Permasalahan pengelolaan Aset Tidak Berwujud pada 27 K/L Tahun 2017

b. Permasalahan pengelolaan Aset Tidak Berwujud pada 27 K/L Tahun 2017

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada LKPP Tahun 2017, BPK menemukan adanya kelemahan dalam pengelolaan Aset Tidak Berwujud pada Kementerian/Lembaga dengan rincian permasalahan sebagai berikut.

Tabel 20 Permasalahan Pengelolaan ATB Pada K/L Tahun 2017

No

Permasalahan

Jumlah KL

Nilai Temuan (Rp)

1 ATB sudah tidak dimanfaatkan 8 8.833.955.572,00 2 Pencatatan ATB tidak tertib dan amortisasi ATB tidak

14 158.900.829.992,00 akurat 3 ATB belum ditetapkan status penggunaannya

2 721.552.399.652,00 4 Permasalahan signifikan lainnya

Permasalahan pengelolaan Aset Tidak Berwujud Tahun 2017 dapat diuraikan sebagai berikut.

1) ATB yang sudah tidak dimanfaatkan pada 8 K/L masih disajikan dalam aset lainnya sebesar Rp8.833.955.572,00, diantaranya terjadi pada: (1) Kementerian Kelautan dan Perikanan sebesar Rp2.336.928.600,00; dan (2) Sekretariat Kabinet sebesar Rp1.916.437.102,00. Rincian permasalahan pada masing-masing K/L

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar Rp4.480.183.155,00 berupa ATB belum dapat ditelusuri pada satker 2 satker; (2) Badan Pusat Statistik sebesar Rp2.570.005.812,00 berupa software pembelian tahun 2017 belum dimanfaatkan. Rincian permasalahan pada masing-masing K/L dapat dilihat pada

Lampiran 5.4.3.

Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:

a. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara:

1) Pasal 44 yang menyatakan bahwa Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib mengelola dan menatausahakan barang milik negara/daerah yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya; dan

2) Pasal 49 ayat (2) yang menyatakan bahwa Bangunan Milik Negara/Daerah harus dilengkapi dengan bukti status kepemilikan dan ditatausahakan secara tertib.

b. Bultek Nomor 11 tentang Akuntansi Aset Tidak Berwujud, Bab 5.3 Penghentian dan Pelepasan ATB,

1) Paragraf 3, yang menyatakan bahwa apabila suatu ATB tidak dapat digunakan karena ketinggalan jaman, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat, atau masa kegunaannya telah berakhir, maka ATB tersebut hakikatnya tidak lagi memiliki manfaat ekonomi masa depan, sehingga penggunaannya harus dihentikan. Selanjutnya, terhadap aset tersebut secara akuntansi dapat dilepaskan, namun harus melalui proses yang dalam terminologi PMK Nomor 96/PMK.08/2007 tentang pengelolaan BMN dan Permendagri Nomor 17/2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, disebut dengan penghapusan;

2) Paragraf 4, yang menyatakan bahwa apabila suatu ATB dihentikan dari penggunaannya, baik karena dipindahtangankan maupun karena berakhirnya masa manfaat/tidak lagi memiliki manfaat ekonomi, maka pencatatan akun ATB yang bersangkutan harus ditutup.

c. PMK Nomor 251/PMK.06/2015 tentang Tata Cara Amortisasi BMN Berupa ATB Pada Entitas Pemerintah Pusat:

Atas permasalahan tersebut, Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah dan Menteri/Pimpinan Lembaga terkait memberikan tanggapan sebagai berikut.

a. Terkait dengan saldo minus, berdasarkan penelusuran yang Kementerian/Lembaga lakukan, pada saat terjadi transaksi transfer masuk terdapat pembentukan akumulasi penyusutan yang tidak sempurna untuk item tertentu dari NUP yang dilakukan transfer masuk. Secara total dalam satu ADK transfer masuk, nilai akumulasi penyusutan telah sesuai. Permasalahan tersebut telah diidentifikasi pada saat rekonsiliasi tahunan dan beberapa K/L sedang dalam proses koreksi.

b. Terkait dengan permasalahan penatausahaan yang terjadi pada K/L, akan dilakukan langkah-langkah antara lain:

1) Atas ATB yang sudah tidak aktif digunakan dan yang tidak diketahui keberadaannya akan dilakukan penghentian penggunaan dan dilakukan reklasifikasi ke aset yang dihentikan penggunaannya;

2) Atas ATB yang tidak diketahui keberadaannya akan dilakukan penelusuran;

3) Terkait permasalahan perhitungan amortisasi ATB akan dilakukan koordinasi antara K/L dengan Kemenkeu;

4) Atas ATB yang sudah habis lisensinya akan dilakukan penghapusan. Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan Menteri Keuagan selaku

Wakil Pemerintah agar:

a. Melakukan penelusuran lebih lanjut penyebab aset bersaldo minus dan melakukan perbaikan SIMAK-BMN untuk menghindari terjadinya aset bersaldo minus di masa yang akan datang; dan

b. Meminta seluruh Menteri/Pimpinan Lembaga untuk meningkatkan pengendalian dalam penatausahaan BMN dan melaksanakan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan BMN di lingkungannya masing-masing, serta melaporkan hasilnya kepada Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang.

Atas rekomendasi tersebut, Menteri Keuangan selaku Wakil Pemerintah menerima dan akan menindaklanjuti dengan:

a. Menteri Keuangan akan: