Kejahatan Seksual adalah Kejahatan terhadap Kemanusian.
1. Kejahatan Seksual adalah Kejahatan terhadap Kemanusian.
Kejahatan Seksual terhadap Anak dan Perempuan adalah Kejahatan terhadap Hak Asasi Manusia karena:Kekerasan seksualkejahatan Seksual
242 Pasal 6 Deklarasi tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan.
merupakan satu bentuk kejahatan yang melecehkan dan menodai harkat kemanusiaan, serta patut dikategorikan sebagai jenis kejahatan melawan kemanusiaan (crime againts humanity) 243 , kejahatan seksual bersifat merusak, serta berakibat serius 244 , kejahatan seksual tidak hanya berakibat individual namun juga mengakibatkan ketakutan pada masyarakat (fear of society) 245 . Kejahatan seksual merupakan kejahatan yang merendahkan harkat martabat serta kehormatan manusia dimana hal tersebut seharusnya hak yang dilindungi sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dalam Pasal Pasal 28 G Ayat (1) (2) yang berbunyi:
Pasal 28 G Ayat (1) “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yangdi bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman danperlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi” Pasal 28 G Ayat 2 “Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau
perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia
dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain”.
243 Lihat Halaman 38 pada Bab II Skripsi ini. Supra.
244 Lihat Halaman 52-56 pada Bab II Skripsi ini. Supra.
245 Lihat Halaman 42 pada Bab II Skripsi ini. Supra.
Kemudian dalam BAB XA Pasal 28B Ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 berbunyi:
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi ”
Dapat dilihat bahwa Konsitusi dengan tegas menyatakan bahwa Kehormatan, Martabat adalah Hak yang harus dilindungi dan segala perbuatan atau perlakuan yang merendahkan seperti kejahatan seksual dalam bentuk kekerasan seksual seperti perkosaan. Melanggar hak tersebut adalah pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kejahatan seksual adalah Pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia di Indonesia.
Kejahatan seksual juga melanggar ketentuan UU Hak Asasi Manusia yaitu Pada Pasal 4 yang berbunyi:
“Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun”.
Serta melanggar Pasal 33 UU Hak Asasi Manusia yang berbunyi:
“Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya”.
Kejahatan seksual juga melanggar UU Perlindungan Anak jika korban dari kejahatan seksual tersebut adalah anak sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 4 yang berbunyi:
“Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Serta dalam Pasal 15 UU Perlindungan Anak yang berbunyi “Setiap Anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari:
a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur Kekerasan;
e. pelibatan dalam peperangan; dan
f. kejahatan seksual.”
Serta melanggar Pasal 76 C, 76 D dan 76 E yang berbunyi: Pasal 76 C
“Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan Kekerasan terhadap Anak”.
Pasal 76 D “Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman
Kekerasan memaksa Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain”.
Pasal 76 E “Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman
Kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul”.
Kejahatan seksual juga telah melanggar berberapa ketentuan hukum internasional terutama dalam hal Asasi Manusia sebagaimana yang terdapat dalam Menurut Pasal 1 Deklarasi PBB Tahun 1993 tentang Penghapusan kekerasan terhadap perempuan Pasal 1 menentukan definisi kekerasan terhadap perempuan adalah:
a. Setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin.
b. Yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan dan penderitaan
perempuan.
c. Secara fisik, seksual atau psikologis.
d. termasuk ancaman tindakan tertentu.
e. pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang
f. baik yang terjadi di ranah publik atau dalam kehidupan pribadi. Pasal 2 Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan ini dikatakan juga bahwa kekerasan terhadap perempuan harus dipahami mencakup, tetapi tidak hanya terbatas pada, hal-hal sebagai berikut:
1. Tindak kekerasan secara fisik, seksual, dan psikologis yang terjadi dalam keluarga, termasuk pemukulan, penyalahgunaan seksual atas atas anak-anak perempuan dalam keluarga.
a. Kekerasan yang berhubungan dengan mas kawin.
b. Perkosaan dalam perkawinan
c. Perusakan alat kelamin perempuan.
d. Dan praktek-praktek kekejaman tradisional terhadap perempuan.
e. Kekerasan di luar hubungan suami-istri.
f. Dan kekerasan yang berhubungan dengan eksploitasi.
2. Kekerasan secara fisik, seksual dan psikologis yang terjadi dalam masyarakat luas, termasuk:
a. Perkosaan.
b. Penyalahgunaan seksual.
c. Pelecehan dan ancaman seksual di tempat kerja, di lembaga-
lembaga pendidikan dan dimana pun.
d. Perdagangan perempuan dan pelacuran paksa.
3. Kekerasan secara fisik, seksual dan psikologis yang dilakukan atau diabaikan oleh Negara, dimana pun terjadinya.
Menurut pendapat ahli serta peraturan perundang-undangan Indonesia dan Hukum Internasional yang telah Penulis ungkapkan diatas terlihat bahwa kejahatan seksual merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan yang merupakan Pelanggaran atas Hak Asasi Manusia maupun hak-hak dasar dan pelanggaran HAM universal yang juga telah diatur di dalam hukum positif Indonesia dari meratifikasi Konvensi PBB menjadi undang-undang.
Meskipun demikian dalam penanganan Pelanggaran Hak Asasi Manusia tersebut hukum positif hanya menggunakan tindak pidana umum maupun peradilan umum karena meskipun dapat dilihat sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia namun instrumen hukum Indonesia hanya mengakomodir kejahatan HAM berat. Meskipun kejahatan seksual merupakan pelanggaran HAM karena akibat yang di timbulkan terhadap korban dan dapat dikatakan kejahatan terhadap kemanusiaan namun dalam Pasal 7 UU Pengadilan HAM berbunyi:
Pelanggaran hak asasi manusia yang berat meliputi:
a. kejahatan genosida;
b. kejahatan terhadap kemanusiaan. Serta Pasal 9 UU Peradilan HAM berbunyi:
Kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa: Kejahatan terhadap kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa:
b. pemusnahan;
c. perbudakan;
d. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
e. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain
secara sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional;
f. penyiksaan;
g. perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa,
pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara;
h. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional;
i. penghilangan orang secara paksa; atau j. kejahatan apartheid.
Meskipun kejahatan seksual tergolong kejahatan terhadap kemanusian dan melanggar Hak Asasi Manusia namun bukanlah termasuk dalam pelanggaran Hak Asasi Manusia berat, maka dapat penulis simpulkan bahwa Hak Asasi Manusia Indonesia masih melihat dari sifat kejahatannya.