Demam Hubungan Penggunaan Antipiretik dengan Profil Demam Dibagian Anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Demam

2.1.1. Definisi Demam Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditengahi oleh kenaikan titik ambang regulasi hipotalamus. Pusat regulasipengaturan panas hipotalamus mengendalikan suhu tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari reseptor-reseptor neuronal perifer dingin dan panas. Faktor pengaturan lainnya adalah suhu darah yang bersirkulasi dalam hipotalamus. Integrasi sinyal-sinyal ini mempertahankan agar suhu didalam tubuh normal pada titik ambang 37 C 98 F dan sedikit berkisar antara 1-1,5 C. Suhu aksila mungkin 1 Clebih rendah dari dalam tubuh, sebagian karena vasokonstriksi kulit, dan suhu oral mungkin rendah palsu karena pernafasan yang cepat Nelson, 2012. Menurut Nelwan 2009, “Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5 C-37,2 C. Suhu subnormal di bawah 36 C. Dengan demam pada umumnya diartikan suhu tubuh di atas 37,2 C. Hipereksia adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setingg5 41,2 C atau lebih, sedangkan hipotermi adalah keadaan suhu tubuh di bawah 35 C. Biasanya terdapat perbedaan antara pengukuran suhu di aksila dan oral maupun rektal. 2.1.2. Etiologi Demam Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi maupun faktor non infeksi. Demam akibat infeksi bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak- anak antara lain pneumoni, bronkitis, osteomyelitis, apendisitis, tuberkulosis, bakterimia, sepsis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis media, infeksi saluran kemih, dan lain-lainnya Graneto, 2010. Infeksi virus Universitas Sumatera Utara yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak antara lain viral pneumoni, influenza, demam berdarah dengue, demam chikungunya dan virus-virus umum seprti H1N1 Davis, 2011. Demam yang secara tiba-tiba tinggi lebih sering disebabkan oleh penyakit infeksi virus Nelwan, 2009. Demam akibat non infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan suhu lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll, Keganasan penyakin Hodgkin,leukimia, hematoma, penyakit metastasis, limfoma, non hodgkin, leukoma, dll, Penyakit autoimun artritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll, dan pemakaian obat-obatan antibiotik, dan antihistamin, penyakit radang penyakit radang usus Nelson, 2012. Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai efek samping dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari Graneto, 2010. 2.1.3. Mekanisme Demam Menurut Sherwood, 2012 “Demam terjadi akibat adanya infeksi atau peradangan. Sebagai respon masuknya mikroba, sel-sel fagositik tertentu makrofag mengeluarkan suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen. Selain efek-efeknya dalam melawan infeksi juga bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus sekarang mempertahankan suhu ditingkat yang baru dan tidak mempertahankannya di suhu normal tubuh. Jika, sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 38,9 C 102 F, maka hipotalamus mendeteksi bahwa suhu normal prademam terlalu dingin sehingga bagian otak ini memicu mekanisme- mekanisme respon dingin untuk meningkatkan suhu menjadi 38,9 C. Secara spesifik, hipotalamus memicu menggigil agar produksi panas segera meningkat dan mendorong suhu naik dan menyebabkan menggigil yang sering terjadi pada permulaan demam. Setelah suhu baru tercapai maka suhu tubuh diatur sebagai normal dalam respon terhadap panas dan dingin tetapi dengan patokan yang lebih tinggi. Karena itu, terjadi demam sebagai respon terhadap infeksi adalah tujuan yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi. Selama demam, pirogen endogen meningkatkan titik patokan hipotalamus dengan memicu pelepasan lokal prostaglandin, yaitu mediator kimiawi lokal yang bekerja langsung pada hipolamus. Universitas Sumatera Utara Aspirin mengurangi demam dengan menghambat sintesa prostaglandin. Tanpa adanya pirogen endogen maka di hipotalamus tidak terdapat prostaglandin dalam jumlah bermakna Sherwood, 2012. 2.1.4. Patogenesis demam Menurut Nelson, 2012 “berbagai macam agen infeksius, imunologis, atau agen yang yang berkaitan dengan toksin pirogen eksogen mengimbas produksi pirogen endogen oleh sel-sel radang hospes. Pirogen endogen ini adalah sitokin, misalnya interleukin IL- 1.β IL- 1.α IL-6. Faktor nekrosis tumor TNF.α TNF.β, dan interferon α INF. Pirogen endogen menyebabkan demam dalam waktu 10-15 menit, sedangkan respon demam terhadap pirogen eksogen misalnya, endotoksin timbul lambat menimbulkan sintesis dan pelepasan sitokin pirogenik. Sitokin endogen yang sifatnya pirogenik secara langsung menstimulasi hipotalamus untuk memproduksi prostaglandin E yang kemudian mengatur kembali titik ambang pengaturan suhu. Selanjutnya transmisi neuronal ke perifer menyebabkan konservasi dan pembentukan panas, dengan demikian suhu didalam tubuh meningkat. 2.1.5. Faktor Risiko Demam memiliki penyakit serius pada anak dan dipengaruhi oleh usia. Pada umur tiga bulan pertama, bayi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena infeksi bakteri yang serius dibanding dengan bayi dengan usia lebih tua. Demam yang terjadi pada anak pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus, akan tetapi infeksi bakteri yang serius dapat pula terjadi pada anak seperti meningitis, infeksi saluran kemih, pneumoni. Pada anak dengan usia diantara dua bulan sampai dengan tiga tahun dapat meningkatkan risiko terkena penyakit serius akibat kurangnya IgG yang merupakan bahan bagi tubuh untuk membentuk komplemen yang berfungsi mengatasi infeksi bakteri. 2.1.6. Tipe Demam Ada lima tipe demam menurut Nelwan 2009 dari Ilmu Penyakit Dalam, yang terdiri dari : Demam Septik : Pada tipe demam septik, suhu badan berangsung tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas Universitas Sumatera Utara normal pada pagi hari. Sering disertai menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik. Demam Remiten : Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik. Demam Intermiten : Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di anatara dua serangan demam disebut kuartana. Demam Kontinyu : Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. Demam Siklik : Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang dapat dihubungkan dengan suatu penyakit tertentu, seperti misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seseorang pasien mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas, seperti misalnya : abses pneumoni, infeksi saluran kemih atau malaria; tetapi kadang-kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan dengan suatu sebab yang jelas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada demam, adalah cara timbul demam, lama demam, sifat harian demam, tinggi demam, dan keluhan serta gejala lain yang menimbulkan demam Nelwan, 2009.

2.2. Antipiretik