Asas-asas Hukum Acara Pidana

2. Asas-asas Hukum Acara Pidana

Dalam hukum acara pidana dikenal beberapa asas atau prinsip-prinsip hukum acara pidana, yaitu : a. Asas Legalitas Legalitas berasa dari kata legal Latin, aslinya legalis, artinya sah menurut undang-undang. Berlainan dengan asas legalitas dalam hukum pidana materiil yang bertumpu pada Pasal 1 ayat 1 KUHP yang berbunyi “ tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana selain berdasarkan kekuatan kekeuatan perundang-undangan sebelumnya.” Disini KUHP dipakia istilah “ perundang-undangan pidana” sebagai salinan wettelijk strafbepaling dalam bahasa asli KUHP. Ini berarti suatu peraturan yang lebih rendah dari undang-undang dalam arti formil, seperti Peraturan Pemerintah dan Perda dapat merumuskan delik dan sanksi pidana. Adapun dalam hukum acara pidana dipakai istilah undang-undang wet, sehingga hanya dengan undang-undang suatu pembatasan hak asasi manusi seperti penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dapat dilakukan, karena dalam KUHAP, konsideran huruf a mengatakan, “ Bahan Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Universitas Sumatera Utara b. Asas Perlakuan yang Sama atas Diri Setiap Orang di Muka Hukum Equality Before the Law Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman berbunyi; pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. Penjelasan umum butir 3 a KUHAP berbunyi; perlakuan yang sama atas diri setiap orang di muka hukum dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan. c. Asas Praduga Tidak Bersalah Presumption of Innocent Asas ini dapat dijumpai dalam penjelasan dalam pasal 8 Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman No. 14 Tahun 1970 yang berbunyi : “setiap orang yang sudah disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap”. Dengan asas praduga tak bersalah yang dimiliki KUHAP, dengan sendirinya memberi pedoman kepada penegak hukum untuk mempergunakan prinsip akusator dalam setiap tingkat pemeriksaan.Aparat penegak hukum harus menjauhkan diri dari cara-cara pemeriksaan yang inkuisitor, yang menempatkan tersangka terdakwa dalam setiap pemeriksaan sebagai obyek yang dapat diperlakukan dengan sewenang- wenang.Prinsip inkuisitor inkuisitor inilah yang dulu dijadikan landasan pemeriksaan dalam periode HIR. HIR sama sekali tidak memberi hak dan kesempatan yang wajar Universitas Sumatera Utara bagi tersangka terdakwa untuk membela diri dan mempertahankan hak dan kebenarannya. 17 d. Tersangka atau Terdakwa Berhak Mendapatkan Bantuan Hukum Dalam Pasal 69 sampai dengan Pasal 74 KUHAP diatur tentang bantuan hukum tersebut di mana tersangka terdakwa mendapat kebebasan yang sangat luas. Kebebasan itu antara lain sebagai berikut : 1 Bantuan hukum dapat diberikan sejak saat tersangka ditangkap atau ditahan. 2 Bantuan hukum dapat diberikan pada semua tingkat pemeriksaan. 3 Penasihat hukum dapat menghubungi tersangkaterdakwa pada semua tingkat pemeriksaan pada setiap waktu. 4 Pembicaraan antara penasihat hukum dan tersangka tidak didengar oleh penyidik dan penuntut umum kecuali pada delik yang menyangkut keamanan negara. 5 Turunan berita acara akan diberikan kepada tersangka atau penasihat hukum guna kepentingan pembelaan. 6 Penasihat hukum berhak mengirim dan menerima surat dari tersangka terdakwa. e. Pemeriksaan Pengadilan Terbuka Untuk Umum Dalam Pasal 153 ayat 3 dan 4 KUHAP yang berbunyi, untuk keperluan sidang dan menyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam perkara mengenai 17 Mohammad Taufik Makarao dan Suhansil, Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hal 4 Universitas Sumatera Utara kesusilaan atau terdakwanya anak-anak. Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat 2 dan 3 ,mengakibatkan batalnya putusan demi hukum . Kekecualian terhadap kesusilaan dan anak-anak alasannya karena kesusilaan dianggap masalahnya sangat pribadi sekali. Tidak selayaknya proses jalannya sidang dipaparkan dan dipertontonkan di muka umum. Begitu juga dengan anak-anak, karena dalam persidangan jika persidangan itu terbuka untuk umum maka kemungkinan psikologis anak tersebut menjadi terganggu.Maka dari itu, terhadap kasus yang terdakwanya adalah seorang anak, hukum acara pidana tidak memberlakukan asas persidangan terbuka untuk umum. Untuk dapat mengetahui suatu persidangan tidak terbuka untuk umum, maka persidangan dilakukan di ruang sidang yang tertutup.Pertimbangan tersebut sepenuhnya diserahkan kepada hakim.Penetapan hakim bahwa persidangan tertutup untuk umum itu tidak dapat dibanding. 18 Sifat terbuka untuk umum dari suatu proses pemeriksaan untuk umum dari suatu proses pemeriksaan perkara pidana tidak terletak pada dapatnya orang keluar masuk ruang sidang pengadilan, tetapi terletak pada pemberitaan yang bebas oleh pers dan dapat dipertanggungjawabkan sedemikian rupa, sehingga the fair administration of justice tidak menjadi terdesak karenanya. Persidangan terbuka demi keadilan, hak seseorang atas persidanagan terbuka untuk umum tidak boleh 18 Andi Hamzah, Op Cit, hal 22 Universitas Sumatera Utara mengakibatkan bahwa hak seseorang untuk diadili secara terbuka berubah sifatnya menjadi ianya diadili oleh orang banyak publik. 19 f. Asas Peradilan Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan Walaupun sidang dinyatakan tertutup untuk umum, namun keputusan hakim dinyatakan dalam sidang yang terbuka untuk umum. Bahkan Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman Pasal 20 dan KUHAP Pasal 195 tegas menyatakan: “Semua putusan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum”. Asas ini bertujuan agar proses persidangan berjalan dengan mudah. Karena, jika penerapan sidang ternyata mempersulit para pihak, maka persidangan bejalan tidak efektif dan bahkan dapat melanggar hak-hak dan kepentingan para pihak. Jika persidangan dilakukan dengan berbelit-belit, maka penyelesaian kasus akan berjalan lambat. Sudah pasti hak asasi tersangka dilanggar, karena tersangka terdakwa dihadapkan oleh rasa ketidakpastian yang berlarut-larut disebabkan sangkaan atau dakwaan yang didakwakan kepadanya tanpa suatu penyelesaian akhir. Dalam KUHAP, dapat kita lihat beberapa ketentuan sebagai penjabaran dari asas peradilan cepat, dalam Pasal 50 dinyatakan “tersangka atau terdakwa berhak segera mendapat pemeriksaan penyidik, segera diajukan ke penuntut umum, segera diadili oleh pengadilan. 19 Alvi Syahrin,SH.MS, Acara Pemeriksaan Perkara Pidana di Pengadilan Negeri, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 1997, hal 31. Universitas Sumatera Utara Asas sederhana artinya cara yang jelas, mudah dipahami, dan tidak berbelit- belit. Yang penting disini ialah agar para pihak dapat mengemukakan kehendaknya dengan jelas dan pasti tidak berunah-ubah dan penyelesaiannya dilakukan dengan jelas, terbuka, dan pasti, dengan penerapan hukum acara yang fleksibel demi kepentingan para pihak yang menghendaki acara yang sederhana. Biaya ringan dalam asas pengadilan adalah sedikitnya biaya yang dikeluarkan untuk pencari keadilan dalam menyelesaikan sengketanya di depan pengadilan. Dalam hal ini tidak dibutuhkan biaya lain kecuali benar-benar biaya yang diperlukan untuk keperluan penyelesaian sengketa yang dihadapi oleh pencari keadilan. Pengadilan harus mempertanggungjawabkan uang tersebut kepada yang bersangkuta dengan mencantumkannya dalam jurnal keuangan perkara sehingga yang bersangkutan dapat melihatnya sewaktu-waktu. g. Pemeriksaan hakim yang Langsung dan Lisan. Pemeriksaan di sidang pengadilan dilakukan oleh hakimg secara langsung, artinya langsung kepada terdakwa dan para saksi.Ini berbeda dengan acara perdata di mana tergugat dapat diwakili oleh kuasanya.Pemeriksaan hakim juga dilakukan secara lisan, artinya bukan tertulis antara hakim dan terdakwa, dimana hakim hakim bisa mengorek keterangan lebih jauh baik kepada terdakwa atau kepada saksi-saksi guna penyelesaian kasus.Ketentuan mengenai hal di atas diatur dalam Pasal 154,155 KUHAP, dan seterusnya. Universitas Sumatera Utara Yang dipandang pengecualian dari asas langsung ialah kemungkinan putusan dijatuhkan tanpa hadirnya terdakwa, yaitu putusan verstek atau putusan in absentia.Tetapi ini merupakan pengecualian, yaitu dalam acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan Pasal 213 KUHAP dan dalam hukum acara pidana khusus seperti Tindak Pidana Ekonomi dan Tindak pidana Korupsi.

3. Tujuan Hukum Acara Pidana

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Tentang Pencabutan Keterangan Terdakwa Dalam Persidangan Dan Implikasinya Terhadap Kekuatan Alat Bukti (Studi Putusan Nomor : 43 / Pid. B / 2009/ PN-TTD)

0 63 101

Kedudukan Keterangan Saksi Di Penyidikan Sebagai Alat Bukti Yang Sah Dalam Persidangan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Stabat No.752/ Pid.B/ 2012/ PN.Stb)

2 96 102

KEDUDUKAN SAKSI VERBALISAN (SAKSI PENYIDIK) SEBAGAI ALAT BUKTI DI PERSIDANGAN DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Boyolali).

0 2 14

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP KETERANGAN SAKSI SEBAGAI ALAT BUKTI YANG SAH DALAM PERSIDANGAN PERKARA PIDANA DI PENGADILAN NEGERI PADANG.

0 1 6

PERANAN KETERANGAN TERDAKWA SEBAGAI ALAT BUKTI YANG SAH DALAM PERKARA PIDANA DI PENGADILAN NEGERI KELAS I A PADANG.

0 2 6

TINJAUAN TENTANG PENJATUHAN PUTUSAN OLEH HAKIM YANG DIDASARKAN KEPADA ALAT BUKTI KETERANGAN SAKSI-SAKSI YANG DIBACAKAN PENUNTUT UMUM DI PERSIDANGAN PERKARA PENCURIAN (Studi Putusan Pengadilan Negeri Bengkulu Nomor 255/Pid.B/2010/PN.BKL).

0 0 1

Kedudukan Keterangan Saksi Di Penyidikan Sebagai Alat Bukti Yang Sah Dalam Persidangan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Stabat No.752 Pid.B 2012 PN.Stb)

0 0 8

Kedudukan Keterangan Saksi Di Penyidikan Sebagai Alat Bukti Yang Sah Dalam Persidangan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Stabat No.752 Pid.B 2012 PN.Stb)

0 0 1

Kedudukan Keterangan Saksi Di Penyidikan Sebagai Alat Bukti Yang Sah Dalam Persidangan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Stabat No.752 Pid.B 2012 PN.Stb)

0 0 20

Kedudukan Keterangan Saksi Di Penyidikan Sebagai Alat Bukti Yang Sah Dalam Persidangan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Stabat No.752 Pid.B 2012 PN.Stb)

0 0 2