Kepadatan dan Persebaran Deroceras laeve dan Meghimatium bilineatum pada 10 Jenis Sayuran di Agropolitan, Cipanas

KEPADATAN DAN PERSEBARAN Deroceras laeve DAN
Meghimatium bilineatum PADA 10 JENIS SAYURAN DI
AGROPOLITAN, CIPANAS

HAIFA

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kepadatan dan
Persebaran Deroceras laeve dan Meghimatium bilineatum pada 10 Jenis Sayuran
di Agropolitan, Cipanas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya ini kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Haifa
NIM G34090102

ABSTRAK
HAIFA. Kepadatan dan Persebaran Deroceras laeve dan Meghimatium
bilineatum pada 10 Jenis Sayuran di Agropolitan, Cipanas. Dibimbing oleh TRI
HERU WIDARTO dan HERYANTO.
Deroceras laeve dan Meghimatium bilineatum adalah siput telanjang (slug)
yang merupakan hama yang dapat menyerang sayuran. Tujuan penelitian ini
adalah mempelajari kepadatan dan persebaran (pola, aktivitas makan, dan ukuran)
D. laeve dan M. bilineatum pada 10 jenis sayuran di Agropolitan, Cipanas.
Sampling dilakukan dengan cara metode kuadrat. Rerata kepadatan D. laeve
tertinggi adalah 13.33 ind/m2 pada Allium fistulotum dan yang terendah adalah 4
ind/m2 pada Cripsum frutescens. Rerata kepadatan M. bilineatum tertinggi adalah
6.22 ind/m2 pada Solanum lycopersicum dan yang terendah adalah 0.56 ind/m2
pada Daucus carota. Pola persebaran D. laeve dan M. bilineatum adalah
mengelompok. Persebaran D. laeve ukuran kecil (< 1.5 cm), sedang (1.5−2.5 cm),

dan besar (> 2.5 cm) banyak ditemukan pada 9 jenis sayuran. Persebaran M.
bilineatum ukuran kecil (< 2 cm) jarang ditemukan, sedangkan ukuran sedang
(2−4 cm) dan besar (> 4 cm) banyak ditemukan pada 4 jenis sayuran. D. laeve dan
M. bilineatum lebih memilih memakan daun dibandingkan dengan batang dan
umbi akar.
Kata kunci: Deroceras laeve, Meghimatium bilineatum, kepadatan, persebaran

ABSTRACT
HAIFA. Density and Distribution Deroceras laeve and Meghimatium bilineatum
on 10 Types of Vegetables at Agropolitan, Cipanas. Supervised by TRI HERU
WIDARTO dan HERYANTO.
Deroceras laeve and Meghimatium bilineatum are slugs which are pest, that
attacks the vegetables crop. The aims of this research is to study the density and
distribution (pattern, feeding activity, and size) of D. laeve and M. bilineatum on
10 types of vegetables at Agropolitan, Cipanas. Sampling was conducted by
quadrat method randomly. The highest density of D. laeve was 13.33 ind/m2 on
Allium fistulotum and the lowest was 4 ind/m2 on Cripsum frutescens. The highest
density of M. bilineatum was 6.22 ind/m2 on Solanum lycopersicum whereas the
lowest was 0.56 ind/m2 on Daucus carota. Distribution Pattern of D.laeve and M.
bilineatum is group. Distribution of D. laeve of small size (< 1.5 cm), medium

(1.5−2.5 cm), and large (> 2.5 cm) were found in 9 different types of vegetables.
Distribution of M. bilineatum of small size (< 2 cm) are rare, while the medium
size (2−4 cm) and large (> 4 cm) were found in the 4 types of vegetables. Both D.
laeve and M. bilineatum were prefer to eat leave than stems and tuberous root.
Keywords: Deroceras laeve, Meghimatium bilineatum, density, distribution

KEPADATAN DAN PERSEBARAN Deroceras laeve DAN
Meghimatium bilineatum PADA 10 JENIS SAYURAN DI
AGROPOLITAN, CIPANAS

HAIFA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kepadatan dan Persebaran Deroceras laeve dan Meghimatium
bilineatum pada 10 Jenis Sayuran di Agropolitan, Cipanas
Nama
: Haifa
NIM
: G34090102

Disetujui oleh

Ir Tri Heru Widarto, MSc
Pembimbing I

Ir Heryanto, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Ir Iman Rusmana, Msi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Shalawat
serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Karya ilmiah ini berjudul “Kepadatan dan Persebaran Deroceras laeve dan
Meghimatium bilineatum pada 10 Jenis Sayuran di Agropolitan, Cipanas”.
Penelitian dilaksanakan sejak bulan Januari hingga Maret di Agropolitan, Cipanas,
Jawa Barat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir Tri Heru Widarto,
MSc dan Bapak Ir Heryanto, MSc atas arahan dan bimbingannya dalam penelitian
dan penyusunan karya ilmiah ini dan terima kasih pula kepada Bapak Dr Ir Aris
Tjahjoleksono, DEA selaku penguji.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pusat Pelatihan dan
Perdesaan Swadaya (P4S) Agropolitan, Cipanas yang telah memberikan

dukungan finansial dan izin untuk melaksanakan penelitian. Terimakasih juga
kepada Pak Mulyadi, Pak Lili, dan Pak Uus yang telah banyak membantu dalam
hal teknis di lapangan. Terima kasih kepada orang tua dan semua keluarga atas
dukungan dan do’anya. Tak lupa juga ucapan terima kasih kepada kawan-kawan
tim siput atas bantuannya, kepada Haris, Najmi, Theo, ikra nugraha, serta rekanrekan angkatan 46 yang telah memberikan dukungan, saran, dan semangat kepada
penulis. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada Friza Razan atas waktu
dan juga menjadi ladang curahan hati penulis selama ini.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan, maka kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2013
Haifa

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tujuan Penelitian
BAHAN DAN METODE
Analisis Data
Kepadatan
Pola Persebaran
Aktivitas Makan
Persebaran Ukuran
HASIL
Suhu dan Kelembaban
Kepadatan D. laeve dan M. bilineatum pada 10 Jenis Sayuran
Pola Persebaran D. laeve dan M. bilineatum
Aktivitas Makan D. laeve dan M. bilineatum
Persebaran Ukuran D. laeve dan M. bilineatum
PEMBAHASAN
Faktor Abiotik
Kepadatan D. laeve dan M. bilineatum
Pola Persebaran D. laeve dan M. bilineatum
Aktivitas Makan D. laeve dan M. bilineatum
Persebaran Ukuran D. laeve dan M. bilineatum
SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vi
1
1
2
2
3
3
3
3
3
4
4
4
5

6
7
8
8
9
10
10
10
11
11
13
14

DAFTAR TABEL
1 Pola persebaran D. laeve dan M. bilineatum pada 10 jenis sayuran

5

DAFTAR GAMBAR
1 Rerata suhu dan kelembaban di Agropolitan pada pukul 20.00−23.00

WIB
2 Rerata kepadatan D. laeve pada 10 jenis sayuran
3 Rerata kepadatan M. bilineatum pada 10 jenis sayuran
4 Pola persebaran mengelompok M. bilineatum dan D. laeve
5 Aktifitas makan D. laeve pada daun, batang, dan umbi akar
6 Aktifitas makan M. bilineatum pada daun, batang, dan umbi akar
7 Persebaran ukuran D. laeve pada 9 jenis sayuran
8 Persebaran ukuran M. bilineatum pada 4 jenis sayuran

4
4
5
6
6
7
7
8

DAFTAR LAMPIRAN
1 D. laeve pada daun R. sativus

2 D. laeve pada umbi akar D. carota
3 M. bilineatum pada daun S. lycopersicum

13
13
13

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Subsektor hortikultura merupakan komoditas pertanian yang penting dan
berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu bagian subsektor hortikultura yang
cukup penting adalah sayuran. Menurut Departemen Pertanian (Deptan) tahun
2008, kawasan rintisan Agropolitan dengan komoditas unggulan sayuran adalah
kawasan Agropolitan Cianjur, Jawa Barat yang memiliki beberapa komoditas
unggulan seperti wortel, bawang daun, kubis, petsai, dan lobak.
Selama berproduksi ditemukan organisme hama pengganggu tanaman, asli
Indonesia ataupun yang muncul akibat samping dari perdagangan produk antar
negara. Organisme pengganggu tanaman tersebut merupakan faktor pembatas
produksi tanaman di Indonesia khususnya holtikultura. Salah satu hama sayuran
adalah anggota filum Moluska dalam kelas Gastropoda. Salah satu anggota
Gastropoda yang menyerang sayuran adalah siput. Sejauh ini, terdapat tiga jenis
siput yang berpotensi sebagai hama di kawasan pertanian di Jawa Barat yaitu
Parmarion pupillaris, Deroceras laeve, dan Filicaulis bleekeri (Mujiono 2010).
Siput merupakan hewan nokturnal yang aktif di malam hari atau di tempat
yang gelap (Barnes et al. 1987). Lingkungan yang lembab merupakan tempat
tinggal yang paling disukai siput dengan suhu 5º C−20º C (MacDonald 2007).
Siput dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman sayuran, tanaman pertanian,
kebun, tanaman hias, dan herbal (Kozlowski dan Kozlowska 2008). Siput dapat
menyebabkan tanaman membusuk (Barker 2001). Tanaman sayuran yang paling
rentan terhadap serangan siput adalah kentang, wortel, asparagus, kubis, dan
bayam (MacDonald 2007).
Deroceras laeve memiliki ukuran tubuh kecil, memiliki cangkang tipis dan
berwarna bening, berbentuk oval panjang hingga berbentuk seperti telur dengan
tepian yang lurus hingga cembung (Faberi et al. 2006). D. laeve merupakan
hewan polifag yaitu menyukai berbagai jenis inang untuk pakannya (Kozlowski
dan Kozlowska 2008). D. laeve berpotensi merugikan tanaman Brassica oleracea,
Vanda sp, dan Nasturtium officinale. Spesies ini menyerang bagian daun dan
batang yang menyebabkan bagian tersebut berlubang, sehingga dapat mengurangi
bobot dan nilai jualnya (Mujiono 2010).
Meghimatium bilineatum memiliki ukuran tubuh sedang sampai besar dan
tidak memiliki cangkang. Spesies ini memiliki warna tubuh coklat kekuningan,
dua garis gelap di kedua sisi, dan satu di sepanjang garis tengah punggung atau
sering berbentuk bintik hitam (Wiktor et al. 2000). M. bilineatum dapat dijumpai
di lahan pertanian, semak-semak, bebatuan, dan kayu mati. Spesies ini juga dapat
merusak sayur-sayuran seperti wortel dan ketimun (Ikeda 1937). M. bilineatum
merusak tanaman anggrek di Taiwan (Tsai et al. 2011).
D. laeve dan M. bilineatum merupakan spesies yang harus diwaspadai
karena dapat berkembang biak dengan pesat di habitatnya dan mengganggu
keseimbangan lingkungan (Marwoto et al. 2010). Cara paling mudah
pemberantasan siput yang dilakukan petani di Agropolitan, Cipanas umumnya
dengan pemusnahan secara manual yaitu dengan mengambil siput dan
membuangnya. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang bertujuan mengetahui

2
jumlah populasi D. laeve dan M.bilineatum di setiap jenis sayuran. Pengetahuan
yang didapatkan diharapkan dapat dipergunakan dalam usaha mengurangi dan
mengendalikan populasi siput tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mempelajari kepadatan dan persebaran (pola,
aktivitas makan, dan ukuran) D. laeve dan M. bilineatum pada 10 jenis sayuran di
Agropolitan, Cipanas.

BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari hingga Maret 2013 di
Agropolitan, Cipanas. Bahan yang digunakan adalah Deroceras laeve dan
Meghimatium bilineatum. Penentuan lokasi sampel dilakukan secara acak. Lokasi
tempat pengambilan sampel berada di kawasan holtikultura Agropolitan, Cipanas.
Terdapat 10 jenis sayuran yang diamati yaitu daun bawang (Allium fistulotum),
wortel (Daucus carota), daun mint (Mentha piperita), lobak (Raphanus sativus),
bit (Beta vulgaris), cabai rawit (Capsicum frutescens), brokoli (Brassica
oleracea), peterseli (Petroselinum crispum), tomat (Solanum lycopersicum), dan
pakcoy (Brassica rapa). Luasan terbesar dari jenis sayuran yang berbeda
mewakili area pengamatan. Jumlah area pengamatan yang digunakan yaitu
sebanyak 10 area dari 10 jenis sayuran. Setiap area pengamatan dibagi menjadi
beberapa petak ukuran 5 m x 5 m. Pemilihan petak yang digunakan dilakukan
secara acak. Setiap petak terpilih dibagi lagi menjadi 3 plot berukuran 1 m x 1 m
yang dipilih secara acak. Pada setiap area ditentukan titik pengamatan yang dipilih
secara acak (Fachrul 2008). Metode yang sama dilakukan sebanyak tiga ulangan
pada setiap jenis sayuran.
Pengamatan sampel dilakukan pukul 20.00–23.00 WIB. Pengambilan
sampel siput dari tiap plot dilaksanakan dengan cara manual. Suhu dan
kelembaban udara diukur di atas daun pada setiap pengamatan dari pukul 20.00
sampai 23.00 WIB dengan thermohigrometer.
Pengamatan aktivitas makan D. laeve dan M. bilineatum di setiap jenis
tanaman dilakukan secara visual. Pengamatan dilakukan pada lima tanaman
sebagai ulangan untuk setiap jenis sayuran. Kategori bagian sayuran yang
dimakan siput pada D. carota, R. sativus, dan B. vulgaris adalah daun dan umbi
akar. Kategori yang dimakan siput pada M. piperita, C. frutescens, dan S.
lycopersicum adalah daun dan batang. A. fistulotum, B.rapa dan P. crispum tidak
memiliki batang dan umbi akar, sehingga hanya bagian daun yang diamati.
Pengukuran panjang D. laeve dan M. bilineatum dilakukan setiap kali
pengamatan. Pengukuran panjang dilakukan pada saat D. laeve dan M. bilineatum
beraktifitas. Panjang diukur dengan penggaris dengan unit terkecil mm.

3
Analisis Data
Kepadatan
Kepadatan populasi dihitung dengan menggunakan metode kuadrat
menurut Soegianto (1994) dengan rumus sebagai berikut:
D =

N
A

Keterangan:
D = kepadatan
N = jumlah individu
A = luas plot
Pola Persebaran
Pola persebaran dihitung dengan menggunakan rumus indeks penyebaran
Morisita menurut Brower et al. (1997) sebagai berikut:
Id =

n (∑ X2) – n
N (N – 1)

Keterangan:
Id = indeks Morisita
n = jumlah plot
X = jumlah individu tiap plot
N = jumlah individu keseluruhan
Jika:
Id = 1 pola persebaran adalah acak
Id > 1 pola persebaran adalah mengelompok
Id < 1 pola persebaran adalah teratur.
Aktivitas Makan
Presentase aktivitas makan D. laeve dan M. bilineatum disetiap jenis
sayuran berdasarkan jumlah aktivitas makan siput di bagian tanaman,
dibandingkan dengan jumlah total aktivitas makan siput di seluruh bagian pada
satu sayuran. Analisis perbedaan aktivitas makan siput di daun dengan umbi akar,
atau daun dengan batang menggunakan program Minitab 14 pada perintah 2
sample-t: two-Sample Assuming Equal Variance berdasarkan nilai P- Value.
Persebaran Ukuran
Kategori ukuran D. laeve dan M. bilineatum ditentukan berdasarkan
ukuran terpanjang yang ditemukan pada 10 jenis sayuran di Agropolitan, Cipanas.
Ukuran D. laeve < 1.5 cm (kecil), 1.5−2.5 cm (sedang), dan > 2.5 cm (besar).
Ukuran M. bilineatum < 2 cm (kecil), 2−4 cm (sedang), dan > 4 cm (besar).

4

HASIL
d
Suhu dan Kelembaban
Berdasarkan pengukuran selama penelitian, suhu lingkungan di wilayah
Agropolitan memiliki kisaran 19−21.6 ºC dengan rerata 20.6 ºC. Kelembaban
lingkungan memiliki kisaran 76.3−94% dengan rerata 83 % (Gambar 1). Fluktuasi
suhu dan kelembaban secara tajam tidak terjadi selama pengamatan.
30

Kelembaban

80
25

60
40

20

Suhu
Suhu ( C)

Kelembaban (%)

100

20
15

0
1

4

7
10
Waktu (hari)

13

Gambar 1 Rerata suhu dan kelembaban di Agropolitan pada pukul
20.00−23.00 WIB
Kepadatan D. laeve dan M. bilineatum pada 10 Jenis Sayuran
Berdasarkan pengamatan, dari 10 jenis sayuran hanya satu jenis sayuran
yang tidak didatangi D. laeve yaitu pada B. oleracea. Berdasarkan perhitungan,
rerata kepadatan D. laeve tertinggi pada A. fistulotum sebesar 13.33 ind/m2,
sedangkan terendah pada C. frutescens sebesar 4 ind/m2. Rerata kepadatan
D.laeve pada D.carota sebesar 7.88 ind/m2, M. piperita 12.44 ind/m2, P. crispum
9.11 ind/m2, R. sativus 12.77 ind/m2, B. vulgaris 6.66 ind/m2, S. lycopersicum
10.22 ind/m2, dan B. rapa 5.77 ind/m2 (Gambar 2).
Kepadatan (ind/m²)

30
20
10
0

Sayuran

Gambar 2 Rerata kepadatan D. laeve pada 10 jenis sayuran

5
Kepadatan M. bilineatum hanya terdapat pada empat jenis sayuran yaitu D.
carota, A. fistulotum, P. crispum, dan S. lycopersicum. Berdasarkan perhitungan,
rerata kepadatan M. bilineatum tertinggi pada S. lycopersicum sebesar 6.22
ind/m2, sedangkan terendah pada D.carota sebesar 0.56 ind/m2. Rerata kepadatan
M. bilineatum pada A. fistulotum sebesar 3.78 ind/m2, P. crispum 1 ind/m2
(Gambar 3).

Kepadatan (ind/m²)

30

20

10

0

Sayuran

Gambar 3 Rerata kepadatan M. bilineatum pada 10 jenis sayuran
Pola Persebaran D. laeve dan M. bilineatum
Berdasarkan Indeks Morisita, pola persebaran D. laeve pada 9 jenis
sayuran adalah mengelompok dengan nilai Id > 1, sedangkan pola persebaran D.
laeve tidak ditemukan pada B. oleracea. Pola persebaran mengelompok juga
ditemukan pada M. bilineatum pada D. carota, A. fistulotum, P. crispum, dan S.
lycopersicum (Tabel 1).
Tabel 1 Pola persebaran D. leave dan M. bilineatum pada 10 jenis sayuran
No

Lokasi

1
2.
3
4
5
6
7
8
9
10

D. carota
A. fistulotum
M. piperita
P. crispum
R. sativus
C. frutescens
B. oleracea
B. vulgaris
S. lycopersium
B. rapa

Keterangan: Id = Indeks Morisita

D. leave
Id
Pola distribusi
1.31 Mengelompok
1.28 Mengelompok
1.26 Mengelompok
2.38 Mengelompok
1.17 Mengelompok
1.33 Mengelompok
0
0
1.10 Mengelompok
1.12 Mengelompok
1.18 Mengelompok

M. bilineatum
Id
Pola distribusi
1.25
Mengelompok
1.54
Mengelompok
0
0
1.67
Mengelompok
0
0
0
0
0
0
0
0
1.30
Mengelompok
0
0

6

(a)

(b)

Gambar 4 Pola persebaran mengelompok M. bilineatum (a) dan D. leave (b)
Aktivitas Makan D. laeve dan M. bilineatum
Hasil pengamatan menunjukkan perbedaan jumlah aktivitas makan D.
laeve di setiap bagian sayuran. Aktivitas makan D. laeve pada daun M. piperita
yaitu 100%. Aktivitas makan D. laeve pada batang C. frutescens yaitu 18% dan
pada batang S.lycopersicum 22%, sedangkan aktivitas makan tidak ditemukan
pada batang M. piperita. Sebagian aktivitas makan D. laeve ditemukan pada umbi
akar D. carota, R. sativus, dan B. vulgaris yaitu masing-masing 23%, 16.6%, dan
21%. Aktivitas makan tidak ditemui pada B. oleracea (Gambar 5). Setelah
dilakukan uji t, aktivitas makan D. laeve di C. frutescens dan S. lycopesicum
berbeda nyata antara daun dengan batang (P=0.036), sedangkan aktivitas makan
D. laeve di D. carota, R. sativus, dan B. vulgaris berbeda nyata antara daun
dengan umbi akar (P=0.008).

Persentase (%)

100

Daun
Batang

80

Umbi akar

60
40
20
0

Sayuran

Gambar 5 Aktivitas makan D. laeve pada daun, batang, dan umbi akar
Aktivitas makan M. bilineatum yang diamati pada daun D. carota dan S.
lycopersicum yaitu masing-masing 83%, dan 79%. Aktivitas makan M. bilineatum
pada umbi akar D. carota yaitu 17%, sedangkan aktivitas pada batang S.
lycopersicum yaitu 21%. Aktivitas makan M. bilineatum di D. carota berbeda
nyata antara daun dengan umbi akar, sedangkan di S. lycopersicum aktivitas
makan berbeda nyata antara daun dengan batang (Gambar 6).

7
Daun

Persentase(%)

100

Batang

80

Umbi akar

60
40
20
0

Sayuran

Gambar 6 Aktivitas makan M. bilineatum pada daun, batang, dan umbi akar
Persebaran Ukuran D. laeve dan M. bilineatum
Berdasarkan hasil pengukuran panjang, didapatkan rerata panjang D. laeve
2.7 cm, dengan ukuran terpanjang yaitu 3.5 cm. D. laeve ukuran kecil (< 1.5 cm)
dominan pada A. fistulotum dan P. crispum, sementara ukuran sedang (1.5−2.5
cm) dominan pada M. piperita, C. frutescens, B. vulgaris, dan S. lycopersicum. D.
laeve ukuran besar (> 2.5 cm) dominan pada R. sativus dan B. rapa (Gambar 7).

Persentase (%)

100

< 1.5 cm
(kecil)
1.5−2.5 cm
(sedang)
> 2.5 cm
(besar)

80
60
40
20
0

Sayuran

Gambar 7 Persebaran ukuran D. laeve pada 9 jenis sayuran
Berdasarkan pengamatan, M. bilineatum memiliki ukuran yang lebih
panjang dibandingkan dengan D. laeve. Rerata panjang M. bilineatum yaitu 3.4
cm, dengan ukuran terpanjang yang ditemukan yaitu 6.5 cm. Persebaran ukuran
M. bilineatum hanya ditemukan pada D. carota, A. fistulotum, P. crispum, dan S.
lycopersicum. M. bilineatum ukuran kecil (< 2 cm ) jarang ditemukan di setiap
jenis sayuran. Ukuran sedang (2−4 cm) dominan pada D. carota, P. crispum, S.
lycopersicum, sementara ukuran besar (> 4 cm) dominan pada A. fistulotum
(Gambar 8).

8

Persentase (%)

100

< 2 cm
(kecil)
2−4 cm
(sedang)
> 4 cm
(besar)

80
60
40
20
0

Sayuran

Gambar 8 Persebaran ukuran M. bilineatum pada 4 jenis sayuran

PEMBAHASAN
Faktor Abiotik
Faktor abiotik yang dapat mempengaruhi jumlah populasi siput yaitu suhu,
kelembaban, dan struktur tanah (MacDonald 2007). Menurut Odum (1971),
temperatur merupakan pengaruh umum dan faktor pembatas dari pertumbuhan
dan distribusi hewan dan tumbuhan. Rerata suhu selama pengamatan tidak
menunjukkan adanya penurunan ataupun kenaikan yang tajam. Suhu yang relatif
stabil tersebut membuat siput dalam penelitian ini hidup dalam keadaan normal
seperti biasanya.
Perbedaan tempat yang memiliki suhu sama belum tentu memiliki
kelembaban yang sama pada tempat tersebut. Rerata kelembaban selama
pengamatan tidak menunjukkan adanya penurunan ataupun kenaikan yang tajam.
Kondisi kelembaban lingkungan di Agropolitan, Cipanas yang tinggi
menyebabkan D. laeve dan M. bilineatum dapat ditemukan di kawasan ini.
Menurut Barnes et al. (1987), mayoritas dari pulmonata dapat hidup pada kondisi
lingkungan yang lembab.
Jenis tanah di kawasan Agropolitan, Cipanas yaitu andosol. Menurut
Darmawijaya (1990), tanah andosol terbentuk dari abu vulkanik yang umumnya
ditemukan di daerah dataran tinggi. Andosol merupakan tanah mineral yang
mempunyai value kurang dari 3 (lembab) (Munir 1986). Tekstur tanah lembab
tersebut cocok untuk dijadikan sarang oleh D. laeve untuk melakukan aktifitas
reproduksi ataupun melindungi diri dari kekeringan, oleh karena itu kepadatan
yang tinggi dapat ditemukan hampir pada seluruh jenis sayuran. Cara untuk
bertahan hidup yaitu menyusup ke bawah tanah hingga dua meter untuk mencari
tanah yang lembab. Siput akan mati pada kondisi tanah yang kering (MacDonald
2007).

9
Kepadatan D. laeve dan M. bilineatum
Variasi jumlah populasi hewan disebabkan oleh perbedaan tingkat
kelahiran, kematian, dan imigrasi atau emigrasi (Odum 1971). Pergerakan siput
yang sangat lambat dan memiliki kebiasaan pulang ke sarangnya menyebabkan
faktor imigrasi dan emigrasi menjadi tidak penting (Barnes et al. 1987).
Kepadatan Moluska menunjukkan individu yang hidup pada habitat tertentu,
luasan tertentu, dan waktu tertentu (Brower et al. 1977).
D. laeve memiliki sarang di tanah lahan sayuran, sehingga menyebabkan
D. laeve hampir dapat ditemukan di seluruh jenis sayuran. Sumber makanan yang
berada di lahan sayuran dan disukai siput dapat mengakibatkan jumlah kepadatan
meningkat. Rerata kepadatan D. laeve tertinggi ditemukan pada A. fistulotum,
sedangkan yang terendah ditemukan pada C. frutescens. Rerata kepadatan D.
laeve yang tinggi pada A. fistulotum kemungkinan disebabkan adanya aroma yang
khas pada sayuran tersebut. A. fistulotum memiliki kandungan allicin yang dapat
menghasilkan bau yang khas pada sayuran tersebut (Wibowo 2009). Kandungan
allicin pada A. fistulotum ini yang mungkin membuat jenis sayuran ini lebih
disukai dan dapat dideteksi dari jarak yang cukup jauh oleh D. laeve. Seperti
diketahui, Gastropoda memiliki tentakel untuk penciuman, jika terdapat signal
dengan intensitas tinggi maka gastropoda tersebut akan bergerak kearah signal
tersebut (Chase 1986). Komponen volatil mungkin dapat dideteksi dari kejauhan
oleh penciuman dan dapat bertindak sebagai atraktan (Pickett dan Stephenson
1980). Rerata kepadatan D. leave yang rendah pada C. frutescens, mungkin
disebabkan adanya musuh alami yaitu kumbang yang ditemukan pada saat
pengamatan. Kumbang merupakan musuh alami dan terbukti dapat mengurangi
jumlah populasi siput (MacDonald 2007).
Berbeda dengan D. laeve, M. bilineatum memiliki sarang di bebatuan yang
berada di selokan. Siput M. bilineatum hanya ditemukan di D. carota, A.
fistulotum, P. crispum dan S. lycopersicum. Lahan tempat ditanamnya keempat
sayuran tersebut berada di dekat selokan berbatu yang menjadi sarang M.
bilineatum. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa kepadatan M. bilineatum
ditentukan oleh letak sarang yang berada dekat dengan sumber makanan yang
disukai. Pendapat ini sesuai dengan Barker (2001), bahwa Gastropoda memiliki
lokomosi yang lambat, sehingga menyebabkan siput mengambil strategi mencari
makanan dengan meminimalkan pergerakan atau lokomosi.
Rerata kepadatan M. bilineatum tertinggi ditemukan di S. lycopersicum,
sedangkan yang terendah ditemukan di D. carota. Rerata kepadatan M. bilineatum
yang tinggi di S. lycopersicum disebabkan karena letak lahan lebih dekat dengan
sarang M. bilineatum daripada letak lahan-lahan sayuran lainnya.
William (1996) menyatakan bahwa salah satu tanaman yang paling disukai
hama Moluska yaitu Brassicaceae. Pada penelitian ini kepadatan M. bilineatum
dan D. leave tidak ditemukan pada sayuran B. oleracea, hal ini disebabkan petani
memberikan pestisida secara teratur dan melakukan pengolahan tanah dengan
baik. Kondisi lahan yang bersih dari tanaman yang tidak diinginkan juga dapat
merupakan salah satu faktor rendahnya kepadatan siput. Menurut MacDonald
(2007), cara mengurangi populasi siput yaitu dengan tidak membiarkan adanya
tanaman yang tidak diinginkan yang dapat menjadi tempat tinggal siput.

10
Pola Persebaran D. laeve dan M. bilineatum
Pola persebaran mengelompok ditemukan pada D. laeve dan M. bilineatum
mungkin disebabkan karena individu-individu sebagai anggota dari populasi
mempunyai anggapan yang sama terhadap habitatnya, terutama faktor makanan
yang mencukupi kebutuhan nutriennya. Pernyataan ini didukung oleh Soetjipto
(1994), bahwa pola distribusi mengelompok terjadi karena ketertarikan individu
pada suatu sumber seperti tempat berlindung, makanan, dan adanya keseragaman
habitat sehingga terjadi pengelompokan di tempat yang banyak makanan.
Pola pesebaran D. laeve dan M. bilineatum yang mengelompok
kemungkinan disebabkan karena faktor lokomosi yang lambat. Telur D. laeve dan
M. bilineatum yang berkelompok menyebabkan siput tersebut tidak dapat
berpergian jauh dari tempat penetasannya, sehingga terjadi pola mengelompok.
Preferensi siput oleh tanaman tertentu baik sebagai sumber makanan atau tempat
istirahat mengakibatkan persebaran mengelompok.
Aktivitas Makan D. laeve dan M. bilineatum
Aktivitas makan D. laeve di daun berbeda nyata dengan batang pada
sayuran C. frutescens dan S. lycopersicum, sedangkan di daun berbeda nyata
dengan umbi akar pada sayuran D. carota, R. sativus, dan B. vulgaris. D. laeve
lebih memilih memakan daun daripada batang dan umbi akar. Hal ini karena daun
memiliki tekstur yang lebih lembut dibandingkan batang ataupun umbi akar.
Menurut Spesier dan Rowell (1991), siput hanya memakan sebagian kecil dari
tanaman yang memiliki tekstur keras. Sayuran A. fistulotum, P. crispum, dan B.
rapa memiliki bagian batang yang pendek atau hampir tidak ada sehingga
pengamatan aktivitas makan hanya dilakukan pada bagian daun.
Sebagian D. laeve memakan batang C. frutescens dan S. lycopersicum. S.
lycopersicum memiliki batang yang lunak dan berair, sehingga memudahkan D.
laeve untuk memakannya. Gastropoda memiliki gigi parut atau radula yang
bertindak sebagai parutan dan pemotong yang berfungsi untuk memotong bagian
tanaman yang berair dan berdaging (Barnes et al. 1987). D. laeve lebih memilih
untuk memakan batang sekunder C. frutescens yaitu percabangan yang memiliki
tekstur yang lebih lembut dari batang utama. Batang M. piperita tidak dimakan
oleh D. laeve karena tekstur yang berkayu. Sebagian kecil D.laeve memakan
umbi akar dari D. carota, B. vulgaris, dan R. sativus. Aktivitas makan pada buah
C. frutescens tidak ditemukan, karena pengamatan dilakukan setelah panen.
M. bilineatum hanya ditemukan pada D. carota, A. fistulotum, P. crispum,
dan S. lycopersicum, hal ini menyebabkan adanya aktivitas makan pada sayuran
tersebut. Pengamatan aktivitas makan pada A. fistulotum dan P. crispum
dilakukan di bagian daun. M. bilineatum lebih memilih untuk memakan daun D.
carota dan S. lycopersicum dibandingkan dengan bagian umbi akar atau batang
pada sayuran tersebut.

Persebaran Ukuran D. laeve dan M. bilineatum
Seluruh fase kehidupan D. laeve dapat ditemui di setiap lahan sayuran
yang diamati. Hal ini disebabkan karena D. laeve melakukan aktifitas reproduksi

11
ditanah. Pada kondisi menguntungkan D. laeve dapat memproduksi telur
sepanjang tahun, terlepas dari musim kawin, sehingga individu dari semua tahap
kehidupan dapat ditemukan (Jordaens et al. 2005). D. laeve ukuran kecil dominan
pada A. fistulotum diduga karena sayuran ini berongga dan daunnya berpelepah,
sehingga digunakan sebagai tempat berlindung. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Mujiono 2010), bahwa D.laeve tidak memiliki cangkang dan bentuknya kecil
maka siput ini dapat menyusup masuk lebih dalam pada bagian sayuran. Ukuran
kecil juga banyak ditemukan di P. crispum, karena pada lahan tersebut terdapat
tumpukan kayu yang basah yang dijadikan sebagai tempat berlindung. D. laeve
ukuran sedang dan besar pada saat mencari makan cendrung keluar dari tanah,
sehingga pada pengamatan banyak ditemukan persebaran D.laeve ukuran tersebut.
Persebaran M. bilineatum ukuran kecil jarang ditemukan pada D. carota,
A. fistulotum, P. crispum, dan S. lycopersicum. Hal ini mungkin disebabkan
karena ukuran kecil lebih banyak menghabiskan waktu di sarang. M. bilineatum
ukuran sedang dan besar mencari makan dengan cara meninggalkan sarangnya di
selokan dan bergerak menuju sumber makanan, sehingga pada saat pengamatan
banyak ditemukan persebaran ukuran sedang dan besar di setiap lahan sayuran.
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan persebaran variasi ukuran yaitu
pengaruh lingkungan, iklim, dan wilayah (Wilbur dan Yonge 1964).

SIMPULAN
Rerata kepadatan D. laeve tertinggi ditemukan pada A. fistulotum,
sedangkan kepadatan terendah di temukan pada C. frutescens. Rerata kepadatan
M. bilineatum tertinggi ditemukan pada S. lycopersicum, sedangkan kepadatan
terendah ditemukan pada D. carota. Pola persebaran D. laeve dan M. bilineatum
adalah mengelompok di setiap jenis sayuran. D. laeve dan M. bilineatum lebih
memilih memakan daun dibandingkan batang dan umbi akar. Persebaran ukuran
D. laeve sangat bervariasi, sedangkan persebaran ukuran M. bilineatum
didominasi oleh ukuran sedang dan besar.

DAFTAR PUSTAKA
Barker GM. 2001. The Biology of Terrestrial Molluscs. Amerika Serikat (US):
CABI.
Barnes RD, Fox RS, Ruppert EE. 1987. Invertebrata Zoology. London (UK):
Saunders Collage.
Brower JE, Zar J, Von EC. 1997. Field and Laboratory Methods for General
Ecology: Brown Pub
Chase R. 1986. Lessons from snail tentacles. Chem Sense. 11: 411-426.
Darmawijaya. 1990. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University.
[Deptan] Departement Pertanian. 2009. Program Penyuluhan pertanian BPP.
Cipanas (ID): Deptan.

12
Faberi AJ, Lȍpez AN, Mantti PL, Clemente CL and Castillo A. 2006. Growth
and reproduction of the slug Deroceras laeve (Mueller) (Pulmonata:
Stylommathophora) under control condition. Span J Agric Resear. 4: 345350.
Fachrul MF. 2008. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Ikeda K. 1937. Cytogenetic studies on the self-fertilization of Philomycus
bilineatus Benson (Studies of hermefroditism in Pulmonata II). J of Scien
of the Hirosh Univ. 5: 67-123.
Jordaens K, Pinceel J, Backeljau T. 2005. Life history variation in selfing
multilocus genotypes of the land slug Deroceras laeve (Pulmonata:
Agriolimacidae). Mollus Oxf J. 72: 229-233.
Kozlowski J, Kozlowska M. 2008. Differences in acceptability of herb plants and
oilseed rape for slug (A.lusiyanicus, A.rufus and D. raticulum) in food
choice test. J Plant Protec Resear. 48: 461-472.
MacDonald N, penemu; Horticultural Development Company. 2007. Slug control
in field vegetables. Paten Amerika Serikat (US).
Marwoto RM, Heryanto, Isnaningsih N. Mujiono. 2010. Invasive spesies: status
taksonomi keong hama Pomacea sp dan siput (slug) di Indonesia. Laporan
Kegiatan Program lnsentif Bagi Peneliti dan perekayasa LIPI. Puslit
Biologi- LIPI.
Mujiono N. 2010. Siput dan slug (Gastropoda: Pulmonata) yang berpotensi
sebagai hama pada pertanian di Jawa. Berk Ilm Biol. 9: 17-25.
Munir M. 1986. Perkembangan Tanah Berasal dari Abu Volkan di Lereng Utara
dan Selatan G.Arjuno, Jawa Timur [skripsi]. Malang (ID): UNIBRAW.
Odum EP. 1971. Basic of Ecology. Philadelphia (US): WB Saunder.
Pickett JA, Stephenson JW. 1980. Plant volatiles and components influencing
behavior of the field slug D. reticulatum. J Chem Ecol. 6: 6-20.
Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Jakarta (ID): Usaha Nasional
Soetjipto. 1994. Dasar-dasar Ekologi. Jakarta (ID): Depdikbud.
Spesier B, Rowell M. 1991. Effects of food availability, nutritional value, and
alkaloids on food choice in the generalist herbivore Arianta arbustorum
(Gastropoda: Helicidae). Oikos. 63: 306-318.
Tsai CL, Lu CC, Kao HW. 2001. Morphology and molecular phylogeny of the
East and Southeast Asian Meghimatium slugs (Gastropoda: Pulmonata:
Philomycidae) and description of a new species. Zootaxa. 2890: 1-19
Wibowo S. 2009. Budidaya bawang. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Wiktor A, Chen DN, Wu M. 2000. Stylommatophora slugs of China (Gastropoda:
Pulmonata). Fol Mal. 8: 3-35.
Wilbur KM, Yonge CM. 1964. Physiology Of Mollusca. Amerika Serikat (US):
Academic Press Inc.
William OC. 1996. Slug control. Amerika Serikat (US): BBC Books.

13

LAMPIRAN
Lampiran 1 D. laeve pada daun R. sativus

Lampiran 2 D. laeve pada umbi akar D. carota

Lampiran 3 M. bilineatum pada batang S. lycopersicum

14

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 21 Januari 1992. Penulis
merupakan putri ke-2 dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak M. Zaki Chotib dan
Ibu Titin Kurniati. Tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA 26,
Jakarta. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur Ujian Talenta Mandir (UTM) sebagai mahasiswi di Departemen
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Tahun 2011 penulis mengikuti kegiatan studi lapang di Gunung Walat,
Sukabumi dengan judul Kandungan Asam Askorbat Daun Sirih Merah. Penulis
mengikuti kegiatan praktik lapang pada tahun 2012 dengan judul Pengaruh
Kesehatan Terhadap Kualitas dan Kuantitas Sperma Sapi Limousin di Balai
Inseminasi Buatan, Lembang. Tahun 2013 penulis menjadi asisten praktikum
Biologi Tingkat Persiapan Bersama pada tahun ajaran 2012/2013 dan asisten
praktikum Fisiologi Tumbuhan tahun ajaran 2012/2013.