Ruh Airlangga dalam ruh~Spirit Api Udara Air Tubuh, Air
VIII. Ruh Airlangga dalam ruh~Spirit Api Udara Air Tubuh, Air
Kepemimpinan Hasta Brata, Hasta Borobudur, Kala Cakra Harjuno.
Unsur Air sebagai multidimensi untuk wawasan, energi dan multidimensi untuk resiko di dalam Ilmu ~ Ngelmu, I Ching dan Hasta Brata, Kala Cakra Harjuno dan Hasta Borobudur, sekaligus menguatkan Posisi wawasan, energi dan multidimensi dari Unsur Angin~Udara~Bayu sebagai Posisi Rahmat Anugerah, bagaimana Jalan Utama Angin 8 Penjuru, menjadi Jalan Angin Menembus, Jalan Angin Menembus, Jalan Penuh Rahmat, merupakan Jalan Selamat hingga Jalan Berhasil dan
Beruntung di Dunia Akherat, Perniagaan Sejati Manusia Co-CreaterNya dengan Tuhan, KhalifahNya dengan Tuhan, dalam Martabat Tanggung Jawab Universal, sambil melakukan upaya mengupayakan Kualitas Hidup Menghidupi dan Kehidupan, Membaca dan Menulis Kitab Kehidupannya, menuju dan menjadi Manusia Bijaksana, Manusia Spiritual Being sekaligus Human Being ini, juga mengembangkan dan melakukan Tugas Amanahnya melangsungkan Peri Hidup, Menghidupi dan Kehidupan yang lestari, harmonis, selaras serasi dengan kehendak alam, menyatu terbimbing pikiran, ucapan dan perbuatannya sesuai dengan kehendak alam dan kehendak Sang Pencipta.
Manusia sejak dahulu kala sudah menyadari betapa pentingnya peranan Air. Begitu berlimpah, begitu aneh perilakunya, begitu luar biasa
dan begitu pentingnya air sehingga zat ini selalu membangkitkan rasa heran bercampur kagum, serta menggundang rasa ingin tahu yang
mendalam (khas jiwa ilmuwan, peneliti, budayawan, penampak laku jalan spiritual dan para pejuang hidup dan kehidupan, serta pejuang bambu spirit nusantara dan nusantara spirit bambu). (Definisi Jiwa menurut kita adalah Totalitas Pemikiran Akal, Hati dan Rahsa kita). Manusia sendiri sebagai kantong air merupakan Kajian yang sungguh mengagumkan dan luar biasa. Maka wajarlah bisa muncul Sastra Bahasa dan Bahasan Manusia Airlangga dan Airlangga Manusia.
Air telah membentuk peradaban manusia. Lihat saja pada jaman batu (Neolitikum), ketika manusia mulai belajar bercocok tanam dan menghuni lembah di sekitar empat sungai besar di dunia yang saling terpisah dengan jarak yang cukup berjauhan, yaitu Sungai Nil di Mesir, Sungai Eufrat Tigris di Mesopotania (Irak), Sungai Hindus di India dan Sungai Kuning di China. Keempat sungai besar inilah yang telah melahirkan peradaban besar di dunia, terutama dalam kaitannya dengan peradaban di bidang keairan.
Bangsa mesir kuno dengan keterampilan teknik hidroliknya yang primitive telah memanfaatkan banjir sungai Nil secara menguntungkan. Terutama, tanggul dan waduk yang mereka bangun telah membantu mereka dalam menghemat air dan meningkatkan hasil panen. Senada dengan teknik hidrolik pengairan dan pertanian SUBAK di bali, peninggalan raja Udaya, ayahanda Prabu Airlangga, semestinya di sekitaran daerah mata air di Trawas Jalatunda, oleh Universitas Airlangga di kaji dan dikembangkan pertanian dan pengairan system teknik hidrolik yang sama. Bangsa mesir memiliki waduk terbesar yang dibangun 2500 tahun sebelum masehi dan merupakan salah satu keajaiban dunia.
Begitu pula dengan Peradaban Mesopotania (Irak). Jelas tidak dapat dilepaskan dari banjir sungai Eufrat dan Tigris yang sering datang secara
Peradaban lain adalah Peradaban Hwang Ho (Sungai Kuning) di China Utara yang juga di bentuk oleh Budaya Air. Peradaban yang berkembang di sepanjang sungai Kuning di warnai oleh Karakter Sungai Kuning yang cepat berubah-ubah. Setiap tahunnya, selama beberapa bulan sungai tersebut tidak dapat dilayari, selain karena membeku juga karena tersumbat oleh es terapung di bagian hilirnya. Salah satu system terusan zaman purba yang paling luas dan rumit juga dikembangkan oleh bangsa China. Terusan Agung itu melintas dari Beijing ke Hangchow di Sungai Tsientang dengan panjang lebih dari 1.600 km.
Demikian pula di Nusantara, Budaya Sailendra abad VII ( yang merupakan leluhur Empu Sendok, dasar-dasar Kerajaan di Jawa Timur, termasuk Kerajaan Prabu Airlangga), dengan bangunan Borobudurnya, tidak lepas dari teknologi pengelolaan air sungai. Bukti menunjukkkan bahwa Borobudur dibangun dari batu-batu diambil dari sungai Progo. Sungai Bogowonto yang berasal dari letusan Gunung Merapi maupun gunung-gunung di Jawa Tengah. Sungai atau lebih tepat air telah membentuk Budaya Dinasti Syailendra. Untuk mendukung riset ini, kita bersama Team Cahaya Kasih Aktivasi 12 Helisk DNA, juga telah melakukan penelusuran Budaya Air Dinasti Sailendra memang terbukti benar adanya baik di Candi Borobudur, Candi Selo Griyo, maupun Candi Boko, dekat Candi Prambanan, Solo Jawa Tengah.
Dalam kisah Ramayana ada suatu peristiwa yang tidak bisa dilupakan, bahkan merupakan puncak kisah Ramayana itu sendiri. Kisah itu adalah ketika Prabu Ramawijaya setelah perang selesai memanggil Raden Gunawan Wibisana untuk selain dinobatkan menjadi raja baru di Alengka atau Negara Singgelapura juga di beri perintah untuk menjunjung tinggi HASTA BRATA (Delapan Watak Kepemimpinan). Pemberian amanah Hasta Brata ini disaksikan oleh Dewi Sinta, Raden Lesmana, Prabu Sugriwa, Raden Anoman, Raden Anggada, dan Semar. Kepemimpinan berwatak Air, Tirta, Banyu, Her, Toya, Warih, serta Kepemimpinan berwatak Udara (Angin) adalah salah keduanya, sungguh luar biasa Pertemuan Banyu Tuk Pitu(lungan) Pertemuan Tujuan dan Maksud Luhur
Menggali Keluhuran dan Nilai-Nilai Kepemimpinan dan Watak Prabu Airlangga untuk Masa Kini dan Masa Depan Identitas dan Jati Diri Karakter Manusia Civitas Akademika Universitas Airlangga Surabaya dan Banyu Tuk Sanga (Sembilan Teknologi Peradaban Manusia Sastra Budaya Canggih yang lahir dalam Kajian dan Telaah Air Air Air Identitas dan Jati Diri Prabu Airlangga ini).
Napak tilas riset budaya dan kebudayaan sistem teknik hidrolik, masyarakat hidrolik sistem dari seluruh dunia, borobudur, bali dan gunung arjuno, ternyata menemukan titik temunya, titik frekuensi, titik
resonansi, titik fibrasi, ruang dan waktu, bentuk dan sifatnya dalam materi pendidikan dan pelatihan kurikulum Hasta Brata atau Kala Cakra Harjuno dan I Ching, yang kita padusatukankan, sinergis inovatif kreatifkan menjadi Alat Budaya dan Kebudayaan, Alat Kepemimpinan Masa Kini dan Masa Depan, Kartu Anasir 8 X 8 Unsur Kepemimpinan Menjadi 64 Kartu Hasta Borobudur 9.
Ruh~Spirit Api Air Udara Tubuh dalam Hasta Borobudur lahir sepanjang selama semenjak terjadinya perjalanan kajian dan wawasan budaya dan kebudayaan, Gerak Gerakan Pergerakan Pekerja Budaya dan Penggiat Budaya dalam Doa Hening Semesta, berlandaskan berdasarkan informasi Prof. Damardjati atas Surat Wasiat dan Saran Wangsit dan Amanah dari Eyang Sosrokartono, Sang Joko Pring, Sang Mandor Klungsu yang wafat tahun 1976 dan di buka surat wasiatnya setelah 20 tahun kemudian, tahun 1996, yang baru terealisasi tgl 21 Juni 2012, untuk
menggali dan mengakses “Rahasia di balik Candi Borobudur untuk
Nusantara Masa Depan ”. Dengan seluruh perwakilan elemen masyarakat di dalam maupun di luar negeri, sebanyak 21 manusia perwakilan, jumlah yang tidak direncanakan dan dipersiapkan sebanyak 21 orang, serta pada waktu dan jam yang sama, pukul 21 malam tanggal 21 06 20 12, dalam Jaringan Doa Hening Semesta, seluruh Jawa, Nusantara dan Belahan Bumi manapun, yang sedang melakukan aktivitas yang sama, dengan Niat Ingsun, membuka selubung hijab Kemurnian Energi Spirit Frekuensi Peradaban Luhur di balik Candi Borobudur, Candi Borobudur sebagai Poros Jawadwipa dan Nusantara, dalam menemukan Kekuatan Kemurnian dan Kesejatian Martabat Tanggung Jawab Universal, pada 21 Juni 2012, di lanjutkan Doa Kepastian Pinestinya Pinesti dalam Korelasi dan Sinkronasi dengan Peradaban Sailendra Sailendranya di dalam Peradaban Luhur di Candi Borobudur, pada 3 Juli 2012, dan di lanjutkan Perjalanan Menyambungkan dan Mensinergikan Petunjuk Petunjuknya dari Semesta untuk akses Materi Cahaya Multicahaya dalam Bahasa dan Bahasan Aksara Mahkota Mandita, Gerakan Trasformasi Budaya Nusantara dan Revolusi Spiritual menggunakan Kekuatan Aksara,
melambangkan kedirian yang selalu di atas air, di atas persoalan dan di atas masalah air hidup dan kehidupan tidak pernah larut dan tetap memberikan bunga dan keharuman keindahannya di atas air, di kolam
atau di danau, sungai, sawah lumpur yang kotor sekalipun, maka kita semua masing-masing memegang Amanah Teratai Sailendra, Amanah Ruh Borobudur, Amanah Ruh Airlangga, Amanah Ruh Peradaban Air, Amanah Ruh Kepemimpinan Air, yang memang layak diujilantak-kan, diuji ejawantahkan, digosok di batu karang hidup dan kehidupan, dimurnikan di dalam air laut kerasnya samudera jam jaman, det detak detik jantung nit need meneed niat keinginan atas selesainya Amanah dan Martabat Tanggung Jawab Universal sebagai WakilNya, Co-CreaterNya di muka bhumi ini, KhalifahNya di Bhumi Nusantara ini.