Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, RIAU

SAFITRI SRI REJEKI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Manajemen
Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT
Ciliandra Perkasa, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013

Safitri Sri Rejeki
NIM A24090183

ABSTRAK
SAFITRI SRI REJEKI. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau. Dibimbing oleh
AHMAD JUNAEDI.
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Batang Ulak, PT. Ciliandra
Perkasa, Kampar, Riau yang dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2013.
Kegiatan magang ini bertujuan untuk menambah pengetahuan, melatih
keterampilan dan kemampuan kerja secara langsung di lapangan serta mendalami
aspek pemanenan baik dalam aspek teknis, pengelolaan, menganalisis, maupun
mengatasi masalah panen. Perencanaan panen harus dilakukan dengan baik dan
teliti sehingga hasil produksi yang didapatkan juga bisa optimal. Permasalahan
yang terjadi dalam pemanenan antara lain perencanaan panen, angka kerapatan
panen (AKP), rotasi panen dan kriteria kematangan panen yang tidak sesuai.
Perencanaan panen yang tidak akurat dapat menyebabkan taksasi dan realisasi

yang didapat tidak sesuai, demikian pula penggunaan tenaga panen juga harus
disesuaikan dengan kondisi buah yang ada di lapangan. AKP yang terlalu rendah
disebabkan sedikitnya buah matang menyebabkan rotasi menjadi cepat yang dapat
meningkatkan losses panen dan banyak pemanen memotong buah mentah karena
pemanen harus mencapai basis kerja sebesar 900 kg serta luasan panen pun
semakin lama semakin melebar.
Kata kunci: angka kerapatan panen, rotasi panen, taksasi produksi

ABSTRACT
SAFITRI SRI REJEKI. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis
Jacq.) in Sei Batang Ulak Plantation, PT Ciliandra Perkasa, Riau. Supervised by
AHMAD JUNAEDI.
The internship program was conducted in Sei Batang Ulak Plantation, PT.
Ciliandra Perkasa, Kampar, Riau from Februari to June 2013. This program was
aimed to improve knowledge and field work skill, and also to understand the
harvest aspect of oil palm on technical and managerial aspect. Harvest planning
must be conducted well and precisely to gain optimal crop production. Some
problems related with harvesting such as harvest planning, harvest density,
harvest rotation, and under or over ripe of harvesting bunch fruit. An inaccurate
harvest planning could cause unsuitable result between the prediction and the

realization, and the use of harvesters must be suited with fruit condition in the
field. Condition of less harvest density that was caused by the lack of ripe fruit,
could imply the harvest rotation to be shorter. Shorter rotation could increase the
losses during harvest and many of harvesters cut under ripe fruit to meet the
standard basis of harvest of 900 kg and harvesting area could also become larger
through the time.
Keywords: harvest density rate, harvest rotation, yield estimation

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
DI KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, RIAU

SAFITRI SRI REJEKI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau
Nama
: Safitri Sri Rejeki
NIM
: A24090183

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul skripsi
ialah Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei
Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau.
Terima kasih Penulis mengucapkan kepada Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi
selaku dosen pembimbing skripsi, dan Dr Ir Eny Widajati, MS selaku dosen
pembimbing akademik dan dosen penguji serta Dr Ir Supijatno MS selaku dosen
penguji yang telah banyak memberi saran. Penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Tintang Raya Tarigan selaku General Manager PT Ciliandra
Perkasa, Bapak Hendri Agustin, Bapak Sabar H Purba, Bapak Syah Meinan
Lubis, Bapak Jawoto, Ibu Sri, Tante Leli dan remaja masjid beserta staf maupun
karyawan yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan kepada
teman-teman Agronomi dan Hortikultura serta Socrates 46 (Aci, Santi, Icha,
Husein, Bina, Anin, Azmi, Sukirman, Fajar, Wana, Jojo, Endro, Luki, Yan, Dira,

Andri, Subhi, Ulil dan Bagindo) atas segala nasehat, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maupun di
bidang keilmuan.
Bogor, September 2013
Safitri Sri Rejeki

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Magang

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani Kelapa Sawit

2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit


2

Panen

3

METODE MAGANG



KEADAAN UMUM

5

Letak Geografis dan Administratif

5

Keadaan Tanah dan Iklim


6

Luas Lahan, Keadaan Tanaman dan Produksi

6

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

7

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

7

Aspek Teknis
Aspek Manajerial
PEMBAHASAN

7

17
19

Aspek Teknis Panen

19

Aspek Manajerial Panen

25

KESIMPULAN DAN SARAN

27 

Kesimpulan

27 

Saran


27

DAFTAR PUSTAKA

27 

LAMPIRAN

29

RIWAYAT HIDUP

33

DAFTAR TABEL
1 Kriteria matang panen kelapa sawit
2 Produksi dan produktivitas tandan buah segar di Kebun Sei Batang
Ulak tahun 2006-2012
3 Komposisi jumlah tenaga kerja di Kebun Sei Batang Ulak
4 Dosis pupuk anorganik kelapa sawit
5 Kriteria matang panen antara standar perusahaan dan realisasi oleh
pemanen
6 Bobot janjang rata-rata perusahaan dengan standar PPKS berdasarkan
tahun tanam
7 Hasil pengamatan angka kerapatan panen taksasi dan angka kerapatan
panen realisasi
8 Hubungan antara rotasi panen, produksi dan luas panen
9 Pengaruh umur tanaman terhadap produksi tandan buah segar





19 
20 
21 
22
24 

 

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Proses penguntilan pupuk
Pengendalian gulma secara manual
Kandang burung hantu
Proses pemotongan tandan buah segar
Alat-alat pemanenan
Dump truck


10 
12 
14 
16 
16 

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Data curah hujan dari tahun 2007-2012
Luas lahan dan tata guna lahan
Peta kerja Afdeling I
Struktur organisasi Kebun Sei Batang Ulak

29 
30 
31 
32 

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu
komoditi tanaman perkebunan yang menghasilkan minyak dan sebagai komoditi
ekspor non migas yang dapat membantu perekonomian Indonesia sebagai devisa
negara. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2009 mencapai 8.4 juta ha
dan merupakan penghasil areal yang terluas di dunia. Demikian pula produksi
minyak sawit Indonesia tahun 2010 mencapai 20.6 juta ton dan menduduki posisi
pertama di dunia melampaui Malaysia (Ditjenbun 2011).
Tanaman kelapa sawit memiliki tiga produk komersial yang dihasilkan,
yaitu minyak sawit (CPO; Crude Palm Oil), inti sawit (PKO; Palm Kernel Oil)
dan ampas sawit. CPO diperoleh dari mesokarp (sabut kelapa sawit) yang diolah
lebih lanjut. Hasil pengolahan CPO selain dijadikan sebagai bahan baku minyak
goreng, juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, bahan industri,
kosmetik, obat-obatan, dan sebagainya. Minyak kelapa sawit memiliki nilai jual
yang sangat tinggi saat ini. Kebutuhan kelapa sawit memiliki korelasi positif
dengan kebutuhan CPO, yaitu semakin tinggi kebutuhan CPO dunia maka
semakin tinggi pula permintaan buah kelapa sawit. Dengan meningkatnya harga
minyak mentah dunia, menjadikan CPO sebagai pilihan untuk bahan baku
pembuatan bioenergi. Hal tersebut menyebabkan peluang industri pengolahan
kelapa sawit (PKS) masih memiliki prospek sangat bagus untuk memenuhi
kebutuhan pasar baik dalam maupun luar negeri (PPKS 2007).
Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang
pemeliharaan tanaman. Kelapa sawit dapat mulai dipanen pada umur 30 bulan.
Kelapa sawit dalam keadaan normal 90 - 100% dari seluruh pokok sudah matang
panen, artinya pokok-pokok kelapa sawit muda itu telah memiliki tandan-tandan
yang siap untuk dipanen. Tandan yang cukup besar dan siap untuk diolah adalah
yang padat isinya dan beratnya minimal 3 kg. Kriteria panen yang digunakan ada
dua, yaitu dua brondolan, artinya sudah ada dua buah lepas dari tandannya atau
jatuh ke piringan pohon jika berat brondolan dibawah 10 kg sedangkan untuk
tandan yang beratnya lebih dari 10 kg, dipakai satu brondolan yang jatuh ke tanah.
Kapasitas pemanen tergantung pada produksi/ha yang dikaitkan dengan umur
tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, dan insentif (Sunarko 2009).
Pemanenan buah sawit yang tidak tepat umur mempengaruhi kualitas
minyak yang dihasilkan. Selain kegiatan pemanenan, proses pasca panen juga
sangat berpengaruh pada kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Kualitas minyak
sawit ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan asam lemak bebas (ALB).
Penentuan saat panen mempengaruhi kandungan ALB minyak sawit yang
dihasilkan. Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam mesokarp
meningkat cepat. Setelah kadar minyak maksimal, buah akan lepas (brondol) dari
tandannya. Asam lemak bebas (ALB) dalam buah akan terus meningkat sehingga
dalam transportasinya pun harus cepat agar kandungan ALB tidak terlalu tinggi
(Sastrosayono 2006).

2
Tujuan Magang
Tujuan umum kegiatan magang ini adalah meningkatkan kemampuan dan
pemahaman mahasiswa dalam aspek teknis dan manajemen di perkebunan kelapa
sawit serta meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam pengelolaan kebun
kelapa sawit dari setiap tingkat pekerja (KHL/ Karyawan Harian Lepas,
pendamping mandor, dan pendamping asisten afdelling). Tujuan khusus magang
ini adalah mengetahui dan mempelajari secara teknis dan manajerial kegiatan
pemanenan kelapa sawit serta dapat berlatih menganalisis dan mengatasi masalah
yang berkaitan dengan pemanenan tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman berasal dari
Afrika Barat yang budidayanya di Indonesia telah berkembang sangat pesat dan
sampai saat ini masih merupakan primadona penghasil devisa negara dari sektor
pertanian. Taksonomi kelapa sawit menurut Lubis (1992) adalah sebagai berikut :
Divisi
: Tracheophyta
Sub-divisi
: Pteropsida
Kelas
: Angiospermae
Sub-kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Cocoideae
Famili
: Palmae
Genus
: Elaeis
Species
: Elaeis guineensis Jacq.
Kelapa sawit termasuk golongan berumah satu, jantan dan betina terpisah
masing-masing, namun masih dalam satu pohon . Bunga tumbuh disetiap ketiak
pelepah, potensinya dapat tumbuh jadi bunga betina atau jantan sangat tergantung
dari faktor genetis, lingkungan, kesuburan tanah dan umur tanaman. Buah kelapa
sawit juga berukuran sekitar 2-5 cm, berbentuk oval. Buah terdiri dari exocarp
(kulit buah), mesokarp yakni bagian yang mengandung minyak, endocarp atau
batok kelapa sawit, dan endosperm atau buah kelapa sawitnya yang disebut kernel
(Hakim 2007).
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar
lintang utara-selatan 120 pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Jumlah
curah hujan yang baik adalah 2 000-2 500 mm tahun-1, tidak memiliki defisit air,
hujan agak merata sepanjang tahun. Hal ini bukan berarti kurang dari 2000 mm
tahun-1 tidak baik, karena kebutuhan efektif hanya 1 300-1 500 mm. Temperatur
yang optimal bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 24-28oC, terendah 18oC dan
tertinggi 32oC. Kelembaban 80% dan penyinaran matahari sebesar 5-7 jam hari-1.

3
Kecepatan angin 5-6 km jam-1 sangat baik untuk membantu proses penyerbukan
(Fiantis 2004).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik,
latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol, dan aluvial. Sifat fisik
tanah yang baik untuk kelapa sawit menurut Fiantis (2004), yaitu solum tebal ≥ 80
cm, tekstur ringan, dikehendaki memiliki pasir 20-60%, debu 10-40%, liat 2050%, perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan
permeabilitas sedang, pH tanah 4.0-6.0 pH namun yang terbaik adalah 5.0-5.5 pH.
Panen
Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan
tanaman kelapa sawit. Selain bahan tanam dan pemeliharaan tanaman, panen juga
merupakan salah satu faktor yang penting dalam peningkatan produksi. Menurut
Mangoensoekarjo (2005), keberhasilan panen didukung oleh pengetahuan tentang
persiapan panen, kriteria matang panen, rotasi panen, sistem panen, sarana panen,
pengawasan panen dan pengangkutan tandan buah.
Pemanenan buah sawit yang tidak tepat umur mempengaruhi kualitas
minyak yang dihasilkan. Buah yang siap untuk dipanen adalah buah yang masak,
bukan buah yang muda maupun buah yang lewat masak. Saat buah mulai masak,
kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp) meningkat cepat. Setelah kadar
minyak maksimal, buah akan lepas (brondol) dari tandannya. Asam lemak bebas
(ALB) dalam buah akan terus meningkat sehingga dalam transportasinya pun
harus cepat agar kandungan ALB tidak terlalu tinggi (Sastrosayono 2006).
Kriteria matang panen buah kelapa sawit disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kriteria matang panen kelapa sawit
Fraksi

Jumlah brondolan yang jatuh

Derajat kematangan

00

Tidak ada brondolan, buah berwarna hitam

Sangat mentah

0

Satu brondolan s/d. 12.5% buah luar

Mentah

1

12.5%- 25% buah luar

Kurang matang

2

25%-50% buah luar

Matang

3

50%-75% buah luar

Lewat matang

4

75%-100% buah luar

Busuk

5

Buah dalam ikut membrondol

Tandan Kosong

Sumber: Lubis 1992

Penanganan tandan buah segar (TBS) merupakan seluruh kegiatan yang
dilakukan dari memetik buah sampai dengan pengolahan di tempat pengolahan
kelapa sawit (PKS). Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan mutu TBS sehingga
minyak yang dihasilkan memiliki mutu yang bagus. Penanganan TBS sangat
dipengaruhi oleh kegiatan sistem potong buah yang dilakukan, seperti persiapan
panen dan organisasi potong buah (PPKS 2007).
Alat-alat kerja untuk potong buah yang akan digunakan berbeda
berdasarkan ketinggian tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi

4
tiga bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk bongkar muat TBS, dan
alat untuk membawa TBS ke tempat pengumpulan hasil (TPH) (Pahan 2006). Alat
angkut yang dapat digunakan dari kebun ke pabrik, diantaranya lori, traktor,
gandengan atau truk. Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibanding
dengan alat angkutan lain (Fauzi et al. 2008).
Faktor yang menentukan pemanenan untuk mendapatkan kualitas dan
kuantitas CPO dan PKO yang tinggi adalah rotasi panen. Rotasi panen sangat
mempengaruhi kualitas TBS yang dihasilkan. Beberapa kesalahan yang terjadi
dalam rotasi panen adalah meningkatnya buah mentah yang dipotong akan
cenderung memepercepat siap borong dan memperlambat rotasi panen, buah
masak yang siap panen masih tertinggal di pokok, buah masak yang tertinggal
akan masuk rotasi panen berikutnya yang menyebabkan banyak buah yang sudah
membrondol dan buah kelewat masak, persentase brondolan yang meningkat akan
menyita waktu akan menurunkan hasil panen (TBS), dan ketepatan rotasi (tidak
terlalu cepat dan tidak terlalu lambat) juga mempengaruhi hasil TBS.
Penyelesaian dari masalah rotasi panen ini adalah melakukan pemantauan pada
daftar rotasi panen di kantor afdeling, informasi umur pokok dan kerapatan panen
setiap blok, jumlah tenaga kerja, jumlah borongan, persentase siap borong, dan
curah hujan (Pahan 2006).
Rotasi penen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai
panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia
pada umumnya menggunakan rotasi penen 7 hari, artinya satu areal panen
dimasuki (diancak) oleh pemetik tiap 7 hari (Fauzi et al. 2008). Menurut Lubis
(1992) panen kelapa sawit juga dipengaruhi oleh iklim sehingga dikenal panen
puncak dan panen kecil.

METODE MAGANG
Magang berlokasi di kebun kelapa sawit Sei Batang Ulak (SBU) yang
dikelola oleh PT. Ciliandra Perkasa, First Resources Ltd., Desa Siabu, Kecamatan
Salo, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Magang ini dilaksanakan selama empat
bulan, berlangsung mulai bulan Februari sampai Juni 2013.
Kegiatan magang yang dilakukan di Kebun SBU dibagi dalam tiga tahapan
kegiatan sesuai dengan status pekerja, baik dari aspek teknis maupun aspek
manajerial. Bulan pertama penulis bekerja sebagai karyawan harian lepas (KHL),
jenis kegiatan yang dilakukan, yaitu mulai dari kegiatan pemeliharaan tanaman
sampai pemanenan. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah pemupukan,
penunasan, pengendalian gulma dan leaf sampling unit (LSU). Sedangkan untuk
kegiatan pemanenan dilakukan pemungutan brondol dan penghitungan TBS di
TPH. Bulan kedua penulis melakukan tahapan kegiatan sebagai pendamping
mandor, baik mandor perawatan maupun mandor panen. Kegiatan yang dilakukan
selama menjadi pendamping mandor meliputi pengisian buku mandor mengenai
kegiatan yang akan dilakukan dan mengawasi para pekerja saat di lapang. Bulan
ketiga dan keempat penulis melakukan kegiatan pada tahapan sebagai
pendamping asisten. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyusunan rencana kerja,
mengawasi pelaksanaan kerja dan mengevaluasi hasil kerja. Jurnal harian dibuat
setiap hari untuk memastikan kegiatan penulis selama pelaksanaan magang.

5
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data, baik data primer maupun
data sekunder. Data primer diperoleh dari seluruh pekerjaan di lapangan produksi
dengan melakukan pengamatan yang terbagi atas data kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif dilakukan pengamatan pada tahap pemanenan, yaitu pengumpulan
brondolan, dan kriteria kelas panen yang dilakukan pemanen. Pada kegiatan
pengumpulan tandan ke TPH diamati ada atau tidaknya tandan afkir dan tandan
mentah, kebersihan tandan dan brondolan. Pada kegiatan pengangkutan atau
transportasi hasil diamati jenis angkutan dan ada atau tidaknya buah restan. Pada
data kuantitatif pengamatan dilakukan pada produksi kelapa sawit, bobot janjang
rata-rata (BJR), angka kerapatan panen, hanca panen, rotasi panen, dan kehilangan
panen.
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari rekapitulasi di kantor kebun dari
pengumpulan data dan informasi melalui studi pustaka. Data sekunder yang
diperoleh seperti lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim
(derajat keasaman tanah, jenis tanah, kesesuaian lahan, curah hujan, hari hujan,
lama penyinaran, dan lain-lain), luas areal dan tata guna lahan, kondisi
pertanaman, data realisasi produksi tandan buah segar, kandungan asam lemak
bebas, norma/aturan kerja di lahan, serta struktur organisasi dan manajemen
perusahaan.
Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil pengamatan
dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif dengan cara mencari nilai rata-rata dan
persentase yang kemudian dideskripsikan dengan pembanding norma baku yang
berlaku di perusahaan serta menggunakan studi pustaka. Analisis kuantitatif
menggunakan analisis statistik uji t-student yang digunakan untuk
membandingkan suatu data yang diperoleh penulis. Pengamatan yang dilakukan
adalah: (1) angka kerapatan panen (AKP) dilakukan selama enam hari pada enam
blok contoh dengan jumlah pohon yang diamati 400 pohon dengan mengamati
buah matang yang akan dipanen esok harinya, (2) pengamatan kriteria matang
panen dengan menghitung jumlah brondolan yang jatuh di piringan sebelum
tandan buah dipanen dan disesuaikan dengan ketentuan perusahaan serta
menghitung jumlah tandan matang dan tandan mentah. Jumlah tenaga kerja yang
diamati adalah 12 orang pada hari yang berbeda. Jumlah pohon yang diamati pada
setiap pemanen adalah 15 pokok dengan 3 kali ulangan, (3) pengamatan rotasi
panen dilakukan dengan menganalisis hubungan antara rotasi panen dengan
pencapaian produksi panen selama 12 hari berturut-turut pada bulan April, (4)
pengamatan produksi TBS Afdeling I yang akan dibandingkan dengan produksi
standar PPKS berdasarkan tahun tanam dan standar kesesuaian lahan S-3.
Perhitungan menggunakan uji t-student dengan software Minitab 14.

KEADAAN UMUM
Letak Geografis dan Administratif
Kebun Sei Batang Ulak merupakan kebun yang dimiliki dan dikelola oleh
PT Ciliandra Perkasa yang masuk dalam First Resources Group. Areal
perkebunan ini berlokasi di Desa Siabu, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar,

6
Provinsi Riau. Letak kebun secara geografis berada pada titik koordinat 1010 00’
29” – 1010 44’ 52” BT dan 00 13’ 27” – 00 08’ 47” LU.
Keadaan Tanah dan Iklim
Topografi areal perkebunan kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak PT.
Ciliandra Perkasa adalah bergelombang hingga berbukit, jenis tanah mineral atau
ultisol dengan standar kelas lahan S-3. Curah hujan di Kebun Sei Batang Ulak
dari periode 2007 sampai periode 2012 sebesar 2 231-3 621 mm dengan rata-rata
curah hujan sebesar 2 950.14 mm. Lama hari hujan rata-rata per tahunnya sebesar
175.14 hari dengan hari hujan terendah 154 hari pada tahun 2011 dan hari hujan
terbesar 205 hari pada tahun 2008. Dari data curah hujan tersebut mengacu pada
tipe iklim Schmidth-Ferguson, dapat disimpulkan bahwa Kebun Sei Batang Ulak
memiliki curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksi kelapa sawit
(lampiran 1).
Luas Lahan, Keadaan Tanaman dan Produksi
Luas areal kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak sebesar 6 647.71 ha
dengan luas lahan yang dapat ditanami kelapa sawit sebesar 6 481.54 ha. Luas
areal tersebut dibagi menjadi 9 (sembilan) Afdeling dan satu pabrik pengolahan
kelapa sawit (PKS) dengan kapasitas 60 ton jam-1 (Lampiran 2).
Kebun Sei Batang Ulak menggunakan bibit kelapa sawit yang berasal dari
varietas tenera, yaitu persilangan antara varietas dura dan varietas pisifera. Jenis
yang digunakan adalah progeni dari papua new guinea (PNG) dan Marihat. Pola
tanam yang digunakan adalah segitiga sama sisi 9.15 m dengan populasi rata-rata
setiap hektarnya 132 pokok tanaman kelapa sawit. Jadi total tanaman kelapa sawit
yang ditanam di Kebun Sei Batang Ulak sebanyak 861 245 pokok.
Kebun Sei Batang Ulak memiliki produksi tandan buah segar yang cukup
tinggi. Hal ini terjadi karena daya dukung yang besar, seperti varietas yang
digunakan, iklim, perawatan dan pemeliharaan serta manajemen panen yang
dilakukan. Data produksi dan produktivitas Kebun Sei Batang Ulak dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi dan produktivitas tandan buah segar Kebun Sei Batang Ulak
tahun 2006-2012
Periode
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

Luas
(ha)
5 964.49
6 254.49
6 481.54
6 481.54
6 481.54
6 481.54
6 481.54

Produksi
(ton)
123 936 130
124 035 570
112 927 040
126 538 600
127 822 750
153 627 860
153 621 980

Produktivitas
(ton/ha)
20.78
19.83
17.42
19.52
19.72
23.70
23.70

Sumber: Kantor Besar Kebun SBU (2013)

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa produksi dan produktivitas selama tujuh
tahun terakhir terus meningkat, namun pada tahun 2008 mengalami sedikit

7
penurunan, padahal luasan areal pada tahun 2008 sudah meningkat. Pada tahun
2012 juga sedikit mengalami penurunan produksi, namun produktivitas tetap
stabil.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kekuasaan tertinggi pada struktur organisasi kebun dipegang oleh general
manager. General manager membawahi beberapa asisten kepala, beberapa asisten
dan seorang kepala tata usaha. Tenaga kerja di Kebun Sei Batang Ulak terdiri dari
karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri dari general manager, asisten
kepala, asisten, kepala tata usaha dan kasi. Karyawan non staf terdiri dari PBT
(pegawai bulanan tetap), KHT (karyawan harian tetap) dan KHL (karyawan
harian lepas). Jumlah tenaga kerja di Kebun Sei Batang Ulak sampai dengan bulan
Januari 2013 sebanyak 708 orang yang terdiri dari 20 orang staf, 624 orang non
staf dan 64 orang KHL (Tabel 3). Perhitungan indeks tenaga kerja (ITK) di
Kebun SBU, yaitu sebesar 0.11, sedangkan standar ITK sebesar 0.2. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja di Kebun SBU masih kurang dari
standar.
Tabel 3 Komposisi jumlah tenaga kerja Kebun Sei Batang Ulak
Jenis tenaga kerja
Karyawan Staf

Karyawan Non Staf

Tingkatan karyawan
General Manager
Asisten Kepala
Kepala Tata Usaha
Kasi
Asisten
PBT
KHT
KHL

Jumlah

Jumlah
(orang)
1
3
1
1
15
79
545
64
709

Sumber: Kantor Besar Kebun SBU (2013)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Kegiatan teknis yang dilakukan di kebun selama magang, yaitu sebagai
karyawan harian lepas (KHL). Pekerjaan di lapangan diawali dengan mengikuti
apel pagi setiap hari kerja pukul 06.00 WIB. Apel pagi tersebut dilakukan absensi
kehadiran dan pembagian hanca panen untuk setiap pemanen. Semua kegiatan
dimulai pada pukul 07.00-12.00 WIB dan dilanjutkan kembali pada pukul 14.0016.00 WIB. Sedangkan untuk hari Jumat kegiatan dilakukan pada pukul 07.0011.30 dan dilanjutkan kembali 13.30-16.00.
Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman dengan
pemberian hara tambahan yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesuburan

8
tanah dan dapat menyebabkan produksi tanaman juga meningkat. Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemberian
pupuk dan ketersediaan unsur hara didalam tanah. Manfaat pemupukan baru akan
terlihat apabila unsur hara yang diberikan cukup tersedia bagi tanaman.
Pupuk yang digunakan dalam perkebunan kelapa sawit adalah pupuk
anorganik dan organik. Pupuk anorganik merupakan pupuk yang dikembangkan
untuk menambah hara tanaman sehingga dapat memenuhi hara tanaman yang
cukup tinggi. Pupuk organik merupakan pupuk yang bersumber pada tanaman itu
sendiri, seperti penggunaan limbah padat maupun limbah cair.
Dalam pelaksanaan pemupukan harus mengetahui dasar dari 5 T, yaitu tepat
jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara dan tepat sasaran. Prinsip utama dalam
penaburan pupuk adalah bahwa pemberian pupuk pada setiap pokoknya harus
sesuai dengan dosis yang telah di rekomendasikan oleh buku rekomendasi setiap
tahunnya. Dosis pemupukan yang dianjurkan merupakan hasil dari analisis daun
dan analisis produksi. Penaburan pupuk urea, MOP dan Kieserit dilakukan di
dalam piringan, sedangkan pupuk RPH dilakukan di luar piringan.
Jenis dan jumlah pupuk yang diperlukan harus tersedia dikebun tepat pada
waktunya. Untuk menjamin ketepatan dosis pemupukan di lapangan, pemupukan
perlu dilakukan dengan sistem untilan. Sistem untilan merupakan metode aplikasi
pupuk dengan membuat kemasan pupuk yang berukuran 50 kg menjadi kemasan
pupuk yang yang diisi sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan operasional
pemupukan di lapangan (Gambar 1). Biasanya setiap untilan memiliki berat 10-15
kg pupuk atau dihitung dari dosis per pokok tanaman. Pelaksanaan penguntilan
biasanya dilakukan di gudang pemupukan setiap afdelingnya atau di gudang bantu.
Alat yang disiapkan pada saat penguntilan, yaitu terpal sebagai alas pupuk, pisau,
takaraan pupuk, karung goni dan alat pemecah pupuk. Alat pelindung diri yang
digunakan, yaitu sarung tangan, sepatu boot dan masker. Sebelum melakukan
pengutilan, setiap mandor harus mengetahui kebutuhan pupuk yang dibututuhkan
pada setiap aplikasi.

a. Penakaran pupuk
b. Pemasukan pupuk kedalam karung
Gambar 1. Proses penguntilan pupuk
Pemupukan yang dilakukan di Kebun Sei Batang Ulak menggunakan sistem
supply point dan sistem langsir, dimana pupuk dijatuhkan pada pasar nomor dua
dari setiap tiga pasar sesuai dosis dan ada satu orang yang pelangsir atau
pengangkut pupuk kedalam ancak tanaman dan dua orang penabur. Alat yang
digunakan untuk penabur pupuk, yaitu ember, mangkok dan kain. Sedangkan alat
pelindung diri yang dipakai, yaitu sarung tangan, masker, sepatu boot dan penutup

9
kepala/topi. Dosis pupuk anorganik yang digunakan Kebun Sei Batang Ulak
sudah dikalibrasi dengan menggunakan mangkok yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Dosis pupuk anorganik kelapa sawit
Urea

RPH

MOP

Dosis
(kg phn-1)

Volume
(mangkok)

Dosis
(kg phn-1)

Volume
(mangkok)

1.00

3.00

1.00

-

1.25

3.50

1.25

1.50

4.50

1.75
2.00

Dosis
(kg phn-1)

Kieserite

Volume
(mangkok)

Dosis
(kg phn-1)

Volume
(mangkok)

1.00

2.00

1.00

1.50

-

1.25

2.25

1.25

2.00

1.50

2.00

1.50

3.00

1.50

-

-

1.75

2.25

1.75

-

1.75

-

-

2.00

2.50

2.00

-

2.00

-

Sumber: Research and Development First Resources (2013)

Janjang kosong merupakan produk sampingan dari pengolahan TBS, kirakira 20% dari hasil pengolahan TBS. Pengaplikasian janjang kosong sangat
efektif sebagai mulsa dalam mempertahankan kelembaban tanah dan menurunkan
temperatur tanah. Penggunaan limbah padat atau biasa disebut janjang kosong
untuk pemupukan diaplikasikan dengan cara meletakkan janjang kosong
ditengah-tengah antar pokok tanaman kelapa sawit dengan membuat persegi
berukuran 2m x 2m atau dengan dosis 300 kg per pokok atau 40 ton ha-1 pada
tanaman menghasilkan (TM) dan tidak boleh bertumpuk.
Janjang kosong dengan bobot 1 ton setara dengan 5 kg urea (N = 2.25 kg),
16 kg MOP (K2O = 9.69 kg), 1 kg RPH (P2O5 = 0.3 kg), 4 kg kieserit (MgO =
1.08 kg) dan hara lain. Janjang kosong diaplikasikan setiap satu tahun sekali
secara terus menerus. Alat yang dibutuhkan dalam pekerjaan janjang kosong,
yaitu angkong, dan gancu. Alat pelindung diri yang dipakai, yaitu sarung tangan,
masker, dan sepatu boot.
Limbah cair adalah air buangan pabrik yang menyebabkan pencemaran pada
media penerima. Untuk mengatasi pencemaran, air limbah pabrik harus diproses
dan dinetralisir sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah PKS banyak
mengandung senyawa anorganik dan organik. Senyawa organik lebih mudah
mengalami pemecahan dibandingkan senyawa anorganik. Bahan-bahan organik
dapat dirombak oleh bakteri, baik secara anaerobik maupun aerobik.
Pada proses fermentasi anaerobik tugas utama bakteri, yaitu memecah
berbagai macam senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana. Namun, perombakan harus dilanjutkan kembali dengan perombakan
aerobik. Setelah dilakukan semua perombakan, maka limbah dapat dialiri ke
lingkungan.
Pemupukan dengan limbah cair itu sendiri menggunakan pipa yang
dialirkan langsung dari pabrik pengolahan kelapa sawit. Setiap tempat aplikasi
limbah cair memiliki kran yang dapat mengatur besarnya volume limbah yang
dikeluarkan. Dosis aplikasi limbah cair pada tanaman kelapa sawit berkisar antara
7.15-15.00 cm atau 750-1 500 ton ha-1 tahun-1. Aplikasi limbah cair dapat di
lakukan setiap hari secara benar baik dosis maupun dosisnya. Pengaplikasian dari

10
pemupukan menggunakan limbah padat maupun cair belum dilakukan secara
menyeluruh karena terkendala kontur lahan yang berbukit.
Pembayaran pekerjaan pemupukan anorganik diberikan tergantung pada
jumlah tonase pemupukan yang dilakukan. Pemupukan anorganik menggunakan
sistem borongan, jadi jumlah pupuk yang dikerjakan dikalikan Rp 125 lalu dibagi
dengan jumlah pekerja. Untuk pekerjaan janjangan kososng dibayar berdasarkan
berapa banyak pekerja dapat membuat petak janjangan kosong di pokok. Setiap
petak janjangan kosong dibayar Rp 450 000 ha-1.
Pengendalian Gulma
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh ditempat yang salah atau yang tidak
diharapkan. Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk
meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma.
Tidak harus semua gulma dimusnahkan tapi sebaiknya dikendalikan agar tidak
ada persaingan hara antara tanaman pokok dengan gulma.
Dongkel anak kayu (DAK) adalah metode pengendalian gulma secara
manual, yaitu dengan memotong atau menebas tanaman pengganggu
menggunakan parang dan cangkul. Gulma yang banyak dipotong atau ditebas,
yaitu pisang-pisangan, keladi air, bambu, Lantana camara, Mikania micrantha,
Clidemia hirta, Chromolaena odorata dll. Goloran merupakan pengendalian
gulma secara manual untuk tanaman yang merambat, seperti sirih-sirihan
(Gambar 2). Pengendalian gulma secara manual biasanya dikerjakan oleh
karyawan harian lepas (KHL).

a. Pembabatan bambu
b. Pembabatan sirih-sirihan
Gambar 2. Pengendalian gulma secara manual
Pemeliharaan piringan, gawangan, pasar pikul, dan TPH merupakan sarana
yang terpenting dari produksi dan perawatan. Piringan merupakan tempat untuk
menyebarkan pupuk dan juga tempat brondolan berjatuhan, sehingga piringan
harus selalu bersih dari gulma. Gawangan memiliki fungsi yang hampir sama
dengan piringan, tempat jatuhnya brondolan. Pasar pikul merupakan jalan untuk
pengangkutan buah ke TPH dan menjalankan aktivitas operasional lainnya.
Sedangkan TPH adalah tempat peletakan buah sebelum diangkut menggunakan
dump truck.
Pengendalian gulma yang dilakukan di Kebun Sei Batang Ulak untuk
piringan, gawangan, pasar pikul dan TPH adalah dengan cara di semprot dengan
menggunakan herbisida. Rotasi penyemprotan untuk gawangan, yaitu 3x dalam
setahun, untuk piringan, pasar pikul dan TPH dilakukan 4x dalam setahun.

11
Penyemprotan biasanya dilakukan dengan sistem borongan, dimana penggunaan
para pekerja diatur oleh mandor perawatan sesuai dengan luasan blok yang akan
disemprot.
Dosis yang digunakan berbeda-beda tergantung angka kerapatan gulma dan
jenis gulma pada blok yang akan di semprot. Jenis gulma yang ada di Kebun Sei
Batang Ulak, yaitu Cyperus kyllingia, Cyperus rotundus, Cyperus iria, Eleusine
indica, Axonopus compressus, Imperata cylindrica, Paspalum conjugatum,
Ageratum conyzoides, Fymbristylis sp. Nephrolepis biserrata, Gleichenia linearis,
dan Cyclosorus aridus.
Alat yang digunakan untuk melakukan penyemprotan adalah knapsack
sprayer dengan kapasitas 15 l, dan nozzle polijet berwarna merah atau hitam yang
digunakan harus sesuai dengan daerah yang akan disemprot. Alat pelindung diri
harus selalu digunakan, seperti sepatu boot, mantel dan sarung tangan. Bahan
yang digunakan untuk pemeliharaan piringan, yaitu campuran antara zenus
dengan dosis 1.54 cc pokok-1 dan metafuron dengan dosis 0.07 g pokok-1. Bahan
penyemprotan untuk pasar pikul menggunakan zenus dengan dosis 100 cc ha-1
dan metafuron dengan dosis 5 g ha-1. Bahan penyemprotan untuk TPH
menggunakan campuran antara amyphosat dengan dosis 6 ml TPH-1 dan
metafuron 0.2 g TPH-1. Bahan yang digunakan untuk penyemprotan gawangan,
yaitu campuran antara zenus dengan dosis 0.25 l ha-1 dan garlon dengan dosis
0.15 gr ha-1. Bahan aktif jenis paraquat, yaitu zenus sedangkan bahan aktif yang
sistemik, yaitu amyphosat dan metafuron.
Sistem pembayaran yang dilakukan untuk pengendalian gulma secara
manual tergantung pada jenis gulma yang didongkel. Biasanya pembayaran
pengendalian gulma secara manual langsung masuk dalam premi pekerja tersebut.
Pambayaran tersebut mengikuti anggaran setiap afdelingnya. Sistem pembayaran
pengendalian gulma semprot untuk gawangan Rp 25 000 ha-1, piringan Rp 15 000
ha-1 dan pasar pikul Rp 10 000 ha-1.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit adalah metode pengendalian suatu
kehidupan organisme pengganggu. Konsep pengendaliannya dimulai dari
pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama/penyakit itu sendiri.
Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak
diantaranya ulat api, tikus dan tupai. Sedangkan masalah penyakit yang ada di
Kebun Sei Batang Ulak, yaitu penyakit busuk tandan buah (marasmius).
Pengendalian hama ulat api dilakukan dengan cara membiarkan tanaman
pakis tumbuh pada pokok sawit. Sedangkan pengendalian hama tikus dan tupai
menggunakan burung hantu dan ular kobra sebagai predator. Penempatan kandang
burung hantu dilakukan di gawangan yang ternaungi oleh pelepah kelapa sawit,
akan tetapi tidak boleh bersinggungan dengan kandang (Gambar 3). Peletakkan
kandangnya harus jauh dari jalan utama, agar tidak terlalu bising. Kepadatan
jumlah kandang burung hantu berbeda-beda. Jika tanaman menghasilkan (TM) 57 tahun, satu kandang dapat mewakili 50-60 ha, sedangkan untuk tanaman
menghasilkan (TM) diatas 7 tahun, satu kandang dapat mewakili 25-30 ha.
Peletakkan ular kobra disebar dan dibiarkan hidup dikebun sebagai penyeimbang
ekosistem.

12
Pengamatan untuk mengetahui distribusi, kepadatan, tingkat perkembangan
burung hantu dan kondisi kandang burung hantu maka perlu dilakukan sensus.
Sensus dilakukan tiga bulan sekali, meliputi kehadiran burung hantu dapat
ditandai dengan adanya bulu-bulu, kotoran, bangkai tikus, jumlah telur, anak,
anak dewasa dan dewasa.

Gambar 3. Kandang burung hantu
Penyakit busuk tandan buah (marasmius) disebabkan oleh cendawan
Marasmius palmivorus, yaitu cendawan saprofit yang umum hidup pada
bermacam-macam bahan mati/sisa-sisa makanan. Pengendalian penyakit busuk
tandan buah (marasmius) dilakukan secara teknis dengan membuang bunga dan
buah yang busuk dan menurunkan tandan yang lewat masak.
Penunasan
Penunasan kelapa sawit merupakan kegiatan pemotongan pelepah kelapa
sawit untuk memudahkan kegiatan pemanen dalam pemotongan TBS,
menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak daun dan untuk menjaga
metabolisme tumbuhan agar dapat menghasilkan produksi yang baik. Penunasan
juga dapat berpengaruh terhadap status hara dalam daun. Selain itu,penunasan
dilakukan untuk sanitasi tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak
sesuai dengan perkembangan hama dan penyakit. Penunasan biasanya dilakukan 3
kali dalam setahun.
Sistem penunasan di Kebun Sei batang Ulak ada dua, yaitu tunas periodik
dan progresif. Tunas pokok secara periodik dilakukan dengan rotasi 9 (sembilan)
bulan sekali sehingga dalam satu tahun menjadi 1.3 rotasi. Penunasan secara
periodik dilaksanakan berdasarkan banyaknya produksi, jika buah sedang banyak
maka yang digunakan adalah sistem periodik dengan menggunakan pekerja
khusus penunasan. Tunas pokok secara progresif dilakukan secara langsung oleh
tenaga pemanen (bukan pekerja tunas khusus) dan dilakukan bersamaan saat
melakukan panen dengan tetap mengacu pada prinsip dasar jumlah pelepah
produktif yang masih harus dipertahankan sesuai ketentuan. Penunasan progresif
biasa digunakan pada saat buah sedang trek.
Tajuk kelapa sawit yang terbentuk dalam setiap bulannya berjumlah 1-3
buah, tergantung umur dan pertumbuhan tanaman. Setiap tajuk kelapa sawit
mendukung pembentukan kedudukan daun/pelepah yang susunannya mmbentuk
spiral. Filotaksi daun memiliki rumus 3/8, artinya setiap mengelilingi 3 kali spiral
terdapat sebanyak 8 daun. Perputaran spiral ada yang ke kanan ada juga yang ke

13
kiri tergantung dari genetik tanaman kelapa sawit tersebut. Pelepah kelapa sawit
harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman tersebut.
Pelepah yang telah di potong harus disusun rapi di gawangan mati dengan
lebar 2 m dan pelepah tidak boleh berada di piringan maupun di parit/sungai. Jika
gawangan mati tidak berparit, maka pelepah tidak perlu di potong melainkan
disusun memanjang searah barisan. Namun, jika gawangan mati berparit maka
pelepah harus dipotong terlebih dahulu. Dalam penyusunan peletakkan pelepah
pada gawangan mati diusahakan harus seragam agar tidak berserakan dan melebar.
Leaf Sample Unit (LSU)
Leaf sample unit (LSU) merupakan unit areal dimana contoh daun diambil
dan dianalisa di laboratorium. Hasil analisa tersebut merupakan salah satu
komponen yang sangat penting dalam penentuan rekomendasi dosis pemupukan
pada areal tersebut. Pada pelaksanaan LSU, data yang diambil harus memiliki
kondisi yang relatif seragam dalam hal umur tanaman, tipe tanah, tindakan
agronomi, drainase, topografi dan bahan tanam yang digunakan.
Pohon yang akan diambil sebagai pohon contoh harus memenuhi syarat, jika
tidak memenuhi syarat harus mengambil pohon barisan depannya atau belakang.
Pohon yang tidak memenuhi syarat sebagai pohon contoh, antara lain:
1. Pohon yang terletak dipinggir jalan, sungai/parit dan perumahan
2. Pohon sisipan
3. Pohon kerdil
4. Pohon steril
5. Pohon terserang hama dan penyakit
6. Pohon yang tumbuh miring dilahan datar
7. Pohon yang pelepah ke-17 tidak ada/ rusak
8. Pohon abnormal
Pelaksanaan pengambilan contoh daun dilakukan dengan sistem
“perhitungan tertentu” tergantung luas blok yang akan diambil contohnya.
Pengambilan pohon contoh dilakukan antara pukul 07.00-12.00 WIB dan tidak
pada saat hujan. Setiap blok minimal harus mengambil 25 pohon contoh. Blok
yang bisa dilakukan LSU adalah blok yang memiliki luas diatas 10 ha. Baris yang
pertama kali diambil contohnya adalah baris ketiga, pada pokok pertama baris
ketiga harus diberi tanda panah keatas dan pelepah yang diambil sebagai pokok
contoh, yaitu pokok tanaman nomor lima dalam baris. Pokok contoh tersebut
diberi angka satu, karena sebagai pokok contoh pertama. Setiap contoh daun yang
akan diambil adalah daun ke 17 dan diambil empat daun, dua dari sisi kanan dan
dua dari sisi kiri yang diambil dari batang berbentuk seperti buntut kadal. Ambil
daun dengan panjang kurang lebih 15 cm, kemudian dibersihkan menggunakan
lap atau kain. Kemudian contoh pokok pohon berikutnya yang diambil mengikuti
sistem yang digunakan, jika sistem yang digunakan 12 x 10, maka 10 tanaman
selanjutnya diambil sebagai pokok contoh. Jika dalam satu baris sudah selesai
maka harus mengambil baris nomor 12 berikutnya dan pokok yang terakhir diberi
tanda panah ke kanan. Pengambilan pokok contoh dilakukan sampai mendapatkan
contoh pokok yang dianjurkan. Penandaan pada pokok contoh dimaksudkan agar
untuk LSU berikutnya tinggal mengikuti saja. Pembayaran untuk kegiatan LSU
kali ini, yaitu Rp 3 000 ha-1.

14
Alat-alat yang diperlukan dalam pelaksanaan LSU, yaitu egrek, parang, kuas,
plastik, cat minyak, formulir pengamatan LSU dan alat tulis. Formulir
pengamatan digunakan untuk mengamati semua pokok tanaman kelapa sawit pada
baris yang ditentukan oleh sistem yang digunakan. Formulir pengamatan pokok
sawit berisi tentang keadaan pokok yang diamati, apakah pokok tersebut sehat
atau sakit, mengalami defisiensi pupuk apa yang terlihat lebih dominan.
Panen
Pemanenan kelapa sawit merupakan proses pemotongan tandan buah segar
(TBS) yang sesuai dengan kriteria matang panen dan mengantarkannya ke pabrik
sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu yang tepat tanpa menimbulkan
kerusakan pada tanaman (Gambar 4). Cara yang tepat akan mempengaruhi
kuantitas produksi (ekstraksi), sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi
kualitas produksi (asam lemak bebas).
Persiapan sebelum melakukan panen dilakukan untuk dapat menjamin
tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang
dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan panen, yaitu (1)
persiapan kondisi areal, (2) penyediaan tenaga kerja, (3) pembagian ancak, dan (4)
penyediaan alat-alat kerja.
Kebutuhan tenaga potong buah harus mengacu pada kebutuhaan tenaga
pada saat penen puncak. Jumlah tenaga potong buah dapat diperoleh dengan
memperhitungkan faktor kerapatan buah. Apabila terjadi musim trek, yaitu musim
dimana buah matang yang dapat dipanen sedikit, maka sebagian karyawan potong
buah dialihkan pekerjaannya di penunasan. Biasanya, hal ini terjadi pada semester
1. Rotasi panen yang dibuat tiap afdelingnya disusun menjadi 6 hari atau biasa
disebut dengan keveld. Kaveld merupakan luasan panen yang terdiri dari blokblok panen yang dibuat untuk mempermudah pindah ancak dari satu blok ke blok
lain, mempermudah kontrol asisten dan mandor, serta transpor TBS lebih efisien.
Setiap pemanen biasanya memiliki kemampuan panen hingga 3 ha.

a. Pemotongan TBS
b. Pengutipan brondolan
Gambar 4. Proses pemanenan tandan buah segar
Perhitungan jumlah kebutuhan tenaga panen:
Kebutuhan tenaga panen = A x B x C x D
E

15
Keterangan: A = Luas Blok yang akan di panen
B = Kerapatan panen
C = Rata-rata berat buah (kg)
D = Populasi tanaman/ha
E = Kapasitas panen/HK
Sistem penentuan ancak panen yang digunakan, yaitu ancak tetap. Ancak
tetap adalah ancak yang telah ditetapkan oleh mandor untuk setiap pemanen.
Kelebihan dari ancak tetap, yaitu tanggung jawab pemanen terhadap ancak tinggi
dan kondisi areal relatif bagus karena kesalahan dapat dideteksi dengan mudah.
Sedangkan kekurangan dari penggunaan ancak tetap, yaitu pelaksanaan potong
buah tidak mengacu pada banyak atau sedikitnya buah karena luas ancak telah
ditentukan, distribusi buah menyebar karena kekuatan karyawan berbeda, transpor
kurang efektif karena buah lambat keluar/menyebar.
Angka kerapatan panen (AKP) merupakan metode untuk memperkirakan
banyaknya buah pada taksasi penen esok harinya. Pengambilan contoh AKP
diambil 10% dari blok yang akan dipanen. Penghitungan AKP dapat dilihat
dibawah ini:
AKP = Jumlah tandan yang akan dipanen x 100 %
Jumlah pohon contoh
Efisiensi panen juga dilakukan setiap hari untuk mengetahui kehilangan
panen. Pengambilan efisiensi panen dilakukan ada blok ynag telah dipanen pada
hari itu juga. Cara pengambilan data efisiensi panen, yaitu dengan mengambil 3
ha luasan contoh dari luasan blok yang telah dipanen, kemudian hitung tandan
yang dipanen dan berapa banyak brondolan yang tidak terkutip. Penghitungan
efisiensi panen, sebagai berikut:
EP = (A x B) + A x 100%
CxD
Keterangan: A = Brondolan yang tidak terkutip (kg)
B = Tandan yang tertinggal
C = Jumlah tandan yang dipanen
D = Bobot janjang rata-rata berdasarkan tahun tanam
Sebelum pemanen melakukan pemanenan, biasanya diadakan apel oleh
mandor dan asisten pada pukul 06.00 WIB untuk selalu mengingatkan pemenen
jangan memotong tandan mentah, brondolan harus bersih, brondolan harus ditaruh
di dalam karung dan peletakkan TBS harus lima baris. Alat-alat yang digunakan
untuk pemanenan kelapa sawit, yaitu pisau egrek, gagang pisau egrek (fiber),
kapak, gancu dan angkong (Gambar 5). Sedangkan alat yang digunakan untuk
bongkar muat TBS, yaitu tojok, goni, dan tali nilon. Kendaraan yang digunakan
pada saat pengangkutan TBS, yaitu menggunakan dump truk (Gambar 6).
Pemanen harus memanen buah yang matang dan hasil buah yang telah dipanen
harus langsung dibawa ketempat pengumpulan hasil (TPH) dan diberi nomor
potong setiap tandannya agar memudahkan proses penghitungan buah pada saat
pengangkutan. Brondolan harus selalu dikutip dengan bersih dan dimasukkan ke
dalam karung dan diletakkan disamping antrian TBS. Pelepah yang telah dipotong
harus diletakkan pada gawangan mati, agar ancak tetap bersih.

16
Pengangkutan tandan kelapa sawit harus selalu didampingi kerani buah
untuk dapat mencatat hasil janjang yang telah dipanen dan melihat kualitas
janjang setiap pemanennya. Kerani buah hanya menerima dan mencatat TBS yang
ada di TPH. TBS yang diangkut hanya TBS yang matang saja, namun keadaan di
lapang TBS yang lewat matang masih bisa diangkut. Pengangkutan TBS harus di
sertai dengan pengutipan brondolan di TPH, jadi TPH harus bersih dari brondolan.
Pengangkutan TBS menggunakan dump truck mampu mengangkut TBS sebanyak
5-7 ton. Setiap pemuat biasanya memiliki kemampuan kerja hingga 15 ton orang-1.

a.

c.

b.

d.
a) Pisau egrek, b) Kapak, c) Gancu, d) Angkong
Gambar 5. Alat-alat pemanenan

Gambar 6. Dump truck
Basis pekerjaan pemanenan di Kebun Sei Batang Ulak adalah 900 kg. Jika
pemanen mendapatkan lebih dari 900 kg, maka pemanen mendapatkan upah lebih
basis. Basis pertama 500 kg, basis kedua 500 kg dan basis ketiga semua sisa yang
dipanen. Setiap basis memiliki perkalian rupiah yang berbeda, untuk basis
pertama dikalikan Rp 30, lebih basis kedua Rp 35 dan sisanya dikalikan Rp 40,
untuk insentif panen pokok tinggi ditambah Rp 3 000 dan jika ada yang memanen
tandah mentah dikenakan denda Rp 10 000 tandan-1. Sedangkan basis untuk
pemuat adalah 4 000 kg, lebih basis pertama 1 667 kg dikalikan Rp 4, lebih basis
kedua 1 667 kg dikalikan Rp 5.5 dan lebih basis ketiga dikalikan Rp 7. Basis

17
untuk supir pengangkut TBS adalah 12 000 kg, lebih basis pertama 5 000 kg
dikalikan Rp 2, lebih basis kedua 5 000 kg dikalikan Rp 3.5, dan lebih basis ketiga
5 000 kg dikalikan Rp 5, jika libur langsung dikalikan Rp 6.5.
Contoh perhitungan premi pemanen untuk tahun tanam 1993:
Tonase yang didapat = 3 450 kg
Brondolan 10% = 345 kg
Basis = 900 kg
Jumlah premi

= tonase – basis – brondolan
= 3 450 kg – 900 kg – 345 kg = 2 205 kg
Brondolan
= 345 kg x Rp 130 = Rp 44 850
Lebih basis I = 500 kg x Rp 30 = Rp 15 000
Lebih basis II = 500 kg x Rp 35 = Rp 17 500
Lebih basis III = (2 205 kg – lebih basis I – lebih basis II) x 40
= Rp 48 200
Insentif pokok tinggi = Rp 3000
Jumlah premi yang didapatkan =
Brondolan + (lebih basis I + II + III) + insentif pokok tinggi = Rp 128 550
Aspek Manajerial
Sei Batang Ulak membagi karyawan menjadi dua golongan yaitu staf dan
non-staf. Staf terdiri atas General Manager, Senior Assistant (Asisten Kepala),
Assistant Division (Asisten Afdeling) dan KTU dan Kasi. Karyawan non-staf
terdiri dari PBT (pekerja bulanan tetap), KHT (karyawan harian tetap) dan KHL
(karyawn harian lepas). KHT terdiri atas mandor, krani dan pekerja/karyawan.
Sedangkan jabatan PBT hanya diberikan kepada mandor, krani atau sopir yang
telah dipilih oleh perusahaan. Kegiatan manajerial yang dilakukan selama magang
adalah sebagai pendamping mandor dan pendamping asisten dengan rincian
sebagai berikut:
Pendamping Mandor
Mandor adalah karyawan non-staf yang jabatannya berada langsung
dibawah asisten. Mandor bertanggungjawab di lapangan (aspek teknis), selain
mandor juga terdapat krani yang membantu administrasi di tingkat afdeling. Apel
ini dipimpin oleh masing-masing anggotanya dan asisten menambahkan apabila
ada informasi lain, untuk para mandor dan krani dilakukan didalam kantor
Afdeling. Apel pagi dimulai pukul 06.00 WIB di depan kantor Afdeling.
Pekerjaan y