Analisis produktivitas kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau

ANALISIS PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI BATANG ULAK
PT CILIANDRA PERKASA RIAU

ANINDYA PUTRI YULINUR HAPSARI
A24090156

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Produktivitas
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra
Perkasa, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Anindya Putri Yulinur Hapsari
NIM A24090156

ABSTRAK
ANINDYA PUTRI YULINUR HAPSARI. Analisis Produktivitas Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Riau.
Dibimbing oleh ABDUL QADIR dan ADE WACHJAR.
Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam
memahami proses budidaya kelapa sawit secara aktual di lapangan, memperoleh
pengalaman secara teknis dan manajerial serta menyelaraskan antara teori dengan
praktik di lapangan serta menganalisis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
produktivitas kelapa sawit. Kegiatan magang dilakukan di Kebun Sei Batang
Ulak, PT Ciliandra Perkasa, First Resources Limited, Riau pada bulan FebruariJuni 2013. Produktivitas kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak berdasarkan hasil
analisis dipengaruhi oleh hari kerja, umur tanaman, output panen, suhu dan lama
penyinaran matahari. Nilai koefisien determinasi (R2Adj) dalam analisis regresi
linier berganda adalah 99.4% yang berarti bahwa sebanyak 99.4% variasi variabel

terikat (produktivitas) dapat diterangkan oleh variabel bebas (hari kerja, umur
tanaman, output panen, hari hujan, curah hujan, suhu, kelembaban, lama
penyinaran matahari dan kecepatan angin) yang terdapat dalam model persamaan.
Produktivitas tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak mendekati standar
potensi produktivitas rata–rata/siklus varietas marihat (24 ton ha–1) yaitu sebesar
23.701 ton ha–1.
Kata kunci: hari kerja, iklim, regresi linier berganda, umur tanaman

ABSTRACT
ANINDYA PUTRI YULINUR HAPSARI. Productivity Analysis of Oil Palm
(Elaeis guineensis Jacq.) at Sei Batang Ulak Estate, PT Ciliandra Perkasa,
Kampar, Riau. Supervised by ABDUL QADIR and ADE WACHJAR.
Internship activities aims to improve the ability to understand the actual oil
palm cultivation in the field, gain technical and managerial experience as well as
aligning theory with practice in the field and analyze the factors that have
influenced the productivity of oil palm. This internship implemented at Sei Batang
Ulak Estate, PT Ciliandra Perkasa, First Resources Limited, Riau in FebruaryJune 2013. Productivity of oil palm at Sei Batang Ulak estate based on analysis
result affected by harvester working day, age of plant, crop output, temperature
and duration of sun exposure. The coefficient of determination (R2Adj) in
multiple linear regression analysis was 99.4%, which means that as many as

99.4% of variation dependent variable (productivity) can be explained by the
independent variables (weekdays, age of plant, crop output, rainy days, rainfall,
temperature, humidity, duration of sun exposure and wind speed) are contained in
the model equations. Productivity of oil palm in Sei Batang Ulak estate
approaching the average standards of potential productivity of marihat varieties
(24 ton ha–1) that is equal to 23.701 ton ha–1.
Keywords: age of plant, climate, harvester working day, multiple linear regression

ANALISIS PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI BATANG ULAK
PT CILIANDRA PERKASA RIAU

ANINDYA PUTRI YULINUR HAPSARI
A24090156
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Produktivitas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di
Kebun Sei Batang Ulak, PT. Ciliandra Perkasa, Riau
Nama
: Anindya Putri Yulinur Hapsari
NIM
: A24090156

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Qadir, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Ade Wachjar, MS
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam magang yang dilaksanakan pada bulan Februari – Juni 2013 ini
ialah analisis produktivitas, dengan judul “Analisis Produktivitas Tanaman Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Kebun Sei Batang Ulak, PT. Ciliandra Perkasa,
Riau”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Dr Ir Abdul Qadir, MSi sebagai pembimbing satu skripsi dan Bapak
Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku pembimbing dua skripsi sekaligus sebagai
pembimbing akademik serta Bapak Dr Ir Supijatno, Msi sebagai dosen
penguji skripsi penulis atas segala bimbingannya, baik berupa saran maupun

masukan selama penulis menyelesaikan karya ilmiah.
2. Bapak T.R. Tarigan selaku Group Manager PT Ciliandra Perkasa yang telah
memberikan izin lokasi magang.
3. Bapak Hendri Agustin, Bapak Sabar H. Purba dan Bapak Syahmeinan Lubis
selaku Asisten Kepala PT Ciliandra Perkasa yang telah memberikan
bimbingan dan arahan selama kegiatan magang berlangsung.
4. Bapak Adam Harahap, Bapak Jawoto, Bapak Erwin Syahputra dan Bapak
Heri Muhriadi selaku asisten di PT Ciliandra Perkasa serta seluruh staf PT
Ciliandra Perkasa dan First Resources Ltd yang telah membantu selama
kegiatan magang dan pengumpulan data serta Badan Meteorologi dan
Geofisika Pusat Jakarta atas data iklim yang dibutuhkan penulis.
5. Keluarga inti penulis (Bapak Bambang Dwi Suharmoko, Mama Ninik
Agustiny, Mbak Ayudia Yuninoor Hapsari, Dek Adi Aufarachman Putra
Bambang Dwi), dan keluarga besar Marmin Martoadmodjo dan Sumo
Saribah atas doa, dorongan semangat, kasih sayang dan perhatiannya
6. SOCRATES AGH 46, SINABUNG 89, SOSKEMAH Keluarga 46, AGH 47,
11, Dafid Kurniawan, Sapta Yanuari Husain, Nadya Fathlia Mardhani
Fathoni, Dewi Intan PH, Amajida BI, Adisthya AN, Aktris Mauliddian dan
sahabat–sahabat penulis lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu atas
persahabatan dan kekeluargaannya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014
Anindya Putri Yulinur Hapsari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Magang

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani Kelapa Sawit

2

Syarat Tumbuh


4

Fungsi Produksi Cobb-Douglas

4

METODE MAGANG

6

Tempat dan Waktu

6

Metode Pelaksanaan

6

Pengamatan dan Pengumpulan Data


6

Analisis Data dan Informasi

6

KEADAAN UMUM

7

Keadaan Iklim dan Tanah

7

Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan

8

Keadaan Tanaman dan Produksi


8

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

8

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek Manajerial
PEMBAHASAN

9
9
22
24

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik pada Model Produktivitas

24

Analisis Produktivitas Kelapa Sawit Kebun Sei Batang Ulak

26

KESIMPULAN DAN SARAN

32

Kesimpulan

32

Saran

33

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

33
35

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Produksi dan produktivitas TBS tahun 2008-2012
Posisi dan jumlah tenaga kerja PT Ciliandra Perkasa tahun 2013
Program pemupukan di Kebun Sei Batang Ulak tahun 2013
Dosis herbisida pada pengendalian gulma dengan chemis
Penomoran dan penandaan pohon contoh Leaf Sampling Unit di Kebun
Sei Batang Ulak
Kriteria panen Kebun Sei Batang Ulak
Ketentuan perhitungan premi pekerjaan pemanenan di Kebun Sei
Batang Ulak tahun 2013
Nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan Durbin Watson (DW)
Hasil pengujian regresi linier berganda pada produktivitas kelapa sawit
di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa tahun 2008-2012

8
9
10
13
17
18
20
25
27

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kegiatan pemupukan
Pemupukan organik
Penyiangan gulma manual
Pengendalian gulma secara kimia
Sarang burung hantu (gupon)
Pelaksanaan LSU
Pelaksanaan panen
Kegiatan PKS
Hasil pola sebaran pada plot hubungan antara produktivitas dengan
tenaga kerja, umur tanaman, output panen, hari hujan, curah hujan,
suhu, kelembaban, lama penyinaran, dan kecepatan angin
Diagram perbandingan produktivitas kelapa sawit Kebun Sei Batang
Ulak dengan produktivitas PPKS pada kesesuaian lahan S3 tahun 2012
Grafik perbandingan produktivitas kelapa sawit dengan HK di Kebun
Sei Batang Ulak
Grafik perbandingan produktivitas kelapa sawit dengan umur tanaman
di Kebun Sei Batang Ulak
Grafik perbandingan produktivitas kelapa sawit dengan output panen
di Kebun Sei Batang Ulak
Pola hari hujan di Kebun Sei Batang Ulak
Pola curah hujan di Kebun Sei Batang Ulak

11
12
13
14
15
17
21
22

25
26
27
28
29
30
31

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di Kebun
Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa
2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun
Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa
3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun
Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa
4 Peta Kebun Sei Batang Ulak PT Ciliandra Perkasa
5 Data curah hujan Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa tahun
2004-2012
6 Areal konsensi lahan Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa
7 Struktur organisasi Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa
8 Riwayat Hidup

36
37
38
40
41
42
43
44

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan minyak kelapa sawit (CPO) untuk keperluan pangan,
industri dan sumber energi lain tiap tahun semakin meningkat. Indonesia sebagai
salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia terus berupaya
meningkatkan produksi dan produktivitas kelapa sawitnya. Luas areal perkebunan
kelapa sawit menurut Herman et al. (2009) sejak tahun 1980 hingga tahun 2009
meningkat dengan laju rata-rata 12.30%. Luas areal pertanaman kelapa sawit
Indonesia tahun 2008 sekitar 7.4 juta hektar dengan total produksi sekitar 18 juta
ton crude palm oil (CPO) yang terdiri atas Perkebunan Besar Nasional seluas 603
ribu ha dengan produksi 1.9 juta ton CPO, Perkebunan Rakyat seluas 2.8 juta ha
dengan produksi 6.9 juta ton CPO, dan Perkebunan Besar Swasta seluas 3.8 juta
ha dengan produksi 8.6 juta ton CPO. Volume ekspor CPO tahun 2008 adalah 18
juta ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 14.1 juta. Produktivitas CPO kelapa
sawit nasional hingga 2011 adalah 3.52 ton ha-1 (Ditjenbun 2012). Negara tujuan
ekspor utama adalah India, China dan negara-negara di Eropa.
Produktivitas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara totalitas
keluaran pada waktu tertentu dengan totalitas masukan selama periode tersebut,
atau suatu tingkat efisiensi dalam memproduksi barang atau jasa (Filippo 1994).
Usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit harus dilakukan agar
bisa menekan laju pembukaan lahan. Usaha untuk meningkatkan produktivitas
kelapa sawit dapat dilakukan dengan menganalisis berbagai faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit. Analisis berbagai faktor tidak dapat
dilakukan dengan mudah karena banyak faktor yang mempengaruhi analisis
tersebut. Pahan (2008) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit. Faktor pertama
adalah faktor innate yaitu faktor genetik tanaman. Faktor kedua adalah faktor
induce yaitu faktor yang mempengaruhi sifat genetik tanaman dengan melakukan
manipulasi faktor lingkungan untuk mendukung sifat genetik tanaman tersebut.
Faktor ketiga adalah faktor enforce yaitu faktor lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan oleh manusia secara langsung yang bisa bersifat merangsang dan
atau menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman.
Produksi yang maksimum akan didapatkan apabila seluruh faktor produksi
diusahakan pada kondisi yang optimum karena faktor penentu produksi tersebut
saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Optimasi yang kurang pada
salah satu faktor atau lebih dapat mempengaruhi pencapaian produksi. Iklim
merupakan faktor lingkungan yang besar pengaruhnya terhadap tanaman. Oleh
sebab itu informasi berupa keterangan tentang iklim akan sangat diperlukan untuk
dapat melakukan usaha optimasi di bidang kegiatannya serta menghindari akibat
yang tidak diinginkan sehingga cuaca dan iklim tidak menjadi faktor pengganggu
maupun bencana (Handoko 1995).

2
Tujuan Magang
Tujuan magang terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
magang adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam memahami proses
budidaya kelapa sawit secara aktual di lapangan, memperoleh pengalaman secara
teknis dan manajerial serta menyelaraskan antara teori dengan praktik di lapangan.
Tujuan khusus magang adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi produktivitas kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Pohon kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri atas dua jenis yaitu Elaeis
guineensis dan Elaeis oleifera. Elaeis guineensis atau yang populer disebut
sebagai kelapa sawit Afrika merupakan yang terluas sebaran pembudidayaannya.
Elaeis oleifera atau kelapa sawit Amerika sekarang ini mulai dibuidayakan pula
untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik. Pohon kelapa sawit
Afrika berhasil didomestikasikan di Afrika Barat. Pohon kelapa sawit Amerika
berasal dari Amerika Selatan (Brasilia). Tanaman kelapa sawit merupakan
tanaman monokotil (Pahan 2008).
Kelapa sawit memiliki empat jenis akar serabut yang biasa disebut feeder
roots, yaitu akar primer, akar sekunder, akar tertier dan akar kuarter. Akar primer
berdiameter 4 – 10 mm yang tumbuh dari pangkal batang pada kedalaman
20 – 60 cm di bawah permukaan tanah. Akar sekunder adalah akar yang muncul
dari akar-akar primer, berdiameter 2 – 4 mm dan tumbuh vertikal menuju
permukaan tanah. Akar tertier tumbuh pada akar sekunder yang dekat dengan
permukaan tanah, berdiameter 1 – 2 mm dengan panjang 10 – 15 cm serta tumbuh
secara horizontal. Akar kuarter merupakan akar yang letaknya paling dekat
dengan permukaan tanah, berdiameter 0.5 mm dengan panjang 2 cm yang
berfungsi sebagai penyerap unsur hara dan air dari tanah. Keempat jenis akar
tersebut bersama-sama membentuk semacam anyaman (Sunarko 2007).
Batang kelapa sawit berbentuk silindris dan memiliki diameter batang yang
bervariasi yaitu antara 35 – 75 cm. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai
maksimum 30 m. Pada pertumbuhan awal, batang kelapa sawit tidak
menunjukkan pertambahan panjang (internodia). Batang kelapa sawit
menunjukkan pertambahan panjang setelah berumur 4 tahun (Sastrosayono 2006).
Batang kelapa sawit memiliki tiga fungsi utama, yaitu pertama sebagai struktur
pendukung daun, bunga dan buah; kedua sebagai sistem pembuluh yang
mengangkut air dan hara mineral dari akar serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari
daun ke bawah; dan ketiga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan
(Pahan 2008).
Pada bagian pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan
keras di kedua sisinya. Anakan daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua hingga
ujung daun. Pada bagian tengah setiap anakan daun terdapat lidi. Tanaman kelapa
sawit mengeluarkan dua daun setiap bulan. Anakan daun pada daun normal
berjumlah 80 – 120 helai. Kelapa sawit memiliki kedudukan daun (phylotaxis)

3
tiga per delapan yang artinya dalam tiga putaran terdapat delapan helai daun.
Letak daun kesembilan tepat berada pada satu garis dengan daun pertama. Setiap
tahun, tanaman kelapa sawit mampu mengeluarkan 20 – 24 helai daun
(Sastrosayono 2006).
Susunan bunga kelapa sawit terdiri atas bunga jantan dan bunga betina pada
satu tanaman (monoecious) dan letaknya berada pada ketiak daun (setiap ketiak
daun terdapat satu bunga jantan atau bunga betina). Bunga muncul setelah kelapa
sawit berumur lebih dari tiga tahun. Tipe penyerbukan pada kelapa sawit adalah
penyerbukan silang (cross polination). Masa reseptif bunga betina adalah 72 jam
sedangkan pada bunga jantan masa untuk membuahi bunga betina adalah 24 jam.
Perbandingan bunga jantan dan bunga betina atau sex ratio tanaman kelapa sawit
bergantung pada pupuk dan ketersediaan air (bulan basah dan bulan kering)
(Sunarko 2007).
Buah kelapa sawit menempel pada tandan dengan bentuk oval dan memiliki
empat lapisan yaitu eksokarp, mesokarp (crude), endokarp (batok), dan
endosperma/inti (kernel). Varietas kelapa sawit menurut Pahan (2008) dapat
dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah atau warna kulit buah.
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah dikenal 3 tipe kelapa sawit
yaitu Dura, Psifera dan Tenera. Dura mempunyai tempurung yang cukup tebal
(2 – 8 mm) dan daging buah relatif tipis. Psifera hampir tidak mempunyai
tempurung tetapi daging buahnya tebal. Tenera merupakan hasil persilangan
antara Dura × Psifera yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan saat ini.
Tenera mempunyai tempurung yang tipis dan persentase daging buah terhadap
buahnya tinggi (60 – 90 %). Berdasarkan warna kulit buah dikenal 3 tipe yaitu
Nigrescens (berwarna ungu sampai hitam saat muda dan menjadi jingga kehitamhitaman saat masak, banyak ditanam di perkebunan), Virescens (berwarna hijau
saat muda dan menjadi jingga kemerahan saat masak, jarang dijumpai di
lapangan), dan Albescens (berwarna keputih-putihan saat muda dan menjadi
kekuningan dan ujungnya ungu kehitaman saat masak, varietas ini jarang
dijumpai).
Kematangan buah dapat dibedakan menjadi dua yaitu matang morfologis
(buah telah sempurna bentuknya serta kandungan minyaknya optimal) dan matang
fisiologis (kematangan buah sudah lebih lanjut dan telah siap untuk tumbuh dan
berkembang, biasanya satu bulan setelah matang fisiologis). Menurut Pahan
(2008) sampai saat ini kriteria kematangan buah yang sangat penting dalam proses
pemanenan ditentukan berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh ke piringan,
yaitu satu sampai dua brondolan per kilogram tandan buah. Buah matang yang
dipanen disebut tandan buah segar (TBS).
Biji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah dan sering
disebut noten atau nut yang memiliki berbagai ukuran bergantung pada tipe
tanaman (Lubis 2008). Biji kelapa sawit terdiri atas cangkang, embrio dan inti
atau endosperma. Embrio panjangnya 3 mm berdiameter 1.2 mm berbentuk
silindris seperti peluru dan memiliki dua bagian utama. Bagian yang tumpul
permukaannya berwarna kuning dan bagian lain berwarna kuning muda.
Endosperm merupakan cadangan makanan bagi embrio.

4
Syarat Tumbuh
Tanaman kelapa sawit mempunyai lingkungan tumbuh tersendiri atau biasa
disebut syarat tumbuh agar kelapa sawit menghasilkan minyak yang berkualitas
baik dan memiliki produktivitas tinggi. Beberapa faktor yang dinilai sebagai
syarat tumbuh tanaman kelapa sawit adalah kondisi iklim, bentuk wilayah dan
kondisi tanah. Syarat tumbuh berdasarkan kondisi iklim adalah tanaman kelapa
sawit dapat tumbuh baik pada suhu udara 27 oC dengan suhu maksimum 33 oC
dan suhu minimum 22 oC. Jumlah curah hujan optimal berikisar
1 750 – 2 500 mm tapi masih memungkinkan pada 1 250 – 3 000 mm yang merata
sepanjang tahun (bulan kering < 3 bulan). Lama penyinaran matahari yang
optimal adalah 6 jam hari-1. Kelembaban nisbi untuk kelapa sawit berkisar
50 – 90 % (optimal pada 80%). Ketinggian tempat untuk pengembangan kelapa
sawit adalah < 400 m di atas permukaan laut [dpl] (PPKS 2003). Kecepatan angin
yang optimal adalah 5 – 6 km jam-1 (Lubis 2008).
Bentuk wilayah yang sesuai untuk pertanaman kelapa sawit adalah datar
hingga bergelombang dengan kemiringan lereng 0 – 8 %, dan bergelombang
hingga berbukit dengan kemiringan lereng (8 – 30 %). Kelapa sawit tumbuh dan
berproduksi baik pada jenis tanah Ultisol, Entisol, Inceptisol, Andisol dan
Histosol. Tekstur tanah yang paling ideal adalah lempung berdebu, lempung liat
berdebu dan lempung berpasir. Kedalaman efektif tanah > 100 cm dengan pH
optimal pada kisaran 5.0 – 6.0. Kelas keseuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit
yang sangat sesuai dan dapat berproduksi baik adalah kelas kesesuaian lahan S1,
lahan ini tidak memiliki atau maksimal memiliki satu faktor pembatas ringan.
Kelas kesesuaian lahan S2 (sesuai) yaitu lahan-lahan yang memiliki lebih dari
satu faktor pembatas ringan atau maksimal satu faktor pembatas sedang. Kelas
kesesuaian lahan S3 (agak sesuai) yaitu lahan-lahan yang memiliki faktor
pembatas sedang lebih dari satu atau lahan yang memiliki faktor pembatas berat
tidak lebih dari satu (PPKS 2003).
Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Fungsi produksi menurut Soekartawi (1991) adalah hubungan antara faktor
produksi (input) dengan produksi (output). Masing-masing faktor mempunyai
fungsi yang berbeda tetapi saling terikat satu sama lain. Tidak tersedianya salah
satu faktor maka akan menyebabkan tidak lancarnya proses produksi. Salah satu
bentuk fungsi produksi yang umum digunakan adalah fungsi produksi
Cobb-Douglas.
Kelebihan dari fungsi produksi Cobb-Douglas antara lain menghasilkan
pendugaan koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran perubahan
output akibat penggunaan input produksi (elastisitas produksi). Besaran elastisitas
produksi tersebut sekaligus menunjukkan besarnya respon output terhadap
perubahan proporsional input yang disebut dengan skala usaha (returns to scale).
Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang
melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel tersebut adalah variabel dependen
(Y) dan variabel independen (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya
dengan cara regresi yaitu variasi dari Y akan dipengaruhi variasi dari X.
Kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku pada penyelesaian fungsi produksi

5
Cobb-Douglas. Secara matematis fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dituliskan
dengan persamaan:
Y = aX1b1X2b2... Xibi... Xnbn eu
= aπXibi e u ........................ (1.1)
Keterangan:
Y
= variabel yang dijelaskan (dependen)
X
= variabel yang menjelaskan (independen)
a, b
= besaran yang akan diduga
u
= kesalahan (disturbance term)
e
= logaritma natural, e = 2.718
Persamaan tersebut memperlihatkan nilai b1, b2, bi ... bn tetap walaupun
variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini karena b1, b2, bi ... bn pada
fungsi produksi Cobb–Douglas juga menunjukkan elastisitas X terhadap Y dan
jumlah elastisitasnya merupakan ukuran returns to scale. Fungsi produksi
Cobb–Douglas tersebut dinyatakan sebagai hubungan Y dan X sehingga
persamaanya menjadi:
Y = f (X1, X2, X3, ... Xi, ... Xn) ................ (1.2)
Fungsi produksi Cobb–Douglas pada persamaan (1.1) dapat diduga
besarnya produksi yang dihasilkan dengan terlebih dahulu diubah menjadi bentuk
linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut yang ditulis
dengan persamaan:
Y = f(X1, X2) dan Y = a X1b1X2b2 eu
Logaritma dari persamaan di atas adalah
Log Y = log a + b1 log X1 + log a + b2 log X2 + v
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakan fungsi
produksi Cobb–Douglas adalah tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol
karena logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui
(infinite) dan fungsi produksi memerlukan asumsi bahwa tidak ada perbedaan
teknologi pada setiap pengamatan (non neutral difference in the respective
technologies). Hal ini berarti bila fungsi produksi yang dipakai sebagai model
dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari
satu model maka perbedaan model tersebut terletak pada intersep dan bukan pada
kemiringan garis (slope) model tersebut (Prihutami 2011).

6

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Batang Ulak (SBU), PT
Ciliandra Perkasa, First Resources Ltd, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar,
Provinsi Riau selama empat bulan yang dimulai pada pertengahan Februari 2013
hingga pertengahan Juni 2013.
Metode Pelaksanaan
Fokus utama kegiatan magang adalah mempelajari dan melaksanakan
kegiatan praktik kerja meliputi aspek teknis maupun manajerial baik di lapangan
maupun di kantor serta melakukan wawancara dan diskusi dengan para karyawan
staf dan karyawan non-staf. Kegiatan yang dilakukan selama empat bulan dibagi
ke dalam tiga jenjang status karyawan, yaitu sebagai karyawan harian lepas
(KHL) selama satu bulan, menjadi pendamping mandor selama satu bulan, dan
menjadi pendamping asisten selama dua bulan.
Kegiatan sebagai KHL meliputi kegiatan pemupukan, pengutipan brondolan
dan penyemprotan. Kegiatan sebagai pendamping mandor meliputi pengawasan
kegiatan pemupukan, pemanenan, pengangkutan TBS, penyemprotan, dan
pembuatan efisiensi panen. Kegiatan sebagai pendamping asisten kebun meliputi
pengawasan kegiatan pemupukan, penyemprotan, pemeliharaan jalan, pemanenan,
pengangkutan TBS, dan pembuatan laporan harian. Rincian kegiatan selama
magang terlampir pada Lampiran 1, 2 dan 3.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data dan informasi yang diolah untuk analisis produktivitas tanaman kelapa
sawit seluruhnya adalah data sekunder. Data sekunder didapatkan dari laporan
manajemen kantor Kebun Sei Batang Ulak, baik itu laporan bulanan, triwulan,
semesteran maupun tahunan. Data sekunder yang didapatkan adalah letak
geografis, kondisi iklim dan tanah, luas areal konsesi dan tata guna lahan, kondisi
tanaman dan produksi, serta struktur organisasi dan ketenagakerjaan. Data iklim
yang digunakan diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Pusat Jakarta meliputi data suhu, kelembaban, kecepatan angin dan lama
penyinaran di Stasiun Simpang Tiga Pekanbaru tahun 2008 – 2012.
Analisis Data dan Informasi
Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan model fungsi produksi
Cobb–Douglas dengan menggunakan persamaan regresi linier berganda dengan
asumsi bahwa peubah tak bebas (Y) yaitu nilai produktivitas kelapa sawit,
merupakan fungsi linier dari beberapa peubah bebas (βk, Xk) yaitu faktor ekologi
dan kegiatan kultur teknis. Bentuk umum model regresi linier berganda dengan k
peubah penjelas yaitu:

7
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 + ε
Keterangan :
Y
= Produktivitas kelapa sawit (ton ha -1)
β0
= Nilai variabel respon ketika prediktor bernilai nol (intersep)
β1, β2, …, β9 = Parameter-parameter model regresi untuk variabel X1, X2, ..., X9
X1
= Hari kerja (HK)
X2
= Umur tanaman (bulan)
X3
= Output panen (ton HK-1)
X4
= Hari hujan (hari)
X5
= Curah hujan (mm)
X6
= Suhu (°C)
X7
= Kelembaban (%)
X8
= Lama penyinaran matahari (%)
X9
= Kecepatan angin (km jam-1)
ε
= Sisaan
Analisis regresi dilakukan dengan meregresikan tiap peubah (data bulanan)
terhadap produktivitas aktual kebun 5 tahun terakhir (2008 – 2012) sehingga
diperoleh nilai produksi dugaan yang dapat digunakan untuk menduga hasil
produksi duga selama setahun.
Beberapa asumsi dasar yang digunakan adalah: 1) pemupukan dilakukan
oleh pekerja dengan kualitas yang sama, 2) pemupukan menggunakan janjang
kosong (jangkos) diaplikasikan merata, 3) pemeliharaan dilakukan oleh pekerja
dengan kualitas yang sama, 4) data yang dimiliki kebun merupakan data faktual,
dan 5) faktor lain selain yang dijadikan sebagai peubah dianggap konstan.

KEADAAN UMUM
Letak Geografi atau Letak Wilayah Administrasi
Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, First Resources Limited
secara geografis berada pada titik koordinat 101o00’29” – 101o44’52” BT dan
0o13’27” – 0o08’47” LU. Secara administratif berada dalam administrasi Desa
Siabu, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Peta Kebun Sei
Batang Ulak terlampir pada Lampiran 4.
Keadaan Iklim dan Tanah
Kebun Sei Batang Ulak memiliki rata–rata curah hujan tahunan pada
periode 2004 – 2012 adalah 2 675 mm tahun-1 dan rata–rata hari hujannya adalah
162 hari tahun-1. Rata-rata bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) secara
berturut-turut adalah 10.11 bulan ( > 10 bulan) dan 0.77 bulan ( < 1 bulan) pada
setiap tahunnya untuk periode tahun 2004 – 2012. Data curah hujan tahun
2004 – 2012 terlampir pada Lampiran 5.
Jenis lahan yang berada di Kebun Sei Batang Ulak adalah mineral dengan
kelas kesesuaian lahan S3 (agak sesuai), bentuk topografi bergelombang-berbukit
dan tekstur tanahnya liat berpasir.

8
Luas Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Kebun Sei Batang Ulak memiliki luas 6 647.71 ha terdiri atas 6 481.54 ha
areal tanaman menghasilkan dan 166.17 ha areal non tanaman. Luas areal
tanaman menghasilkan terbagi atas tiga rayon, yaitu Rayon A seluas 2 167.69 ha,
Rayon B seluas 1 921.52 ha dan Rayon C seluas 2 102.33 ha. Setiap rayon
membawahi tiga afdeling sehingga jumlah afdeling di Kebun Sei Batang Ulak
adalah sembilan afdeling. Tanaman kelapa sawit yang berada di Kebun Sei
Batang Ulak seluruhnya merupakan tanaman telah menghasilkan (TM) dengan
tahun tanam 1993 – 2001, 2004 dan 2005. Areal non tanam merupakan areal yang
digunakan untuk keperluan sarana dan prasarana kebun, yaitu jalan main road dan
collection road, parit dan sungai, bangunan, okupasi, inclave, dan areal lain.
Rincian luas areal konsesi dan tata guna lahan Kebun Sei Batang Ulak terlampir
pada Lampiran 6.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Kebun Sei Batang Ulak menggunakan bibit kelapa sawit yang berasal dari
varietas Tenera (Dura × Psifera). Progeni yang digunakan adalah PNG (Papua
New Guenia), Marihat dan Socfindo. Pola tanam yang digunakan adalah segitiga
sama sisi dengan jarak tanam 9.15 m × 9.15 m × 9.15 m sehingga populasi rataratanya adalah 138 pohon ha-1. Tanaman kelapa sawit yang yang ditanam di
Kebun Sei Batang Ulak sebanyak 861 245 pohon dengan areal seluas 6 481.54 ha.
Produksi dan produktivitas TBS di Kebun Sei Batang Ulak selama 5 tahun
terkahir (2008 – 2012) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi dan produktivitas TBS tahun 2008 – 2012
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012

Luas
(ha)
6 481.54
6 481.54
6 481.54
6 481.54
6 481.54

Produksi
(ton)
112 927.040
126 538.600
127 822.750
153 627.860
153 621.980

Produktivitas
(ton ha-1)
17.423
19.523
19.721
23.702
23.701

Sumber : Kantor Kebun Sei Batang Ulak (2013)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Sei Batang Ulak berada di bawah PT Ciliandra Perkasa yang
merupakan salah satu anak perusahaan dari First Resources Limited. Jumlah
seluruh tenaga kerja di Kebun Sei Batang Ulak adalah 791 orang yang terdiri atas
708 orang tenaga kerja kebun yang meliputi kantor kebun, afdeling dan tehnik
serta 83 orang tenaga kerja pabrik. Kekuasaan tertinggi pada struktur organisasi
kebun dipegang oleh group manager yang dibantu oleh tiga orang field manager
(asisten kepala) sembilan orang field assistant (asisten afdeling) dan masingmasing satu orang untuk Kepala Tata Usaha, Kepala Satpam, Asisten Jangkos,
Asisten Teknik Sipil, Asisten Teknik, Asisten Human Resources, dan Kepala

9
Administrasi. Posisi dan jumlah tenaga kerja PT Ciliandra Perkasa (CLP) dapat
diihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Posisi dan jumlah tenaga kerja PT Ciliandra Perkasa tahun 2013
Tenaga kerja
Staf
Non staf
Pegawai bulanan tetap (PBT)
Karyawan harian tetap (KHT)
Karyawan harian lepas (KHL)
Total

Kebun
(orang)
20
79
545
64
708

Pabrik kelapa sawit
(orang)
7
24
52
0
83

Sumber : Kantor Kebun Sei Batang Ulak (2013)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Kegiatan magang sebagai KHL dan pendamping mandor dilaksanakan di
Afdeling I masing-masing selama satu bulan sedangkan kegiatan magang sebagai
pendamping asisten dilaksanakan di Afdeling II selama dua bulan. Kegiatan
dilakukan setiap hari (kecuali sakit dan izin) dengan mengikuti aturan dan
ketentuan yang berlaku di kebun. Setiap kegiatan dimulai pukul 06.00 sampai
dengan 16.00 WIB dengan waktu istirahat selama dua jam dimulai pukul 12.00
sampai dengan pukul 14.00 WIB. Kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan
teknis dan manajerial.
Aspek Teknis
Aspek teknis yang dilakukan selama kegiatan magang berlangsung di
Kebun Sei Batang Ulak meliputi kegiatan pemupukan, pengendalian gulma,
pengendalian hama dan penyakit, leaf sampling unit (LSU), pemanenan, dan
pengolahan TBS.
Pemupukan
Pemupukan merupakan proses penambahan berbagai unsur hara seperti
nitrogen, phospor, kalium, magnesium dan boron kepada tanaman. Jumlah unsur
hara yang digunakan di Kebun Sei Batang Ulak merupakan rekomendasi tim
research and development First Resources Limited yang diperoleh dari hasil
analisis pengambilan kesatuan contoh daun (KCD) tahun sebelumnya, umur
tanaman, status nutrisi tanaman, sejarah pemupukan, produksi aktual TBS, kelas
kesuburan tanah, observasi lapangan dan curah hujan. Tujuan pemupukan pada
tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah untuk meningkatkan pertumbuhan
vegetatif sedangkan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) diarahkan
untuk produksi buah. Kegiatan pemupukan dibagi menjadi dua yaitu pemupukan
anorganik (pupuk buatan) dan pemupukan organik.
Pemupukan anorganik. Pemupukan anorganik merupakan kegiatan
penambahan unsur hara kepada tanaman dengan menggunakan pupuk anorganik.

10
Pupuk anorganik adalah pupuk buatan pabrik yang berbahan dasar mineral dan
udara, seperti Urea, TSP, KCl, dan lain-lain. Pupuk anorganik memiliki sifat cepat
tersedia (fast release) bagi tanaman. Pupuk anorganik yang digunakan di Kebun
Sei Batang Ulak adalah Urea, MOP (Muriate of Potash), RPH (Rock Phosphate),
dan Kieserite. Jenis dan dosis yang digunakan disesuaikan dengan rekomendasi
pupuk tim research and development First Resource Limited. Pada praktiknya di
lapangan, pupuk diberikan dengan menggunakan takaran mangkok sesuai dengan
dosis yang di tetapkan. Program pemupukan di Kebun Sei Batang Ulak dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Program pemupukan di Kebun Sei Batang Ulak tahun 2013
Jenis Pupuk Rotasi
Urea
MOP
RPH
Kieserite
Borate

I
II
I
II
I
I


Dosis Pupuk
(kg pohon-1) (mangkok pohon-1)
1.00
4.50
1.25
3.75
1.50
3.00
1.25
2.50
1.50
2.50
1.00
1.50
0.15


Penempatan Pupuk
(m dari pohon)
Ditabur
1.5 – 2
Cara

Ditabur

1.5 – 2

Ditabur
Ditabur
Ditabur

>2
0.5 – 1
0.5 – 1

Sumber : Research and development PT Panca Surya Garden, First Resources Ltd (2013)

Tahapan aplikasi pemupukan di kebun Sei Batang Ulak meliputi kegiatan
penguntilan pupuk, pengeceran pupuk, serta pelangsiran dan penaburan pupuk.
Aplikasi pemupukan dilakukan dengan sistem untilan. Penguntilan pupuk adalah
kegiatan pembagian pupuk dari 1 karung pupuk menjadi 4 bagian. Berat untilan
bervariasi bergantung pada berat 1 karung pupuk, jika 1 karung pupuk beratnya
sebesar 50 kg maka berat untilannya adalah 12.5 kg. Maksimal berat untilan
adalah 15 kg. Penguntilan pupuk dilaksanakan sehari sebelum pemupukan
(Gambar 1a). Tujuan adanya penguntilan pupuk adalah untuk memudahkan
pelangsiran dan penaburan pupuk di lapangan.
Pengeceran pupuk adalah kegiatan pengangkutan pupuk yang sudah diuntil,
diambil dari gudang utama yang berada di dekat Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan
atau gudang pembantu yang berada di areal Afdeling II ke blok yang akan
diaplikasikan. Pupuk diambil dari gudang sesuai dengan kebutuhan pupuk yang
akan diaplikasikan pada setiap blok. Pengeceran pupuk pada tiap blok ditetapkan
dengan supply point yaitu peletakan untilan di lapang pada setiap tiga pasar.
Mandor pemupukan bertugas untuk memberi tahu pemupuk berapa untilan yang
harus diturunkan pada setiap pasar dan mengawasi penjatuhan untilan pada setiap
pasar.
Pelangsiran dan penaburan pupuk dilaksanakan setelah pengeceran pupuk
selesai dilakukan. Sistem yang digunakan adalah sistem 2:1 yang artinya setiap
2 orang penabur pupuk diiringi oleh 1 orang pelangsir pupuk. Pelangsir pupuk
bertugas untuk menjatuhkan untilan pada setiap pohon tertentu untuk
memudahkan pekerjaan penabur pupuk (Gambar 1b). Penabur pupuk akan
membuka untilan yang telah dijatuhkan pelangsir lalu memindahkan isi untilan
tersebut pada ember yang nantinya akan dibawa dengan cara digendong. Pupuk
ditabur melingkar secara merata pada setiap pohon sawit agar akar tanaman dapat

11
menyerap secara maksimum (Gambar 1c). Jika ada pohon yang berbatasan
langsung dengan parit/air maka pada daerah yang terkena air tersebut tidak
diaplikasikan pupuk. Pupuk yang ditabur tidak boleh dalam bentuk bongkahan
atau mengumpul karena dapat mengakibatkan nutrisi yang diserap tanaman tidak
merata. Kondisi tersebut juga menyebabkan tingginya kehilangan pupuk melalui
pencucian dan penguapan.
Pemberian pupuk di Kebun Sei Batang Ulak dilakukan dua kali dalam
setahun (2 rotasi), yaitu rotasi pertama pada semester I (Januari-Mei) dan pada
semester II (Juni-Agustus). Interval rotasi pada jenis pupuk yang sama tidak boleh
kurang dari dua bulan.
Tenaga kerja yang digunakan untuk pemupuk adalah tenaga kerja borongan
(SPKL) yang umumnya beranggotakan wanita sebanyak 10 – 12 orang tiap
afdeling. Upah yang diberikan bergantung pada jumlah pupuk yang diaplikasikan
hari ini dalam kg dikali Rp 125 kg-1. Premi mandor perwatan adalah jumlah pupuk
yang diaplikasikan hari ini dalam kg dikalikan Rp 8 kg-1.

a

b

c

Gambar 1. Kegiatan pemupukan: (a) penguntilan pupuk di gudang, (b)
pelangsiran untilan di blok, (c) cara menabur pupuk di piringan
Pemupukan organik. Pemupukan organik merupakan kegiatan
penambahan unsur hara kepada tanaman dengan menggunakan pupuk organik.
Pupuk organik yang diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit di Kebun Sei
Batang Ulak adalah janjang kosong (jangkos) dan limbah cair PKS. Jangkos
(empty fruit bunch) adalah produk sampingan dari pabrik kelapa sawit. Bobot
jangkos yang dihasilkan dari pengolahan pabrik kelapa sawit adalah 22 – 23 %
dari produksi total TBS yang diolah tersebut.
Dosis jangkos yang digunakan adalah 300 kg pohon-1 atau 40 ton ha-1.
Jangkos hanya diaplikasikan 1 kali dalam setahun. Jangkos harus diaplikasikan
secara kontinu setiap 12 bulan, sebagai contoh apabila jangkos diaplikasikan di
areal tertentu pada bulan Juli 2012 maka aplikasi berikutnya pada areal yang sama
harus pada bulan Juli 2013. Variasi antara 1 – 2 bulan setiap tahun masih dapat
ditolerir asalkan jangan terlalu dekat atau terlalu jauh.
Jangkos diangkut dari PKS menggunakan dump truck (yang biasa dipakai
untuk mengangkut TBS). Setiap unit dump truck mengangkut 3.5 ton jangkos
yang berarti terdapat kurang lebih 12 trip pengiriman jangkos ke lapangan
(Gambar 2a). Jangkos yang diangkut dump truck kemudian di taruh disetiap pasar
pikul secara manual dengan menggunakan gancu dan angkong khusus yang sudah
dimodifikasi (Gambar 2b). Jangkos kemudian disebarkan secara merata setebal
satu lapis dengan ukuran 2 m × 2 m di antara dua pohon dalam barisan tanaman
(di luar piringan). Mandor jangkos bertanggung jawab atas kegiatan aplikasi

12
jangkos tersebut. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja borongan
(SPKL) yang beranggotakan 7 – 10 orang atau lebih bergantung pada banyaknya
produksi jangkos. Jika produksi sedang banyak maka kontraktor bisa menambah
anggota sesuai kebutuhan, jika produksi sedikit maka keanggotaan tidak ditambah.
Upah yang diberikan untuk borongan tersebut adalah Rp 450 000 ha-1.
Limbah cair PKS atau Palm Oil Mill Effluent (POME) banyak mengandung
senyawa anorganik dan organik. Air limbah sebagai hasil akhir dari proses
produksi PKS telah dimanfaatkan untuk pemupukan karena mengandung unsur
hara yang sangat bermanfaat bagi tanaman kelapa sawit. Selain itu limbah cair
juga dapat bermanfaat sebagai sumber air bagi tanaman kelapa sawit.
Limbah cair di Kebun Sei Batang Ulak diaplikasikan dengan sistem long
bed, yaitu dengan cara mengalirkan limbah tersebut dari kolam limbah PKS ke
long bed melalui pipa-pipa, kemudian dialirkan ke bak-bak distribusi dan
selanjutnya ke parit primer dan sekunder yang dibuat di sekitar tanaman (Gambar
2c).

a

b

c

Gambar 2. Pemupukan organik: (a) distribusi jangkos dengan dump truck, (b)
pengankutan jangkos dengan angkong, (c) long bed
Pengendalian Gulma
Aspek teknis yang tidak kalah penting dalam usaha perawatan perkebunan
kelapa sawit adalah pengendalian gulma. Sebagian besar gulma mampu tumbuh
dan berkembang dengan cepat serta mendominasi lahan, oleh karena itu
pengendalian gulma merupakan salah satu aspek teknis penting dalam usaha
perawatan perkebunan kelapa sawit untuk penyelamatan produksi tanaman.
Pengendalian gulma yang diterapkan di Kebun Sei Batang Ulak meliputi
pengendalian secara manual atau mekanis dan kimiawi.
Pengendalian gulma secara manual. Dongkel anak kayu (DAK) atau
bongkar tumbuhan pengganggu merupakan metode pengendalian gulma secara
manual dengan cara membongkar tanaman pengganggu sampai ke akar-akarnya
(Gambar 3). Alat-alat yang digunakan meliputi parang dan cangkul dodos (cados).
Norma kerja untuk kegiatan DAK adalah 0.5 ha yang berarti bahwa seorang
pekerja melakukan kegiatan DAK seluas 0.5 hektar per hari. Gulma berkayu yang
banyak ditemukan dan harus dibongkar antara lain Chromolaena odorata
(putihan), Melastoma malabathricum (senduduk), Lantana camara (bunga tahi
ayam), Clidemia hirta (harendong), bambu-bambuan (Bambosa sp.), dan pisangan
(Musa sp.). Rotasi pengendalian gulma secara manual dilakukan tiga kali setahun.
Permasalahan yang sering terjadi di lapangan adalah kurang disiplinnya
pekerja sehingga target yang harus diselesaikan kadang-kadang tidak tercapai dan

13
juga karena banyaknya gulma yang tumbuh sehingga menyulitkan pekerja dalam
menyelesaikan tugas.

Gambar 3. Penyiangan gulma manual
Pengendalian gulma secara kimiawi. Penyemprotan merupakan kegiatan
pengendalian gulma secara kimia (menggunakan herbisida). Penyemprotan di
Kebun Sei Batang Ulak meliputi penyemprotan pada areal piringan-pasar pikulTPH dan gawangan. Piringan merupakan tempat penyebaran pupuk sekaligus
tempat jatuhnya berondolan dan tandan buah yang dipanen. Pasar pikul
merupakan jalan bagi pemanen untuk mengangkut tandan buah segar (TBS) ke
tempat penampungan hasil (TPH). Gawangan adalah areal yang terletak di antara
tanaman kecuali piringan pohon. Kebersihan pada areal tersebut sangat diperlukan
karena jika tidak akan mengganggu kegiatan panen (tidak terlihatnya berondolan
dan tandan buah karena rimbunnya gulma) dan pemupukan (terjadinya perebutan
penyerapan hara) serta tertutupnya lubang atau parit yang bisa menyebabkan
pemanen tergelincir.
Herbisida yang digunakan adalah herbisida berbahan aktif paraquat (bersifat
kontak, reaksi cepat) dengan merk dagang Zenus serta triklopir dan metil
metsulfuron (bersifat sistemik, reaksi lambat) dengan merk dagang berturut-turut
Garlon, dan Metafuron 20WP dengan dosis dan rotasi seperti yang tercantum pada
Tabel 4. Alat semprot yang digunakan di Kebun Sei Batang Ulak adalah knapsack
merk Solo kapasitas 15.1 liter (Gambar 4a) dengan nozel bermerk polijet
berwarna hitam, hijau, kuning atau merah.
Tabel 4. Dosis herbisida pada pengendalian gulma dengan chemis
No.
1

Lokasi semprot
Gawangan

2

Piringan

3

Pasar pikul

Campuran bahan
aktif herbisida
Paraquat

0.25 liter ha-1

Triklopir

0.15 gram ha-1

Paraquat

1.50 ml pokok-1

Metil metsulfuron

7.50 mg pokok-1

Paraquat

0.10 liter ha-1

Metil metsulfuron

5.00 gram ha-1

Dosis

Rotasi
(tahun-1)
3x
4x
4x

Sumber : Kantor Kebun Sei Batang Ulak (2013)

Kebutuhan tenaga kerja penyemprotan berbeda tiap afdeling. Tenaga kerja
penyemprotan memakai sistem borongan yang di bentuk oleh kontraktor dengan
menggunakan Surat Perintah Kerja Lokal (SPKL). Pekerja penyemprotan adalah

14
tim yang beranggotakan umumnya wanita berjumlah 7 – 8 orang (+ 4 ha orang-1).
Kontraktor adalah orang yang bertanggung jawab atas SPKL tersebut. Mandor
penyemprotan tidak boleh menjadi kontraktor. Mandor penyemprotan
bertanggung jawab atas seluruh rencana dan pelaksanaan kegiatan penyemprotan
di afdelingnya masing-masing.
Teknis kegiatan penyemprotan piringan-pasar pikul dan gawangan dimulai
dari pengambilan herbisida yang telah dicampur di gudang oleh mandor
perawatan. Herbisida lalu diserahkan ke kontraktor untuk dibagikan kepada
pekerja penyemprotan. Penghancaan kerja ditentukan oleh kontraktor yang
sebelumnya telah diberi arahan oleh mandor. Pekerja penyemprotan lalu bergerak
ke hanca masing-masing dan langsung memulai kegiatan penyemprotan (Gambar
4b). Upah yang diberikan kepada penyemprot dihitung berdasarkan luas areal
semprot yang dikerjakan. Upah penyemprotan gawangan adalah Rp 25 000 ha-1,
upah penyemprotan piringan adalah Rp 15 000 ha-1, dan upah penyemprotan pasar
pikul Rp 10 000 ha-1.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam kegiatan penyemprotan gulma adalah
kerusakan alat seperti tangki knapsack yang bocor, pompa knapsack yang kurang
baik, penggunaan air parit yang cenderung keruh dan minimnya air di area
penyemprotan pada saat musim kering.

a

b

Gambar 4. Pengendalian gulma secara kimia: (a) alat semprot,
(b) pelaksanaan penyemprotan
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit tanaman merupakan upaya untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman, oleh karena itu konsep
pengendaliannya dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup
hama dan penyakit itu sendiri. Bagian yang dinilai paling lemah dari siklus hama
dan penyakit merupakan titik kritis karena akan menjadi dasar acuan untuk
pengambilan keputusan pengendaliannya.
Pengendalian hama dan penyakit di Kebun Sei Batang Ulak terpusat pada
pengendalian tikus (Rattus tiomanicus) dengan menggunakan predator, yaitu
burung hantu (Tyto alba) karena tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak
sudah mencapai TM > 7. Pada umur TM > 7, pembiakan burung hantu dilakukan
di seluruh afdeling pada beberapa blok. Burung hantu menyukai kandang yang
ternaungi oleh pelepah kelapa sawit, sehingga penempatan kandang burung hantu
(KBH/Gupon) terdapat di gawangan untuk menghindari gangguan dari pemanen
dan kandang harus jauh dari jalan.
Setiap KBH ataupun kandang pemikat diberi nomor masing-masing.
Penempatan KBH dilakukan pada setiap blok dengan jarak 25 – 30 ha satu

15
kandang. Pengamatan untuk mengetahui distribusi, kepadatan, tingkat
perkembangan burung hantu dan kondisi KBH dilakukan setiap tiga bulan.
Pengamatan meliputi kehadiran burung hantu (dapat ditandai dengan adanya bulubulu), kotoran (pellet), bangkai tikus, jumlah telur, anak (kecil), anak dewasa
(sayap sudah penuh) dan dewasa. Pengamatan tersebut dilakukan dengan cara
mengambil video keadaan/situasi di dalam KBH. Hasil sensus dicatat pada
formulir yang telah disediakan, setelah itu hasil sensus direkap dalam formulir
rekapan untuk dapat dimonitor oleh kantor kebun.
Selain dengan burung hantu, pelepasan ular kobra di kebun juga dilakukan
untuk menekan tikus. Babi hutan yang berada di sekitar kebun dikendalikan
dengan cara diberi racun. Pelestarian gulma pakis-pakisan pada pokok kelapa
sawit bertujuan untuk menekan ulat api.

Gambar 5. Sarang burung hantu (gupon)
Penunasan
Penunasan atau pembuangan tunas pohon merupakan kegiatan pembuangan
tunas pohon yang dilakukan sebagai upaya mengurangi pelepah kurang produktif
sampai batas tertentu sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi
optimal. Prinsip kerja penunasan biasa dikenal dengan pengelolaan pelepah
(canopy management).
Penunasan dibagi menjadi dua macam yaitu penunasan pohon periodik dan
penunasan pohon progresif. Tunas pokok periodik dilakukan dengan
menggunakan regu kerja tunas pokok khusus yang secara berkala melakukan
kegiatan penunasan. Tunas pokok progresif (progressive prunning) merupakan
penunasan yang dilakukan secara langsung oleh tenaga panen dan dilakukan
bersamaan saat melakukan potong buah dengan tetap mengacu pada prinsip dasar
jumlah pelepah produktif yang masih harus dipertahankan sesuai ketentuan (leaf
area index).
Penunasan progresif merupakan sistem penunasan yang diterapkan di
Kebun Sei Batang Ulak. Penunasan progresif juga dapat menekan penyakit
Marasmius sp. karena memotong pelepah yang menyangga tandan sehingga
mempermudah pemanenan dan mengurangi tandan tinggal serta aerasi yang lebih
baik. Untuk mencapai produksi yang maksimal diperlukan jumlah pelepah yang
optimum yaitu 48 – 56 pelepah untuk tanaman muda (umur 3 – 9 tahun) dan
40 – 48 pelepah untuk tanaman tua (umur 9 – 25 tahun). Tenaga kerja penunasan

16
selain pemanen adalah tenaga kerja non produktif dan karyawan harian lepas
(KHL). Norma kerja penunasan 40 – 60 pokok HK-1.
Leaf Sampling Unit (LSU)
Kesatuan contoh daun (KCD) atau lebih dikenal dengan Leaf Sampling Unit
(LSU) merupakan sebutan untuk analisis daun di perkebunan kelapa sawit. Tujuan
LSU adalah untuk mengetahui jumlah kebutuhan hara pada tanaman melalui
analisis daun sehingga didapatkan rekomendasi pemupukan yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Pengambilan LSU dilakukan oleh orang yang sudah terlatih
terdiri atas dua orang pada setiap blok. Petugas pertama bertugas untuk
mengamati kondisi tanaman, mengisi blanko penilaian karakteristik vergetatif,
memotong daun dan menyimpannya ke dalam wadah. Petugas kedua bertugas
memberi label pada tanaman, mengamati pelepah ke-17 dan menurunkan pelepah
ke-17.
Setiap blok diambil ± 30 pohon contoh. Pelaksanaan pengambilan contoh
daun dilakukan dengan sistem “perhitungan tertentu” bergantung luas blok,
misalnya sistem 12 × 11, 12 × 10, atau 8 × 7. Blok dengan LSU sistem 12 × 11
(dibaca 12 baris × 11 pohon) artinya barisan yang dipilih setiap 12 baris dan
sebagai pohon contoh diambil setiap 11 pohon. Alat-alat yang digunakan adalah
egrek, parang, kuas, galah, map LSU, plastik ukuran 5 kg, cat minyak berwarna
biru, formulir pengamatan lapangan pendukung LSU, dan alat tulis. Titik awal
pelaksanaan LSU dimulai dari arah barat-utara (B-U).
Permulaan hitungan pohon pertama adalah pohon pada baris ke-3 dari utara
dan masuk pada pohon ke-5 dari pinggir blok. Untuk pohon kedua ditentukan
sebelas pohon setelah pohon sampel pertama atau pohon ke-16 dari pinggir awal
masuk. Pohon ketiga dan seterusnya mengikuti cara seperti perhitungan pohon
kedua hingga menembus jalan/batas blok.
Jika telah selesai baris tersebut, pengamatan dilanjutkan pada baris
selanjutnya bergantung dengan sistem yang ditetapkan. S