Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Kebun Sei Batang Ulak Pt Ciliandra Perkasa, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT
CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR,
PROVINSI RIAU

MUHAMMAD SATRIA BANGUN
A24110007

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemanenan
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra
Perkasa, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau adalah karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, 30 Maret 2016

Muhammad Satria Bangun
NIM A24110007

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait.

ABSTRAK
MUHAMMAD SATRIA BANGUN. Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Kebun Sei Batang Ulak PT Ciliandra Perkasa, Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau. Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH.
Kegiatan magang di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa
bertujuan mempelajari aspek teknis maupun manajemen perkebunan kelapa sawit
berdasarkan pengalaman di lapangan. Magang diutamakan mempelajari dan

mengamati manajemen panen di perkebunan kelapa sawit. Hal yang diamati dalam
manajemen panen adalah angka kerapatan panen, tenaga kerja panen, kriteria
panen, kapasitas panen, alat panen, alat pelindung diri, dan pengangkutan hasil
panen. Hasil pengamatan menunjukkan manajemen panen cukup baik karena
perencanaan telah dilakukan sesuai dengan prosedur. Beberapa hal yang perlu
dievaluasi pada kegiatan panen adalah penggunaan alat pelindung diri yang masih
rendah, jumlah tenaga kerja panen kurang dari kebutuhan, mutu buah matang yang
rendah, serta kapasitas panen yang belum memenuhi standar perusahaan. Tenaga
kerja panen yang kurang dari kebutuhan dan kapasitas panen yang belum
memenuhi standar perusahaan berakibat pada rotasi panen yang panjang. Rotasi
yang panjang berdampak pada mutu buah matang yang di panen berkurang.
Kata kunci: angka kerapatan panen, kapasitas panen, produksi, rotasi panen, tenaga
kerja panen

ABSTRACT
MUHAMMAD SATRIA BANGUN. Harvest Management of Palm Oil (Elaeis
guineensis Jacq.) on Sei Batang Ulak Estate PT Ciliandra Perkasa, Kampar District,
Riau Province. Supervised by ADOLF PIETER LONTOH.
The purpose of this internship activities at Sei Batang Ulak Estate, PT
Ciliandra Perkasa is to study the technical and managerial aspect of oil palm

plantations based on what happened on the field. The internship conduction was
focused on learning and observing the harvest management in palm plantations.
The things observed in harvest management were the harvest density figures,
harvest labor, harvest criteria, harvest capacity, harvest equipments, personal
safety equipments, and harvest transported. The observation resulted in the harvest
management was good enough because the harvest planning had been conducted
according to the procedure. Some things which needed to be evaluated were the
lack of personal safety equipments usage and the amount of harvest labors, the low
quality of harvested bunch, and the harvest capacity which was not adequate to the
company's standard. The less amount of labor and inadequate harvest capacity lead
to long harvest rotation. The long harvest rotation leads to the lesser quality of
harvested bunch.
Keywords: harvest density rate, harvester capacity, production, harvest rotation,
harvester

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT
CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR,
PROVINSI RIAU


MUHAMMAD SATRIA BANGUN
A24110007

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
dengan baik kegiatan magang yang berjudul Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra Perkasa, Kabupaten

Kampar, Provinsi Riau.
Terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Ir Adolf Pieter Lontoh, MS selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan selama melakukan magang dan
penulisan skripsi.
2. Bapak Anerlan selaku General Manager PT Ciliandra Perkasa dan Bapak
Gita Mustika yang dipertengahan kegiatan magang menggantikan Bapak
Anerlan telah memberikan izin lokasi magang dan bimbingan selama
magang.
3. Bapak Hendri, Bapak Sitompul, Bapak Sabar H. Purba selaku Asisten
Kepala PT Ciliandra Perkasa.
4. Bapak Tidar Arimbi selaku Asisten Afdeling 7 telah memberikan
bimbingan dan pelajaran berharga selama kegiatan magang.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai referensi
untuk penelitian maupun hal-hal yang bersangkutan dengan pendidikan. Mohon
maaf atas segala kekurangan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bogor, 30 Maret 2016
Muhammad Satria Bangun

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Pemanenan Kelapa Sawit
Kriteria Panen
Cara Panen
Rotasi Panen
METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Magang
Pengumpulan Data dan Informasi
Analisis Data
KEADAAN UMUM
Letak Geografis dan Wilayah Administratif

Luas Lahan, Keadaan Tanaman, dan Produksi
Keadaan Iklim dan Tanah
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Teknis
Aspek Manajerial
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
vii
vii
1
1
2
2

2
3
3
4
4
4
5
5
5
5
7
7
7
7
8
8
9
9
21
23

27
27
27
27
29

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Komposisi jumlah tenaga kerja Kebun Sei Batang Ulak PT CLP

Kriteria gradingberdasarkan tingkat kematangan TBS
Perbandingan produktivitas Kebun Sei Batang Ulak PT CLP tahun
2014 dengan perkiraan produktivitas BPP Medan
Angka kerapatan panen
Alat panen yang disiapkan oleh pemanen
Penggunaan APD oleh pemanen
Kapasitas panen tenaga kerja panen
Hasil uji-t kapasitas panen rata-rata terhadap standar perusahaan
GradingTBS di tempat pengumpulan hasil
Perbandingan AKP taksasi dan realisasi
Waktu pengangkutan hasil

10
16
17
17
18
19
20
20

21
21
22

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Produktivitas Kebun Sei Batang Ulak PT CLP 2006-2014
Kegiatan pemupukan anorganik
Kegiatan pemupukan organik
Sarana pengendalian gulma oleh tim unit semprot PT CLP
Pengisian air knapsack sprayer 13
Pelepah bagian ekor kadal
Kegiatan leaf sampling unit
Kegiatan pemotongan daun contoh

9
11
12
12
14
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian lepas di
Kebun Sei Batang Ulak PT CLP ................................................................. 32
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di
Kebun Sei Batang Ulak PT CLP ................................................................. 34
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di
Kebun Sei Batang Ulak PT CLP ................................................................. 37
Informasi varietas dan populasi tanaman Kebun Sei Batang Ulak
PT CLP ........................................................................................................ 40
Perkembangan luas lahan, produksi dan produktivitas ............................... 41
Data curah hujan Kebun Sei Batang Ulak PT CLP ..................................... 42
Struktur organisasi Kebun Sei Batang Ulak PT CLP .................................. 43
Rekomendasi pemupukan afdeling 7 Kebun Sei Batang Ulak PT
CLP Tahun 2015 .......................................................................................... 44
Budget produksi TBS afdeling 7 Kebun Sei Batang Ulak PT CLP
tahun 2015 ................................................................................................... 45
Peta kebun Sei Batang Ulak PT CLP .......................................................... 46

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan penghasil minyak nabati
yang paling efisien. Minyak dihasilkan dari mesocarp yang dikenal dengan Crude
Palm Oil (CPO) dan kernel yang dikenal dengan Kernel Palm Oil (KPO).
Rendemen minyak dapat mencapai 50% dari mesocarp dan 50% dari kernelnya,
sedangkan dari bobot tandan buah segar (TBS) rendemen minyak berkisar 22-23%
(Hakim, 2007; Ketaren, 2005). Produktivitas TBS kelapa sawit dapat mencapai 30
ton ha-1 tahun. Produksi CPO dapat mencapai 7.500 kg dan 1.000 kg minyak inti
(kernel oil) (Hakim, 2007). Produksi kelapa sawit yang besar menjadikan Indonesia
sebagai salah satu pengekspor kelapa sawit terbesar. Kelapa sawit juga menjadi
salah satu penghasil devisa yang besar bagi Indonesia (Hakim, 2007).
Indonesia merupakan negara dengan perkebunan kelapa sawit terbesar di
dunia. Sejak tahun 2006 hingga kini, lahan perkebunan kelapa sawit terus
mengalami peningkatan. Luas lahan perkebunan besar kelapa sawit di Indonesia
tahun 2006 sekitar 3,7 juta ha dan luas lahan perkebunan rakyat 2,5 juta ha.
Pada tahun 2009 luas lahan meningkat menjadi 7,9 juta ha dan pada tahun 2010
seluas 8,1 juta ha. Pada tahun 2013 luas perkebunan kelapa sawit telah mencapai
9,15 juta ha (Ditjen Perkebunan, 2013). Luas lahan kelapa sawit pada tahun 2014
mencapai 10.956.231 ha dengan produksi CPO 29.344.479 ton, sehingga pada
tahun 2014 produktivitas kelapa sawit Indonesia adalah 2,68 ton CPO ha-1
(Ditjenbun, 2014).
Luas lahan perkebunan kelapa sawit terus meningkat sejalan dengan adanya
peningkatan pada industri pengolahan CPO. Industri pengolahan CPO telah
berkembang pesat dari 181.000 ton CPO pada tahun 1968 menjadi 12.450.000 ton
pada tahun 2005. Pada tahun 2005 jumlah unit pengolahan di seluruh Indonesia
mencapai 420 unit dengan kapasitas olah mencapai 18.268 ton TBS jam-1 yang
setara dengan 17.600.000 ton CPO (Padamean, 2012).
Salah satu kegiatan dalam praktik budidaya kelapa sawit adalah pemanenan.
Pemanenan adalah kegiatan yang terdiri dari memotong tandan matang,
mengumpulkan dan mengankut sampai ke pabrik kelapa sawit (Lubis, 1992).
Pemanenan dilakukan untuk mendapatkan TBS dengan kualitas yang diinginkan
dan kuantitas mencukupi kapasitas pabrik. Buah yang matang ditandai dengan
tandan telah berubah warna dari hitam menjadi kuning kemerah-merahan. Matang
panen biasanya ditandai dengan jatuhnya beberapa buah dari tandan yang disebut
brondolan. Kematangan TBS terjadi tidak bersamaan, sehingga selalu ada buah
yang matang dan mentah di kebun. Berdasarkan kondisi tersebut maka dibutuhkan
pengelolaan panen yang baik (Hakim, 2007).
Buah yang matang sempurna memiliki kualitas CPO yang baik, sedangkan
buah yang kurang matang atau terlalu matang memiliki kualitas CPO yang buruk.
Buah yang kurang matang memiliki persentase minyak CPO yang rendah, dan buah
yang terlalu matang memiliki kandungan asam lemak bebas (ALB) yang tinggi
(Sastrosayono, 2006). ALB merupakan parameter utama untuk menentukan
kualitas CPO yang dihasilkan dari buah kelapa sawit. Kadar ALB tinggi berarti
kualitas CPO yang dihasilkan rendah, sebaliknya jika kadar ALB rendah mutu CPO

2
yang dihasilkan tinggi sehingga nilai jual CPO juga tinggi (Dewi et al, 2015). Asam
lemak bebas yang tinggi menyebabkan minyak mudah membeku pada suhu kamar
sehingga menyulitkan dalam proses transportasi minyak. Kualitas ekspor untuk
CPO mensyaratkan ALB harus dibawah 5% (Sastrosayono, 2006).

Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang adalah memperoleh pengalaman dan
keterampilan kerja dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit baik secara teknis
maupun manajerial. Tujuan khusus kegiatan magang adalah mempelajari dan
menganalisis aspek manajemen panen di perkebunan kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit telah dibudidayakan sejak lama di Afrika, Amerika Selatan,
Asia Tenggara, Pasifik selatan, dan beberapa daerah lain. Tanaman kelapa sawit
berasal dari Afrika dan Amerika Selatan tepatnya Brasilia. Kelapa sawit dalam
taksonomi tumbuhan diklasifikasikan ke dalam famili Arecaceae (dahulu Palmae),
subfamili Cocoideae, genus Elaeis, spesies Elaeis gueneensis Jacq. (Pahan, 2013).
Kelapa sawit memiliki akar serabut karena merupakan tumbuhan
monokotil (Sunarko, 2010). Akar kelapa sawit terdiri atas akar primer, sekunder,
tersier, dan kuartener (Pahan, 2013). Akar serabut primer tumbuh secara vertikal
dan horizontal di dalam tanah. Akar ini akan bercabang menjadi akar sekunder.
Akar sekunder berkembang dan bercabang kembali menjadi akar tersier. Akar
tersier selanjutnya bercabang menjadi akar kuartener (Sunarko, 2010). Akar serabut
kelapa sawit tumbuh di seluruh pangkal batang 0,3 sampai 0,6 m di atas permukaan
tanah (Hakim, 2007). Perakaran tanaman kelapa sawit dapat mencapai kedalaman
8 m dan 16 m secara horizontal. Pertumbuhan tanaman dan produksi kelapa sawit
akan meningkat jika akar dirawat dengan baik (Sunarko, 2010).
Batang kelapa sawit tegak lurus dan terlihat seragam. Tunas dan primordia
daun bunga tumbuh di atas batang. Pangkal batang merupakan tempat tumbuhnya
akar. Potongan pangkal pelepah menutupi batang sehingga batang asli tidak terlihat.
Pada tanaman usia di atas 20 tahun batang aslinya dapat terlihat karena potongan
pelepah pada bagian tengah atau atas sudah lapuk dan terlepas (Hakim, 2007).
Menurut Pahan (2013), fungsi utama batang adalah sebagai struktur yang
mendukung daun, bunga, dan buah; sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air
dan hara mineral dari akar ke atas serta fotosintat dari daun ke bawah. Batang juga
berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan. Pertumbuhan batang terlihat sekali
pada bagian pangkal di tahun pertama atau kedua, dimana diameter batang bisa
mencapai 60 cm. Batang akan mengecil setelah itu, biasanya hanya berdiameter 40
cm dan pertumbuhan tinggi batang menjadi lebih cepat.
Daun kelapa sawit sering disebut pelepah yang mempunyai anak daun,
jumlah anak daun tergantung dari umur tanaman. Jumlah anak daun bertambah

3
banyak seiring dengan pertumbuhan hingga dewasa (Hakim, 2007). Bagian
pangkal pelepah terbentuk dua baris duri yang tajam dan keras di kedua sisinya.
Anak-anak daun tersusun berbaris dua hingga ujung daun. Lidi terletak di tengahtengah setiap anak daun sebagai tulang daun. Kelapa sawit dewasa mempunyai 3040 pelepah. Produksi daun rata-rata 24-26 pelepah per tahun (Sunarko, 2010).
Kelapa sawit memiliki bunga jantan dan bunga betina pada pohon. Bunga
muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu
infloresen (bunga majemuk). Perkembangan infloresen dari proses inisiasi awal
sampai membentuk infloresen lengkap pada ketiak daun memerlukan waktu 2,5-3
tahun. Infloresen akan muncul dari ketiak daun beberapa saat menjelang
anthesis atau penyerbukan (Pahan, 2013).
Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari pericarp yang
terbungkus oleh exocarp (atau kulit), mesocarp, dan endocarp yang membungkus
1-4 inti atau kernel (Pahan 2013). Buah muda kelapa sawit berwarna hijau pucat.
Buah berubah menjadi hijau hitam hingga kuning ketika semakin tua. Buah sawit
yang masih mentah berwarna hitam, beberapa diantaranya berwarna hijau. Buah
matang berwarna merah kuning (Sunarko 2010).

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada suhu udara 27 oC dengan suhu
maksimum 33 oC dan suhu minimum 22 oC sepanjang tahun. Curah hujan optimal
untuk pertumbuhan kelapa sawit berkisar 1.750 mm sampai 2.500 mm yang merata
sepanjang tahun. Kelembaban nisbi untuk kelapa sawit optimal pada 80%.
Ketinggian tempat yang sesuai untuk kelapa sawit adalah kurang dari 400 m dari
permukaan laut (PPKS, 2004).
Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Jenis tanah yang
baik untuk kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolik merah kuning, hidromorf
kelabu, aluvial, dan organosol atau gambut. Tanah podsolik merah kuning
mendominasi areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia (Setyamidjaja 2006).
Kelapa sawit ideal pada tekstur tanah lempung berdebu, lempung liat berdebu,
lempung berliat, dan lempung liat berpasir. Kedalaman efektif tanah yang baik
adalah lebih dari 100 cm. Kemasaman (pH) tanah yang optimal kisaran pH 5.06,0. Kelapa sawit toleran pada pH 3,5- 4,0 (lahan gambut) dan pada pH 7,0
tetapi produksi tidak maksimal (PPKS, 2004).

Pemanenan Kelapa Sawit
Pemanenan adalah kegiatan pemotongan tandan matang, mengumpulkan dan
mengangkutnya ke pabrik untuk seterusnya diolah sehingga mendapatkan
rendemen yang tinggi (Lubis, 1992). Panen merupakan salah satu faktor yang
menentukan kualitas dan kuantitas produksi. Tanaman kelapa sawit umumnya
sudah mulai dipanen pada umur tiga tahun. Keberhasilan panen sangat ditentukan
dari hasil produksi kebun, meliputi tandan, minyak dan inti sawit (Sunarko, 2010).

4
Kriteria Panen
Kelapa sawit pada umumnya dapat dipanen pertama kali dimulai pada tahun
ketiga seletah penanaman di lapangan (Padamean, 2012). Buah kelapa sawit
biasanya sudah dianggap matang sekitar enam bulan setelah penyerbukan.
Tingkat kematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna.
Buah kelapa sawit yang masih mentah berwarna hijau, karena pengaruh pigmen
klorofil. Buah akan berubah menjadi merah atau oranye akibat pengaruh pigmen
beta karoten. Kondisi tersebut menandakan minyak sawit yang terkandung dalam
daging buah telah maksimal dan buah sawit akan lepas dari tangkai tandannya
(membrondol). Lubis (1992) mengemukakan buah telah layak panen jika sudah
ada dua buah lepas (brondolan) dari tandannya atau jatuh ke piringan pohon untuk
tiap kg tandan. Tandan yang lebih dari 10 kg layak panen jika satu brondolan
sudah lepas atau jatuh di tanah. Buah yang dipanen dikatakan baik jika
komposisi buah masak 98% dan buah mentah serta busuk maksimal 2%.

Cara Panen
Panen pada kelapa sawit muda dan tua berbeda caranya karena adanya
perbedaan ukuran tandan dan ketinggian batang (Hakim, 2007). Tanaman muda
dipanen dengan sistem curi buah agar dapat mempertahankan dua sampai tiga
pelepah dibawah tandan buah yang dipanen. Pelepah dipertahankan karena luas
daun tanaman akan mendorong pertumbuhan tanaman dan produksi. Panen pada
tanaman tua dilakukan dengan memotong pelepah penyangga terlebih dahulu.
Pelepah yang telah dipotong diletakkan di gawangan. Tandan buah segar (TBS)
dipotong tandannya dengan posisi tenaga kerja panen berdiri pada tempat yang
aman pada saat buah jatuh (Rankine, 1998). Tandan yang telah dipanen harus
dihadapkan kearah pasar (jalan) panen dan brondolan dikumpulkan serta
dimasukkan ke karung. Tandan buah di tempat pengumpulan hasil (TPH)
disusun 5-10 tandan/baris dengan gagang menghadap ke atas (Lubis, 1992).
Pelaksanaan panen dibedakan dalam dua sistem, yaitu sistem giring dan
sistem tetap. Sistem giring adalah sistem panen yang seluruh hasil panennya
ditempatkan di satu lokasi panen secara bersamaan, sehingga masing-masing
tenaga kerja panen dapat memanen di tempat yang berbeda. Sistem ini cocok
untuk tenaga kerja panen dengan potensi produksi yang tinggi. Kelebihan sistem
giring adalah lebih cepat selesai karena selalu diawasi mandor. Sistem tetap
adalah sistem yang masing-masing pemanennya ditempatkan di lokasi panen
tertentu, sehingga masing-masing pemanen selalu memanen di tempat yang sama.
Sistem ini lebih cocok untuk pemanen borongan yang rendah. Kelebihan sistem
tetap adalah lebih teliti dan tidak mempengaruhi fisiologis tanaman (Sunarko,
2010).
Rotasi Panen
Rotasi panen adalah selang waktu antara panen yang satu dengan panen
berikutnya pada satu ancak panen. Rotasi panen tergantung pada kerapatan panen,
kapasitas pemanen, dan keadaan pabrik. Rotasi panen yang ideal adalah 7 hari

5
(PPKS, 2004). Menurut Lubis (1992), hari panen perlu diatur agar hari istirahat
pabrik tersedia. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam keadaan normal
panen dilakukan setiap senin sampai jumat setiap minggunya. Luas areal panen
pada hari jumat harus lebih sedikit karena jam kerja yang lebih sedikit. Panen
kelapa sawit juga dipengaruhi oleh iklim sehingga dikenal panen puncak dan dan
panen kecil.

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Batang Ulak, PT Ciliandra
Perkasa (PT CLP) Siabu, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, First
Resources (FR) Group. Kegiatan magang dilaksanakan pada 9 Februari sampai 8
Juni 2015.

Pelaksanaan Magang
Metode magang yang dilaksanakan adalah melakukan pekerjaan langsung di
kebun yang mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Kegiatan yang
dilaksanakan selama magang meliputi kerja langsung di lapangan sebagai karyawan
harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten afdeling.
Kegiatan yang dilaksanakan selama menjadi KHL adalah pengambilan contoh daun
(leaf sampling unit), pengendalian gulma secara manual dan kimia, pemupukan
organik (janjangan kosong) dan anorganik, penangkaran burung hantu, dan
pemanenan. Kegiatan yang dilaksanakan selama menjadi pendamping mandor
adalah mengawasi pekerjaan karyawan dan mengisi administrasi pada tingkat
mandor. Kegiatan sebagai pendamping asisten meliputi membantu menyusun
rencana kerja bulanan dan harian, mengawasi kerja mandor, mengisi administrasi
di tingkat asisten, memastikan produksi tercapai dan terkirim ke pabrik kelapa sawit
(PKS), mengambil data mutu buah dan efisiensi panen sebagai evaluasi kerja
mandor dan karyawan.

Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data dan informasi yang dilakukan meliputi pengambilan data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung di
lapangan selama kegiatan menjadi KHL, pendamping mandor, dan asisten
afdeling. Data primer akan dikhususkan pada aspek pemanenan. Data sekunder
diperoleh dari dari data yang ada di kebun meliputi lokasi geografis kebun,
keadaan iklim, luas areal dan tata guna lahan, produksi dan produktivitas, serta
struktur organisasi kebun.

6
Pengamatan yang dilakukan saat magang untuk melengkapi data primer
adalah sebagai berikut :
1. Angka kerapatan panen (AKP)
Pengamatan AKP dilakukan dengan cara memilih tiga blok secara acak.
Jumlah tanaman yang diamati adalah 10% dari populasi tanaman dalam blok.
Angka kerapatan panen didapatkan dengan perhitungan yang menggunakan
rumus:
jumlah buah matang
Kerapatan Panen =
× 100%
jumlah tanaman yang diamati
2. Kriteria panen
Kriteria panen diamati berdasarkan tingkat kematangan buah yaitu buah
mentah (unripe), kurang matang (under ripe), matang (ripe), lewat matang, dan
tandan kosong (empty bunch). Pengamatan dilakukan pada contoh sepuluh
(tempat pengumpulan hasil) TPH dengan sembilan hari ulangan.
3. Kapasitas panen
Pengamatan kapasitas panen dilakukan untuk melihat kemampuan
pemanen dalam panen dalam satu hari. Pengamatan dilakukan terhadap 12
pemanen dalam 10 hari panen, kemudian kapasitas panen dibandingkan dengan
standar perusahaan.
4. Tenaga kerja pemanen
Pengamatan tenaga kerja pemanen bertujuan melihat jumlah tenaga panen.
Jumlah tenaga panen didapatkan dengan wawancara terhadap asisten kebun dan
pengamatan langsung dengan menghitung jumlah tenaga panen yang ada pada
saat apel pagi dilaksanakan. Jumlah tenaga panen yang ada dibandingkan dengan
jumlah tenaga panen yang seharusnya dibutuhkan perusahaan. Kebutuhan
tenaga panen harian diketahui dengan rumus berikut (Fauzi et al. 2012):
A×B×C×D
Kebutuhan tenaga panen =
E
Keterangan :
A : Luas ancak yang akan dipanen (ha)
B : Kerapatan panen
C : Rata-rata berat buah (kg)
D : Populasi tanaman ha-1
E : Kapasitas panen HK-1
5. Sarana dan prasarana panen
Pengamatan dilakukan terhadap sarana dan prasarana yang mendukung
kegiatan panen. Pengamatan sarana dan prasarana panen dilaksanakan terhadap
5 pemanen dengan tiga kali ulangan. Pengamatan meliputi alat kerja panen dan
alat pelindung diri (APD) yang dibawa oleh pemanen pada saat apel pagi. Alat
kerja panen yang diamati kelengkapannya adalah egrek, gancu, karung, dan
angkong. Alat pelindung diri yang diamati adalah helm, sepatu dan sarung egrek.
6. Pengangkutan hasil panen
Pengamatan pengangkutan hasil panen dilakukan dengan mengikuti
keseluruhan proses pengangkutan TBS hingga ke pabrik. Pengamatan dilakukan
terhadap satu unit transportasi panen sebanyak tiga kali ulangan. Pengamatan
dilakukan dengan parameter waktu pengangkutan, jumlah TBS yang dapat
diangkut, jumlah pekerja, dan jarak pengangkutan.

7
Analisis Data
Hasil kegiatan pengamatan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer dan data sekunder dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis secara
deskriptif digunakan untuk mendapatkan nilai rata-rata dan persentase untuk
dibandingkan dengan standar yang berlaku dan literatur yang berhubungan dengan
analisis pengamatan. Analisis kuantitatif berdasarkan uji t-student. Uji t-student
digunakan untuk membandingkan variabel yang sudah diperoleh.

KEADAAN UMUM

Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Kebun Sei Batang Ulak merupakan kebun yang dimiliki dan dikelola oleh PT
Ciliandra Perkasa (PT CLP) yang masuk dalam First Resources Group. PT CLP
terdiri atas kebun dan pabrik yang merupakan perkebunan swasta murni.
Sebelumnya PT CLP berasal dari konversi lahan PT Pertisa Trading Co. Ltd. pada
tahun 1994 PT Petisa bergabung usaha dengan PT CLP.
Kebun Sei Batang Ulak terletak di Desa Siabu, Kecamatan Salo, Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau dengan koordinat 1010 00' 29" - 1010 44' 54" BT dan 00 13'
27" - 00 08' 47" LU. Kebun Sei Batang Ulak PT CLP terletak kurang lebih 20 km
dari Kota Bangkinang, Kecamatan Kampar, Provinsi Riau.

Luas Lahan, Keadaan Tanaman, dan Produksi
Kebun Sei Batang Ulak PT CLP memiliki luas areal 6.647,71 ha dengan luas
lahan produktif sebesar 5.891,04 ha. Luas areal tersebut dibagi menjadi sembilan
afdeling dan satu pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas 60 ton
jam-1. Sembilan afdeling tersebut dibagi menjadi tiga rayon yaitu Rayon A terdiri
dari afdeling satu sampai dengan tiga, Rayon B terdiri dari afdeling empat sampai
6, dan Rayon C terdiri dari afdeling tujuh sampai sembilan.
Tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak PT CLP berasal dari varietas
tenera yaitu persilangan antara varietas Dura dan Psifera. Jenis yang digunakan
adalah progeni dari Papua New Guinea (PNG) dan Marihat. Populasi rata-rata
tanaman kelapa sawit setiap hektar Kebun Sei Batang Ulak PT CLP adalah 130
tanaman kelapa sawit. Jumlah populasi tanaman kelapa sawit seluruhnya adalah
852.576 tanaman kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak
PT CLP terdiri dari 11 tahun tanam berbeda, yaitu tahun tanam 1993, 1994, 1995,
1996, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, 2004, dan 2005. Luas lahan, jenis varietas dan
populasi tanaman masing afdeling berdasarkan tahun tanam pada tahun 2015 dapat
dilihat pada Lampiran 4.
Tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak PT CLP seluruhnya
merupakan tanaman menghasilkan. Tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Batang
Ulak ditanam pada 244 Blok. Perkembangan luas lahan dan produksi Kebun Sei

8
Batang Ulak dapat dilihat pada Lampiran 5. Grafik produktivitas Kebun Sei Batang
Ulak PT CLP dari tahun 2006-2014 dapat dilihat pada Gambar 1.
30

Ton ha-1

25
20

23,92 23,94
20,78 20,75

18,6

20,21 20,02

22,8

23,33

15
10
5
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Tahun

Sumber: Kantor Kebun Sei Batang Ulak PT CLP (2015)

Gambar 1 Produktivitas Kebun Sei Batang Ulak PT CLP 2006-2014
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa produktivitas selama sembilan tahun
terakhir cenderung meningkat, namun pada tahun 2008 produksi dan produktivitas
menurun dan merupakan produktivitas terendah.

Keadaan Iklim dan Tanah
Topografi areal perkebunan kelapa sawit di Kebun Sei Batang Ulak PT CLP
adalah bergelombang hingga berbukit. Jenis tanah adalah tanah mineral atau ultisol
dengan kelas lahan S-3. Berdasarkan klasifikasi iklim Scmidth Ferguson, Kebun
Sei Batang Ulak PT CLP termasuk dalam tipe iklim A (sangat basah) dengan curah
hujan rata-rata dari tahun 2004-2014 sebesar 2.693 tahun-1, rata-rata 2 bulan kering,
dan 10 bulan basah setiap tahun. Data curah hujan disajikan pada Lampiran 6.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Pimpinan tertinggi pada struktur organisasi kebun adalah general manager.
General manager membawahi beberapa asisten kepala, asisten dan kepala tata
usaha. Struktur organisasi Kebun Sei Batang Ulak PT CLP dapat dilihat pada
Lampiran 7. Ketenagakerjaan Kebun Sei Batang Ulak PT CLP terdiri dari 2 jenis
karyawan, yaitu karyawan staf dan non staf. Karyawan staf terdiri dari general
manager, asisten kepala, asisten, kepala tata usaha dan kasi. Karyawan non staf
terdiri dari pegawai bulanan tetap (PBT), karyawan harian tetap (KHT), dan
karyawan harian lepas (KHL). Jumlah tenaga kerja yang dimiliki Kebun Sei Batang
Ulak PT CLP dapat dilihat di Tabel 2. Perhitungan indeks tenaga kerja (ITK) di
Kebun Sei Batang Ulak PT CLP adalah sebesar 0,11 ha-1.

9
Tabel 1 Komposisi jumlah tenaga kerja Kebun Sei Batang Ulak PT CLP
Kebun
Pabrik kelapa
Total
Tenaga Kerja
(orang)
sawit (orang)
Staf
18
8
26
Non staf
Pegawai bulanan tetap (PBT)
82
20
102
Karyawan harian tetap (KHT)
513
54
567
Karyawan harian lepas (KHL)
32
0
32
Total
645
80
725
Indeks tenaga kerja
0,11 ha-1
Sumber: Kantor Kebun Sei Batang Ulak PT CLP (2015)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Teknis
Pemupukan
Pemupukan di afdeling VII PT. CLP menggunakan pupuk anorganik dan
organik. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk urea, murisate of photash
(MOP), rock phosphate (RPH), kieserit, dan borate. Pupuk organik yang digunakan
adalah janjangan kosong (jangkos) dan limbah cair. Kegiatan pemupukan dilakukan
oleh satu orang mandor perawatan dan anggota pemupuk yang merupakan tenaga
surat perintah kerja lapang (SPKL). Kegiatan pemupukan terdiri dari pelangsiran
pupuk dari gudang pusat ke gudang rayon, penguntilan, pengeceran, dan
penaburan.
Pemupukan Anorganik
Pemupukan diawali dengan melangsir pupuk dengan dump truck dari gudang
pusat atau kebun ke gudang rayon. Kegiatan selanjutnya adalah penguntilan di
gudang rayon. Penguntilan merupakan kegiatan membagi pupuk ke dalam karung
yang disesuaikan dengan dosis aplikasi pemupukan. Penguntilan bertujuan untuk
memudahkan aplikasi penaburan pupuk di lapangan dan menjaga ketepatan dosis
pupuk per tanaman. Penguntilan dilakukan di dalam gudang pupuk oleh tenaga
pemupuk sebelum hari pemupukan. Ketentuan bobot untilan dalam setiap karung
disesuaikan dengan dosis aplikasi. Upah untuk tenaga penguntil sebesar
Rp 10 kg-1.
Tahap pertama yang dilakukan dalam penguntilan adalah membuka dan
mengucurkan pupuk ke takaran, lalu dimasukkan ke dalam karung untilan. Tahap
ini seharusnya menggunakan alat penakar, namun jika menggunakan alat penakar
maka waktu penguntilan lebih lama. Hal tersebut membuat tenaga penguntil
memilih tidak menggunakan alat penakar. Setiap untilan berisi pupuk sesuai dengan
dosis aplikasi pupuk. Satu untilan pupuk diaplikasikan pada delapan tanaman sawit.
Dosis rekomendasi pemupukan tahun 2015 dapat dilihat pada Lampiran 8.
Tahap selanjutnya adalah pengeceran pupuk. Pengeceran dilakukan sebelum
aplikasi pupuk atau penaburan pupuk di lahan. Pengeceran adalah peletakkan

10
untilan pupuk dari gudang ke beberapa titik di pasar pikul pada blok yang akan
diaplikasikan pemupukan. Untilan di gudang di angkut ke dalam dump truck oleh
tenaga pemupuk kemudian diecer ke blok. Titik penempatan untilan disebut supply
point. Setiap tiga pasar pikul terdapat dua supply point yang saling berlawanan antar
collection road. Jumlah untilan per supply point disesuaikan dengan jumlah
tanaman pada tiga pasar pikul tersebut.
Pupuk yang telah diecer disetiap supply point kemudian ditabur ke tanaman
sawit. Penaburan dilakukan oleh tenga kerja dengan perbandingan satu pelangsir
dua penabur. Pelangsir mengangkut pupuk dari supply point ke dalam blok, setiap
delapan tanaman satu untilan. Penabur menuangkan untilan yang telah dilangsir ke
dalam ember yang dibawa (Gambar 2a). Pupuk ditabur ke tanaman dengan
menggunakan mangkok takaran yang telah dikalibrasi (Gambar 2b). Pupuk yang
ditabur sesuai dengan dosis rekomendasi. Bentuk taburan pupuk seperti bulan sabit
atau setengah lingkaran. Tenaga penabur maksimal mengaplikasikan pupuk pada 5
ha lahan. Tenaga penabur dan pelangsir diberi upah Rp 18.000 ha-1.

(a)

(b)

(a) Pengisian ember di supply point
(b) Penaburan pupuk
Gambar 2 Kegiatan pemupukan anorganik
Pemupukan Organik
Pupuk organik yang digunakan adalah janjangan kosong (jangkos) dan
limbah cair pabrik kelapa sawit (PKS). Jangkos merupakan produk dari PKS
setelah TBS diproses. Pengaplikasian jangkos dilakukan di afdeling yang dekat
dengan PKS yaitu afdeling 1, 2 dan 7. Rotasi pengaplikasian jangkos adalah tiga
bulan dengan dosis 30 ton ha-1. Sehingga untuk satu tanaman diaplikasikan jangkos
kurang lebih 220 kg. Pemupukan Jangkos diawasi oleh satu orang mandor.
Pemupukan jangkos diawali dengan pengangkutan dari PKS ke lahan menggunakan
dump truck. Jangkos yang diangkut diletakkan di pasar pikul. Setiap pasar pikul
diletakkan 5 ton jangkos atau dua dump truck untuk diaplikasikan. Alat yang
digunakan untuk pemupukan jangkos adalah gancu dan angkong yang dimodifikasi
(Gambar 3a). Jangkos yang telah diletakkan di depan pasar pikul dilangsir dengan
angkong oleh tenaga pemupuk ke tanaman sawit dengan bentuk penyebaran
jangkos persegi empat (Gambar 3b). Tenga pemupukan jangkos adalah
tenagaborongan dengan upah Rp 1.100 per tanaman sawit. Tenaga borongan
diawasi oleh satu orang mandor.

11

(a)

(b)

(a) Angkong modifikasi untuk mengangkot jangkos
(b) Bentuk aplikasi jangkos segi empat
Gambar 3 Kegiatan pemupukan organik
Pengendalian Gulma Secara Kimiawi
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan oleh dua tim penyemprot yaitu
tim unit semprot (TUS) dan tim semprot gawangan. Tim unit semprot diutamakan
untuk pemeliharaan TPH, pasar pikul, dan piringan. Bahan aktif yang digunakan
adalah gliphosat dan methyl metsulfuron. Dosis gliphosat yang diaplikasikan 0,225
l ha-1 dan dosis methyl metsulfuron 11,25 gr ha-1. Tim unit semprot menggunakan
dua Alat semprot (sprayer) yaitu Atilla dan Micron Herby Sprayer (MHS). Alat
semprot yang lebih sering digunakan adalah Atilla, karena Atilla lebih efektif
digunakan meskipun lahan tidak datar (Gambar 4a). Kekurangan dari alat semprot
MHS dibanding Atilla adalah sulit digunakan pada lahan yang bergelombang.
Rotasi penyemprotan TUS adalah 3 bulan sekali. Satu afdeling diberi waktu
2-3 hari untuk dilakukan penyemprotan oleh TUS. Target TUS menyemprot untuk
satu bulan pada satu afdeling adalah delapan blok atau 240 ha. Selama satu bulan
TUS harus mampu menyemprot di sembilan afdeling. Prestasi kerja setiap tenaga
TUS maksimal 5 ha dalam satu hari. Tenaga TUS merupakan tenaga SPKL yang
terdiri dari 20 orang anggota dengan satu kepala SPKL. Selain itu TUS juga
memiliki satu supir untuk mengoperasikan mobil TUS yang membawa tangki air
dan tangki pencampur bahan kimia (Gambar 4b). Supir juga bertugas merawat alat
semprot. Upah tenaga TUS adalah Rp 13.000 ha-1. Selama penyemprotan oleh TUS
berlangsung di afdeling yang bertanggung jawab mengawasi kerja adalah mandor
perawatan masing-masing afdeling.

(a)

(b)

(a) Mobil tim unit semprot
(b) Alat semprot Atilla
Gambar 4 Sarana pengendalian gulma oleh tim unit semprot PT CLP

12
Tim semprot gawangan diutamakan melakukan pemeliharaan pada gawangan
mati. Gulma yang menjadi sasaran semprot adalah anak kayu dan paku-pakuan.
Bahan aktif yang digunakan adalah paraquat dan methyl metsulfuron atau starlon.
Bahan pencampur yang lebih efektif adalah starlon, tetapi karena harga yang lebih
mahal maka penggunaannya bergantian dengan methyl metsulfuron. Alat semprot
(sprayer) yang digunakan tim semprot gawangan adalah knapsack sprayer dengan
kapasitas 15 liter. Rotasi penyemprotan gawangan adalah enam bulan sekali. Satu
bulan tim semprot gawangan menyemprot sebanyak empat blok. Tenaga semprot
gawangan merupakan tenaga borongan yang terdiri dari 6-10 orang. Setiap tenaga
kerja maksimal menyemprot 5 ha dalam satu hari tidak boleh lebih. Satu tangki
knapsack sprayer disemprotkan untuk satu ha lahan. Air untuk mengisi tangki
knapsack sprayer berasal dari sumber-sumber air di dalam blok seperti parit-parit
atau genangan-genangan air (Gambar 5). Tenaga semprot gawangan diberi upah Rp
18.000 ha-1. Setiap pekerjaan tim semprot gawangan diawasi oleh mandor
perawatan afdeling. Mandor juga bertugas mencampurkan bahan kimia.

Gambar 5 Pengisian air knapsack sprayer
Pengendalian Gulma Secara Manual
Pengendalian gulma secara manual diutamakan pada pengendalian anak
bambu di dalam blok. Tenaga yang digunakan adalah tenaga harian dengan target
kerja satu sampai dua blok dalam sehari. Tenaga harian merupakan tenaga panen
atau pemuat yang pada hari itu tidak dapat bekerja berat dengan diberikan upah
harian sesuai dengan UMR. Jumlah tenaga yang digunakan satu sampai dua orang.
Alat yang digunakan untuk pengendalian anak bambu adalah parang. Anak bambu
ditebas sampai ke pangkal batang bambu. Rotasi pengendalian anak bambu
disesuaikan dengan kondisi lahan. Jika anak bambu sudah terlihat banyak maka
dilakukan pengendalian di blok tersebut. Tenaga pengendalian anak bambu diawasi
oleh mandor perawatan bagian pengendalian gulma.
Pengambilan Contoh Daun
Pengambilan contoh daun atau LSU (leaf sampling unit) adalah salah metode
pengambilan contoh daun untuk analisis unsur hara daun. Kegiatan LSU dilakukan
satu tahun sekali untuk menentukan dosis rekomendasi pemupukan tahun
berikutnya. Daun yang diambil untuk LSU adalah dua daun yang berlawanan pada
bagian ekor kadal pelepah kelapa sawit (Gambar 6). Pelepah yang dijadikan contoh
untuk LSU adalah pelepah ke 17. Tanaman contoh kurang lebih 30 tanaman dalam
satu blok. Penentuan tanaman contoh dilakukan dengan sistem perhitungan tertentu
sesuai dengan luasan blok yang akan diambil contoh. Misalnya sistem 12 x 11
artinya tanaman yang diambil adalah tanaman pada setiap baris ke 12 dan tanaman

13
ke 11 dalam baris. Contoh tanaman pertama adalah tanaman ke 5 dalam baris pada
baris ke 3, setelah itu baru mengikuti sistem. Misalnya sistem 12 x 11, maka
dihitung mulai tanaman setelah contoh pertama sampai tanaman ke 11. Tanaman
ke 11 tersebut adalah contoh ke 2 begitu seterusnya mengikuti sistem. Jika telah
sampai ujung blok dalam baris tersebut maka pindah ke 12 baris berikutnya (baris
ke 15) dan masuk kembali sesuai lanjutan hitungan dalam baris sebelumnya. Titik
pertama pengambilan contoh adalah dari barat ke utara.

Gambar 6 Pelepah bagian ekor kadal
Leaf sampling unit dikerjakan oleh dua tenaga kerja, satu orang bertugas
mengambil atau memotong pelepah (Gambar 7a), sedangkan satu orang lainnya
melakukan pengamatan visual tehadap daun pada seluruh tanaman yang dilewati
dan memberi tanda atau nomor pada tanaman contoh (Gambar 7b dan 7c).
Pengamatan visual yang dilakukan adalah gejala defisiensi unsur hara yang tampak
pada daun. Gejala defisiensi yang diamati adalah defisiensi unsur N, K, Mg, B, dan
Fe. Selain itu pelepah yang patah juga menjadi aspek yang diamati secara visual.
Hasil pengamatan visual tersebut dituliskan pada borang yang telah disiapkan oleh
tim research first resources (Gambar 7c).

(a)

(b)

(a) Pemotongan pelepah ke-17
(b) Pemeberian nomor pada tanaman contoh
(c) Borang pengamatan visual
Gambar 7 Kegiatan leaf sampling unit

(c)

14
Tanaman yang dijadikan contoh untuk diambil daunnya harus memenuhi
beberapa persayaratan agar hasil yang didapat lebih akurat. Ciri-ciri tanaman yang
tidak memenuhi persyaratan adalah sebagai berikut (FR, 2013):
a. Tanaman terletak dipinggir jalan, rel kereta api, sungai, parit ataupun
perumahan
b. Tanaman sisipan
c. Tanaman kerdil
d. Tanaman steril
e. Tanaman yang terserang hama dan penyakit
f. Tanaman yang tumbuh miring ditanah datar
g. Tanaman yang pelepah ke 17 tidak ada atau rusak
h. Tanaman abnormal.
Jika tanaman contoh yang terpilih tidak memenuhi syarat sebagai tanaman
contoh LSU maka dilakukan pemindahan tanaman contoh yaitu tanaman yang
didepannya sebagai tanaman contoh pengganti. Perhitungan untuk tanaman
selanjutnya tetap dari tanaman yang contoh yang asli bukan tanaman contoh
pengganti.
Daun yang telah diambil dari seluruh contoh tanaman kemudian diambil
hanya bagian tengah sepanjang 10 cm dan dilepaskan lidinya (Gambar 8a). Contoh
daun selanjutnya dibawa ke kantor afdeling dan dipotong-potong menjadi 10
potongan dengan ukuran 1 cm (Gambar 8b). Contoh daun kemudian dimasukkan
ke dalam plastik dan diberi borang pengamatan yang telah terisi dengan
pengamatan visual yang dilakukan. Seluruh contoh daun kemudian dikirim ke
kantor kebun untuk dilakukan perlakuan di laboratorium kebun. Contoh daun harus
sampai di laboratorium sebelum jam 12.00 WIB. Contoh daun yang telah menerima
perlakuan di laboratorium kebun akan dikirim ke PPLP jika seluruh contoh daun
seluruh afdeling telah selesai diambil.

(a)

(b)

(a) Pelepasan lidi dari daun
(b) Daun yang telah dipotong dengan ukuran 1 cm
Gambar 8 Kegiatan pemotongan daun contoh
Perawatan Jalan
Perawatan jalan di Kebun Sei Batang Ulak PT CLP dilakukan untuk
mendukung sistem pengangkutan TBS ke PKS dan keperluan transportasi lainnya
seperti pengeceran pupuk, akses jalan mobil TUS, serta akses jalan umum.

15
Perawatan jalan dilakukan secara manual maupun mekanik. Secara manual
perawatan jalan dilakukan dengan menggunakan cangkul, egrek, dan ember kecil.
Secara mekanik perawatan jalan dilakukan dengan menggunakan alat berat seperti
road grader, bomag, dan excavator.
Kegiatan perawatan jalan dilakukan pada areal jalan yang berlubang,
bergelombang, tergenang air dan berlumpur. Penimbunan dilakukan pada jalan
yang berlubang atau bergelombang dengan menggunakan pasir dan batu (sirtu)
kemudian diratakan dengan grader dan dipadatkan dengan bomag. Jalan yang
tergenang air diatasi dengan menguras air yang menggenang dengan ember kecil
dan membuat saluran air secara manual dengan cangkul untuk mengalirkan air yang
menggenang ke parit. Kegiatan perawatan jalan juga dilakukan dengan cara rempes
pelepah sawit. Rempes pelepah sawit adalah kegiatan memotong pelepah yang
mengarah ke jalan pada tanaman sawit yang berada di pinggir jalan. Rempes
dilakukan agar sinar matahari langsung dapat mengenai jalan sehingga jalan lebih
cepat kering dan padat setelah terkena air hujan. Kegiatan perawatan jalan
dikerjakan oleh karyawan yang non produktif dan diupah harian. Karyawan non
produktif adalah tenaga panen yang pada hari itu tidak dapat kerja berat atau tenaga
panen yang telah tidak aktif panen.
Panen
Pemanenan kelapa sawit merupakan proses pemotongan TBS dan pengutipan
brondolan serta pengangkutan TBS sampai ke PKS. Pemanenan harus dilakukan
dengan cara dan kriteria matang yang tepat agar hasil yang didapat lebih baik.
Kriteria matang yang tepat akan menghasilkan kualitas CPO yang baik pula.
Kriteria TBS yang matang dapat dilihat dari jumlah brondolan yang lepas dari TBS.
Kriteria matang panen yang ditetapkan oleh perusahaan dapat dilihat di Tabel 2.
Tabel 2 Kriteria grading berdasarkan tingkat kematangan TBS
Kriteria
Jumlah brondolan yang lepas dari TBS
Mentah
Tidak ada
Kurang matang
75%-90% brondolan telah lepas
Busuk/ tandan kososng >90% brondolan telah lepas
Sumber : Operational Best Practice (OBP) Agronomy Oil Palm First Resources 2013

Keberhasilan panen juga dilihat dari produktivitas yang dapat dicapai oleh
kebun tersebut. Produktivitas kebun yang optimal dapat menunjukkan bahwa
manajemen panen pada kebun tersebut baik. Untuk melihat produktivitas kebun
sudah optimal atau belum maka harus dibandingkan dengan perkiraan produktivitas
optimal untuk tanaman dengan tahun tanamnya masing-masing dan kelas lahan
kebun tersebut. Perbandingan produktivitas rata-rata Kebun Sei Batang Ulak PT
CLP pada tahun 2014 dengan perkiraan produktivitas menurut BPP Medan pada
kelas lahan S3 berdasarkan sebelas tahun tanam dapat dilihat pada Tabel 3.

16
Tabel 3 Perbandingan produktivitas Kebun Sei Batang Ulak PT CLP tahun 2014
dengan perkiraan produktivitas BPP Medan
Kebun Sei Batang Ulak PT CLP (1)
BPP Medan (2)
Tahun
Produktivitas
Produktivitas
tanam
Luas (ha)
Produksi (ton)
-1
(ton ha )
(ton ha-1)
1993
680,54
15939,561
23,42
17,00
1994
682,7
15731,043
23,04
17,50
1995
177,17
4109,291
23,19
18,00
1996
1660,41
39571,356
23,83
18,50
1997
2026,12
48190,352
23,78
19,00
1998
411,07
9309,506
22,65
19,50
1999
160,83
3076,139
19,13
19,50
2000
72,56
1147,239
15,81
20,00
2001
19,64
392,155
19,97
20,00
2004
345,17
7585,584
21,98
20,50
2005
245,33
4951,774
20,18
19,00
Total
5891,04
150004
21,54
18,95
Sumber: (1) Kantor Kebun Sei Batang Ulak PT CLP
(2) Risza (2010)

Sebelum panen dimulai, kegiatan yang dilakukan adalah persiapan panen.
Asisten dan mandor juga harus mempersiapkan dahulu rencana panen untuk hari
berikutnya. Angka kerapatan panen (AKP) diambil sehari sebelum panen
dilaksanakan di blok tersebut. Tanaman contoh untuk AKP harus 10% dari populasi
pada blok yang akan diambil AKP. Baris yang dijadikan contoh adalah baris
kelima, selanjutnya ditambah sepuluh baris yaitu baris ke-15, ke-25 dan seterusnya
hingga mencapai 10%. Tanaman contoh diamati jumlah TBS matangnya dan dalam
satu tanaman bisa terdapat lebih dari satu tandan matang. Taksasi panen kemudian
dibuat berdasarkan AKP yang diperoleh. Hasil pengamatan AKP dapat dilihat di
Tabel 4. Taksasi panen juga digunakan untuk menentukan kebutuhan tenaga panen
pada hari berikutnya.
Tabel 4 Angka kerapatan panen
Blok

Luas (ha)

Jumlah
populasi
(tanaman)

H30

35,64

3888

Jumlah
tanaman
contoh
(tanaman)
449

H31

32,71

5124

G29

37,42

3703

Rata-rata

Jumlah tandan
matang (tandan)

AKP (%)

182,00

40,53

529

158,00

29,87

381

94,00

24,67

453

144,67

31,69

Kebutuhan tenaga panen dihitung dengan melihat AKP, luas seksi panen atau
bobot janjang rata-rata (BJR), dan populasi rata-rata ha-1. Data tersebut dikalikan
kemudian dibagi dengan bobot tandan yang harus dipanen berdasarkan standar

17
perusahaan. Afdeling 7 membagi seksi panen atau kaveld menjadi enam hari atau
enam kaveld. Rata-rata luas kaveld panen di afdeling 7 adalah 130 ha. Berat janjang
rata-rata di afdeling tujuh adalah 24 kg tandan-1. Populasi rata-rata ha-1 adalah 132
tanaman. Hasil perhitungan kebutuhan tenaga panen berdasarkan taksasi adalah
sebagai berikut:
AXBXCD
Kebutuhan tenaga panen
=
E

=

130 Ha X 31,69% X 24 Kg X 132 tanaman
2 400 kg

= 54,38
≈ 55 orang
Keterangan :
A : Luas ancak yang akan dipanen (ha)
B : Kerapatan panen
C : Rata-rata berat buah (kg)
D : Populasi tanaman ha-1
E : Kapasitas panen HK-1
Persiapan panen lainnya yang dilakukan adalah apel pagi tenaga panen.
Ketika apel dilaksanakan, asisten dan mandor panen memberikan arahan kepada
pekerja, lalu mandor panen membagikan ancak panen kepada tenaga panen setelah
apel pagi selesai. Apel pagi dimulai pukul 06.15 waktu setempat di dekat blok yang
akan dipanen pada hari itu. Tenaga panen diwajibkan sudah membawa alat panen
dan APD, bekal makan pagi dan siang, serta helper (orang yang membantu tenaga
kerja panen untuk mengutip brondolan dan kegiatan panen lainnya) ketika apel
pagi. Alat panen adalah perlengkapan yang harus disiapkan tenaga panen ketika
apel pagi. Asisten afdeling selalu mengawasi apakah pemanen telah membawa alat
panen yang lengkap ketika apel. Alat panen yang harus dibawa oleh pemanen
adalah fiber, egrek, gancu, kapak, angkong, batu asah, dan karung. Alat panen yang
dibawa juga harus baik dan siap pakai agar tidak menghambat kegiatan panen yang
akan dilakukan. Pengamatan alat panen dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Alat panen yang disiapkan oleh pemanen
Alat panen
Ulangan Egrek Fiber Gancu Kapak Angkong
Batu
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
Asah (%)
1
100
100
100
100
100
100
2
100
100
100
100
100
100
3
100
100
100
100
100
100
Rata100
100
100
100
100
100
rata

Karung
(%)
100
100
100
100

Alat pelindung diri (APD) pada dasarnya menjadi kebutuhan bagi pemanen
dan perusahaan untuk menghindari kecelakaan kerja. Alat pelindung diri menjadi
kewajiban bagi pemanen untuk memakainya dan kewajiban perusahaan untuk
mengawasi pemakaiannya. Tingkat kecelakaan kerja yang tinggi akan berpengaruh
terhadap produksi perusahaan yang rendah. Oleh karena itu APD harus menjadi

18
perhatian penting bagi perusahaan. Pengamatan terhadap persentase penggunaan
APD di afdeling 7 Kebun Sei Batang Ulak dapat di lihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Penggunaan APD oleh pemanen
Ulangan
1
2
3
Rata-rata

Sepatu (%)
100,00
40,00
100,00
80,00

APD
Sarung egrek (%) Helm (%)
0,00
0,00
60,00
0,00
40,00
0,00
33,33
0,00

Kaca mata (%)
0,00
0,00
0,00
0,00

Pemanenan biasanya dibantu oleh tenaga yang biasa disebut helper dan
memiliki tugas membrondol dan membantu kegiatan panen lainnya seperti
menyusun pelepah, mengangkokong, menyusun TBS di TPH, meomotong tangkai
TBS, dan memberi nomor pada tangkai TBS. Upah helper diberikan oleh tenaga
panen yang bersangkutan sesuai upah yang didapatkan oleh tenaga kerja panen
tersebut. Kebun Sei Batang Ulak PT CLP mewajibkan setiap tenaga panen untuk
memiliki minimal satu orang helper agar kegiatan panen lebih efektif. Kapasitas
panen tenaga kerja panen akan lebih tinggi dengan adanya helper. Tenaga kerja
panen yang memiliki helper lebih banyak maka kapasitas panennya pun semakin
tinggi.
Sistem ancak panen di afdeling 7 Kebun Sei Batang Ulak PT CLP adalah
sistem ancak giring tetap. Setiap tenaga kerja panen diberikan tanggung jawab
terhadap satu ancak di setiap bloknya dan setiap hari lokasi panen berpindah sesuai
ancak masing-masing. Ancak panen satu orang tenaga kerja panen dalam satu blok
adalah dua pasar pikul atau sekitar 1 ha. Satu kaveld ancak satu orang tenaga kerja
panen berkisar 3-4 ha.
Pukul 6.30 s