeve mengalami
penurunan persentase pada pengamatan jam ke-11 (04.00) dengan nilai 22.5 %.
Penurunan persentase terjadi karena sebagian besar siput telah selesai melakukan
aktivitas makan dan sedang melakukan aktivitas lokomosi untuk kembali ke
persembunyian.
Pengamatan jam ke-9 (02.00) sudah tidak ditemukan lagi M. bilineatum
yang melakukan aktivitas makan. Pengamatan jam ke-10, 11, 12 (03.00, 04.00,
05.00) persentase M. bilineatum yang melakukan aktivitas makan juga memiliki
nilai 0% (Gambar 3a). Pengamatan jam ke-12 (05.00) persentase D. laeve yang
melakukan aktivitas makan hanya 3.5% (Gambar 3b). Hal ini terjadi karena. siput
sudah kembali ke persembunyiannya.
Meghimatium bilineatum aktif makan pada pukul 20.00 sampai pukul 02.00
sedangkan D. laeve aktif makan pada pukul 19.00 sampai 04.00. Waktu aktif
makan D. laeve lebih lama daripada waktu aktif makan M. bilineatum. Ukuran D.
laeve yang lebih kecil memudahkan mendapatkan tempat persembunyian di celahcelah tanah yang berada di dekat tanaman. Hal ini dapat mengurangi waktu
kembali ke persembunyian mereka sehingga mereka dapat lebih lama melakukan
aktivitas makan jika dibandingkan dengan M. bilineatum yang ukurannya lebih
besar dan lebih banyak memiliki tempat persembunyian di celah-celah bebatuan
pada dinding pematang sawah.

Aktivitas Kembali ke Persembunyian
Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve
Meghimatium bilineatum mulai menunjukan aktivitas kembali ke tempat
persembunyiannya pada pengamatan jam ke-8 (01.00) dengan nilai persentase
individu sebesar 15.5% (Gambar 4a). Nilai persentase tersebut, tidak terlalu besar
karena masih banyak M. bilineatum yang belum sampai ke tempat
persembunyiannya dan masih melakukan aktivitas lokomosi di jalan dari sawah
menuju tempat persembunyian setelah melakukan aktivitas makan. Meghimatium
bilineatum yang kembali ke tempat persembunyian memiliki nilai persentase
86.5 % (Gambar 4a) pada pengamatan jam ke 9 (02.00). Nilai persentase pada
pengamatan jam ke-9 (02.00) mengalami peningkatan yang drastis apabila

8
dibandingkan dengan pengamatan jam ke-8 (01.00). Hal ini terjadi karena pada
pengamatan jam ke 9 (02.00) M. bilineatum sudah selesai melakukan aktivitas
makan. Meghimatium bilineatum sudah banyak yang melakukan aktivitas
lokomosi mendekati tempat persembunyian untuk masuk ke persembunyiannya
kembali.
Persentase jumlah individu yang kembali ke persembunyian meningkat
sampai pada pengamatan jam ke-10 (03.00). Persentase pada pengamatan jam ke10 (03.00) ini memiliki nilai terbesar yaitu 94 % (Gambar 4a). Saat itu hampir
seluruh M. bilineatum bergerak masuk ke celah-celah dinding bebatuan tempat
persembunyiannya. Pengamatan jam ke-11 dan ke-12 (04.00 dan 05.00)
persentase menurun drastis dengan nilai 3.5 % dan 2% (Gambar 4a). Persentase
nya sangat kecil karena hampir seluruh M. bilineatum sudah berada di dalam
persembunyian sehingga sulit untuk menemukannya. Persentase jumlah individu
tertinggi D. laeve yang kembali ke tempat persembunyian terdapat pada
pengamatan jam ke-12 (05.00) dengan nilai 74% (Gambar 4b). Deroceras laeve
kembali ke tempat persembunyian dari waktu subuh sampai menjelang matahari
terbit.
a

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

b

Persentase Jumlah Individu

Persentase Jumlah Individu

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jam ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jam ke-

Gambar 4 Rerata persentase aktivitas (a) kembali ke persembunyian Meghimatium
bilineatum dan (b) kembali ke persembunyian Deroceras laeve
Terdapat nilai persentase individu M. bilineatum yang kembali ke tempat
persembunyian pada pengamatan jam ke-2,4,5,6,7 (19.00, 21.00, 22.00, 23.00,
24.00) begitu juga dengan D. laeve yang terjadi pada pengamatan jam ke-1
sampai jam ke-11 (18.00 sampai 04.00). Hal ini terjadi karena beberapa hari dari
keseluruhan pengamatan terdapat kondisi cuaca dan kondisi angin yang ekstrim
sehingga mempengerahui nilai persentase. Kondisi cuaca ekstrim tersebut
menghambat aktivitas M. bilineatum dan D. laeve karena kondisinya sangat
berbeda jauh dengan kondisi idealnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Dundee
dan Rogers (1977) yang menyebutkan faktor kecepatan angin yang memiliki
perbedaan signifikan dapat mempengaruhi pola aktivitas. Kondisi cuaca yang
ekstrim ini juga memiliki resiko yang sangat besar bagi siput jika tetap
melanjutkan aktivitasnya karena diperkirakan siput bisa saja mati apabila tetap
memaksakan untuk melakukan aktivitasnya. Saat hujan deras dan kondisi angin
sangat kencang siput memilih kembali ke tempat persembunyiannya untuk

9
berlindung dari kondisi lingkungan ekstrim hal ini sesuai dengan Barker (2001)
yang menyebutkan bahwa kembali ke tempat persembunyian merupakan cara
siput untuk melindungi diri dari lingkungan ekstrim
Aktivitas Kawin Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

a

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jam ke-

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

b

Persentase Jumlah Individu

Persentase Jumlah Individu

Persentase jumlah individu M. bilineatum yang melakukan aktivitas kawin
di lapang sangat kecil. M. bilineatum yang melakukan aktivitas kawin memiliki
nilai persentase hanya 1 % (Gambar 5a) ditemukan pada pengamatan jam ke 3,4,
6 (20.00, 21.00, 23.00). Deroceras laeve yang melakukan aktivitas kawin juga
memiliki nilai persentase 1% (Gambar 5b) dan hanya ditemukan pada pengamatan
jam ke-2 (19.00). Aktivitas kawin yang teramati di lapangan memperlihatkan
siput saling mendekatkan kepala serta tentakel dan menyentuhkan tentakel ke
individu lainnya, perilaku kawin ini termasuk kedalam karakter face to face dalam
sitem perkawinan siput. Hal ini sesuai dengan Davinson (2005) yang mengatakan
bahwa face to face merupakan karakter yang mencolok dalam sistem perkawinan
siput. Pada saat pengamatan aktivitas kawin, siput yang tadinya menempel
kembali memisahkan diri pada saat didekati sehingga aktivitas kawin tidak
teramati secara detail.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jam ke-

Gambar 5 Rerata persentase aktivitas (a) kawin Meghimatium bilineatum
dan (b) kawin Deroceras laeve
Menurut Foltz et al. (1980) D. laeve dapat melakukan self-fertilaztion. Self
fertilization ini bisa saja tidak teramati pada saat pengamatan di lapang sehingga
nilai persentase individu yang melakukan aktivitas kawin yang diperoleh sangat
kecil. Self fertilization merupakan perilaku yang umum terjadi pada D. laeve
(Mohamed dan Ali 2011). Persentase nilai kawin yang kecil dapat juga terjadi
karena pada pengamatan tidak mencari titik-titik dimana saja mereka biasa
melakukan aktivitas kawin. Hal ini menyebabkan sedikit sekali M. bilineatum dan
D. laeve yang terlihat sedang melakukan aktivitas kawin selama pengamatan.
Pulmonata terestrial melakukan aktivitas kawin pada malam hari di tempat tempat
lembab seperti dalam tanah, celah-celah, kayu, di bawah kayu, di bawah lapisan
daun (Hyman 1967).

10
Pengaruh kondisi lingkungan terhadap aktivitas
Analisis data dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh suhu,
kelembaban dan kecepatan angin terhadap aktivitas perilaku M. bilineatum dan D.
laeve. Analisis ini menggunakan SPSS statistics. Data yang digunakan dalam
pengolahan uji regresi ini merupakan hasil kondisi lingkungan selama 20 hari
pengamatan.
Nilai P Value diatas 0.05 menunjukan salah satu faktor kondisi lingkungan
yang diuji tidak berpengaruh terhadap aktivitas siput sedangkan nilai P Value
dibawah 0.05 menunjukan salah satu kondisi lingkungan yang diuji berpengaruh
terhadap aktivitas siput. Berdasarkan hasil analisis data, hanya aktivitas kembali
ke persembunyian D. laeve saja yang dipengaruhi oleh kondisi suhu karena
memiliki nilai P value 0.01 (Nilai P Value lebih kecil daripada 0.05) sedangkan
yang lain memiliki nilai P value yang lebih besar dari 0.05. Kondisi suhu,
kelembaban, kecepatan angin tidak mepengaruhi aktivitas D. laeve yang lainnya
seperti kemunculan, lokomosi, makan dan kawin karena memiliki nilai P value
yang lebih besar daripada 0.05. Kondisi suhu, kelembaban, kecepatan angin juga
tidak mepengaruhi aktivitas M. bilineatum karena memiliki nilai P value yang
lebih besar daripada 0.05.
Suhu selama pengamatan tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap aktivitas perilaku siput hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menyebutkan pola aktivitas dipengaruhi oleh kondisi cahaya dan suhu tetapi suhu
hanya memberikan efek yang sedikit pada aktivitas (Lewis 1969 a,b). Kawasan
Pertanian Agropolitan Cipanas memiliki kisaran suhu rata-rata 19oC, kondisi ini
merupakan kondisi habitat yang ideal bagi D. laeve dan M. bilineatum. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Barker (2001) yang menyebutkan habitat siput yang
ideal memiliki kisaran suhu 7.8o – 19o C.
Kelembaban selama pengamatan tidak mempengaruhi aktivitas perilaku M.
bilineatum dan D. laeve karena kawasan Agropolitan memiliki kelembaban ratarata yang stabil bernilai 77 sampai 80 % Rh. Secara keseluruhan kecepatan angin
rata-rata dalam kondisi normal selama pengamatan tidak mempengaruhi aktivitas
perilaku M. bilineatum dan D. laeve. Kawasan Agropolitan memiliki kecepatan
angin rata-rata 0.8-1.3 mps. Kondisi kecepatan angin yang sangat ekstrim dapat
mepengaruhi aktivitas. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menyebutkan faktor kecepatan angin yang memiliki perbedaan signifikan dapat
mempengaruhi pola aktivitas (Dundee dan Rogers 1977).
Kondisi lingkungan habitat merupakan faktor penting yang berasosiasi dan
menjadi pertimbangan siput untuk memilih habitat yang cocok (Peake 1978).
Faktor drainase (Stephenson 1967), tekstur tanah (Hermida et al. 1995) dan
variasi suhu lokal (Cameron 1970) berimplikasi pada persebaran dan keberadaan
spesies siput.

11
Tabel 1 Hasil analisis uji regresi pengaruh kondisi lingkungan terhadap Aktivitas
perilaku M. bilineatum dan D. laeve
Hewan
Meghimatium
bilineatum

Kondisi Lingkungan

Aktivitas

Kecepatan Angin

Makan
Kemunculan
Lokomosi
Kembali ke persembunyian
Kawin
Makan
Kemunculan
Lokomosi
Kembali ke persembunyian
Kawin
Kemunculan
Lokomosi
Kembali ke persembunyian
Kawin
Makan
Aktivitas

Kelembaban

Suhu

Hewan
Deroceras
laeve

Kondisi Lingkungan
Kecepatan Angin

Makan
Kemunculan
Lokomosi
Kembali ke persembunyian
Kawin
Kelembaban
Makan
Kemunculan
Lokomosi
Kembali ke persembunyian
Kawin
Suhu
Kemunculan
Lokomosi
Kembali ke persembunyian
Kawin
Makan
Keterangan : * Kondisi lingkungan berpengaruh terhadap aktivitas

P Value
0.163
0.652
0.962
0.780
0.302
0.414
0.251
0.290
0.318
0.841
0.127
0.172
0.280
0.263
0.361
P Value
0.277
0.417
0.182
0.778
0.481
0.320
0.692
0.447
0.213
0.273
0.114
0.468
0.010*
0.257
0.543

12

SIMPULAN
Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve adalah hewan nokturnal yang
aktif pada malam hari. Meghimatium bilineatum dan Deroceras laeve mulai
muncul dari persembunyiannya pada pengamatan jam ke-1 (pukul 18.00).
Meghimatium bilineatum aktif makan pada pukul 20.00 sampai pukul 02.00.
Deroceras laeve aktif makan pada pukul 19.00 sampai pukul 04.00. Setelah
melakukan aktivitas makan mereka kembali ke tempat persembunyiannya yang
terdapat pada bebatuan, celah-celah tanah, dan di bawah kayu. Tempat
persembunyian berfungsi untuk berlindung ketika kondisi lingkungan tidak
mendukung. Lokomosi M. bilineatum dan D. laeve lambat dan menyisakan jejak
berupa lendir. Aktivitas kawin tidak terlalu banyak dijumpai pada penelitian ini.
Suhu mempengaruhi aktivitas kembali ke persembunyian D. laeve. Suhu,
kelembababan, kecepatan angin rata-rata selama pengamatan tidak mepengaruhi
aktivitas perilaku M. bilineatum.

13

DAFTAR PUSTAKA
Azuma M. 1982. Colored Illustrations of The Land Snails of Japan. Osaka :
Hoikusha.
Bailey SER, Wedgwood MA. 1991. Complementary video and acoustic recording
of foraging by two pest species of slugs on non-toxic and molluscicidal
baits. Ann Appl Biol 119: 163-176.
Barker GM. 2001. The Biology Of Terrestrial Molluscs. New York : CABI.
Cameron RAD. 1970. The effect of temperature on the activity of three species of
helicid snail (Mollusca: Gastropoda). J Zool 162: 303-315.
Cook RT. 2000. The influence of nutritional status on the feeding behaviour of the
field slug Deroceras reticulum. Anim Behav 59: 167-176.
Davinson. 2005. Sex and darts in slugs and snails (Mollusca: Gastropoda :
Sttylommatophora). J Zool 267: 329-328.
Denny M. 1980. Locomotion: the cost of gastropod crawling. Science 208: 12881290.
Dundee DS, Rogers JS. 1977. Factors affecting molluscan activity. Bull of Amer
Malac 4 : 61-63.
Ewoldt RH, Clasen C, Hosoi AE, McKinley GH. 2007. Rheological finger
printing of gastropod pedal mucus and synthetic complex fluids for
biomimicking adhesive locomotion. Soft Matter 3: 634-643.
Faberi AJ, Lopez AN, Manetti PL, Clemente CL, Castillo A. 2006. Growth and
reproduction of the slug Deroceras laeve (Muller) (Pulmonata:
Stylommatophora) under controlled conditions. Span J Agri 4 : 345-350.
Foltz DW, Schaitikin BM, Selander RK. 1980. Gametik disequilibrium in the selffertilization slug Deroceras laeve. Evol 36: 80-85.
Hermida J, Ondina P, Outeiro A. 1995. Influence of soil characteristics on the
distribution of terrestrial gastropods in northwest Spain. Europ J Soil Biol
31 : 29-38.
Hommay G, Jacky F, Ritz MF. 1998. Feeding acitivity of Limax valentianus
Ferussac : nocturnal rhythm and alimentary competition. J Moll Stud 64:
137-146.
Hyman LH. 1967. The Invertebrates: Mollusca I. New York : McGraw-Hill.
Isnaningsih NR. 2008. Siput telanjang (slug) sebagai hama tanaman budidaya.
Faun Indones 8:21-24.
Jutting WSSB. 1952. Systematic studies on nonmarine mollusca of the IndoAustralian archipelago III. Critical revision of the Javanese pulmonate
land snails of the families Ellobiidae to Limacidae, with an appendix on
Helicarionidae. Treubia 21:291-435.
Kerkut Ga, Taylor BJR. 1956. The sensitivity of the pedal ganglion of the slug to
osmotic pressure change. J Moll Stud 56: 9-15.
Lewis RD. 1969a. Studies on the locomotor activity of the slug Arion ater
(Linnaeus). I. Humidity, temperature and light reactions. Malacologia 7:
295-306.
Lewis RD. 1969b. Studies on the locomotor activity of the slug Arion ater
(Linnaeus). II. Locomotor activity rhythms. Malacologia 7: 307 – 312.

14
Li Tsai, Kuei Wu. 2008. A new Meghimatium slug (Pulmonata: Philomycidae)
from Taiwan. Zool Stud 47: 759-766.
Mohamed MI, Ali RF. 2011. Laboratory studies on terrestrial marsh slug
Deroceras laeve (Muller) (Agriolimacidae: Mollusca). Anim Biol. 2: 133141.
Peake J. 1978. Distribution and ecology of the stylommatophora.Pulmonates2 :
429-526.
Quick HE. 1960. British Slugs (Pulmonata: Testacellidae, Arionidae, Limacidae).
Bull of Brit Mus , Zoology 6:103–226..
Stephenson JW. 1967. The distribution of slugs in a potato crop. J Appl Ecol 4:
129-135.
Wiktor A, Chen DN, Wu M. 2000. Stylommatophoran slugs of China
(Gastropoda: Pulmonata) Prodromus. Fol Malac 8: 3-35.

15
Lampiran 1 Gambar aktivitas (a) kemunculan dan (b) kembali ke persembunyian
Meghimatium bilineatum

a

b

Lampiran 2 Gambar aktivitas (a) kemunculan dan (b) kembali ke persembunyian
Deroceras laeve

a

b

Lampiran 3 Gambar aktivitas lokomosi (a) Meghimatium bilineatum dan (b)
Deroceras laeve

a

b

16
Lampiran 4 Gambar aktivitas makan Meghimatium bilineatum

Lampiran 5 Gambar aktivitas (a) makan dan (b) diam Deroceras laeve

a

b

```

17

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 23 Januari 1992 dengan nama
lengkap Haris Rizky Pratama. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan
Mardiono dan Yulia. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Cibinong.
Pada tahun 2009 penulis diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Mahasiswa IPB. Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM)
diperoleh dari DIKTI pada tahun 2009-2013.
Penulis aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa FMIPA tahun 2011 sebagai
staf kajian strategis advokasi dan Badan Eksekutif Mahasiswa KM IPB tahun
2012 sebagai staf kementerian kebijakan kampus. Penulis merupakan asisten
praktikum Biologi Dasar tingkat persiapan bersama pada semester ganjil tahun
ajaran 2011/2012 dan semester genap tahun ajaran 2012/2013. Tahun 2011
penulis melakukan Studi Lapang di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW),
Sukabumi, Jawa Barat dengan judul Bakteri Filosfer pada Beberapa Tanaman
Asal Gunung Walat yang Berpotensi Penghasil Senyawa Bioaktif. Tahun 2012,
penulis melakukan Praktik Lapangan di Balai Kesehatan Hewan dan Ikan Provinsi
DKI Jakarta dari bulan Juli sampai Agustus dengan judul Pemeriksaan Virus
Penyakit Avian Influenza dari Sampel Swab Kloaka Unggas Melalui Metode PCR
(Polymerase Chain Reaction) di Balai Kesehatan Hewan dan Ikan Provinsi DKI
Jakarta.