Pengelolaan Perikanan Cumi Cumi Berkelanjutan Di Wilayah Perairan Kabupaten Bangka Selatan

PENGELOLAAN PERIKANAN CUMI-CUMI
BERKELANJUTAN DI WILAYAH PERAIRAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN

ARIEF FEBRIANTO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi Pengelolaan Perikanan CumiCumi Berkelanjutan di Wilayah Perairan Kabupaten Bangka Selatan adalah karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun pada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
kutipan dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Agustus 2016

Arief Febrianto
NIM. C462110134

RINGKASAN
ARIEF FEBRIANTO. Pengelolaan Perikanan Cumi-Cumi Berkelanjutan di
Wilayah Perairan Kabupaten Bangka Selatan. Dibimbing oleh MULYONO S
BASKORO, DOMU SIMBOLON, JOHN HALUAN, dan MUSTARUDDIN
Kabupaten Bangka Selatan merupakan sentra atau pusat kegiatan sektor
perikanan tangkap di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan tingkat
produksi perikanan tangkap di Kabupaten Bangka Selatan sebesar 37.395,81 ton
atau 19,43% dari total produksi perikanan tangkap Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dengan nilai produksi sebesar Rp. 492.086.920.000,00 (DKP Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung 2012). Salah satu potensi sumberdaya perikanan di
perairan Kabupaten Bangka Selatan yang bernilai ekonomis penting dan banyak
dikonsumsi atau diolah adalah cumi-cumi (Urotheutis chinensis). Permintaan
komoditas ini, baik dalam bentuk segar maupun olahan diperkirakan mengalami
peningkatan di masa mendatang. Indikator yang menunjukkan hal tersebut adalah

semakin banyaknya diversifikasi produk olahan cumi-cumi, seperti kerupuk,
getas, kemplang, dan abon berbahan baku cumi-cumi.
Pemanfaatan perikanan cumi-cumi memerlukan sumberdaya manusia yang
dapat diandalkan untuk mengelola potensi tersebut. Keberlanjutan merupakan kata
kunci dalam pembangunan perikanan, yang diharapkan dapat memperbaiki
kondisi sumberdaya ikan dan kesejahteraan masyarakat perikanan itu sendiri
(Fauzi dan Anna 2002). Akan tetapi aktivitas pertambangan timah di laut dapat
berdampak terhadap perikanan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka Selatan.
Ada 2 (dua) daerah penangkapan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka
Selatan, yaitu : (1) daerah penambangan timah laut dan (2) di luar daerah
penambangan timah laut. Ada 6 (enam) kecamatan yang menjadi fishing base
penangkapan cumi-cumi yaitu Kecamatan Kepulauan Pongok, Kecamatan Lepar
Pongok, Kecamatan Tukak Sadai, Kecamatan Toboali, Kecamatan Pulau Besar
dan Kecamatan Simpang Rimba. Kedua daerah penangkapan cumi-cumi masingmasing dimanfaatkan oleh bagan apung, bagan tancap, dan pancing cumi-cumi
yang berbasis di 6 (enam) kecamatan tersebut. Pemanfaatan perairan, baik untuk
perikanan maupun pertambangan, di Kabupaten Bangka Selatan menimbulkan
konflik. Konflik persaingan dalam memanfaatkan sumber daya milik bersama
(common property) dan bersifat terbuka, untuk dimanfaatkan oleh siapa saja (open
access) akan menyebabkan kerugian yang harus dipikul bersama, seperti
terancamnya kelestarian sumber daya ikan, kerugian ekonomi karena kerusakan

lingkungan dan ketidak-harmonisan hubungan antara para pelaku perikanan
dengan pelaku penambangan timah. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan
penelitian terhadap pengelolaan perikanan cumi-cumi berkelanjutan di wilayah
perairan Kabupaten Bangka Selatan.
Penelitian telah dilaksanakan di wilayah perairan Kabupaten Bangka Selatan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan lokasi penelitian pada 6 kecamatan
yang menjadi fishing base perikanan cumi-cumi, yaitu Kecamatan Kepulauan
Pongok, Kecamatan Lepar Pongok, Kecamatan Tukak Sadai, Kecamatan Toboali,
Kecamatan Pulau Besar, dan Kecamatan Simpang Rimba. Penelitian diawali dari
tahap persiapan, pengumpulan data lapangan, analisis data hingga penulisan

disertasi. Pengambilan data di lapangan dilakukan dari bulan Januari 2013 sampai
bulan Desember 2013.
Penelitian ini bertujuan menyusun konsep pengelolaan yang
mengharmoniskan kegiatan perikanan cumi-cumi dan kegiatan pertambangan
timah yaitu mewujudkan perikanan cumi-cumi yang berkelanjutan di Kabupaten
Bangka Selatan tanpa menutup aktivitas penambangan timah di laut. Tujuan
umum ini akan dijawab melalui tujuan khusus penelitian yaitu: (1) menganalisis
kondisi perikanan cumi-cumi meliputi pola musim, daerah penangkapan, dan
upaya penangkapan cumi-cumi di wilayah perairan luar daerah penambangan dan

daerah penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan; (2) menganalisis
potensi perikanan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka Selatan; dan (3)
menganalisis dampak aktivitas penambangan timah laut terhadap kegiatan
penangkapan cumi-cumi.
Kajian kondisi umum perikanan cumi-cumi menunjukkan bahwa alat
tangkap yang digunakan di perairan luar daerah penambangan dan daerah
penambangan timah laut di Kabupaten Bangka Selatan adalah bagan perahu,
bagan tancap, dan pancing. Trend produksi cumi-cumi dan produktivitas trip
penangkapan selama 5 tahun (2009-2013) meningkat. Musim penangkapan di
perairan luar daerah penambangan timah laut pada Musim Peralihan II
(September, Oktober, dan November) dan di daerah penambangan timah laut pada
Musim Barat (Desember, Januari, dan Februari).
Pemanfaatan stok sumberdaya cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka
Selatan belum mengalami biological overfishing, dimana rata-rata produksi aktual
sebesar 4.963,06 ton/tahun, MSY sebesar 47.125,57 ton/tahun, dan MEY sebesar
47.087,34 ton/tahun. Aktivitas penambangan timah laut memberikan pengaruh
langsung (dampak negatif) terhadap kecerahan, TSS, dan DO di daerah
penangkapan cumi-cumi. Terjadinya bioakumulasi pada logam berat timbal di
sedimen, plankton, dan insang cumi-cumi, sedangkan logam berat besi (Fe) terjadi
bioakumulasi di sedimen dan plankton.

Langkah-langkah pengelolaan sumberdaya cumi-cumi di Kabupaten Bangka
Selatan mencakup optimalisasi pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi,
penangkapan cumi-cumi di luar daerah penangkapan, pengelolaan daerah
konservasi di luar daerah penambangan dan daerah penambangan timah,
meminimalkan aktivitas penambangan timah ilegal, kewajiban bagi penambang
timah untuk memberikan kompensasi langsung kepada nelayan, dan penggunaan
teknologi pencucian/filterasi untuk pemisahan tailing padat/slag yang hendak
dibuang ke laut agar tidak mengandung logam berat.
Perlu dilakukan pemantauan secara periodik terhadap kualitas lingkungan
perairan di luar daerah penambangan dan daerah penambangan timah laut
Kabupaten Bangka Selatan dan perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan
penetapan daerah konservasi di wilayah perairan luar daerah penambangan dan
daerah penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan.
Kata Kunci:Pengelolaan perikanan berkelanjutan, cumi-cumi, pertambangan,
Bangka Selatan

SUMMARY
ARIEF FEBRIANTO: Sustainable Management of Squid Fishery in the South
Bangka Regency. Supervised by MULYONO S BASKORO, DOMU
SIMBOLON, JOHN HALUAN, and MUSTARUDDIN.

South Bangka Regency is a center of fisheries sector in Bangka Belitung
Province with the level of capture fisheries production in South Bangka Regency
of 37395.81 tons, or 19.43% of the total fisheries production Bangka Belitung
Province with a production value of Rp. 492,086,920,000.00 (DKP Bangka
Belitung 2012). One of the potential fishery resources in the waters of South
Bangka Regency important economic value and are widely consumed and
processed squid (Urotheutis chinensis). Demand for these commodities in both
the fresh and processed form is expected to continue to increase in the future.
Indicators that show it is more and more diversification squid processed products
such as crackers, brittle, kemplang, and raw material shredded squid.
Squid resource potential requires human resource capabilities that can be
relied upon to manage this potential in an optimal and sustainable. Sustainability
is the key word in the development of fisheries, which is expected to improve the
condition of fisheries resources and the welfare of society itself (Fauzi and Anna
2002). But the presence of tin mining activities in marine fisheries resulting
impact on squid in the waters of South Bangka Regency.
There are two (2) regions catching squid in the waters of South Bangka
Regency is the area of tin mining of the sea and outside the area of tin mining of
the sea, and there are six (6) sub-districts is a fishing base of catching squid
namely Sub Islands Pongok, District Lepar Pongok, District ulcer Sadai, District

Toboali, District of the Big Island and Simpang Rimba. Both regions catching
squid each chart used by buoyancy, step on the chart, and fishing squid based in
six (6) districts in the South Pacific. Utilization of resources in the waters of both
fisheries and mining in South Bangka Regency conflict. Competition conflicts in
the use of common property resources (common property) and is open to be used
by anyone (open access) will cause the loss should be shared, such as threats to
the preservation of resources / certain types of resources, economic losses due to
environmental damage and discrepancy harmony relationship between actors
fisheries with tin miners. Based on the above, then conducted research squid
fishery management sustainable in the territorial waters of South Bangka
Regency.
Research has been conducted in the territorial waters of South Bangka
Regency Bangka Belitung province, with research sites in 6 districts is a fishing
base fishing squid, namely Sub Islands Pongok, District Lepar Pongok, District
ulcer Sadai, District Toboali, District of the Big Island, and Simpang Rimba.
Stages of research starts from the preparation stage, field data collection, data
analysis until the writing of the dissertation. Collecting data in the field was
conducted from January 2013 until December 2013.
This study aims to draft the squid fishery management that is sustainable in
the district of South Bangka without closing the tin mining activities at sea. The

general objective of this will be answered through the special purpose of research,
as follows: (1) analyze the condition of the fisheries of squid include weather

patterns, fishing areas and fishing effort squid in waters outside the mining area
and the area of tin mining ocean South Bangka Regency; (2) analyze the potential
of squid fisheries in the waters of South Bangka Regency; and (3) analyze the
impact of mining activities on the sea tin squid fishing activities.
Study of the general condition of the squid fishery showed that fishing gear
used in the waters outside the mining area and the sea tin mining area of South
Bangka Regency is a chart of the boat, step on the chart, and fishing. Trend
production and productivity catch catching trip for 5 years (2009-2013) increases.
Fishing season in the waters of the sea outside the areas of tin mining in the
transitional season II and tin mining areas of sea in the west season.
Utilization of the stock of squid in the waters of South Bangka Regency has
not undergone biological overfishing, where the average actual production
amounted to 4.963,06 tons/year, MSY amounting to 47.125,57 tons/year and
MEY amounting to 47.087,34 tons/year. Sea tin mining activities provide direct
influence (negative impact) for brightness, TSS, and orders in catching squid.
Bioaccumulation in the heavy metal of lead in sediments, plankton, squid and
gills, while the heavy metals iron (Fe) occurred bioaccumulation in sediments and

plankton
Resource management steps squid in South Bangka Regency namely;
optimizing resource utilization squids, catching squid outside the fishing area,
management conservation areas outside the mining area and the area of tin
mining, minimizing the practice of illegal mining, the obligation for tin miners to
provide direct compensation to the fishermen, and the use of technology washing /
filtration for separation of solid tailings / slag to be discharged into the sea so that
it does not contain heavy metals.
Needs to periodic monitoring of the quality of the water environment
outside the mining area and tin mining area of South Bangka Regency marine and
need to do research related to the establishment of conservation areas in waters
beyond the areas of mining and mining activities area sea South Bangka Regency
Keywords: Sustainable fisheries management, squid, mining, South Bangka

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan nama atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karyatulis dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGELOLAAN PERIKANAN CUMI-CUMI
BERKELANJUTAN DI WILAYAH PERAIRAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN

ARIEF FEBRIANTO

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor pada
Mayor Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup: 1. Dr Ir M. Fedi A Sondita MSc

2. Dr Suharyanto SPi MSi

Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka : 1. Dr Ir M Fedi A Sondita MSc
2. Dr Suharyanto SPi MSi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan perlindungan-Nyalah sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Disertasi
dengan judul “Pengelolaan Perikanan Cumi-Cumi Berkelanjutan Di Wilayah
Perairan Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung”
disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian program pendidikan Strata-3 di
Sekolah Pascasarjana IPB.
Dalam penyelesaian tulisan ini, berbagai pihak telah banyak membantu,
oleh karena itu maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
setulusnya kepada:
1)
Prof Dr Mulyono S. Baskoro MSc, sebagai ketua komisi pembimbing, Prof
Dr Ir Domu Simbolon MSc, Prof Dr Ir John Haluan MSi dan Dr
Mustaruddin MSi, sebagai anggota komisi pembimbing atas arahan dan
saran dalam penelitian dan penulisan disertasi ini.
2)
Bupati Bangka Selatan dan Kepala Bappeda Kabupaten Bangka Selatan
yang mengizinkan penulis untuk melanjutkan studi pada jenjang S-3.
3)
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, atas bantuan Beasiswa Disertasi.
4)
Sdr. Kurniawan, Eko, Tiko, (alm) Sofian, Mawardi yang membantu dalam
penelitian lapangan dan menganalisis sampel di laboratorium Biologi,
Fakultas Perikanan, Pertanian dan Biologi, Universitas Bangka Belitung.
5)
Sdri. Vindira yang telah membatu penelitian awal potensi perikanan cumi di
Kabupaten Bangka Selatan.
6)
Rekan-rekan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bangka
Selatan dan dosen Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi yang telah
memberikan banyak masukan terkait dengan penyusunan disertasi ini.
7)
Ungkapan terima kasih khususnya disampaikan kepada kedua orang tua (Ibu
Titiek Kuntari), mertua (Ir Yuharman hamzah MM dan Ibu Amiek samiati),
istri Metty Adhirini SP MSi dan Anak-anak : Fayiz Naufal Rasyid,
Ardiyasta Naufal rasyid dan Najwa Febrianti Aulia, adik serta seluruh
keluarga, atas doa dan dukungannya.
8)
Semua rekan S-3 angkatan 2010 dan 2011 (Bapak/Ibu : Drama Panca Putra,
Ateng Supriatna, Rinda Novianti, Agnes P. Sudarmo, Lilly A. Pregiwati,
Triyono Probo P., Jae Won Lee, Dr Amirul Karman, Dr Ismawan Talo, Dr
Suleman, Dr Didik Santoso, Dr Ihsan, Dr Chaliludin, Dr Catur, Dr Dion
Bawole, dan Yulia) yang telah memberikan dukungan, semangat, dan
kebersamaannya.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
berkepentingan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang konstruktif demi perbaikan tulisan ini sangat
diharapkan.
Bogor, Agustus 2016

Penulis

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

i

DAFTAR TABEL

iv

DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR LAMPIRAN

viii

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

xi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kebaruan (Novelty)
Hipotesisis
Kerangka Pemikiran

1
1
2
3
4
4
4
4

2 METODOLOGI UMUM
Tempat dan Waktu Penelitian
Metode Penelitian
Pengumpulan Data
Sumber Data
Analisis Data
Kondisi umum perikanan cumi
Potensi sumberdaya cumi-cumi
Dampak penambangan di timah laut terhadap perikanan cumi

7
7
9
9
9
10
10
11
16

3 KONDISI UMUM PERIKANAN CUMI
Pendahuluan
Tujuan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Kapal
Alat tangkap
Nelayan
Modus operasi penangkapan cumi-cumi dengan menggunakan bagan
perahu, bagan tancap, dan pancing
Sistem bagi hasil
Morfologi cumi-cumi
Daerah penangkapan cumi-cumi
Perkembangan produksi cumi-cumi
Pola musim cumi-cumi di wilayah perairan luar daerah penambangan
timah

20
20
21
21
22
22
22
25
26
28
30
31
34
37

Pola musim cumi-cumi di wilayah perairan daerah penambangan timah
Pembahasan
Kesimpulan
4 POTENSI SUMBERDAYA CUMI-CUMI
Pendahuluan
Tujuan
Metode Penelitian
Analisis Data
Potensi sumberdaya cumi-cumi
Laju degradasi
Hasil Penelitian
Potensi sumberdaya cumi-cumi
Laju degradasi sumberdaya cumi-cumi
Pembahasan
Kesimpulan
5 DAMPAK AKTIVITAS PENAMBANGAN TIMAH LAUT TERHADAP
DAERAH PENANGKAPAN CUMI-CUMI
Pendahuluan
Tujuan
Metode Penelitian
Sumber data
Analisis data
Hasil Penelitian
Aktivitas penambangan timah
Eksplorasi penambangan timah
Pengaruh penambangan timah laut terhadap kualitas perairan di daerah
penangkapan cumi-cumi
Bioakumulasi logam berat Pb, Fe pada air laut, sedimen, plankton, dan
cumi-cumi di perairan luar daerah penambangan dan daerah
penambangan timah
Pembahasan
Kesimpulan
6 KONSEP PENGELOLAAN PERIKANAN CUMI-CUMI
BERKELANJUTAN
Pendahuluan
Tujuan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Kondisi umum perikanan cumi-cumi
Potensi sumberdaya cumi-cumi
Dampak aktivitas penambangan timah terhadap perikanan cumi
Konsep pengelolaan perikanan cumi-cumi
Pembahasan
Kesimpulan

39
40
44
45
45
46
46
46
46
47
48
48
55
56
59
60
60
61
62
62
63
63
63
64
66
70
77
82
83
83
84
84
85
85
86
87
88
95
100

7 PEMBAHASAN UMUM

101

8 KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran

106
106
106

DAFTAR PUSTAKA

107

LAMPIRAN

116

DAFTAR TABEL

1 Teknis analisis, kebutuhan, dan hasil yang diharapkan

10

2 Formula perhitungan solusi bio-ekonomi statik dengan pendekatan CYP

15

3 Metode dan alat pengukuran kualitas perairan

17

4 Baku mutu lingkungan logam berat air laut untuk biota laut
Kep 51/MENLH/2004 (mg/l)

18

5 Spesifikasi kapal penangkap cumi-cumi dengan menggunakan bagan
perahu, bagan tancap, dan pancing

22

6 Pembagian tugas dan tanggungjawab nelayan bagan perahu di wilayah
perairan Kabupaten Bangka Selatan
7 Pembagian tugas dan tanggungjawab nelayan pancing di wilayah perairan
Kabupaten Bangka Selatan

26

8 Nilai produktivitas dan indeks musim penangkapan (IMP) cumi-cumi
di wilayah perairan luar daerah penambangan timah laut Kabupaten
Bangka Selatan, Tahun 2013

38

9 Nilai produktivitas dan indeks musim penangkapan (MP) cumi-cumi
di wilayah perairan daerah penambangan timah laut Kabupaten Bangka
Selatan, Tahun 2013

40

10 Hasil estimasi parameter biologi cumi-cumi

51

11 Hasil estimasi produksi lestari

52

12 Analisis bio-ekonomi model statik pada rezim pengelolaan sumberdaya
cumi-cumi

53

13 Laju degradasi sumberdaya cumi-cumi di wilayah perairan Kabupaten
Bangka Selatan

56

14 Stasiun pengambilan data di wilayah perairan luar daerah penambangan
dan daerah penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

62

15 Metode dan alat pengukuran kualitas air

63

16 Baku mutu lingkungan logam berat air laut untuk biota laut
Kep.51/MENLH/2004 (mg/l)

63

17 Matriks perbandingan kualitas perairan di luar daerah penambangan dan
daerah penambangan timah laut yang dapat memberikan pengaruh
langsung (dampak negatif) terhadap daerah penangkapan cumi-cumi di
Kabupaten Bangka Selatan

70

18 Bioakumulasi logam berat Pb dan Fe pada sedimen, plankton, insang
insang dan ginjal cumi-cumi di daerah terdapat penambangan timah laut

77

19 Strategi dan kebijakan pengelolaan perikanan cumi berkelanjutan di
wilayah perairan Kabupaten Bangka Selatan

94

25

DAFTAR GAMBAR

1

Kerangka pikir penelitian

6

2

Lokasi penelitian

8

3

Stasiun pengambilan data

19

4

Sistem bagi hasil usaha perikanan cumi-cumi dengan menggunakan
bagan perahu di Kabupaten Bangka Selatan

29

5

Sistem bagi hasil usaha perikanan cumi-cumi dengan menggunakan
pancing di Kabupaten Bangka Selatan

30

6

Peta kuasa penambangan timah di laut dan sebaran daerah
penangkapan cumi-cumi di wilayah perairan Kabupaten
Bangka Selatan

32

7

Peta fishing base dan fishing ground cumi-cumi di Kabupaten
Bangka Selatan

33

8

Perkembangan hasil tangkapan cumi-cumi di wilayah perairan luar
daerah penambangan dan daerah penambangan timah laut Kabupaten
Bangka Selatan, tahun 2009-2013

34

Perkembangan hasil tangkapan cumi-cumi dengan bagan perahu, bagan
tancap, pancing di wilayah perairan luar daerah penambangan timah
laut Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2009-2013

35

10 Perkembangan hasil tangkapan cumi-cumi dengan bagan tancap dan
pancing di wilayah perairan daerah penambangan timah laut Kabupaten
Bangka Selatan, Tahun 2009-2013

35

11 Perkembangan produktivitas trip penangkapan bagan perahu, bagan
tancap, dan pancing di wilayah perairan luar daerah penambangan
timah laut Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2009-2013

36

12 Perkembangan produktivitas trip penangkapan bagan tancap dan
pancing di wilayah perairan daerah penambangan timah laut Kabupaten
Bangka Selatan, Tahun 2009-2013

37

13 Indeks musim penangkapan cumi-cumi di wilayah perairan luah daerah
penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

39

14 Indeks musim penangkapan cumi-cumi di wilayah perairan daerah
penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

40

15 Perkembangan produksi cumi-cumi aktual bagan perahu, bagan tancap,
dan pancing di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2009-2013

48

16 Perkembangan upaya/effort (trip) penangkapan cumi-cumi aktual
bagan perahu, bagan tancap, dan pancing di Kabupaten Bangka Selatan,
Tahun 2009-2013

49

9

17 Perkembangan total CPUE standar di wilayah perairan Kabupaten
Bangka Selatan, Tahun 2009-2013

49

18 Perkembangan total upaya/effort (trip) standar di wilayah perairan
Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2009-2013

50

19 Hubungan antara CPUE standar dengan upaya/effort standar tahunan
(2009-2013) (Schaefer)

50

20 Kurva MSY cumi-cumi di wilayah perairan Kabupaten Bangka Selatan

51

21 Produksi aktual dan lestari sumber daya cumi-cumi di wilayah perairan
Kabupaten Bangka Selatan

52

22 Hubungan antara hasil lestari cumi-cumi dengan upaya penangkapan
di Kabupaten Bangka Selatan

54

23 Perbandingan rejim pengelolaan sumberdaya cumi-cumi

55

24 Laju degradasi sumber daya cumi-cumi di wilayah perairan Kabupaten
Bangka Selatan, 2009-2013

56

25 Nilai suhu perairan di luar daerah penambangan dan daerah
penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

66

26 Nilai salinitas perairan di luar daerah penambangan dan daerah
penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

67

27 Nilai kecepatan arus di perairan luar daerah penambangan dan
daerah penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

67

28 Nilai Kecerahan perairan di luar daerah penambangan dan daerah
penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

68

29 Nilai TSS di perairan luar daerah penambangan dan daerah
penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

68

30 Nilai pH di perairan luar daerah penambangan dan daerah penambangan
timah laut Kabupaten Bangka Selatan

69

31 Nilai DO di perairan luar daerah penambangan dan daerah penambangan
timah laut Kabupaten Bangka Selatan

70

32 Nilai logam berat (Pb dan Fe) air laut di perairan luar daerah
penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

71

33 Nilai logam berat (Pb dan Fe) air laut di perairan daerah penambangan
timah laut Kabupaten Bangka Selatan

71

34 Perbandingan nilai logam berat timbal (Pb) air laut antara perairan luar
daerah penambangan dengan daerah penambangan timah laut di
Kabupaten Bangka Selatan

72

35 Perbandingan nilai logam berat besi (Fe) air laut antara perairan luar
daerah penambangan dengan daerah penambangan timah laut di
Kabupaten Bangka Selatan

72

36 Nilai logam berat (Pb dan Fe) sedimen di perairan luar daerah
penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

73

37 Nilai logam berat (Pb dan Fe) sedimen di perairan daerah penambangan
timah laut Kabupaten Bangka Selatan

73

38 Perbandingan antara nilai logam berat timbal (Pb) sedimen perairan
luar daerah penambangan dengan daerah penambangan timah laut
di Kabupaten Bangka Selatan

74

39 Perbandingan antara nilai logam berat besi (Fe) sedimen perairan luar
daerah penambangan dengan daerah penambangan timah laut di
Kabupaten Bangka Selatan

74

40 Nilai logam berat timbal (Pb) dan besi (Fe) plankton di perairan luar
daerah penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

75

41 Nilai logam berat (Pb dan Fe) plankton di perairan daerah penambangan
timah laut Kabupaten Bangka Selatan

75

42 Perbandingan antara nilai logam berat timbal (Pb) pada plankton di
perairan luar daerah penambangan dengan daerah penambangan timah
laut di Kabupaten Bangka Selatan

76

43 Perbandingan antara nilai logam berat timbal (Pb) pada plankton di
perairan luar daerah penambangan dengan daerah penambangan timah
laut di Kabupaten Bangka Selatan

76

44 Skema strategi pengelolaan perikanan cumi-cumi berkelanjutan di
wilayah Perairan Kabupaten Bangka Selatan

93

DAFTAR LAMPIRAN

1

Bagan perahu yang digunakan untuk menangkap cumi-cumi di wilayah
perairan luar daerah penambangan timah laut Kabupaten Bangka
Selatan

116

Bagan tancap yang digunakan untuk menangkap cumi-cumi di wilayah
perairan luar daerah penambangan timah dan daerah penambangan
timah laut Kabupaten Bangka Selatan

117

Pancing yang digunakan untuk menangkap cumi-cumi di wilayah
perairan luar daerah penambangan timah dan daerah penambangan
timah laut Kabupaten Bangka Selatan

118

Kapal pancing yang digunakan untuk menangkap cumi-cumi di
wilayah perairan luar daerah penambangan timah dan daerah
penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

119

5

Cumi-cumi (Urotheutis chinensis) di Perairan Kabupaten Bangka
Selatan

120

6

Perkembangan hasil tangkapan cumi-cumi di wilayah perairan luar
daerah penambangan dan daerah penambangan timah laut Kabupaten
Bangka Selatan Provinsi Bangka Belitung, Tahun 2009-2013

121

Perkembanga hasil tangkapan cumi-cumi bagan perahu, bagan tancap,
dan pancing di wilayah perairan luar daerah penambangan timah
laut Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2009-2013

122

Perkembangan hasil tangkapan cumi-cumi bagan tancap dan pancing
di wilayah perairan daerah penambangan timah laut Kabupaten
Bangka Selatan, Tahun 2009-2013

123

Perkembangan produktivitas trip penangkapan bagan perahu, bagan
tancap, dan pancing di wilayah perairan luar daerah penambangan
timah laut Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2009-2013

124

2

3

4

7

8

9

10 Perkembangan produktivitas trip penangkapan bagan tancap dan
pancing di wilayah perairan daerah penambangan timah laut
Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2009-2013

125

11 Nilai indeks musim penangkapan (IMP) cumi-cumi diwilayah
perairan luar daerah penambangan timah laut Kabupaten Bangka
Selatan, Tahun 2013

126

12 Nilai indeks musim penangkapan (IMP) cumi-cumi di wilayah
perairan daerah penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan,
Tahun 2013

127

13 Perkembangan produksi cumi-cumi aktual bagan perahu, bagan
tancap, dan pancing di wilayah perairan Kabupaten Bangka Selatan,
Tahun 2009-2013

128

14 Perkembangan upaya/effort (trip) dan CPUE standar bagan perahu,
bagan tancap, dan pancing di wilayah perairan Kabupaten Bangka
Selatan, Tahun 2009-2013

129

15 Perkembangan total upaya/effort (trip) dan CPUE standar di wilayah
perairan Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2009-2013

130

16 Hasil regresi upaya/effort (trip) dan CPUE standar sumberdaya cumicumi

131

17 Analisis parameter biologi untuk sumberdaya cumi-cumi di wilayah
perairan Kabupaten Bangka Selatan

132

18 Nilai suhu perairan di luar daerah penambangan dan daerah
penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

133

19 Nilai salinitas perairan di luar daerah penambangan dan daerah
penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

134

20 Nilai Kecepatan Arus perairan di luar daerah penambangan dan
daerah penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

135

21 Nilai Kecerahan perairan di luar daerah penambangan dan
daerah penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

136

22 Nilaiu total suspended solid (TSS) perairan di luar daerah
penambangan dan daerah penambangan timah laut Kabupaten
Bangka Selatan

137

23 Nila pH perairan di luar daerah penambangan dan daerah penambangan
timah laut Kabupaten Bangka Selatan

138

24 Nila desolved oksigen/DO perairan di luar daerah penambangan dan
daerah penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan

139

25 Nila logam berat timbal (Pb) air laut perairan di luar daerah
penambangan dan daerah penambangan timah laut Kabupaten
Bangka Selatan

140

26 Nila logam berat besi (Fe) air laut perairan di luar daerah
penambangan dan daerah penambangan timah laut Kabupaten
Bangka Selatan

141

27 Nila logam berat timbal (Pb) sedimen perairan di luar daerah
penambangan dan daerah penambangan timah laut Kabupaten
Bangka Selatan

142

28 Nila logam berat besi (Fe) sedimen perairan di luar daerah
penambangan dan daerah penambangan timah laut Kabupaten
Bangka Selatan

143

29 Nila logam berat timbal (Pb) plankton perairan di luar daerah
penambangan dan daerah penambangan timah laut Kabupaten
Bangka Selatan

144

30 Nila logam berat besi (Fe) plankton perairan di luar daerah
penambangan dan daerah penambangan timah laut Kabupaten
Bangka Selatan

145

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
Alat penangkapan ikan

: Adalah alat yang dirancang (dibuat) untuk
menangkap ikan

ABK

: semua orang yang mempunyai jabatan diatas kapal
kecuali jabatan Nakhoda.

Bioakumulasi

: Penimbunan (akumulasi) suatu substansi atau
senyawa dalam jaringan makhluk hidup

Biological overfishing

: Kondisi penangkapan ikan yang telah mencapai
tahap melebihi hasil tangkapan maksimum lestari

Bio-technico-socioeconomic approach

: Secara biologi tidak merusak atau mengganggu
kelestarian sumberdaya ikan, secara teknis alat
tangkap harus efektif untuk dioperasikan, secara
sosial alat tangkap harus dapat diterima oleh
masyarakat nelayan, secara ekonomi alat tangkap
tersebut harus menguntungkan

CCRF

: Code of Conduct for Responsible Fisheries

CPUE

: catch per unit effort (hasil tangkapan per upaya)

Degradasi Sumber Daya

: Penurunan nilai dari sumberdaya baik secara
kuantitas maupun kualitas dan manfaat secara
ekonomi bagi dampak dari pemanfaatan
sumberdaya tersebut.

Economic overfishing

: Kondisi dimana usaha penangkapan ikan yang ada
beroperasi
melebihi
potensi
keuntungan
maksimumnya

FAO

: Food Agriculture Organization (badan pangan
dunia PBB)

Fishing base

: Pangkalan armada atau pendaratan ikan

Fishing ground

: Daerah penangkapan ikan

Hasil tangkapan

: Merupakan porsi dari hasil tangkapan yang akan
didaratkan di pangkalan penangkapan ikan atau
didistribusikan ke pasar

Kapal perikanan

: Adalah kapal, perahu atau alat apung lainnya yang
dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan,
mendukung
operasi
penangkapan
ikan,
pembudidayaan
ikan,
pengangkutan
ikan,
pengolahan ikan, dan pelatihan atau eksplorasi
perikanan

Maximum economic yield

: Adalah batas keuntungan ekonomi dari stok
perikanan

MSY
MEY
Musim barat
Musim peralihan pertama
Musim timur
Musim peralihan kedua

Nelayan

: Maximum sustainable yield (hasil tangkapan
maksimum lestari)
: Maximum economic yield
: Musim yang didominasi oleh angina dari arah
barat, biasanya terjadi pada bulan DesemberFebruari
: Musim yang merupakan transisi dari musim barat
ke musim timur, dengan arah dan kecepatan angina
yang berubah-ubah, terjadi pada bulan Maret-Mei
: Musim yang didominasi oleh angina dari arah
timur, biasanya terjadi pada bulan Juni-Agustus
: Merupakan transisi dari musim timur ke musim
barat, dengan arah angina dan kecepatan angina
yang berubah-ubah, terjadi pada bulan SeptemberNovember
: Adalah orang yang secara aktif melakukan
pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan atau
binatang air lainnya atau tanaman air.

Nursery ground

: Daerah asuhan atau pembesaran ikan

One day fishing

: Kegiatan penangkapan ikan yang lamanya satu hari
atau satu malam per trip operasi penangkapan

OA

: Open Access

Pengelolaan perikanan

: Adalah proses yang terpadu antara pengumpulan
informasi,
melakukan
analisis,
membuat
perencanaan, melakukan konsultasi, pengambilan
keputusan, menentukan alokasi sumberdaya serta
perumusan dan pelaksanaan, bila diperlukan
menggunakan penegakkan hukum dari aturan dan
peraturan yang mengendalikan kegiatan perikanan
dengan tujuan untuk menjamin keberlanjutan
produksi dari sumberdaya dan tercapainya tujuan
perikanan lainnya

Perikanan

: Adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis

Perikanan tangkap

: Adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di
perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan
dengan alat atau dengan cara apapun, termasuk
kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat,
mengangkut,
menyimpan,
mendinginkan,
menangani, mengolah dan/atau mengawetkannya.

standing stock

: Jumlah potensi sumber daya ikan

Stok ikan

: Adalah ikan yang memiliki karakteristik tertentu
(missal lokasi pemijahan sama) yang mendiami
daerah geografis tertentu (batas distribusinya dapat
diketahui)

Sumberdaya ikan

: Adalah potensi semua jenis ikan

Sumberdaya perikanan

: Adalah terdiri dari sumberdaya ikan, sumberdaya
lingkungan, dan sumberdaya buatan manusia yang
digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan.
: Adalah satu kesatuan teknis dalam suatu operasi
penangkapan ikan yang terdiri dari kapal
perikanan, alat tangkap dan nelayan

Unit penangkapan ikan

Upaya penangkapan ikan

: Adalah menunjukkan jumlah alat penangkapan
ikan berjenis khusus (jumlah dari unit penangkapan
ikan atau kapasitas mesin total dari unit
penangkapan ikan) yang digunakan di daerah
penangkapan ikan dalam satuan waktu tertentu

I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kabupaten Bangka Selatan memiliki sumberdaya kelautan dan perikanan
yang cukup tinggi dan merupakan wilayah andalan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Hal ini terlihat dari luas wilayah perairan laut sebesar 10.640 km2,
dengan luas wilayah pesisir sebesar 2.100 km² dan panjang pantai 283,4 km
(BP3MD Kabupaten Bangka Selatan 2013). Sektor kelautan dan perikanan di
Kabupaten Bangka Selatan merupakan sektor unggulan dalam pengembangan
ekonomi wilayah Kabupaten Bangka Selatan, dan memberikan kontribusi sekitar
7,35 % dari total PDRB Kabupaten Bangka Selatan. Kabupaten Bangka Selatan
merupakan sentra atau pusat kegiatan sektor perikanan tangkap di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dengan tingkat produksi perikanan tangkap di
Kabupaten Bangka Selatan sebesar 37.395,81 ton atau 19,43% (tertinggi setelah
Kabupaten Belitung sebesar 22% dan Kabupaten Belitung Timur sebesar 20%)
dari total produksi perikanan tangkap Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dengan nilai produksi sebesar Rp. 492.086.920.000,00 (DKP Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung 2012).
Salah satu potensi sumberdaya perikanan di perairan Kabupaten Bangka
Selatan yang bernilai ekonomis penting dan banyak dikonsumsi dan diolah adalah
cumi-cumi (Uroteuthis chinensis). Permintaan komoditas ini baik dalam bentuk
segar maupun olahan diperkirakan terus mengalami peningkatan dimasa
mendatang. Indikator yang menunjukkan hal tersebut adalah semakin banyaknya
diversivikasi produk olahan cumi-cumi seperti kerupuk, getas, kemplang, dan
abon berbahan baku cumi-cumi.
Cumi-cumi mempunyai distribusi hampir merata di seluruh perairan di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini dapat dilihat dari produksi cumicumi di Kabupaten Bangka Selatan selama periode 2006 hingga 2011 berkisar
antara 213,02 ton hingga 672,1 ton. Sumberdaya cumi-cumi yang ada saat ini
memungkinkan untuk mewujudkan pengembangan perikanan cumi-cumi yang
berkelanjutan. Sumberdaya cumi-cumi yang merupakan salah satu komoditas
perikanan harus dikelola secara optimal. Potensi sumberdaya cumi-cumi
memerlukan kapabilitas sumberdaya manusia yang dapat diandalkan untuk
mengelola potensi tersebut secara optimal dan berkelanjutan. Keberlanjutan
merupakan kata kunci dalam pembangunan perikanan, yang diharapkan dapat
memperbaiki kondisi sumberdaya dan kesejahteraan masyarakat perikanan itu
sendiri (Fauzi dan Anna 2002). Akan tetapi dengan adanya aktivitas penambangan
timah di laut mengakibatkan dampak terhadap perikanan cumi-cumi di perairan
Kabupaten Bangka Selatan.
Sejauh ini belum ada publikasi yang terkait dengan dampak yang
ditimbulkan oleh adanya aktivitas penambangan timah di laut terhadap perikanan
cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka Selatan. Hal ini penting diketahui,
karena selama ini para pembuat kebijakan belum memiliki dasar informasi yang
jelas dalam mengelola sumberdaya perikanan cumi-cumi, terutama yang berkaitan
dengan kebijakan eksploitasi sumberdaya perikanan cumi-cumi dan kebijakan
pengelolaan kerusakan lingkungan akibat adanya aktivitas penambangan timah di
laut yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

2

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki sumberdaya alam mineral
yaitu timah yang tidak kalah dengan Provinsi lainnya. Pemanfaatan sumberdaya
pesisir dan laut dalam hal ini kegiatan penambangan timah yang tidak memenuhi
kaidah-kaidah pembangunan yang berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi
ekosistem. Kegiatan penambangan timah di laut yang ada di kawasan Kepulauan
Bangka Belitung termasuk Kabupaten Bangka Selatan saat ini, dapat
mempengaruhi produktivitas sumberdaya perikanan akibat proses produksi dan
residu dimana pemanfaatan yang berbeda dari sumberdaya pesisir dan laut sering
memberikan konflik yang berdampak timbal balik. Adapun konflik yang muncul
dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang dihadapi oleh Kabupaten
Bangka Selatan, yaitu konflik antara kepentingan penambangan timah di laut dan
kepentingan perikanan tangkap.
Perumusan Masalah
Permasalahan utama yang berdampak pada keberlanjutan perikanan cumicumi adalah adanya aktivitas penambangan timah di perairan Kabupaten Bangka
Selatan sehingga menyebabkan konflik pemanfaatan ruang (spatial use conflict).
Aktivitas penambangan timah di wilayah perairan Kabupaten Bangka Selatan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menyebabkan pergeseran pola
pemanfaatan wilayah laut yang tidak sesuai dengan kaidah penataan ruang, daya
dukungnya serta kesesuaian wilayah perairan laut tersebut. Masalah tersebut
semakin berkembang dan rumit seiring dengan maraknya aktivitas penambangan
timah di laut dan semakin berdampak negatif terhadap lingkungan tersebut baik
dari sisi ekologis, sosial, ekonomi, budaya dan keamanan. Hal tersebut sesuai
dengan peryataan Indarwarsih et al. (2007), bahwa di daerah Lampung, Bangka
Belitung, dan NTB terjadi conflicting claim dalam hubungan antara teknologi,
wilayah, dan jenis resources tertentu. Selain itu, perubahan kelimpahan
sumberdaya tertentu di suatu kawasan perairan sebagai akibat dari respons
terhadap perubahan kondisi lingkungan (Laevastu dan Hayes 1981; Sundermeyer
et al., 2005; Amri et al., 2006; Brander 2007).
Pengelolaan perikanan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka Selatan
merupakan suatu kegiatan ekonomi untuk memanfaatkan secara optimal kegiatan
penangkapan sumberdaya cumi-cumi yang ada di perairan Kabupaten Bangka
Selatan. Keberlanjutan perikanan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka
Selatan masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang dapat menjadi faktor
penghambat pengelolaan perikanan cumi-cumi di masa akan datang.
Permasalahan yang dimaksud baik berupa belum adanya informasi akurat
mengenai potensi, musim, dan daerah penangkapan cumi-cumi serta upaya
penangkapan cumi-cumi, teknologi penangkapan masih bersifat tradisional
merupakan permasalahan aktivitas penangkapan cumi-cumi yang secara langsung
berkaitan dengan kasus penurunan stok sumberdaya cumi-cumi maupun
kerusakan lingkungan di perairan Kabupaten Bangka Selatan. Adanya konflik
pemanfaatan sumberdaya perairan oleh sektor pertambangan laut dan sektor
perikanan, dan dampak yang ditimbulkan akibat adanya aktivitas penambangan
timah laut oleh tambang inkonvensional (TI), kapal isap produksi (KIP) dan kapal
keruk, terhadap sumberdaya perikanan khususnya cumi-cumi.

3

Ada 2 (dua) daerah penangkapan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka
Selatan yaitu daerah penambangan timah laut dan di luar daerah penambangan
timah laut, dan ada 6 (enam) kecamatan yang menjadi fishing base penangkapan
cumi-cumi yaitu Kecamatan Kepulauan Pongok, Kecamatan Lepar Pongok,
Kecamatan Tukak Sadai, Kecamatan Toboali, Kecamatan Pulau Besar dan
Kecamatan Simpang Rimba. Kedua daerah penangkapan cumi-cumi masingmasing dimanfaatkan oleh bagan apung, bagan tancap, dan pancing cumi-cumi
yang berbasis di 6 (enam) kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan. Pemanfaatan
sumberdaya di perairan baik perikanan maupun pertambangan di Kabupaten
Bangka Selatan menimbulkan konflik. Konflik persaingan dalam memanfaatkan
sumber daya milik bersama (common property) dan bersifat terbuka untuk
dimanfaatkan oleh siapa saja (open access) akan menyebabkan kerugian yang
harus dipikul bersama, seperti terancamnya kelestarian sumber daya/jenis
resources tertentu, kerugian ekonomi karena kerusakan lingkungan dan ketidakharmonisan hubungan antara para pelaku perikanan dengan pelaku penambangan
timah.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengelolaan perikanan cumi-cumi di
wilayah perairan luar daerah penambangan dan daerah penambang timah laut
Kabupaten Bangka Selatan merupakan bagian integral pembangunan daerah
dalam rangka meningkatkan perekonomian. Secara ideal, kedua kegiatan tersebut
bisa dilakukan secara bersama dengan menerapkan pengelolaan terpadu. Oleh
karenanya, dalam penelitian ini dirumuskan sejumlah pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
(1) Bagaimana pola musim, daerah penangkapan, dan upaya penangkapan
cumi-cumi di wilayah perairan daerah luar penambangan dan daerah
penambangan timah laut Kabupaten Bangka Selatan?
(2) Bagaimana potensi perikanan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka
Selatan?
(3) Bagaimana dampak aktivitas pertambangan timah di laut terhadap kegiatan
penangkapan cumi-cumi?
(4) Bagaimana pengelolaan perikanan cumi-cumi yang berkelanjutan tanpa
menutup aktivitas penambangan timah laut di wilayah perairan Kabupaten
Bangka Selatan?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun konsep pengelolaan perikanan
cumi-cumi yang berkelanjutan di Kabupaten Bangka Selatan tanpa menutup
aktivitas penambangan timah di laut. Tujuan umum ini akan dijawab melalui
tujuan khusus penelitian, sebagai berikut:
(1) Menganalisis kondisi perikanan cumi-cumi meliputi pola musim, daerah
penangkapan, dan upaya penangkapan cumi-cumi di wilayah perairan luar
daerah penambangan dan daerah penambangan timah laut Kabupaten
Bangka Selatan
(2) Menganalisis potensi perikanan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka
Selatan
(3) Menganalisis dampak aktivitas penambangan timah di laut terhadap
kegiatan penangkapan cumi-cumi.

4

Manfaat Penelitian
(1)

(2)
(3)

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
Sebagai bahan informasi bagi nelayan mengenai daerah potensi
penangkapan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka Selatan serta
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan
keterampilan penyelesaian konflik aktivitas penambangan timah di laut dan
aktivitas penangkapan cumi-cumi melalui proses resolusi yang tepat.
Sebagai bahan informasi dan acuan bagi pemerintah dalam menyusun
kebijakan pengelolaan sumberdaya cumi-cumi guna pembangunan ekonomi
daerah
Penelitian ini akan memperkaya pengetahuan, teori dan pendekatan tentang
interaksi pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi dengan aktivitas
penambangan timah di laut.
Kebaruan (Novelty)

Capaian keilmuan yang dapat ditampilkan sebagai bentuk kebaruan
(novelty) dari penelitian ini adalah menghasilkan konsep pengelolaan sumberdaya
perikanan cumi-cumi yang berkelanjutan di Kabupaten Bangka Selatan tanpa
menutup aktivitas penambangan timah di laut.
Hipotesis
Pengelolaan perikanan cumi-cumi yang berkelanjutan di Kabupaten Bangka
Selatan dipengaruhi oleh 4 faktor utama yaitu; 1) pola musim; 2) daerah
penangkapan; 3) upaya penangkapan; dan 4) aktivitas penambang timah di laut.
Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
(1) Upaya penangkapan dan pola musim cumi-cumi mempengaruhi produksi
hasil tangkapan di perairan Kabupaten Bangka Selatan
(2) Aktivitas penambangan timah di laut mempengaruhi potensi dan produksi
hasil tangkapan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka Selatan sehingga
perikanan cumi-cumi di lokasi penelitian belum dikelola untuk
keberlanjutan.
Kerangka Pemikiran
Aktivitas ekonomi sumberdaya yang sangat kompleks diantaranya meliputi
aktivitas perikanan laut dan penambangan timah di laut. Hal ini disebabkan
ketersediaan sumberdaya yang dikelola sangat dipengaruhi oleh cara dan tingkat
pengelolaan yang berada pada suatu perairan yang sama. Selain itu, terdapat
banyak kegiatan yang memanfaatkan dengan keinginan hanya untuk
meningkatkan produksi dan tidak berpikir pada kelestarian sumberdaya. Oleh
karena itu, persoalan mendasar sehubungan dengan pengelolaan sumberdaya alam
adalah bagaimana mengelola sumberdaya alam tersebut agar menghasilkan
manfaat yang sebesar-besarnya dengan tidak mengorbankan kelestarian
sumberdaya alam itu sendiri (Fauzi 2006).

5

Bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari pesisir dan laut yang
berada di sekitar wilayah perairan Kabupaten Bangka Selatan, mengklaim bahwa
aktivitas penambangan timah telah memberikan kesejahteraan dan mampu
meningkatkan taraf hidup. Masyarakat yang semula berprofesi sebagai nelayan
pada tahun 2001 mencapai 44.517 orang pada tahun 2011 hanya sebesar 40.201
orang (DKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2012) diindikasikan beralih
profesi sebagai penambang timah di laut. Alasannya sederhana, dengan besaran
modal yang sama menjadi nelayan penghasilan mereka tidak menentu, sementara
menjadi penambang timah di laut, hasilnya lebih menjanjikan. Akan tetapi,
kenyataannya tidak semua orang berpikiran sama, karena masih banyak nelayan
yang setia pada profesinya, sehingga tak bergeming dengan tawaran fee yang
menggiurkan dan tak rela bila lahan nafkah mereka porak poranda oleh
keberadaan kapal keruk, kapal isap produksi, dan tambang inkonvensional (TI)
apung. Hal ini menimbulkan dampak dari aktivitas penambangan timah di laut
terhadap perikanan cumi-cumi yang berada di perairan Kabupaten Bangka Selatan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Parameter dampak penambangan timah laut terhadap perikanan cumi-cumi
yang berada di wilayah perairan Kabupaten Bangka Selatan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung meliputi; unit penangkapan cumi-cumi, musim dan daerah
penangkapan cumi-cumi, potensi sumberdaya cumi-cumi dan laju degredasi
sumberdaya cumi-cumi. Sedangkan parameter dampak aktivitas penambangan
timah di laut terhadap kegiatan penangkapan cumi-cumi meliputi kualitas
perairan, bioakumulasi logam berat pada cumi-cumi dari hasil produksi yang
berasal dari wilayah perairan luar daerah penambangan timah dan daerah
penambangan timah di laut.
Agar pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di wilayah perairan Kabupaten
Bangka Selatan, baik di daerah penambangan maupun diluar daerah penambangan
timah laut dapat berlangsung secara berkelanjutan, maka perlu dirumuskan
konsep pengelolaan perikanan cumi-cumi yang didasarkan pada evaluasi aspek
upaya penangkapan, aspek bioteknik, aspek bioekonomi, dan aspek lingkungan.
Perumusan konsep pengelolaan perikanan cumi-cumi di perairan Kabupaten
Bangka Selatan dilakukan melalui pendekatan deskriptif yaitu berdasarkan hasil
evaluasi pola upaya penangkapan, aspek bioteknik, bioekonomi, dan aspek
lingkungan (Gambar 1).

6

6

Kondisi aktual sumberdaya cumi-cumi
di perairan Kabupaten Bangka Selatan
Permasalahan :
1. Informasi pola upaya penangkapan cumi-cumi
belum akurat
2. Informasi potensi, musim dan daerah penangkapan
dan upaya belum akurat
2. Adanya konflik pemanfaatan sumberdaya perikanan
cumi dan pertambangan timah di laut
3. Adanya dampak aktivitas penambangan timah di laut

Potensi sumbedaya cumicumi

1. Analisis daerah penangkapan cumi-cumi
2. Analisis unit penangkapan cumi
3. Analisis bioteknik
4. Analisis bioekonomi
5. Analisis laju degredasi
Ketersediaan sumberdaya
cumi-cumi

Dampak aktivitas pertambangan timah
terhadap perikanan cumi

1. Analisis kualitas perairan
2. Analisis kandungan logam berat
3. Analisis bioakumulasi logam
berat

Pengaruh aktivitas pertambangan
timah terhadap perikanan cumi

Pengelolaan perikanan cumi-cumi berkelanjutan

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

Konsep pengelolaan sumberdaya
cumi-cumi

Analisis kebijakan

Kebijakan pengelolaan
perikanan cumi

2 METODOLOGI UMUM
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di wilayah perairan Kabupaten Bangka Selatan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan lokasi penelitian pada 6 (enam)
kecamatan yang menjadi fishing base perikanan cumi-cumi, yaitu Kecamatan
Kepulauan Pongok, Kecamatan Lepar Pongok, Kecamatan Tukak Sadai,
Kecamatan Toboali, Kecamatan Pulau Besar, dan Kecamatan Simpang Rimba.
Tahapan penelitian diawali dari tahap persiapan, pengumpulan data lapangan,
analisis data hingga penulisan disertasi. Pengambilan data di lapangan dilakukan
dari bulan Januari 2013 sampai bulan Desember 2013.
Wilayah perairan Kabupaten Bangka Selatan dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua daerah, yaitu perairan luar daerah penambangan dan daerah
penambangan timah laut. Perairan luar da