Temuan - Penatausahaan dan Pencatatan Persediaan pada 51 Kementerian/Lembaga Belum Tertib

5.2 Temuan - Penatausahaan dan Pencatatan Persediaan pada 51 Kementerian/Lembaga Belum Tertib

Neraca Pemerintah Pusat Tahun 2017 (audited) menyajikan saldo Persediaan per

31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016 masing-masing sebesar Rp84.301.758.170.225,00 dan Rp80.306.059.604.541,00. Saldo Persediaan per 31 Desember 2017 mengalami kenaikan sebesar Rp3.995.698.565.684,00 dari saldo

persediaan per 31 Desember 2016 atau sebesar 4,97% dengan rincian sebagai berikut.

neraca, laporan BMN, dan laporan persediaan pada 41 K/L; (3) perbedaan antara beban persediaan pada LO dengan mutasi kurang persediaan pada laporan persediaan tidak dapat ditelusuri dan jurnal manual persediaan pada aplikasi SAIBA tidak dapat diyakini kewajarannya pada 7 K/L; dan (4) permasalahan lainnya yang terkait dengan pengelolaan persediaan pada 25 K/L.

Atas permasalahan tersebut, BPK telah merekomendasikan kepada Menteri Keuangan selaku Wakil Pemerintah agar: (1) Meminta kepada Menteri/Pimpinan Lembaga untuk melakukan sosialisasi terkait ketentuan/peraturan pengelolaan persediaan; (2) Meminta kepada Menteri/Pimpinan Lembaga untuk meningkatkan pengawasan terhadap penatausahaan barang persediaan. Menteri Keuangan selaku Wakil Pemerintah menindaklanjuti rekomendasi atas permasalahan Persediaan tersebut dengan menyampaikan surat kepada Kementerian/Lembaga guna meminta K/L melakukan sosialisasi terkait ketentuan/peraturan pengelolaan persediaan dan melakukan penatausahaan dan pengelolaan Persediaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Namun demikian, berdasarkan hasil pemeriksaan pada LKPP Tahun 2017, BPK masih menemukan adanya kelemahan dalam pencatatan persediaan dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 15 Rincian Permasalahan Persediaan pada K/L Tahun 2017

Nilai Temuan (Rp)

KL

1 Pencatatan persediaan tidak tertib 44 167.070.798.767,48 2 Perbedaan saldo persediaan pada Neraca dan beban

6 256.334.402.106,00 persediaan pada LO dengan dokumen/laporan pendukungnya

3 Permasalahan persediaan signifikan lainnya 28 343.417.730.466,00

Jumlah

Permasalahan pencatatan Persediaan Tahun 2017 tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

Daerah, dan (ii) pengelolaan dana atas kegiatan lintas tahun yang belum selesai sampai dengan akhir tahun anggaran; dan (2) Kementerian Kelautan dan Perikanan sebesar Rp31.314.499.483,00 berupa mutasi keluar persediaan pada Ditjen PRL berbeda dengan beban persediaan pada LO. Rincian permasalahan dapat dilihat pada

Lampiran 5.2.2.

c. Permasalahan Persediaan signifikan lainnya pada 27 K/L sebesar Rp340.484.123.666,00 diantaranya terjadi pada (1) Kementerian Dalam Negeri sebesar Rp197.443.342.324,00 berupa likuidasi yang belum dilakukan atas satuan kerja Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; dan (2) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi sebesar Rp105.152.991.296,00 berupa persediaan yang seluruhnya berasal dari MAK 526 (Barang Persediaan untuk Dijual/Diserahkan ke Masyarakat) tidak didukung dengan Berita Acara Stock Opname barang persediaan. Rincian permasalahan dapat dilihat pada Lampiran 5.2.3.

Permasalahan tersebut tidak sesuai dengan:

a. PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah:

1) Pasal 7 ayat (2) huruf c) yang menyatakan bahwa Kuasa pengguna barang milik negara berwenang dan bertanggungjawab untuk melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik negara yang berada dalam penguasaannya; dan

2) Pasal 85 ayat (2) yang menyatakan bahwa dalam hal Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan, Inventarisasi dilakukan oleh Pengguna Barang setiap tahun;

b. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. PSAP Nomor 5 tentang Akuntansi Persediaan pada Paragraf 14 yang menyatakan bahwa Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik;

c. PMK Nomor 244/PMK.06/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal) Barang Milik Negara Pasal 3 yang menyatakan bahwa pemantauan dan penertiban yang dilakukan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang meliputi pelaksanaan, penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan atas BMN yang berada di bawah penguasaannya; dan c. PMK Nomor 244/PMK.06/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal) Barang Milik Negara Pasal 3 yang menyatakan bahwa pemantauan dan penertiban yang dilakukan oleh Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang meliputi pelaksanaan, penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan, pemeliharaan dan pengamanan atas BMN yang berada di bawah penguasaannya; dan

b) tidak disajikan dalam neraca; dan

c) diungkapkan dalam Catatan atas Laporan BMN dan Catatan atas Laporan Keuangan.

3) Ayat (3) yang menyatakan bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan setelah Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan persetujuan pemindahtanganan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

4) Ayat (4) yang menyatakan bahwa dalam hal Pengguna Barang telah menerbitkan Keputusan Penghapusan atas BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kuasa Pengguna Barang menghapus BMN tersebut dari Daftar Barang Persediaan Yang Tidak Dikuasai.

5) Ayat (5) yang menyatakan bahwa dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permohonan pemindahtanganan BMN dimaksud pada ayat (1), Pengguna Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang: a. mengeluarkan BMN tersebut dari Daftar Barang Persediaan Yang Tidak Dikuasai; b. menyajikan BMN tersebut ke dalam neraca; dan c. melakukan Penatausahaan sebagai aset lancar berupa persediaan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.

Permasalahan tersebut mengakibatkan risiko ketidakakuratan persediaan dalam Neraca dan beban persediaan pada LO Pemerintah Pusat.

pengendalian pada Kementerian/Lembaga dalam pengelolaan persediaan.

Atas permasalahan tersebut, Menteri/Pimpinan Lembaga terkait menanggapi akan melakukan perbaikan melalui langkah-langkah antara lain sebagai berikut.

a. Penyelesaian permasalahan pencatatan dengan melakukan opname fisik, koreksi, dan perbaikan pencatatan;

b. Perbaikan sistem administrasi dan SOP penatausahaan dan penggunaan persediaan serta penertiban penggunaan persediaan; b. Perbaikan sistem administrasi dan SOP penatausahaan dan penggunaan persediaan serta penertiban penggunaan persediaan;

1) Melakukan sosialisasi terkait ketentuan/peraturan pengelolaan Persediaan kepada Kementerian/Lembaga sebagai Pengguna Barang;

2) Menyampaikan surat kepada Menteri/Pimpinan Lembaga untuk melakukan sosialisasi kepada seluruh satuan kerja sebagai Kuasa Pengguna Barang di lingkungan Kementerian/Lembaga masing-masing terkait ketentuan/peraturan pengelolaan Persediaan;

b. Menteri Keuangan akan:

1) Melakukan sosialisasi terkait ketentuan/peraturan pengelolaan Persediaan kepada APIP pada Kementerian/Lembaga;

2) Menyampaikan surat kepada Menteri/Pimpinan Lembaga untuk:

a) Membuat/menyempurnakan SOP atas pengelolaan BMN berupa Persediaan;

b) Meminta Kementerian/Lembaga untuk melakukan kajian atas efektivitas pengawasan Pengelolaan BMN berupa Persediaan sebagai bahan untuk perbaikan/penyempurnaan kebijakan Persediaan pada Kementerian/Lembaga;

c) Meminta APIP untuk melakukan pengawasan efektifitas Pengelolaan Persediaan;

d) Menyampaikan hasil efektivitas pengawasan Pengelolaan BMN berupa Persediaan kepada Menteri Keuangan.